Di penghujung tahun kali ini Akatsuki sedang bersantai di kamar masing-masing, apalagi ketua mereka yang berambut oranye, Yahiko sangat nyenyak tidurnya, Konan baru saja bangun—sedang duduk diam di pinggir kasur kegiatan itu disebut mengumpulkan nyawa, Nagato baru selesai cuci muka di kamar mandi.
"SELAMAT PAGIII SEMUANYAA~! AYO BANGUN DAN RAMAIKAN TANGGAL 31 DESEMBER INI DENGAN SEMANGAT MASA MUDA SEKALIGUS SEMANGAT '45."
Hidan tetap berperan sebagai alarm pagi, ini masih jam 7 pagi.
"Berisik." Keluarlah Si Itob aka Obito dari kamarnya. "Masih pagi bisa ga tuh mulut diem?" pinta Obito pada si alarm sambil menyipitkan mata tidak suka.
"Suka-suka gua, gua cuma ikutin perintah Nyonya Konan," dengus si alarm.
Mendengar nama Konan disebut Obito langsung mingkem, dia tidak protes kalau itu adalah tugas yang diberikan Konan pada Hidan. Obito pun memilih untuk ke dapur mencari makanan di dalam kulkas, kita fokus kembali ke Hidan, Hidan udah kaya kesurupan kuda lumping loncat sana loncat sini dan buka-bukain kamar para anggota Akatsuki, kecuali kamar Konan.
"MASIH PAGI INI! Un."
Hidan kena lempar tanah liat.
"Apa? Gua selalu melek, semaleman bikin boneka."
Sasori memelototi Hidan dengan horor sambil menodongkan alat pahat miliknya.
"Iya ... 5 menit lagi ya sayang~."
Ini Yahiko yang masih di dalam mimpi indahnya, Hidan muntah ditempat, tidak biasa dibilang kaya gitu.
"Gua udah bangun, lagi maskeran."
Hidan pun sengaja membuat Itachi meretakkan maskernya, lalu kena tendang di pantat.
"Lho? Kisame udah engga di kamarnya?"
Saat Hidan membuka kamar dengan pintu berhiaskan gambar hiu, heran. Tumben Kisame udah tidak ada di kamarnya, biasanya Hidan menemukan Kisame sedang push-up di kamar.
"Zetsu sama Nagato udah bangun, tugas gua udah selesai, LANJUT NYARI TUMBAL MWAHAHAHA!" Hidan pun pergi keluar markas dengan semangat, tentu setelan biasanya adalah telanjang dada, cuman pakai celana panjang saja.
Ada yang Hidan lewatkan, yaitu kamar si bendahara korup, mungkin Hidan sudah memiliki firasat tidak enak kalau membuka pintu kamar itu, terakhir Hidan seenak jidat buka kamarnya-melaksanakan misi mulia dari Konan yang kesekian, dia malah kena cekek dan di-smackdown menyebabkan dirinya pingsan secara mengganaskan.
"Pagi yang indah di penghujung tahun," kata Nagato bak kakek-kakek yang sudah pensiun dan menikmati masanya. "Semoga di tahun depan semuanya makin akrab dan dunia ini damai."
Nagato sudah segar dan berpakaian lengkap, lalu dia berjalan menuju dapur, mengikuti jejak Obito, mencari makanan untuk sarapan. Keluarlah Itachi yang wajahnya sudah selesai perawatan muka, pakaiannya masih berupa piyama hitam, tangan kanannya memeluk bantal hiu berukuran sedang.
"Yang lain masih pada tidur? Akhir tahun kok pada ngebo."
"Gua kagak tidur."
Tiba-tiba di sebelah Itachi muncul si om-om berambut merah.
"Ya kan elu boneka nyet."
Oke, Itachi yang mulai duluan.
"Ya terus napa? Lu iri klo gua boneka, keriput?"
"Ngapain gua iri sama lu? Udah ah gua mau sarapan daripada berantem sama lu, mending lu berantem sama si Deidara gih."
"Tanpa lu suruh juga gua mah sering berantem sama Si Dei."
"Di kasur kan?"
Setelah itu terdengarlah suara teriakan membahana si sulung Uchiha, kedua mata rabunnya dicolok oleh Sasori tanpa perasaan, berkat teriakan membahana ini Yahiko langsung bangun dan keluar dari sarangnya. Yahiko langsung melototi Sasori, instingnya sudah mengatakan bahwa Sasori adalah tersangka, untung mata Yahiko masih normal, kalau rinnegan mungkin Sasori sudah lenyap.
"ITACHI KENAPA LAGI?!" Yahiko masih trauma soal Itachi sakit mendadak habis misi waktu itu.
Itachi masih merem, dia menengok ke sumber suara, niat minta pertolongan. "PIH! TACHI DICOLOK MATANYA SAMA OM-OM GATAU DIRI INI!" adunya bak anak kecil ke papanya.
"PIH?!" Yahiko kaget tiba-tiba dipanggil begitu oleh Itachi. "Aku bukan papih kamu Itachi."
"Dih sok imut ni bocah, auk ah." Sasori pun pamit undur diri, malas ikutan jadi aktor sinetron, sudah cukup dia sering jadi tontonan Konan dan Nagato.
"PAPIHH ITACHI BUTA! TACHI BUTA!" Itachi teriak panik, terus kedua tangannya mencengram erat pundak si ketua berambut oranye busuk.
"AKU BUKAN PAPIHMU ITACHI! BUKA MATAMU AJA!"
Dari matamu matamu matamu, ku mulai jatuh cinta
Ku melihat-melihat ada bayangnya
Dari mata, kau buatku jatuh
Jatuh, terus jatuh ke hati
Tiba-tiba ada yang nyanyi, ternyata yang bernyanyi itu adalah Sasori, si om-om ini nyanyi untuk Deidara yang baru aja bangun dan masih dalam kondisi setengah tidur, Sasori menggenggam kedua tangan Deidara dan nyanyi penuh penghayatan, wajah dibuat seganteng mungkin. Makin kesini makin ga waras.
"LEADERRR! TACHI BUTAAA!"
"YA BUKA MATAMU ITACHIII!"
Buka hatimu
Bukalah sedikit untukku
Sehingga diriku bisa memilikimu
Kali ini yang nyanyi Obito, si anak tiri berambut landak ini keluar dari dapur sambil bawa puding rasa bubblegum di tangan kanannya dan muter-muter saat menuju meja makan. Kalau Sasori bernyanyi untuk Deidara, landak satu ini nyanyi ke Nagato tanpa ada niat apapun, yang ada di imajinasi si landak Nagato itu Rin dan menganggap sedang membuat video klip.
"Maaf Obito, aku tidak bisa menerima cintamu." Nagato menganggap itu beneran, soalnya Obito nyanyinya penuh penghayatan pake banget sampai hati seorang Nagato ini tersentuh dan melupakan soda besar seorang Obito pada Akatsuki.
"NAGATO PUNYA GUA YA SEMPAK MADARA!" Itu adalah teriakan Yahiko dari lantai 2, yang main claim anak orang—ketularan Sasori.
"Dih, ketua nyaut aja," cibir Obito. "Gua nyanyi itu bukan buat Nagato tapi buat Rin!"
"KAGAK PERCAYA! Sutradara nge-ship elu sama Nagato."
"Gausah bawa-bawa sutradara ya, gua masih waras pake pisan."
Konan yang baru keluar kamar masih dalam keadaan memakai daster bunga-bunga tersenyum, senang baru bangun tidur kuterus dapat asupan YahiNaga dan NagaObi, hidup di tengah-tengah sekumpulan cowok-cowo absurd ini tidak buruk juga, itulah isi batin seorang Konan, yang selalu menjadi fujoshi dalam diam.
"Terima kasih Dewa Jashin sudah memberikan hamba asupan di penghujung tahun yang indah ini."
Oke, Konan mulai ikutan eror kaya yang lain.
Drama Itachi buta pun lewat, pemuda berkeriput ini akhirnya bisa membuka mata dan kembali melihat walaupun masih tetap rabun, lalu terbitlah drama "Nagato milikku bukan milikmu" dan Konan menjadi penonton setia drama ini.
Mari kita berpindah ke luar goa ini. Di luar ada Zetsu yang sedang menyirami tanaman yang dia rawat bak malika, benar-benar seperti anak sendiri, sampai dielus daunnya dan diajak bicara.
"Sehat-sehat terus anak-anakku," katanya dengan lembut bak ibu ke anak-anaknnya.
"1 ... 2 ... 3 ... 4 ... 5 ..."
Hiu kesayangan Itachi ini sedang olahraga, sekarang Kisame melakukan sit-up, makin sixpack tuh perut.
Tidak ada yang terlalu ramai di luar markas, karena kedua mahluk ini lebih waras dari yang lain, jadi tidak ada yang aneh, palingan kalian mendapat pemandangan berkilau seorang hiu yang mandi keringat dan badan waownya.
"GAISSS GUA PULANGGG! GUA BAWA BANYAK IKANNN!"
Kisame berhenti sit-up, Zetsu berhenti menyiram bunga mawarnya.
Penampilan Hidan memang tidak jauh dari biasanya, tapi kali ini dia basah kuyup kaya habis ikut lomba berenang, dia mengangkat tongkat besinya yang dipakai untuk memburu ikan, Hidan makin lama seperti mahluk purba beneran, cuman pake celana dan mencari makan dengan berburu.
Dibiasakan untuk memburu hewan bukan memburu manusia demi menjaga kedamaian.
Kisame dan Zetsu setelah mengetahui bahwa orang yang datang itu Hidan balik ke kegiatannya masing-masing, Hidan yang dikacang oleh mahluk flora dan fauna ini mendengus dan mengumpat kasar.
"AUK AH GUA MASUK KE MARKAS AJA."
Hidan hentak-hentakkan kaki sambil masuk ke markas, pintu markas terbuka Hidan cengo melihat kondisi markas.
Itachi sedang sarapan dango di meja makan. Ini biasa, udah hobi Itachi nyemil dango.
Sasori sama Deidara lagi pacaran di sofa. Ini juga biasa, udah pemandangan sehari-hari sampai bikin Hidan muak sendiri.
Yahiko dan Obito yang sedang rebutan Nagato, Konan menonton dan Nagato memasang wajah pasrah, kelihatan bahwa Nagato sudah berusaha untuk melerai Yahiko dan Obito yang mulai saling adu jotos.
"Makin ancur aja ini organisasi sesat."
Sesat ngatain sesat.
Masih ada satu mahluk yang sangat dijauhi Dewa Jashin yang masih belum keliatan sejauh mata memandang-menurut Hidan. Tidak lain tidak bukan adalah Kakuzu si bendaharam.
"GAIS!"
Masih belum ada tanggapan dari orang-orang dalam markas ini.
"WEHHHH WARO DIKITLAH GUA! GUA BAWA MAYAT HEBOH! GUA BAWA IKAN DIKACANGIN! SEMPAK KALIAN SEMUA!"
Setelah mengeluarkan unek-uneknya, Konan berhasil kembali ke realita, imajinasi liarnya sudah luntur, Konan mendatangi Hidan mengambil ikan yang masih tertusuk di tongkat besi, lalu kepala Hidan Konan usap-usap.
"Anak baik, malam ini kita makan ikan bakar ya."
Dapet usapan kepala dari Konan, Hidan tersenyum kecil persis bocah yang habis kena pujian dari ibunya. Hati Hidan berbunga-bunga.
"Mah, Kakuzu mana mah?" tanyanya kaya anak kecil.
"Kakuzu masih di kamar, samperin gih suruh sarapan."
Hidan pun memberi pose hormat. "Siap, otewe ke kamar Kakuzu."
Konan pun jalan ke dapur untuk menaruh ikan ke kulkas, lalu bincang-bincang bentar dengan Itachi, menanyai kemana perginya Kisame dan terakhir kembali menonton drama yang masih belum selesai.
Yahiko: Dia untukku
Bukan untukmu
Obito: Dia milikku
Bukan milikmu
Yahiko & Obito: Pergilah kamu
Jangan kau ganggu, BIARKAN AKU MEMILIKINYA!
Adegan cakar-cakarannya jadi tambah rame sekarang tambah adu jutsu dan pindah keluar markas, Nagato juga di luar, habis itu terdengar teriakan "Shinra Tensei". Zetsu dan Kisame yang tadinya berada di luar masuk ke markas, sepertinya mereka malas terlibat dalam pertempuran tidak guna antara ketua dan anak tiri.
"Di kamar mandi ga ada siapa-siapa kan?" tanya Kisame pada Itachi, menurutnya orang yang tepat untuk ditanya cuman Itachi, dia tidak melihat Hidan dan tidak ingin mengganggu dua seniman yang kembali ke hobi berantemin prinsip seni.
"Engga ada setau aku, mandi sana."
"Baik Itach-san."
"Habis kamu mandi tolong siapin buat aku mandi."
"Ya."
"Betewe Tachi, ada makanan apa buat sarapan?" tanya Zetsu.
Itachi melahap dango terakhir. "Roti, puding, ya sama kentang goreng."
"Oke, makasih atas infonya."
"KAKUZU! BUKA PINTUNYA! DICARIIN KONAN!"
Itachi melihat ke lantai dua, dia melihat sebuah pintu terbuka, lalu suara GEDEBAM! terdengar dengan keras dari sana, kemungkinan besar Hidan dibanting lagi sama Kakuzu. Susah berhadapan sama aki-aki emosian.
"Itachi tolong kasih tau Kakuzu nanti malam bakal makan ikan bakar."
Tiba-tiba Itachi mendapat telepon dari hati alias telepati dari Konan. "Siap Nyonya, makan ikan bakar sambil nonton kembang api?"
"Eh? Itachi udah tau?"
"Engga, tadi denger aja Deidara ngomong soal petasan."
"Iya, nanti kita makan ikan bakar sambil nikmatin kembang api."
"Kasih tau Kakuzu aja?"
"Maksudnya semuanya tapi karena daritadi pagi Kakuzu engga keliatan sama sekali, jadi aku kepikirannya kasih tau Kakuzu."
"Baik, aku bakal sampein ke yang lain."
Telepon pun terputus.
"HUWOOOHHH KAKUZU LU DIEM-DIEM BISA NGAYAM TIKAR KAYA GINI! KEREN BA—"
Kalimat yang tidak selesai itu berubah menjadi jeritan kesakitan, Itachi yakin Hidan sudah babak belur tapi masih ada tenaga buat ngecein Kakuzu.
"DANNA! LIAT AJA NANTI MALEM! DANNA BAKAL TERPESONA SAMA SENI LEDAKAN DEI!"
Pandangan Itachi berpindah ke Deidara, seperti biasa si bungsu minta validasi ke Sasori.
"Damai ya Itachi," kata Zetsu sambil duduk di kursi yang bersebrangan dengan Itachi.
"Ya."
"Aku ingin seperti ini terus."
Zetsu menggoyang-goyangkan sendok di tangannya. "Hidup tidak akan berjalan sesuai kemauan."
"Memang tetapi selagi damai seperti ini, baiknya kita menikmati setiap detiknya, bukan?" katanya sembari melihat ke Zetsu dengan senyum tipis.
"Ya, begitulah."
Malam pun tiba, Yahiko sudah menyuruh anak-anaknya untuk mempersiapkan semuanya untuk acara tahun baru mereka. Api unggun sudah berkobar dan Kisame memasukan satu batang kayu ke dalam api unggun, sementara Konan menusukkan dahan kayu yang cukup tebal yang sudah ada ikannya di dekat api unggun.
Zetsu bawa hidangan penutup dari kulkas, mochi, dango, es krim, dan puding.
Nagato membawa dua botol sake berukuran besar, Obito yang membawa mangkuk kecil untuk minum sakenya, namun sayangnya Deidara hanya diperbolehkan minum air putih atau jus jeruk, Konan melarang keras Deidara menyicipi minuman haram itu dan Sasori setuju, Konan juga ikut melarang Sasori meminum sake, Sasori cemberut.
"Muka awet muda, ganteng tambah babyface begini gua udah 35 tahun tau," katanya sambil membuat raut wajah kesal.
"Ya-in aja biar cepet gais," sahut Itachi yang udah duluan nyicip sake.
"Itachi-san, jangan banyak-banyak."
"Cih, tidak adil."
Setelah tidak keluar dari kamar seharian, Kakuzu membawa sebuah tikar besar hasil anyamannya sendiri khusus untuk hari ini. Mereka yang hampir tidak pernah tau soal ini langsung memasang wajah takjub dan tepuk tangan, gak nyangka aja Kakuzu membuat sesuatu tidak menggunakan tarif alias bayar di muka.
"KEREN KAN?! KAKUZU TERNYATA BISA BIKIN TIKER KAYA GINI!"
"Satu jam 500 ryo."
Oke, mereka kompak menarik kata-kata yang sempat memuji Kakuzu.
"DEWA JASHIN GAK SUKA SAMA MANUSIA KIKIR MACEM LU! KALI-KALI KAGAK PAKE TARIF NGAPA JU!" sembur partnernya dengan hujan asam.
"Berisik, urus DiJe lu aja sana."
"Petasannya udah dipasang! Un."
Dari kejauhan nampaklah si bungsu berambut pirang sambil melambaikan tangan, sepertinya petasannya sudah siap luncur dan di belakang si bungsu ada Sasori.
"Ikannya udah mateng nih ayo dimakan." Konan.
"WUIH ASIKK MAKANNN! MAKAN!"
Mereka pun makan ikan bakar dengan lahap, namun kembang api belum meluncur mewarnai langit malam yang gelap.
"Mana petasannya?" komen Zetsu.
"Tunggu bentar lagi, un."
1
.
2
.
3
SWINGGGG! DUAR! DUARR! Percikan api warna-warni terbang ke langit, kembang api meledak beruntun, detik demi detik langit malam menjadi seru, kembang api juga ada meledak berbentuk wajah anggota Akatsuki. Makan ikan bakar yang enak, menikmati setiap teguk sake, malam yang sepi dimeriahkan dengan kembang api.
Hari yang sangat sempurna, hari-hari damai yang diimpikan semua orang.
"TUANGIN LAGI DONG KUZ SAKENYA!"
"Kagak, lu udah mulai mabok."
"KOK GITU SUEHHH?! JAHAT!"
"Sarada gimana ya kabarnya ... semoga dia bisa menikmati hari ini ... hic."
"Itachi-san!"
"MALAM INI ASIK BANGET! BISA NYEMIL PUAS-PUAS SAMA MAKAN IKAN BAKAR!" Obito udah mulai oleng.
Zetsu menjauhkan Obito yang udah mulai oleng ke arahnya. "Menyingkir."
"Yahiko, Nagato, ayo dimakan."
"Iya Konan." Nagato mengangguk lemah.
Yahiko memasang pose hormat sambil senyu.. "SEGERA NYONYA! Konan tuangin sake dikit dong~."
"Iya."
"Hmhmhm ... gimana karyaku ini danna! KEREN KAN?! KEREN DONG PASTI! Un."
"Ya, tidak buruk."
"Ehhh~ gitu aja? Kasih respon yang lebih dong!"
Yahiko mengangkat tinggi-tinggi tangannya yang sedang memegang mangkok kecil berisi sake. "GAISSS AYO KITA UCAPKAN BERSAMA-SAMA!"
"Selamat menyambut tahun baru untuk kita semua! Terima kasih sudah setia baca fanfic sutradara dan bersabar dengan segala keabsurdan di fanfic ini, kami segenap aktor-aktris (beserta sutradara) mengucapkan selamat tahun baru, semoga tahun depan keinginan kita semua di tahun ini yang belum tercapai akan tercapai! (un)."
