[Disclaimer]
Naruto x High School DxD/ハイスクールDD Xover
Masashi Kishimoto Ichiei Ishibumi
Specter of Death : DxD-Verse!
Present by @Mizkevna
Chapter 05: [Game] "Tak Terbatas"! Malaikat Palsu!
.
Beberapa waktu sebelumnya
.
[Celah Dimensi]—
Naruto terbang melayang-layang di ruang hampa tak berdasar dan tak terbatas. Setiap sudut hanya ada pemandangan keunguan sejauh apapun mata memandang, dan 'Chaos' yang bergulung-gulung di ruang hampa yang muncul dan menghilang tak terkendali.
Ditemani, atau sebenarnya dibuntuti oleh seorang gadis kecil yang imut yang mana sejatinya adalah eksistensi 'Terkuat' di dunia.
Sudah berapa lama dia berkeliaran tak tentu arah di Celah Dimensi?
Celah Dimensi adalah suatu keberadaan tempat yang terhubung dan terpisah, yang memisahkan dan menghubungkan dunia manusia dengan dunia-dunia lainnya.
Itu adalah tempat yang berbahaya!
Tanpa perlindungan sesuatu atau tanpa kekuatan yang luar biasa, seseorang akan memilih menjauhi Celah Dimensi dan cenderung tidak akan mau memasukinya.
Meski ada beberapa tempat yang dibangun oleh orang-orang di Celah Dimensi, kebanyakan orang akan menghindarinya karena takut tersesat sampai mati.
Di suatu titik Celah Dimensi, konsep waktu tidak berlaku. Di titik lain, 'Chaos' dan penekanan yang sangat menghancurkan yang dapat meremukkan individu sekelas Maou dan Dewa seringkali bisa tiba-tiba melintas.
Meski tergolong sempit, namun bisa berubah jadi sangat luas, Celah Dimensi adalah tempat abstrak yang sangat tenang dan selalu 'bergerak' tak tentu arah.
"Dimana Great Red–nya, woy?" Naruto bertanya agak kesal kepada gadis yang seenaknya duduk di atas bahunya.
"Disana. Sudah dekat. Lebih cepat."
"Ayolah, kau sudah mengatakan itu berkali-kali, tapi kita masih belum sampai juga. Seriusan deh, Ophis-kun."
"–Kun?" Ophis memiringkan kepalanya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kuntul!" Naruto mendengus, lalu mendesah tidak berdaya mengetahui kalau Ophis yang tidak mengerti ucapannya.
Orang yang duduk seenaknya di atas bahunya itu tak lain dan tak bukan adalah Dragon-God–sama!
Makhluk terkuat di dunia!
Perwujudan Keabadian!
Manifestasi Ketidakterbatasan!
Ouroboros Dragon!
Sejak melepaskan kehadirannya saat di depan kelompok Vali, apa yang menjadi kekhawatirannya malah jadi kenyataan.
Padahal dia sudah buru-buru menghapus jejaknya agar tidak ditemukan oleh Limitless—Ophis. Sayangnya mengelabui Dragon-God–sama adalah perkara yang tidak mudah.
Sial bagi Naruto!
Lari pun percuma. Indra Dragon-God jauh lebih unggul dari apapun. Sejauh apa dia berlari, Ophis akan tetap berhasil mengejarnya. Sepintar apa dia bersembunyi, Ophis tetap akan menemukannya!
Yang lebih merepotkan, saat dia menyamar dan masuk kedalam sebuah kafe di suatu negara, Ophis juga muncul entah dari mana, tiba-tiba memanggilnya 'Ayah' begitu saja, itu membuat orang-orang di sekitarnya menatapnya curiga.
Itu momen paling absurd yang dialaminya pekan ini.
Sejak kapan dia jadi seorang Ayah? Yang lebih penting, sejak kapan Ophis belajar tentang hal-hal seperti itu?
Pada akhirnya dia menyerah.
Hanya ada satu cara agar dapat kabur dari Ophis, dapat dipastikan cara itu sangat efektif. Tetapi dia tidak mau melakukannya.
Percuma saja dia bersembunyi kalau pada saatnya dirinya ingin dan keluar, pada akhirnya akan ditemukan Ophis lagi.
Untuk sekarang dia hanya perlu mengikuti Ophis beserta keinginan anehnya, mencari celah dan mengambil kesempatan untuk kabur kemudian menghapus kembali keberadaannya.
Naruto berhenti terbang, membiarkan dirinya dan Ophis melayang di kehampaan.
"Aku harus pulang. Lain kali saja cari Great Red–nya. Oke?"
"Sudah dekat."
"Tidak, tidak. Kalau diteruskan, bukan hanya kita akan kesulitan mencari Great Red. Bisa-bisa aku, Ophis juga, akan berakhir diikat di kursi!"
Ophis bereaksi '???' tidak mengerti sama sekali.
Posisi mereka berputar, yang semula di atas kini di bawah. Naruto facepalm. Celah Dimensi memang tempat yang merepotkan. Dan menjadi lebih merepotkan karena dipaksa menuruti keinginan gadis yang duduk di pundaknya.
Mencari Eksistensi 'Terkuat' di dunia lainnya yang hanya berenang-renang saja di Celah Dimensi. Seperti pengangguran.
Great Red.
True Red Dragon-God Emperor.
Mencari Great Red adalah hal yang sulit. Apalagi kalau mencarinya di Celah Dimensi. Naruto tidak familiar dengan tempat abstrak ini. Selain karena medannya yang sering berubah-ubah, Great Red sendiri selalu berkeliaran di berbagai sudut Celah Dimensi.
Makhluk itu bisa datang dan pergi kemanapun sesuka hatinya melalui [Gap].
Seiring Ophis mengatakan kalau Great Red sudah dekat, jarak diantara mereka akan terpisah jauh dengan mudah secara tiba-tiba.
Meski Naruto mampu merasakan jejak Great Red dari sini, dan menebak dimana Great Red berada, bisa jadi keberadaan Great Red yang sebenarnya berada di lapisan lain.
Menyebalkan, bukan?
Sebuah ide gila pun melintas di kepalanya.
"Bagaimana kalau Celah Dimensi dihancurkan saja!? Dengan begitu, Great Red tidak akan bisa lari lagi. Kan?"
"Kenapa dihancurkan?" Ophis bertanya bingung, tangan mungilnya meremas-remas rambut pirang Naruto.
"Ophis tidak mau tempat ini dihancurkan?" lelaki itu entah bagaimana mengerti keinginan terdalam Ophis.
Gadis yang aslinya Dragon-God itu tidak menjawab.
Naruto berkedut. "Oke. Turun sekarang juga."
Ophis bergeming. Kedutan di wajah Naruto bertambah.
"Kalau Ophis tidak mau turun, aku akan menculikmu!"
"Specter ingin menculikku? Bagaimana caranya?"
Entah bagaimana, sekali lagi Naruto mengerti kalau Ophis saat ini sedang menantikan pembuktian ucapannya. Walaupun ucapan, ekspresi, dan reaksi Ophis sangat sangat sangat tidak mencerminkan ketertarikan apapun.
Naruto menyeringai licik. Sepertinya dia harus melupakan rencana awalnya yang ingin bersembunyi dari Ophis. Kedua tangannya segera memegangi kaki mungil Ophis yang menjuntai ke bawah.
Dia takkan membiarkannya lari!
"Kalau begitu, ayo lakukan. 'Kita' akan menculik Ophis!"
Dan seketika, kedua makhluk tidak jelas itu hilang entah kemana.
Beberapa hari kemudian
Ouroboros Dragon—Ophis adalah eksistensi yang aneh. Bisa dibilang dia sangat aneh, kalau menggunakan sudut pandang manusia.
Tentu saja kebiasaan masyarakat—manusia tak berlaku di dunia supranatural, logika saja tidak cukup. Dunia supranatural adalah dunia yang melampaui akal pikiran manusia, diluar nalar, tidak dapat dijelaskan dengan hukum alam, karenanya sesuatu yang berbau supranatural di zaman modern biasanya seringkali dianggap fiksi.
"Keik, keik."
Itu karena mata manusia awam terlalu tertutup akan hal-hal material. Sebagian percaya, karena itu berkaitan dengan kepercayaan mereka, sebagian percaya tetapi meremehkan, sebagian tidak percaya karena itu tidak masuk akal, sebagian lagi memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
Itu sudut pandang manusia.
Lalu bagaimana tanggapan orang-orang yang mengetahui, atau yang terlibat secara langsung dengan hal-hal supranatural?
"Kue yang besar, manis."
Yah, mereka tidak terlalu peduli. Manusia biasa adalah manusia biasa. Manusia yang tidak biasa, yang terlibat dalam dunia supranatural, setidaknya sedikit lebih menarik.
"Pelanggan. Total keseluruhan belanjaan anda adalah ¥27500. Apa anda ingin membayar secara tunai atau menggunakan kartu debit? Ada diskon untuk pembayaran melalui debit di toko kami."
"Yah, aku tidak peduli. —Ini. Ambil kembaliannya."
Jadi, saat ini di dalam mall, di toko kue, saat dirinya merasakan ada seseorang yang melihat Ophis dengan wajah terkejut di tempatnya duduk, Naruto pun tersenyum tipis kepada kasir toko.
Kasir perempuan itu tersenyum cerah melihat uang tunai yang diberikan pelanggan adalah ¥30000. Dia melirik ke arah gadis berambut hitam yang menatap berbinar pada bingkisan kue besar di tangannya.
'Gadis kecil yang beruntung.'
"Terima kasih, pelanggan. Silakan berkunjung lagi."
Naruto mengangguk kecil, menoleh sekadar melihat Ophis yang kehilangan fokusnya karena beberapa potong keik yang dibelinya.
"Ayo cari tempat untuk menghabiskan semua itu."
"Kue, Keik."
Naruto pun berjalan, Ophis membuntuti tanpa mengalihkan atensinya dari bingkisan kue di tangannya.
Setelah beberapa saat akhirnya mereka menemukan tempat duduk di lantai dua mall itu dan memutuskan untuk mengambil bagian.
Dengan sigap, Ophis duduk, kakinya tergantung karena tempat duduk yang lumayan tinggi. Dia meletakkan bingkisan kue di atas pahanya, kedua tangannya segera mengambil kue masing-masing satu.
Naruto berekspresi tak berdaya melihat betapa rakusnya Ophis yang mulai memakan keik tanpa ba-bi-bu. Ukuran keik di masing-masing tangannya tiga kali lebih besar dari tangannya.
"Apa itu enak?"
"Mmm. En-nyak. Manis."
Naruto facepalm. Mata Ophis sesekali tampak menyala saat mengambil gigitan besar terhadap keik-keik itu.
Naruto meluruskan tatapannya. Hiruk-pikuk manusia yang berlalu lalang di dalam mall pun memenuhi pandangannya.
"Apa alasan Ophis membentuk Khaos Brigade?"
"Bukan aku. Mmm. —Aku Bosnya."
"Aku tahu." Naruto mengangguk. "Jadi, kenapa Ophis membantu orang-orang itu?"
"Mereka bilang, keik, akan membantuku mengusir Baka-Red."
Naruto mengangguk sekali lagi. Ophis masih asik menikmati keik-nya tanpa memperdulikan sekitar.
"Orang-orang itu tidak mungkin akan melakukannya. Bukankah Ophis bisa mengusir Baka-Red sendiri?"
(๑•﹏•)
"Ophis takut pada Baka-Red?"
"Aku tidak takut."
Naruto mengangguk lagi. Tentu saja, pikirnya. Tidak ada kata 'Takut' dalam kamus Ouroboros Dragon. Nah. Dia ragu, kalau Ophis memang memiliki kamus, kamusnya pasti hanya berisi selembar kertas. Ophis tidak mengenal apa itu takut. Bahkan mungkin, Ophis tidak tahu apa artinya takut.
Saat ini Dragon-God-sama ini hanya tahu cara menikmati kue.
"Ophis bisa menghancurkan dunia sendirian. Jika Ophis ingin menghancurkan dunia, tidak akan ada yang bisa menghentikanmu, lho?"
"Semua kue hilang. Kalau dihancurkan."
"Itu bakalan gawat sih."
Lagi-lagi Naruto mengangguk. Kalau dunia ini dihancurkan, tidak akan ada lagi yang namanya kue. Alasan Ophis—itu terdengar cukup masuk akal.
Naruto melirik sekilas ke arah lain. —Ada seseorang yang diam-diam sudah mengambil tempat duduk, beberapa kaki tidak jauh darinya.
'Wow. Orang ini juga memiliki banyak kue di sisinya.'
"Mmh. Semua kue tercerai berai. Spectre ingin dunia hancur?"
"….….Aku tidak bisa melakukannya seperti Ophis."
"Soliter the Great[1] bisa melakukannya."
"Aku tahu." Naruto melirik Ophis yang telah mengambil sepotong keik lainnya dari kotak. Tak butuh waktu lama baginya untuk melahap keik-nya yang baru sampai tersisa setengahnya.
"Dia mengacaukan 'mimpi'. Banyak orang yang mati karenanya. Baka-Red juga marah." Ophis menoleh, melakukan kontak mata dengan pria pirang di sebelahnya. Mulutnya belepotan oleh sisa-sisa keik. —Ophis pun melanjutkan sesi memakan keik-nya.
"Iya." Naruto setuju. "Satu-satunya orang yang selamat ada disisiku. Dia[2] juga sangat kuat."
"Dia ingin mengalahkan Soliter the Great?"
Naruto tertawa kecil, tepat seperti kata Ophis. 'Mereka sulit untuk bisa akur.' Karena yang satu adalah 'pelaku' yang satunya lagi adalah 'korban' dari sebuah 'mimpi' yang dikacaukan. Keduanya seringkali bersitegang, walaupun sudah tidak sampai meledak-ledak lagi seperti dulu, hubungan mereka masih sulit diperbaiki.
"Specter sudah berhenti mengumpulkan Longinus? Keik tinggal satu."
Naruto menyeringai misterius, pertanyaan satu ini sedikit membangkitkan kenangan lama. Itu benar. Beberapa tahun lalu dia pernah menjadi orang yang paling produktif mencari pewaris artefak-artefak misterius itu. Bisa dibilang dia berhasil mengumpulkan beberapa diantaranya.
Sayangnya dia tidak berhasil menjerat mereka ke dalam sangkar. Begitu pemilik Longinus mati, artefak itu akan menghilang lalu berganti pewaris.
Yah, kebanyakan dari mereka sudah meninggal karena suatu kondisi atau alasan lain. Saat ini dia tidak terlalu memikirkan para pewaris Longinus era ini.
Sayang sekali dulu masih belum menemukan metode untuk 'mendapatkan' Sacred Gear dari pewaris sahnya. Seandainya dia masih secara masif mengumpulkan Sacred Gear seperti dulu, dengan dirinya yang sekarang yang sudah memiliki metode untuk 'mendapatkan' Sacred Gear dari pewaris sahnya, kemungkinan besar dia akan menjadi orang yang dianggap paling merepotkan di dunia.
Tapi sekarang berbeda, waktu telah berlalu tak terasa, dia tidak memiliki niatan akan mengumpulkan Sacred Gear lagi—khususnya tipe 'Longinus'. Itu mempunyai tingkat efisiensi 'mengacau' yang tidak bisa diremehkan.
"Aku tidak membawa uang lebih. Lain kali aku belikan lagi, ya."
"Keik Soliter the Great sangat enak, manis."
Naruto sweatdrop melihat mata Ophis yang seakan-akan terbakar oleh kenikmatan makan keik.
"Mau minuman?"
"Tidak usah."
Naruto berdiri. Ophis sudah menghabiskan semua keik yang dibelikannya. Dia tidak akan pusing-pusing memikirkan kemana larinya semua keik itu. Bagi Naruto, Ophis menelan sebuah planet sebesar bumi—adalah hal yang sangat memungkinkan bisa dilakukan.
Dia hanya bermaksud menyenangkan Ophis. Mengajak Dragon-God jalan-jalan. Tidak ada tujuan lain. Tidak lebih dari itu.
"Ayo cari makanan lain diluar."
"Specter masih ada uang?"
"Jangan dipikirkan. Aku masih punya banyak sekali di sakuku."
(๑•﹏•)
Seperti kata Naruto barusan, Ophis tidak perlu terlalu jauh memikirkan kata-kata pria itu, yang sebelumnya bilang 'tidak membawa uang lebih'. Jadi, Ophis menuruti Naruto, berjalan di sisinya, seperti seorang anak kecil yang sedang liburan bersama orangtuanya.
Dia diam-diam melirik.
Jantungnya terus menerus berdegup sejak tadi.
Dia adalah seorang wanita muda biracial cantik yang terlihat seperti keturunan Jepang dan Eropa, memiliki rambut pirang panjang yang diikat menggunakan pita dan diikat dalam kepang yang terlihat sangat mirip mahkota, matanya heterokromik dengan mata kanan berwarna biru dan mata kirinya hitam—.
Saat pertama kali melihat kemunculan Ophis di dalam mall, ikut mengantri di depan toko kue, dia terkejut bukan main.
Sesekali dia melihat ke layar ponselnya.
Awalnya dia ragu, tetapi setelah melihat layar ponselnya, dia yakin. Penampilan gadis itu telah teridentifikasi sebagai Ouroboros Dragon —Ophis yang asli.
Belakangan ini nama Ouroboros Dragon mulai membuat keresahan di setiap golongan.
Jadi, karena kebetulan yang aneh, dia membeli banyak keik—dia sangat menyukainya, lalu dia memutuskan 'menyelidiki' apa yang sedang dilakukan Pemimpin Organisasi Teroris Khaos Brigade—Ophis disini.
Dia cuma makan banyak keik!!!??
Dia awalnya benar-benar ragu, tapi Ophis yang menikmati memakan kue itu sungguhan!
Hanya saja———.
'Siapa orang yang bersama Ophis itu? Kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya!?'
Itu aneh, sangat aneh.
Setiap kali dia mencuri-curi pandang, wajah pria itu seperti sulit dilihat. Blur, tidak, bukan. Itu lebih seperti orang itu 'tidak berwajah'.
Dia juga mengirim pesan kepada rekannya. Dia juga mendapat balasan. Sesekali dia membalas langsung, menyampaikan informasi yang baru dirinya dapatkan.
Percakapan Ophis dan pria 'tidak berwajah' itu terdengar absurd, tetapi entah bagaimana saat dipikir-pikir lagi itu sangat menyeramkan!
Mereka dengan enteng membicarakan sesuatu seperti menghancurkan dunia.
Saat melihat keduanya melenggang, buru-buru dirinya mengirim pesan kepada rekannya.
'Ouroboros dan Orang itu pergi. Aku akan mengikuti mereka. Akan ku kirimkan lokasiku lagi nanti.'
Selesai mengirimkan pesan, dia memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dengan terburu-buru namun berhati-hati, dia pun mulai membuntuti kedua orang itu.
Dia melihat mereka keluar dari mall. Sudah menyebrangi jalan.
Jadi, mulai saat itu, selama beberapa jam kedepan, dia mengikuti Ophis dan pria 'tidak berwajah' itu kemana-mana.
Membeli banyak gyoza, Ophis memakannya.
Berdiri di stan takoyaki, Ophis menginginkannya.
Membeli kroket, gurita bakar—ikayaki, telur gulung, dango, popcorn, kue kering—taiyaki, melonpan, nikuman, okonomiyaki, dan banyak jajanan lainnya yang bisa ditemukan di jalanan atau apa saja street food yang mereka lihat akan mereka beli.
Ophis mendapatkan apapun yang dilihatnya, sementara pria 'tidak berwajah' itu membayar semuanya tanpa terlihat mengeluh sama sekali.
'Sebenarnya, apa yang sedang aku lakukan? Apa yang kulihat ini?'
Selama berjam-jam membuntuti mereka, tidak ada satupun hal yang mencurigakan yang bisa dirinya temukan.
Kedua orang itu hanya jajan, beli, makan, lalu pindah ke tempat lain—tentu saja menemukan tempat makanan yang lain.
Dia merasa bodoh sendiri sudah membuntuti keduanya. —Entah kenapa dia merasa bersalah sekarang.
Kalau dipikir-pikir——.
Dia mengambil ponselnya dari saku, kemudian dia membuka fitur 'kamera'—beberapa kali dia mencuri tangkap gambar kedua orang yang dibuntutinya yang pada saat ini sedang berdiri di depan stan kuliner lainnya.
Setidaknya dia harus mengumpulkan bukti.
Dzztt!
Ponselnya bergetar—ada sebuah pesan masuk. Melihat nama 'Agent-I' sebagai pengirimnya, dia tersenyum, itu adalah nama samaran yang dia berikan kepada rekannya.
Dia tidak sabar ingin melihat balasan apa yang diberikan rekannya mengenai misi–nya saat ini.
Informasi penting apa yang akan diterima. Ini persoalan serius.
Gadis itu membuka pesan tersebut.
Apa yang dia lihat berikutnya adalah—
[Shigune! Lari!]
"???"
Dzzt!
Dzztt!!
Ponselnya bergetar beberapa kali. Lalu getaran berikutnya jadi lebih panjang.
Panggilan masuk.
Dia masih dalam keadaan bingung mendapat balasan yang menyuruhnya untuk 'lari'. Apa ada sesuatu yang salah. Kenapa pesan Agent-I seperti itu?
Saat dia sedang ragu-ragu di dalam pikirannya karena isi pesan tersebut, berpikir, haruskah dia mengangkat panggilan masuk dari Agent-I, yang sangat mendadak—karena sepertinya ada urgensi———
Dia hendak menerima panggilan itu.
"Kau tidak akan mengangkatnya, kan?"
(ʘ言ʘ)!!
Mata heterokromatik itu terbelalak! Tubuhnya menegang hebat! Jari-jarinya kaku, mendadak ibu jari yang hendak menekan tombol hijau itu membeku.
"Kau bisa menerimanya. Tidak, kau harusnya menerima saat seseorang yang penting bagimu menelponmu, kan? Mungkin saja itu akan jadi sebuah perpisahan yang mengharukan."
Tubuhnya tidak bisa digerakkan—ada sesuatu yang, sepertinya mengunci mobilitasnya. Tidak hanya itu————.
Suara maskulin yang terdengar ramah namun membawa perasaan mengambang—seseorang yang bicara padanya itu berdiri tepat di belakangnya.
Kata-katanya tenang, namun terdapat ancaman dibalik semua itu.
Kulit kepalanya merasakan sensasi kesemutan. Tidak—seluruh tubuhnya merasa tertekan oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Gadis ini tahu betul apa artinya itu. Dia sedikit familiar terhadap sensasi tidak nyaman ini. Itu perasaan ketakutan yang sudah lama tidak dia rasakan.
Dia mendengar suara maskulin itu lagi—
"Mencoba menyentuh domain yang tinggi pada kondisi seperti ini. —Pemilik Sacred Gear pada era ini sungguh tidak bisa diremehkan."
Nada bicaranya terdengar antusias.
Lalu seorang laki-laki berjalan di sisi kanannya dengan gerakan yang ringan. Mantel hitamnya yang panjang berayun pelan.
Akhirnya——
Pria berperawakan tinggi berambut pirang dan bermata biru berwajah campuran Asia–Eropa itu berdiri di depannya—menyungging seringai puas.
Dia akhirnya melihat wajah asli dari pria 'tidak berwajah' yang dia buntuti sebelumnya.
"Mengambil gambar tanpa seizin pihak terkait, harus kukatakan, korban, itu bisa dipidanakan. Gadis kecil. Apa yang coba kau mainkan?"
——Dia tertangkap basah!
Dia tidak bisa, karena dia tidak bisa berbicara saat ini. Sesuatu menahan suaranya. Juga, tidak mungkin dia menjelaskan apa yang sudah dia lakukan—menguntit seseorang adalah tindakan kriminal.
Belum lagi, sekalipun dia bisa berbicara, dia tidak akan bicara sesuai apa yang diinginkan pria di depannya—orang itu sangat berbahaya!
Dia bahkan berbicara 'menghancurkan dunia' dan lain-lainnya dengan enteng. Disisi lain, dia juga berbicara dengan pemimpin organisasi teroris Khaos Brigade—Ophis.
Dia benar-benar lengah—hanya karena melihat Ophis yang tidak berbuat hal-hal mencurigakan selain memakan makanan yang dibeli di pinggir jalan, karena hal itu dia akhirnya tertangkap olehnya.
Pria itu bahkan tahu kalau dia adalah pemilik Sacred Gear.
Melihat ekspresi wajahnya—gadis itu bahkan tidak tahu tampilan macam apa yang dia miliki saat ini, laki-laki itu pun berkata——
"Aku cukup berpengalaman menangani Sacred Gear. Untuk saat ini Aku hanya menyegelnya? Oh, itu cukup mudah. Atau—haruskah sekalian kuambil saja sebagai souvenir?"
Saat itulah, dia menyadari telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak di sentuh———
Naruto facepalm melihat tubuh ambruk tidak sadarkan diri di depan matanya.
Dia tidak berencana membuat gadis itu jatuh pingsan. Awalnya dia berencana akan menarik sedikit informasi dari gadis itu dengan sedikit menakut-nakuti, tapi siapa sangka gadis itu beneran ketakutan sampai pingsan…? Apalagi sampai mulutnya mengeluarkan busa begitu.
Padahal gadis itu cukup gigih membuntutinya selama berjam-jam.
'Aku hanya menyegel Sacred Gear-nya, tapi dia tidak bisa bergerak atau bahkan bicara. Apa psikisnya lemah?'
"Itu karena Spectre terlalu seram."
Seperti petir menyambar, Ophis yang muncul entah dari mana, sambil menenteng permen apel, mengatakan hal itu—seolah mengerti apa yang sedang dia pikiran.
Alis Naruto berkedut, 'Dasar tidak tahu terima kasih.'
"Tunggu aku melakukan sesuatu sebentar. Kita lanjutkan acara 'Menculik Ophis' setelah itu."
"Mmm."
Ophis mengangguk saja, sambil menikmati permen apel di tangannya, dalam diamnya dia memperhatikan Naruto yang sedang berbuat 'sesuatu' pada gadis tidak sadarkan diri itu——
Di suatu fasilitas penelitian tertentu yang dibangun di tempat bawah tanah—
Raynare termenung.
Tempat ini berada di antah berantah, dimana untuk mencapai kesini dibutuhkan teleportasi khusus yang hanya dapat digunakan oleh orang yang telah teridentifikasi. Lebih dari itu, hanya orang yang memiliki kedudukan yang cukuplah penting.
Saat ini, sang gadis mantan malaikat jatuh itu memandang sebuah papan tablet yang menyatu dengan tunggul kecil di depannya, ragu.
"Aku hanya perlu meletakkan tanganku di atasnya kan?"
Lebar tablet itu cukup besar untuk menampung dua telapak tangan pria dewasa.
"Iya. Cukup lakukan itu dan kamu akan teridentifikasi, namamu akan segera terdaftar sebagai [Player]."
"B-Baiklah."
Raynare mengangguk, entah bagaimana dia merasa gugup. Padahal dia hanya perlu meletakkan tangannya di atas tablet tersebut.
'Oke! Ayo lakukan!'
"Daftar!"
Begitu dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas tablet, segera benda itu bersinar cukup terang.
Sebuah layar proyeksi muncul di depannya.
[Player : Raynare]
Race: ???
Age: Granny
Class: [D-Class]
Role: (Belum Diisi)
Ability:
—Light Power [C]
—Dragon Aura [E]
—Magic [D]
—Durability [D]
Status:
—Cursed (S)
—Transcendent: (Unawakened)
Status:
—Servant of the Venom Blood Dragon!
—Personality:
Kejam, picik, sadis, pengkhianat, pendendam, pengecut, penjilat, sombong, manipulatif, biadab, dan sangat menipu!
Sambil menunjuk layar proyeksi, Raynare menengok ke belakang, wajahnya terlihat sangat syok, tidak percaya pada yang dilihatnya.
Dia menatap nyalang, menuntut jawaban kepada gadis yang telah menemaninya selama hampir seminggu ini.
"Tidak ada privasinya!?"
"Y-Yah. Kau cukup hebat."
Gadis itu membuang muka sweatdrop lalu melirik dengan manik beriris rubinya ke arah Raynare jijik.
Hati Raynare seperti ditusuk ribuan jarum tak kasat mata melihat reaksi gadis itu.
Raynare memerah antara malu dan marah sekaligus tidak terima melihat 'kepribadian' yang tertera di layar proyeksi itu.
Secara tidak langsung, dirinya diekspos habis-habisan. Belum lagi yang diekspos hanya kepribadian buruk-buruk. Tidak ada satupun kalimat yang mengatakan hal baik tentangnya.
Dia melihat layar proyeksi lagi.
Namanya masih Raynare, namun ras-nya ditulis '???' yang sama sekali tidak dapat diartikan.
Tingkat kekuatannya berada di Class [D].
Bila peringkat diibaratkan seperti di dalam game, dimulai dari yang terendah sampai yang teratas– [E-D-C-B-A-S] –maka kekuatan total miliknya berada di urutan kedua dari yang terbawah.
Yang terlemah satu tingkat di atas yang terlemah!
Disamping 'Ability' dirinya saat ini memiliki kekuatan naga, yang lainnya tidak begitu dirinya pedulikan.
"Aku…. 'Dikutuk'?"
"Sampai dikutuk pada tingkatan [S]. Kau pastilah bukan orang biasa, huh?"
Raynare menoleh ke samping, ekspresi wajahnya tampak ketakutan setelah mendengar apa yang gadis bermata ruby itu ucapkan.
"Ap-Apa maksudnya?"
"Coba lihat lagi ke bawahnya."
Gadis itu menunjuk layar proyeksi.
Raynare mengikuti instruksinya tanpa pikir-pikir.
"Peringkat milikmu masihlah [D] tapi disini tertulis [Transcendent]. Sesuatu yang hanya bisa didapatkan ketika seorang [Player] telah mencapai peringkat [B]. Dengan kata lain, kalau status [Transcendent]-mu berubah [Awakened] ada kemungkinan peringkat milikmu akan meloncat naik ke peringkat [B] tanpa harus susah payah."
"Itu…. Jadi, aku tidak perlu naik kelas secara berurutan?"
"Itu masih kemungkinan. Tidak ada yang namanya kekuatan instan. Yang instan hanya ramen. Selain itu, kamu membawa status: [Servant] dari Tama-sama. Tsk!"
Mendengar decakan di akhir ucapan gadis itu, telinga Raynare berkedut. Ekspresinya jelas menunjukkan keheranan.
"Apa yang bagus dari menjadi seorang [Budak]?"
Pltak!
Raynare melenguh kesakitan, mengusap kepalanya yang baru saja dijitak pelan. Ia menatap sang pelaku pemukulan dengan wajah marah.
"Apa yang kamu lakukan!?"
"Apa? Kau tidak terima? Ngajak ribut?"
'Kenapa jadi dia yang sewot! Bukankah aku yang dipukul disini!?'
Ini pembulian.
Dia tak terima diperlakukan begitu meski dirinya anak baru. Tetapi Raynare tidak berani membalas, dia terlalu takut untuk mengutarakan isi kepalanya.
"Tama-sama itu makhluk kuno, naga yang tercatat dalam legenda. Julukan [Ethereal Devouring] bukan sekedar nama saja. Dia sudah memakan "Ethereal" tidak terhitung jumlahnya. Apa kamu pikir bisa selamat dari pemusnahan setelah melawan Dewa adalah lelucon? Sudah berapa masa hal itu berlalu? Bayangkan seberapa kuatnya Tama-sama sekarang daripada masa lalu? Jika seorang [Player] berperingkat [A] saja mampu menghancurkan sebuah kota atau negara kecil, maka Tama-sama adalah peringkat [SSS] yang bisa menghancurkan keseimbangan dunia."
Raynare megap-megap, ekspresinya menunjukkan apa yang ada dipikirkannya.
Memang menghancurkan keseimbangan dunia bukan berarti menghancurkan dunia, tetapi ketika keseimbangan dunia dirusak, hanya tinggal menunggu waktu sampai dunia benar-benar hancur.
Faktor penting alasan kenapa dunia masih baik-baik saja sampai saat ini dikarenakan banyak orang kuat lainnya, yang menjaga keseimbangan dunia dan membiarkannya tetap berjalan sebagaimana mestinya.
"Coba pikirkanlah keuntungan seperti apa yang akan didapatkan. Kamu memiliki kekuatan naga, Tama-sama adalah naga legendaris. Kalau kamu melayani dengan baik mungkin saja akan mendapat 'berkat' dari naga legendaris."
Gadis tersebut bersedekap dada membuat dadanya menonjol dan terlihat menantang. Matanya yang agak sipit menatap Raynare tajam.
"Kau memiliki sikap yang sangat menjengkelkan dan berotak bebal, anehnya kau sangat sangat beruntung."
("….…"›‹)!
'Aku ingin sekali memukul wajah cantiknya, tapi kudengar dia [Player] kelas atas!'
Itu artinya, gadis itu lebih kuat daripada Raynare.
[Player] adalah sebuah istilah yang digunakan oleh orang-orang dari organisasi ini.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural dari berbagai macam ras yang bergabung di dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pria misterius bahkan di dunia supranatural.
Specter of Death—!
Sebagai seorang yang sejak awal berasal dari ras supranatural, sedikitnya Raynare tahu tentang itu.
Siapa itu Specter of Death?
Awalnya dia pikir Specter of Death adalah frasa untuk sebuah kelompok yang bertahun-tahun lalu telah mempermalukan Dewa-dewa Jepang.
'Katanya, Specter of Death-sama adalah buronan utama mereka.'
Kelompok penghancur dunia bawah, atau Alam Kematian Dewa Shinto.
Fakta sebenarnya, Specter of Death bukanlah suatu 'kelompok' melainkan julukan individu yang diberikan kepada seseorang bernama aslinya adalah, Naruto—sama.
Namanya sangat ke-Jepang-an banget, akan tetapi penampilannya sangat tidak mencerminkan orang Jepang.
Di bawah kepemimpinannya, berdirilah sebuah organisasi tak bernama.
Struktur organisasi mereka cenderung samar dan belum jelas. Namun hirarki di dalam organisasi ini cukup jelas.
Yang Raynare tahu, ada sekitar tujuh orang yang perlu diperhatikan dimana dia tidak boleh bersikap tidak hormat.
Specter of Death – Leader-sama.
Venom Blood Dragon – Tama-sama.
Superior Beauty – Ms. Shangguan Yan.
Poltergeist Polaris – Ms. Édith Ardant.
False Fereshteh – Ms. Shirin Setareh.
Greedy Girl – Ms. Nanase Karin.
Ultimate Servant – Dame Sakuya.
Mengecualikan Leader-sama yang melambung tinggi di atas angkasa, dan Ultimate Servant Soliter - Dame Sakuya, yang tidak diketahui kekuatannya, kelima orang tersebut dikatakan memiliki kekuatan yang hampir sama rata.
Selain ketujuh nama tersebut, semua orang yang tergabung dalam organisasi adalah [Player]. Bisa dibilang, Tujuh orang tersebut adalah [Admins] dari [Game] yang dimainkan [Players].
[Game] yang dimaksud adalah sebuah permainan supranatural yang dimainkan oleh [Player] untuk mencari dan mendapatkan poin pengalaman yang akan membantu meningkatkan kekuatan mereka.
Dikatakan kalau [Players] akan dipindahkan ke suatu tempat [Battlefield] yang jauh dan dipenuhi monster-monster kuat. [Players] diharapkan agar membasmi monster sebanyak mungkin sembari bersaing dengan [Players] lainnya.
Semakin banyak [Player] membunuh monsternya semakin banyak pula yang bisa didapatkan.
Untuk [Player] yang berhasil membasahi monster paling banyak, [Player] akan mendapatkan sebuah hadiah menakjubkan sebagai 'Piala' sebagai tanda kejuaraan.
"Apa yang kau pikirkan? Ayo keluar."
Raynare tersentak dari lamunan panjangnya. Raut mukanya terlihat bingung.
"Apa prosedur menjadi [Player] semudah itu?" itu sesuatu yang ingin dia tanyakan. Apa meletakkan kedua tangannya di atas tablet itu akan menjamin kalau dirinya sudah terdaftar sebagai [Player]?
"Apa cukup begitu saja?"
"Itu sudah cukup. Bukankah hal 'itu' sudah aku jelaskan hari kemarin?"
"AH!? Aku hampir melupakannya."
"Haiih. Kau ini."
Raynare merengut malu, dia baru mengingatnya.
Itu benar. Setelah seseorang mendaftarkan diri di tablet sebagai [Player] baru dipastikan kalau orang itu akan terhubung dengan [Game System] yang bernama——
"Tunggu dulu. Disini bukan tempat yang tepat untuk membuka itu. Ayo keluar dulu."
Raynare pun diseret keluar dari ruangan tersebut. Sudah berapa kali dia diperlakukan seperti ini. Dia mulai terbiasa, walaupun sangat memalukan.
Wajahnya tampak kosong.
.
#-#-#
.
.
"Hidup terasa hampa bila diri ini tidak dapat menemukan arahnya."
@Raynare
.
.
#-#-#
.
[Spect] diambil dari nama [Specter] namun yang dimaksud sebenarnya adalah [Specifications].
Ketika [Player] menyebut atau memanggil [Spect] dengan suaranya atau hanya dengan pikirannya, sebuah panel holografi akan muncul di hadapan [Player]—
[Player] : [Raynare]
—Race: ???
—Class: [D-Class]
—Role: (Belum Diisi)
Ability:
—Light Power [C]
—Dragon Aura [E]
—Magic [D]
—Durability [D]
Status:
—Cursed (S)
—Transcendent: (Unawakened)
Status:
—Servant of the Venom Blood Dragon!
[Data] [Forum] [Event] [Equipment]
[Champions List] [Bulletin] [Breaking News]
Itu terlihat tidak banyak berubah seperti terakhir kali, dengan peniadaan [Personality] disana. Raynare sedikit lega karena tidak harus melihat hal-hal buruk tentang kepribadiannya.
Selain peniadaan [Personality] yang membuatnya kesal, ada beberapa tambahan seperti Bulletin, Breaking News, Event, dan Daftar Juara. Di sudut kanan atas panel ada [Data] dan di sudut kiri bawah ada [Forum].
Mata Raynare tertuju pada [Forum]. Dia merasa tertarik untuk melihatnya.
Tapi caranya bagaimana?
"Buka…?"
Tak ada respon. Raynare berkedip.
"Buka forum!"
Masih tak ada respon.
'Seharusnya aku bertanya lebih banyak pada manusia itu.' inner Raynare mengeluh.
Sayangnya satu-satunya orang yang ia kenal di organisasi ini sedang tidak ada di rumahnya. Iya. Gadis itu sedang pergi, katanya dia ada urusan di perguruan tingginya.
"Bagaimana caraku membuka forum?" Raynare bertanya-tanya pada dirinya, meski sudah hampir seminggu dia bergabung dengan organisasi ini dan mendapatkan arahan dari seniornya, tetap saja dirinya masih tidak tahu apa-apa.
Hanya saja, apa yang tak disangka-sangka Raynare adalah panel holografi di depannya bersinar pudar dan munculnya kata-kata panjang di sana.
[Untuk membuka [Data] – [Spect]–Data!]
[Untuk membuka [Forum] – [Spect]–Forum!]
[Untuk membuka [Event] – [Spect]–Event!]
[Untuk membuka [——] – [Spect]–——!]
—dan seterusnya, dan seterusnya.
Raynare mengernyit, kemudian tersenyum cerah. Akhirnya dia sedikit mengerti cara menggunakan sistem sialan ini!
Jujur teknologi yang dijalankan sistem sialan ini sangat tidak biasa. Dari yang dia dengar, suatu kali seorang pengguna Sacred Gear Longinus tipe penghalang mencuri informasi tentang penelitian [Spect].
Tetapi itu tidak benar.
Karena yang dicuri bukanlah [Spect] melainkan sebuah 'prototipe' yang dianggap 'sesat' karena memiliki resiko tinggi dan dibuat jauh sebelum penelitian [Spect] diusulkan.
Sebuah penelitian yang dibuat oleh Leader-sama di waktu senggangnya.
"Spect! Forum!"
Raynare bangkit dari rebahan, duduk di sisi kasur menatap panel sistem.
Panes sistem bersinar sekali lagi.
Raynare mengernyit. Sepertinya obrolan di forum sudah dimulai sejak beberapa saat lalu.
Judul pembuka saat pertama kalinya dia melihat forum adalah sebagai berikut——
[Apakah baik-baik saja memilih 'Tuan Masa Muda' pada [Event] kali ini?]
——
[Player]–Borutolol: Menurutku akan baik-baik saja. 'Tuan Masa Muda' dikenai [Nerf] sebesar 75% dari kekuatan aslinya.
[Player]–Lorelei: Yang kita bicarakan ini adalah Tuan, lho.
[Player]–Raynare. Telah bergabung ke dalam obrolan…
[Player]–Borutolol: Memang kenapa? Bukankah di event sebelumnya kita berhasil mengalahkan Ms. Shirin?
[Player]–Paverneh: Karena Lady Shirin sangat baik hati seperti Malaikat. LoL!
[Player]–XxxX3: Percuma saja Paverneh-san. Si bodoh itu tidak pernah menggunakan otaknya.
[Player]–XxxX1763: Lmao!
[Player]–XxxX73: Lmao!
[Player]–XxxX96: LoL! LoL! LoL!
[Player]–Borutolol: Kalian sangat kejam! Beraninya main keroyokan! Dasar pembuli!
[Player]–Lea: Kaunya terlalu berisik! Lmao!
[Player]–Mia: Kamu Borutolol harus berpikir sebelum bicara. LoL!
[Player]–XxxX1045: Mia benar. Pikirlah dulu sebelum bicara. Kau, Borutolol, lupa? Berapa banyak [Player] kelas [A] dan [S] yang maju untuk mengalahkan Ms. Shirin seorang? Idiot!
—
Itu pembulian beneran!
Raynare ngeri melihat komentar-komentar pedas [Players] lain yang 'menghabisi' seorang [Player] di kolom komentar.
Jumlah orang yang hadir di forum saat ini telah mencapai hampir dua ribu peserta. Itu artinya organisasi ini memiliki keanggotaan yang cukup besar.
Ada banyak nama-nama baru yang dia lihat. Jadi, mereka pasti [Players] dari organisasi ini dan yang sering bermain [Game].
—
[Player]–Zara Magnussen: Apa kalian pernah dengar rumornya? Mantan [Player] dan Champion Pertama, Nona Édith Ardant.
[Player]–Borutolol: ….??
[Player]–XxxX73: Rumor apa?
[Player]–Lea: Apa itu?
[Player]–Mia: Apa itu?
[Player]–XxxX96: Bro, katakanlah atau aku akan mencekik marmut kesayanganmu.
[Player]–Paverneh: Si tukang gosip ini mulai berulah lagi.
[Player]–Zara Magnussen: Diamlah kau, Paverneh! Dan kau XxxX96! Aku tidak punya marmut! Aku hanya memiliki Tuanku yang Agung! Specter-sama~ di hatikuuu~!!
—
Raynare berkeringat dingin membaca komentar [Player] bernama Zara Magnussen itu. Itu sedikit membuat bulu kuduknya berdiri.
Dan melihat komentar-komentar balasan [Player] lain, yang mengejeknya habis-habisan, sepertinya mereka sudah terbiasa dengan [Player] bernama Zara Magnussen tersebut.
—
[Player]–XxxX1045: …….Jadi, apa?
—
'Kerja bagus, XxxX1045!' Raynare mengangguk mantap melihat komentar [Player] itu, tampaknya orang ini seorang yang bijaksana.
—
[Player]–Zara Magnussen: Huft! Kudengar [Boss] yang pertama kali diperankan di dalam [Game] adalah Tuan-ku 'Masa Muda' yang Agung! Specter-sama! Dan kalian tahu!? Katanya, banyak variabel yang muncul! System Error! Lalu Nona Édith Ardant hampir gagal menyelesaikan [Game]-nya!
—
Bagai sebuah bom telah meledak, ribuan komentar bergulung-gulung bermunculan satu persatu. Ribuan [Players] yang sebelumnya hanya diam menyimak atau menikmati kekacauan di dalam forum, pada saat ini berbondong-bondong ikutan berkomentar.
Atas ungkapan [Player] Zara Magnussen itu telah menimbulkan efek dahsyat. Komentar-komentar tidak percaya, terkejut, mengejek, marah, takut, tertawa, dan lain sebagainya meramaikan forum.
Raynare sampai pusing melihat kolom komentar bergulir sangat cepat saking banyaknya komentar yang muncul.
'Mereka benar-benar heboh!?'
Tidak sedikit yang percaya pada ungkap [Player] Zara Magnussen itu, namun kebanyakan [Players] tampak seperti tidak ingin mendengarkannya.
Namun kehebohan itu segera berlalu saat sebuah tulisan berwarna melintas di antara banyaknya komentar.
—
[Administrateur] Édith Ardant. Telah bergabung ke dalam obrolan….
[Player]–Zara Magnussen: (ʘ言ʘ) (Emoticon: Terkejut)!?
—
Seketika tak ada satupun yang menuliskan sepatah kata di kolom komentar. Semua yang hadir di forum kompak untuk berhenti menulis komentar bahkan jika mereka ingin.
Sebagaimana halnya [Player] Zara Magnussen menuliskan komentar berupa emoticon panik, Raynare yang melihat nama[Administrateur] Édith Ardant muncul pun sampai menahan nafas.
…
[Administrateur] Édith Ardant: Kenapa kalian berisik sekali sih! Kepalaku rasanya mau pecah mendengar notifikasi! Jangan me-notice ku lagi!
…
Raynare mengerti. Kemunculan [Administrateur] Édith Ardant saat ini mungkin disebabkan oleh banyaknya [Players] yang mencantumkan namanya di kolom komentar dan pada akhirnya membuatnya terpanggil.
'Dia terganggu!'
Siapa sangka, bukannya bertanggung jawab telah mengganggu satu-satunya murid Leader-sama, para [Players] yang sebelumnya mengganggunya saat ini malah tutup mulut.
Dan, tiba-tiba, di kesunyian itu, seorang [Player] yang namanya sangat absurd menurut Raynare, dengan langkah tegas berkomentar tajam tajam—.
…
[Player]–Reich Armer: @[Administrateur] Édith Ardant–sama. Seseorang bernama @[Player]–Zara Magnussen mengatakan sesuatu seperti ini. Ini sulit dipercaya! Tolong beri kami penjelasan!
—Replay». [Player]–Zara Magnussen: Huft! Kudengar [Boss] yang pertama kali diperankan di dalam [Game] adalah Tuan-ku 'Masa Muda' yang Agung! Specter-sama! Dan kalian tahu!? Katanya, banyak variabel yang muncul! System Error! Lalu Nona Édith Ardant hampir gagal menyelesaikan [Game]-nya!
…
'Kaya Miskin!? Nama macam apa itu!?' Raynare lebih terkejut membaca nama [Player] tersebut dibandingkan isi komentarnya.
Reich Armer membawa-bawa nama [Player] Zara Magnussen seakan-akan ingin menyeretnya ke dalam masalah, sekalian meminta validasi perihal rumor yang disebarkan Zara Magnussen kepada [Administrateur] Édith Ardant.
...
[Player]–Zara Magnussen: Awas saja kau nanti! @Reich Armer! Aku tidak akan pernah membiarkanmu! Aku akan mencarimu dan mengikatmu! (٥_)
[Player]–Reich Armer: Tidak! Tolong jangan mencariku! Aku juga sedang dikejar-kejar saat ini! Aaaaaaaaah! Tidaaak! (ʘ言ʘ)!!
...
[Player] Zara Magnussen yang tidak terima pun membalas dengan ancaman. [Player] Reich Armer pun membalasnya dengan komentar yang heboh.
Kedua [Player] itu, apa mereka tidak punya sopan santun atau sekadar takut pada Édith Ardant? Itu membuat Raynare bertanya-tanya, akan seperti apa jadinya respon sang [Administrateur] Édith Ardant kelak.
Dan, pertanyaan yang berputar-putar di benaknya pun akhirnya terjawab.
...
[Administrateur] Édith Ardant: ...!? Ada juga orang gila seperti itu, ya? Pokoknya jangan me-notice ku lagi. Pilihlah [Boss] lain. Oke!? Itu untuk keselamatan kalian!
[Administrateur] Édith Ardant. Telah meninggalkan obrolan….
...
————Itu diluar perkiraannya.
Begitu saja?
Seorang Édith Ardant yang beberapa hari lalu menciduknya dengan aura menindas menghilang begitu saja dari forum.
Dia pergi setelah mengatakan kalimat yang cukup jelas seperti menyarankan [Players] yang hadir di forum ini untuk memilih [Boss] lain.
Itu sesuatu yang Raynare masih belum mengerti.
Kolom komentar di forum kembali banjir. Tapi Raynare sudah hilang ketertarikan.
Gadis mantan malaikat jatuh itu menjatuhkan punggungnya di atas kasur. Menatap langit-langit kamar dimana tempatnya tinggal sementara.
'Kapan cewek itu pulang?'
#-#-#
.
"Engkau selalu dan terlalu banyak beralasan. Ingin sekali rasanya aku tombak saja batang leher milikmu."
@ZaraMagnussen
.
#-#-#
Di kediaman Naruto—
"Mm, maksudnya Naruto-sama menghilang sejak enam hari lalu?"
"Iya. Tuanku tidak bisa dihubungi."
Dia melepaskan tudung yang menutupi kepalanya yang terhubung dengan jubah putih panjangnya.
Wanita berambut pirang kecoklatan itu mendesah lesu. Seulas senyum tidak berdaya mengembang di wajahnya yang cantik dan mempesona.
Mata beriris hijau keemasan miliknya sesekali akan berkelip-kelip berkilauan bagaikan permata yang terkena sinar cahaya.
Ketika dia bergumam, suaranya mengalun merdu. Tidak ada yang bisa dilakukan disini. Dia datang jauh-jauh kesini untuk menemui Naruto, tuannya entah kenapa tidak bisa dihubungi.
Awalnya dia pikir Naruto sedang sibuk mengurusi sesuatu di rumah, sayang sekali ternyata tuannya justru sedang tidak ada di rumahnya.
"Dame juga tidak tahu dimana Naruto-sama? Ini urusan yang cukup penting, lho. [Event]-nya akan dimulai lusa. Kita butuh kehadiran Naruto-sama untuk membahas 'reward' apa yang sekiranya bisa diterima peserta."
"Iya. Aku tidak tahu. Tuan-ku, terakhir kali hanya mengabariku 'sedang dikejar-kejar sesuatu' seperti itu kepadaku."
'Kamu bohong, Dame.'
Wanita tersebut menggigit bibir bawahnya pelan. Sangat sulit untuk dapat bertukar kata dengan sang Ultimate Servant—Sakuya Lebih sulit dari rintangan apapun yang ada di dunia.
Dame Sakuya adalah seseorang yang mempunyai mulut paling rapat yang pernah dia kenal, wanita itu takkan berbicara di luar 'batas-batas' yang telah ditetapkan oleh dirinya dan Tuan-nya.
Jika Tuannya, Naruto tidak mengatakan apa-apa, maka Dame Sakuya pun takkan bersuara. Mereka berdua saling menjaga kerahasian satu sama lain—
"Nona. Silahkan tunggu disini sebentar."
"….…!? Baik. Terimakasih."
—Tapi sesekali akan berbicara secara tak langsung yang cukup jelas berisi informasi bila diperhatikan secara baik-baik.
Mendengar kata 'tunggu, sebentar' itu bisa berarti kabar baik, kalau tidak lama lagi kunjungannya ke rumah Naruto-sama hari ini akan membuahkan hasil dan tidak akan berakhir dengan sia-sia.
Dan, dengan ekspresi cerah dihiasi seulas senyum sumringah, dia pun duduk di sofa merah.
Hanya butuh sedetik, sebuah cangkir teh hangat yang mengeluarkan aroma segar beralaskan piring kecil tersaji diatas meja di depannya.
Ia menengadah, menatap wajah stoic wanita yang menyajikan secangkir teh di depannya itu dengan senyum penuh rasa syukur.
"Terimakasih."
#-#-#
.
.
"Apakah kamu menyukai saat Aku menutup rapat mulutku, sehingga kamu merasa ingin menyentuh dan mengetahui apa yang tersembunyi didalam hatiku?"
@Sakuya
.
.
#-#-#
Naruto melangkahkan kakinya ringan, menaiki anak tangga, menelusuri koridor yang panjang menuju ke ruangannya. Jarang-jarang baginya untuk merasakan perasaan senang seperti yang dirasakannya saat ini.
Apa alasannya?
Tentu, saja——
Ketika dia sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan miliknya, kedua daun pintu terbuka dengan sendirinya.
Tanpa basa-basi dia pun masuk dengan suasana cerah mengitarinya.
"Sakuya. Sakuya. Lihat. Aku dapat Loli. Aku… dapat…. Loli…??"
Naruto mendadak beku.
Atmosfer di dalam ruangan terasa menegangkan.
Tidak hanya ada Sakuya, disana juga sudah ada Tama dan wajah baru yang belum pernah dia lihat.
Wajah baru, wanita itu terlihat terkejut, berbagi ketegangan dengan Tama yang masih memakai maskernya. Keduanya bergegas berdiri, memasang sikap waspada setelah melihat kedatangannya.
Pelayan pribadinya, Sakuya, yang sejak awal tidak duduk pun menatap langsung ke matanya tanpa emosi.
"Tuanku. Apa yang anda pikirkan?"
Naruto tersenyum kaku mendapati reaksi tidak senang dari pelayannya. Padahal dia hanya ingin memberi kejutan. Tapi, sepertinya itu tidak akan mudah.
'Apa aku benar-benar akan diikat di kursi?'
"Seperti yang kubilang." Naruto menunjuk arah, "Dia tidak mau berhenti mengejarku."
Tama dan si wanita baru mengikuti petunjuknya, tapi tidak untuk Sakuya. Pelayan pribadinya tidak bergeming sama sekali, tatapannya tetap lurus dan tidak bergeser barang seincipun.
Padahal saat ini ada eksistensi 'Terkuat' sedang duduk anteng sekali di pundaknya. Hanya Sakuya yang bisa melakukan itu, tidak peduli pada situasi seperti ini.
Tapi akhirnya tatapan Sakuya beralih, menatap ke gadis yang duduk di atas pundaknya Tuan-nya. Ia berjalan mendekat, begitu jarak sudah terpangkas, Sakuya langsung memegang kaki mungil gadis itu.
"Orphis bodoh. Turun sekarang juga."
Ophis '???' mode, dia tidak marah karena dipanggil bodoh, tidak marah pula karena dipaksa turun. Aslinya, Ophis tidak paham.
Hanya Sakuya yang tidak akan segan-segan memanggil Dragon-God 'bodoh' tepat di depan mukanya.
Tapi…
Tangan berbalut kain yang memegangi kakinya itu terasa dingin dan menyengat. Ophis masih tak mengerti, kenapa wanita itu kelihatannya sangat tidak senang. Mungkin dia memang harus turun saat ini juga?
Jadi, entah bagaimana Ophis pun turun dari atas pundak Naruto.
Gerakannya aneh dan licin.
"Kamu sakit?" Ophis bertanya tanpa nada kepada Sakuya setelah menginjakkan kakinya di lantai.
"Kamu yang sakit. Bodoh."
Tiba-tiba Ophis tersenyum tipis, hampir terlihat samar.
"Kue, aku suka. Manis."
Dua pasang mata saling beradu tatap, bertukar kehampaan. Momen itu berlangsung cukup lama rasanya, sampai akhirnya—
"Kemari. Aku akan membuatkan kue untukmu."
Sakuya mengalah, mencubit telinga Ophis pelan, lalu menyeret Dragon-God–sama tersebut ke luar. Hanya Sakuya yang berani memperlakukan Ophis seperti halnya memperlakukan anak nakal. Ophis pun menurut membuntuti Sakuya tanpa protes.
Setelah kepergian kedua makhluk aneh itu, Tama yang sejak tadi diam saja akhirnya bersuara.
"Walaupun bukan pertama kalinya, Aku masih belum terbiasa melihatnya diperlakukan seperti itu. Kakak sungguh sesuatu."
"Ehh!?"
"Heh, lagian biasanya juga begitu."
"Eeehh!?"
"Tetap saja itu masih terlihat aneh bagiku. Dari mana kamu menemukannya?"
Naruto menggaruk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali. "Dia yang mencariku. Merepotkan."
Tentu saja merepotkan. Baginya Ophis adalah keberadaan yang bahkan lebih dari merepotkan. Bila dibandingkan dengan Great Red yang 'cinta damai' dengan hanya berenang-renang di Celah Dimensi, maka Ophis adalah bentuk kedamaian itu sendiri.
Ophis ingin menyingkirkan Great Red yang telah merebut Celah Dimensi darinya, katanya. Tidak tanggung-tanggung, Ophis pun sampai menjadi 'Pemimpin' sebuah organisasi teroris Khaos Brigade.
Bagi Naruto semua itu terdengar seperti omong kosong nggak jelas. Saat memiliki kekuatan yang sanggup untuk bersaing dengan Great Red, bukannya melawan, si Ophis itu malah bermain teroris-terorisan.
Karena apa? Jelas bukan. Ophis adalah kedamaian itu sendiri.
Dia berani bertaruh, kalau sampai Great Red dan Ophis bertarung, itu sesuatu yang mungkin tidak akan pernah menemui akhirnya.
Tapi tentu saja, hal itu tidak mungkin terjadi. Yah. Naruto yakin akan satu hal kalau Ophis tidak akan menyerang Great Red langsung.
"Hkkkh~!"
Kecuali ada pemicunya.
Kening Naruto mengerut melihat Tama seperti hendak menutupi wajahnya setelah mengeluarkan suara 'unik' barusan, tapi tidak jadi.
"Kamu masih flu?"
Naga mungkin makhluk superior, tetapi bukan berarti mereka tidak bisa sakit. Naga juga bisa terkena penyakit dan penyakit paling buruk bagi mereka yaitu 'Flu Naga' dimana untuk sementara waktu kehilangan kemampuan menyemburkan api—Dragon Breath.
Tama yang dijuluki 'Naga Beracun' yang sangat beracun, Api Naga-nya pun mengandung racun yang mematikan. Walaupun racun pada Api Naga-nya lebih lemah dari Darah-nya. Kehilangan kemampuan Dragon Breath untuk sementara waktu disebabkan Flu Naga bukan berarti Tama menjadi lebih 'ramah lingkungan' yang mana untuk kasus Tama justru malah sebaliknya.
Karena Tama adalah Naga Beracun, pada kondisi terkena Flu Naga, bahkan udara biasa yang keluar dari alat pernapasannya saja sanggup membunuh makhluk kelas bawah secara instan!
Ketika dia bersin, itu kacau!
Oleh karenanya, mungkin juga karena sudah lama hidup di tengah budaya manusia, Tama memilih menggunakan masker untuk mengatasi masalah bahaya dari nafasnya yang tidak bisa dikontrol.
Tapi satu hal yang membuat Naruto heran adalah Tama mulai menyukai menggunakan masker bahkan disaat dia sedang tidak terkena flu.
"A-ah, tidak apa, sekarang sudah membaik."
Tama melambai pelan, meyakinkan Naruto agar tidak mendekat, tangan kirinya menyentuh masker yang menutupi wajahnya hampir sepanjang waktu.
Sepertinya….
Naruto facepalm, "Itu karena kamu terlalu banyak mencuri dariku."
"Apa? Memangnya aku bisa mencuri sesuatu dari orang aneh sepertimu, hmph!" Tama membantah—mengelak, sambil bersedekap dada dia membuang mukanya ke lain arah.
"Kamulah yang aneh." Naruto berjalan melewati Tama dan gadis asing yang tak kunjung bersuara itu, melewati meja lalu akhirnya duduk di bangku miliknya. "Aku ada permintaan. Tama. Bisa kamu lakukan itu untukku?"
"Hm, akan kupikirkan."
"Baguslah." Naruto tersenyum puas, lalu tatapannya bergeser ke arah wanita asing jubah putih panjang dan bertudung yang berdiri di samping Tama. Wanita itu terlihat bengong, seperti sedang memproses sesuatu secara lambat.
Tersenyum ramah. 'Sangat jarang ada orang asing diizinkan masuk kesini. Apa yang Sakuya pikirkan?'
Dia tidak ingin menebak, saat ini hal-hal seperti itu mulai menyakiti perasaannya. Tentu dalam artian lain.
"Ngomong-ngomong, siapakah nona disini?"
"Selamat! Dari semua orang, kamu yang pertama berhasil mengelabuinya. Orang aneh itu akhirnya lengah."
Buk buk buk!
Naruto berkedip-kedip bingung pada Tama yang menepuk-nepuk kasar punggung wanita asing itu, dan mengatakan hal-hal yang tidak dimengerti.
"E-eeh? Benarkah!?" sementara wanita itu terlihat tersenyum malu, dia juga kelihatan tidak nyaman, mungkin merasakan sedikit sakit di punggungnya.
Naruto yang melihat kedekatan keduanya, entah mengapa mulai mengerti satu hal, seperti sesuatu yang akhir-akhir ini mulai membuat tubuhnya merinding.
"…….Adaptasi.….Shirin?"
"Oha! Seperti yang diharapkan dari Naruto-sama! Kamu bisa langsung mengetahuinya! Amen!"
Naruto merasa pusing saat melihat gadis tersebut malah tersenyum bahagia dengan mata berbinar sambil menangkupkan tangannya[3].
Terjadi lagi?
'Siapa yang menyebarkan virus bernama Adaptasi ini!?' untuk pertama kalinya Naruto mulai gelisah karena sesuatu yang sedang menjadi trend umum yang terjadi pada orang-orangnya.
Mulai dari Shangguan Yan yang penampilannya berubah menjadi 'Nyonya Raven', terus Nanase Karin sebagai 'Nyonya Hedon', lalu Édith yang kembali ke masa remajanya, dan sekarang ada satu orang lagi yang ikut-ikutan.
Sialnya lagi, seperti kata Tama sebelumnya, dia benar-benar tidak sadar sama sekali kalau gadis di depannya tidak lain adalah salah satu pengikutnya.
Orang yang diklaim oleh mayoritas pengikutnya sebagai "Setara Malaikat" dalam hal kebaikannya.
Orang yang menyebarkan "Doktrin Agama" yang mencurigakan kepada para pengikutnya ketika di luar, dan kepada [Players] ketika di dalam [Game] juga.
Seorang Peri Cantik yang memujanya secara berlebihan.
Orang gila lainnya!
#-#-#
"Jika Aku adalah bintang, Tuan-ku adalah kegelapan yang membuatku terlihat bersinar terang!"
@Shirin_Setareh
#-#-#
Peri, adalah makhluk yang sering muncul dalam sebuah dongeng rakyat. Peri sering digambarkan sebagai makhluk yang cantik dan baik, namun ada juga Peri yang buruk rupa dan jahat. Setidaknya di dalam dongeng begitu.
Tetapi, tahukah kamu, apa itu Peri, dari mana asal Peri, dimanakah Peri hidup? Tidak ada yang tahu.Tentu saja. Tidak. Bukan begitu. Lebih tepatnya, apakah Peri benar-benar ada?
Tentu saja ada.
Tapi Peri yang mana tepatnya?
Peri memang ada. Tetapi Peri bukan hanya makhluk yang serupa dan berasal dari tempat yang sama. Sebenarnya ada banyak Peri dari asal-usul yang berbeda-beda…
Fairy (Peri) adalah makhluk supranatural, Spirit, yang digambarkan menyerupai manusia memiliki sayap dan tubuh berukuran kecil, terkadang sama seperti manusia. Dikatakan kalau Fairy memiliki kemampuan yang terikat dengan alam. —Mereka bisa menggunakan Sihir tersendiri yang disebut 'Fairy Magic' (Sihir Peri).
Elf (Peri) adalah makhluk supranatural, Spirit, yang berasal dari Norse dan hidup bersembunyi di "dunia lain" karena sering terlibat konflik dengan Dwarf (Kurcaci). Elf adalah makhluk yang mirip manusia dari segi fisik, kecuali mereka mempunyai telinga yang runcing dan terspesialisasi dalam sihir yang disebut "Elves Magic" (Sihir Elf).
Dryad (Peri) adalah makhluk supranatural, Spirit, yang dikatakan hidup di alam dan melindunginya sebagai 'rumah' mereka. Sama seperti Fairy, Dryad dikatakan sering berinteraksi dengan manusia dan memiliki kekuatan sihir eksklusif yang dicocokkan dengan alam. Dryad Magic (Sihir Dryad).
Ferī (Peri) adalah makhluk supranatural, Spirit, yang hidup di "dataran bawah" yang sering kali muncul dalam cerita rakyat Timur Tengah. Ferī digambarkan menyerupai manusia yang memiliki sayap seperti malaikat atau malaikat hitam (jatuh). Asal-usul mereka yang sebenarnya dari mitologi Zoroastrian. Sayangnya Ferīs makhluk yang sering kali tidak dianggap penting oleh para Dewa Zoroastrian yang hidup di "Surga", serta merta diperlakukan buruk oleh keberadaan lainnya, dan ditengah-tengah krisis kewargaannya, makin lebih menyedihkannya lagi Ferī telah berperang panjang melawan Divs[4] yang sama-sama tinggal di 'dataran bawah'. Lebih tepatnya, Divs menindas mereka sepanjang waktu.
Perang supremasi para penghuni 'dataran bawah' yang telah terjadi sepanjang masa itu kini telah berakhir dengan kehancuran kedua belah pihak—
Ferī tidak seperti Dryad yang 'sangat' mencintai alam, karena mereka tidak mempunyai tempat yang bisa disebut rumah. Tidak seperti Fairy yang terikat dengan alam, karena alam Ferī luluh lantak akibat perang. Tidak seperti Elf yang mempunyai tempat di "dunia lain" yang dijaga Dewa Norse, karena Ferī bahkan tidak dianggap ada oleh Dewa mereka yang sibuk bertikai antara baik dan buruk.
Tapi Ferī juga seperti Dryad, Fairy dan Elves, karena sama-sama mempunyai sihir eksklusif. Ferī Magic (Sihir Ferī).
Lalu, orang yang duduk di seberang meja di depan Naruto adalah "Kepala Pemimpin Ferīs" saat ini.
False Fereshteh[5]. —Shirin Setareh.
"Jadi saranmu adalah?"
"Saya tidak berani. Yang saya maksud adalah, ada sebuah 'Perangkat Grade [S]' yang ingin saya berikan sebagai hadiah kepada pemenang urutan pertama."
Shirin Setareh atau biasa dipanggil Shirin, membuat lingkaran sihir hijau di kedua telapak tangannya, memunculkan sebuah benda berupa batu kristal hijau cemerlang seukuran kacang oak.
"Sayap?" Tama yang duduk terpisah di sofa pun bereaksi melihat kristal hijau itu. Dia terdengar kurang puas.
Shirin tersenyum maklum, tetapi dia juga tidak menyangka kalau Tama-sama langsung mengenali bentuk aslinya kristal hijau tersebut.
"Iya. Kami telah mempersiapkan ini selama waktu liburan dengan menggunakan teknologi yang ada di tangan kami. Memang benar, [Battlesuit] dapat membantu [Player] berakselerasi di udara, namun itu hanya berlaku untuk '[Player]' karena penggunaan [Battlesuit] selain di dalam [Game] sangat dilarang kecuali dalam situasi 'Abnormal'."
Shirin diam sejenak untuk melihat reaksi Naruto dan Tama, yang mana justru membuatnya gugup seketika. —Naruto dan Tama menyeringai samar.
"Nn-Nah! Karena… saya pikir akan bagus kalau sang pemenang dapat berakselerasi di udara menggunakan [Ferī's Feather] saat di luar [Game]! Selain itu, efek yang dikandung di [Ferī's Feather] adalah [Blessing]! Itu bisa mengisi ulang daya dan akan otomatis berhenti ketika sudah penuh, bisa digunakan untuk penyembuhan juga!"
Seringai Naruto dan Tama kian tampak.
"Menarik."
Tama bangkit, berjalan lalu kemudian berdiri di belakang Shirin, menyentuh kedua pundak dari Pemimpin Ferīs saat ini, meremasnya lembut.
"Meski event kemarin cukup mengejutkan karena pemenang [Game]-nya adalah rank [A] itu pun dengan selisih poin yang tipis, tetapi keseluruhan pemenang sebelum-sebelumnya adalah rank [S]. Kamu tahu kan? Rank [S] bisa terbang sendiri karena energi magis mereka yang cukup besar."
Gadis jelmaan Naga Jahat itu pun mendekatkan mulutnya di samping telinga Shirin. Matanya pun terlihat sedikit melebar jahat. Tama berbisik pelan.
"Diam-diam berkampanye, diam-diam berencana melakukan hal serupa seperti bangsa Iblis. Apakah itu tujuan aslimu, memperbanyak jumlah Ferīs menggunakan teknik Reinkarnasi?"
Shirin menggeleng cepat menanggapi pertanyaan Tama. Dia terlihat malu, seperti pencuri yang kepergok sebelum beraksi.
"Ttt-Tidak! Bbubukan begitu, Tama-sama—"
"Memberikan hadiah 'berharga' semacam itu kepada [Player] ranking atas adalah pemborosan sumber daya. Ayolah Lil Shirin, jangan begitu."
"Sa-Saya tidak berani….!"
"Hmm? Aku mengerti. Kamu hanya mencoba sesuatu yang menurutmu akan membantu pria aneh disana—. Uh, bukan itu maksudku. Tidak ada salahnya juga melakukan itu. Aku setuju. Tapi akan lebih baik kalau itu bisa diproduksi secara massal."
"Ta-Tapi itu…"
"Kamu tidak perlu menambahkan 'efek' khusus pada produknya. Mungkin juga bisa digunakan sebagai petunjuk kalau kami adalah Specter[6]. Warna tertentu akan kurang cocok, sebaliknya, banyak warna yang bisa digunakan, gabungkan warna sebanyak mungkin agar pemilik merasa senang pada masing-masing yang mereka suka, dan jadilah Spectre[7]."
Tama terkekeh misterius, pandangannya lurus ke depan, melayangkan sebuah tatapan penuh arti kepada pria pirang di seberang meja—.
"Bagaimana menurutmu, Bos?"
"Itu bisa dilakukan." Naruto mengangguk puas. Dalam situasi tertentu, kadang-kadang kepala Tama yang licik itu ada gunanya juga—! Dia juga merasa sedikit simpati saat melihat kepala Shirin seakan-akan mengeluarkan asap.
'Otaknya sudah overheat!'
"Aku juga berpikir untuk memprogramnya ke dalam [Game] dan menambahkan—"
"Stop! Stahp!"
—Naruto blank seketika.
Tama facepalm, 'Aku berhasil menghentikan orang aneh ini sebelum dia mengoceh panjang lebar—.' karena Tama tahu betul kalau Naruto sudah membicarakan 'hobi sesatnya' dia tidak akan berhenti mengoceh dengan wajah gilanya sampai yang mendengarnya mati kebosanan—.
Jadi setelah itu ketiga penghuni di ruangan itu mendiskusikan rencana mereka tentang [Game] yang akan dibuka dua hari lagi lebih lanjut.
Selama beberapa waktu ruangan itu dipenuhi suasana yang aneh dan berubah-ubah. Kadang berubah absurd, lalu tegang, mencekam, dingin dan sesekali akan terdengar umpatan.
"—Terima kasih, Tama-sama dan Naruto-sama. Kalau begitu, saya permisi!"
Setelah diskusi yang cukup panjang itu, Shirin Setareh akhirnya melenggang pergi—wajahnya tampak berseri-seri, terlukis senyum kepuasan di wajahnya.
Kini tinggal Naruto dan Tama saja di dalam ruangan tersebut.
"Jadi Tama. Sekarang saatnya membicarakan permintaanku sebelumnya."
Naruto memulai percakapan dengan wajah lurus, kedua sikunya bertumpu di atas meja, dan menangkup kedua tangannya di depan wajahnya.
Tama was-was melihatnya. Firasatnya buruk. Dan dengan nada yang terdengar super serius, sesuatu yang jarang dilihat oleh pengikutnya, termasuk Tama, Naruto kemudian berkata—
.
.
.
.
.
.
.
"Aku berencana untuk mati."
Tama dead face—
.
.
.
"Naruto anjing!"
—TBC—
#Footnotes:
[1]. Keagungan Yang Suka Menyendiri
[2]. She–merujuk pada wanita
[3]. pose Berdoa
[4]. Divs, mirip-mirip Dwarf versi Persia lahyah wkwkwkwk
[5]. False Fereshteh, artinya: Malaikat Palsu.
[6]. Specter — "Keanehan"
[7]. Spectre — yang dimaksud disini adalah "Spectra" atau "Spectrum"
#Good bye 2023!!! Welcome 2024!!!!
#Happy New Year !!!!!!!!!
