.

.

Disclaimer :

Naruto : Masashi Kishimoto

Highschool DxD : Ichiei Ishibumi

.

Rating : M (Just for save)

Genre's : Adventure, Family, Supernatural, Half-Humor, Fantasy, Little bit-Romance, etc...,

Warn : Always Mainstream idea, many more typo, alur acak, OC Chara, OOC Chara, bad EYD, bahasa kaku dsb, and etc...,

.

Chapter 8 : Guest Arrival

.

.

"Hanya itu penjelasan yang kuberikan kepada kalian, apakah kalian mengerti?"

Terdengar sebuah suara wanita dewasa yang sepertinya tengah berbicara pada seseorang di sebuah gereja.

Sementara lawan bicara wanita tersebut yang ternyata dua orang gadis hanya memandang atasan mereka dengan pandangan berbeda, yang satu hanya menggaruk pipinya karena bingung, sedangkan yang satu lagi memiringkan kepalanya seolah masih mencerna informasi yang diberikan atasannya.

Griselda, sang atasan hanya memijat keningnya melihat tingkah gadis di hadapannya.

"Irina, Xenovia, apakah kalian mendengarkanku?" Tanyanya guna mendapat perhatian mereka kembali.

"U-Umm..." Irina bergumam ragu.

"Aku mengerti garis besarnya, tapi mengapa kita harus sampai seperti itu?" Xenovia membalas dengan bingung dan penasaran disaat yang sama.

Dalam penjelasan Griselda, wanita itu meminta keduanya untuk setidaknya tidak membuat masalah dengan Fraksi Iblis, dan bahkan lebih baik jika mereka menunjukkan pada fraksi itu, setidaknya jika Fraksi Malaikat bukanlah musuh mereka.

Yah, bukan berarti mereka dalam konflik saat ini. Gencatan senjata memang telah terjadi sejak lama, namun itu semua adalah perjanjian tak tertulis. Konflik bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun, sejarah Great War yang terjadi di masa lalu setidaknya tidak akan bisa dilupakan begitu saja oleh ketiga belah pihak.

Sebagaimana ada pihak yang menginginkan perdamaian, pasti akan selalu ada pihak yang juga menginginkan konflik demi keegoisan dirinya sendiri. Ketiga pemimpin Fraksi tentunya lebih memilih perdamaian daripada memperpanjang konflik yang pernah terjadi di masa lalu, mereka tidak ingin jika Great War jilid dua terjadi di masa sekarang ini.

"Perdamaian antara dua ras yang bertentangan sejak awal memang terdengar tidak logis. Namun, jika itu demi kebaikan yang lebih besar, tindakan seperti itu harus diambil." Griselda menatap kedua gadis itu.

"Jika diberikan pilihan antara berdamai dengan musuh bebuyutanmu atau memulai konflik yang akan menciptakan peperangan, mana yang akan kalian pilih?" Iris biru Griselda memandang mereka dengan serius.

Irina nampak berkeringat kecil saat mendapatkan tatapan seperti itu. "Perdamaian, kurasa." Ucapnya.

"Tentu saja pilihan pertama adalah hal yang lebih baik. Tidak perlu membuat nyawa yang tidak bersalah menjadi korban dari pertikaian dua ras itu." Balas Xenovia dengan tegas yang membuat senyum kecil tercipta di wajah Griselda.

Xenovia yang dulu mungkin akan membuat pilihan yang berbeda, namun gadis itu telah membuat perubahan besar baik dalam sifat dan perilakunya. Setidaknya pikiran dan pandangannya lebih terbuka dan luas, juga tidak serta merta memperbesar masalah sepele seperti dirinya yang dulu.

Irina mengangkat tangannya yang membuat Griselda dan Xenovia menatap gadis berambut cokelat terang itu dan menunggu gadis itu bicara.

"Ano, mungkin maksud Xenovia-chan yang sebelumnya adalah apa tujuan kita melakukan itu karena mungkin ada seseorang yang penting disana?" Dia bertanya dengan lembut.

Griselda menghela napasnya, Irina terkadang ceroboh tapi gadis itu sebenarnya pintar, cukup pintar menurut pandangan pribadinya seandainya sifat cerobohnya tidak terlalu sering muncul. Ditambah dengan Xenovia yang sedikit bebal membuat kombinasi keduanya sempurna bisa dibilang, memikirkan hal ini terkadang selalu membuatnya sakit kepala.

"Benar, ada seseorang disana yang setidaknya kalian harus bersikap baik dan sopan padanya." Sebenarnya itu hanyalah ungkapan sederhana, pada kenyataannya adalah mereka perlu menunjukkan sikap baik karena Underworld begitu melindungi 'anak' tersebut.

The Devil Prince atau Prince of Underworld, awalnya Griselda anggap hanyalah ungkapan yang terlalu dibesar-besarkan, namun setelah Michael selaku tuannya mengajaknya untuk melihat langsung siapa orang itu, mau tak mau Griselda terpesona. Baik karena rupanya ataupun aura di sekelilingnya, dirinya bahkan tidak percaya jika seseorang seperti itu ada di dunia ini, terlebih dia adalah seorang yang berasal dari ras Iblis.

"Bisakah anda menjelaskannya lebih detail, tolong?" Pinta Xenovia dengan sopan, setidaknya ini agar mereka memiliki informasi tentang seseorang yang dimaksud Griselda.

Griselda melipat kedua tangannya, dan memegang sebelah pipinya dengan tangan kanannya, ekspresinya terlihat bimbang sesaat.

"Yah, tentang itu..." Dia ingin menjelaskannya namun bingung untuk memulai darimana, setelah beberapa detik berpikir, Griselda akan berbicara jika saja sebuah cahaya terang tak menyela tindakannya.

Cahaya itu membuat Xenovia dan Irina melindungi penglihatan mereka, kecuali Griselda yang memejamkan matanya ketika menyadari siapa yang datang di gereja tempatnya ini.

"Jika kau tak keberatan, aku yang akan menjelaskannya langsung kepada mereka, Griselda." Sebuah suara maskulin terdengar berbicara pada Griselda yang masih berdiri dengan mata terpejam.

Wanita itu kemudian membungkuk pelan dengan sopan pada sosok pria yang berdiri di depannya.

"Tentu, Michael-sama." Balasnya dengan santun.

Baik Xenovia maupun Irina melebarkan mata mereka karena terkejut dengan kehadiran Michael, yang menjadi pemimpin para malaikat di hadapan mereka.

""M-Michael-sama!"" Keduanya dengan serentak berlutut guna memberinya rasa hormat mengingat malaikat di depannya merupakan pemilik posisi tertinggi. Salah satu Four Great Seraphs sekaligus Leader of Angels sampai saat ini.

Michael memandang keduanya dengan senyum kecil. "Berdirilah kalian berdua, tidak perlu berlutut seperti itu, baik diriku maupun kalian berdua adalah sama-sama mahkluk yang diciptakan oleh-Nya. Hanya ras saja yang membedakan kita, jadi tidak perlu sehormat itu padaku." Ujarnya yang membuat kedua gadis itu menatap satu sama lain sebelum berdiri dengan ragu dan canggung.

Xenovia kemudian memasang wajah serius, jika Michael yang memutuskan turun tangan untuk menjelaskan ini. Mungkin saja, ini merupakan informasi yang berharga ataupun berbahaya.

"Sebelum aku memulai, ijinkan aku bertanya pada kalian. Pernahkah kalian mendengar sesuatu tentang The Devil Prince atau Prince of Underworld?" Ujarnya dengan wajah ramahnya yang tak pernah hilang.

Baik Xenovia maupun Irina tersentak dengan itu. Keduanya memang pernah mendengar sesuatu tentang The Devil Prince, walaupun mereka hanya mengetahuinya secara dangkal karena tidak ada info yang jelas tentang itu.

"J-Jika aku tidak salah, bukankah itu sebutan yang diberikan dunia supranatural pada seseorang di Underworld?" Tutur Irina dengan ragu, dia tak mengetahui info lebih lanjut tentang ini.

"Kudengar dia juga seorang iblis yang mencapai tingkatan Super Devil serta di katakan memiliki kekuatan yang melampaui Maou. Walaupun hal itu tidak dapat dipastikan karena tidak ada yang pernah melihat The Devil Prince secara nyata ataupun pertunjukan kekuatannya." Tambah Xenovia yang membuat Michael terkekeh pelan.

Memang, informasi tentang anak 'itu' setidaknya sudah tersebar luas tetapi, tidak ada kejelasan lebih lanjut tentangnya, entah itu perawakannya, wajahnya, ataupun kekuatannya. Semua informasi yang tersebar sebagian besar adalah hal yang Xenovia katakan.

Hal ini karena Underworld menutup rapat secara besar-besaran informasi tentangnya. Awalnya Michael heran mengapa ras iblis melakukan tindakan jauh seperti itu, namun setelah menyaksikan kejadian beberapa tahun lalu, Michael mengerti mengapa Underworld mengambil tindakan sejauh itu.

Kejadian itu sejujurnya hanya diketahui oleh para mahkluk supranatural saja, sedangkan para manusia tidak mengingatnya, dan hal inilah yang menjadi misteri baginya. Siapa mahkluk yang memiliki kekuatan sebesar itu untuk menutupi kejadian beberapa tahun lalu itu?

Bahkan menurutnya pribadi, para dewa yang termasuk dalam Strongest Being pun tidak mungkin melakukan tindakan itu secara cuma-cuma demi hanya menghapus satu peristiwa biarpun itu memang sedikit mengejutkan, kebanyakan dari mereka sebenarnya mungkin tidak peduli.

"Benar, kabar itu memang telah terdengar luas di dunia supranatural. Biarpun sebagian besar menganggapnya hanya delusi dari ras iblis yang membesar-besarkan ras mereka, namun bagaimana jika itu adalah kenyataan?" Michael berkata dengan senyuman diwajahnya pada kedua gadis itu.

Kedua mata Xenovia dan Irina melebar ketika mendengar ucapan pemimpin tertinggi mereka.

"A-Apakah Michael-sama pernah melihatnya atau bahkan mengenalnya?" Irina bertanya dengan penasaran, selama ini dia menganggap itu mungkin hanya rumor yang dibesarkan, tapi saat mendengar dari Michael jika itu adalah kenyataan, maka anggapannya sebelumnya berubah telah sepenuhnya.

Michael memejamkan matanya sesaat sebelum membukanya kembali dan menatap langit-langit gereja dengan ekspresi lembut.

"Jika dibilang mengenal mungkin tidak, kupikir aku hanya pernah melihatnya secara langsung beberapa tahun yang lalu." Ujarnya dengan senyum kecil.

Keduanya saling memandang setelah mendengar hal itu. "Tapi, apa hubungannya dengan--!!!" Irina tersentak begitupula Xenovia ketika mereka akhirnya mengerti semuanya.

"Apa...dia adalah seseorang yang dimaksudkan dalam misi kita kali ini?" Irina bertanya dengan ragu yang dibalas anggukan oleh Griselda yang sedari tadi diam.

"Benar, itulah informasi yang diberikan oleh seseorang kepercayaan Michael-sama." Ujarnya.

Michael juga mengangguk pelan. "Ya, namun mengesampingkan hal itu. Kita mungkin tidak tau ini benar atau tidak tapi, lebih baik bersiap daripada tidak sama sekali. Aku tak meminta kalian menghormatinya atau yang lain, setidaknya bersikaplah sopan dan baik padanya." Malaikat itu mengakhiri perkataannya dengan wajah serius yang membuat kedua gadis tersebut berkeringat kecil.

Bukan tanpa alasan Michael mengatakan hal ini, dan bukan berarti dia juga takut. Tidak, mungkin ada sedikit rasa takut, namun rasa khawatirlah yang lebih dominan pada dirinya.

Dia mengetahui betapa berbahayanya pemuda itu setelah melihat sekilas tampilan kekuatannya. Kekuatan yang cukup untuk membuat Maou Lucifer masa kini tak berdaya di hadapannya, serta kekuatan yang juga mengakibatkan es dan salju tersebar di Underworld, ditambah suhu bumi yang ikut terkena dampak karena menurun secara tiba-tiba. Walaupun sepertinya saat itu seseorang misterius membantu karena Michael merasakan sihir sangat besar yang tersebar ke seluruh dunia seolah mencegah dan mengurangi dampaknya.

Tetapi, bukan itu yang dia khawatirkan. Memang, kekuatan pemuda itu juga layak dikhawatirkan, namun sesuatu yang lebih dia khawatiri adalah mereka yang ada dibelakangnya.

Benar, Underworld.

Tidak ada yang mengetahui selain mereka yang mungkin pernah menyaksikannya secara langsung, dan Michael menjadi salah satu orang tersebut.

Underworld begitu memujanya.

The Elders Devils bahkan begitu mencintainya, sebab itulah mengapa Underworld menutup rahasia rapat-rapat tentang keberadaannya. Hal ini yang membuatnya sedikit bingung dan terkejut, apa yang membuat Underworld memutuskan untuk melepaskan 'bintang berharga' mereka pada dunia?

Sebagai seorang makhluk hidup yang telah berada di dunia sangat lama, Michael bisa mengerti mengapa penghuni Underworld bertindak seperti itu. Munculnya anak itu mungkin bagaikan datangnya secercah harapan untuk mereka karena telah mengalami perang dua kali sebelumnya.

Great War dan Civil War.

Bangsa mereka dulu berjumlah sangat banyak, sayangnya setelah Great War jumlah mereka hanya tersisa setengahnya dan kembali berkurang ketika perang saudara kembali tercipta yang ironisnya di ciptakan oleh putra dari leluhur sekaligus pencipta mereka sendiri, Lucifer.

Walaupun Anti-Old Satan berhasil mengusir para Old Satan, dampak yang dihadapi terlalu besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pulih. Tahun demi tahun berlalu, mereka berangsur pulih perlahan hingga akhirnya kelahiran seorang iblis dari keluarga Sitri membawa puncak kejayaan ras iblis kembali pada masanya.

Naruto Sitri, The Devil Prince, Prince of Underword, dan Michael sendiri menjulukinya, The Another One.

Michael memiliki pemikiran, jika saja seandainya..., seandainya Great War terjadi untuk kedua kalinya, tidak diragukan lagi ras iblis akan memenangkan perang kali ini. Dilihat dari berbagai sisi pun seseorang akan sadar, kekuatan ras iblis walaupun jumlah mereka berkurang, nyatanya banyak sekali individu dari mereka yang memiliki kekuatan luar biasa.

Bahkan beberapa Elders Michael perkirakan setidaknya memiliki kekuatan yang cukup kuat atau mungkin lebih kuat dari Maou Lucifer Sirzechs yang dikatakan sebagai iblis terkuat saat ini walaupun kemungkinan gelarnya sebagai yang terkuat telah bergeser semenjak kemunculan Naruto Sitri.

Biarpun begitu, Michael sangat berharap ketiga fraksi saat ini dapat berdamai. Bahkan mungkin seluruh dunia, walaupun dia tau itu sulit dan memang mustahil terjadi karena hukum dunia. Setidaknya, berharap tidak menjadi masalah, bukan?

"Ano, apa Michael-sama memiliki ciri-ciri tentangnya?" Irina bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Michael menatap gadis itu sebelum mencoba mengingat-ingat kembali.

"Ciri-ciri ya..." Gumamnya.

Seingatnya, dia hanya melihat sekilas pemuda itu, bahkan bisa dibilang tidak terlalu jelas karena situasi saat itu cukup tegang.

"Dia seseorang yang memiliki rambut hitam indah dan mata violet, atau biru es, kurasa? Yah, kalian akan mudah mengetahuinya ketika bertemu dengannya secara langsung." Ujar malaikat itu dengan senyuman lembut khasnya.

Dirinya juga mengetahui satu hal, selain diketahui karena kekuatannya yang luar biasa, dia juga memiliki wajah rupawan yang dapat membuat siapapun jatuh terhadap pesonanya. Michael yakin jika kedua gadis di depannya ini pasti akan menyadarinya langsung ketika melihat pemuda itu, terlebih dengan hawa keberadaannya yang benar-benar terasa berbeda dibanding mahkluk hidup lainnya.

Sekali lagi, dirinya hanya bisa berharap semua ini berjalan dengan baik tanpa ada masalah apapun, meskipun ada setitik keraguan di hatinya ketika mengingat siapa yang mungkin menjadi 'dalang' dari peristiwa kali ini.

.

Underworld

Disebuah bangunan yang terlihat sangat megah, nampak sepasang pria dan wanita yang tengah berjalan berdampingan menuju ruangan lain di dalam bangunan tersebut.

Sang pria yang terlihat memakai pakaian khas bangsawan kelas atas, membuatnya terlihat sangat cocok dengan wajah tampannya. Disampingnya juga terdapat sang wanita yang berjalan dengan anggun, wanita itu juga terlihat memakai pakaian mewah yang membuatnya benar-benar terlihat cantik, serasi dengan wajah indahnya sendiri.

Mereka adalah Minato dan Raven Sitri yang saat ini tengah berjalan menuju ruangan, dimana seseorang menunggu kedatangan keduanya.

"Menurutmu, untuk apa dia memanggil kita kali ini?" Minato melirik istrinya itu yang memasang wajah datar, menandakan situasi mereka saat ini mungkin bisa dibilang sangat serius dan penting.

Raven hanya memandang jendela besar di sebelahnya sebelum menjawab suaminya. "Entahlah, setiap kali dia memanggil kita. Hal penting pasti sedang terjadi saat ini." Ucapnya.

Minato hanya menghela napasnya. "Yah, kurasa kita hanya bisa menunggu."

Keduanya kemudian melihat pintu besar berwarna putih di depan mereka, kemudian pintu itu otomatis bergerak untuk membuka ruang bagi keduanya agar dapat masuk ke dalam.

Jika ada yang bingung maka ini tak mengherankan, pintu ini di desain oleh 'dia' sendiri menggunakan sihirnya, yang dimana pintu ini akan otomatis bereaksi kepada seseorang yang memiliki darah Sitri.

Minato dan Raven dapat melihat sebuah kursi yang nampak mirip seperti singgasana berada cukup jauh di depan mereka. Ruangan yang keduanya masuki juga terbilang cukup luas dan besar, yang hanya dihiasi sinar cahaya redup di dalamnya.

Bahkan walau cahaya di ruangan itu redup, berkat pandangan iblis mereka, keduanya bisa melihat sosok yang duduk dengan penuh keanggunan di singgasana tersebut.

Tap!

"Kami datang sesuai permintaanmu, Haha-ue." Minato berkata dengan sopan pada sosok yang ternyata seorang wanita di hadapannya.

Minato dan Raven sendiri terlihat berlutut di hadapan wanita itu yang menunjukkan jika orang yang berada di hadapan mereka saat ini adalah seseorang yang memiliki posisi tinggi di House of Sitri ataupun Underworld itu sendiri, bahkan jika itu adalah ibu mereka sendiri, hal ini sudah lumrah bagi para iblis untuk menaruh hormat pada mereka yang lebih 'tinggi'.

Wanita yang duduk di singgasana itu perlahan membuka kedua matanya yang memperlihatkan iris biru es tajam indahnya yang senada dengan rambut putih salju miliknya.

Dia mengenakan seragam mirip militer yang terdiri dari gaun putih pendek tanpa lengan yang diikat di sisi kanan, dengan potongan heksagonal di bagian dada bersama beberapa tali hitam. Dia juga memiliki jubah pendek berwarna putih yang melekat pada gaunnya, serta mengenakan jubah jas putih berhiaskan berbagai desain seperti duri hitam dan kepingan salju yang ia kenakan di bahunya, celana ketat abu-abu muda, dan sepatu hak tinggi berwarna putih, tak lupa kepi yang ada di rambut putih saljunya.

Penampilannya saat ini bisa dikatakan mirip dengan seorang jenderal yang tengah memimpin sebuah peperangan. Yah, dilihat dari posisinya di Underworld saat ini, pakaian itu sejujurnya sesuai dengan kebesaran namanya.

"Ah kalian sudah datang ya, Minato, Raven." Iris biru esnya memandang lekat putri dan menantunya itu.

Helaan lembut kemudian terdengar darinya. "Sebelum itu, ijinkan aku menanyakan ini, apa kabar kalian baik-baik saja?" Dia bertanya dengan lembut.

Minato terkekeh pelan. "Yah, hanya berjalan seperti biasanya, Haha-ue." Balasnya dengan nada sopan.

Sedangkan Raven hanya mendengus pelan. "Tidak perlu bertanya juga kau pasti selalu mengawasi kami bukan?" Wanita itu berkata dengan nada sarkastik disana yang membuat Minato tertawa kikuk.

Iris biru es tersebut beralih kepada Raven yang saat ini tengah membuang mukanya. Senyum tipis kemudian tercipta dibibirnya, yah Raven memang sedari kecil memiliki sifat seperti ini. Dirinya bahkan heran darimana putrinya itu dapat memiliki sifat seperti ini mengingat dia sebagai ibunya tidak memiliki sifat itu, begitu juga dengan mendiang suaminya.

Raven sendiri terus saja mencibir dalam hatinya. Sebanyak apapun dia menghormati ibunya, dirinya masih kesal karena dialah yang membuat Naru-channya berpisah dengannya!

Bahkan jika posisi ibunya merupakan salah satu yang tertinggi di Underworld, tidak berarti dia bisa melakukan apapun pada putra manisnya itu! I-Iya kan?

Weiss Sitri.

Tidak ada yang mengenal nama itu Underworld. Dia adalah iblis yang tercatat sebagai veteran Great War, serta dikatakan sebagai iblis wanita terkuat saat ini, serta juga masuk dalam jajaran yang terkuat dalam sejarah para iblis. Posisinya di The Elders juga menambah kebesaran namanya itu sendiri.

Raven bahkan mengetahui, jika tidak sembarang orang yang dapat berbicara dengan ibunya. Bahkan jika itu sesama The Elders sekalipun. Dirinya serta Underworld juga sadar, jika diantara The Elders, Weiss pernah dikatakan sebagai yang terkejam karena sifat dinginnya dalam menghadapi musuh Underworld.

Dunia supranatural sendiri bahkan memberinya julukan sebagai The Cruel Snow Devil Princess.

Tentu hal itu mungkin tidak berlaku di keluarga Sitri, karena pada kenyataannya Weiss benar-benar mencintai keluarganya, bahkan dia juga selalu mengawasi House of Sitri guna memastikan mereka semua baik-baik saja, terutama cucu kesayangannya.

"Ara, apa kau masih marah pada ibumu karena hal itu?" Weiss bertanya dengan nada menggoda pada Raven.

"Grrr, tentu saja! Naru-chan harusnya tetap bersamaku disini!" Balas Raven dengan nada sedikit tinggi, diikuti Minato yang mencoba menenangkannya.

Weiss memiringkan kepalanya. "Dan membiarkan cucu imutku tanpa pengalaman sosial selamanya?" Balasnya yang membuat Raven menggertakan giginya.

"Jangan bertingkah munafik, Haha-ue. Kaulah yang sejak awal menetapkan itu di Underworld." Raven memandang dingin kepada sang ibu yang membalasnya dengan iris biru es tajamnya.

Matanya kemudian terpejam setelah mendengar ucapan Raven. "Memang, aku tak akan membantahnya." Balasnya.

Benar, gagasan mengapa Underworld menutupi dan merahasiakan Naruto Sitri adalah karena dirinya. Bahkan The Elders lain sekalipun terkejut dengan hal itu pada awalnya.

Meskipun Weiss dikenal dingin dan kejam, hal itu berbanding terbalik jika menyangkut House of Sitri. Wanita itu dikenal sangat menyayangi dan mencintai keluarganya, bahkan saat kelahiran Naruto dia begitu antusias menyambut kehadiran cucu barunya.

Walaupun beberapa kejadian di masa depan sepertinya membuat situasi berubah, terlebih setelah para iblis di Underworld menyadari fakta bahwa Naruto Sitri adalah Anomali yang mungkin akan membawa ras mereka pada puncak kejayaan kembali.

Weiss mengingat jika gagasan ini awalnya dipertanyakan oleh para Elders sendiri, yang bingung dengan perubahan sikapnya, terlebih dia saat itu telah dikenal sangat menyayangi Naruto di banding yang lain.

Akan tetapi, hal tersebut tak berselang lama setelah Weiss menjelaskan jika ras atau fraksi lain tidak perlu mengetahui kehadiran cucunya, serta lebih baik menyimpan rahasia tentang 'bintang berharga' mereka bahkan jika itu merupakan cucunya sendiri.

The Elders dan Maou pun mau tak mau mengikuti gagasannya, bahkan Serafall yang kala itu kesal dan kecewa dengan keputusan neneknya, tapi apalah daya. Kekuasaan yang dipegang Weiss nyatanya memang lebih besar darinya.

"Kau bisa membenciku sesukamu, lagipula menyesali itu tidak berguna lagi untukku." Weiss berkata dengan tenang.

Memang, dia sudah mempersiapkan ini dari jauh-jauh hari. Keputusannya dalam 'mengekang' cucunya memang berasal dari tindakan tergesa-gesa, semuanya karena dia khawatir jika cucunya akan menjadi incaran pihak lain.

Akan tetapi, dia akhirnya menyesali tindakannya saat ini. Cucunya, Ru-chan imutnya, mungkin tidak akan menyadari pengekangan yang dia alami karena sifat polosnya, dan hanya menganggap jika dia belum memenuhi syarat yang ada jika seorang iblis ingin tinggal di dunia atas. Walaupun sejujurnya itu hanyalah aturan mengada-ada yang Raven katakan padanya.

Weiss sejujurnya tidak ingin memikirkan jika Ru-chan imutnya itu membencinya karena hal ini. Namun nasi telah menjadi bubur, bukan pertama kalinya dia bertindak berlebihan seperti ini. Jadi, bahkan jika Ru-chan imutnya nanti membencinya, dia akan selalu mencintai cucu kesayangannya.

"Tsk." Raven sendiri hanya mendengus mendengar ucapan ibunya. Biarpun kesalahan Weiss lebih besar darinya, dirinya pun ikut termasuk dalam hal ini karena secara tidak langsung dia juga mengekang putranya.

Walaupun hal itu dirinya sadari ketika memikirkan jika putra manisnya itu tidak memiliki teman sepantarannya yang benar-benar dapat di sebut teman. Kebanyakan, dia hanya berinteraksi ataupun bermain dengan yang lebih tua darinya. Seperti Sairaorg, Seekvaira, Rias, Ruval, dan beberapa lainnya.

Menyebalkan mengakuinya, tapi mungkin Ravel adalah satu-satunya yang sepantaran dengan putranya, yang dapat dikatakan mereka sangat dekat karena Ravel yang selalu menempel padanya. Memang ada beberapa gadis iblis lainnya, tapi Raven pikir mereka tak sedekat Ravel dan putranya.

Weiss menghela napas kecil saat melihat Raven, tatapannya kemudian menajam sebelum memasang wajah seriusnya.

"Kesampingkan hal itu, aku memiliki sesuatu yang penting untuk kalian ketahui." Ujarnya dengan datar.

Minato dan Raven memandang ibunya dengan tatapan yang sama, bahkan Raven sendiri mengesampingkan sikapnya sebelumnya karena hal ini.

"Talulah telah kembali." Wanita itu berkata dengan singkat.

Pasangan suami istri itu tersentak. Talulah adalah bawahan setia Weiss, yang telah melayani dan bersamanya untuk waktu yang sangat lama. Mereka mengetahui jika Talulah di berikan tugas oleh Weiss, namun tak mengetahui apa tugas yang diberikan padanya. Sampai setelah memaksa sedikit, Weiss memberitahu keduanya jika Talulah sedang menjalankan investigasi mengenai insiden ketika hilangnya bintang berharga mereka, Naruto.

Namun, mereka kehilangan kontak dengan Talulah sudah lama sekali. Weiss sendiri berpikir jika wanita yang setia menemaninya mungkin sudah tiada, karena bahkan dia sendiri tidak dapat merasakan keberadaannya dengan ikatan yang mereka telah jalin.

"Apakah dia...baik-baik saja?" Minato bertanya dengan ragu.

Weiss tersenyum kecil. "Ya, secara mengejutkan memang dia kembali dalam keadaan baik-baik saja. Namun, tubuh dan pikirannya berada dalam kondisi yang benar-benar melelahkan, membuatnya perlu berisitirahat untuk saat ini." Jelasnya.

"Sepertinya kita perlu menunggu untuk menanyakan informasi padanya." Raven berujar dengan tenang. Talulah sudah seperti kakak baginya, dia sedikit senang mengetahui keadaannya baik-baik saja saat ini.

"Aku tak tau hal apa yang dihadapinya selama beberapa tahun ini, tapi mungkin bukan hal baik." Iris biru weiss menajam.

Insiden hilangnya Naruto dahulu benar-benar memukul keluarga Sitri saat itu, biarpun hanya selama hampir 8 bulan, itu tetap saja waktu yang cukup lama. Dirinya bahkan hampir murka sepenuhnya ketika mengetahui hal ini, yang menyebabkan The Elders dan para Maou berusaha keras menenangkannya.

Underworld sendiri menjadi gempar saat itu karena Naruto memang sudah dikenal sebagai Prodigy, bahkan di banding yang lainnya, bakat dan keterampilannya dalam sihir benar-benar luar biasa. Saat mendengar jika 'bintang' masa depan mereka menghilang secara misterius, Underworld bahkan sempat menaruh curiga berlebihan pada fraksi Malaikat dan Malaikat Jatuh, yang hampir menjerumuskan mereka dalam perang.

Untungnya, Weiss yang sudah berpikir jernih berhasil memenangkan situasi saat itu, karena menyadari tidak mungkin kedua fraksi tersebut mengetahui tentang keberadaan bintang mereka. Bahkan jika mengetahuinya, tidak bodoh juga untuk mengibarkan perang dengan menculik cucunya.

'Mengingat kejadian itu, sungguh sedikit membuat hatiku berdetak kencang.' Weiss berpikir dengan ekspresi lembut. Mungkin selama hidupnya, hanya di peristiwa itulah Weiss merasa benar-benar bingung dan tidak berguna.

Setelah situasi telah cukup tenang, Underworld memutuskan untuk melakukan pencarian besar-besaran hampir ke seluruh penjuru tempat, baik itu di Underworld sendiri maupun dunia atas.

Tetapi, biarpun pencarian telah dilakukan hampir selama beberapa bulan, mereka tak mendapatkan hasil apapun. Seolah anak itu menghilang tanpa jejak, walaupun Naruto diketahui selalu meninggalkan jejak hawa sejuk di sekitarnya.

6 bulan pun berlalu, Underworld hampir menyerah, begitu juga House of Sitri yang hampir putus asa. Terutama Raven yang terlihat depresi karena kehilangan putra kesayangannya.

Kemudian setelah 2 bulan berselang, keajaiban terjadi. Naruto muncul di halaman belakang House of Sitri, kehadirannya disertai oleh hawa dingin yang memenuhi seluruh Underworld membuat semua iblis dapat merasakannya, terutama para Sitri yang berada sangat dekat.

Raven adalah yang muncul pertama kali untuk melihat kehadiran bayinya itu yang terlihat duduk di tanah dengan mengusap rambutnya sembari meringis pelan. Tak kuasa menahan diri, wanita itu kemudian melesat dan memeluknya dengan sangat erat disertai tangisan pelan, bersyukur jika dia baik-baik saja selama ini.

Tak berselang lama, Weiss, Minato, Serafall dan Sona muncul, diikuti oleh yang lainnya. Mereka terkejut dengan kemunculan Naruto secara tiba-tiba setelah menghilang selama hampir 8 bulan.

Setelah kejadian itu, Weiss benar-benar menjaga ketat House of Sitri dari apapun. Bahkan mereka yang ingin mengunjunginya, harus membuat izin padanya terlebih dahulu, tidak peduli mereka memiliki hubungan dekat dengan Sitri ataupun tidak.

Raven sendiri bahkan tak meninggalkan sisi putranya semenjak muncul kembali, wanita itu selalu memeluknya dan bersamanya di setiap saat. Naruto sendiri merasa jika ibunya itu merindukannya dan membiarkannya, dia juga lega karena keluarganya tidak marah padanya ketika dia kembali.

Ekspresi Weiss melembut ketika mengingat itu, dia tak dapat melupakan betapa bahagianya dirinya ketika cucunya itu akhirnya kembali pada mereka.

Walaupun, setelah mengesampingkan beberapa hal. The Elders dan Maou mengadakan rapat kembali guna membahas sebuah 'entitas' asing yang mereka perkirakan merupakan dalang dari hilangnya Naruto.

Ini karena Weiss sendiri merasakan sepintas keberadaan seseorang selain cucunya, yang benar-benar sangat tipis, bahkan hampir bisa dikatakan tak dapat terdeteksi. Dia sendiri berpikir hanya keberuntunganlah yang membuatnya merasakan keberadaan itu, ditambah mungkin House of Sitri merupakan area miliknya, karena Weiss bisa merasakan siapapun yang memasuki wilayah miliknya tanpa terkecuali.

Dia sempat ingin menanyakan hal ini pada Ru-chan-nya, namun mengetahui kepolosan cucunya, jawaban yang diberikan mungkin tidak akan pasti. Pernah sebuah pilihan dilakukan untuk melihat ingatan Naruto yang di lakukan salah satu Elders atas izin Weiss, namun hal mengejutkan terjadi. Tubuh dari Elders tersebut langsung membeku seketika, bahkan sihir yang di keluarkannya di telan oleh energi dingin yang berasal dari Naruto.

Ini menyimpulkan jika dalang dari insiden yang terjadi saat itu sudah terencana dengan baik. Weiss sadar jika melanjutkan hal ini akan sia-sia, terlebih kekuatan es milik Ru-chan-nya itu lebih kuat dari miliknya. Oleh karena itu, pilihan untuk melihat ingatan Naruto pun terpaksa di hentikan karena tidak berjalan baik untuk seseorang yang melakukannya.

Hal itu juga yang membuatnya semakin yakin, jika keberadaan senyap yang hadir sesaat bersama Naruto di halaman Sitri itu memiliki hubungan, bahkan mungkin dia adalah dalang dari semuanya.

Mata biru Weiss sedikit menajam ketika mengingat hal itu. 'Hawa keberadaan yang benar-benar tipis, mustahil bahkan untuk seseorang yang sangat peka terhadap energi sekalipun untuk merasakan keberadaannya. Ditambah...' Ekspresi berubah menjadi semakin dingin.

'Dia seolah sengaja membuat keberadaannya agar terdeteksi olehku.' Benar, dari segala kemungkinan. Hal tersebutlah yang paling Weiss percayai. Hawa keberadaan dalam tingkat seperti itu seharusnya tidak mungkin dapat dia deteksi, dan dirinya sendiri sadar sehebat apa kemampuannya dalam merasakan keberadaan seseorang.

"Haha-ue, apa anda sudah dapat menebak pelakunya?" Minato bertanya dengan sopan pada mertuanya. Dia dapat membaca sepintas raut wajah wanita itu.

Weiss memandang pria itu sebelum menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, aku tidak memiliki cukup bukti untuk mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Namun, yang lebih kukhawatirkan adalah kemungkinan dalang ini akan menjadi masalah di masa depan nanti." Ujarnya datar.

Raven yang sedari tadi terjebak dalam pikirannya kemudian berkata. "Jika dia membuat Talulah seburuk yang kendengarannya, mungkin ini lebih berbahaya dari yang kita pikirkan."

Wajah Weiss menggelap mendengar hal itu. "Benar, tak ada sekalipun dari tiga fraksi yang memiliki spesifikasi seperti itu." Ucap Weiss. Dalang yang dia cari selama ini mungkin bahkan bukan dari golongan injil seperti mereka.

Mata biru tajamnya kemudian memandang serius Minato dan Raven. "Lebih baik kita segera bersiap, sesuatu yang besar pasti sedang akan terjadi, hanya masalah waktu sampai itu tiba, terlebih..."

Perkataannya selanjutnya kemudian membuat keduanya tersentak.

"Aku khawatir, lawan kita kali ini bukan berasal dari golongan yang sama." Tambahnya dengan nada dingin.

Weiss sejauh ini telah sadar akan perkembangan rasnya. Biarpun mereka telah kehilangan separuh pilar keluarga/klan. Ras mereka tetap terus berkembang dengan pesat, bahkan jika ingin memulai perang melawan para malaikat atau malaikat jatuh. Weiss yakin jika bangsanya akan menang.

Mungkin ini dikarenakan keuntungan dari ras iblis yang masih dapat menghasilkan keturunan mereka ketimbang malaikat, yang secara dasarnya tidak dapat melakukan itu karena mereka akan jatuh.

Yah, bukan berarti mereka akan menciptakan perang. Weiss hanya berpikir, jika seandainya perang kembali terjadi. Ras mereka setidaknya sudah siap untuk menghadapi hal itu.

"Jika memang begitu, bukankah membiarkan dia di dunia manusia bersama Sona akan lebih berbahaya?" Tanya Minato, dia mengutarakan itu karena hanya ingin tau rencana apa yang sedang di pikirkan mertuanya.

Weiss menghela napasnya mendengar hal itu. "Tentang hal itu, aku sudah memerintahkan Epsilon untuk mengawasi mereka dari jauh, bahkan mungkin gadis itu merubah penampilannya untuk menyamarkan diri. Walau aku khawatir jika Ru-chan dapat mendeteksinya." Jelasnya dengan terkekeh pelan.

Memang, cucunya itu juga memiliki kepekaan tinggi terhadap esensi energi seseorang, dan dapat mengingatnya dengan jelas jika dia sudah pernah melihat langsung pemilik energi tersebut.

"Apa The Elders lainnya mengetahui hal ini?" Raven memandang ibunya dengan iris merah tajam miliknya.

Weiss balas menatap putrinya dengan iris biru es miliknya. "Belum, dan mungkin akan kuberitahu jika Talulah sudah sadar." Jawabnya.

Sitri tertua itu memang sengaja memberikan informasi ini karena memang dia ingin keduanya mengetahui lebih awal. Ditambah, kejadian ini cukup membuat situasi Sitri cukup tidak stabil selama beberapa tahun belakangan akibat insiden tersebut. Hal lainnya tentu karena keduanya merupakan keluarganya sendiri, dan Weiss adalah seseorang yang akan mendahulukan keluarganya dibandingkan dengan apapun.

"Hanya itu yang ingin kusampaikan pada kalian, akan kukabari lebih lanjut jika Talulah sudah dalam keadaan membaik." Ucapnya kemudian.

Minato dan Raven yang masih berlutut hanya menunduk pelan sebagai respon.

"Kami mengerti, kalau begitu kami mohon undur diri." Minato membalas dengan sopan sebelum berdiri dan berjalan keluar bersama Raven yang mengikutinya dari belakang.

Setelah melihat pintu ruangannya tertutup, Weiss menghela napasnya lelah dan menyandarkan tubuhnya pada kursi yang dia duduki, wanita itu juga masih menopang wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Begitu banyak kejadian aneh belakangan ini." Bisiknya dengan ekspresi tak terbaca.

Semua ini dimulai semenjak insiden Ru-chan kesayangannya menghilang, atau... mungkin tidak juga.

Weiss kemudian menyadari satu hal jika kejadian aneh semakin meningkat ketika cucu kesayangannya itu lahir ke dunia ini. Mulai dari energi di Underworld yang sedikit menguat disertai hawa yang selalu terasa sejuk. Seolah-olah dunia menyambut keberadaannya itu sendiri. Awalnya dia menganggap ini kejadian langka dan tidak menandakan hal apa-apa, namun seiring waktu berlalu dia sadar jika banyak rentetan kejadian aneh lainnya, yang juga tidak terjadi hanya di Underworld.

'Apapun itu, aku akan mengatasinya selangkah demi selangkah. Seandainya keadaan yang tidak terduga terjadi, akan kupastikan Sitri baik-baik saja, bahkan jika itu mengorbankan nyawaku.' pikirnya sebelum memejamkan matanya, untuk menenangkan hati dan pikirannya yang dipenuhi banyak hal saat ini.

.

Kuoh, Japan

"Perjalanan yang cukup lama." Xenovia berkata sembari meregangkan tubuhnya setelah perjalanan yang cukup lama dari pesawat.

"Yah, Griselda-sama bilang kita hanya bisa memasuki Kuoh melalui cara ini karena tidak akan sopan memasuki langsung area yang di kelola oleh para iblis." Sambung Irina.

"Walaupun ini adalah kota manusia?" Lirik Xenovia pada sahabat seperjuangannya itu.

"H-Hmm, walaupun begitu. Shinto-lah yang memiliki hak penuh untuk negara ini, serta ada kemungkinan jika mereka meminjamkan kota ini pada pihak iblis yang tentunya pasti memiliki perjanjian diatasnya." Jelas Irina sembari menggaruk sebelah pipinya.

Dia lahir di Jepang, dan tentu saja dia mengetahui beberapa pengetahuan tentang negara ini. Salah satunya kebanyakan mereka adalah penganut kepercayaan Shinto. Tidak mungkin juga Pantheon Shinto akan memberikan kota mereka secara cuma-cuma pada pihak iblis yang notabenenya dahulu mereka pernah menjadi musuh.

Beberapa tahun lalu terjadi situasi yang menegangkan saat itu, dimana yokai yang mengabdi kepada Shinto banyak menjadi korban pembunuhan. Walaupun akhirnya situasi itu berhasil mereda, karena telah diketahui jika dalang peristiwa tersebut adalah pihak Old Satan.

Oleh karena itulah terdapat sebuah perjanjian antara kedua pihak tersebut, walau dirinya tak mengetahui apa perjanjian antara keduanya, mungkin hanya petinggi dari pihaknya yang mengetahui hal tersebut.

"Apa masyarakat disini selalu terpaku pada pendatang baru?" Xenovia bertanya tanpa melirik Irina, karena gadis itu tengah memperhatikan masyarakat yang melihat keduanya.

"Mungkin...ini karena pakaian kita." Irina tersenyum kikuk, tentu bagaimana mungkin pakaian seperti jubah gelap tidak akan menarik perhatian dalam kehidupan masyarakat modern?

Xenovia hanya mengangkat bahunya tanda tidak peduli. "Kalau begitu, lebih baik kita segera pergi, lebih cepat lebih baik." Gadis itu kemudian berjalan mendahului Irina yang mempercepat langkahnya untuk mengikuti pasangannya.

.

ORC, Kuoh Academy

"Aktivitas para malaikat jatuh meningkat?" Rias mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar penjelasan Akeno.

"Benar, menurut Koneko dan Yuuto-kun, mereka melihat sekilas malaikat jatuh kelas rendah yang berkumpul di gereja terbengkalai lainnya." Akeno menjelaskan kembali sembari meletakkan teh di meja gadis itu.

Rias nampak memasang wajah serius. Setelah insiden Asia, dirinya yakin telah menyingkirkan Raynare dan 3 malaikat jatuh yang bersamanya. Seandainya apa yang di lihat Koneko dan Yuuto benar, maka mungkin bisa saja ada malaikat jatuh kelas tinggi yang bersembunyi di Kuoh.

'Tsk, aku kecolongan ya? Kupikir seharusnya dulu aku menerima pelatihan Onii-sama tentang merasakan energi di sekitarku.' Pikirnya dengan raut wajah yang masam.

Dulu dia berpikir mempelajari hal itu akan sedikit sia-sia, karena tidak ada pihak yang akan secara ceroboh menerobos terhadap kota yang di kelolanya, walaupun pihak iblis hanya meminjamnya, tetap saja dia memegang tanggung jawab pengelolaan kota ini.

"Apa ada informasi lainnya?" Rias menyesap teh sesaat untuk menenangkan dirinya.

Akeno sendiri masih berdiri di hadapan Raja-nya itu. "Tidak, hanya itu yang disampaikan keduanya padaku." Balasnya.

"Begitu." Rias bergumam pelan.

Ini memungkinkan satu hal, akan terjadi sesuatu di kota ini, jika apa yang dipikirkannya benar-benar terjadi. Para mlaikat jatuh itu mungkin tengah merencanakan sesuatu di Kuoh, dan dirinya yakin itu bukan hal baik.

"Aku yakin ini mungkin akan buruk, tetapi dengan adanya Naru-kun bersama kita. Mungkin, mengatasinya akan sedikit lebih mudah bukan?" Akeno berkata padanya, dia tau sedikit mengenai kekuatan adik Sona tersebut, dan itu bukanlah hal yang patut di anggap remeh belaka.

Ada alasan mengapa Naruto Sitri begitu di cintai dan di puja oleh Underworld sendiri.

"Memang." Rias terkekeh pelan.

Iris blue-greennya menajam kemudian. "Namun, bukan hal etis jika aku yang sebagai kakak perempuan tidak sedarahnya melibatkan masalah yang tidak ada hubungannya dengan anak itu, bukan?" Ucapnya dengan lembut yang membuat Akeno tersenyum kecil.

"Aku sadar dengan tingkat kekuatannya saat ini, bahkan malaikat jatuh kelas tinggi pun hanya sekedar gangguan kecil baginya. Aku tidak bisa begitu saja melibatkannya dengan masalah ketika dia baru saja tinggal disini, bahkan belum genap sebulan." Tambahnya kemudian dan bersandar pada kursinya.

Sejauh ini, hanya pihak iblis saja yang mengetahui jika Naruto Sitri telah di izinkan tinggal di dunia atas. Dirinya tidak tau fraksi lain mengetahui hal ini atau tidak. Walaupun dia yakin, para petinggi fraksi lainnya mungkin mengetahui hal ini.

"Walaupun yang aku takutkan, bukanlah Naru-kun yang terlibat. Melainkan House of Sitri yang mungkin marah kepadaku." Rias terkekeh kecil, dia tau betapa seluruh House of Sitri mencintai pemuda itu. Terlebih The Elders of Sitri, yang begitu menyayangi cucunya tersebut.

Jika Rias menyulut kemarahan wanita itu, Sirzechs yang bahkan menjadi Maou Lucifer saat inipun tidak akan bisa menyelamatkannya dari kemarahan The Cruel Snow Devil Princess.

"Ufufu, aku bisa membayangkannya." Akeno sendiri pernah melihat sosok wanita yang dibicarakan Rias, walaupun hanya sekali, dan itu cukup membuatnya bergidik ketika mengingat tatapan sangat dingin wanita itu.

"Daripada itu, kupikir lebih baik kita memberitahu hal ini pada Sona, serta sebisa mungkin tidak melibatkan Naru-kun dengan hal ini, biarpun hal itu sepertinya mustahil." Rias berujar sembari memijat keningnya yang di balas anggukan dengan senyuman oleh Akeno.

"Ufufu, akan kulakukan, Buchou." Gadis itu pun kemudian keluar untuk pergi menuju ruang Dewan Siswa guna memberitahu hal ini kepada Sona, dan mungkin memanggilnya kemari agar Rias yang menjelaskannya lebih lanjut, karena keduanya lah yang mengelola kota ini, walau campur tangan Rias lebih banyak.

Rias menghela napasnya lelah dan memandang langit-langit ruangan klubnya dengan sayu.

"Kalau saja terjadi sesuatu di kota ini dan melibatkan kami, Naru-kun mau tak mau akan terlibat jika hal ini menyangkut kami. Sepertinya, aku tidak bisa memberikan kedamaian dalam hidupmu bukan?" Rias tersenyum kecil sebelum memejamkan matanya.

Dia hanya ingin memberikan kehidupan sekolah anak itu menjadi berharga di dunia manusia. Namun malaikat jatuh bodoh itu sepertinya membuat hal ini semakin sulit. Rias berjanji, dia akan menyingkirkan siapapun di jalannya, jika itu memberikan Naru-kun kesayangannya kehidupan damai.

Lelah memikirkan itu, pewaris Gremory itu memutuskan untuk menenangkan pikirannya untuk tertidur sesaat, selagi menunggu Sona yang mungkin akan datang kemari.

.

To Be Continued

.

Note :

Sama kayak sebelumnya, update kali ini sama lamanya dengan yang kemaren, dan alasannya juga pasti udah pada tau, kebanyakan karena gua males wkwk ide juga kurang, belum lagi Real Life yang makin kesini makin sibuk. Sekalinya ada waktu luang pun ga ada waktu buat kepikiran lanjutin fict ini/lainnya.

Untuk chap ini dan seterusnya, mungkin udah saatnya mulai konflik, yang mungkin gua buat sederhana aja, berhubung ini juga fict hanya untuk mengisi kekosongan waktu aja. Sebagian besar karena gua gamau ribet juga si.

Di chap ini bisa dilihat, ada beberapa chara baru yang muncul/disebutkan, beberapanya gua ambil dari anime/fandom lain, yang mungkin kalian tau juga itu darimana.

Weiss - RWBY, Talulah - Arknights, Epsilon - TMiS.

Untuk tampilan Weiss sendiri, kalian bisa search 'Negative Weiss', karena gua ambil penampilan Weiss dari itu, begitu juga deskripsi pakaiannya.

Adapun julukan Naruto/Weiss, The Devil Prince/The Cruel Snow Devil Princess. Sebenernya gua agak bingung sama penempatan kata dalam bahasa inggris tuh. Cari di gugel juga gua masih bingung, alhasil gua make yang menurut gua enak di baca menurut pandangan orang Indo aja.

Seandainya mungkin ada yang tau/paham, mungkin bisa bagi-bagi info, karna gua sendiri kadang bingung/ragu wkwk.

Mungkin cuma segini dulu aja, tentang hal yang janggal/belum di perjelas di fict ini, nanti akan di perjelas pada chapter berikutnya, jadi bisa di tunggu ataupun mungkin PM aja.

Makasih yang masih setia nunggu, review, fav dan foll. Entah itu masih ada atau engga, yang pasti gua buat fict ini hanya untuk kesenangan pribadi aja. Kalo pun yang lain suka/ga suka, sekali lagi itu hak kalian masing-masing.

Oke, see you...