Disclaimer : Jujutsu Kaisen by Gege Akutami
A Fanfiction by Noisseggra
Pair : Gojo Satoru X Fushiguro Megumi
Genre : Drama, Supernatural, Romance
Warning : OOC (Out of Character), iya di fanfic ini sengaja OOC, nggak terlalu mirip sama Manga/Anime, demi plot.
YAOI, BL, RATED M, Semi Canon, maybe typo (s)
You have been warned !
This fic inspired from manhwa The Ordinary Lifestyle Of A Universal Guide by Kang Yoonwoo
A/N : Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V
.
.
Kiseki no Hiiraa
.
.
Megumi kembali membuka diskusi forum miliknya, membaca jawaban-jawaban yang ada. Mungkin dia akan mulai dengan alcohol. Dia memiliki toleransi alcohol tinggi, mungkin turunan dari Toji. Jadi Megumi rasa ia bisa memakai cara itu. Ia bisa sedikit mabuk, tanpa kehilangan kewarasan. Ia rasa sempurna untuk malam pertama nya.
Megumi mulai memikirkan bagaimana cara mengajak Gojo melakukan itu lagi. Kalau melihat dari kondisi sekarang, Megumi yakin Gojo pasti akan menolak diajak sex olehnya. Tapi sebelum itu…Megumi rasa masalahnya kembali ke dirinya. Apa ia siap? Kali ini tidak boleh gagal. Kalau sampai gagal, ia tahu Gojo pasti tak akan mau melakukannya lagi.
Megumi memijit keningnya pelan. Masih teringat jelas rasa sakit saat penetrasi itu. Megumi duduk di ranjang dengan kedua lutut naik, ia menatap bagian bawah ke arah lubangnya. Ia bahkan masih merasa nyeri kini. Apa sebaiknya mencoba saat dia sudah pulih saja? Mungkin dengan begitu ia tak akan begitu takut lagi.
Megumi kembali mengecek ponselnya dan melihat ada chat masuk dari Gojo. Sekedar menanyakan kegiatan Megumi dan menanyakan apa Megumi sudah sarapan. Megumi tersenyum, membalas chat itu.
'Aku baru saja sarapan. Bagaimana denganmu? Misi nya sudah selesai?'
Tak berapa lama Gojo membalas, dia mengirimkan foto tim yang tampak sedang sibuk, mengurus jujutsushi lainnya. Sementara Gojo tampak tengah duduk di salah satu mobil memegang sebuah cup kopi susu.
'Sudah selesai, sepertinya akan pulang setelah ini,' begitu caption Gojo.
'Itu keadaannya baik saja?' tanya Megumi karena melihat tim tampak sibuk.
'Ya, jujutsushi yang bertugas sebelum aku terluka cukup parah, sekarang sedang ditangani healer fisik. Nanti akan dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.'
'Tapi kau baik saja kan?'
'Hehe, tentu saja. Kalau aku sampai terluka malah gawat. Level misi nya mungkin SSS. Seperti saat dengan ayah mertua.'
Blush…
Entah kenapa chat simple begitu membuat wajah Megumi memerah total. Padahal ia yakin hanya candaan Gojo saja.
'Ah, itu sih ulah Tou-san saja,' balas Megumi mencoba biasa saja.
'Hehe,' balas Gojo. 'Ah, sampai nanti Sensei, sepertinya ini sudah mau pergi.'
'Ok. Kalau kembali ke HQ dan tidak pergi-pergi lagi, langsung datang kemari ya? Untuk heal.'
'Memangnya boleh (sticker puppy eyes).'
Megumi tersenyum menatap sticker itu, mirip Gojo, pikirnya. 'Iya. Kan kubilang, mulai sekarang setiap pulang misi temui aku. Kita langsung heal.'
'Baik, Sensei~ tunggu aku ya. Hehe (love).'
Lagi, sticker dari Gojo membuatnya tersipu. Ia balas mengirim sticker juga, sebuah sticker cium, setelah itu memerah sendiri.
"Aaargghh…mouuu!" kesal Megumi pada diri sendiri yang merasa konyol. Sepertinya cinta membuatnya tolol.
.
Sambil menunggu Gojo kembali, Megumi memutuskan untuk masak. Dia memang sudah sarapan, tapi Gojo baru saja pulang misi, pasti butuh energy. Selesai masak ia menyimpan makanannya supaya tetap hangat, setelah itu barulah ia ke ruang tengah menonton TV untuk menghabiskan waktu.
Megumi membuka tab kerja. Sehabis misi dengan Gojo belum ada tim HQ yang menghubungi, biasanya kan ada evaluasi. Tapi ini dia belum ada kabar apapun dari HQ. Apa mungkin karena peak season juga. Evaluasi kali ini harusnya bersama Gojo dan Yuuta juga kan, Gojo saja pergi misi, mungkin saja Yuuta juga sama. Jadi belum ada evaluasi atau apapun, menunggu peak season berlalu.
Sekitar hampir dua jam kemudian barulah Gojo datang. Dia tampak letih dan masih memakai seragam HQ.
"Sensei," tapi ia masih bisa tersenyum manis saat melihat Megumi.
"Wah, tempatnya jauh kah?" tanya Megumi mengingat cukup lama barulah Gojo sampai.
"Iya, lumayan," balas Gojo sambil melepas sepatu dan menaruhnya di rak.
"Kau mau makan? Aku sudah masak untukmu."
Wajah Gojo berubah cerah mendengar itu. "Kau masak untukku?" ucapnya antusias.
"Yeah, kupikir kau butuh energy setelah misi," Megumi sedikit tersipu akan reaksi Gojo.
"Ah," Gojo mengendus sendiri tubuhnya. "Boleh pinjam kamar mandi dulu? Badanku lengket semua."
"Ya," tawa Megumi lalu memutar langkah. "Ke sana saja dulu, aku bawakan baju ganti."
"Mm, arigatou Sensei."
Megumi menuju kloset di kamarnya, ia memilihkan bajunya yang oversize supaya muat di Gojo. Setelah itu membawanya ke kamar mandi utama. Pintu kamar mandi masih terbuka saat itu, tampak Gojo sudah melepas pakaiannya, hanya memakai celana panjang. Megumi sempat terpaku menatap pemandangan itu.
"Ini bajunya, kurasa muat untukmu," Megumi mendekat, menyodorkan setumpuk pakaian. Mau tak mau matanya terarah ke tubuh Gojo.
"Arigatou, Sensei," balas Gojo seraya menerima pakaian itu.
"Mungkin lain kali kau bisa bawa beberapa baju dan meninggalkannya di sini. Untuk situasi semacam ini."
"..." Gojo tak menjawab, tapi ia tampak tercengang. Beberapa detik kemudian wajahnya memerah, dan Megumi jadi sadar apa yang barusan dikatakannya.
"Itu–..." ia jadi ikut kelabakan juga. "Ma-maksudku…itu…"
Gojo mengusap tengkuknya, lalu mengangguk. "Mm, lain kali aku akan bawa beberapa ganti baju."
"Tte, kau nggak gantian menyuruhku bawa baju ganti ke tempatmu," goda Megumi meski wajahnya masih panas.
Gojo menggeleng. "Nggak, kalau itu sih, aku lebih suka Sensei pakai bajuku. Biar kebesaran, pasti sangat manis," Gojo mengacungkan jempolnya. Seketika wajah Megumi memerah total.
"Ba-Baka! Sudahlah, mandi sana," omel Megumi seraya meninggalkan kamar mandi sambil membanting pintu. Ia mengusap wajahnya yang memerah lalu menarik nafas panjang. "Kusoo…aku mencintai pria ini" umpatnya sambil menatap langit-langit.
.
Seusai mandi, Megumi menemani Gojo makan. Ia juga ikut makan karena jam sudah mendekati jam makan siang. Seusai makan, barulah mereka bersantai di sofa kamar Megumi, duduk sambil melanjutkan game yang sebelumnya mereka mainkan bersama.
"Akhirnya menang juga," Megumi menghela nafas lelah setelah menamatkan game nya. Ia bersandar ke dada Gojo, Gojo membelai rambutnya dan mendekapnya erat, lalu mengecup Megumi juga.
"Hiiissh, gemes," ucap Gojo seraya mendekap erat tubuh Megumi.
"Apa sih," ucap Megumi malu-malu.
"Hehe," cengir Gojo dan memeluk Megumi sekali lagi. Megumi terdiam, lalu menatap Gojo. "Hm?" tanya Gojo. Tapi Megumi tak menjawab. Ia hanya mendekatkan wajah dan Gojo mengerti itu, mereka pun berciuman. Megumi sekalian melakukan heal pada Gojo.
"Arigatou, Sensei," ucap Gojo setelah heal selesai, menyatukan dahi serta hidung mereka.
"..." Megumi tak langsung merespon. "Ne…Gojo-san," panggilnya kemudian.
"Mm hm?"
"Soal semalam…aku minta maaf."
"Hey…apa-apaan itu. Harusnya aku yang minta maaf," Gojo ganti memeluk Megumi, mengusap-usap punggungnya. "Masih sakit?"
"..." Megumi memilih untuk tak menjawab. "Ano," dia melepas pelukan demi bisa menatap Gojo. "Apa…kau masih ada keinginan untuk melakukan denganku?"
"..." Kali ini giliran Gojo yang bungkam. Ia memegang jemari Megumi, mengusapnya pelan. "Apa harus?" tanya Gojo. "Aku tak keberatan hubungan kita hanya sejauh ini."
"Tapi bagaimana kalau aku yang ingin?" balas Megumi. "Aku…ingin lebih terhubung denganmu. Sama seperti pasangan yang lainnya. Kenapa hanya aku saja yang tak bisa melakukan itu denganmu, sementara kau melakukannya dengan orang lain."
"Hey, kau bicara seolah aku masih melakukannya dengan mereka. Mereka masa laluku, Sensei. Aku berjanji tak akan lagi melakukan sex dengan siapapun selama kau milikku."
"Aku tahu…tapi, aku ingin melakukannya denganmu. Tidak bisakah kau memberikan kesempatan sekali lagi?"
Gojo tertawa kecil. "Tapi yang kesakitan kan kau, Sensei. Yang terluka kau. Aku hanya tidak ingin menyakitimu," Gojo membopong Megumi dan mendudukkannya di pangkuan dengan posisi saling berhadapan. "Kau hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku, aku hanya ingin menjagamu saja."
"..." Megumi tak menjawab, tapi ia melingkarkan tangannya ke pundak Gojo.
"Ah, atau beritahu aku," Gojo meraih pinggang Megumi dan menarik tubuhnya lebih maju. "Apa kau tidak puas saat aku memanjamu begini," jemari Gojo bergerak sensual di paha dalam Megumi, lalu menyentuh selangkangannya. Wajahnya mendekat ke wajah Megumi, merasakan hangat nafas masing-masing.
"Kalau kubilang aku tak puas apa kau mau melakukan sex denganku?" tanya Megumi sebelum menyatukan bibir mereka, memagut bibir masing-masing. Tangan Gojo masuk ke balik kaos Megumi, mengusap punggungnya.
"Baiklah, kalau kau tak klimaks saat kulakukan hal intim padamu, aku akan memenuhi permintaanmu, bagaimana?"
"Ugh…curang…" keluh Megumi.
Gojo tertawa kecil. "Katanya tidak puas. Harusnya kau tak klimaks, Sensei."
Megumi hanya manyun saja. "Ahh…" tapi ia lalu mendesah saat Gojo mencium lehernya. Tangan Gojo meraih tubuh Megumi, membuatnya berdiri di atas lutut, lalu tangannya meraba bokong Megumi di balik celana, meremasnya. "Nn…" Megumi mengerang kecil. Lubangnya masih sedikit nyeri, tapi ia terangsang saat Gojo menyentuhnya sensual begitu.
Gojo menurunkan boxer Megumi tapi tidak dengan celananya, membuat kejantanan Megumi yang mulai tegak, nampak sekali di balik celana.
Gojo masuk ke balik kaos Megumi dan mengulum nipplenya, memainkan lidahnya di sana.
"Nn…ahhh," Megumi memeluk kepala Gojo dari luar bajunya.
Tangan Gojo yang berada di bokong Megumi beralih ke depan, menyentuh kejantanan Megumi yang sudah tegak sempurna kini.
"Nnh…Gojo-san…ahh," desah Megumi, lututnya lemas dan akhirnya kembali terduduk di pangkuan Gojo.
Gojo keluar dari balik kaos Megumi, tersenyum menatap tatapan Megumi yang berkabut. Tangan Gojo tak berhenti memanja penis Megumi di dalam celananya.
"Ugh…" Megumi memeluk Gojo, tangannya mencengkeram erat punggung Gojo.
Gojo tersenyum merasakan penis Megumi berdenyut di genggamannya. "Kau betulan menahan diri supaya tak klimaks?" goda Gojo.
"Ngh…" Megumi memilih tak menjawab, hanya membenamkan wajahnya di pundak Gojo. "Nn…ngh…"
Gojo menyeringai, ia malah jadi tambah ingin menggoda Megumi. Satu tangannya yang bebas menelusup masuk ke balik celana Megumi, meremas bokongnya, lalu mengusap-usap sensual permukaan lubang Megumi.
"Ngghh…–aa–...aaahhh," Megumi menggeliyut tak nyaman, lubangnya berdenyut, membuat Gojo semakin ingin menggoda pacarnya itu.
Sedikit saja, ia rasa tak akan sakit, pikirnya. Gojo menekan sedikit lebih kuat lubang Megumi, dan memasukkan ujung jarinya.
"Aaahhhh–...aaahhhh…" Megumi mendesah, mencoba menahan diri, tapi akhirnya bocor juga. Sperma nya tumpah ke tangan Gojo yang masih mengocok penisnya dengan cepat.
Nafas Gojo sedikit terengah, tapi ia menahan diri. Melihat reaksi Megumi, sebenarnya ia tahu Megumi ingin lebih, begitu juga dirinya. Ia ingin melakukan sex dengan Megumi, memasukinya, terhubung lebih jauh dengan kekasihnya itu. Tapi ia kembali mengingat ekspresi kesakitan Megumi malam itu, padahal Gojo baru masuk ujungnya saja. Bagaimana kalau ia masuk lebih dalam dan bergerak di sana?
Gojo memejamkan mata dengan alis bertaut, tak ingin membayangkan lebih jauh.
"Sensei…" panggil Gojo saat menyadari Megumi tak bersuara. Ia melepas pelukan demi menatap wajah Megumi. Megumi tertunduk dengan hidung memerah dan mata berkaca-kaca.
"Hey, shh shh shh," Gojo segera memeluknya kembali, mengecup puncak kepalanya. "Sensei, jangan begitu dong, kau membuatku merasa tak enak."
Megumi tak menjawab, hanya balas memeluk dan mengusapkan wajahnya ke dada Gojo. Cukup lama mereka hanya diam saling memeluk, sampai akhirnya Megumi menghela nafas panjang dan melepas pelukan.
"Aku jadi ingin minum. Nanti malam mau ke bar? Kudengar HQ juga punya bar," ucap Megumi.
"Mm, ya…" balas Gojo kemudian. "Tapi memangnya tak apa? Kau sedang posisi standby kan sekarang."
"Tak apa. Toleransi alcohol ku tinggi. Aku tak akan minum sampai teler."
"Baiklah kalau begitu. Nanti malam kita ke bar."
.
~OoooOoooO~
.
Sesuai rencana, Megumi bersama Gojo menuju ke bar malam itu. Megumi lumayan takjub saat masuk ke sana, bar nya lumayan besar. Tapi tidak sedang terlalu ramai isinya. Mungkin karena sedang peak season, jadi kebanyakan jujutsushi tengah bertugas.
"Wah, Sensei," beberapa orang yang mengenal Megumi sempat menyapa. Mereka menggoda Megumi berniat membelikannya minum, tapi saat melihat Gojo bersamanya, mereka langsung mundur.
Megumi memesan satu meja untuk duduk bersama Gojo berdua saja, lalu memesan minuman.
"Kau biasa minum apa, Gojo-san?" tanya Megumi.
"Ah, aku biasanya minum cinderella mocktail atau Florida cocktail," balas Gojo.
Seketika Megumi terdiam. "Hah?" ucapnya tak percaya. Kedua minuman itu bukanlah minuman beralkohol, bisa dibilang jus jeruk ekstra bagi Megumi. Megumi tahu Gojo suka manis sih, tapi rencananya malam ini mereka mau minum kan. Kenapa pesan itu juga.
"Iya, aku biasanya minum itu. Aku nggak bisa minum alcohol, Sensei. Toleransi alkohol ku sangat rendah. Bisa dibilang satu teguk saja aku tidak bisa."
'Shiiiiieeett…!' Megumi mengumpat di dalam hati sambil memijit keningnya sendiri.
"Jadi aku minum sendirian ini?" protes Megumi.
"Eh, ya nggak sendirian dong. Kan kutemani."
Megumi hanya bisa menepuk jidat. Tetap saja namanya dia minum sendirian kalau partner minumnya memesan jus jeruk. Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur di sana. Megumi pun memesan minuman dengan kadar alcohol cukup tinggi, ia yang tadinya minum untuk kedok saja, kini benar-benar frustasi dengan keadaan dan memutuskan untuk minum betulan saja.
.
.
Entah sudah berapa botol Megumi habiskan, ia memegang sebuah gelas kosong sambil duduk dengan kedua siku bertumpu di paha. Kepalanya tertunduk, sepertinya meski toleransi alkohol nya tinggi, Megumi sedikit berlebihan juga malam ini.
"Sensei, Sensei, pulang yuk, sepertinya kau sudah terlalu banyak minum deh," ucap Gojo sembari mengusap pelan pundak Megumi.
"Hng…haah," Megumi menegakkan kepalanya.
"Ayo pulang, sudah jam 1 ini," tambah Gojo.
Megumi tak mendengarkan, ia malah mengambil satu botol lagi yang masih sisa setengah dan menuangnya ke gelas.
"Sensei…" panggil Gojo.
"Mmh," Megumi tak peduli, ia kembali minum. Malah setelah yang di gelas habis, dia menenggak langsung dari botolnya.
"Geez, kurasa sudah cukup. Habiskan itu dan kita pulang oke?" ucap Gojo khawatir.
Megumi menyeringai, ia bersandar ke sandaran sofa dengan kedua lengan naik ke sandarannya, masih dengan botol minuman di tangan
"Keh, tapi ngomong-ngomong, kupikir kau jujutsushi terkuat, tapi ternyata punya sisi lemah juga ya. Lemah minum, lucu sekali. Hahahahaha. Kukira kau juga bakal kuat minum, lebih dariku setidaknya."
"Ugh…nggak ada hubungannya jumlah energy kutukan dengan toleransi alkohol seseorang."
Megumi kembali tertawa, terlihat sekali kalau dia memang mabuk. "Tetap saja. Rasanya konyol. Jujutsushi terkuat malah minumnya jus jeruk. Pfftt…mungkin lain kali aku bawa orang lain kalau mau minum," Megumi kembali menenggak minumannya. "Yang kuat minum siapa? Aku cuma tau ayahku saja yang lebih kuat minum dariku. Geto-san bagaimana? Atau Okkotsu-san? Yuuji? Ah, atau lain kali kuajak Seiji ya."
Gojo merengut. Ia tahu Megumi mabuk, tapi mendengar dia ingin membawa orang lain untuk minum bersama, rasanya tak menyenangkan. Gojo mengutuk dirinya sendiri kenapa ia tak bisa jadi teman minum Megumi. Ia juga ingin bisa minum banyak seperti yang lain, tapi mau bagaimana lagi, tubuhnya tak bisa mentolerir alkohol.
"Geez, Sensei. Sudahlah, ayo pulang. Kau sudah terlalu mabuk."
"Aku tidak semabuk itu. Hanya sedikit mabuk," Megumi kembali menenggak botolnya, kali ini sampai habis meski beberapa ada yang tumpah sampai ke lehernya dan turun ke dada. "Pwaah, habis juga. Ya sudah, ayo, katanya kau mengajak pulang," Megumi bangkit dari sofa. Ia langsung terhuyung dan nyaris jatuh, tapi untungnya Gojo langsung memapah.
Megumi tertawa, lalu menepuk pipi Gojo lumayan keras. "Aku hanya hilang keseimbangan saja dari duduk langsung berdiri," ucapnya.
Gojo menghela nafas. "Iya iya," balasnya dan memapah Megumi keluar bar. Mereka menuju cart untuk berkendara pulang.
"Keh, biar aku saja. Biar kau tahu aku memang tidak mabuk," ucap Megumi seraya menghampiri kursi kemudi.
"No no no no, aku saja yang menyetir, oke," cegah Gojo.
"Geez, kenapa sih? Biar kubuktikan aku bisa menyetir dengan baik, aku tidak mabuk. Lagipula ini hanya cart, meski menabrak pun tidak akan seburuk itu."
Gojo menghela nafas lelah dan membopong Megumi yang sudah mangkal di kursi kemudi. "Biar aku saja, oke? Meski kalau menabrak tak seburuk kecelakaan mobil, kau akan kena masalah oleh HQ," Gojo mencoba memberi alasan. Ia mendudukkan Megumi ke kursi penumpang, lalu ia sendiri menuju kursi kemudi dan mulai melajukan cart itu.
Tak ada obrolan lagi di antara mereka, Megumi juga hanya menatap kosong pemandangan di sekitar.
"Sensei, kau–..." Gojo berusaha mengobrol memecah keheningan, tapi ucapannya dipotong.
"Hey, aku ingin menginap di tempatmu. Boleh?" tanya Megumi.
"..." Gojo tak langsung menjawab.
"Ayolah, aku pacarmu kan."
Gojo menghela nafas. "Baiklah," ucapnya kemudian.
Megumi tersenyum mendengar itu.
Gojo menyetir cart menuju kompleks paviliun nya. Setelah turun dari cart ia berniat memapah Megumi tapi sepertinya Megumi bisa jalan sendiri, dan dia memang menolak untuk dipapah.
"Aku tidak semabuk itu," omelnya.
"Iya iya," balas Gojo. Meski begitu ia tetap berjalan di dekat Megumi, takut pacarnya itu tiba-tiba ambruk atau apa.
Begitu tiba di paviliun Gojo, Megumi bahkan mendahuluinya masuk.
"Aku pinjam kamar mandi ya," ucap Megumi tanpa menoleh, hanya terus berjalan.
"Ya," balas Gojo sambil menutup pintu. Ia menghela nafas lelah menatap kepergian Megumi. Ia lalu melangkah menuju kamar, ke kamar mandi tepatnya. Ia memutuskan untuk bebersih dan ganti baju sebelum tidur.
Gojo melepas baju, lalu menatap bayangannya sendiri di cermin. Ia berpegang ke wastafel dengan kepala tertunduk. Ia tahu…setelah ini Megumi pasti mengajaknya lagi untuk melakukan sex. Dan ia tak tahu harus bagaimana.
Kalau sampai Megumi 'menyerangnya', Gojo tak yakin bisa bertahan. Ia sendiri juga sangat menginginkan Megumi, ia ingin menindih tubuh itu, mencumbunya, hanya saja ia takut menyakiti Megumi.
Menghela nafas lelah, Gojo menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi, lalu ganti baju dan kembali ke kamar. Megumi belum ada di sana, jadi ia duduk saja di tepi ranjang, menunggu. Lagi-lagi pemikirannya kembali ke hubungan sex. Bagaimana tidak, suasananya mendukung begitu.
"Kuso…biasanya aku melakukan sex bagaimana sih," umpat Gojo pada diri sendiri. Ia berbaring ke ranjang dengan lengan menutup mata. Ia mengingat lagi bagaimana dulu sex nya dengan orang lain. Dia biasa mempersiapkan partner nya, itu untuknya sendiri juga biar dia bisa masuk. Setelah itu ia masuk, dan bergerak memuaskan diri.
Ia tak peduli pada partner nya bagaimana. Mereka biasanya kesakitan, tapi pada akhirnya menikmati juga. Buktinya mereka selalu menghubungi Gojo lagi dan mau saja diajak sex lagi oleh Gojo.
Tapi saat Gojo membayangkan Megumi yang berada di posisi itu…Gojo menindihnya, lalu memasukinya paksa, menyuruh Megumi menyesuaikan diri karena nanti paling menikmati. Bayangan Gojo berhenti di situ. Yang tergambar di kepalanya hanyalah raut kesakitan Megumi, dan ia tak menginginkan itu. Jangankan keinginan memaksa masuk sampai Megumi terbiasa, yang Gojo pikirkan justru ia ingin segera menarik penisnya keluar supaya Megumi tak merintih lagi.
"...Gojo-san," sebuah panggilan halus membawa Gojo kembali ke dunia nyata.
Megumi kembali dari kamar mandi, kancing kemeja nya terbuka sampai ke perut karena basah, sedikit memperlihatkan nipple Megumi yang membuat darah Gojo berdesir ke bagian bawah tubuhnya.
Gulp…!
"A-ah, kau sudah selesai di kamar mandi," Gojo segera bangun. "Mau ganti baju? Sebentar kuambilkan," ia bergegas ke closet mencarikan baju untuk Megumi. Saat ia mengambil baju itu ia mengumpat dalam hati mengingat dia pernah mengatakan sesuatu semacam ingin melihat Megumi memakai bajunya, karena pasti manis.
"Shiiiitt…" umpat Gojo pelan seraya memijit dahi nya. Ya memang manis, terlalu menggoda malah. Ia tambah tak yakin bisa bertahan malam ini.
Gojo mengambilkan kaos longgar dan celana santai untuk Megumi. Dan ia hampir jantungan saat kembali ke kamar dan melihat Megumi sudah topless dan kini tengah membuka sabuk celananya.
"Sensei, ini baju untukmu," ucap Gojo memberikan bajunya segera sebelum Megumi selesai melucuti pakaian. Gojo segera duduk di tepi ranjang membelakangi Megumi.
"Arigatou," balas Megumi. Ia memakai kaos dari Gojo yang tentu saja kebesaran, kerahnya turun sampai ke pundak Megumi, menampakkan pundaknya yang mulus itu. Bagian bawahnya juga terlalu panjang sampai ke paha. Megumi terdiam melihat itu, ia lalu melanjutkan membuka celana, tapi tak memakai celana yang diberikan Gojo.
"Ayo tidur," ucap Megumi seraya naik ke ranjang.
"Ya, ayo–..." ucapan Gojo terhenti saat membalikkan badan dan melihat penampilan Megumi. Ia langsung gelagapan. "Umm…kurasa aku tidur di sofa saja," Gojo langsung memalingkan wajahnya yang memerah. Ia bangun tapi Megumi langsung menahannya dengan lengan, dan mendorongnya sampai berbaring ke ranjang.
"Kau tidak mau…tidur denganku?" tanya Megumi yang naik ke atas tubuh Gojo. "Kita ini pacaran atau tidak?"
"Sen…Sei…" keluh Gojo. "Kau mabuk."
"Aku tidak semabuk itu. Harus kubilang berapa kali toleransi alkohol ku tinggi," tangan Megumi yang menahan dada Gojo turun ke bawah, menyentuh selangkangan Gojo yang sudah setengah tegak. "Ah, tempat ini bahkan sudah terangsang. Kenapa kau malah mau pergi?" ucap Megumi sambil meremas pelan benda itu.
"Sensei…nnhh…"
Megumi tak berhenti menyentuh selangkangan Gojo sampai benda itu mengeras. "Nah, begini lebih baik," seringai Megumi. Detik berikutnya tubuhnya dibanting ke ranjang dan Gojo ganti merangkak di atasnya dengan nafas terengah. Meski begitu Gojo hanya diam, menatap Megumi dengan kedua tangan mengurung sisi kanan kiri Megumi.
Megumi menyeringai, lalu menaikkan kaosnya hingga dada nya terlihat. "Lakukan sesuatu yang membuatku nikmat," ucap Megumi.
Gulp…!
Gojo menelan ludah berat. "Sensei…kau betulan tahu apa yang kau lakukan kan? Aku tidak mau…seperti yang terakhir kali."
"..." Megumi terdiam, menatap lurus ke mata Gojo. Ia meraih wajah Gojo dan memegang kedua sisi wajahnya. "Ya, aku tahu apa yang aku lakukan. Dan ya, kali ini tidak akan seperti yang terakhir. Aku tidak akan kabur lagi. Maaf meninggalkanmu malam itu."
"Bukan itu," Gojo kembali menarik wajahnya. "Jangan berkata seperti itu, aku tak ingin kau memaksakan diri. Justru tak apa kau minta berhenti kalau kau tak suka. Yang kumaksud adalah aku tak ingin kau terlu–...mnn…" ucapan Gojo terhenti saat Megumi menaikkan tubuhnya dan mencium Gojo. Tangannya melingkar ke leher Gojo untuk menahannya supaya tak menjauh.
"Sudah, jangan banyak bicara. Ayo kita lakukan," bisik Megumi dengan nada seksi, tangannya meraba ke dalam kaos Gojo lalu membuka benda itu, membuat tubuh Gojo topless. Ia kembali menubruk Gojo dan menciumnya, kali ini ia lebih mendominasi. Ia mendorong Gojo hingga condong ke belakang, lalu duduk di pangkuannya masih sambil mencium bibir Gojo. Tangan Megumi beralih meremas selangkangan Gojo lalu menurunkannya, membebaskan penis Gojo yang sudah tegak. Ia mengocok benda itu.
"Sensei…Sensei…" panggil Gojo, nafasnya mulai memburu.
Megumi menyeringai dan menjilat bibir melihat ekspresi Gojo. Ia lalu membuka bajunya sendiri, menyisakan hanya boxer saja yang ia pakai. Ia lalu menurunkan boxer nya itu, membuat penisnya terbuka. Tangan Megumi turun ke bagian bawah penis lalu ke belakang, menuju lubangnya. "Aku tidak tahu caranya. Kau mau membantuku?" goda Megumi.
Lagi, Gojo menelan ludah berat. Ia lalu mendorong tubuh Megumi sampai terbaring ke ranjang, dan langsung menciumi lehernya sementara tangannya menurunkan boxer Megumi sampai lepas. Ia terus mencium turun sampai ke dada Megumi, mengulum nipple nya yang berwarna cherry.
Megumi menyeringai, ia meremas belakang kepala Gojo. Ia menikmati perlakuan Gojo. "Ahh–..." ia mendesah saat Gojo mencium semakin turun, ke bagian perut bawahnya, lalu akhirnya ke penis Megumi. Gojo menjilat benda itu lalu mengulumnya naik turun. "Mnnhh…ahh, Gojo-san…" desah Megumi. Tanpa sadar tubuhnya bergerak maju mundur dengan penisnya di mulut Gojo, tangannya masih memegang kepala Gojo dengan erat.
"Nghh…f-...fuck…ngh, aahh…" Megumi terus bergerak memuaskan diri, dan Gojo sama sekali tak menolaknya, malah menghisap penisnya kuat. "Nnhh…ahh, f-ffuuckk…ahh, Gojo-san, Gojo-san," Megumi bergerak semakin liar dan akhirnya klimaks di mulut Gojo. Tubuhnya lemas dan kembali terbaring ke ranjang.
Gojo menumpahkan sperma Megumi dari mulutnya ke tangan, membasahi tangan itu, lalu membawanya turun ke lubang Megumi. Ia sedikit takut untuk melakukan itu, tapi Megumi malah membuka kakinya lebih lebar dan mengangkat pahanya sendiri.
Gulp…!
Gojo menelan ludah berat. Kenapa Megumi seagresif ini, apa karena dia sedikit mabuk? Tapi yang jelas, melihat Megumi begitu Gojo tentu saja tergoda. Ia pun menyentuh lubang Megumi, lalu memasukinya dengan dua jari.
"Nn…nn, ahh, nnn, lebih dalam," desah Megumi.
Gojo menurut, ia bergerak lebih dalam, dan menambahkan satu jari.
"Ngh…fuuck, ini enak sekali," racau Megumi.
Darah Gojo berdesir, penisnya terasa sesak sekali. Ia bisa merasakan lubang Megumi yang basah dan hangat meremas jemarinya yang mencoba melebarkan benda itu.
"Ngh…ahh, chotto matte," ucap Megumi dan bangun. Gojo sedikit kecewa, mengeluarkan jemarinya dari lubang Megumi. Apa mereka akan berhenti lagi di sini?
Tapi ternyata Megumi mengubah posisi, ia menungging, mengangkat bokongnya, sementara tangannya memeluk bantal di bawah tubuh. Megumi ingat ia sempat browsing lagi, katanya posisi itu yang paling aman untuk mempermudah akses masuk. Ada satu posisi lagi kata artikel yang dibacanya, yaitu dengan dia berada di atas, dengan begitu dia bisa memasukkan penis Gojo dengan sedikit 'paksa' karena berat tubuhnya membantu mendorong turun. Tapi Megumi rasa posisi yang itu masih terlalu berlebihan untuknya yang masih noob. Untuk sekarang ia menyerahkan saja pada Gojo.
"Ayo lanjutkan," pinta Megumi sambil menoleh lewat pundaknya.
"Mn," Gojo mengangguk, lalu kembali fingering pada Megumi, memperluas lubangnya. Nafasnya berat, ia benar-benar tergoda melihat posisi itu. Bokong mulus Megumi tepat berada di hadapannya, begitu seksi. Bagian lubangnya yang berwarna senada dengan warna nipple nya…
Gojo akhirnya menunduk dan menjilat lubang itu, memasukkan lidahnya ke sana.
"Aaahhhh–..." Megumi mendesah keras. Lubangnya berkedut tak nyaman. "G-Gojo-san…itu…"
"Mnh…kau suka?" tanya Gojo di sela kulumannya, ia bisa rasakan tubuh Megumi bereaksi terhadap sentuhannya.
"U-ungh…" Megumi tak menjawab, tapi cairan precum banjir dari ujung penisnya.
Gojo tak tahan lagi, kalau normal dia pasti sudah memaksa masuk pada partnernya, tapi tidak dengan ini. Ia lebih memilih mengeluarkan penisnya lalu mengocoknya sendiri dengan satu tangan. Satu tangan meremas bokong Megumi sambil lidahnya masih bermain di sana.
"Ngh…ahhh, Gojo-san, Gojo-san…" desah Megumi. "AAHHH…" ia mendesah keras saat tangan Gojo beralih memegang penisnya, mengusap ujungnya yang sudah basah. "Ngh…nn-noo…ahh, mm, aku tidak…ahhhh…" Megumi tak kuat menahan dan akhirnya klimaks, spermanya muncrat membasahi ranjang.
"Mnn…nn…" Gojo juga mencapai puncak kenikmatan, sperma nya banjir di tangannya sendiri.
Megumi terengah, tubuhnya sedikit turun, tapi ia masih dalam posisi itu. Ia kembali menoleh ke belakang, menatap wajah Gojo yang juga terengah pasca klimaks.
"Nn, ne? Apa sudah cukup? Mau coba masukkan?" ucap Megumi.
Gojo menelan ludah berat. Ia membungkuk dan mensejajarkan wajahnya dengan Megumi, sehingga penisnya menggesek lubang Megumi.
"Boleh kah?" tanya Gojo.
Megumi mengangguk, tangannya bergerak ke belakang menyentuh penis Gojo. "Sudah licin. Ayo coba masukkan," ucapnya.
Gojo mengangguk lalu menyempatkan mengecup leher Megumi sebelum menarik tubuhnya tegak. Ia lalu mengocok penisnya sendiri yang dalam keadaan setengah tegak karena barusan klimaks, membawanya ke lubang Megumi.
"Aku masuk Sensei…" ucap Gojo.
"Nn," Megumi mengangguk, ia memilih menyembunyikan wajahnya ke balik bantal, tangannya memeluk bantal erat. Apapun yang terjadi ia akan menahannya kali ini.
Gojo mendorong masuk, lubang Megumi yang sudah ia persiapkan dan juga ototnya yang rileks karena habis klimaks, membuka jalan masuk untuk Gojo. Ia mendorong masuk sampai bagian kepala.
"Ugh…" ia mendengar Megumi mengeluh kecil, tapi healer itu memilih menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
"Sensei…kau tak apa?" Gojo hanya ingin memastikan.
Megumi mengangguk tanpa jawaban verbal. Alis Gojo bertaut, Megumi pasti sedang berusaha menahan diri untuk tak mengatakan apa yang dirasakannya. Sebaiknya Gojo menghargai itu. Ia akan terus masuk sampai Megumi benar-benar tak mau seperti kemarin, barulah ia akan menghentikan diri.
"Aku masuk lebih dalam, Sensei," ucap Gojo. Ia bergerak pelan maju mundur untuk bisa memperdalam masuknya, dan Megumi masih belum bereaksi, jadi ia masuk semakin dalam, sampai tempat di mana ia biasa masuk kalau dengan partner-partner lainnya.
"Aahh…" Gojo mendengar Megumi mendesah kecil di balik bantalnya, lubang Megumi juga berkedut.
"..." Gojo rasa ia menyentuh sesuatu. Ia bergerak sedikit lagi, menyentuh titik itu, dan benar, Megumi kembali mendesah. Gojo tersenyum, ia menemukan sweetspot Megumi. Ia pun mulai bergerak layaknya orang melakukan sex, tapi ia lakukan dengan perlahan dan hati-hati, ia pastikan setiap gerakannya menyentuh titik sensitive Megumi.
"Sensei…nnh…" panggil Gojo. Ia meremas bokong Megumi yang menggoda, lalu mengusap di bagian tulang ekornya.
"Ng…aaahhh…" Megumi mendesah, bahkan tubuhnya terangkat, tak memeluk bantal lagi, kedua tangannya bertumpu ke ranjang.
Gojo menurunkan tubuhnya untuk memeluk Megumi, mensejajarkan wajah mereka. Akhirnya kini ia bisa melihat wajah Megumi, wajahnya terlihat memerah. Gojo menyentuh sensual perut Megumi, ia bisa merasakan penisnya bergerak dari saja.
"Nggh…ahhh…nnn," dan dia bisa melihat Megumi mendesah dari dekat, menikmati perlakuannya.
"Enak?" tanya Gojo.
"Ugh…" Megumi tak menjawab, hanya saja ia melirik Gojo dengan wajah memerah. Gojo bergerak sedikit memutar, memainkan sweetspot Megumi, dan Megumi kembali mendesah. "Aaahhhh…" tubuh Megumi menegang. Gojo memeluknya, lalu memainkan nipple nya dengan lembut.
"G-Gojo-san…Gojo-san," panggil Megumi.
Gojo mencium leher Megumi, menjilatnya. Ia terus bergerak, bisa ia rasakan lubang Megumi mengapitnya erat.
"Ahh…aahhhh…aahhhh," Megumi mendesah saat cairan putih kembali muncrat dari ujung penisnya. Gojo tersenyum, ia lalu membaringkan tubuh lelah Megumi, mengubah posisinya menjadi terlentang supaya Megumi bisa bernafas lebih leluasa. Ia sedikit menarik penisnya keluar karena mengubah posisi tadi.
"Gojo-san…Gojo-san," panggil Megumi, tangannya menyentuh penis Gojo seolah berusaha memasukkannya kembali. Mata Gojo terbelalak melihat itu, apalagi melihat wajah Megumi selanjutnya.
"Gojo-san…masukkan…lagi, yang tadi…enak sekali…" pinta Megumi dengan wajah penuh nafsu.
Gojo terbelalak, hilang sudah kendalinya. Ia pun menekan kedua tangan Megumi di atas kepala, lalu kembali memasukkan penisnya dan bergerak dengan tempo cepat, tak seperti tadi.
"AAAHHHH…" Megumi mendesah keras, tapi ekspresinya terlihat menikmati. Jadi Gojo pun terus bergerak. "Nnghh…ahh, Gojo-san…aahh…" tubuh Megumi bahkan melengkung ke atas, seolah menahan diri dari kenikmatan. Gojo meraup nipple Megumi yang juga ereksi, memainkannya dengan lidah, membuat Megumi semakin mendesah heboh.
"G-Gojo-san…Gojo-san, hen…tikan, aku bisa klimaks lagi, ahhh," desah Megumi.
"..." Gojo tak langsung menjawab, ia lalu mengangkat sedikit tubuhnya supaya bisa saling menatap. "Ya, klimaks lah. Jangan menahan diri. Klimaks saja kalau kau merasa nikmat."
Iris Megumi terbelalak. Ia tak bisa menggambarkan ekspresi Gojo saat itu, ia terlihat bahagia tapi juga seperti mau menangis? Megumi tak tahu, tapi yang jelas itu pertama kalinya ia melihat wajah Gojo seperti itu. Seperti lega sekali, seperti baru saja mendapat sesuatu yang ia ingini. Dan dibanding karena sweetspotnya yang kembali digempur penis Gojo, Megumi rasa detik berikutnya ia tak bisa menahan diri untuk klimaks karena melihat ekspresi Gojo tadi.
Megumi terengah, menatap langit-langit. Ia lelah tapi juga merasa puas setelah orgasme. Tapi ia masih suka merasakan penis Gojo di dalam tubuhnya, ia bergerak turun seolah membiarkan penis Gojo masuk sedikit lebih dalam lagi. Gojo menciumnya dengan lembut, menjilat lidahnya dan menikmati ciuman mereka.
"Kau sudah puas?" tanya Gojo sambil menjilat telinga Megumi.
Lubang Megumi berdenyut, ia bisa merasakan penis Gojo yang keras di sana. "Aku ingin lagi, kau juga belum klimaks," balas Megumi.
Gojo tertawa kecil. "Jangan khawatirkan aku, malam ini fokus untukmu."
Megumi menggeleng. "Sudah kubilang kan, aku juga ingin lagi," Megumi menyentuh kembali penis Gojo, ia tahu Gojo hanya bisa masuk sebagian, ia tak masuk sepenuhnya. "Apa biasanya kau juga masuk segini dengan partner sex mu yang lain?"
"Iya, kalau lebih dalam lagi akan menyakitkan."
"Mn…apa kau merasa nikmat?" Megumi menatap khawatir.
"Saat ini?" Gojo tertawa kecil. "Jangan ditanya. Kurasa ini pertama kalinya aku merasa senikmat ini," Gojo kembali bergerak dan membuat Megumi mendesah. "Kau bilang masih ingin karena aku juga belum klimaks, kalau begitu kuterima tawaranmu."
"Nnh…ya…" balas Megumi. Tubuhnya kembali berguncang karena gerakan Gojo. Ia menatap wajah Gojo selama sex, ia menyukai wajah kekasihnya itu. Ia berharap Gojo merasakan hal yang sama.
Gojo meraih tangan Megumi dan mengecupnya. "Jangan menatap terus begitu, aku jadi ingin klimaks secepatnya," goda Gojo yang sukses membuat wajah Megumi memerah total.
"Haha, kau manis sekali Sensei, andai aku bisa menyimpan wajahmu," Gojo kembali menciumi wajah Megumi.
"Ngh…jangan bicara macam-macam, itu malah terdengar mengerikan mengingat kau adalah jujutsushi dan memang bisa melakukannya. Ahh…" Megumi memeluk Gojo.
"Hahaha, itu hanya kiasan. Aku tidak mungkin mau melukai orang yang sangat kucintai ini," Gojo mengecup pipi Megumi.
"Nn…bagus….ahh, baguslah… Aahhhh," ia mendesah saat tangan Gojo menyentuh nipple nya.
"Nn, kau suka sambil kumanja nipple mu?" bibir Gojo berada di telinga Megumi, kedua tangannya memainkan nipple Megumi, dan penisnya terus bergerak menyentuh sweetspot Megumi.
"Nnhh…y-ya…ahhh," balas Megumi. "Ungh…k-kau…kapan keluar…? Aku…ahhh, sudah ingin lagi…"
"Hnn…" Gojo bergumam, ia lalu mengalihkan satu tangannya ke penis Megumi, menutup lubang penisnya.
"Aahh…Gojo-san…?"
"Tahan sedikit oke, aku juga hampir," balas Gojo dan mulai bergerak semakin cepat.
"Ahhhh…annnhhh," Megumi menggeliyut tak nyaman, ia sudah ingin sekali klimaks, tapi tak bisa karena ditahan jemari Gojo. "G-Gojo-san…oughh…aahh, su-sudah tidak kuat…" pintanya.
"Ya, aku bisa merasakan cairanmu seperti sudah mau merangsek keluar, Sensei," bisik Gojo, menjilat leher Megumi sensual.
"Ahhh…p-please…ahh, sudah…" pinta Megumi. "Ngh…ahh, tak tahan…" ia benar-benar tak kuat merasakan sweetspot nya yang terus disentuh, lalu nipple nya yang diberi rangsangan, juga tangan Gojo yang menahan penisnya sambil sedikit mengocok benda itu. Apalagi saat Gojo mempercepat gerakan, dan Megumi bisa merasakan penis Gojo berdenyut di dalam sana.
"M-mou…aahhh…aahhhh," Megumi mencengkeram erat punggung Gojo saat tak kuat lagi. Gojo melepas ibu jarinya dari lubang Megumi dan mengocok penis Megumi. Megumi pun orgasme. "Aaahhhh…ahhhh," ia mendesah keras saat sperma nya keluar tak terkendali. Bahkan Megumi merasa tak hanya sperma saja yang keluar, seperti ada cairan bening dari sana, apakah dia baru saja squirting? Ia merasa ini pertama kalinya ia klimaks sehebat ini.
Setelah Megumi menyelesaikan klimaksnya, Gojo menarik penisnya keluar, lalu menegakkan tubuh dan mengocok penisnya cepat. "Nn…nnhh…aahh," ia pun klimaks, memuncratkan sperma nya di atas tubuh Megumi. Membuat tubuh kekasihnya itu banjir oleh sperma nya.
Megumi merasa tubuhnya panas dan lengket oleh cairan Gojo, tapi yang paling memuaskan baginya adalah melihat ekspresi Gojo saat klimaks. Ia tak akan pernah bosan dengan pemandangan itu.
Tangan Megumi terulur untuk menyentuh ujung penis Gojo yang masih tersisa cairan putih, mengusapnya dan memainkannya pelan.
"Sensei, jangan begitu kalau kau tidak ingin menerima konsekuensinya," goda Gojo.
Megumi terperanjat dan segera menarik tangannya. "A-aku sudah lelah, istirahat dulu," ucapnya.
Gojo tertawa kecil lalu menindih tubuh Megumi dan menciumnya. Ia berguling ke samping supaya Megumi tak merasa berat tanpa melepas ciuman. Tangannya memeluk punggung Megumi, dan turun ke bagian bawahnya, mengusap bagian tulang ekor Megumi.
"Nn…" Megumi melepas ciuman. Ia melirik ke belakang. "Saat kau melakukan itu rasanya nyaman."
"Begini?" Gojo kembali membelai bagian itu.
Megumi mengangguk. Ia merasa perasaan nyeri nya sedikit hilang saat Gojo melakukan itu.
"Ya sudah, tidurlah Sensei, terimakasih untuk malam ini," ia mengecup dahi Megumi, tangannya tetap mengusap bagian yang Megumi sukai supaya Megumi merasa nyaman.
"..." Megumi terdiam, menatap wajah Gojo.
"Hm?" tanya Gojo.
"Apa malam ini…berhasil…?"
Gojo tersenyum dan menyatukan dahi mereka. "Iya, malam ini kita sudah melakukan sex."
Wajah Megumi bersemu, akhirnya ia melakukan sex dengan pacarnya. Ia pun balas memeluk Gojo dan perlahan tertidur di pelukan kekasihnya itu.
.
.
.
~To be Continue~
.
Note : Cinderella mocktail sama Florida cocktail yang diminum Gojo, official dari novel JJK. Saat Gojo sama Nanami pergi bareng. Gojo nggak bisa minum alkohol, jadi pas pergi ke bar sama Nanami dia mesennya ini.
.
Next Chapter Hiatus sampai waktu yang tidak ditentukan. Sampai jumpa lagi~
.
Support me on Trakteer : Noisseggra
