Title : Luhan's Mind

Main Cast : Lu han, Oh Sehun dll

Rate : M

Author : ZeHunHanus

Warning : Typo? Biasalah..

Cerita pasaran, alur berantakan, membosankan maklum masih belajar. Ini hasil imajinasiku. Jadi maafkan kalau gaje . Dan maafkan aku kalau masih banyak kekurangan karena aku hanya manusia biasa :"(

Oh ya aku ganti nama yeeeeh \^0^/ dari fihannie menjadi ZeHunHanus.. bagaimana? Keren kan? Kkk~. Cerita dikit dulu.. awal nama ini terbuat(?) Dibantu oleh teman rpku.. disini ada yang maen rp fb? Tmenan yok hahaha. Zeus itu adalah dewa gay.. yaudah aku gabungin Hunhan.. jadilah ZeHunHanus.. yeaaahh /gaje-_-/

Tanpa banyak bacot kita mulai ceritanya.

'Aku yakin yang kulihat kemarin itu Eunha, ya aku sangat yakin.' Gumam Luhan meyakinkan dirinya sendiri. Ia memainkan jarinya sembari mengingat wajah gadis yang dia lihat waktu di Club. Kalau memang itu orang lain lalu kenapa ciri-cirinya sama dengan Eunha. iya pasti dia Eunha. Rambut pendek dan pipi tembem hanya itu satu-satunya ciri khas gadis yang bernama Eunha.

Luhan menghembuskan nafasnya gusar. Akhir-akhir ini mamanya sering melamun. Luhan tidak tahu kenapa sikap mamanya sangat aneh belakangan ini, setiap Luhan bertanya pasti mamanya hanya menjawab tidak apa-apa, dan juga ia merindukan Babanya, sangat merindukannya. Babanya selalu memakai alasan lembur jika Luhan bertanya kenapa tidak pulang. Luhan bahkan melupakan bagaimana wajah Babanya. Hah~ ia merindukan mereka berkumpul sekeluarga, makan bersama, dan bercanda bergurau saat bersantai.

Lagi-lagi Luhan menghembuskan napasnya gusar. Kepalanya berdenyut sakit karena memikirkannya.

"Jummaaa..."

"Ahjummaa"

"AHJUMMMAAA" Luhan terkejut dengan teriakan suara khas anak kecil. menundukkan kepalanya dan menatap wajah Mingguk yang memerah karena habis teriak. Bibirnya membentuk senyuman tipis dan menjongkok di hadapan Mingguk sembari mengelus kepalanya.

"Ahjumma kenapa melamun?" Luhan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak. Luhan tak mau membahasnya terlebih lagi Mingguk masih kecil. Pasti ia tak mengerti apa-apa.

"Ahjumma lihat, kemarin aku dapat nilai seratus" ucap Mingguk dengan nada senang, tangannya mengambil sesuatu di tasnya lalu memperlihatkan kertas itu kepada luhan yang ternyata sebuah kertas ulangan Mingguk, luhan dapat melihat angka seratus dengan tinta merah dipojok kanan kertas itu.

"Waah Mingguk sangat hebat, pertahankan hm?" Mingguk mengangguk senang.

"Sayang sekali, nuna tidak punya hadiah untuk Mingguk, besok nuna kasih ya hadiahnya" lanjutnya, Mingguk menggelengkan kepalanya.

"Mingguk maunya sekarang ahjumma"

"Tapi nuna belum beli hadiahnya Mingguk"

"Tidak perlu ahjumma, kemari ahjumma, mingguk ingin memberi tahu sesuatu"

"Apa itu Mingguk?" Luhan mendekatkan wajahnya dengan wajah imut Mingguk.

Mingguk senyum senang lalu ikut mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Luhan. Kemudian

Chup

Luhan membeku mendapat kecupan dari Mingguk, jika di pipi itu hal yang biasa tapi Mingguk menciumnya dibibir.

Luhan menatap mingguk, mingguk hanya mengerjapkan matanya polos sambil tersenyum senang.

"Terima kasih hadiahnya ahjumma, mingguk ke sekolah dulu" luhan masih diam ditempatnya setelah Mingguk menghilang dari pandangannya.

Luhan berdiri sambil memegang bibirnya. Sesekali ia terkekeh entah karena apa. Kakinya melangkah masuk ke dalam sekolah

'Ciuman pertamaku adalah Mingguk dan Mingguk anak kecil'

'Astaga ciuman pertamaku diambil oleh anak kecil'

"Cih kau kira aku percaya ciuman pertamamu anak kecil. Pasti kau sudah ciuman beberapa kali kan. Dan ternyata kau pedofil" Luhan mengernyitkan alisnya, mendongak menatap lelaki yang lebih tinggi darinya.

"Aku? Pedofil? Hahahaha... lelucon yang bagus" tawa luhan sambil memegang perutnya. Luhan menyukai anak kecil bukan berarti ia pedofil. Luhan menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Kau mencium anak kecil dan tepat dibibir, jadi kau pedofil. Selain mesum ternyata kau pedofil" luhan mengerjapkan matanya menatap lelaki itu.

"Darimana dia tahu?"

"Luhan, apakah kau lupa?" Luhan baru ngeh ternyata yang dihadapannya sekarang adalah Sehun, lelaki yang bisa baca pikiran. Padahal Sehun tadi melihat Luhan dicium anak kecil itu.

"Astaga.. kau jangan cemburu dulu Sehun, Mingguk itu sudah kuanggap seperti anak sendiri. Aku bukan pedofil, tenang saja aku hanya menyukaimu Sehun" sehun menatap luhan dengan horor mendengar ucapannya yang terbilang narsis.

"Aku sudah bilang aku tidak bisa menyukaimu, kau bukan tipeku" luhan memutar matanya bosan ketika sehun mengatakan itu lagi.

"Iya iya aku tahu pasti seleramu seperti Eunha. ASTAGA Sehun aku ingin memberi tahu kau sesuatu" Sehun menutup telinganya ketika Luhan teriak, suara Luhan benar-benar cempreng.

"Apa?" Luhan berdehem lalu kakinya menjijit mendekati wajah Sehun, refleks lelaki itu menjauhkan wajahnya. Luhan menatap Sehun dengan heran.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Kau pasti ingin menciumku kan?" Luhan mengedikkan bahunya acuh.

'Semua orang pasti ingin menciummu Sehun, ah sial bagaimana dengan penisnya ya' Luhan menunduk dan pupil matanya melihat keselangkangan Sehun, refleks Sehun menutup area pribadinya dengan tangannya.

"Cepat kau ingin bilang apa?"

"Oh iya, karena penismu sangat menggoda sampai-sampai aku lupa mau bilang apa tadi. Sehun kau harus menjauhi Eun-"

"Oppppaaaaaaa" refleks Sehun memalingkan wajahnya, ia tahu yang memanggil dirinya adalah Eunha. Suaranya yang sangat menggemaskan masuk ke indra pendengarannya. Ia sangat merindukan gadis imut ini.

"Ah sial kenapa bitch ini harus datang?" Rutuk Luhan dalam hati. Sehun ingin marah dan memaki Luhan karena Luhan memanggil Eunha dengan kata kasar. Tapi jika ia memarahi Luhan bisa-bisa Eunha menatap dirinya aneh karena sedari tadi Luhan hanya diam.

Ah sudahlah.

"Selamat pagi oppa" ucap Eunha dengan suara yang menurut Luhan sok imut. Rasanya ia ingin muntah mendengarnya.

"Selamat pagi baby" Luhan merasakan jantungnya berdenyut-denyut sakit.

'Sial aku juga ingin dipanggil seperti itu.'

"Eunha kenapa memakai syal? Padahal sekarang bukan musim dingin" terlihat Eunha gelagapan, sesekali Eunha berdehem dan menggaruk lengannya sepertinya yang tak gatal.

"Ehmm anu Oppa, aku merasa tidak enak badan" ucap Eunha memegang syal merahnya yang melilit di lehernya.

'Bilang saja kau ingin menutupi kissmark yang ada dilehermu dasar jalang' Sehun benar-benar akan memarahi Luhan. Tunggu saja.

"Oh iya Eunha, sepertinya kemarin aku melihatmu di Club. Apa itu kau?" Luhan bertanya dengan suara yang terkesan ramah, padahal Luhan ingin sekali memaki gadis bermuka dua ini.

Terlihat Eunha membulatkan kedua matanya.

"A-apa kau bilang? Aku.. aku tidak pernah ke Club, bahkan meminum vodka saja tidak pernah" suara Eunha terdengar gugup.

"Huh? Ah benarkah? Berarti aku salah lihat, kemarin aku melihat seorang gadis yang mirip denganmu dan lelaki ciuman di lorong dengan pa-"

"Luhan jangan samakan dirimu dengan Eunha, Eunha lebih baik darimu" potong Sehun dengan nada dingin lalu menarik tangan Eunha meninggalkan Luhan seorang diri.

'Aaarrgghhh Sehun kau sungguh bodoh. Dia tidak sebaik seperti yang kau kira.'

...

"Baek, vodka itu apa?" Tanya Luhan. Saat ini mereka sedang berada di kantin dengan makanan yang menggugah selera yang tersaji di hadapan mereka masing-masing.

Ia teringat dengan perkataan Eunha yang tidak pernah meminum vodka katanya. Dan luhan tidak tahu vodka itu apa. Dia baru mendengarnya tadi.

"Hmm vodka? Ah vodka itu alkohol Lu, yang kemarin kau minum sampai kau mabuk."

Luhan manggut kepalanya mengerti.

'Tuh kan Eunha bahkan sampai tahu nama minuman beralkohol'

"Padahal vodka yang kau minum itu untuk chanyeol, vodka juga kadar alkoholnya sangat tinggi Lu. karena kau masih pemula jadi yang cocok untukmu susu Lu hahahahaha"

Luhan langsung mempoutkan bibirnya sambil melipat tangannya di depan dadanya pertanda gadis beijing ini kesal mendengar perkataan-ejekan- baekhyun.

"Yaakk kau kur-"

"Kalian berisik sekali" ucap Chanyeol duduk disamping Baekhyun dan mencium keningnya dengan sayang. Luhan mengalihkan pandangannya dengan pipi yang memerah. Padahal bukan dia yang dicium.

"Oh iya Baek sebaiknya aku pergi saja" luhan berdiri tapi tangannya dipegang oleh Baekhyun. Ia melihat tangannya lalu menatap Baekhyun bertanya lewat tatapan.

"Kau malu? Ayolah lu bahkan kau belum menghabiskan makananmu. Kau kan sudah mengenal Chanyeol jadi tidak usah canggung" luhan akhirnya duduk kembali mendengar ucapan Baekhyun. Sebenarnya bukan ucapan Baekhyun yang membuat dia merubah niatnya tapi puppyeyes Baekhyun sangat menggoda(?)

"Oh iya Lu, Sehun akan kesini. Jadi jangan kemana-mana" ucap Chanyeol. Luhan gelagapan dan segera merapikan poninya. Baekhyun dan Chanyeol hanya terkekeh pelan melihatnya.

"Bagaimana penampilanku?" Tanya Luhan masih sibuk merapikan rambut dan poninya. Tiba-tiba dia merasa sangat gugup akan bertemu dengan dewa yunaninya.

"Kau cantik" "kau keren" ucap pasangan itu bersamaan.

"Eh Lu dia sudah datang" luhan berdehem dan segera makan dengan anggun. Agar Sehun yang melihatnya jadi terpesona.

"Hai Chanyeol. Sorry, aku baru datang" tubuh Luhan membeku mendengar suara seksi Sehun.

'Oh my God.. suaranya benar-benar seksi, ah kenapa sekarang sangat panas ya'

"Tidak apa-apa, baiklah aku akan memesan makanan, kau ingin makan apa Sehun?"

"Seperti biasa Chanyeol" Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya dan segera pergi dari hadapan mereka untuk memesan makanan.

"Yaak Sehun kau jangan duduk disini, ini tempat Chanyeol" baekhyun mendorong-dorong tubuh lelaki berwajah datar itu. Sehun memutar matanya malas. Dan berpindah tempat duduk disebelah Luhan. Sehun hanya cuek duduk disamping gadis itu.

Hening, lima menit berlalu mereka hanya diam tanpa suara dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Ini untukmu Sehun dan Baekhyun sayang ini untukmu." Baekhyun memekik senang melihat minuman strowberry yang merupakan minuman favorit kekasih Chanyeol itu.

"Oh iya Lu, wajahmu kenapa memerah?" Tanya Chanyeol. Sedari tadi wajah Luhan memerah karena Sehun duduk didekatnya. Luhan akui ia memang menyukainya karena terobsesi dengan kejantanannya besar dan panjang Sehun. Tapi ia belum jatuh cinta dengan Sehun. Belum merasakan apa-apa terhadap lelaki ini. Tapi kenapa luhan merasakan wajahnya memanas?

"Ehmm ti.. tidak apa-apa"

'Ahh sial. Chanyeol Sialan, dan kenapa dia harus duduk didekatku. Aku kan tidak bisa fokus. Mataku kumohon jangan melirik kebawah dulu'

Sehun terkekeh pelan membaca pikiran Luhan. Mesum, gumam Sehun.

"Oh iya Se-"

"Oppa" seketika wajah Sehun berbinar melihat wajah imut Eunha.

"Ayo Eunha, duduk disini" ucap Sehun, ia segera menggeser untuk memberi tempat untuk Eunha karena kursi dikantin merupakan kursi panjang.

Tanpa sengaja Sehun menjatuhkan tangannya di atas tangan Luhan. Nafas Luhan tercekat dan segera menarik cepat tangannya. Dapat ia rasakan tangan hangat Sehun walaupun hanya beberapa detik.

Luhan menggeser tubuhnya menjauh dari Sehun, untung saja kursi ini cukup panjang. Mata rusanya melirik Eunha dan Sehun, terlihat tubuh Eunha sangat rapat dengan tubuh lelaki itu. Dan Eunha dengan sengaja menggesek-gesekkan payudaranya yang terbilang biasa itu di tubuh Sehun. Bahkan tangan gadis itu berada di paha hampir mendekati area terlarang lelaki tampan itu. Dan lebih menjengkelkan lagi Sehun merasa tidak terganggu.

'Cih kalau aku pasti selalu dimarahi tapi kenapa Eunha yang pegang-pegang dia merasa tak terganggu. Ahh dasar jalang' Luhan menggigit bibirnya kesal untung saja bibir merah itu tak mengeluarkan cairan merah. Ia melampiaskan kekesalannya pada sendok meremasnya dengan kuat.

Mereka mulai makan dengan khidmat kecuali Luhan dan Baekhyun karena mereka makan terlebih dahulu.

"Kau keringatan Eunha" ucap Sehun menghapus jejak-jejak keringat di kening Eunha. Eunha hanya tersenyum dengan wajah memerah. Lain halnya dengan Luhan hanya cuek. Karena muak melihat wajah Eunha yang sok polos itu.

"Sebaiknya kau lepaskan saja syalmu" tangan Sehun sudah memegang syalnya untuk melepaskan dari leher Eunha. Dengan sigap Eunha menahan tangan Sehun sambil menggelengkan kepalanya.

"Ti.. tidak perlu oppa, aku baik-baik saja"

'Cih bilang saja kalau kau tidak ingin memperlihatkan kissmark dilehermu. Bitch tetaplah Bitch' lagi Sehun hanya melirik luhan dengan kesal.

"Apa maksudmu Lu?" Seketika mereka bertiga mengernyitkan alisnya-minus HunHan- mendengar pertanyaan Sehun padahal dari tadi Luhan hanya diam pikir mereka.

"Kau yang kenapa?"

"Dari tadi pagi kau selalu mengatakan itu. Kau kira kau siapa hah? Kau harusnya berkaca dan melihat dirimu sendiri. Kau yang bitch" Luhan meremas roknya, wajahnya memerah menahan amarah Dihina seperti itu. Baekhyun dan Chanyeol shock mendengarnya.

Luhan berdiri dan menatap mata Sehun tajam. Ia mengerti ternyata sedari tadi Sehun membaca atau mendengar pikirannya.

"Ohh jadi kau membela dia? Si Eunha yang polos tapi kelakuannya seperti jalang itu" ucap Luhan menekan kata jalang. Eunha sendiri terkejut mendengarnya.

"KAUU?" seketika seluruh siswa-siswi kantin memperhatikan mereka karena mendengar teriakan Sehun. Amarahnya tiba-tiba menggelegar ditengah suasana yang tenang.

"Wae? Aku memang benarkan? Eunhamu yang polos itu Bitch"

"JAGA OMONGANMU" teriak Sehun, nafasnya tersengal-sengal, wajahnya memerah menandakan dia benar-benar tersulut emosi.

"Hikkss.. hiksss... hikss aku salah apa padamu Lu?" Luhan hanya memutar matanya malas, melihat Eunha dengan air yang menghiasi pipi tembemnya.

'Dasar air mata buaya'

"Hei Eunha, kau belajar akting darimana? Aktingmu benar-benar bagus. Kau sudah cocok jadi artis" ucap Luhan bertepuk tangan mengejek Eunha, membuat Sehun makin emosi.

"Kau ikut aku" kata Sehun memegang lengannya dengan erat.

"Yaak lepaskan aku. Sakit" ringis Luhan saat Lelaki itu menarik tangannya dengan kuat, gadis itu memberontak berusaha melepaskannya. Chanyeol dan Baekhyun cengo melihat kepergian Hunhan. Sehun yang memarahi Luhan tanpa alasan yang jelas. Yah walau mereka tahu kalau Sehun marah karena Eunha dihina tapi kenapa Sehun bisa tahu? Karena Luhan hanya diam dari tadi.

Chanbaek mulai menenangkan Eunha yang masih menangis. Eunha tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan tangisannya.

...

"Yaakk kenapa kau membawaku kesini hah?" Luhan mengelus tangannya yang memerah karena perbuatan Sehun.

Luhan hanya memperhatikan ruangan ini, sepertinya gudang. Karena banyak bangku yang berserakan dan alat-alat entah apa ia tidak tahu. Untung saja bersih.

Luhan menatap Sehun jengkel karena tidak menjawab pertanyaannya.

"Kau kenapa membawaku kesi-" Sehun mencium bibir Luhan dengan kasar, lelaki itu mendorong tubuhnya sampai dinding. Dapat ia rasakan punggungnya kesakitan karena lelaki yang mencium bibirnya ini mendorongnya terlalu keras. melumat bibir mungilnya dengan kasar dan rakus.

Luhan memberontak dan mendorong bahu Sehun dengan sekuat tenaga. Sampai tautan mereka terlepas.

"Kenapa? Bukannya ini yang kau inginkan bitch?" Lagi, Sehun mencium, melumat bibir Luhan dengan kasar dan emosi.

Luhan merasa direndahkan. Ia memberontak, memukul bahu Sehun dengan keras. Tapi Sehun tetap saja lelaki dan luhan hanya perempuan yang tak bisa melawan kekuatan Sehun. Air mata Luhan sudah menetes sedari tadi. Ia tak pernah dan tak ingin diperlakukan seperti ini.

"Akh" luhan memekik saat sehun menggigit bibirnya dengan keras. Sehun langsung saja memasukkan lidahnya ke mulut luhan. Tangan besar Sehun sudah bertengger di payudara Luhan, meremasnya dengan kasar. Luhan merasakan sakit bukan dibibir atau didadanya. Tapi hatinya. Sakitnya menyesakkan dada.

Bahkan tangannya masuk ke dalam rok pendek luhan dan menusuk vaginanya yang tertutupi oleh celana dalamnya membuat Luhan makin merasa sakit.

Luhan sekuat tenaga mendorong Sehun walaupun awalnya Sehun masih mempertahankan dirinya. Tapi akhirnya sehun melepaskannya juga.

Plaaakk

"Kau kira hikss kau siapa hikks hah?" Luhan segera pergi dari hadapan lelaki brengsek menurut Luhan. Membanting pintu itu dengan kasar.

Sehun memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Luhan, pipinya memerah karena tamparan gadis itu. Sehun duduk dilantai berdebu itu, kakinya tertekuk, menyembunyikan wajahnya di lututnya. ia masih ingat Luhan menatapnya dengan wajah terluka, bahkan ia masih ingat dengan wajah cantik luhan yang dibanjiri air mata.

Dan luhan bahkan memakinya dan menyebut dirinya brengsek. Sehun tahu karena ia membaca pikiran gadis itu.

"Sial" umpat Sehun

Luhan menghapus kasar air matanya, tangannya menghapus saliva dibibirnya, punggung tangannya bergerak menggosok bibirnya berharap jejak ciuman Sehun segera hilang. Siswa-siswa menatapnya aneh karena penampilan Luhan yang berantakan dan juga air mata yang masih menetes dipipinya.

...

"Halo Lu"

"Halo baek, kau hari ini ada acara?"

"Kenapa Lu?"

"Kau ingin menemaniku ke Club?"

"Mian Lu tapi hari ini aku ada kencan dengan Chanyeol, tidak apa-apa kan?"

Luhan hanya menghembuskan napasnya pelan mendengar jawaban Baekhyun.

"Hmm baiklah baek"

"Aku benar-benar min-" Luhan langsung memutuskan telponnya sepihak. Baiklah sepertinya Luhan harus ke Club sendiri.

Tidak apa-apa Lu.

Sebenarnya ia butuh teman untuk menemaninya. Mendengar keluhannya tapi ah sudahlah.

Sesampainya disana Luhan langsung masuk ke dalam Club. Melangkahkan kakinya menuju tempat bartender. Mendudukkan bokongnya di kursi nyaman yang berada di club ini.

"Aku mau pesan hmmm" luhan terlihat berpikir, jari telunjukknya berada di dagu dan mengetukkan di dagunya pelan.

'Sial aku tidak tahu nama-nama minuman'

"Vodka" jawab luhan dengan nada pelan. Hanya itu yang luhan tahu. Untung saja bartender dapat mendengarnya.

"Yakin nona?" Luhan menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya kau baru datang ke sini nona benar kan?" Luhan mengerjapkan matanya ia mengangguk pelan.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Bartender itu hanya senyum tipis tak menjawab pertanyaan Luhan.

"Bagaimana kalau nona mencoba Cocktails illusion?" Luhan terlihat berpikir lalu menganggukkan kepalanya.

Bartender dengan nametag Baro itu mulai menyiapkan gelas dan shaker, lalu ia mulai masukan ice cube kedalam shaker dan memasukkan semua bahan entah Luhan tidak tahu namanya lalu ia mulai shaking shaker yang tertutup oleh gelas mixing. Tangannya bergerak lihai melempar shaker itu tanpa khawatir isinya tumpah bahkan Luhan berteriak heboh dibuatnya. Ia hanya menampilkan smirk yang menawan membuat pipi Luhan memerah. Lalu ia menuangkan coktails illusion itu di gelas yang cantik lalu mengambil lime slice untuk mempercantik tampilannya.

"Ini minuman untukmu nona cantik" pipi luhan lagi-lagi bersemu merah mendengar pujian bartender. Luhan menatap minuman yang berukuran sedang itu tersaji di depannya.

Menghembuskan napasnya pelan, lalu ia mulai meminumnya. Dan rasanya benar-benar enak menurut Luhan. Ia langsung saja meminumnya sekali teguk. Efek haus.

"Kenapa nona?" Tanya bartender itu karena melihat gelagat luhan yang aneh. luhan senyum menggaruk kepalanya yang tak gatal karena bartender itu sangat peka.

"Aku mau vodka boleh?"

"Tentu saja, sebentar ya" bartender itu mulai mengambil Luhan minuman alkohol yang bernama vodka itu.

Luhan menuangkan minuman itu ke gelas kecil lalu meminumnya. Luhan mengernyitkan alisnya saat meminum minuman itu.

Luhan menjatuhkan kepalanya di meja dan mengetuk-ngetuk jarinya. Ia mengingat bagaimana Sehun melecehkannya, merendahkan dirinya hanya karena membela gadis bermuka dua itu. Lagi, tangannya menggosok bibirnya dengan kasar.

"Sehun brengsek" makinya. Luhan menatap lelaki yang berada di sebelahnya, mengangkat kepalanya dan menatap lelaki itu, bibirnya tersenyum sangat lebar.

Merasa diperhatikan oleh seseorang, lelaki itu melihat Luhan. Luhan refleks mengalihkan pandangannya karena ketahuan. Sesekali berdehem dan memegang gelasnya yang sudah kosong itu.

Luhan langsung meminum minuman itu yang kadar alkoholnya sangat tinggi. Entah sudah berapa gelas yang luhan minum. Ia tidak tahu karena ia tak menghitungnya. Karena merasa repot menuang minuman terus akhirnya luhan meminumnya lewat botol. Gadis Beijing ini sepertinya kuat minum.

Luhan mulai merasakan kepalanya berdenyut-denyut. Matanya mulai berkunang-kunang. Ia merasa disekitarnya berputar-putar.

"Waah Semua orang berputar-putar kkk~" luhan bertepuk tangan heboh sambil tertawa dengan bahagia.

"Hei tampan" luhan merangkul leher lelaki yang ia pandangi daritadi. Lelaki itu hanya berdehem karena tahu Luhan sudah mabuk.

"Kau tau tidak aku bertemu lelaki yang bisa baca pikiran loh kkk~ dan juga dia selalu baca pikiranku yang mesum. Apa kau tahu? Dia sangat tampan. Penisnya sangat panjang yah aku ingin melihat penis itu. Tetapi dia menyukai gadis bermuka dua. Dia tidak menyukai hiksss bahkan tadi dia melecehkanku hahaha kau tahu tangannya tadi" luhan memegang tangan lelaki itu dan mengarahkannya di payudaranya. Lelaki itu terkejut dan ingin menarik tangannya tetapi Luhan memegang tangannya dengan erat.

"Dia meremasnya seperti ini hahahaha" oceh Luhan. Lelaki itu meneguk salivanya pelan. Sepertinya malam ini dia sangat beruntung "Ahh disini sangat panas" luhan mengipaskan tangannya diwajahnya sendiri. Lelaki itu hanya melihat gadis mabuk itu yang berjalan sempoyongan, seandainya ia tak punya janji mungkin ia akan menyeret luhan ke ranjang. beberapa kali ia menabrak orang dan mendapat makian. Tapi luhan hanya nyengir dan melanjutkan jalannya lagi.

Butuh lima belas menit untuk keluar dari Club. Luhan hanya ketawa tidak jelas dan sesekali bernyanyi lagu mandarin.

Ia berjalan di trotoar bahkan keningnya sudah menabrak tiang membuat keningnya agak tergores dan lebam. Tapi luhan makin tertawa dan merasa tidak sakit di kepalanya.

...

"Itu bukannya Luhan?" Tanya Sehun pada dirinya sendiri. Sehun melihat gadis itu duduk di trotoar menghalangi jalan sambil cekikikan tidak jelas. Sehun menghentikan mobilnya di sampingnya Lalu membuka pintu mobil untuk menghampiri dan memastikan kalau yang dia lihat adalah Luhan si gadis mesum.

"Luhan?" Luhan mengalihkan pandangannya dan menatap Sehun sambil tersenyum lebar, makin lebar.

"Ahh Sehunniee" luhan berdiri dan memeluk leher sehun. Sehun memegang tangan gadis itu untuk melepaskan pelukannya.

Melepaskan pelukan di leher Sehun sambil menatapnya dengan kesal. Ia mempoutkan bibirnya.

Lagi, ia tertawa tanpa beban. Sehun mengerti kalau luhan sekarang lagi mabuk karena ia dapat mencium bau alkohol dari mulut mungil Luhan.

Luhan menarik orang yang sedang berjalan lalu merangkulnya sok akrab.

"Kau tahu, dia itu populer disekolahku loh" Luhan menunjuk-nunjuk Sehun, orang itu menatap luhan dengan bingung berusaha melepaskan rangkulannya. "Dan dia juga punya penis yang paaaaaaaaaanjaangg dan beeeeeeesarr" Sehun merasa malu karena luhan yang berbicara dengan frontal dan menarik luhan kasar. Ia memasukkan luhan di mobilnya dengan paksa.

"Sehun mau membawa lulu kemana?" Tanya luhan dengan memanggil dirinya lulu kemudian kembali ia tertawa. Ia melompat-melompat dengan bokongnya di jok mobil seperti anak kecil.

"Lulu tidak mau dekat-dekat Sehunnie, karena Sehunnie lebih memilih eunha. Hiksss" sekarang Luhan menangis, membuat Sehun menghembuskan napasnya pelan.

"Hikss Eunha itu tidak polos hikss" Sehun melirik luhan sebentar lalu kembali menatap jalan karena ia sedang mengemudi. Bukankah orang bilang kalau orang mabuk itu selalu berkata jujur? Akhirnya sehun coba mengajak Luhan ngobrol. 'Mungkin saja Luhan berkata jujur, ah sial aku tidak bisa membaca pikiran orang kalau sedang mabuk'

"Kenapa kau mengatakan Eunha seperti itu?"

"Ahh karena lulu lihat Eunha berciuman dengan lelaki hahaha" jawab Luhan sambil bertepuk tangan.

"Mungkin kau salah lihat" balas Sehun cuek.

"Hikkss Sehunnie sama saja seperti Baekhyun dan Chanyeol. Tidak percaya sama Lulu hikss"

"Padahal lulu berbicara jujur" sambungnya lalu mempoutkan bibirnya.

"Tapi lu mungkin saat itu kau mab-" Sehun menghentikan ucapannya dan melihat Luhan tidur dengan nyenyaknya.

Sebaiknya Ia bawa luhan ke apartemennya. Ia tahu alamat luhan tapi ia tak mau orang tuanya salah paham dan menuduh dirinya yang tidak-tidak.

...

"Hei bangun" Sehun mengguncang tubuh Luhan pelan yang duduk di jok mobil. Sehun terlalu malas menggendong gadis yang sedang mabuk itu dan ia tak ingin mengkhianati Eunha walaupun mereka belum berpacaran.

Luhan bergumam tidak jelas dan memperbaiki posisi tidurnya. Akhirnya sehun membuka pintu mobilnya dan berjalan ke sisi pintu mobil satu untuk membangunkan Luhan. Membuka pintu mobil itu lalu mengguncang tubuhnya.

"Hei bangun" luhan tidak bergeming masih sibuk mengarungi mimpinya.

"Hei gadis mesum bangun" lagi pria yang bisa baca pikiran itu mengguncang tubuh Luhan agak kencang. Akhirnya luhan membuka sebelah matanya. Lalu mengerjapkan kedua matanya membiasakan cahaya masuk di retina matanya kemudian mengucek kedua matanya dengan punggung tangannya.

"Pangeraan" ucap luhan lalu berdiri memeluk pinggang Sehun erat, sepertinya ia masih dipengaruhi alkohol.

Sehun berusaha melepas pelukan luhan. Tapi semakin ia ingin melepas pelukannya semakin gadis itu memeluknya dengar erat sampai ia merasa susah bernapas.

"Ahh sakit" luhan mengusap keningnya karena ia mendapat sentilan di keningnya. Sehun hanya tertawa melihat Luhan kesakitan.

"Pangeran jahat" Luhan melangkahkan kakinya melewati Sehun. Sehun hanya mengikuti Luhan memperhatikan tubuh gadis itu dari belakang. Gadis itu memakai dress ketat-milik baekhyun-. Sehun menurunkan pandangannya ke arah bokong Luhan, ia mengerjapkan matanya memandang pemandangan itu.

'Sial. Kenapa dia sangat seksi?' Sehun meneguk salivanya. Ia masih memandang tubuh Luhan dari belakang terutama bokongnya yang bulat. Terlihat gadis itu berjalan sempoyongan.

"Aduh" Akhirnya gadis itu terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangannya. Sehun refleks membantunya berdiri dengan memegang bahu Luhan.

"Kau tidak apa-apa?" Luhan menatap Sehun datar lalu tersenyum dengan tulus.

Deg!

"Terima kasih tampan" ucap Luhan mengelus pipi Sehun lembut membuat tubuhnya membeku, jantungnya mulai berdetak tidak karuan.

Deg! Deg! Deg!

'Aku kenapa?' Tanya Sehun pada dirinya sendiri.

'Ah tidak-tidak Sehun. Dia itu sedang mabuk'

Luhan menutup mulutnya tangan lentiknya.

Mual, itulah yang luhan rasakan. Seakan isi perutnya berlomba-lomba ingin keluar dari perut luhan.

"Hoeeekkk" luhan akhirnya memuntah isi perutnya walau awalnya ia menahan muntahannya dengan tangannya tapi karena kebodohan luhan, muntahannya mengenai tangan dan menetes ke dressnya. Luhan bahkan mengelap tangannya yang terkena muntahan tadi di dressnya.

"Yaaakk" Sehun mendorong Luhan kasar karena bajunya terkena cipratan muntahannya yang menjijikan itu. Luhan terjatuh karena dorongan Sehun lalu akhirnya pingsan.

"Hah akhirnya aku harus menggendong gadis ini" sehun menggendong Luhan agak jijik karena baju dan mulut luhan ada bekas muntahannya.

"Berapa botol sih yang kau minum Lu?" Tanya Sehun walau ia tahu luhan tidak akan menjawabnya. Sehun melangkahkan kakinya masuk ke gedung apartemen elit itu, lalu kakinya melangkah menuju lift.

Sehun masuk ke kotak berbentuk persegi itu untuk mengantar ke apartemennya. Tangannya mulai memencet angka 20. Sehun menunduk menatap wajah luhan yang pingsan. Ia dapat melihat bekas luka dikening Luhan, ia hanya mampu menggelengkan kepalanya. Tangannya bergerak menghapus jejak muntahan di mulut luhan menggunakan lengan bajunya.

"Kau kenapa ke Club gadis mesum? Kau ingin mencari lelaki yang tampan? Aku kira kau menyukaiku. Hah~ kau hanya menyukai penisku kkk~ kau benar-benar gadis mesum." Ia tertawa pelan tiba-tiba Sehun teringat perlakuannya yang brengsek pada Luhan tadi siang.

"Atau ke Club untuk melupakan masalah tadi?" Sehun menghembuskan napasnya pelan.

"Mianhae Lu" tangan Sehun bergerak merapikan anak rambut Luhan yang menutupi keningnya.

Ting!

Sehun melangkahkan kakinya menuju apartemennya lalu mulai mengetik passwordnya. Walau awalnya kesusahan karena ia sedang menggendong Luhan tapi akhirnya berhasil juga masuk ke apartemennya. Untung saja tubuh gadis itu ringan.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen, untung apartemen ini punya dua kamar jadi ia tak perlu satu ranjang dengan gadis ini.

Sehun mulai membaringkan tubuh Luhan di ranjang dengan hati-hati.

Baru saja ia ingin menyelimuti Luhan tapi matanya melihat bekas muntahannya di dressnya.

"Bagaimana ini? Apa tidak apa-apa menggantinya? Ah tidak apa-apalah. Lagian aku berniat baik bukan ingin memper-" Sehun menghentikan kalimatnya lalu menggelengkan kepalanya.

Ia berjalan ke kamarnya lalu mencari sebuah baju untuk Luhan. Tubuh Luhan termasuk mungil jika dia memakai baju Sehun yang besar. Akhirnya Sehun memilih baju kaos berlengan pendek yang berwarna putih itu. Hanya ini yang paling kecil menurutnya. Sehun kembali ke kamarnya yang ditempati Luhan.

Sehun menatap Luhan yang tertidur atau mungkin pingsan entahlah. Tapi wajah luhan benar-benar cantik jika tertidur.

"Maafkan aku Luhan, aku hanya ingin mengganti bajumu" bisik Sehun ditelinga gadis itu.

Tangannya mulai memegang dress Luhan yang berwarna merah itu. Tangannya gemetaran bertanda ia gugup. Beberapa kali ia meneguk salivanya, akhirnya ia menutup matanya lalu membuka dress luhan dengan cepat. Lalu membuang di sampingnya. Sehun membuka sebelah matanya menatap tubuh Luhan yang tertutupi bra dan celana dalam berwarna hitam itu. Ini kedua kalinya ia menatap payudara Luhan walaupun masih tertutup dengan bra. Payudara itu seakan ingin tumpah. Membuat Sehun meremas kaos putih yang sedang ia pegang.

Sehun menahan nafasnya melihat pemandangan yang 'indah' ini. Dapat ia lihat tubuh luhan yang mengkilat karena keringat menambah kesan seksi dimatanya apalagi tubuhnya yang putih itu sangat mulus.

Lagi, Sehun meneguk salivanya pelan.

'Tuhan, bantu lah aku' komat-kamit bibir Sehun berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan. Sehun dengan cepat memakaikan baju kaos itu. Jangan sampai ia kelepasan menyerang Luhan yang pingsan. Heh bukannya kau tidak bernafsu dengan gadis rusa itu?

Sehun menghembuskan napasnya lega ketika dia sudah memasang baju ditubuh seksi Luhan. Ia merapikan baju yang membalut tubuhnya, baju itu hanya dapat menutupi sampai pahanya. Lagi, Sehun menahan napasnya menatap pandangan dihadapannya. Bahkan keringat dingin menetes di keningnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, ia menunduk, melihat penisnya yang mulai bangun.

'Sial' umpat Sehun, ia menutup tubuh luhan dengan selimut lalu berlari keluar dari kamar itu. Menutup pintu agak kencang.

"Bagaimana ini?" Gumam Sehun, ia belum pernah merasakan seperti ini, bernafsu karena melihat tubuh seseorang itupun tubuhnya masih terbalut dengan bra dan celana dalam.

Handphonenya berdering membuyar lamunannya. Sehun segera mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa nama yang tertera di layar handphonenya.

"Halo..."

"..."

"Ah mian Eunha eh baby.. ada apa?"

"..."

"Aku sudah mengantuk, mian hm?" Sehun langsung saja mematikan telpon itu tanpa mendengar jawaban Eunha. Dan sehun tak mengerti kenapa gadis itu cepat sekali marah hanya karena tidak dipanggil baby? Sehun mengedikkan bahunya acuh. Ia menunduk melihat celananya yang masih menggembung.

"Sial.. Sial.. Sial..." umpatan demi umpatan Sehun keluarkan dari bibir seksinya. Sehun belum pernah bermain solo karena itu menjijikkan dan hanya bikin lelah.

Sehun berlari ke kamarnya, membuka bajunya sehingga dada telanjangnya terlihat lalu melompat ke ranjangnya. Menutup tubuhnya dengan selimut. Ia memejamkan matanya erat.

"Shit" sehun menurunkan celananya lalu membuangnya sembarang arah. Kembali, ia memejamkan matanya erat agar dia tertidur.

Lima menit berlalu~

Lelaki tampan itu belum bisa mengarungi mimpinya. Sehun duduk menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, ia melirik jam berbentuk kotak kecil itu di meja samping tempat tidurnya.

"Sekarang jam dua, tapi kenapa aku belum bisa tertidur, bahkan kau belum tidur juga? Ini semua salahmu" Sehun menunjuk-nunjuk 'adik kecilnya' menyalahkannya seperti orang gila yang tertutupi boxer yang agak ketat. Sehun mengambil handphonenya lalu mulai memainkan game dihandphonenya berharap 'adik kecilnya' segera tidur.

...

"Eeungg~" luhan membuka kedua matanya sambil meregangkan tubuhnya. Ia duduk sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Luhan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sesekali ia menguap, lalu mengucek kedua matanya dengan tangannya. Tak sengaja ia memegang keningnya yang terluka.

"Awwh" ringis Luhan.

Mata rusanya mengerjapkan matanya melihat ruangan ini. Luhan memegang ranjang empuk ini agak meloncat sedikit.

"Ini terlalu empuk tidak seperti kasur di rumahku" luhan tersenyum masih meloncat menikmati kasur empuk ini.

Luhan melototkan matanya melihat dress yang ia kenakan tadi malam tercecer di lantai. Ia menunduk melihat tubuhnya yang terbalut dengan kaos putih.

'I-ini kaos siapa?' Seingatnya ia tak punya kaos seperti ini. Ia membuka selimut lalu mengusap dadanya pelan ketika vaginanya masih tertutupi oleh celana dalamnya.

"Tunggu" Luhan bangun dan melihat di ranjangnya, ia menyingkirkan selimut, mencari bercak darah tapi seprai itu putih bersih.

Luhan tersenyum menghembuskan napasnya lega.

"Ah aku masih virgin. Syukurlah. Apa mungkin semalam aku pingsan? baik sekali orang ini membantuku" ia mulai merapikan ranjang yang ia tumpangi sebagai ucapan terima kasih.

Luhan membuka pintu kamarnya pelan-pelan. Ia mengeluarkan kepalanya, celingak-celinguk melihat ruangan itu.

Ia langsung keluar lalu berjalan mencari dimana dapur berada. Karena tenggorokkannya benar-benar kering.

"Dapurnya ada dimana sih?" Luhan masih berusaha mencari, ia melihat ruang TV dengan TV yang sangat besar.

"Pasti orang kaya" gumam Luhan. Akhirnya yang ia cari sudah ia temukan. Luhan menghampiri kulkas itu dengan wajah berbinar-binar. Ia pun mengambil botol dan gelas. Menuangkan air itu ke gelas dan meminumnya.

"Segarnya" ujarnya pelan, kembali ia meminum air dingin itu.

Tap tap tap

Luhan menutup kulkas itu. Mata rusanya membulat melihat seseorang yang sedang bertelanjang dada dan hanya memakai boxer yang ketat bahkan ia dapat melihat di tengah kedua paha itu menonjol.

"Uhuk.. uhuk.. uhukk" luhan memukul dadanya karena tersedak air yang ia minum tadi. Luhan membalikkan tubuhnya masih memukul dadanya pelan. Pipi Luhan memerah.

"Apa itu?" Monolog Luhan dan ia tak sempat melihat siapa lelaki itu.

"Astaga aku lupa kalau kau ada disini" dapat ia dengar suara langkah kaki berjalan dan perlahan menghilang di indra pendengarannya.

"Sial, kenapa aku bisa lupa kalau ada Luhan disini?" Sehun memakai baju santai dan celana trainingnya.

Dilain tempat Luhan masih setia berdiri ditempatnya dan memegang gelas itu.

"Luhan" luhan membalikkan badan, lagi-lagi ia membulatkan matanya. Luhan berjalan mundur sambil menggelengkan kepalanya membuat sehun mengernyitkan alis melihatnya.

Sehun maju, ingin mendekati Luhan.

"Tidak, jangan mendekatiku" teriak Luhan dengan suara serak. Ia masih trauma dengan kejadian kemarin. Mata rusanya mulai berkaca-kaca. Sekelebat bayangan sehun yang melecehkannya terputar di otaknya.

"Lu..." panggil Sehun tenang, ia mengaku salah. Ia seharusnya tak memperlakukan luhan seperti itu.

Sehun tetap keras kepala mendekati tubuh Luhan yang bergetar, bahkan gadis itu jongkok sambil memeluk lututnya. Tak berani menatap wajah Sehun.

"Ja-jangan mendekatiku hikss" Luhan mulai mengeluarkan cairan bening itu dari mata rusanya.

Akhirnya Sehun memeluk tubuh Luhan berniat menenangkan gadis itu.

"Ja.. jangan menyentuhku" luhan memberontak saat dipeluk oleh Sehun. Ia takut dengan lelaki ini.

Sehun makin erat memeluk tubuh mungil Luhan sampai tubuh Luhan tenang.

"Jangan menyentuhku. Aku bukan gadis jalang. Aku bukan gadis jalang" gumam Luhan membuat Sehun makin merasa bersalah

"Maaf Lu.. maafkan aku" Sehun mengecup kening Luhan dengan tulus. Ia memejamkan matanya, memeluk tubuh Luhan makin erat.

Luhan sendiri seketika merasa tenang, ia menyandarkan pipinya di dada Sehun.

"Luhan" panggil Sehun lembut, lalu menangkup pipi Luhan. Ibu jarinya mengelus pipinya dengan sayang menghapus air matanya. Mata tajamnya menatap mata rusa Luhan. Luhan mengerjapkan matanya.

"Maafkan aku Luhan" luhan masih diam tak tahu mau menjawab apa. Lidahnya terasa kelu. Sehun memeluk gadis itu menggendongnya ala brydal style. Matanya masih menatap mata Luhan yang kosong. Sehingga Sehun tak bisa membaca pikiran gadis itu.

Sehun duduk di sofa empuknya sambil memangku gadis itu. Ia memegang pinggang gadis itu lalu mengelus punggung Luhan. "Maafkan aku Luhan"

Luhan mendengarnya, mendengar permintaan maaf Sehun. Ia menyunggingkan bibirnya membentuk seringaian lalu kembali memasang wajah datarnya.

'Hahahaha Sehun meminta maaf padaku? Apakah aku tidak bermimpi?'

Sehun mengerutkan keningnya. Lalu ia mengepalkan tangannya menjitak kepala Luhan.

"Aww, sakit sehun" ucap Luhan mengelus kepalanya.

"Ohh jadi yang tadi itu cuman akting huh?" Cibir sehun, Luhan nyengir lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak Sehun, aku benar-benar takut tadi" ujar Luhan lalu memasang wajah melasnya. Sehun memutar matanya malas.

"Hei minta maaf sekali lagi Sehun"

"Ck, baiklah baiklah. Aku minta maaf"

"Kau tidak tulus mengatakannya, kau membuatku seperti gadis hina kemarin" Luhan menaruh kedua tangannya di bahu tegap Sehun. Ia mengernyitkan alisnya lalu menatap lelaki itu.

'Astaga, kenapa bisa begini?' Luhan segera berdiri dari pangkuan Sehun ketika sadar posisinya terlalu dekat dengan lelaki itu. Atau mungkin terlalu intim.

"Ck, aku baru percaya kalau kau benar-benar takut tadi" ucap Sehun.

"Duduklah disini Lu" sehun menepuk sofa yang kosong. Luhan menatap Sehun tidak percaya. Ia masih takut berdekatan dengan lelaki itu.

"Aku tidak akan menyentuhmu oke? Yang kemarin itu aku terbawa emo-"

"Cukup, kau tidak perlu mengatakannya" luhan memotong perkataan Sehun dan duduk disebelahnya. Ia duduk agak berjauhan dengan Sehun.

"Aku benar-benar minta maaf Lu. Kemarin aku benar-benar emosi karena kau menghina Eunha" tutur Sehun pelan.

"Aku menghina Eunha? Katakan kenapa aku menghina Eunha?" Sehun menggaruk kepalanya tak gatal mendengar pertanyaan Luhan.

"Karena kau menyukaiku" ucap Sehun dengan nada lirih dan pelan.

"Apa? Pfffttt... hahahahahaha" Luhan tertawa terbahak-bahak sampai ia memukul lengan Sehun.

"Aku memang menyukaimu Sehun ah maksudku aku hanya terobsesi dengan penismu. Aku terlalu penasaran dengan ukuran penismu jadi aku mengejar-ngejarmu. Tapi aku bukan orang yang seperti itu, menghina orang lain agar kau menyukaiku. Itu rendahan sekali" jelas Luhan panjang.

"Kau.. kau benar-benar gadis mesum" luhan mengedikkan bahunya acuh.

"Aku juga mesum hanya untukmu" ujar Luhan santai membuat Sehun menatap gadis itu dengan horor.

'Dia benar-benar gadis aneh'

"Oh iya Lu kenapa kau bilang Eunha itu gadis ya-"

"Astaga kita harus ke sekolah" seru Luhan.

"Kalau kau ingin di hukum silahkan, aku tidak mau lagipula sudah jam sembilan kita sudah terlambat" ucap Sehun. Luhan berpikir mengenai ucapan lelaki itu. Ia menganggukkan kepalanya.

'Benar juga. Dia pintar juga ternyata'

"Terima kasih pujiannya nona"

"Aku sudah bilang, bisakah kau tidak perlu mengungkapkan apa yang ada dipikiranku?"

"Baiklah baiklah maafkan aku, oh iya Lu kenapa kau bilang Eunha itu gadis yang seperti itu bahkan kau mabuk kau juga bilang seperti itu?"

"Ck.. aku malas membahasnya nanti kau akan memperkosa aku lagi"

"Bukannya kau mau diperkosa?" Goda Sehun.

"Ta.. tapi kemarin kau memperkosaku dengan emosi. Itu lain ceritanya" pipi Luhan memerah, malu yang ia rasakan

"Ck alasan, Jadi jawab pertanyaanku"

"Terserah aku. aku melihat dia sedang ciuman di lorong Club, aku benar-benar melihatnya dengan jelas. Bahkan tangan lelaki itu meremas payudaranya"

"Tapi Lu mungkin kau salah lihat waktu itu mungkin kau mabuk. Eunha gadis baik-baik" Luhan memasang wajah datarnya.

"Bahkan kemarin Eunha memakai syal padahal bukan musim dingin. Aneh bukan?"

"Lu, Eunha itu kemarin tidak enak badan"

"Ck, waktu di kantin dia keringatan bukan? Lalu saat kau ingin membukanya dia tidak mau. Padahal jelas-jelas dia kepanasan, dia memakai syal karena dia ingin menutupi kissmarknya"

"Tapi Lu-"

"Terserah kalau kau tidak percaya" ucap Luhan malas. Sehun mengelus dagunya sembari berpikir. Dan ia tak percaya dengan perkataan Luhan tapi yang luhan bilang ada benarnya ah mungkin ia pandai menebak.

Luhan menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia memejamkan matanya lalu tangannya menggaruk pelan pahanya yang terekpos dan yang tidak gatal itu.

Glup.

Sehun meneguk ludahnya melihat paha mulus itu. Ia langsung mengambil bantal dan menutupi paha Luhan.

"Kau kenapa?" Luhan terkejut dengan perlakuan Sehun. Gadis itu smirk ria lalu mendekati sehun dan melupakan traumanya dengan cepat. Ia mengerti Sehun tergoda dengan pahanya.

"Kau kenapa hm?" Ia menyingkirkan bantal itu dari pahanya membuat Sehun salah tingkah lalu melihat jam yang terpasang dinding tak berani menatap Luhan.

Luhan mengelus rahangnya yang tegas, seketika tubuh Sehun menegang mendapat perlakuan dari Luhan. Membuat luhan mati-matian menahan tawanya. Lalu jari lentik Luhan turun mengelus leher Sehun dengan sensual, ia dapat melihat jakunnya turun meneguk salivanya. Membuat Luhan makin menyunggingkan senyumannya, lalu Luhan memngambil tangan Sehun meletakkan dipahanya yang mulus. Membuat tubuh Sehun makin tegang.

Luhan merasa geli lalu menjitak kepala Sehun dengan keras.

"Awwh" Sehun mengelus kepalanya dan menatap Luhan dengan tajam.

'Ck sepertinya ia masih perjaka berarti belum berpengalaman di ranjang. Payah'

Sehun menyipitkan matanya menatap Luhan. Sehun mempoutkan bibirnya lalu melipat tangannya, merajuk seperti anak kecil. Kesal dengan ejekan Luhan. Padahal dia jago di ranjang sebenarnya. Mungkin.

Deg

'Imut sekali' Luhan menatap Sehun dengan mulut menganga tidak percaya Sehun melakukan itu. Sehun yang terkenal dengan wajah dingin dan selalu memasang wajah datar melakukan aegyo dihadapan Luhan. Tak bisa dipercaya.

Deg Deg Deg

Luhan hanya bisa memegang dadanya jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Luhan kau kenapa melamun?" Sehun mengibaskan tangannya di wajah cantik Luhan. Memperhatikan mata rusa Luhan, hidung yang kecil tapi mancung, bibirnya yang mungil dan merah Membuat Sehun terpesona dengan kecantikan Luhan.

Deg Deg Deg

Seperti semalam jantung Sehun kembali berdetak lebih cepat. Ia menggelengkan kepalanya, menepis pikirannya yang aneh.

'Tidak mungkin aku jatuh cinta dengan gadis mesum ini'

"Kau kenapa Sehun?" Tanya Luhan

"Huh? Aku tidak apa-apa"

"Kau punya celana untuk perempuan tidak?"

"Untuk apa aku menyimpan celana perempuan. Memangnya untuk apa?"

"Tentu saja aku ingin memakainya, aku tidak mau pulang ke rumah hanya memakai celana dalam. Dan juga aku tidak mau penis besarmu bangun karena melihat pahaku yang seksi ini" luhan mengedipkan matanya menggoda Sehun.

"Si.. siapa yang tergoda huh?"

"Apa aku bilang kalau kau tergoda?" Sehun menggelengkan kepalanya.

"Sehun"

"Hm"

"Coba tebak aku lagi memikirkan apa?" Sehun mengalihkan pandangannya menatap Luhan. Luhan tersenyum tipis.

'Aku ingin melihat penismu boleh?' Sehun melototkan matanya.

"Yaakk gadis mesum" luhan mendekatkan tubuhnya ke Sehun membuatnya melototkan matanya tapi ia tak berniat menjauhi. Tangannya sudah memegang paha Sehun, mengelusnya sensual membuatnya sesuatu mulai 'bangun'.

"Hahahahaha Lihat Sehun celanamu menggembung" Sehun menutup area pribadinya dengan bantal, menyipitkan matanya menatap Luhan kesal.

"Kau gadis mesum" Sehun berdiri masih memegang bantal. Luhan pun mengikuti sehun berdiri.

"Aku kan mesum hanya untukmu"

Luhan melangkahkan kakinya mendekati sehun tapi Sehun berusaha menjauhinya.

Luhan maju, Sehun mundur. Begitu seterusnya sampai punggung tegapnya menabrak dinding itu. Ia menatap dinding itu lalu mengalihkan pandangannya menatap Luhan yang memasang wajah mesum.

Apakah luhan berniat memperkosaku karena ingin balas dendam? Itulah yang dibenak sehun tapi sangat aneh jika seorang gadis yang memperkosa pria. Mau ditaruh dimana harga dirinya.

Luhan memenjarakan tubuh Sehun. Ia mendongak menatap wajah ketakutan Sehun.

'Ck payah sekali, dia seperti gadis yang mau diperkosa hahaha' luhan tertawa evil didalam hatinya.

"Akh" pekik Luhan kesakitan, karena Sehun mendorong tubuh Luhan lalu dengan sengaja menabrak dengan keras punggung luhan di dinding. Memenjarakan tubuh Luhan dengan tangannya.

"Ck.. kau selalu bilang aku payah? Padahal kau belum mencobanya bermain denganku, aku takut kau akan pingsan setelah penisku menyodok vaginamu dengan keras" sepertinya otak Sehun sedang bermasalah karena bicaranya yang kotor.

Luhan menganga tak percaya sehun mengatakan itu. Membuat Luhan meneguk ludahnya kasar.

'Sial, aku menyesal telah menggodanya' ucap Luhan dalam hati. Dia takut, belum siap keperawanannya hilang.

Sehun menyunggingkan bibirnya membentuk seringaian.

'Takut rupanya' Sehun menjilat bibir bawahnya lalu membuka bajunya menampilkan perut kotak-kotak Sehun. Otot lengan Sehun yang sangat seksi.

Luhan menahan napasnya, meremas baju putihnya. Jantungnya berdegup dengan kencang. Mulutnya menganga agak lebar melihat pemandangan seksi dihadapannya apalagi jarak yang sangat dekat.

'Shit.. Shit.. Shit'

Sehun tersenyum makin lebar membaca pikiran luhan.

"Gadis cantik tidak boleh mengumpat" bisik Sehun ditelinganya seksi.

Tes

Tes

Tes

Sehun melototkan matanya.

"Astaga Lu hidungmu berdarah" ucap Sehun panik. Luhan memegang hidungnya lalu melihat bercak darah di tangannya.

"Hahahaha" Luhan tertawa lalu pemandangannya gelap.

"Kenapa pingsan? Baru melihat tubuhku saja kau sudah pingsan bagaimana kalau melihat penisku" Sehun menghembuskan napasnya pelan. Memeluk Luhan yang pingsan lalu menggendongnya.

Tbc

Akhirnya selesai UN wkwkwk...

Jujur aku ga tau ngetik apa.. jadi maaf kalau gaje.. oh iya disini Luhan mesumnya cuman bicaranya doang(?) Bukan perbuatan ya.

Terima kasih yang sudah baca dan follow dan favorite ff ku.. gomawoyo /bow/

Hmmm sekali lagi review biar makin semangat ^0^)/