Title : Luhan's Mind
Main Cast : Lu han, Oh Sehun dll
Rate : M
Author : ZeHunHanus
Warning : Typo? Biasalah..
Cerita pasaran, alur berantakan, membosankan maklum masih belajar. Ini hasil imajinasiku. Jadi maafkan kalau gaje . Dan maafkan aku kalau masih banyak kekurangan karena aku hanya manusia biasa :"(
H
U
N
H
A
N
Bibir seksinya lagi-lagi membentuk senyuman, sesekali kekehan kecil keluar dari mulutnya. Ia lagi-lagi teringat tingkah laku gadis China itu, bicaranya sangat frontal dan suka sekali bicara kotor, tapi baru melihat tubuh toplesnya saja ia sudah mimisan dan lebih memalukannya lagi sampai pingsan. Bagaimana kalau gadis itu melihat penisnya? Apa yang akan gadis itu lakukan?
Ketika gadis itu sadar dari pingsannya ia langsung menutup badannya dengan selimut. Sehun bahkan harus adu tarik selimut dengan gadis itu. Tapi anehnya Luhan yang menang karena entah bagaimana caranya ia dapat menahan selimut itu dengan kuat. Dan bukannya sehun lemah ia hanya terlalu malas. Sehun bahkan bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Luhan tak mau melihatnya?
Luhan hanya selalu mengumpat dalam hatinya dan Sehun tidak mengerti maksud umpatan Luhan. Apa Luhan mengumpat karena tak sempat melihat 'kebanggaannya'?
Sehun meninggalkan kamar Luhan yang sibuk menutup tubuhnya dengan selimut lalu menyiapkan sarapan untuknya. Tapi saat Sehun kembali, ia terkejut Luhan sudah tak ada di kamar ini, Bahkan dress merahnya yang mencolok sudah hilang dari lantai. Apakah Luhan memakai dress yang terkena muntahan itu? Luhan benar-benar gadis ya-
"Oppa... oppa.." Sehun tersadar dari lamunannya ketika sebuah guncangan pelan di tangannya.
"Ya?" Tanya Sehun menatap Eunha.
"Kau tadi melamun oppa, hmm oppa aku buatkan kau nasi goreng" Eunha menyodorkan bekal berwarna pink itu dihadapannya. Sehun tersenyum menatap bekal itu lalu menatap Eunha, tangannya bergerak mengelus pipi Eunha.
"Terima kasih baby" ucap Sehun, lalu mulai membuka bekal itu, dan wangi khas nasi goreng masuk ke indra penciumannya.
Ia mulai memakan nasi goreng buatan Eunha enak tapi rasanya familiar. Ia kembali memasukkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya, ia sepertinya pernah memakan nasi goreng dengan rasa yang sama persis.
"Eunha kau punya restoran?"
"Anio oppa, kenapa?"
"Rasa nasi gorengmu seperti nasi goreng restoran di XXX"
"Eh.. aku.. benarkah? Pa.. padahal aku me.. masaknya sendiri" Eunha berbicara dengan terbata-bata. Terlihat Eunha meremas tangannya gugup
"Kau kenapa gugup hm? Kau benar-benar pandai memasak" puji sehun mengelus kepala Eunha dengan sayang.
Eunha menghembuskan nafasnya lega, lalu menatap wajah tampan itu dengan memasang senyum yang manis.
Eunha menopang dagunya, menatap Sehun makan.
"Ternyata dari tadi kau disini" Chanyeol datang membawa makanan lalu duduk di samping Sehun begitupun Baekhyun duduk di samping Eunha.
Sehun hanya sibuk memakan nasi goreng tak merespon Chanyeol.
'Dasar albino sialan' Sehun kekeh pelan karena umpatan chanyeol. Chanyeol paling tak suka di abaikan ngomong-ngomong.
"Oh iya Baekhyun mana Luhan? Biasanya dia selalu menempel padamu" Sehun menghentikan gerakannya-memasukan nasi goreng dimulutnya-ia baru sadar kalau gadis mesum itu tidak ada.
"Luhan? Dia sudah kenyang jadi tak mau ikut ke kantin"
"Tumben, biasanya anak itu tak menolak di ajak ke kantin" baekhyun mengedikkan bahunya acuh lalu mulai makan karena perutnya sedari tadi berdemo minta asupan.
"Hmm Eunha kau mau? ambillah" Baekhyun menyodorkan sandwich yang ia beli tadi ke Eunha sebagai sopan santun karena ia melihat Eunha tidak memakan apapun. Eunha yang sedari tadi sibuk menatap Sehun mengalihkan pandangannya menatap Baekhyun. Ia menatap wajah Baekhyun lalu pupilnya turun melihat sandwich itu. Lalu kembali menatap Sehun yang sibuk makan, mengacuhkan baekhyun.
Baekhyun menggigit bibirnya kesal mendapat perlakuan seperti itu.
'Apa-apaan itu, sombong sekali. Kalau kau tak mau kau bisa menolaknya. Sialan sekali' Sehun mengernyitkan alisnya membaca pikiran Baekhyun. Siapa yang ia maksud? Chanyeol? Tak mungkin. Apakah dirinya? Tapi Baekhyun sudah tahu kalau dirinya memang cuek. Lalu Eunha?
"Chanyeol oppa, sepertinya sandiwch itu enak, Boleh aku minta satu?" Eunha memasang wajah imutnya di hadapan Chanyeol. Baekhyun yang melihatnya menyipitkan matanya menatap eunha, tangannya meremas gelas yang tak bersalah itu dengan kesal. Padahal Chanyeol sudah menggigit sandwich itu sedikit dan sandwich yang ia tawarkan tadi itu sama. Lalu kenapa dia mengacuhkannya kalau memang dia tadi menginginkan sandwich itu?
'Apa maksudnya meminta sandwich itu ke chanyeol? Jelas-jelas tadi aku sudah tawarkan sandwich tapi kenapa dia mengabaikanku seolah-olah aku tidak ada. Sialan'
"Tentu sa-"
"Chanyeol aku mau ke kelas. Aku sudah kenyang" Baekhyun mengatakan itu dengan nada jutek membuat Chanyeol kebingungan, ia muak berada di dekatnya. Ia berdiri melirik sinis ke arah Eunha.
Sehun sendiri bingung kenapa Baekhyun kesal sekali dengan Eunha? Apa ia kesal karena Eunha meminta sandwich ke chanyeol?
Baekhyun berjalan meninggalkan mereka bertiga. Chanyeol memakan sandwich itu -yang ia ingin berikan tadi ke Eunha- dengan buru-buru lalu mulai berdiri ingin mengejar kekasihnya. Tapi ia kembali lagi mengambil minumannya, membuat Sehun menggelengkan kepalanya.
"Oppa.. apakah Baekhyun tak suka padaku? Tadi dia menatapku sangat sinis oppa" Eunha menutup wajahnya dengan tangannya dan mulai menangis. Terlihat badannya yang bergetar.
"Ti-tidak. Mungkin suasana hati baekhyun sedang tidak bagus" Sehun menenangkan Eunha, tapi ia tak yakin dengan perkataannya sendiri. Ia tahu Baekhyun kesal dengan Eunha. Apakah yang Luhan katakan itu benar?
...
Baekhyun masuk ke kelas dengan wajah memerah karena emosi yang ia tahan. Lalu pupil matanya mencari gadis rusa itu.
'Ah dia disana'
Luhan duduk menyandarkan tubuhnya di kursi dengan telinga yang disumbat earphone. Matanya terpejam.
Baekhyun menghampiri Luhan lalu duduk dihadapannya. Ia mendekati lalu mencabut earphone itu dari telinganya membuat Luhan terkejut.
"Astaga baek. Kau mengejutkanku" Luhan mengusap dadanya, kembali ia memasang earphone itu lagi ditelinganya.
Lagi, Baekhyun menarik earphone yang terpasang ditelinga Luhan membuat luhan menghela napas lalu menyimpan earphone itu di lacinya.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat marah, wajahmu memerah" baekhyun benar-benar tak menyangka kalau luhan gadis yang peka.
"Eunha" Luhan memasang wajahnya datar mendengar nama itu lagi. Ia menganggukkan kepalanya malas.
"Dia kenapa lagi?" Tanyanya dengan malas. Moodnya jadi turun karena Baekhyun menyebut nama gadis yang ia benci.
"Kau benar-benar membencinya ya Lu? Baru kusebut namanya wajahmu langsung jelek" luhan memutar matanya bosan.
"Kau tahu tadi Eunha benar-benar menyebalkan" Baekhyun mengatakan itu dengan nada yang emosi terpendam. Luhan menatap Baekhyun tak percaya, Akhirnya ia punya teman yang sama-sama membenci Eunha. Luhan tertawa dalam hatinya tak percaya.
"Memang tadi Eunha kenapa?" Seketika wajah Luhan bersemangat, membuat Baekhyun heran. Tapi itu tak penting ia harus menceritakan apa yang Eunha lakukan tadi kepadanya.
"Waktu aku menawarkan sandiwch dia mengabaikanku, hanya menatapku malas lalu kembali melihat Sehun"
"Lalu? Lalu?" Luhan bertanya dengan nada semangat, ia ingin tahu apa yang sudah gadis bermuka dua itu lakukan sampai-sampai membuat Baekhyun naik darah.
"Dan saat Chanyeol makan sandwich itu ia lalu meminta sandwich itu dan memasang wajahnya sok imut. Dia kenapa centil sekali?" Terdengar nafas Baekhyun yang berat, gadis itu benar-benar emosi.
"Aku kan sudah bilang dia memang gadis jalang. Kau saja yang tak percaya padaku" luhan menyandarkan punggungnya di kursi lalu melipat tangannya di dada layaknya bos.
"Maaf Lu, harusnya aku mempercayaimu"
"Tidak apa-apa, kau membenci Eunha saja sudah membuatku senang" Luhan menyunggingkan senyumnya layaknya iblis neraka.
"Eh chanyeol disana" baekhyun membalikkan badannya menatap Chanyeol sebentar lalu membalikkan badannya tak minat berbicara dengan Chanyeol.
"Baekhyun katanya kau tadi lapar? Kenapa meninggalkanku di kantin? Makananmu juga belum kau habiskan"
"Aku tidak mood makan, besok-besok kalau kita makan di kantin tidak perlu duduk dekat Sehun dan Eunha" Chanyeol mengernyitkan alisnya bingung. Ia menatap wajah baekhyun yang terlihat memerah dan juga Baekhyun tak mau menatapnya. Kemarin-kemarin Baekhyun santai-santai saja duduk dengan mereka.
"Kenapa sayang?" Baekhyun melirik Chanyeol sebentar. Ia rasanya mau menjambak rambut Eunha kalau melihat wajah Chanyeol.
"Eunha tadi genit sekali Chanyeol"
"Kenapa kau bilang seperti itu?"
Luhan sendiri sibuk menonton pasangan kekasih ini. 'Pasti mereka akan bertengkar'
"Tadi saat aku menawarkan sandwich ke Eunha dia mengabaikanku, lalu beberapa detik kemudian dia meminta sandwich kepadamu"
Chanyeol menggaruk kepalanya tak gatal.
"Lalu apa masalahnya?"
"Astaga Chanyeol apakah kau tidak mengerti? Eunha itu centil, genit dan aku setuju dengan Luhan kalau Eunha itu gadis jalang"
"Baek" Chanyeol menegur Baekhyun, ia tak percaya apa yang dikatakan Baekhyun. Wajahnya yang cantik tapi omongannya kasar. Jelas sekali ini bukan sifat kekasihnya.
"Kau kenapa berkata seperti itu? Eunha tidak seperti itu sayang"
"Oohh jadi kau membela dia? Lalu kenapa tadi dia mengabaikanku saat aku menawarkan sandwich kepadanya?"
Chanyeol mendengar pertanyaan Baekhyun. Ia berpikir dan benar juga kata Baekhyun. Tapi mungkin saja Eunha tak enak dengannya kan? Karena mereka belum akrab
"Bahkan kau tak bisa menjawabnya. Ayo Luhan kita pergi" baekhyun berdiri meninggalkan Chanyeol dan Luhan. Luhan menatap Chanyeol sebentar.
"Sebaiknya kau percaya dengan baekhyun" ia mulai meninggalkan Chanyeol mengejar baekhyun yang sedang dilanda emosi.
...
"Ahhh sial bahkan Chanyeol lebih membela si sok imut itu daripada aku, bahkan Chanyeol tak mengejarku" Luhan merangkul Baekhyun lalu menepuk pelan bahunya bermaksud membuat Baekhyun tenang. Mereka mulai memasuki perpustakaan.
Baekhyun dan Luhan duduk di salah satu meja khusus untuk membaca di bagian paling ujung.
Baekhyun menelungkupkan wajahnya di meja. Suasana hatinya benar-benar buruk ia harus berterima kasih kepada gadis berambut pendek itu karena gadis itu moodnya jadi jelek dan memberikannya hadiah berupa pukulan dan jambakan.
"Baek.. gwenchana?" Luhan menepuk pelan bahu Baekhyun. Baekhyun mengangkat wajahnya dan menatap Luhan.
"Anio, aku tidak baik-baik saja, Lu mianhae" Luhan terkejut dengan perlakuan baekhyun karena memeluknya dengan sangat erat. Bahkan ia dapat merasakan bagian bahunya basah.
Baekhyun benar-benar merasa bersalah, Ia seperti teman yang brengsek hanya datang saat ia butuh. Ia tahu kalau Luhan kemarin menelponnya mengajaknya ke Club karena Luhan membutuhkan seorang teman. Tapi ia lebih memilih Chanyeol daripada Luhan. Dan sekarang Luhan dengan setianya menemaninya ke perpustakaan.
"Baek kau menangis? Hei kenapa?" Luhan melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata baekhyun yang mengalir dipipi mulusnya.
"Kau kenapa menangis? Nanti aku akan menghajar Eunha untukmu"
"Luhan mianhae, aku tak pernah disampingmu saat kau bersedih. Tapi kau hiksss hikss Lu mianhae" kembali Baekhyun memeluk Luhan dengan sangat erat. Baekhyun menangis, bahkan badannya bergetar dan suaranya sesegukan. Luhan berharap semoga cairan berlendir dari hidung Baekhyun tak mengenai bajunya.
"Tidak apa-apa Baek" ucap Luhan mengelus punggung baekhyun. Sebenarnya ia tak masalah dengan itu. Ia sudah terbiasa sendiri sebenarnya. Karena saat di Beijing dulu rata-rata perempuan di kelas bahkan di sekolah membencinya. Tak ada yang mau jadi temannya. Ia juga tak mengerti kenapa ia sangat dibenci, Luhan bahkan berulang kali mendekati bahkan ia pernah mentraktir mereka makan tapi tetap saja ia dijauhi. Jadi Luhan sangat beruntung punya teman dekat di Seoul.
"Benarkah?"
"Iya Baekhyun" Luhan menghapus air mata Baekhyun lagi. "Kau jadi jelek kan baek" canda Luhan mencairkan suasana.
"Arra Luhan yang cantik, aku ke toilet dulu. Jangan kemana-mana. Kita disini saja sampai jam pulang lagian nanti Mr Ahn tidak masuk" luhan menganggukkan kepalanya malas mendengar ocehan Baekhyun
Luhan melihat baekhyun yang keluar dari perpustakaan sampai tubuh Baekhyun hilang dari pandangannya.
Ia mengetuk pelan meja dengan jarinya lalu merapikan poninya. Ah harusnya ia membawa handphone tadi. Karena bosan Luhan berdiri lalu mulai berjalan sambil melihat buku-buku yang tertata di rak dengan rapi.
Ia menghentikan langkahnya lalu mata rusanya melihat judul buku itu. Ia tersenyum tipis, tangannya mengambil buku berwarna putih itu dengan tema reproduksi.
Luhan berjalan cepat lalu duduk kembali di kursinya. Ia mulai membuka lembaran buku itu ke bagian reproduksi pria.
Bibirnya tersenyum, geli dan jijik yang ia rasakan padahal baru gambar yang ia lihat. Tapi ia harus memperhatikan bentuk penis dengan teliti, jangan sampai ia mempermalukan dirinya lagi.
Ia teringat bagaimana ia mimisan dan pingsan hanya karena melihat tubuh seksi Sehun. Ahh itu benar-benar memalukan. Jangan sampai ia pingsan dan mimisan lagi karena melihat penis Sehun. Keinginannya harus terwujud, ia harus melihat kejantanan lelaki tampan itu bagaimana pun caranya.
Untung saja kemarin ia berhasil kabur, walaupun harus memakai dress yang terkena muntahan itu tapi itu lebih baik daripada pulang ke rumahnya hanya memakai kaus dan celana dalam. Bisa-bisa ia ditangkap karena memakai pakaian yang tak pantas di depan umum.
Luhan juga tak mau ke kantin, karena ia tahu ia akan bertemu dengan Sehun. Untuk saat ini ia tak ingin bertemu dengan Sehun. Ia malu karena kejadian kemarin.
"Wow kau rajin sekali" Luhan refleks menutup buku itu. Menyembunyikan buku itu dibawah tangannya. Lalu ia mendongakkan kepalanya menatap lelaki tinggi dan tampan itu dihadapannya.
Bola matanya mengikuti gerakan lelaki itu yang sekarang duduk disampingnya.
"Akhirnya kita bertemu lagi" Luhan menaikkan alisnya sebelah mendengar perkataan lelaki itu. Luhan tidak mengenal lelaki ini. Ini pertama kalinya ia melihatnya.
"Bertemu lagi? Aku rasa ini pertama kalinya kita bertemu" lelaki itu menampilkan senyumnya yang menawan, luhan yang melihatnya jadi terpesona.
"Apakah kau tidak ingat?" Luhan menatap keatas, mengingat wajah lelaki ini.
'Hhmmm kapan ya aku bertemu dengannya? Perasaan ini pertama kalinya aku bertemu dengannya'
"Maaf, tapi sepertinya kau salah orang" kata Luhan dengan sopan lalu mengakhiri dengan senyuman yang manis.
"Wajar kalau kau tak ingat, kita bertemu di Club saat itu kau mabuk" kekehnya pelan dengan suara seksinya "oh iya namamu siapa cantik?" Lanjutnya
"Hmm saat aku mabuk aku tidak melakukan yang aneh kan?" Tanya Luhan tak menjawab pertanyaannya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya, ia berbohong. luhan menghembuskan nafasnya lega. Padahal luhan tidak tahu apa yang sudah ia lakukan di club saat mabuk. Dan benar-benar memalukan jika luhan mengetahuinya. Inilah kelemahan Luhan setiap ia mabuk ia tak pernah mengingat apa yang sudah ia lakukan.
"Oh iya namaku Wuyifan agar lebih keren kau panggil aku Kris" Luhan melihat tangan lelaki itu yang mengajaknya bersalaman lalu melihat wajahnya.
"Aku Luhan" luhan menyambut uluran tangan itu.
"Luhan nama yang indah, Kau orang China kan?"
"Iya, kenapa kau tahu. Jangan-jangan kau juga orang China?"
"Begitulah"
"Be-benarkah?" Tanya Luhan tak percaya. Kris hanya menganggukkan kepalanya.
"Astaga.. aku punya teman" Kris terkekeh pelan melihat reaksinya yang menurutnya imut, luhan yang terlalu senang langsung memeluk lelaki jangkung itu. Luhan benar-benar senang mempunyai teman yang sama-sama berasal dari negeri bambu.
Kris tertegun saat Luhan memeluknya, ia bisa merasakan payudara-yang pernah ia pegang itu-di dadanya.
"Wow luhan baru sebentar kutinggal sudah dapat pacar baru" Luhan melepaskan pelukannya lalu tersenyum ke arah baekhyun.
"Aku tidak berpacaran dengannya, kau tahu baekhyun Kris juga berasal dari China" Baekhyun duduk dihadapan mereka, lalu menopang dagunya dengan tangannya yang bertumpu di meja.
"Aku sudah tahu Lu, Kris kan terkenal"
Luhan mempoutkan bibirnya kesal, Kris yang melihatnya lagi-lagi tertegun menatap bibir merah itu.
"Lalu kenapa kau tidak bilang padaku Baek?" Baekhyun senyum memperlihatkan giginya yang putih itu dengan wajah tak bersalah.
"aku lupa Lu" Luhan memutar matanya malas. Ia kembali menatap Kris dengan kagum matanya berbinar-binar. Kris ditatap seperti itu jadi salah tingkah.
"Kris kau tahu wajahmu tidak seperti orang China. Kau terlalu tampan" kris menggaruk tengkuknya yang tak gatal mendengar pujian Luhan.
"Maaf Lu aku harus ke kelas, sampai jumpa Lu" raut wajah Luhan seketika kecewa mendengar perkataan Kris, padahal ia masih ingin mengobrol dengannya. Tapi Kris langsung saja pergi dari hadapannya.
"Hei Lu, apakah kau sudah tak menyukai Sehun? Wajahmu kenapa sedih begitu karena Kris pergi" Baekhyun duduk di sebelah Luhan menusuk-nusuk pipinya yang lumayan tembem itu.
"Siapa bilang aku menyukai Sehun?"
"Loh lalu kenapa kau selalu mengejar-ngejar Sehun?"
Luhan mengetukkan jarinya di meja, menggigit bibirnya pelan. Apakah ia harus memberitahu Baekhyun?
"Luhan cepat jawab" Luhan mendekati wajah baekhyun.
"Tapi baek jangan memberitahu siapapun ya" Luhan mengecilkan suaranya hampir seperti bisikan. Baekhyun menganggukkan kepalanya.
"Janji ya?"
"Iya aku janji" Baekhyunpun ikut mengatakannya dengan berbisik.
Luhan mendekati telinga Baekhyun.
"Sebenarnya aku mengejar sehun karena aku ingin melihat penisnya" bisiknya.
"APmmmpphh" Baekhyun yang sepertinya terlalu terkejut dengan pernyataan Luhan ia keceplosan teriak. Untung saja Luhan menutup mulutnya karena ini kan perpustakaan. Tidak boleh berisik.
"Astaga Baek jangan teriak" ia melepaskan tangannya dari mulut baekhyun lalu menyapukan telapak tangannya di baju baekhyun. Karena ada bekas air liurnya.
"Luhan kau mesum sekali" luhan terkekeh pelan mendengar pujian atau mungkin hinaan. Luhan tak peduli.
Ia kembali membuka buku itu memperhatikan bentuk yang hanya dimiliki pria itu.
"Oh iya Lu kemarin kau tidak masuk. Kau kemana?" Luhan mengalihkan pandangannya mendengar pertanyaan Baekhyun. Ah ia memang lupa kemarin tak sempat memberitahu baekhyun karena terlambat bangun dan tak membawa handphonenya.
"Oh aku kemarin sakit" bohongnya. Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya lalu menceritakan bagaimana ia mimisan dan pingsan karena melihat tubuh Sehun. Ugh memalukan.
"Tapi syukurlah kau baik-baik saja. Mungkin kau sakit karena terlalu banyak minum kan?"
"Hahahaha" tertawa dengan canggung. Ia menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan baekhyun.
"Kemarin Sehun juga tak masuk. Wah sepertinya kalian berjodoh" luhan memasang wajahnya datar mendengar perkataan Baekhyun. Baekhyun melihat ekspresi Luhan menaikkan alisnya sebelah.
"Kau tahu wajahmu yang datar itu seperti wajah sehun. Sehun tak pernah menampilkan eskpresi selain datar dihadapanku"
Luhan tersenyum mendengarnya, ekspresi sehun yang menampilkan aegyo terputar di memorinya. Ia ingat bagaimana sehun mengerucutkan bibirnya kesal seperti anak kecil yang tak mendapatkan mainan, tangannya yang terlipat di dada merajuk. Jadi bukankah ia gadis yang beruntung karena bisa melihat wajah imut Sehun.
"Benarkah? Aku pernah melihat sehun sedang aegyo loh" Baekhyun menyipitkan matanya tak percaya dengan perkataan Luhan.
"Benarkah? Kapan Lu? Perasaan kau tidak dekat dengannya dan jika bertemu sehun pasti selalu ada Chanyeol dan aku mana mungkin Sehun mau aegyo di depan kami"
Deg
'Mati aku, kalau aku bilang kemarin pasti baekhyun akan bertanya terus dan akhirnya aku mengakuinya lalu menceritakan kalau aku mimisan dan pingsan melihat tubuh seksi Sehun, memalukan'
"Ehhh aku melihatnya dalam mimpi. Ya dalam mimpi hahahaha" diakhiri dengan tawa yang aneh menurut baekhyun. Ia mengedikkan bahunya acuh lalu memainkan handphonenya. Handphonenya sedari tadi bergetar karena Chanyeol tak henti-hentinya mengirimkan pesan kepadanya.
"Baek"
"Hm" sahut Baekhyun masih membaca pesan Chanyeol, ia tak berniat membalasnya.
"Kau pernah bercinta dengan Chanyeol kan?" Baekhyun melototkan matanya lalu matanya melihat sekitar perpustakaannya takut akan ada yang mendengar ucapan Luhan. Tapi untung saja sepi.
"Astaga Lu, kecilkan suaramu" luhan hanya kekeh pelan.
"Arrasseo Baek, jawab pertanyaanku"
"Ada apa?"
Luhan berdehem pelan, batuk-batuk kecil menetralkan suaranya yang tiba-tiba terasa serak.
"Bagaimana pertama kali kau melihat penis Chanyeol?" Wajah baekhyun memerah malu, ia menundukkan kepalanya lalu mengulum bibirnya.
"Anu.. aku.. "
"Aku apa?"
"Yaah begitulah"
"Ayolah berikan aku jawaban yang rinci Baek"
Baekhyun mendesah pelan, ia tak mau menjawab pertanyaan Luhan sebenarnya. Ayolah ini benar-benar memalukan.
"Saat pertama kali melihat penis Chanyeol, aku terkejut Lu"
"Terkejut? Kenapa Baek? Ayo cepatlah ceritakan padaku" desak Luhan karena baekhyun terlalu lama cerita.
"Karena penis Chanyeol besar sekali Lu, dan juga panjang. Sudah ya Lu. Aku malu"
"Apakah kau mimisan dan pingsan melihatnya Baek?"
"Huh? Hahahahahaha" suara tawa Baekhyun menggema di perpustakaan. Baekhyun tak menyangka Luhan akan menanyakan pertanyaan konyol ini. Baekhyun harus kena omelan penjaga perpustakaan. Tapi apa ia peduli? Tentu saja tidak karena pertanyaan Luhan berhasil mengocok perutnya.
Luhan tak mengerti kenapa Baekhyun tertawa seperti orang gila. Apakah pertanyaannya ada yang salah?
"Baek kenapa tertawa sih? Jawab pertanyaanku"
"Baiklah-baiklah Lu" Baekhyun menyeka cairan liquid yang keluar dari matanya. "Tentu saja tidak. Aku tidak seculun itu mimisan apalagi sampai pingsan karena melihat penis" luhan rasanya ingin menjambak mendengar perkataan baekhyun yang seakan menyindir dirinya.
...
Drrrtt Drrtt
Luhan melihat layar handphonenya yang bergetar. Terpampang dengan jelas nama Chanyeol disana.
Tangannya mulai menggeser ikon telepon berwarna hijau di touchscreennya.
"Halo"
"Lu, apakah ada Baekhyun disampingmu?" Ia melirik Baekhyun sebentar yang sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas. Jam pulang telah berbunyi dari tadi, kelas juga sepi.
"Iya chan-"
"Jangan sebut namaku lu, nanti baekhyun akan tahu. Aku dari tadi menelponnya dan mengirimkan pesan kepadanya tapi dia tak mengangkat dan membalasnya lu. Aku mohon bantu aku" terdengar suara Chanyeol yang frustasi karena diabaikan baekhyun. Ah ia jadi iri, ia juga ingin punya kekasih tapi salahkan babanya yang protektif dan selalu menasehatinya jangan pacaran dulu.
"Baiklah apa yang bisa aku bantu"
"Tahan sebentar Baekhyun disana Lu jangan pulang dulu, aku akan kesana."
"Kenapa kau pulang duluan kalau kau ingin pulang dengannya?"
"Bukan begitu lu, aku membelikan dia coklat dulu untuknya. Aku mohon"
"Ck arra arrasseo"
'Mereka yang bertengkar tapi kenapa aku yang repot' omel Luhan dalam hatinya, ugh perutnya juga sudah berbunyi daritadi.
"Ayo Lu kita pulang" ajak Baekhyun.
"Hmm Baek kita jangan pulang dulu. Aku masih ingin disini" Baekhyun memiringkan kepalanya menatap Luhan aneh.
"Kenapa?" Ia duduk di hadapan Luhan lalu menopang dagunya.
"Hanya ingin saja"
"Kau pernah pacaran Luhan?" Luhan memasang wajah datarnya mendengar pertanyaan yang tak bermutu.
"Belum baek"
"Kenapa Lu?" Astaga, kenapa baekhyun jadi secerewet ini.
"Aku tidak ingin menyakiti fansku" jawab Luhan yang terdengar narsis. Sampai-sampai membuat Baekhyun ingin muntah.
Drrtt
From : Chanyeol
Lu aku sudah di depan kelasmu. Ku mohon bisakah kau keluar tapi biarkan baekhyun dalam kelas. Aku akan mengantarkan tasmu nanti.
Luhan memutar matanya malas. Lagi-lagi Chanyeol seenak jidatnya memerintahnya Luhan tak suka diperintah. Tapi karena tak tega melihat Chanyeol yang sangat frustasi diabaikan kekasihnya akhirnya ia menurutinya.
"Baek, tunggu sebentar aku mau ke toilet dulu" Luhan berdiri menyimpan handphonenya dalam saku.
"Aku ikut" Luhan menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu. Kau tunggu aku disini ya Baek" Luhan langsung saja berlari meninggalkan Baekhyun.
Saat keluar dari kelas, ia melihat Chanyeol yang berdiri di samping pintu.
Chanyeol mengucapkan terima kasih tanpa mengeluarkan suaranya. Lelaki bertelinga lebar namun tampan itu masuk dalam kelas menghampiri kekasihnya.
Luhan tak menyinyiakan kesempatan ia ingin melihat bagaimana sepasang kekasih ini baikan.
"Baekhyun" Baekhyun berdiri lalu menolehkan kepalanya, ia terkejut melihat Chanyeol ada disini. Padahal ia sangat yakin kalau kekasihnya sudah pulang. Ia langsung saja mengambil tasnya dan bergegas ingin pergi tapi tangannya dicekal oleh tangan Chanyeol.
"Lepaskan aku Chanyeol. Kenapa kau tidak pergi dengan Eunha yang kau bela itu huh?" Baekhyun memberontak berusaha melepaskan tangan Chanyeol.
Chanyeol menyimpan coklat itu di meja lalu menarik Baekhyun kedalam pelukan. Tentu saja Baekhyun memberontak tapi Chanyeol semakin memeluknya dengan erat.
"Maafkan aku sayang" Chanyeol mengecup kening Baekhyun lama. Baekhyun akhirnya tenang mendapat kecupan di keningnya.
"Baekhyun" chanyeol menangkup pipi Baekhyun, menatap mata baekhyun.
"Maafkan aku hm" Baekhyun menganggukkan kepalanya. Karena sepenuhnya ini bukan kesalahan Chanyeol tapi kesalahan Eunha yang centil itu.
Kembali Chanyeol mengecup kening baekhyun lalu berpindah ke bibirnya. Ia mencium bibir itu lalu mulai melumatnya lembut.
Baekhyun melingkarkan tangannya di leher kekasihnya. Bibirnya membalas lumatannya. Chanyeol mengangkat tubuh mungil kekasihnya, refleks Baekhyun melingkarkan kakinya ke pinggang Chanyeol.
Ciuman mereka akhirnya berubah, yang awalnya lembut sekarang ciuman itu terkesan menuntut dan bernafsu. Chanyeol mendorong tubuh Baekhyun sampai ke tembok. Kepala mereka bergerak kekanan dan kekiri memperdalam ciuman mereka.
Tangan besar Chanyeol mulai beraksi, mengelus paha itu membuat Baekhyun melenguh dalam ciumannya. Tangannya yang satu menyampirkan rambut Baekhyun kesamping lalu mulai mencium lehernya. Lidahnya menjulur menjilat leher putih itu.
"Eunghh Chanyeol" nafas Baekhyun mulai memberat, jarinya lentiknya meremas surai kekasihnya pelan. "Chanyeoolhh ini di sekolah nanti luhan akan melihat kita akkhh" Baekhyun memekik pelan karena kekasihnya dengan nakalnya menggigit lehernya.
Chanyeol menjauhkan wajahnya dari leher Baekhyun lalu mengelus pipinya tak lupa tangannya masih setia mengelus bahkan meremas paha Baekhyun.
"Dia sudah pulang sayang" Chanyeol mendudukkan baekhyun di meja lalu duduk di hadapannya. Tangannya bergerak membuka kancing seragam Baekhyun menampilkan dada Baekhyun yang masih tertutup bra.
"Selalu saja indah di mataku" Chanyeol menenggelamkan wajahnya di payudara sintal Baekhyun.
"Ahh Chanyeollh" desah Baekhyun. Tangan chanyeol kembali mengelus paha bahkan sampai kemaluan Baekhyun membuat bibir Baekhyun terbuka mengeluarkan suara desahan yang indah.
Mereka tak sadar jika anak rusa yang polos sedang melihat aksi mereka.
"Astaga aku harus pulang" Luhan berlari meninggalkan kelas, jantungnya berdegup dengan kencang melihat adegan tadi. Ia menangkup pipinya, pipinya memanas padahal tadi si rusa berencana ingin makan cokelat baekhyun tapi mereka malah ugh
'Aku menyesal, harusnya aku pulang saja'
"Memangnya kau kenapa menyesal?"
"Karena aku melihat baekhyun dan Chanyeol eh kenapa kau bisa tau?" Luhan mengalihkan pandangannya, matanya membulat melihat lelaki yang ia ingin hindari ada dihadapannya.
Kaki luhan langsung saja berlari meninggalkan Sehun. Sehun menatap aneh Luhan yang berlari.
"Ada apa lagi dengan gadis mesum itu?" Gumamnya
...
"Aku pulang" ucap Luhan lesu. Ia mulai melepaskan sepatunya.
"Selamat datang nak" luhan tersenyum lalu menghampiri mamanya ia memeluk mamanya dengan erat.
Luhan merasa ada yang aneh pada mamanya, ia melonggarkan pelukannya lalu menatap mamanya bingung. Kembali ia memeluk mamanya dengan erat.
"Mama" ucap Luhan menyandarkan kepalanya di bahu mamanya.
"Mama aku rasa mama agak kurusan" luhan dapat merasa tubuh mamanya menegang.
"Ma ada apa?" Luhan mengelus pipinya dengan lembut, menatap mama tercintanya dengan khawatir.
"Tidak apa-apa sayang" Ucap mamanya, tapi Luhan tahu kalau mamanya berbohong. Dan Luhan tahu kalau mamanya itu menutupi sesuatu.
...
"Angkat telponku Chanyeol" gumamnya, benda persegi itu menempel ditelinganya. Dari tadi hanya suara perempuan atau operator yang menjawab. Ini sudah kelima kalinya ia menelpon.
"Apakah dia sudah tidur?" Ia melirik jam berbentuk hello kitty itu sekarang jarum jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan lewat tigapuluh.
Masa sudah tidur? Culun sekali.
Akhirnya ia menyerah, ia membanting dirinya di kasur yang empuk. Tangannya ia tautkan di perutnya, luhan menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan pelan.
Luhan harus mencari tahu kenapa mamanya akhir-akhir ini sangat aneh. Dan juga kemarin saja saat pulang dari apartemen Sehun ia melihat mamanya menangis di dapur. Dan saat ia menghampiri mamanya dan bertanya ada apa, mamanya dengan cepat menghapus air matanya lalu mengatakan tidak apa-apa. Luhan juga tak bisa memaksa mamanya untuk berkata jujur.
Ah kepalanya benar-benar pusing, ia mengambil handphonenya lalu mulai menjelajahi sosial media yaitu instagram, kata orang kalau bermain instagram akan mengurangi stress dan depresi.
Kantuk mulai menguasainya, ia menaruh handphone disampingnya lalu tertidur dengan nyenyak.
...
Sinar mentari kembali menyinari bumi yang gelap, Luhan bangun lebih awal, merenggangkan tubuhnya, bangun lalu mengucek kedua matanya. Luhan melangkahkan kakinya menuju dapur sesekali bibirnya terbuka karena masih merasa kantuk. mengambil gelas lalu membuka kulkas, menuangkan air ke gelasnya. Setiap bangun dari tidurnya ia akan selalu minum, kebiasaannya lagipula bagus untuk kulit.
Ia duduk di meja makan, masih minum.
Tap Tap Tap
Luhan mengalihkan pandangannya mendengar suara langkah sepatu. Berdiri dari kursinya lalu menghampiri lelaki itu, ia merindukannya.
"Babaaaa" memeluknya dengan erat, lelaki yang berumur sekitar limapuluh tahun itu agak terkejut.
Dengan kaku ia mengusap surai luhan, membuat bibir gadis itu naik membentuk senyuman yang manis.
"Baba selalu sibuk kerja, sampai-sampai lupa pulang" Luhan mempoutkan bibirnya menatap babanya.
"Baba juga bekerja kan untuk Luhan, sayang baba harus berangkat kerja sekarang"
"Jam setengah enam begini baba mau berangkat kerja? Ini masih pagi sekali baba. Lulu merindukan baba" lalu Luhan memeluk lengan babanya dengan manja.
"Tapi sayang baba harus bekerja"
"Babaaaaa, nanti saja berangkat kerjanya" bujuk luhan memeluk lengan babanya dengan erat, tapi lelaki tua itu berusaha melepaskan pelukan Luhan dilengannya.
"Tidak boleh begitu sa-"
"Tapi baba lulu rindu sama baba, dan kita juga sarapan bersa-"
"LUHAAAN APA KAU TIDAK MENGERTI? BABA HARUS BEKERJA" Luhan melepaskan pelukan dilengannya, ia mengerjapkan matanya tak percaya babanya membentaknya bahkan meneriakinya.
Tes
Tes
Tes
Air mata Luhan menetes di pipinya, ia shock babanya membentaknya padahal dulu babanya selalu bicara lembut kepadanya, tak pernah membentak bahkan meneriakinya.
Luhan segera berlari ke kamarnya, air matanya makin deras berjatuhan. Bahkan suaranya sesegukan. Menutup pintu dengan kasar lalu memasuki kamar mandi. Ia duduk di pintu kamar mandi lalu menangis dengan keras.
Apakah luhan salah mencoba manja dengan babanya? Apakah babanya sudah tidak sayang padanya?
"Luhaan sayang" suara mamanya terdengar khawatir, luhan berdiri menghapus jejak air mata dipipinya dengan punggung tangannya. Tangannya membuka pintu lalu memeluk mamanya dengan erat. Bahkan babanya langsung pergi, tak mengkhawatirkannya.
"Mama apakah baba sudah tidak sayang pada lulu?" Luhan bertanya dengan suara bergetar dan sesegukan. Mamanya hanya bisa mengelus rambut anaknya dengan kasih sayang. Ia tak bisa menjawab pertanyaannya putri semata wayangnya, karena ia juga tidak tahu jawabannya.
...
"Luhan kenapa kau lesu sekali dan matamu bengkak?" Luhan hampir saja terlambat ke sekolah. Awalnya luhan tak mau berangkat ke sekolah tapi mamanya terus saja membujuknya tak tega melihat mamanya akhirnya ia menuruti permintaan sang mama.
"Tidak apa-apa Baek" jawab Luhan dengan nada lirih. Ia tak mau menceritakan apa yang sudah terjadi tadi pagi.
Baekhyun mengambil kursi lalu duduk disamping Luhan. Ia mengerti Luhan sedang ada masalah, sebagai teman yang baik ia bersedia menemani Luhan.
Tangan baekhyun merangkul punggung Luhan lalu tangannya mendorong kepala luhan dengan lembut agar bersandar di bahunya. Luhan awalnya terkejut tapi ia tak bisa menolaknya ia memang membutuhkan sandaran.
"Menangislah Lu" bisik baekhyun lalu tangannya mengelus punggung Luhan. Luhan memejamkan matanya ia tak ingin menangis tapi sialnya air matanya menetes dengan deras. Rasa sakitnya masih menyesakkan dada, sangat sakit dibentak seperti itu. Tubuhnya mulai bergetar suaranya sesegukan.
Baekhyun diam, ia hanya bisa mengelus punggung Luhan yang bergetar mencoba memberi luhan ketenangan. Walaupun Luhan tak menceritakan kepadanya ia tahu kalau luhan sedang ada masalah.
...
Akhirnya jam pelajaran telah selesai. Siswa-siswi mulai bersorak gembira karena pelajaran yang membosankan dan membuat kepala pusing selesai walaupun masih ada pelajaran lain yang menanti.
Luhan hanya diam tak berniat ke kantin seperti yang lainnya, nafsu makannya benar-benar hilang padahal perutnya belum terisi apapun sejak tadi pagi.
"Lu ayo kita ke kantin" baekhyun menarik tangan Luhan yang tak bertenaga.
"Aku tidak lapar"
"Tapi kau harus makan. Ayo lah Lu aku mohon" baekhyun mengeluarkan puppy eyesnya membuat luhan lagi-lagi tak tega.
"ck arraseo tapi tak perlu mengeluarkan puppy eyesmu" Luhan berdiri dengan rasa malas. Baekhyun tersenyum senang lalu menarik tangan luhan.
"Aku tahu kau tidak akan menolaknya"
Sesampainya di kantin, baekhyun langsung saja menghampiri kekasihnya yang sudah memesankan mereka makanan.
Mereka mulai mendudukkan bokongnya, lalu baekhyun meletakkan minuman bertapioka dengan rasa taro dihadapan luhan.
"Minumlah Lu" ucap Baekhyun. Luhan hanya menganggukkan kepalanya lalu mulai meminumnya.
"Luhan yang kemarin terima kasih ya dan maaf aku lupa membawakan tasmu kemarin aku terlalu senang" ucap Chanyeol dan sedikit menggoda Luhan agar gadis china itu marah lalu mengomel dengan tidak jelas.
Luhan menganggukkan kepalanya dua kali masih fokus pada minumannya. Ia benar-benar tidak mood melakukan apapun ia masih mengingat babanya membentaknya tadi pagi.
Chanyeol melihat luhan dengan bingung karena tingkahnya yang sangat aneh.
"Wow Lu ada Sehun" pancing Chanyeol lagi. Tapi Luhan hanya diam masih minum bahkan memejamkan matanya.
"Chanyeol jangan menganggu Luhan dulu" bisik Baekhyun. Chanyeol menatap baekhyun seakan minta penjelasan.
"Dia sedang ada masalah biarkan Luhan jangan ganggu dia" chanyeol menganggukkan kepalanya lalu mulai makan.
Luhan meletakkan minuman dingin itu lalu menutup wajahnya dengan tangannya. Kembali air matanya menetes, Baekhyun melihatnya hanya memakluminya kembali Baekhyun harus menjelaskan kepada Chanyeol karena melihat gelagat Chanyeol yang panik melihat Luhan menangis tanpa sebab.
Luhan tak menyangka babanya akan berubah secepat ini. Apakah mamanya sering menangis karena babanya? Sebenarnya apa yang terjadi?
Luhan merasakan sesuatu yang berat di kursi yang ia duduki. Ia melepaskan tangannya menghapus jejak air matanya lalu melirik disampingnya. Lelaki yang duduk disampingnya adalah Sehun. Seandainya Luhan tidak dalam mode bad mood ia pasti akan kabur ke kelas.
"Chanyeol bukannya aku sudah bilang kita tak usah duduk dengan sehun. Pasti Eunha akan duduk disini juga" Luhan tersenyum tipis mendengar bisikan tapi sepertinya baekhyun sengaja berbicara dengan volume keras agar Sehun mendengarnya.
"Tenanglah Baek, Eunha tidak akan datang" bukan Chanyeol ataupun Luhan yang menjawab tapi Sehun. Sehun mengatakan itu dengan tenang. Kemarin Chanyeol menceritakan kenapa baekhyun mengabaikannya kepada Sehun.
"Benarkah? Kau tahu kekasihmu benar-benar menjengkelkan" adu Baekhyun.
"Aku belum jadian dengan Eunha Baek"
"Lalu kapan kalian akan jadian? Kalian sangat lengket" Sehun mengedikkan bahunya acuh.
"Mungkin nanti" jawab Sehun. Luhan hanya diam mendengar obrolan mereka, ia menghembuskan napasnya pelan. Luhan berdiri lalu tersenyum tipis ke Baekhyun.
'Aku ingin sendiri, mungkin ke atap sekolah ide yang bagus'
"Maaf Baek, aku mau ke kelas dulu" Luhan langsung pergi tanpa mendengar ucapan Baekhyun.
"Luhan tung-"
"Jangan ganggu dia Baek, Luhan ingin sendiri dulu" Sehun mengatakan itu lalu meninggalkan mereka berdua. Baekhyun menatap punggung Sehun heran dan bingung.
"Kenapa Sehun bisa tahu?"
"Entahlah Baek aku juga tidak tahu"
...
Luhan memegang pagar besi itu, menatap pemandangan yang indah dari atas sekolah, Luhan memejamkan matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya, rambutnya yang indah tergerai karena terpaan angin.
Tes
Tes
Kembali air matanya turun, ia benar-benar tak bisa melupakan perlakuan babanya. Jika babanya membentaknya karena melakukan kesalahan mungkin Luhan memakluminya tapi hanya karena Luhan manja padanya babanya sampai meneriakinya. Luhan juga tahu kalau babanya selalu berangkat kerja jam tujuh tapi kenapa sekarang babanya berangkat kerja pagi-pagi buta seakan menghindarinya dan mamanya?
'Hiksss hikkss apakah baba sudah tidak sayang padaku?' Monolog Luhan dalam hati, luhan memukul dadanya yang sesak tapi bukannya mereda rasa sesaknya makin bertambah.
"Kau tahu wajahmu tambah jelek kalau kau menangis" Luhan langsung membalikkan badannya mendengar suara yang ia kenal masuk ke gendang telinganya. Ia menatap lelaki itu dengan cairan bening yang makin deras menetes dari mata indahnya.
Sehun mendekati gadis itu lalu menarik Luhan kedalam pelukan. Luhan diam tapi air matanya masih menetes.
"Menangislah Lu" luhan menyandarkan pipinya di dada bidang Sehun, memejamkan mata dan kembali menangis.
Sehun diam dan hanya melingkarkan tangannya dipinggang ramping gadis itu lalu menautkan jemarinya agar Luhan tak lari.
Sehun dapat merasakan seragamnya basah, gadis china itu masih menangis padahal sudah semenit berlalu.
"Kau bukan gadis yang ku kenal, gadis yang ku kenal itu selalu ceria, mata rusanya selalu berbinar jika melihat selangkangku, dan bibirnya yang mungil tapi seksi itu selalu mengucapkan kata frontal yang membuatku jengkel tapi aku menyukainya" oceh Sehun, ia tak mengerti kenapa ia mengatakan seperti itu. Mungkin membuat Luhan berhenti menangis.
Luhan mengangkat dagunya menatap Sehun, ia mengerjapkan matanya mencerna ucapan lelaki itu.
Sehun menundukkan kepalanya, menatap wajah cantik Luhan walaupun air matanya masih membekas dipipinya.
"Kau tahu aku tidak suka dengan air matamu menetes" Sehun mengecup kedua mata rusa Luhan itu bergantian, tubuh Luhan menegang.
"Dan kau tahu Lu aku tidak suka air matamu mengotori pipimu yang menggemaskan ini" Sehun menjilat pipi Luhan untuk menghapus jejak air matanya.
Deg
Deg
Deg
Jantung Luhan mulai memompa dua kali lipat, jantungnya berdegup dengan kencang.
"Dan kau tahu Lu aku benar-benar benci melihat bibirmu ini bergetar karena menangis" sehun menutup mata Luhan dengan tangannya, lalu mencium bibir itu dengan lembut tidak seperti waktu itu. Luhan merasakan sesuatu yang kenyal dibibirnya
'Apakah Sehun menciumku?'
Sehun melumat bibir itu pelan, menghisap bibir bawah itu dengan lembut. Luhan hanya diam tak tahu harus melakukan apa. Sehun melepaskan tautan yang sangat singkat itu.
"Iya Lu aku menciummu" bisik Sehun. Sehun menangkup kedua pipi Luhan. Ibu jarinya mengelus pipi Luhan.
"Kau kenapa melakukan ini padaku Sehun?" Luhan benar-benar tak mengerti dengan sikap lembut Sehun. Luhan tahu kalau Sehun mencintai Eunha, tapi apa maksudnya perlakuannya tadi.
Sehun diam tak berniat menjawab pertanyaan Luhan karena ia juga tidak tahu.
"Tapi terima kasih Sehun" lanjut Luhan tersenyum dengan manis dan tulus. Mendapat ciuman dari Sehun membuatnya tenang. Sehun mengerjabkan matanya melihat senyuman Luhan, senyuman itu seperti waktu gadis itu mabuk. Benar-benar membuat tubuhnya lemas melihat senyum itu.
Luhan menjauhkan jarak dari tubuh Sehun, terlalu dekat dengan Sehun membuatnya jadi salah tingkah.
Luhan duduk, meluruskan kakinya lalu menyandarkan punggungnya di dinding pagar. Sehunpun ikut duduk disebelah Luhan.
"Kenapa kau bisa tahu aku ada disini?" Luhan menatap wajah tampan sehun dari samping.
"Karena kau tadi mengatakannya di kantin Lu" Sehun menatap lurus ke depan.
"Kau membaca pikiranku lagi?" Sehun mengalihkan pandangannya tak sengaja mata elang Sehun bertemu dengan mata rusa Luhan. bersamaan mereka mengalihkan pandangannya.
Sehun dan Luhan lagi-lagi serentak berdehem pelan. Luhan menggaruk lengannya tak gatal.
'Mengapa suasananya jadi canggung begini' rutuk sehun dalam hati.
"A.. aku tahu kau butuh teman" alasan Sehun yang terdengar masuk akal tapi jelas-jelas tadi ia membaca pikiran Luhan kalau luhan ingin sendiri.
Luhan menganggukkan kepalanya. "Terima kasih sudah menemaniku"
"Ya. Sa.. sama-sama" Sehun mengucapkan itu dengan terbata-bata.
Membuat Luhan menahan tawanya melihat sikap Sehun jika sedang salah tingkah.
'Menggemaskan sekali' gumam Luhan dalam hati. Sehun tersenyum simpul membaca pikiran Luhan.
'Kau lebih menggemaskan lu' puji sehun dalam hati walaupun Luhan tidak akan mengetahuinya.
Apakah Sehun sudah jatuh cinta pada Luhan? Sehun juga tidak tahu jawabannya. Tapi Luhan bukanlah tipenya tapi Luhan berhasil membuat jantungnya berdegup dengan kencang.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Halooo... Zehunhanus balik lagi /kecup manja/
Masih ada kan yang menanti FF ini? Chapter lima udah update yeaaayyy. Maaf baru bisa update
Semoga tidak mengecewakan ya. Pasti tidak kan? /colek/?
Sekali lagi buat kalian yang memfollow, favorite FF ku ini aku berterima kasihhh banget. Dan juga terima kasih yang sudah review. Review kalian benar-benar bikin semangat. /tebar lope2/
Aku kaget loh viewnya limaribuan ga nyangka sebanyak itu yang baca ff ku.. senang buanget aku.
Hmmm Sekalian kritik dan sarannya di kotak review 555555.
