Title : Luhan's Mind
Main Cast : Lu han, Oh Sehun dll
Rate : M
Author : ZeHunHanus
Warning : Typo? Biasalah..
Cerita pasaran, alur berantakan, membosankan maklum masih belajar. Ini hasil imajinasiku. Jadi maafkan kalau gaje . Dan maafkan aku kalau masih banyak kekurangan karena aku hanya manusia biasa :"(
H
U
N
H
A
N
*Sehun Pov*
Aku sedari tadi menunggunya, sudah lima belas menit waktu istirahat berlalu tapi dia belum muncul juga, hanya jam istirahat kita bisa bertemu, aku tadi menunggunya di gerbang tapi karena Eunha datang jadi aku harus pergi ke kelas bersama eunha. Apakah dia menghindariku? Tapi kenapa? Apakah aku punya kesalahan padanya? Kemarin kita kan baik-baik saja, aku juga menghiburnya saat di atap.
"Oppa, ayo makan" aku menghela napas lalu mulai makan sesuai perintah Eunha, kalau boleh jujur aku mulai jengah dengan sikap gadis ini, rasanya sikapnya berubah tidak seperti dulu. Kemarin sore saat aku mengantarnya pulang dari membeli alat make up dia tiba-tiba saja mengecup bibirku, aku cukup terkejut karena hal itu, ini pertama kalinya aku berciuman ah atau mungkin bisa disebut bibir kami menempel. Luhan, jelas-jelas dia gadis mesum tapi tak pernah menciumku duluan aku lah yang selalu mencium bibirnya duluan.
Aku tahu aku sering menyebut Eunha gadis yang polos, tapi entahlah sepertinya aku harus menarik kembali kata-kataku.
Ini bukan karena pengaruh Luhan atau siapapun. Ayolah apakah ada gadis polos yang mencium lelaki duluan? Aku juga menyadarinya jika di kantin Eunha selalu merapatkan tubuhnya padaku bahkan menggesekkannya. Dan aku benar-benar merasa jijik jika mengingatnya. Luhan saja gadis mesum tapi tak pernah melakukan seperti Eunha. Kalau dipikir-pikir ternyata Luhan adalah ciuman pertamaku.
Luhan, sekarang gadis itu dimana? Ahh aku tidak merindukannya ya, aku hanya ingin memastikan keadaannya kalau dia baik-baik saja.
"Baekhyun sayang" aku mengalihkan pandanganku menatap mereka-Chanyeol dan Baekhyun yang sedang berciuman-. Aku-akui Chanyeol merupakan lelaki romantis pasti baekhyun sangat senang. Tapi tunggu, kenapa baekhyun sendiri? dimana gadis mesum itu?
"Hai" aku mengalihkan pandanganku dan tersenyum senang ketika mendengar suara gadis yang sedari tadi aku cari. Tapi senyumku langsung luntur.
kenapa naga tonggos itu ada disini?
*SEHUN POV END*
'Akhirnya kau mendapatkannya juga' Sehun menaikkan alisnya sebelah membaca pikiran naga tonggos sebutan untuk Kris dari Sehun. Apa maksudnya mendapatkannya? Siapa yang dia maksud? Apakah Baekhyun? Chanyeol? Atau Eunha? Segala macam pertanyaan muncul dipikiran Sehun.
Sehun berhenti makan lalu menatap Kris dan Luhan yang duduk dihadapannya secara intens.
"Luhan ayo makan, atau kau mau kusuapi hm" goda Kris membuat Sehun melihatnya memutar matanya kesal. Pipi Luhan mulai bersemu merah.
'Apakah Luhan malu? Sejak kapan mereka dekat? Lihatlah wajah naga tonggos itu aku ingin menghajarnya'
"Wow sepertinya akan ada pasangan baru, kalian sangat serasi" ucap Baekhyun menggoda Luhan membuat pipi Luhan makin memerah.
'Pasangan apanya? Dan serasi darimananya? luhan cantik sedangkan naga tonggos itu sangat jelek, mereka sangat tidak cocok'
"Ah gege jangan membuatku malu" ucap luhan dengan menundukkan kepalanya sambil mengaduk makanannya acak.
'Lu kenapa kau sangat menggemaskan hari ini? Astaga apa yang sedang kupikirkan.. tidak.. tidak.. aku pasti mulai gila'
Luhan mulai memakan makanannya dengan malu-malu karena ditatap terus oleh Kris. Tapi Luhan tak sadar jika lelaki satunya sedang menatapnya juga.
"Berhenti menatapku ge"
"Kenapa hm?" Ucap Kris dengan menumpukan sikutnya di meja kantin, kepala yang bersandar di tangannya.
Luhan makin menundukkan kepalanya, membuat Kris terkekeh pelan.
"Hei Kris berhenti menganggu Luhan, dia tak bisa makan dengan tenang" tegur Baekhyun. Kris mengacak rambut Luhan gemas, sehun yang melihatnya mulai memanas.
'Apa maksudnya dia menyentuh Luhan? Kalian belum pacaran jangan seenaknya menyentuh Luhan' lalu bagaimana dengan dirimu yang mencium Luhan seenak jidatmu.
"Kalau begitu suap aku Lu" Kris membuka mulutnya lalu jari telunjuknya menunjuk-nunjuk mulutnya agar segera disuapi oleh Luhan.
Sehun membulatkan matanya sedangkan Luhan lagi-lagi bersemu merah.
'Kau punya tangan tonggos, makanlah sendiri'
Luhan dengan malu-malu menyuapi Kris, Sehun mulai merasakan panas di sekitar hatinya. Ia menarik napas lalu menghembuskannya pelan.
"Maaf, aku harus ke kelas" Sehun langsung saja pergi dari hadapan mereka, ia benar-benar merasa emosi dan ia tidak tahu penyebabnya.
Apa ia cemburu? Sehun menggelengkan kepalanya pasti ia emosi karena melihat wajah si naga tonggos.
Sehun mengacak rambutnya kasar saat berada di kelas, untung saja kelas sepi.
'Aku harus menanyakan ini pada Luhan, sejak kapan dia dekat dengan naga itu'
...
.
.
.
.
.
.
.
Sehun dengan cepat memasukkan bukunya ke dalam tas ketika bel sekolah terdengar, membuat Chanyeol yang melihat tingkah Sehun menyatukan kedua alisnya, ia bingung. Sehun merupakan tipikal orang yang tenang dalam melakukan sesuatu dan menghadapi sesuatu.
Tapi hari ini Sehun bukanlah sehun yang ia kenal.
"Sehun ada apa denganmu? Kenapa kau sangat terburu-buru?" Akhirnya Chanyeol menanyakan hal ini daripada ia penasaran.
"Ah tidak apa-apa, kau ingin ke kelas Baekhyun?" Tanya Sehun, Chanyeol menganggukkan kepalanya lalu mulai menggendong tas di pundaknya.
"Kalau begitu aku ikut" Sehun mulai mengekor dibelakang Chanyeol.
"Tumben, bagaimana dengan Eunha?"
Astaga, ia benar-benar melupakan gadis tembem itu. Dengan cepat Sehun mengirimkan pesan kepada Eunha bahwa ia tak bisa pulang bersama karena ada urusan, ya urusan dengan gadis rusa mesum itu.
"Ah dia sibuk" bohongnya lalu menonaktifkan handphonenya.
Sesampainya di kelas, Sehun harus menahan segala umpatannya karena lagi-lagi naga tonggos itu berada disini menunggu Luhan.
"Chanyeoll" jerit Baekhyun terdengar senang, mereka berpelukan layaknya tak pernah bertemu seabad.
"ayo kita pulang" ucap Chanyeol merangkul pinggang kekasihnya dengan disertai remasan kecil membuat kekasih mungilnya menjerit kecil dan dibalas dengan kekehan.
"Gege, apakah gege menunggu terlalu lama?" Sehun mengalihkan pandangannya dari pasangan kekasih itu lalu melihat si rusa dan naga tonggos. Sehun lagi-lagi merasakan hatinya memanas seperti di kantin tadi.
"Tidak Hannie" mengelus pipi luhan dengan sayang
'What the fuck, apa-apaan itu memanggilnya dengan Hannie, jelek sekali. Dan juga singkirkan tanganmu dari pipinya'
Luhan tersenyum malu lagi, lalu tak sengaja matanya bertemu dengan mata elang sehun.
'Apa yang Sehun lakukan disini?' Tanya Luhan dalam hati. Jujur Luhan malu bertemu dengan Sehun karena kejadian diatap kemarin, ia tak mau jantungnya makin berdetak dengan gilanya jika ia bertemu dengan lelaki itu karena ia tahu dia mencintai Eunha.
'Karena aku ingin menanyakan hubunganmu dengan naga itu Lu' jawab Sehun dalam hati walaupun Luhan tak akan tahu jawabannya.
"Chanyeol kita ke kafe dulu ya, aku lapar" ucap Baekhyun
"Baiklah sayang" Chanyeol menyeret kekasihnya dan sesekali mengecup kening baekhyun. Baekhyun menghentikan langkahnya membuat Chanyeol menatapnya bingung. Menolehkan kepalanya lalu menatap Luhan.
"Lu, kau harus ikut. Kau boleh ikut Kris" ujar Baekhyun lalu melanjutkan langkahnya dan merangkul pinggang kekasihnya yang tinggi itu. "Sehun kalau kau mau ikut boleh kok" sambung Baekhyun.
Kris melirik Sehun yang menampilkan ekspresi datar itu. 'Apa yang dia lakukan disini? Kenapa tidak pulang dengan Eunha saja? Mengganggu' pikir Kris.
Sehun mulai merasa kesabarannya mulai habis, ia ingin dan sangat ingin menonjoknya. Menghembuskan napasnya kasar ia meninggalkan Luhan dan Kris berniat menyusul Chanbaek. Tentu saja ia ingin memperhatikan atau perlu mengikuti Luhan dan kris takut jika si naga itu akan berbuat macam-macam dengan si rusa.
...
.
.
.
.
.
.
.
Setelah makan di kafe mereka menyampaikan salam perpisahan karena akan pulang ke rumah masing-masing kecuali Kris dan Luhan, karena Kris akan menemani Luhan ke toko buku.
Sehun?
Oh dia sedang duduk di mobilnya menunggu Kris dan Luhan yang sedang mengobrol. Tadi dia sudah mengatakannya bukan, ia akan mengikuti Luhan dan Kris kemanapun sampai Luhan pulang dengan selamat. Hati Sehun lagi-lagi memanas melihat mereka yang mengobrol dengan akrab.
Terlihat Kris dan Luhan mulai berangkat ke toko buku dengan motor ninjanya. Ia tahu tujuan mereka karena Luhan tadi mengatakannya di kafe.
"Ck kau sangat hebat Kris, memakai kendaraan bermotor agar kau bisa dipeluk." Gumam Sehun kesal.
Sehun mulai menyalakan mobilnya lalu mengikuti Kris dan Luhan.
Luhan benar-benar merasa takut dibonceng(?) oleh Kris, ia hanya memegang bahkan meremas pundak Kris agar rasa takutnya sedikit menghilang. Kenapa si rusa tak memeluk si naga saja? Tapi jika si rusa melakukannya akan ada serigala yang mengamuk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
Tok Tok Tok
Sehun menatap pintu apartemennya dengan malas. "Mengganggu saja" ucap Sehun kesal menganggunya karena ia sedari tadi berpikir kenapa Luhan bisa dekat dengan Kris. Bangun dari tidurnya di sofa ia menghampiri pintunya lalu membuka pintu agar bisa memarahi atau mungkin mengusir tamu.
"Oppaaa" ucapnya memeluk Sehun dengan erat. Sehun terkejut dengan pelukan Eunha yang tiba-tiba. Berusaha melepaskan pelukannya karena tak enak dilihat oleh orang lain.
"Ayo masuk Eunha" ucapnya masih berusaha melepaskan pelukan Eunha tapi gadis berpipi tembem itu sangat keras kepala. Akhirnya ia menyeret Eunha masuk ke dalam apartemennya.
Eunha menyandarkan pipinya di dada bidang Sehun. Enak sekali, pikir Eunha.
Sehun mulai jengah dengan pelukan Eunha. "Duduklah Eunha" ucap Sehun lagi. Eunha kemudian tersenyum lalu duduk sesuai perintah Sehun.
Sehun duduk di hadapan Eunha, ia tak mau duduk di dekatnya takut dipeluk lagi. "Darimana kau tahu aku tinggal disini?" Tanyanya seingatnya ia tak pernah memberikan alamat apartemennya. Hanya Chanyeol yang menge-. Ahh Chanyeol sialan, pikir Sehun.
"Dari Chanyeol oppa"
Awas kau Chanyeol.
"Oppa aku haus" rengek Eunha
"Sebentar" ucap Sehun malas, berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas, menuangkan jus jeruk ke gelas.
'Ck sial, kenapa aku tidak bisa membaca pikirannya? Apa dia punya kekuatan? Atau dia bisa baca pikiran juga?' Menghela napas kasar lalu kembali menuju ruang tamu dengan tangan yang memegang gelas berisikan minuman berwarna jingga itu.
"Minumlah" ucapnya setelah meletakkan gelas itu ke meja. Lalu duduk masih berhadapan dengan gadis itu.
"Gomawo oppa" ucapnya, eunha minum jus jeruk yang segar itu lalu dengan sengaja ia menumpahkan sedikit jus jeruk itu ke bajunya.
"Ahh dingin" keluhnya lalu mengelap bajunya dengan tissue.
"Kau tidak apa-apa?" Eunha mengangguk, tangannya membuka kancing bajunya satu persatu sampai akhirnya terbuka menampilkan eunha dengan tanktop berwarna putih. Sehun dapat melihat bra berwarna hitam itu.
Berdehem pelan lalu mengalihkan pandangannya, ia lelaki normal oke?
"Maaf oppa, bajuku basah" ucap Eunha. Sehun berdiri dari duduknya.
"Tunggu disini aku akan mengambilkanmu baju" ucap Sehun dengan cepat ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya lalu mengambil kemeja berwarna hitam itu. Masa bodoh kalau baju itu terlalu besar untuknya, feelingnya gadis itu akan menggodanya karena limapuluh persen pikirannya mengatakan kalau gadis itu sebenarnya tidak seperti yang ia pikirkan selama ini
Menghampiri Eunha lalu memberikannya kemeja, Eunha tersenyum lalu memakainya. "Terima kasih oppa" ucapnya, Sehun melihat senyuman Eunha ia mengerjabkan matanya.
'Sepertinya aku salah sangka, Eunha pasti bukan seperti itu dan mungkin kemarin itu tanda kalau dia ingin menjalin hubungan denganku. Pasti dia jenuh karena hubungan kita yang tak jelas.' Sehun tersenyum lalu mengelus rambut Eunha dengan sayang.
"Maaf oppa aku pulang dulu aku baru ingat kalau aku ada urusan, besok aku kembalikan baju oppa" Sehun menganggukkan kepalanya mengantar Eunha sampai depan pintu.
"Hati-hati hm"
"Nde oppa" sebelum pergi dari apart Sehun, ia memeluk sehun dengan erat.
"Aku menyayangi oppa, hanya oppa satu-satunya yang sangat peduli denganku" bisik Eunha, Sehun mendengarnya dan seketika itu juga ia merasa bersalah karena menuduh gadis itu yang tidak-tidak.
Sehun merasa lidahnya kelu, ia tak tahu harus mengatakan apa. Tangannya mengelus rambut Eunha lalu menepuk pelan kepalanya. Eunha menampilkan seringainnya, akhirnya kau kembali menyukaiku pikirnya.
Melepas pelukannya, "aku pergi dulu ya oppa"
Eunha pun beranjak dari hadapan Sehun. Ia tertawa pelan melihat tingkah sehun yang bodoh. "Kau benar-benar gampang dibodohi, untung saja kau tampan" gumamnya dilanjutkan dengan tertawa keras. Ia tahu kemarin Sehun menjauhinya karena sudah tidak menyukainya. Jadi ia melakukan ini tapi untung saja berhasil.
Drrtt Drrt Drrt
Eunha mengambil handphonenya menatap layar handphonenya, bibirnya membentuk seringaian lalu mengangkatnya.
"Halo"
"..."
"Aku sudah bertemu dengannya" memasuki lift lalu tangannya mulai memencet angka lantai dasar.
"..."
"Hahahaha dia sudah kembali menyukaiku, tenang saja dia tak akan mendekati milikmu lagi"
"..."
"Setelah aku mendapatkan apa yang ku mau, aku akan membuangnya"
"..."
"Aku tidak bisa, aku tidak tahu dia seperti sangat kuat. Aku baru bertemu dengan orang seperti itu"
"..."
"Ck aku tidak mau, bagian bawahku masih sakit asal kau tahu" Eunha langsung menutup teleponnya dengan kesal.
...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hei Luhan" sapa Baekhyun
Luhan langsung saja masuk ke dalam rumah baekhyun lalu membaringkan tubuhnya di sofa. Baekhyun mengernyitkan alisnya melihat Luhan.
"Ada apa denganmu?"
"Aku hanya lelah"
"Kau tadi berjalan ke sini?" Luhan memasang wajah datarnya lalu duduk menatap baekhyun yang duduk dihadapannya.
"Hatiku yang lelah, bukan fisikku"
"Ada apa? Kau lelah karena belum melihat milik Sehun?" Luhan memutar matanya bosan.
"Tentu saja tidak, aku hanya lelah dengan..." luhan menghembuskan napasnya gusar, baekhyun berpindah duduk di sebelah Luhan lalu mengelus punggung gadis itu.
"Ada apa? Cerita saja padaku. Mungkin aku tidak bisa membantumu tapi aku bisa menghiburmu" luhan tersenyum tipis. Ya mungkin saatnya ia menceritakan ini pada orang lain.
"semenjak kami tinggal di korea, babaku berubah baek" menarik napas pelan lalu menghembuskannya. "Dia sering tak pulang hanya pulang kalau ingin berganti baju dan lalu pergi entah kemana. Jujur aku tidak tega melihat mamaku, dia tiap hari menangis karena babaku. Bahkan mamaku sekarang kurusan karena babaku"
Luhan merasakan matanya berkaca-kaca, tidak ia tidak ingin menangis lagi.
Tes
Ternyata rasa sakitnya masih meembekas dihatinya. Ia sangat ingin membenci babanya tapi lelaki tua itu sudah memberinya kasih sayang dan cinta selama tujuh belas tahun.
"Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan lagi Baek, Aku tidak tahu kenapa babaku berubah secepat ini" luhan menghapus jejak air matanya kasar, menyandarkan tubuhnya di sofa yang lumayan empuk itu. Baekhyun melakukan hal yang sama.
"Kau harus mencari tahu penyebabnya lu, mungkin menguntit babamu setelah pulang bekerja. Apakah kau tidak penasaran dimana selama ini babamu tidur?" Luhan menatap Baekhyun lalu mengerjabkan matanya.
"Yaah kau benar juga" baekhyun tersenyum.
"Mau kutemani?" Luhan menggelengkan kepalanya menolak bantuan baekhyun, luhan tak ingin baekhyun mengetahui wajah babanya.
"Baiklah sekarang kita mengerjakan tugas menyebalkan ini" ucap baekhyun riang
...
.
.
.
.
.
.
.
.
Seperti biasa Luhan selalu datang pagi agar bertemu dengan anak kecil kesukaannya yaitu Mingguk. Ya beberapa hari ini mereka sudah tidak bertemu.
Setelah Mingguk berangkat ke sekolahnya, gadis itu mulai memasuki gerbang sekolah sambil memikirkan saran baekhyun. Yang baekhyun katakan ada benarnya juga ia harus mencari tahu kenapa babanya berubah. Apakah babanya- luhan menggelengkan kepalanya tidak mungkin babanya melakukan hal menjijikan itu. Mamanya adalah wanita yang paling cantik di dunia tidak mungkin babanya berpaling.
'Aku tahu alamat kerja baba tapi aku masih takut aku belum hapal Seoul'
"Membutuhkan bantuanku?" Luhan memalingkan kepalanya ke kirinya agak mendongakkan kepalanya sedikit karena dia terlalu tinggi.
"Tidak perlu" ucap Luhan lalu mempercepat langkahnya.
Grep
Luhan melihat lengannya yang digenggam oleh tangan Sehun, menatap wajah sehun meminta penjelasan.
"Kenapa Lu? Aku bisa menolongmu"
Luhan menghela napas pelan, menarik lengannya pelan agar sehun melepaskannya. Ia benar-benar tak tega jika seseorang menatapnya seperti anak anjing dengan wajah melas.
"Ah baiklah baiklah"
"Yes!" Gumam sehun tapi masih bisa di dengar oleh Luhan.
"Baiklah berikan aku nomormu Lu"
"Hannie" Luhan menyembulkan kepalanya melihat Kris yang berdiri di belakang Sehun.
"Gege.." panggil Luhan. Kris mendekati Luhan lalu mengelus kepalanya.
"Ayo kita ke kelas Hannie" luhan menganggukkan kepalanya lalu mulai mengikuti Kris.
"Luhan" luhan memutar kepalanya melihat Sehun yang memanggilnya tadi.
"Aku akan menelponmu nanti" ucap Luhan. Ia masih menyimpan nomor Sehun ngomong-ngomong walaupun ia tak pernah menghubunginya lagi semenjak insiden sms waktu itu.
"Kenapa Lu?" Tanya Kris terdengar tidak suka.
"Ah tidak apa-apa Ge" kris merangkul pundak Luhan dengan mesra, luhan hanya tersenyum tipis.
'Naga sialan' umpatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
"Lu, aku sudah di depan rumahmu"
Pip
Luhan langsung saja mematikan teleponnya lalu menyusul Sehun. Tapi ia menyempatkan menghampiri mamanya yang sedang tidur di kamar, menatap wajah mamanya "aku menyayangimu mama" bisiknya lalu mengecup keningnya.
"Maaf membuatmu menunggu" Sehun tersenyum tipis.
"Tidak apa-apa"
"Baiklah dimana babamu bekerja?"
Jujur Luhan suka dengan sehun karena tanpa menyebutnya dia langsung tahu masalah Luhan, ya karena bisa baca pikirannya. Lelaki yang sangat peka bukan?
Setelah menyebut alamatnya sehun mulai menjalankan mobilnya.
"Lu"
"Hm"
"Kau sejak kapan dekat dengannya?"
"Siapa?"
"Naga si- ah maksudku Kris"
"Kenapa?" Tanya Luhan, Sehun melirik Luhan sebentar, tapi tak berniat menjawab pertanyaan gadis itu.
"Aku baru dekat dengannya" sehun menganggukkan kepalanya.
"Kau harus menjauhinya" titah Sehun.
"Kenapa?" Tanya Luhan lagi dan terdengar tidak suka.
"Karena dia jelek" ucap Sehun.
"Kris sangat tampan dia tidak jelek" sehun melirik sinis Luhan karena memuji lelaki lain dihadapannya.
"Tapi kau harus menjauhinya karena" Sehun menggantungkan kalimatnya lalu mulai berpikir mencari alasan yang bagus.
"Karena apa?" Tanya Luhan penasaran.
"Karena penisnya kecil Lu"
"Hah?" Teriak Luhan terkejut mendengar perkataan Sehun.
"Lupakan" ucap Sehun, ia benar-benar merutuki mulutnya yang sangat bodoh ini.
"Kau sudah melihatnya hah? Menurutku milik Kris besar kadang aku melihat celananya menonjol"
"Astaga Lu, milikku jauh lebih besar dan panjang daripada miliknya"
"Oh ya?" Luhan menaikkan alisnya sebelah dan bibirnya membentuk seringaian.
"Iya Lu" ucap Sehun sesekali melirik Luhan lalu fokus kejalanan.
"Kalau begitu perlihatkan aku 'adik kecilmu'" ucap Luhan melipat tangannya didada.
Sehun terkejut dengan perkataan Luhan refleks ia menginjak rem secara mendadak, untung saja jalanan itu sepi.
"Kau gila hah?" Teriak Luhan karena terkejut, sekarang jantungnya berdetak sangat cepat.
"Maaf, aku terkejut tadi. Aku tidak mungkin memperlihatkan milikku disini"
"Ohh jadi kalau di tempat lain kau ingin melihatkanku penismu hm?"
Pipi Sehun tiba-tiba memerah mendengar godaan Luhan, astaga sehun seperti gadis perawan yang digoda oleh ahjussi-ahjussi mesum.
Sehun diam lalu kembali menjalankan mobilnya.
Lima menit berlalu, tak ada percakapan lagi. Sehun cukup malu dan Luhan terlalu malas berbicara karena ia memikirkan babanya.
"Apa kalian berpacaran?" Tanya Sehun karena tak ingin Luhan terlarut memikirkan babanya lagipula juga ia juga penasaran kedekatan mereka.
Luhan menggelengkan kepalanya.
'Syukurlah' Sehun menyunggingkan senyumannya. Ia sangat senang dengan jawaban Luhan.
Tapi, bisa saja dia menyukai Kris.
"Apa kau menyukainya?"
'Aku menyukaimu Sehun' ucap Luhan dalam hati melirik Sehun yang fokus mengemudi.
Pipi Sehun lagi-lagi memerah, ia menggaruk tengkuknya tak gatal. Sial, jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Padahal Luhan baru mengucapkannya dalam hati bagaimana kalau gadis itu mengucapkannya secara langsung.
Sesekali sehun berdehem dan merapikan rambutnya. Luhan mengerjabkan matanya melihat gelagatnya yang aneh.
Luhan melototkan matanya, apakah ia barusan mengatakan ia menyukai sehun walaupun ia tak menyebutnya secara langsung tapi Sehun bisa baca pikiran.
"Ahh aku.. aku.. menyukai Kris.. iya aku menyukainya" ucap Luhan panik.
"Iya Lu" Sehun tersenyum sangat lebar membuat Luhan takut melihatnya.
'Sial, bodoh sekali kau Luhan'
Luhan mengetukkan kepalanya di kaca mobil sesekali merutuki dirinya yang bodoh ini.
"Luhan" panggil Sehun
"Iya"
"Jawab pertanyaanku dengan cepat oke?" Luhan menganggukkan kepalanya pelan.
"Merah atau Biru?"
"Merah"
"Kucing atau rusa?"
"Rusa"
"Ice cream atau bubble tea?"
"Bubble tea"
"Kris atau Sehun?"
"Sehun.. Eh" Bibir Sehun lagi-lagi membentuk senyuman. Ia sangat ingin mencium Luhan, sekarang ia merindukan bibir manis gadis itu.
'Astaga.. Sehun sialan. Ahhh harusnya tadi pagi aku menolak bantuannya' luhan menangkupkan pipinya ia merasakan wajahnya memerah. Ah Luhan tak berani melihat wajahnya dicermin, pasti wajahnya sangat merah.
Luhan merasakan mobil berhenti, ia menatap ke arah jendela. Mengernyitkan alisnya, sehun tidak berusaha menculiknya kan?
"Sehun kenapa berhen-"
Chup
Luhan mengerjabkan matanya tak sempat mencerna kejadian tadi.
"Apa yang kau laku-"
Chup
Sehun menangkup pipi Luhan ketika bibir mereka bertemu, luhan mengerjabkan matanya lagi.
Sehun mulai menggerakkan bibirnya sesekali ibu jarinya mengelus pipi Luhan dengan sayang. Luhan sendiri diam tak berniat membalasnya karena ia sangat payah dalam berciuman.
Sehun menghisap bibir bawah Luhan mengecap rasa manis yang keluar dari bibir mungil nan seksi itu. Setelah merasa cukup Sehun melepaskan tautannya lalu mengelus bibir bawah Luhan.
Deg Deg Deg Deg
'Siaaaall jantungku. Ada apa denganmu jantung?' Rutuk Luhan dalam hati.
"Kita sudah sampai" ucap sehun ditutup dengan senyuman yang menawan.
"Ah iya.." Luhan mulai memperhatikan gedung kantor itu yang sangat sepi, ia melirik jam tangannya baru jam empat tiga puluh dan babanya pulang jam lima berarti masih ada tiga puluh menit lagi.
"Sehun kau tidak sibuk kan?" Sehun menggelengkan kepalanya. Bibir Luhan membentuk senyuman walaupun tipis.
"Terima kasih Sehun" sehun hanya menganggukkan kepalanya.
'Kau selalu ada disampingku' lanjut luhan dalam hati.
"Aku lebih suka kau menyebutnya secara langsung Lu walaupun aku bisa baca pikiranmu"
Luhan menggigit bibir bawahnya, ia malu menyebut kalimat itu.
"Sehun"
"Hm.."
Chup
Bibir mungil Luhan mendarat di pipi putih sehun. "Terima kasih kau selalu ada disampingku" Bisik Luhan.
Sehun menatap Luhan yang sibuk menangkup wajahnya karena malu. Bukankah dia sangat menggemaskan? Sehun jadi ingin mendaratkan bibirnya di bibir Luhan lagi.
"Astaga Sehun itu babaku" pekik Luhan sambil menunjuk lelaki yang berumur sekitar limapuluh tahun itu yang berjalan ke parkiran. Sehun mengikuti arah telunjuk Luhan lalu memperhatikan lelaki tua itu.
"Sehun apa yang sekarang dipikiran babaku?"
"Babamu hanya bersenandung, babamu terlihat sangat senang" ucap Sehun.
"Sehun ikuti babaku oke?" Sehun hanya menganggukkan kepalanya.
Luhan mulai merasakan tangannya berkeringat saat Sehun mulai mengikuti mobil babanya. Luhan menarik napasnya lalu menghembuskannya menenangkan dirinya.
Grep
Luhan menunduk melihat tangannya yang digenggam erat oleh tangan Sehun. Luhan tersenyum tipis lalu membalas genggaman sehun dengan erat.
Luhan kembali memperhatikan mobil babanya. Semoga yang dipikirkan Luhan selama ini salah, Sehun mengernyitkan alisnya ketika mobil baba Luhan memasuki kawasan yang familiar.
"Tidak mungkin"
"Apa Sehun?" Sehun menggelengkan kepalanya.
Terlihat mobil baba Luhan memarkirkan mobilnya di sebuah rumah yang sederhana tapi sangat asri karena banyak tanaman dan pohon di halamannya.
Sehun meneguk ludahnya kasar, ia sangat mengenal rumah ini. Apa yang harus ia katakan pada Luhan.
"Ini rumah siapa? Setahuku kami tidak punya keluarga di sini" monolog Luhan
"Sehun apa yang babaku pikirkan?" Tanya Sehun.
"babamu sangat merindukan nyonya Jung"
"Nyonya Jung? Kenapa kau bisa tahu?"
Sehun diam tak berniat menjawab pertanyaan Luhan. Ia sangat tahu rumah ini.
"Astaga siapa wanita sialan itu? Berani-beraninya dia mencium babaku" amuk Luhan melihat babanya dan wanita yang sudah tidak muda itu berciuman di depan pintu. Luhan meremas celananya melampiaskan kemarahannya.
Tes Tes Tes
Air matanya menetes, ternyata yang dipikirkan selama ini ternyata benar.
Bagaimana dengan mamaku? Apakah baba tak pernah mengingatku dan mama?
"Luhan"
"Ayo kita pulang Sehun" ucap Luhan pelan lalu menghapus jejak airmatanya.
Bagaimana kalau mamaku tahu? Aku tidak mau melihat mamaku terluka
Sehun mulai menjalankan mobilnya dan pergi dari tempat yang membuat Luhan menangis.
Sehun ingin menghiburnya tapi gadis itu ingin sendiri dan ia memakluminya.
"Terima kasih bantuanmu, maaf merepotkanmu" ucap Luhan sebelum turun dari mobil.
Luhan melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki rumahnya. Dapat ia lihat mamanya yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. Menyunggingkan senyum tipis lalu menghampiri mamanya, memeluk mamanya erat.
Terlihat mamanya cukup terkejut karena pelukan luhan yang tiba-tiba. Mengelus lengan anak semata wayangnya "ada apa hm?" Luhan menggelengkan kepalanya dan air matanya mulai menetes. Mamanya tahu anaknya menangis tapi ia hanya diam.
...
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mana gadis jalang itu?!" Teriak Luhan, Baekhyun berusaha menenangkan Luhan yang emosi itu.
Setelah beberapa hari menguntit babanya dan Kemarin Baekhyun dan Chanyeol mengantar Luhan ke rumah itu. Dan ia tahu siapa pemilik rumah itu, akhirnya ia mendapatkan sebuah jawaban.
Semua siswa menatapnya aneh tapi Luhan tak peduli yang saat ini ia mencari gadis itu dan memberinya pelajaran.
"Lu tenanglah" ucap Baekhyun menarik lengan Luhan karena membuat keributan di kelas lain.
"Tidak baek, aku harus memberinya pelajaran" mata rusanya mengedarkan pandangannya tapi nihil ia tak menemukannya.
"Oppa aku ke kelas dulu" luhan membalikkan badannya karena mendengar suara yang sedari tadi ia cari.
"Akhirnya gadis jalang telah datang" ejek Luhan menghalangi pintu dengan tubuhnya tak mempersilahkan masuk.
"Apa maksudmu Luhan?" Tanyanya
"Ck kau tidak usah berakting di depanku dan juga margamu Jung kan? Benar?"
"Iya Lu. margaku Jung, ada apa?"
"Lu tenanglah" lagi, baekhyun masih menenangkan Luhan.
"Hei Eunha ikut aku" ucap Luhan mencengkram kerah Eunha, lalu menariknya.
Baekhyun dan Sehun panik karena luhan saat ini sudah tersulut emosi. Jangan sampai gadis itu membuat keributan. Akhirnya mereka mengejar Luhan yang menyeret Eunha, berniat melerai mereka.
Braak
Luhan mendorong Eunha kasar karena perlakuan Luhan, gadis itu harus menahan sakit karena menabrak meja yang berdebu itu, Luhan tahu saat ini ia seperti gadis jahat tapi ia tak peduli karena perlakuan gadis ini membuat mamanya sakit-sakitan, membuat keluarganya hancur.
"Apa yang kau lakukan hah?" Akhirnya kesabaran Eunha habis.
"Tanyakan pada mamamu sialan!"
"Apa maksudmu menyebutku mamaku sialan?" Luhan lagi-lagi mencekik kerah leher Eunha
"Ohh aku harus menyebut mamamu apa? Jalang? Atau bitch?" Luhan menaikkan alisnya sebelah dan tersenyum mengejek.
Plak
Luhan tersenyum lalu terkekeh pelan mendapat tamparan dari Eunha.
"Woow.. hanya itu kemampuanmu?"
Eunha mencengkram kerah Luhan dengan erat "Jangan pernah menyebut mamaku seperti itu"
"Aku harus memanggilnya apa heh? Ahh mamamu pantas dipanggil perebut suami orang atau perusak rumah tangga orang. Aku benarkan?"
Eunha melepaskan cengkramannya menatap Luhan tak percaya.
"Atau kalau kau mau aku bisa memanggil mamamu si jalang perebut suami orang"
"Diam sialan" teriak Eunha.
"Kau seperti mamamu sama-sama jalang"
Eunha mulai menarik rambut Luhan dan begitu sebaliknya luhan juga menarik rambut Eunha.
"Astaga Lu, berhenti" ucap Baekhyun panik berusaha melerai mereka. Sehun menarik Eunha menjauhkan Luhan dan Baekhyun memeluk erat Luhan dari belakang karena gadis itu sekarang meronta.
"Dan kau sialan kau tahu semuanya, kenapa kau tidak mengatakannya padaku hah?" Teriak Luhan menatap Sehun dengan tatapan marah.
Sehun merasa lidahnya kelu tak bisa menjawab pertanyaan Luhan. Sehun menunduk melihat Eunha yang menangis dipelukannya, ia mengelus kepala Eunha pelan tak berani menatap Luhan.
"Kau tahu brengsek, aku menarik kata-kataku. Aku tidak pernah menyukai orang sepertimu" ucap Luhan lalu pergi diikuti dengan baekhyun.
Deg!
Tubuhnya menegang mendengar Luhan mengatakan itu. Bagus sekali padahal ia tidak terlibat tapi kenapa ia yang bersalah?
"Oppaa hikss hikss" isakan Eunha lalu mengeratkan pelukannya.
"Jangan menangis Eunha"
"Sakit oppa hikss" ucap Eunha, ia benar-benar merasa kesakitan karena Luhan menarik rambutnya kasar. Ia tak menyangka Luhan akan sekuat itu. Sial, ia akan meminta uang jajan lebih pada ayah barunya karena perlakuan anaknya yang kurang ajar.
"Aku akan melindungimu Eunha" sehun membulatkan matanya kenapa ia bisa menyebut kalimat sialan itu, Eunha makin memeluknya dengan erat.
Luhan memasuki kelasnya lalu duduk menelungkupkan wajahnya di meja. Menangis, padahal ia sudah berjanji tidak akan menangis lagi.
"Luhan sebaiknya kau ke UKS saja" luhan menghapus air matanya lalu tersenyum tipis.
"Baiklah" ucap Luhan
"Aku akan memgantarmu" baekhyun memegang bahu Luhan membantunya berjalan.
"Tidak perlu baek" kata Luhan melepaskan tangan baekhyun di bahunya mulai melangkahkan kakinya menuju uks.
Saat menuju UKS ia merasakan kepalanya berdenyut sakit. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding, sial penglihatannya gelap gulita. Apa sekarang ini ia pingsan?
Sehun terkejut mendapati Luhan tersungkur di lantai, ia menggendongnya lalu membawanya ke UKS. Terlihat wajah sehun yang khawatir sesekali melihat wajah luhan yang pucat.
Setelah sampai di UKS yang sepi karena jam pelajaran telah berlangsung, insiden Eunha dan Luhan telah menjadi tontonan orang anehnya tidak ada yang melaporkan kejadian tadi tapi baguslah. Membaringkan tubuh Luhan di ranjang berseprai putih itu. Lalu duduk dipinggir ranjang.
Sehun mengambil kapas yang telah dibasahi alkohol lalu mendekatkan kapas itu di hidung bangir Luhan agar gadis itu tersadar.
"Maafkan aku Lu" ucap Sehun.
Luhan merasakan sesuatu menusuk indra penciumannya, membuka matanya pelan lalu menatap langit-langit yang berwarna putih itu.
"Ughh apa aku di surga?" Gumam Luhan sambil memijit kepalanya.
"Lu kau sudah sadar" Sehun menggenggam tangan luhan erat.
Luhan yang masih linglung melihat tangannya digenggam, lalu menatap si pemilik tangan tersebut. Mengerjabkan kedua mata rusanya.
"Ahh kau pasti malaikat kan? Malaikat tampan" luhan menampilkan cengirannya. Apakah Luhan mabuk karena mencium alkohol? Karena saat ini Sehun tak bisa membaca pikirannya.
Luhan menepuk-nepuk tangan Sehun lalu memperhatikan tangan itu secara detail. Lalu mengernyitkan alisnya karena ia mengenal tangan ini.
"Luhan" panggil Sehun. Luhan menatap wajah Sehun lalu mengucek matanya dengan punggung tangannya.
Menatap wajah itu lagi.
Luhan mengedipkan kedua matanya.
"Panggil namaku sekali lagi" kata Luhan dengan suara serak
"Luhan" saat suara itu masuk ke indra pendengarannya saat itu juga ia melepaskan tautan tangannya.
"Kau brengsek" maki Luhan lalu membelakangi Sehun.
"Keluar Sehun, aku tak mau melihatmu"
"Luhan dengarkan aku dulu"
"Keluarrr" pekik Luhan sambil menutup telinganya.
"Luhan aku mo-""
"Hei apa kau tidak dengar? Jangan mengganggunya" ucap seseorang yang ternyata adalah Kris mendorong tubuh Kris menjauh dari Luhan. Luhan langsung bangun dari tidurnya dan duduk menatap Kris dengan air mata yang mengalir dipipinya.
"Kris ge" ucap Luhan. Kris langsung saja menghampiri Luhan lalu memeluk gadis itu.
"Jangan menangis sayang" kata Kris menenangkan Luhan sambil mengusap punggungnya.
Sehun sedari tadi diam, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan UKS tanpa bicara apapun.
"Sial.." gumam Sehun kesal.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Aku harap ga mengecewakan ya. Masih ada kan yang menanti ff ini? Pasti ada
Terima kasih yang sudah follow, favorite, review dan sekedar baca ff gaje ini.
Jujur aku ga tau bkin konflik maaf kalau konfliknya jelek banget.
Yang ingin kasih saran, kritik silahkan. Jangan bash tapi:((
Udah gitu aja dulu.
Love you
Salam HunHan
