Title : Luhan's Mind

Main Cast : Lu han, Oh Sehun dll

Rate : M

Author : ZeHunHanus

Warning : Typo? Biasalah..

Balasan review terutama Oh Baby Milky dan clarence : terima kasih ya udah review^^ dan kritiknya dan saran juga(? awal bikin ff ini aku sudah mikirin konfliknya jadi yakin bikin konflik ini, dari chapter pertama sampai chapter lima kan udah ada cluenya tentang baba Luhan kan? Aku ga tau kalau ternyata konfliknya berat bagi kalian dan kalian kek ga yakin sama aku huhuhu T.T, ini pertama kalinya aku bikin ff pake konflik (iya lah ffku masih dikit:"") jadi wajarkan kalau kalian tak yakin sama aku. Hehehe. tapi aku usahakan konfliknya cepat selesai hahaha karena banyak yang minta jangan berat2 konfliknya. Dan juga buat yang nanya eunha itu bisa baca pikiran atau ga? Jawabannya apa hayo? Sebenarnya di chapter kemarin udah aku kasih clue loh. Mungkin cluenya ga keliatan yaT.T.

H

U

N

H

A

N

"Kris ge" ucap Luhan. Kris langsung saja menghampiri Luhan lalu memeluk gadis itu.

"Jangan menangis sayang" kata Kris menenangkan Luhan sambil mengusap punggungnya.

Kris melirik Sehun yang keluar dari ruangan UKS tanpa bicara apapun. Kris menyunggikan senyumannya lalu mengelus surai Luhan menenangkan gadis itu.

"Ge, aku ingin pulang" rengek Luhan dalam pelukan Kris, kris menangkup wajah Luhan lalu menghapus jejak air mata di pipi gadis itu.

"Ayo aku antar kau pulang" Kris jongkok di depan Luhan. "Naiklah" lanjutnya. Luhan tersenyum tipis lalu mengalungkan tangannya di leher lelaki tinggi itu.

Kris berdiri lalu mengapit lengannya di pahanya menggendong gadis itu.

Kris mengantar Luhan dengan motor ninjanya, gadis itu hanya meremas pundak Kris bukan melampiaskan rasa takutnya tapi melampiaskan rasa sakitnya, air matanya masih menetes. Ia marah, kesal, dan sakit diwaktu yang bersamaan ia marah pada babanya, kesal dengan eomma dan anak jung itu, sakit melihat mamanya yang terluka dan sakit melihat sehun berpihak pada Eunha. Sehun selalu mengangkatnya tinggi-tinggi lalu diwaktu bersamaan lelaki itu juga menghempasnya ke dasar bumi, Ia tak mengerti dengan sikap lelaki itu.

Menghapus air matanya dengan punggung tangannya ketika sampai depan rumahnya. Tersenyum tipis lalu turun dari motor besar itu. "Terima kasih Kris, maaf merepotkanmu" kris menganggukkan kepalanya lalu mengelus pipi gadis itu.

Setelah Kris pergi dari hadapannya, ia mulai memasuki rumahnya dengan lesu. Biarkan ia bolos sehari saja.

"Mamaa" panggilnya pelan, Ia melihat jam yang menempel di dinding. "Sudah jam sembilan" gumamnya.

Kemudian ia berjalan ke arah kamar orang tuanya oh atau kamar mamanya. Membuka pintu lalu memasuki ruangan bernuansa putih itu.

"Luhan, ada apa denganmu?" Tanya mamanya terdengar khawatir yang masuk ke kamarnya, luhan membalikkan badannya lalu menghampiri mamanya. Melingkarkan tangannya di pinggang mama lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang mama.

"Kenapa? Kau sakit sayang?" Luhan menganggukkan kepalanya makin mengeratkan pelukannya.

"Aku ingin tidur dipangkuanmu ma" bisiknya. Mamanya tersenyum lalu mengecup kepala anaknya.

"Dasar manja" mamanya kekeh pelan, ia mengelus kepala luhan yang sedang tidur dipahanya.

"nyanyikan aku sebuah lagu ma" Luhan ingin tidur tapi ia tak bisa. Ia sangat ingin mengistirahatkan sejenak pikiran dan tubuhnya.

Bibir mamanya mulai bergerak melantunkan lagu mandarin. Luhan memejamkan matanya, mamanya memang bukan penyanyi profesional tapi suara mamanya dapat menenangkan hatinya. Akhirnya rasa ngantuk mulai menguasainya dan tertidur dipangkuan mama.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Mana Luhan?" Tanya seseorang yang masuk ke dalan rumah tanpa mengetuk pintu. Mama Luhan cukup terkejut karena didatangi tamu yang tidak ia duga.

"Luhan sedang tidur" ucapnya pelan.

"bangunkan dia" perintahnya. Mama Luhan hanya diam tak ingin melakukan perintahnya.

"Kau tuli? Bangunkan dia sekarang juga! Anakmu sekarang mulai kurang ajar" Bentaknya. Mamanya menarik napas pelan lalu menyunggingkan senyumannya. Ia berniat berjalan ke arah kamarnya tapi tak jadi karena Luhan sudah menghampirinya.

Luhan menghampiri mamanya lalu mengecup mamanya dengan sayang, dan duduk di ruang tengah sambil memencet remot mencari chanel yang menayangkan acara bagus.

"Ada apa mencariku?" Tanya Luhan dingin tetap fokus ke arah tv.

"Lihat baba Lu, kenapa kau jadi kurang ajar hah?!" Luhan terkekeh pelan lalu membanting remote tak bersalah itu di meja. Berdiri lalu menghampiri babanya menatap babanya tajam.

"Ada apa?" Tanya Luhan seperti membentak.

"Kenapa kau memukulnya?" Luhan mengernyitkan alisnya lalu melihat dua perempuan yang berbeda umur itu dibelakang babanya. Lalu tersenyum miring.

"Wow dasar pengecut"

"Luhan!" Bentak babanya

"Jawabannya tanya dirimu sendir sayang" ucap Luhan menekan kata 'babaku'

Babanya menggertak giginya kesal, perempuan yang berumur sekitar empatpuluhan itu maju.

"Karena kau, anakku jadi terluka" sambil menunjuk-nunjuk wajah Luhan, luhan tersenyum meremehkan.

"Sebenarnya aku tak ingin melakukannya ahjumma, tapi aku sadar anakmu juga pantas mendapatkannya" mata nyonya Jung melotot mendengar perkataan Luhan yang kurang ajar.

"Kau-" teriak Nyonya Jung sedangkan Eunha dibelakang hanya tersenyum, ia melihat mama Luhan lalu menggelengkan kepalanya meremehkan.

Nyonya Jung mengangkat tangannya ingin menampar Luhan. "Kau harus diberi pelajaran anak kurang ajar"

Greb

Mama Luhan meremas kuat tangan Mama Eunha saat ingin melayangkan tangannya dipipi anaknya.

"Jangan pernah sakiti anakku" mama Eunha menggerakkan tangannya ingin melepaskan genggaman tangan mama Luhan tapi ia tak bisa.

"Aku tidak menyangka kalian berani sekali datang ke rumah ini sepertinya urat malu kalian sudah putus. Sebenarnya aku sudah tahu sejak lama kalau kau yang merebut suamiku tapi aku diam" semua orang diruangan itu terkejut, terlebih lagi Luhan.

'Mamaku tahu semuanya tapi ia diam saja, ada apa dengan mamaku' luhan menatap wajah babanya yang sangat terkejut, shock entahlah luhan tak dapat menafsirkannya.

"Aku hanya tak ingin mengotori tanganku atau mengatakan sumpah serapah pada kalian berdua karena tak ada gunanya. Kalian itu sampah yang tidak ada gunanya" mama Luhan menghempaskan tangan mama Eunha.

"Kalian bisa saja menyakitiku, tapi jangan sakiti anakku dan kau ayah kandungnya, kau memarahi dan membentak anakmu demi membela dia" mama Luhan terkekeh pelan, luhan meneguk salivanya pelan mendengar suara kekehan mamanya seperti suara iblis sangat menyeramkan.

"Luhan" panggil mamanya, memutar kepalanya menatap anaknya.

"Minta maaflah kau yang memulainya kan? Mama tahu kenapa kau melakukannya" ucapnya.

"Tidak mau, dia pantas mendapatkannya mama" Mama Luhan menggelengkan kepalanya, mengacak surai Luhan memaklumi sifat anaknya.

"Oh iya Tuan Lu, besok datanglah ke rumah ini aku butuh tanda tanganmu" kata Mama Luhan.

"Kalian ingin minum sesuatu?" Lanjutnya. Ibu dan anak itu menggertak giginya kesal lalu membalikkan badannya meninggalkan rumah ini sedangkan baba Luhan menatap istrinya tak percaya. Memang istrinya tak memukulnya atau menamparnya tapi ucapannya sangat menohok hatinya. Ia mengenal istrinya, istrinya adalah wanita yang lemah dan cengeng tapi hari ini ia seperti tidak mengenal istrinya.

"Sayaang" Baba Luhan tersadar dari lamunannya saat suara selingkuhan atau apalah memanggilnya. Keluar dari rumah itu lalu menghampiri nyonya Jung dan Eunha. Awalnya ia datang kerumah ini dengan selingkuhannya karena ia ingin melihat wanita itu menangis dihadapannya dan memohon-mohon agar kembali padanya tapi ekspetasi dan realita tidak sejalan.

"Kau bilang istrimu cengeng dan lemah, lalu tadi itu apa?" Tanyanya ketika baba Luhan masuk dalam mobil, lelaki itu hanya diam tak berniat menjawabnya.

"Appa, antar aku dan eomma ke salon. Karena anak appa yang kurang ajar itu rambutku jadi kusut" baba Luhan hanya menganggukkan kepalanya lesu lalu mulai menjalankan mobil itu.

Tes

Tes

Tes

Air mata Mama Luhan mulai menetes satu persatu, ia jatuh duduk saat melihat mobil suaminya pergi. Luhan menghampiri mamanya lalu memeluknya erat ternyata mamanya berpura-pura tegar di hadapan mereka.

Luhan pun ikut menangis melihat mamanya terluka karena babanya, luhan menepuk pelan punggung mamanya berusaha menenangkan dan memberinya kekuatan.

Mama Luhan melepas pelukan lalu menghapus air matanya lalu menghapus air mata dipipi anaknya, tersenyum tipis.

"Jangan menangis hm?" Luhan menganggukkan kepalanya, mengelus pipi anaknya.

"Mama juga jangan menangis"

Mama Luhan kekeh pelan tapi luhan mendengarnya sebuah kekehan terpaksa dan hambar.

"Mama mau tidur dulu, kalau kau lapar kau panaskan makanannya hm" mama Luhan berdiri berjalan ke arah kamarnya. Luhan menatap nanar punggung mamanya.

Luhan pun ikut ke kamarnya, ia tahu kalau mamanya akan menangisi babanya lagi. Mungkin menangis saat ini adalah cara yang terbaik.

...

Gadis itu membaringkan tubuhnya di kasur itu menatap langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan mamanya, bukankah mamanya sangat hebat tidak ingin terlihat lemah di hadapan mereka. Tapi tetap saja mamanya rapuh karena babanya lebih memilih wanita lain yang baru ia kenal. Ia harus bisa seperti mamanya menjadi wanita kuat, tegar dan penyabar. Ya, ia harus bisa mengendalikan emosinya.

"Lulu, ayo makan" luhan mendudukkan badannya lalu melirik jam hello kittynya yang menunjukkan pukul tujuh. Luhan pun keluar dari kamarnya berjalan ke ruang makan.

Terlihat mamanya mengambilkan nasi untuk Luhan, gadis itu tersenyum lalu duduk di kursi makan tersebut. Sebelum makan tak lupa mereka berdoa kepada Tuhan.

"Amin" "amin" mereka mulai makan dengan khidmat.

"Mama" panggil Luhan memecah keheningan.

"Ada apa sayang?"

"Kenapa mama tak memukul baba dan wanita tadi?" Mama Luhan terkekeh mendengar pertanyaan anaknya.

"Mama tak ingin kau melihat adegan kekerasan karena kau masih kecil" Luhan menatap mamanya dengan wajah datar. Apakah mamanya saat ini sedang bercanda?

"Aku serius ma"

"Jangan merajuk Lulu, kau sudah berumur tujuh belas tahun"

Luhan mempoutkan bibirnya, lagi-lagi mamanya tertawa kecil "kau ini masih seperti masih sepuluh tahun. Cantiknya anak mama"

Luhan diam tak mengubris mamanya, mamanya menggelengkan kepalanya melihat luhan yang cemberut.

"Mama percaya karma itu ada. Mama tak perlu membalasnya biarkan Tuhan yang membalasnya" mengerjabkan matanya mendengar jawaban mamanya, luhan rasanya ingin menangis mendengar jawaban mamanya. Mamanya adalah malaikat tanpa sayap baginya. Luhan berdiri dari duduknya mendekati mamanya lalu berdiri dengan tumpuan lututnya, memeluknya erat.

"Lulu menyayangimu ma"

"Mama juga menyayangimu jika lulu tak pukul orang lagi, lulu seorang perempuan tak boleh berlaku kasar dengan orang" luhan menganggukkan kepalanya semangat.

"Lulu janji tak memukul orang lagi" mamanya mengelus lengan Luhan lalu mengecup kening anaknya. "Good girl"

"Mama biarkan lulu yang membereskannya" luhan membereskan piring-piring kotor, dan makanan yang masih ada itu ia simpan di lemari.

Luhan mulai mencuci piring, ia sekarang harus membantu mamanya tak boleh membuat mamanya kelelahan dengan sikap manjanya.

"Aku sudah berjanji tak akan memukulnya lagi, apakah aku bisa? Melihatnya saja tanganku gatal ingin menamparnya"

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Mingguuukk" pekik Luhan senang ketika bertemu dengan anak kecil itu, memeluknya erat sangat erat.

"Ahjumma sesakk" ucap Mingguk kesusahan. Luhan tertawa kecil melepaskan pelukannya.

"Ahjumma hari ini terlihat cantik"

Blush

Pipinya memerah mendengar gombalan anak ingusan ini. "Astaga Mingguk pandai sekali menggombal" mengacak rambut Mingguk gemas.

"Luhan" luhan mendengar panggilan itu, ia diam tak mengubrisnya masih sibuk merapikan rambut mingguk karena mengacak rambutnya tadi.

"Ahjumma, dia siapa?" Bisik Mingguk sambil melihat lelaki tinggi itu.

"Bukan siapa-siapa, sekarang Mingguk ke sekolah ya" mingguk menganggukkan kepalanya lalu mengecup pipi ahjummanya.

Setelah mingguk pergi dari hadapannya, ia masuk ke gerbang sekolah mengabaikan lelaki itu.

Lelaki itu atau Oh Sehun mengikuti Luhan. "Luhan maafkan aku" ucap Sehun terdengar menyesal.

Luhan menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya menatap lelaki itu. Sehun pun menghentikan langkahnya menatap Luhan juga.

'Aku membencimu, jangan muncul dihadapanku lagi' ucap Luhan dalam hati.

Sehun tertegun membaca pikiran Luhan, sebenci itukah luhan pada dirinya?

"Oppaa" Sehun masih menatap kepergian Luhan, tak mengubris gadis yang memeluk lengannya dengan erat.

"Sial sial sial" gumam Luhan, ia benar-benar membenci Sehun dan sangat membencinya saat melihatnya dengan gadis itu.

Luhan mendudukkan bokongnya di kursi yang tak empuk itu karena terbuat dari kayu. Memasang earphone ditelinganya dan memutar lagu kesukaannya, memejamkan matanya menikmati lagu yang mengalun ditelinganya dan berusaha melupakan kejadian dimana Eunha memeluk lengan Sehun.

"Luhan" panggilnya melepas earphone Luhan sebelah.

"Ada apa baek?" Tanya Luhan masih memejamkan matanya.

"Astaga baek apa yang kau lakukan?!" Pekik Luhan saat baekhyun menangkup pipi gadis itu bahkan menekan pipi luhan sampai bibir gadis itu agak monyong(?

Lalu tangan Baekhyun memegang dagu Luhan lalu memperhatikan wajah gadis cantik itu secara detail.

"Syukurlah kau baik-baik saja, aku kira kau tidak akan datang dan juga aku kira kau masih emosional seperti kemarin dan aku kira kau akan melabrak Eu-"

"Cukup baek" potong Luhan tak ingin mendengar nama gadis itu.

"Aku harus bisa seperti mamaku. Aku tak perlu memberinya pelajaran biar Tuhan yang memberinya pelajaran" baekhyun menganggukkan kepalanya pelan.

"Ya, kau benar sekali" ucap baekhyun.

Semua siswa siswi menghela napas ketika mendengar bel berbunyi berarti jam pelajaran akan dimulai.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Luhan ayo ke kantin" ajak Baekhyun, Luhan menggelengkan kepalanya fokus membaca bukunya.

"Kenapa? Kau tidak lapar?" Luhan menganggukkan kepalanya pelan.

"Tapi Lu, aku takut ke kantin sendirian" Luhan memejamkan matanya erat ketika baekhyun merebut bukunya. Pasti gadis itu menatapnya dengan wajah melas dan mata anak anjingnya, luhan tak akan terjatuh lagi.

"Kau bisa menyuruh kekasihmu menjemputmu baekhyun" ucap Luhan masih memejamkan matanya erat.

"Ihh baiklah, aku ke kantin dulu" ucap Baekhyun menjitak kepala gadis itu.

"Baekhyun sialan" teriak Luhan mengelus kepalanya.

Baekhyun berjalan seorang diri ke kantin sesekali ia melantunkan lagu kesukaannya.

"Hai baekhyun" Baekhyun mendongakkan kepalanya karena lelaki itu sangat tinggi.

"Hai juga Kris"

"Mana Luhan?" Tanyanya.

"Oh dia di kelas. Kena-" baekhyun melihat lelaki itu putar arah dan berjalan menuju kelas baekhyun dan Luhan, padahal baekhyun belum selesai mengatakannya.

Sesampainya di kantin, matanya mencari kekasih tiangnya, tiba-tiba penglihatannya gelap karena ditutup oleh tangan dan baekhyun sangat mengenal tangan itu.

"Chanyeol, lepaskan" kata baekhyun dengan suara datar dan juga wajah datar.

"Wow kekasihku ini pintar sekali" Chanyeol mengacak rambutnya lalu melingkarkan tangannya di leher kekasih mungilnya.

"Tentu saja" kata baekhyun membanggakan dirinya mengelus tangan Chanyeol.

Mereka pun mencari tempat duduk dan seperti biasa tempat yang mereka incar adalah tempat paling pojok dekat dinding.

Mereka mendudukkan dirinya lalu tangan baekhyun memeluk pinggang kekasihnya dengan manja.

"Mana luhan? Kemarin dia dan eunha bertengkar?" Tanya Chanyeol, kemarin ia tak datang karena ada urusan.

"Iya Chanyeol, kemarin Luhan sangat menakutkan. Dan aku tak menyangka kalau masalah mereka sangat rumit"

"Masalah apa?"

"Aku tidak mau membahasnya Chanyeol, itu bukan hakku menceritakannya"

"Baiklah baiklah" ucap Chanyeol mengacak rambut kekasihnya lagi.

"Dan ngomong-ngomong kenapa tak kau ajak Luhan ke kantin?" Lanjutnya

"Entah, dia tak mau ke kantin mungkin tak mau bertemu dengan eunha dan Sehun"

"Siapa yang tak mau bertemu?" Tanya seseorang yang duduk dihadapan mereka. Baekhyun dan Chanyeol dengan kompak menggelengkan kepala mereka.

Dilain tempat Kris sedang berusaha membujuk Luhan untuk ke kantin.

"Ayolah Lu, temani aku hm"

"Aku tidak lapar ge"

"Kau hanya perlu menemaniku makan" Luhan memijit batang hidungnya.

"Baiklah ge, tapi kita tak perlu duduk dengan baekhyun ya?"

Kris mengangkat alisnya sebelah. "Kalian bertengkar?"

"Ah tidak ge, aku tidak bertengkar dengannya. Gege tahukan baekhyun selalu duduk dengan Sehun dan Eunha, aku tidak ingin duduk dengan mereka" Kris menganggukkan kepalanya mengerti.

"Baiklah" ucap Kris. Luhan tersenyum lalu berdiri dari duduknya merapikan roknya yang kusut.

"Ayo ge" kris berjalan disebelah Luhan sesekali Kris meliriknya.

"Luhan kau membenci Eunha ya?" Luhan menganggukkan kepalanya. "Sangat membencinya ge"

"Kenapa?" Luhan menatap Kris menaikkan alisnya sebelahnya.

"Kenapa kau mau tahu? Kalau kau tahu alasannya apakah kau bersedia membunuhnya untukku?" Kris meneguk salivanya pelan mendengar perkataan Luhan, ia dapat merasakan aura gelap dari tubuh gadis itu. Dan juga gadis rusa itu tidak memanggilnya gege itu sangat menyeramkan.

Kris diam begitupun Luhan, yah moodnya langsung turun karena Kris menyebut nama Eunha dan bertanya tentang gadis itu. Sesampainya di kantin yang sangat ramai itu Kris memberi tahu Luhan agar mencari tempat duduk dan ia akan membeli makanan dulu.

Luhan mulai mencari tempat duduk yang kosong lalu duduk menunggu Kris membeli makanan. Ia memainkan handphonenya lalu mulai berselancar di dunia maya.

Drrt Drrt

Luhan tersenyum mendapat pesan line dari baekhyun.

Baekhyun : katanya kau tak ingin ke kantin? Lalu yang duduk disana itu siapa?

Luhan mengulum bibirnya, jari lentiknya mulai menekan-nekan keyboard di layar handphonenya.

Luhan : hahaha.. Kris mengajakku ke kantin dan aku tidak tega melihatnya makan sendiri di kantin.

Lalu menekan send di layarnya.

"Maaf membuatmu menunggu lama" ucapnya, luhan memasukkan handphone di sakunya.

"Tidak apa-apa ge"

Kris mulai memakan nasi goreng kimchinya, luhan hanya melihat Kris yang makan dan ia tak begitu lapar.

"Aaaaa" ucap Kris menyodorkan sesendok nasi di mulut Luhan. Luhan menggelengkan kepalanya dua kali.

"Aku tidak lapar ge"

"Ayo makan lah Lu, atau kau mau dicium hm?" Goda Kris.

"Cium aku kalau begitu" goda Luhan menangkup wajahnya dengan sikut yang menumpu di meja. Dan Luhan tahu kalau Kris tak akan bera-. Luhan melototkan mata rusanya melihat wajah Kris maju mendekat.

"Ge.. ba-baiklah aku makan" ucap Luhan panik merebut sendok dari tangan kris lalu mulai makan makanan Kris.

"Hahaha takut rupanya" Kris tertawa melihat tingkah Luhan yang lucu. Gadis itu pun ikut tertawa karena malu.

Sehun melihat Luhan dan Kris tertawa di ujung sana, hatinya lagi-lagi memanas melihat pemandangan itu. Apa yang harus aku lakukan agar Luhan memaafkanku? Pikir Sehun mengusap wajahnya.

"Sayang, nanti aku ke apartemenmu bantu aku mengerjakan pr ku" Sehun hanya menganggukkan kepalanya. Ya semenjak kejadian kemarin, Eunha dan Sehun jadian. Sepertinya Eunha salah paham dengan kalimat Sehun kemarin. Sumpah kemarin ia tak tahu kenapa bisa mengucapkan kalimat laknat itu, seperti ada orang yang memberi tahunya lewat pikirannya lalu mulutnya bergerak sendiri mengatakan kalimat itu.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seorang lelaki dan perempuan itu duduk di sofa yang empuk dan kaki mereka yang bertumpu pada meja sambil menikmati acara televisi yang membosankan.

"Jam tujuh malam nanti aku akan ke apartemennya membantuku mengerjakan pr sialan itu"

"Aku tidak tahu kalau dia pintar" gadis itu mengedikkan bahunya acuh.

"Oh iya aku haus, ambilkan aku air Kris" Kris menggelengkan kepalanya.

"Ambillah sendiri" ucapnya malas.

Eunha menatap Kris dengan wajah datar lalu memejamkan matanya ia menepuk bahu lelaki itu. Kris langsung saja berdiri lalu berjalan ke arah dapur, Eunha menyunggingkan senyumnya melihat Kris pergi.

"Ini minumnya cantik" ucap Kris dengan wajah datar menyodorkan minuman untuknya.

"Terima kasih" Eunha mengambil minum itu lalu meminumnya. Kris duduk di sebelah Eunha menyipitkan sebelah matanya. Menatapnya sinis.

"Jangan menatapku seperti itu jika kau tidak mau malu di sekolah besok" kata Eunha lalu kembali melanjutkan kegiatannya-minum-.

Kris memutar matanya kesal "kau tidak perlu memakai kekuatanmu padaku, karena kekuatanmu aku melepaskan perjakaku padahal tubuhmu tidak seksi" ucapnya kesal karena telah menjadi korban. Ia mengingat dengan jelas bagaimana Eunha mengajakknya ke Club mentraktirnya alkohol lalu mulai mengacaukan pikirannya padahal ia tidak mabuk waktu itu. Dan malam itupun terjadi yang dimana Kris tak menikmatinya.

"Hahaha" Kris memutar matanya bosan mendengar tawa Eunha.

"Oh iya kau sudah jadian dengan Sehun? Bagaimana caranya?" Eunha memeluk pinggang Kris.

"Aku juga tidak tahu, kemarin aku berhasil telepati dengannya padahal dulu-dulu selalu gagal. Mungkin kemarin pikiran Sehun sedang kosong"

"Ck telepati katamu? Kekuatanmu lebih hebat dari telepati. Telepati itu hanya mengirimkan informasi melalui pikiran tapi kau? Ya kau memang mengirim informasi kepada orang tapi kau juga mengendalikan tubuh orang itu, seperti aku tadi"

Eunha tertawa mendengar perkataan Kris yang panjang.

"Bukankah aku harus mensyukuri kekuatanku? Lalu kapan kau jadian dengan Luhan? Aku ingin kau memberi gadis itu pelajaran dengan merebut 'mahkotanya' mungkin dengan memperkosanya"

"Luhan gadis yang lucu dan menyeramkan diwaktu yang bersamaan, kenapa kalian bisa saling membenci? Apa karena Sehun?"

"Karena Sehun? Cih" Eunha memutar matanya bosan.

"Kalau dia mau dengan sehun ambillah" Kris menghela napasnya.

"Lalu kenapa kau mengejar sehun jika kau tidak menyukainya?" Eunha mengecup bibir Kris lama.

"Ya, kau tahukan Sehun sangat tampan dan juga tubuhnya sangat seksi. Aku penasaran bagaimana Sehun di ranjang"

"Ya, setiap kau bertemu lelaki tampan kau pasti akan menginginkannya di ranjangmu. Kau seperti jalang"

"Ya terserah kau, aku bosan mendengarnya" Eunha berdiri, meregangkan badannya.

"Eunha, kenapa kau tidak mencobanya pada Luhan agar menerimaku?" Eunha menjitak kepala Kris keras.

"Kau sangat payah hah? Memakai kekuatan agar seseorang menyukaimu. Ck ck" kris mengelus kepalanya yang dijitak tadi menatap Eunha kesal.

"Bukannya kau seperti itu?" Eunha menggertak giginya kesal, ia mendekat Kris lalu duduk dipangkuannya. Mengelus rahang lelaki itu.

"Kau tahukan aku tidak pernah menyukai Sehun. Dan aku tidak bisa melakukannya dengan Luhan karena Luhan selalu menatap benci padaku aku tidak bisa mengendalikan orang kalau orang itu membenciku"

"Ugh baiklah tapi tak perlu menekan milikku" ringisnya kesakitan, Eunha kekeh pelan, lagi ia mengecup bibir Kris.

"Doa kan aku semoga aku bisa melakukannya dengan lelaki bodoh itu" ucap Eunha mengelus bibir bawah Kris.

"Dan ngomong-ngomong lelaki bodohmu itu, Luhan pernah mengatakan sesuatu padaku saat ia mabuk dimana kau merebut perjakaku" Eunha menaikkan alisnya sebelah.

"Apa itu?" Tanyanya.

"Katanya dia bertemu lelaki bisa baca pikiran mungkin yang dia maksud adalah Sehun. Dan juga lelaki itu lebih menyukai gadis bermuka dua. Bukannya itu kau gadis bermuka dua?" Eunha menatap Kris sebal lalu lututnya menekan kejantanan Kris dengan keras.

"Sebut sekali lagi aku gadis bermuka dua?" Eunha makin menekan kejantanan lelaki itu dengan lututnya.

"Ahh.. baiklah maafkan aku" ucapnya dengan ekspresi menahan sakit. "Dan kapan kau membebaskanku?" Tanya Kris, ya ia merasa seperti dipenjara dengan jeruji besi yang tak terlihat. Katakanlah Kris payah karena takut dengan gadis itu. Gadis itu bukan gadis biasa, diluar dia seperti gadis lugu dan polos tapi di dalamnya sangat menakutkan. Eunha bisa saja membuat hidupnya menderita karena dia bisa mengendalikan tubuhnya. Seandainya saja ia bisa saja membenci gadis itu tapi tak bisa karena ia hanya menatap gadis itu dengan tatapan ketakutan. Astaga kau sangat payah Kris

Eunha berdiri dari pangkuan Kris tak menjawab pertanyaannya lalu berjalan menuju kamar Kris, ia membawa bajunya tadi kesini.

"Apa yang luhan maksud adalah Sehun? Karena itu aku tidak bisa telepati dengannya?" Gumamnya.

Kejadian dimana dirinya dan Luhan bertengkar menjadi tontonan siswa lain. Dan Eunha berusaha matian menggunakan kekuatannya agar tak ada yang melapor kejadian itu. Ia cukup malas berurusan dengan guru Bk.

"Aku akan mencobannya nanti"

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tok Tok Tok

Sehun bangun dari duduknya berjalan menuju pintu, lalu membuka pintunya dengan wajah datar. Ia tak perlu terkejut kenapa ada Eunha disini, karena gadis itu sudah mengatakan tujuannya di sekolah tadi.

Eunha tersenyum manis. "Hai Oppa" sapanya, Sehun menggeser tubuhnya mempersilahkannya masuk. Eunha masuk dan duduk di sofanya.

"Mana tugasmu?" Tanya Sehun tanpa basa basi. Eunha menghembuskan napasnya kesal lalu mengambil buku dan pena dalam tas memberikannya pada Sehun.

Sehun mengambil buku itu lalu memperhatikan coretan soal di bukunya. Eunha menatap Sehun dalam berusaha telepati dengannya.

'Buka bajumu, buka bajumu, buka bajumu' Eunha berulang kali menyebut itu dipikirannya.

Sehun menaruh buku itu, Eunha melototkan matanya karena ia berhasil. Sehun mengambil pulpen lalu mulai mengerjakan tugas Eunha.

'Sial' umpatnya, ternyata ia gagal.

'Kalau begitu aku harus melakukannya secara paksa' pikirnya.

Sehun dengan telaten mengerjakan tugas Eunha yang lumayan gampang walaupun ada beberapa soal yang susah. Ia harus mengerjakannya dengan cepat agar Eunha pulang dengan cepat.

Menyunggingkan senyumnya ia memberikan buku itu pada Eunha.

"Sudah selesai" ucapnya

"Terima kasih oppa" ucap Eunha mengambil buku itu lalu menaruhnya dalam tas.

"Ya sama-sama" ucap Sehun menyandarkan tubuhnya di sofa. Eunha melirik Sehun lalu tersenyum.

"Oppa" ucap Eunha mendekati Sehun lalu duduk di paha lelaki itu.

"Eunha apa yang kau lakukan?" Tanya Sehun panik. Ia ingin mendorong gadis itu tapi itu tidak gentle membuat seorang gadis terluka.

"Kita pasangan kekasih oppa, apakah oppa tak mau... " Eunha menggantungkan kalimatnya, tangannya mengelus rahang tegas Sehun dengan sensual. Sehun tidak akan bernafsu karena ia tak menyukai gadis agresif.

Eunha memejamkan matanya lalu melumat bibir Sehun dengan nafsu, tangannya masih mengelus rahang lelaki itu. Sehun terkejut sangat sangat terkejut. Ia menyesal tak pernah mempercayai Luhan.

Sehun melepaskan tautannya lalu menatap Eunha yang sekarang memasang wajah mesumnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya sekali lagi, tapi gadis itu hanya diam lalu menjilat rahang tegas Sehun turun ke lehernya. Lidahnya menari-nari di leher lelaki itu. Sehun melototkan matanya saat merasakan tangan Eunha meremas kejantanannya. Ia mendorong Eunha kesamping menjauhkan tubuhnya dari tubuh gadis itu. Sehun benar-benar merinding, ia menggelengkan kepalanya lalu mengusap lehernya yang basah.

"Oppaa" panggil Eunha membuka bajunya, memancing Sehun. Sehun makin membulatkan matanya melihat Eunha yang membuka bajunya. Makin membulatkan matanya saat Eunha memojokkan tubuhnya dinding, dan penampilannya yang hanya memakai bra dengan rok yang sangat pendek.

"Kau! Astaga aku harusnya percaya dengan Luhan" ucap Sehun frustasi mengacak rambutnya. Lalu ia mendorong tubuh Eunha sampai gadis itu terjatuh, masa bodoh kalau ia menyakitinya.

"Kau tahu Eunha aku menyesal mengenalmu. Dan kita tak pernah jadian jangan muncul dihadapanku lagi" ucap Sehun lalu berlari keluar dari apartemennya. Untung saja ia memakai pakaian bagus dan sial ia tak membawa handphone dan dompet. Oh God, Bukankah sangat gila hampir diperkosa oleh seorang gadis di apartemennya sendiri.

Eunha menggertak giginya kesal. "Sehun sialan. Kau kira aku akan pulang? Tidak akan" gumamnya

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan mendorong troli sedangkan mamanya memperhatikan makanan yang tersusun di rak.

"Mama, aku mau itu" ucapnya menunjuk makanan ringan yang berjejer dengan indah di rak.

"Iya, iya Lu" ucap mamanya fokus memilih daging yang akan ia ambil.

Mereka sedang belanja bulanan, mama Luhan merupakan orang yang terbilang pandai menabung. Walaupun sudah tak dinafkahi oleh suaminya yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya, ia masih bisa menafkahi dirinya dan anaknya tapi ia harus mencari pekerjaan secepatnya karena tabungan itu akan habis.

Sehabis belanja dimana luhan yang memegang belanjaan yang sangat banyak karena tak ingin membuat mamanya kelelahan.

"Aduuh" ringis Luhan jatuh duduk karena punggungnya ditabrak oleh seseorang.

"Lulu kau tidak apa-apa?" Mamanya membantu Luhan berdiri.

"Aku tidak apa-apa ma" ucap Luhan.

"Maafkan aku" ucapnya. Luhan membalikkan badannya ingin memberi umpatan pada orang yang menabraknya. Semua umpatan sudah berada di ujung lidahnya tapi sepertinya umpatan itu harus ia telan karena terkejut dengan objek di hadapannya sekarang.

"Sehun?" Tanyanya karena bingung melihat sehun yang berpenampilan acak-acakan dan keringat yang menetes di wajahnya bahkan bajunya juga sudah basah oleh keringat.

"Kau mengenalnya Lu?" Tanya mamanya, Sehun menatap wajah mama Luhan lalu membungkukkan badannya.

"Annyeong ahjumma" sapanya, mamanya tersenyum karena lelaki dihadapannya sangat sopan.

"Maafkan aku Luhan, ahjumma" ucap Sehun memunguti belanjaan yang terjatuh tadi. Luhan merebut paksa belanjaan itu dari tangan Sehun.

"Lulu" tegur mamanya.

"Temannya Lulu tampan ya"

"Mamaaa" ucap luhan cemberut. Sehun tersenyum malu.

"Terima kasih ahjumma"

"Ayo kita pergi ma" ucap Luhan berjalan terlebih dahulu. Mamanya menggelengkan kepalanya melihat tingkahnya yang masih kekanakan.

"Maafkan dia ya nak, dia memang begitu"

"Ah tidak apa-apa ahjumma" kata Sehun mengusap keringat di keningnya.

"Kenapa kau keringatan begitu? Dan wajahmu juga seperti dikejar hantu" Sehun hanya terdiam tak ingin menjawab pertanyaan mama Luhan.

Mama Luhan tersenyum lalu menepuk bahu lebar dan tegap Sehun. "Kau mau ikut ke rumahku? Aku bisa memberikanmu pakaian daripada kau memakai yang sudah basah itu nanti kau jadi bau" mamanya kekeh pelan, sedangkan sehun hanya tersenyum maklum. Mama Luhan lalu memegang tangan Sehun seperti menuntun anak kecil agar tak hilang. Sehun tak bisa menolak karena saat ini ia benar-benar membutuhkan tempat untuk bernaung malam ini. Rencananya ia tadi ingin berlari ke rumahnya, gila memang karena jarak apart dan rumahnya sangat jauh.

Sedangkan mama Luhan langsung menyukai Sehun karena sopan dan juga temannya anak manjanya.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa mama membawanya kesini?" Tanya Luhan mengekor dimana mamanya berada. Mamanya saat ini sedang mencari pakaian untuk Sehun. Pakaian suaminya, semoga cocok ditubuh Sehun.

"Diamlah Lu" Mama Luhan memberikan baju dan celana itu kepada Luhan. Luhan menaikkan alisnya sebelah.

"Apa ini?" Tanya Luhan.

"Berikan pada Sehun" Luhan menggelengkan kepalanya tak mau.

"Mama harus memasak sekarang, berikan ya sayang" kata mamanya memberikan Luhan pakaian itu dan langsung keluar menyisakan Luhan seorang diri di ruangan itu. Ia menghela napas kasar, harusnya ia berpura-pura tadi tidak mengenal sehun.

Luhan melangkahkan kakinya menuju kamar tamu, dimana Sehun berada.

Cklek

Cklek

Luhan membelalakkan matanya terkejut melihat Sehun yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia dapat melihat tubuh abs seksi Sehun, mata rusanya turun ke area terlarang lelaki itu yang tertutupi handuk.

Pikiran kotor luhan kembali aktif lagi. Berbagai macam pertanyaan mulai timbul dipikirannya.

'Apakah Sehun memakai celana dalam?'

'Apakah sehun telanjang saat ini?'

'Bagaimana ukuran penisnya ya?'

Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata masih mesum pikir Sehun. Sehun berjalan mendekati Luhan dan saat itu juga luhan menahan napasnya saat Sehun berada di hadapannya yang menutup pintu itu.

Luhan menyandarkan tubuhnya di pintu karena sehun terlalu dekat dengannya. Tangan lelaki itu memenjarakan tubuh mungil rusa mesum itu.

"Ternyata kau masih mesum juga" bisik sehun ditelinganya. Sehun melihat telinga dan wajah luhan yang memerah.

"Ingin melihatnya hm?" Tanyanya menggoda. Bahkan tangan sehun sudah memegang ujung handuknya. Luhan menelan salivanya yang susah masuk ditenggorokkannya.

Ia menjatuhkan pakaian itu dilantai dan mendorong tubuh Sehun kuat. Ia dengan cepat keluar dari ruangan itu.

Sehun terkekeh pelan melihat tingkah Luhan yang menggemaskan. "Semoga dia tidak membenciku lagi"

"Lulu kenapa wajahmu memerah?" Tanya mama Luhan ketika gadis itu duduk di meja makan. Luhan yang menundukkan kepalanya langsung mendongakkan kepalanya menatap mamanya yang sedang memasak itu.

"Wajahku kenapa?" Tanyanya kembali menyentuh area pipinya, dapat ia rasakan pipinya menghangat atau panas.

Mama Luhan menyajikan makanan yang lezat itu di meja lalu membulatkan matanya melihat Luhan.

"Astaga Lulu kau mimisan!?" Mama Luhan langsung mendekatkan dirinya kepada anaknya, luhan yang panik itu mengelap hidungnya yang berdarah itu dengan tangannya dan ternyata benar.

Sehun yang baru saja keluar dari kamar itu terkejut mendengar pekikan mama Luhan, dengan cepat ia menghampiri ibu dan anak itu. Ia dapat melihat mama Luhan yang sibuk menghapus jejak darah di hidung anaknya dan wajah Luhan juga yang kelihatan panik.

"Ahjumma, biar saya saja yang membersihkannya. Ahjumma masak dengan tenang saja ya" ucap Sehun memegang bahu Luhan lalu membantu gadis itu berdiri dari duduknya membawanya ke ruang tengah.

"Duduk yang tegak Lu" tegur Sehun karena gadis itu langsung saja berbaring ketika bertemu dengan sofa. Luhan langsung saja duduk lalu mendongakkan kepalanya.

"Jangan dongakkan kepala mu lu" tegur sehun lagi, lelaki itu duduk di sebelahnya lalu mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga darahnya keluar lewat hidung dan tidak masuk ke tenggorokkan

Sehun memencet hidung gadis itu dengan ibu jari dan telunjuknya, Luhan menatap wajah Sehun yang terlihat khawatir membuat bibirnya naik tersenyum.

"Untung kali ini kau tidak pingsan Lu" kata Sehun masih memencet hidung gadis itu. Luhan langsung memasang wajahnya datar dan diam tak ingin membalas ejekan lelaki seksi itu.

"Bukannya dari dulu kau ingin melihatnya? Tapi baru melihat tubuhku kau sudah mimisan begini" lanjutnya dan gadis itu masih diam.

"Sebentar, aku ambil es batu dulu" Sehun meninggalkan Luhan seorang diri dan gadis itu ikut memencet hidungnya seperti yang dilakukan sehun tadi.

"Ahh sial. Kenapa aku harus mimisan" gumam Luhan kesal dan malu.

"Ahjumma" panggil Sehun pelan dan terlihat wanita berusia empatpuluhan itu terkejut karena terlalu fokus menyajikan makanan di meja.

"Ada apa? Bagaimana dengan Lulu dia masih mimisan?" Tanyanya

"Sudah tidak ahjumma, aku ingin ambil es batu ahjumma"

"Oh sebentar ya" ucapnya lalu mengambil es batu di lemari pendingin itu, sehun mengambil serbet yang berada di meja makan itu.

"Ini" memberikan es batu yang berada di mangkuk.

"Terima kasih ahjumma" sehun langsung saja pergi menghampiri gadis itu.

Duduk di sebelahnya lalu membungkus es batu itu dengan serbet. Sehun memegang tangan Luhan yang sibuk memencet hidungnya, menyingkirkannya dari hidung mancungnya.

Sehun tersenyum ketika hidung gadis itu sudah tidak mengeluarkan darah.

"Syukurlah" katanya lalu mulai meletakkan kompres dingin itu pada pangkal hidungnya.

"Akh dingin sekali" ucap Luhan meremas kuat tangan sehun yang digenggamnya. Sehun menunduk, melihat tangannya yang digenggam oleh Luhan. Dan ia tersenyum malu.

"Bagaimana?" Tanya mama Luhan membuat kedua orang yang berbeda jenis kelamin itu terkejut.

"Sudah berhenti ma" ucapnya menyingkirkan kompres dingin itu dari hidungnya.

"Aku mau ganti baju dulu" lanjutnya, Luhan berdiri lalu lari ke kamarnya.

"Sehun ayo kita tunggu luhan di meja makan" Sehun menganggukkan kepalanya lalu mengekor di belakang mama Luhan. Sehun pun duduk di kursi makan itu dan meneguk ludahnya pelan melihat makanan yang menggugah selera di meja makan itu. Ia sangat kelaparan karena tenaganya habis untuk berlari.

"Sehun, itu tempat dudukku" pekik Luhan menghentakan kakinya mendekati Sehun.

"Husst Lu, jangan kekanakan duduk di sebelah mama" ujar mamanya sambil menepuk kursi di sebelahnya. Luhan mempoutkan bibirnya lalu duduk di sebelah mamanya menatap sehun dengan tajam karena posisi mereka yang berhadapan.

"Sehun pimpin doa ya" Sehun menganggukkan kepalanya lalu mulai memimpin doa sebelum makan.

"Amin" ucap mereka bersamaan.

Luhan yang masih cemberut, mama Luhan lalu mencubit bibir anaknya pelan.

"Jangan seperti bebek, ayo makan sayang. Dan sehun ayo makan" kata mamanya setelah mengambil makanan untuk rusa kesayangannya membuat sehun yang melihatnya iri karena tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh eommanya.

Mama Luhan yang cukup peka dengan tatapan lelaki itu lalu mengambilkan makanan untuk sehun juga.

"Ini nak Sehun" Sehun menatap wajah mama Luhan lalu menatap makanan yang disodorkan itu bergantian. Dengan senyum kebahagiaan ia mengambil makanan itu dengan malu-malu.

"Gomawo ahjumma" ucap Sehun lalu mulai makan. Dan rasa masakan mama Luhan benar-benar enak dan ia makan dengan lahap dan rakus.

Ibu dan anak itu saling berpandangan melihat sehun yang makan dengan sangat lahap seperti pengemis yang baru diberikan makanan setelah menahan lapar tiga hari.

'Apa sehun benar-benar orang kaya?' Pikir Luhan membuat Sehun tersedak karena mendengar pikiran Luhan.

Sehun menepuk-nepuk dadanya kuat.

"Ini minum Sehun" ucap mama Luhan menyodorkan air putih itu dengan cepat ia meminum itu dengan rakus.

"Makannya pelan-pelan sehun" sehun menganggukkan kepalanya malu-malu lalu mereka mulai makan dengan tenang dan sesekali mama Luhan bertanya kepada Sehun.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Lulu mama mau ke rumah tuan Kim dulu" luhan menganggukkan kepalanya yang sibuk cuci piring itu dan Sehun hanya duduk di meja makan itu menunggu Luhan.

Setelah mama Luhan pergi, hening tak ada yang membuka suara. Sehun mengetukkan jarinya memperhatikan Luhan yang serius cuci piring. Bibirnya tersenyum melihat raut wajah Luhan dari samping.

"Kenapa melihatku begitu?" Tegur Luhan galak.

"Kau cantik" puji Sehun frontal.

Luhan hampir saja menjatuhkan piring yang sedang ia bilas itu karena terkejut. Ia menggelengkan kepalanya tak mau memikirkan perkataan Sehun tadi tapi pipinya sudah merona merah.

Setelah mencuci piring dan pipi Luhan yang masih merona menghampiri Sehun karena merasa kasihan lelaki itu hanya diam seperti anak hilang.

"Ikut aku" kata Luhan lalu mulai melangkahkan kakinya menuju taman dan Sehun mengekor di belakang Luhan.

Setelah sampai di taman kecil itu, luhan lalu duduk di rumput hijau itu melihat langit malam yang ditemani bintang berkelip indah dan bulan purnama dengan sinar yang terang.

Sehun duduk disebelah Luhan lalu memperhatikan raut wajah gadis itu yang seakan terpesona dengan pemandangan yang dilihatnya.

"Kau suka bintang ya?" Luhan menganggukkan kepalanya.

"Kau suka bulan juga ya?" Luhan lagi-lagi menganggukkan kepalanya.

"Kau suka Sehun juga ya?" Luhan lagi-lagi menganggukkan kepalanya. Sedetik itu ia menatap Sehun karena lagi-lagi terkena pertanyaaan jebakan itu.

"Kau lagi-lagi menjebakku" ucap Luhan kesal. Sehun menyunggingkan bibirnya menyukai wajah gadis itu jika sedang kesal.

"Luhan maafkan aku" ucap Sehun serius.

"Jangan meminta maaf Sehun, aku sadar masalah waktu itu tidak ada hubungannya denganmu" ucap Luhan tetap memandangi bintang.

"Tidak Lu, aku meminta maaf atas semuanya. Dan aku meminta maaf tidak mempercayaimu" kata Sehun menundukkan kepalanya.

"Apa maksudmu?" Tanya luhan menatap lelaki itu.

"Aku harusnya percaya bahwa yang kau katakan tentang Eunha benar"

"Kenapa kau berkata seperti itu Sehun?" Tanya Luhan sekali lagi dan sehun mulai menceritakannya apa yang eunha lakukan dan itulah kenapa ia berlarian sehingga menabrak luhan.

Luhan diam, dan tak menyangka jika Eunha benar-benar senekat itu ingin memperkosa Sehun. Ini terdengar gila.

"Dan maaf Lu aku terlambat menyadari perasaanku"

Gadis itu menatap wajah tampan lelaki itu dengan menaikkan alisnya sebelah tak mengerti maksud Sehun.

"Apa maksudmu Sehun?" Tanyanya

"Saranghae Luhan"

Deg

Deg

Deg

Jantung mereka berdetak dengan kencang, Luhan menatap tepat di mata elang sehun. Jantungnya makin berdetak dengan gilanya ketika Sehun mendekati wajah Luhan sambil menutup matanya.

Luhan juga ikut menutup matanya, ia tahu apa yang akan terjadi.

Chup

Ia dapat merasakan bibir Sehun diatas bibirnya. Luhan merasakan ciuman kali ini entahlah ia tak dapat mendeskripsikan bagaimana rasanya tapi yang ia tahu rasanya sangat menyenangkan membuat perutnya menggelitik seakan kupu-kupu beterbangan di perutnya.

Sehun kali ini hanya menempelkan bibirnya, ia ingin menyalurkan perasaannya dengan ciuman itu. Sehun melepaskan ciuman itu lalu menyatukan kening mereka sambil mengelus pipi kiri Luhan dan tangan kanannya menggenggam tangan gadis itu. Sangat erat.

"Luhan" panggil Sehun menyelipkan anak rambutnya di telinga gadis itu.

"Saranghae Luhan, Sara-" Sehun menghentikan ucapannya karena Luhan mencium bibirnya.

"Nado saranghae Sehun" ucap Luhan mengecup bibir lelaki itu lama.

Sehun memeluk gadis itu dengan erat, ia bahagia sangat bahagia.

"Mulai saat ini kau milikku Lu. Tak ada yang boleh menyentuhmu" kata Sehun lalu membenamkan wajahnya di bahu sempit gadis itu.

Luhan tersenyum melingkarkan tangannya di leher lelaki itu, mengelus tengkuk lelaki itu lembut. "Iya, aku milikmu Sehun. Tak akan ada yang menyentuhku"

Sehun melepaskan pelukannya lalu menangkup pipi gadis itu lalu menatapnya intens.

"Ingat, jangan dekat dengan naga tonggos lagi Lu" ucap Sehun membuat Luhan merasa geli karena ekspresinya benar-benar menjijikan.

"Naga tonggos?" Tanya Luhan

"Kris" ucap Sehun dengan eskpresi datar

"Ohh hahahahaha" tawa Luhan pecah mendengar panggilan Kris untuk Sehun.

"Luhan jangan tertawa" tegur Sehun sambil melipat tangannya di dada.

"Jangan merajuk sayang" ucap Luhan mencubit pipi Sehun, Sehun yang mendengar panggilan sayang merasa wajahnya memanas. Lalu membelakangi Luhan menutup wajahnya yang memerah. Membuat Luhan mengernyitkan alisnya bingung lalu menyentuh bahu kekasihnya.

"Sehun? Kau kenapa?" Tanya Luhan menggoyangkan bahu Sehun. Sehun berusaha menyembunyikan senyumannya lalu membalikkan badannya menghadap kekasih cantiknya.

"Tidak apa-apa, kau punya nomor Chanyeol?"

"Untuk apa?"

"Aku ingin menyuruhnya ke apartemenku mengambil seragamku karena aku akan tidur disini"

Luhan membulatkan matanya mendengar ucapan Sehun "kau ingin tidur denganku?!" Pekik Luhan histeris.

Sehun pun ikut membulatkan matanya mendengar pekikan Luhan "tidak.. tidak.. tidaaaak Lu. Maksudku tidur di kamar tamu Luhan" ucap Sehun ikut histeris.

"Ohh Syukurlah" ucap Luhan mengelus dadanya sambil menghembuskan napasnya lega.

"Kalau kau tidur denganku bukannya itu bagus hm? Kau bisa melihat adik kecilku" bisik Sehun ditelinga Luhan.

Luhan membulatkan matanya menjauhkan tubuhnya dari wajah Sehun. "YAAAAAAAK" teriak Luhan dengan suara cemprengnya.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini merupakan pagi yang terindah bagi Luhan dan Sehun. Mereka menyandarkan tubuhnya di pagar sekolah dengan tangan bertautan tapi mereka menyembunyikannya dibelakang punggung sehun.

Sehun sungguh berterima kasih kepada Chanyeol karena lelaki itu dengan suka rela mengantar seragamnya ke rumah luhan walaupun ia tahu chanyeol ingin membunuhnya karena mengganggu waktunya dengan baekhyun. Dan juga Sehun bersyukur ketika chanyeol mengatakan kalau apartemennya kosong berarti gadis gila itu pulang dengan cepat.

"Luhan kenapa kita tak ke kelas saja?" Tanya Sehun

"Aku menunggu anakku Sehun"

Sehun menaikkan alisnya sebelah mendengar perkataan Luhan.

"Anak-"

"Ahjummaaa" teriak seorang anak kecil yang sama cemprengnya dengan suara Luhan.

"Mingguuuukk" Luhan langsung saja melepaskan tangan Sehun lalu ia menjongkok, memeluk anak kecil itu dengan erat.

"Aku merindukanmu ahjumma"

"Aku juga merindukanmu mingguk" ucap Luhan.

"Ahjumma dia siapa? Kenapa ada disini?" Bisiknya yang ternyata dapat di dengar oleh Sehun. Sehunpun ikut jongkok lalu mengacak rambut tipis anak itu.

"Aku adalah kekasih ahjumma mu" ucap Sehun. Mingguk melototkan matanya lalu memeluk leher Luhan dengan erat.

"Tidak boleh. Ahjumma milik mingguk." Sehun ingin sweatdrop mendengar ucapan bocah ingusan itu.

"Hei bocah, kau ini masih kecil kau tidak pantas dengan ahjumma" mingguk mempoutkan bibirnya lalu menangis dengan kencang.

"Huweeeee ahjumma milik mingguk huweeeee" Luhan melirik sehun dengan kesal lalu ia mengelus rambut anak itu.

"Husshh jangan menangis Mingguk. Ahjumma milik mingguk kok" mingguk yang mendengar ucapan Luhan seketika berhenti menangis lalu menatap Sehun sambil menyeringai.

"Apa-apaan bocah ini" gumam Sehun menampilkan wajah datarnya.

"Baiklah mingguk ke sekolah ya sekarang" mingguk menganggukkan kepalanya lalu mengecup pipi Luhan. Sehun melihatnya menggertak giginya kesal.

"Bye ahjummaa" teriak mingguk berlari dengan kaki kecilnya.

"Luhan apa-apaan bocah itu beraninya dia menciummu" ujar sehun kesal.

Chup

Tubuh sehun menegang mendapat kecupan di pipinya.

Ia mengerjabkan matanya Sehun menundukkan kepalanya lalu tersenyum malu-malu, Luhan yang melihatnya terkekeh pelan melihat kekasihnya yang sedang salah tingkah.

"Ayo kita masuk Sehun" kata Luhan menautkan jemarinya di tangan Sehun. Sehun tersenyum lalu menggenggam jemari Luhan dengan sangat erat lalu mulai memasuki gerbang sekolah sambil mengayunkan tangan mereka.

...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Baekhyuuuun" teriak Luhan di kelas.

"Hei Luhan kau tak perlu teriak" kata Yeri kesal.

"Maaf yeri" ucap Luhan menampilkan cengirannya.

"Ada apa Luhan?" Tanya Baekhyun ketika Luhan menghampirinya.

"Kenapa kau tidak mengajakku ke kantin baek?" Tanya Luhan tak menjawab pertanyaan Baekhyun.

"Ya aku kira kau masih menghindari Sehun" Luhan yang mendengar nama Sehun seketika wajahnya memerah.

"Ayo kita ke kantin baek" ajak Luhan menggandeng tangan Baekhyun. Baekhyun menyatukan alisnya melihat tingkah luhan yang tak biasa.

Sesampainya mereka di kantin, mereka mendaratkan bokong mereka di kursi kantin itu.

"Oh iya Baek sudah hubungi Chanyeol? Kenapa mereka belum ke kantin?" Tanya luhan bertubi-tubi.

"Sabarlah Luhan, sebentar lagi mereka aka- nah itu mereka" ucap Baekhyun sambil mengayunkan tangan baekhyun agar chanyeol dan sehun melihatnya.

"Hai sayang" sapa Chanyeol mengecup kening Baekhyun. "Hei Luhan itu tempat dudukku" lanjutnya. Luhan menampilkan cengirannya lalu pindah tempat di sebelah sehun.

Sehun melirik Luhan malu-malu lalu pandangannya turun ke arah tangan luhan yang berada di kursi panjang itu. Sehun berdehem pelan lalu menggeser tubuhnya mendekati Luhan lalu meletakkan tangannya diatas tangan Luhan. Gadis itu cukup terkejut ia melirik tangan sehun lalu menundukkan kepalanya dan tersenyum malu-malu. Sehunpun ikut tersenyum lalu menggenggam tangan Luhan erat.

Chanyeol dan baekhyun saling berpandangan, menatap mereka dengan tatapan aneh karena tingkah mereka yang aneh.

'Ada apa dengan mereka?' Pikir Chanyeol dan baekhyun.

Sehun lalu berdehem mengalihkan pandangannya menatap baekhyun dan chanyeol dengan wajah datar.

"Baiklah aku pesan makanan dulu" ucap Chanyeol.

"Titip" ucap mereka kompak. Chanyeol memutar matanya malas.

"Baiklah baiklah, sebentar aku catat dulu" kata Chanyeol mengambil pulpen di sakunya.

"Kau mau makan apa sayang?" Tanya Chanyeol.

"Aku ingin makan ramen saja daaan" kata Baekhyun ia meletakkan jari telunjuknya di dagu lalu mulai berpikir.

"Rame- sial" umpat Chanyeol karena seseorang menyenggolnya sehingga pulpen itu terjatuh. Ia menundukkan kepalanya lalu tangannya mulai mencari pulpen itu. Chanyeol tersenyum ketika menemukan pulpennya tanpa sengaja ia melihat tangan luhan dan sehun saling menggenggam.

Chanyeol langsung saja menegakkan badannya lalu menatap Sehun dan Luhan bergantian.

"Kenapa kalian saling berpegangan tangan begitu?" Sehun dan Luhan terkejut mendengar pertanyaan Chanyeol. Seketika itu juga mereka langsung melepaskan tautannya lalu mengangkat tangan mereka.

"Kami tidak berpegangan tangan" ucap mereka kompak.

"Kalian tak usah bohong padaku. Kalian berpacaran?" Tanya Chanyeol, baekhyun terkejut lain halnya dengan sehun dan luhan yang menampilkan rona pipi mereka.

"Benarkah?" Tanya baekhyun tak percaya.

"Jawab jujur saja" ucap chanyeol.

"Menurutmu?" Tanya Sehun mengecup pipi Luhan. Baekhyun melototkan matanya sedangkan Chanyeol hanya mengerjabkan matanya. Wajarkan mereka terkejut karena kemarin mereka bertengkar dan Sehun yang berpacaran dengan Eunha lalu sekarang mereka jadian.

"Bagaimana dengan Eunha?" Tanya Chanyeol.

Seketika itu juga tubuh Sehun merinding mendengar nama itu. "Jangan menyebut namanya sialan. Aku tidak pernah berpacaran dengan dia" kata Sehun emosi.

"Ada apa sebenarnya sehun? Semalam kau juga menginap di rumah Luhan padahal kau punya rumah dan apartemen" ujar Chanyeol

Sehun langsung saja memeluk tubuh Luhan lalu menyembunyikan wajahnya di bahu gadis itu. Luhan menghela napasnya melihat tingkah kekasihnya lalu mulai menceritakan kepada Chanyeol dan Baekhyun tentu saja dengan berbisik takut ada yang mendengarnya.

"Wah aku tidak menyangka" ucap Baekhyun ikut merinding mendengar ceritanya.

"Lalu bagaimana dengan Kris?" Tanya Baekhyun. Yaah sebenarnya Baekhyun cukup kecewa Kris dan luhan tidak jadi pasangan kekasih.

Sehun melepas pelukannya lalu menatap baekhyun dengan wajah datar. "Bagaimana dengan kris? Kenapa harus menanyakan dia? Luhan milikku dan kris bukan siapa-siapa bagi Luhan" cibir Sehun.

"Hei Sehun tenanglah jangan emosi begitu"

"Baiklah maafkan aku. Hanya sensitif mendengar nama mereka. Aku akan mentraktir kalian" ucap Sehun tersenyum tipis.

"Wow benarkah?" Tanya Chanyeol dan Baekhyun bersamaan. Sehun menganggukkan kepalanya dua kali.

"Ayo kita pesan makanan baek" kata Chanyeol senang lalu mereka mulai pergi memesan makanan. Sedangkan Sehun menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

Sehun dan Luhan saling berpandangan lalu tertawa. Entah kenapa mereka tertawa padahal tak ada yang lucu.

Lagi, Sehun memegang tangan Luhan dengan erat sesekali mengecup punggung tangan Luhan.

"Sehun, jangan begitu. Ini di depan umum" tegur Luhan berusaha menjauhkan tangannya dari bibir seksi Sehun.

"Tidak apa-apa lu" ucap Sehun sambil tersenyum. Luhan ikutpun tersenyum dan pupilnya turun ke selangkangan Sehun. Ia mengerjabkan matanya melihat sesuatu yang menonjol.

'Itu penisnya kan? Pasti panjang dan besar' ucap luhan dalam hati. Ya sepertinya otak mesum luhan aktif lagi.

"Luhan, ini di depan umum jangan berpikir seperti itu" tegur Sehun malu. Luhan memutar matanya malas.

"Tidak ada yang tahu" ucap Luhan malas.

"Kalau begitu ingin menyentuhnya?" Bisik Sehun. Luhan melototkan matanya mendengar pertanyaan Sehun.

"Ihh Sehun" Luhan melepaskan tautannya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sehun yang melihatnya hanya tertawa lalu merangkul tubuh kekasihnya dengan mesra.

Diujung sana ada seorang gadis yang menatap mereka dengan tidak suka. Ia meremas roknya dengan kesal.

"Sial" gumamnya.

TBC

Taraaaa.. update lagi nih. Aku harap tidak mengecewakan kali ini.

Hunhan dah jadian? Seneng ga? Seneng ga? Harus Seneng dong.

Suka ga?'-' suka kan?

Dan seperti biasa terima kasih masih setia menunggu, membaca, memfavorite, memfollow, ngelirik ff gaje ini.

Silahkan review dengan kritik dan saran. Jangan bash itu tidak baik. Bikin orang sakit hati dosa