Tittle : April Fools? Let's Confess!
Genre : Romance Humor
Rating : T
Words : 2k+
1 April.
Apa yang lebih buruk dari pada terbangun di pagi awal April yang damai ini? Ketenangan di awal April bisa saja berujung bencana. Setidaknya itu yang selama ini di percayai oleh Harry Potter.
Pemuda berkacamata bundar itu mengepalkan kedua tangannya sambil menatap kalender di depannya. Ia sudah bertekad, ia tidak akan terkena tipuan-tipuan bodoh dari teman-temannya lagi. Terkadang Harry bingung, kenapa harus dia yang menjadi target semua orang saat April Mop? Bahkan tahun lalu, semua teman se-asramanya bekerja sama pada April Mop dan berakhir dengan Harry yang membayar semua jajanan mereka. Atau mungkin kita bisa membahas yang tahun lalunya lagi. Saat Harry dengan bodohnya tertipu candaan si kembar Weasley dan membuatnya harus berlarian mengelilingi Hogwarts untuk mencari benda yang katanya sangat berharga bagi mereka dan hanya berakhir dengan Harry yang melewati pesta ulang tahun Fred dan George. Lebih menyebalkan lagi karena teman-temannya tidak ada yang bertanya kemana saja ia seharian ini. Bahkan Hermione yang paling perhatian pun lupa padanya.
"Morning, mate," sapa Ron saat baru bangun dengan wajah mengantuknya.
"Hm, morning," sapa Harry balik. Harry sudah mempersiapkan dirinya jika Ron ingin membuat candaan di pagi April hari ini.
"Ada apa dengan wajahmu? Serius sekali," komentar Ron sambil bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Nothing," balas Harry singkat sebelum sahabatnya itu masuk ke kamar mandi. 'Ya, masih terlalu pagi, siapa juga yang akan bercanda sepagi ini,'
"WHO PUTS THAT FUCKING FILTHY MONSTER IN MY TEETH BRUSH?!"
Harry terlonjak kaget mendengar teriakan Ron dari kamar mandi dan segera menyusul sahabatnya dengan diikuti Seamus dan Neville di belakangnya.
"Ada apa Ron?" tanya Neville panik.
"Benda menjijikkan itu!" pandangan ketiganya langsung beralih pada benda yang ditunjuk oleh Ron.
Harry melangkahkan kakinya dan mengambil sebuah benda berwarna hitam yang terletak di lantai. Raut wajah Ron sangat memperlihatkan jika ia begitu benci dengan benda seukuran telapak tangannya itu.
Belum semenit Harry menyentuh benda itu, ia langsung tertawa. Ron yang melihat temannya itu tertawa hanya bingung. Bahkan Seamus yang sekarang juga berdiri di samping Harry ikut tertawa saat tau benda apa itu.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Ron bingung.
"Ron, ini hanya mainan," ucap Harry masih tertawa sambil menyodorkan laba-laba mainan yang memang terlihat nyata itu pada Ron. Dan Ron dengan sigap langsung menjauh sambil menatap tajam Harry. Meskipun mainan, tetap saja ia dibuat hampir jantungan tadi.
"Hey Ron, kertas ini jatuh bersamanya," kata Seamus sambil memungut secarik kertas kecil di lantai.
Ron langsung mengambilnya dari Seamus dan mulai membaca sebuah kalimat yang tertulis di sana. Ugh, ia begitu familiar dengan tulisan ini.
'Semoga keberuntungan menyertaimu hari ini, Bro! By the way, tidak mau mengucapkan selamat ulang tahun?'
"Gred! Feorge!" teriak Ron frustrasi hingga suaranya menggema di kamar mandi.
Harry, Seamus, dan Neville hanya tertawa melihatnya kemudian mereka bertiga keluar membiarkan Ron membersihkan dirinya pagi ini. Dengan tawa yang masih belum hilang pastinya.
Harry mendudukkan tubuhnya di kasur dan meletakkan mainan laba-laba itu di meja. Kenapa ia masih membawa benda tak bergunan ini? Oh, mungkin berguna jika ia ingin mengerjai sahabatnya itu lagi. "Yeah, ini bukan sepenuhnya pagi yang tenang di awal April," gumamnya dan kemudian hanya diam melamun melihat langit-langit kamar.
Tidak lama, Ron akhirnya keluar dari kamar mandi dengan seragamnya yang terlihat rapi. "Tidak aku sangka dua makhluk menyebalkan itu sudah mencari masalah denganku sepagi ini. Heran aku, kenapa bisa mendapat saudara seperti mereka," gerutu Ron membuat Harry terkekeh. "Berhenti tertawa Harry! Tidak ada yang lucu!"
"Kau pasti bercanda Ron, itu luar biasa lucu," balas Harry masih tertawa.
Ron menatap sahabatnya itu tajam. "Berdoa saja agar kau tidak mendapat kesialan untuk hari ini, mate,"
"Hm, aku memang korban paling mudah bagi kalian di April mop, tapi aku akan buktikan jika hari ini tidak akan semudah yang kalian kira. Aku sudah belajar dari tahun-tahun sebelumnya," kata Harry percaya diri.
Ron mendengus. "Kalau kau bersiap dengan hal yang besar, maka kau akan mudah termakan dengan hal yang kecil,"
"Aku ragu,"
"Kita lihat saja nanti," dan Ron kemudian memilih duduk di kasurnya sambil memikirkan beberapa skenario dan pada akhirnya ia mendapatkan bahan yang bagus untuk memulai pagi di satu April. "Ngomong-ngomong Harry, kenapa kau tidak memberitahuku jika kau gay?"
Harry yang masih memperhatikan langit-langit kamar menghela napasnya. "Bukannya aku tidak ingin memberitahumu, mate. Hanya saja aku tidak terlalu yakin kau akan mengerti, apalagi alasanku menjadi gay hanyalah karena si Slytherin itu,"
"Mate," timpal Ron segera dengan wajah terkejut. "Woah, chill, I was just kidding,"
'What?! ' teriak Harry dalam hati, namun ia masih mencoba terlihat tenang. Jangan sampai ia lagi-lagi menjadi korban langganan tahun ini. "Tentu saja. Aku juga bercanda,"
Ron lagi-lagi mendengus geli. "Tapi kau langsung menjawab saat aku tanya. Jelas jika kau berkata jujur tadi," katanya sambil menegakkan tubuhnya menghadap Harry.
"Aku serius! Aku juga bercanda," ucap Harry penuh penekanan.
"Seolah aku percaya Harry," balas Ron tidak peduli. "dan ngomong-ngomong, siapa Slytherin yang kau bahas tadi?" tanya Ron dengan seringai terlukis di wajahnya.
Harry terdiam sebentar dan kemudian mengutuk dirinya sendiri mengingat betapa bodohnya dia. Bagaimana mungkin ia bisa keceplosan mengatakan hal bodoh itu? "Aku tidak ingat menyebut Slytherin tadi,"
"Aku mendengarnya dengan jelas," kata Ron masih menyeringai. Namun Harry mencoba untuk tidak peduli dan memilih sibuk dengan Marauders Map. "aku memikirkan satu orang di kepalaku Harry,"
"Tidak peduli," balas Harry tanpa menoleh.
"Oh mate, apa salahnya bicara padaku?" Ron masih memaksa. "Ya, kalau kau tidak mau bicara tidak apa. Tapi aku pastikan jika kau yang akan bicara padaku dengan sendirinya,"
"Hm, kalau begitu aku hanya perlu tidak bicara denganmu kan,"
"Aku ragu tentang itu," Ron kemudian kembali memikirkan skenario lainnya.
"Harry," panggil Ron namun tidak dibalas apa pun oleh Harry. "Harry?" Ron kembali memanggil, namun sepertinya Harry memang tidak mau bicara padanya sekarang. Ron mendengus dan kemudian kembali buka suara, "kau tau apa yang dikatakan Malfoy kemarin?"
"Apa yang dikatakannya kemarin?" tanya Harry langsung penasaran.
Ron yang melihat reaksi sahabatnya itu langsung tertawa puas. Harry yang menyadari kebodohannya langsung menatap Ron tajam. "Sudah kuduga! You're so gay for him, Harry!"
"Aku hanya bercanda karena aku tau kau juga bercanda, Ron," ucap Harry membela diri. Tapi perkataannya hanya membuat tawa Ron makin pecah.
"Ronald Weasley! Harry Potter! Apa kalian tidak mau sarapan pagi ini?"
Tawa Ron segera mereda saat mendengar teriakan Hermione dari luar. "Yes Hermione, kami segera datang," jawab Ron dan kemudian segera mengajak Harry ke luar. Namun sepertinya Harry benar-benar bertekad untuk tidak bicara dengannya hari ini. Ron kemudian kembali tertawa melihat ekspresi sang Golden Boy tersebut.
"Hurry up!" perintah Hermione pada kedua sahabatnya itu. Dan Hermione langsung bingung mendapati Harry yang terlihat begitu kesal. "Harry, ada apa?"
"Nothing," jawab Harry singkat dan langsung mendahului kedua sahabatnya itu menuju aula.
"Ada apa dengannya?" tanya Hermione pada Ron sambil mengikuti Harry dari belakang.
Ron yang masih tertawa menjawab. "Aku rasa aku menemukan mainan baru yang menarik pagi ini,"
"Maksudmu?" Hermione malah tambah bingung. Namun Ron hanya tertawa pelan dan kemudian duduk di seberang Harry saat mereka sudah sampai di aula.
"Aku akan perlihatkan padamu," bisik Ron pada Hermione dan kemudian mengambil ayam di depannya. Bersiap memulai scene baru. "Mione, kau sudah dengar belum?"
"Apa?"
Ron berdeham. "Katanya pagi ini Malfoy akan mengungkapkan perasaannya pada orang yang disukainya di tepi danau," ucap Ron berhati-hati kemudian sedikit menoleh pada Harry yang tiba-tiba menghentikan acara makannya.
"Benarkah? Aku bari tau," balas Hermione cukup terkejut. Sepertinya Hermione juga menjadi korban dari candaan Ron.
"Dan sepertinya itu alasan Malfoy tidak ada untuk sarapan pagi ini," dan kemudian Ron kembali fokus makan.
Harry yang duduk di seberangnya kemudian menoleh ke belakang. Tepatnya pada meja Slytherin, mencari keberadaan seseorang. Dan benar saja, rambut platina itu tidak ditemukan Harry diantara anak-anak Slytherin lainnya.
"Harry, sepertinya kau mencari seseorang, atau hanya perasaanku saja?" tanya Ron dengan seringainya yang dibalas tatapan tajam Harry.
Hermione yang bingung dengan kelakuan dua sahabatnya ini hanya diam. Dan dia makin bingung saat Harry tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. "Kau mau ke mana? Tidak menghabiskan sarapanmu?" tanya gadis Granger itu.
"Hanya cari angin. Dan sarapanku sudah cukup kok," jawab Harry dan kemudian segera meninggalkan aula.
Hermione yang masih bingung dengan tingkah Harry kemudian menoleh pada Ron yang tiba-tiba tertawa. Hermione memandangnya aneh. "Ron, kau sakit atau gila?"
Ron tersedak mendengar perkataan Hermione padanya dan kemudian segera mengambil minumnya. "Jahat sekali kau memanggilku gila. Seolah kau tidak gila saja," gumam Ron pelan agar Hermione tidak mendengarnya dengan jelas.
"Sebenarnya apa yang terjadi pagi ini? Harry sudah terlihat kesal saat aku melihatnya, lalu tiba-tiba anak itu pergi tanpa bilang alasannya. Kau jahil lagi padanya kan?" tebak Hermione yang seratus persen benar.
"Yeah, tidak apa kan, April Mop hanya datang sekali setahun. Walau aku yakin mudah saja menipu anak itu setiap harinya," balas Ron tanpa menoleh. "dan Hermione, jangan menyebar berita tentang Malfoy yang mengungkapkan perasaannya itu, jika tidak dia pasti akan langsung membunuhku,"
Hermione mengernyitkan dahi. "Maksudmu?"
"Aku tadi hanya bercanda. Mana mungkin aku bisa peduli tentang apa pun yang terjadi pada ferret itu kan,"
"Lalu untuk apa kau melakukannya?"
"Oh Mione, aku pikir kau pintar," dan Ron mendapat satu pukulan sayang di kepalanya. "Kau tidak lihat reaksi Harry tadi? Itulah mainan baruku!" ucapnya bersemangat.
Hermione memproses setiap perkataan Ron dan menggabungkan setiap reaksi yang ditunjukkan oleh Harry. Hermione akhirnya menyadari sesuatu. "Kenapa dia tidak memberitahuku dari awal?"
Meanwhile, Harry yang kini tengah berjalan menyusuri pinggir danau hitam tidak henti-hentinya mengomeli dirinya sendiri akan reaksi spontannya. "Apa-apan kau Harry, kenapa juga kau penasaran? Kenapa kau peduli dengan apa yang terjadi padanya, dia saja tidak peduli denganmu. Dan lihat sekarang, kau lagi-lagi termakan tipuan murahan Ron!"
"Tidak salah jika ada yang mengatakan kau gila sekarang, Potter,"
Harry begitu terkejut mendengar suara yang amat sangat ia kenal itu. "Malfoy.." Harry hanya bisa diam di tempatnya menatap Draco yang terduduk di atas batu di tepi danau. Harry kini benar-benar khawatir. Mendapati Draco berada di sini, jangan-jangan apa yang dikatakan oleh Ron itu bukan hanya sekedar tipuan di April Mop.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Harry hati-hati.
Draco mengernyit bingung dengan nada bicara Harry yang terdengar ragu. Bahkan manik emerald itu tidak memandangnya saat bicara. "Bukan urusanmu kan," balas Draco sambil melempar sebuah kerikil ke arah danau.
Harry jadi makin gelisah. Ia memperhatikan sekeliling. Siapa tau jika nanti memang akan ada seorang gadis yang muncul.
Draco yang melihat tingkah Harry makin bingung dibuatnya. "Kau kenapa sih? Sepertinya memikirkan sesuatu,"
"Ah- um, bukan apa-apa, hanya memikirkan mimpi burukku semalam," jawabnya mencoba terlihat tenang.
Namun Draco Malfoy tidak semudah itu tertipu. Ia kemudian berdiri dan berjalan mendekati Harry yang kini mendadak jadi panik. Ia tidak tau harus mundur atau tetap berdiri di tempatnya. Yang jelas, ia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya sekarang.
Biasanya Harry masih bisa bersikap biasa saja di depan Draco, namun kali ini sedikit berbeda karena ia masih memikirkan perkataan Ron tentang Draco.
"Aku tau ini terdengar aneh, tapi kau sepertinya ada alasan lain datang ke sini," ucap Draco saat ia sudah berada di depan Harry.
"um, itu, aku hanya.." Harry tidak bisa mencari alasan lagi. Sedang Draco hanya diam menyuruh Harry melanjutkan perkataannya. Ditatap seperti itu oleh Draco, Harry sudah tidak bisa berbohong lagi. "A-aku dengar kau ingin mengungkapkan perasaanmu pada orang yang kau sukai di sini,"
Draco menaikkan alis terkejut. Berita apa ini? Ia sendiri bahkan tidak tau.
"Kau tidak perlu memikirkannya, itu hanya salah satu keusilan Ron. Satu April, kau tau itu kan," kata Harry cepat sebelum Draco sempat berkomentar.
Draco mengangguk mengerti. Dalam hati ia sempat mengutuk Ron dan bersumpah akan memberinya pelajaran nanti. Kemudian Draco kembali menoleh pada Harry yang sedari tadi masih belum mau menatapnya langsung. Dan sebuah seringai muncul di wajahnya. "Lalu, kau percaya dengan apa yang dikatakan Weasel-bee itu?"
Harry mengangguk tanpa sadar. Anggukan kecil itu hanya membuat seringai Draco makin melebar. "Dan sekarang kau mengatakan dirimu bodoh mempercayai kata-katanya?"
Harry menghela napas panjang. Menyebalkan harus membahas hal itu lagi. Draco yang masih belum berhenti menampilkan seringainya kemudian dengan tiba-tiba menarik pinggang Harry mendekat padanya membuat pemuda yang lebih pendek darinya itu kebingungan. Dan gugup di saat bersamaan.
"M-Malfoy?" sekarang Harry mulai panik kalau-kalau Draco bisa mendengar detak jantungnya yang entah kenapa sekarang bekerja lebih cepat.
Draco memandang Harry dan sedikit terkekeh melihat pipi Harry yang perlahan merona. "Lalu kenapa tidak kau buat perkataannya itu menjadi kenyataan?"
"Ha?" Harry tidak bisa memproses perkataan Draco barusan karena ia begitu terkejut saat Draco tiba-tiba menciumnya tepat di bibir. Harry bahkan tidak bisa bereaksi saking terkejutnya. Ia hanya diam dan tanpa sadar mengikuti alur yang dimainkan Draco. Ia mulai menikmati ciuman ini. Bibirnya dengan kikuk membalas lumatan-lumatan manis yang di berikan Draco.
Draco terkekeh di sela ciuman mereka. Ia makin mendekatkan tubuh Harry dengan menguatkan pelukannya pada pinggang Harry. Ia terus melumat dan menjilat bibir Harry dengan lembut. Karena Harry yang begitu kikuk dan lengah, Draco kemudian mengambil kesempatan dengan memasukkan lidahnya dalam mulut Harry membuat pemuda berkacamata itu sedikit mengerang. Semakin lama mereka berciuman, semakin panas pula ciuman mereka. Harry bahkan sudah tidak peduli lagi jika ada yang melihat mereka nanti, yang jelas ia tidak mau membuang kesempatan ini. Ciuman Draco yang mendominasi membuat Harry ingin terus bersama pemuda itu. Namun Harry segera mendorong pundak Draco mencoba mengatakan jika ia butuh bernapas. Dengan berat hati, Draco melepaskan ciuman mereka dan menatap pada Harry yang sudah sepenuhnya memerah.
"Wah wah, aku merasa begitu tersanjung karena kau tidak menolakku," ucap Draco dengan nada penuh kemenangan.
"Ap- itu hanya.." Harry jadi gagap tidak tau harus membalas apa.
"Tak apa jika kau malu," kata Draco sambil melepaskan pelukannya pada pinggang Harry. Dan kini tangannya malah beralih menggenggam sebelah tangan Harry membuat sang Gryffindor itu bingung, "tapi jika kau masih marah karena berhasil dibodohi oleh si Weasel itu, bilang saja padanya jika seorang Draco Malfoy baru saja mencium orang yang disukainya di tepi danau. Dan sekarang mereka sudah pacaran," dan Harry jadi makin memerah saat Draco dengan tiba-tiba mencium punggung tangannya dengan manis.
"Apa maksudmu?" sepertinya otak Harry memang mulai melambat. Draco tidak menjawab dan hanya tersenyum membiarkan Harry memikirkan jawabannya sendiri.
Setelah cukup lama berperang dengan pikirannya sendiri, Harry akhirnya bisa mengerti maksud setiap perkataan Draco. Ia yang awalnya terkejut kemudian menggelengkan kepalanya. "K-kau hanya bercanda kan? April Fools,"
Draco memutar mata malas. Ini salah satu alasan kenapa ia begitu membenci satu April. "Kau mau dicium lagi ya? Atau kau malah mau yang lebih? Bodoh sekali kau masih berpikir aku bercanda," pertanyaan Draco hanya membuat Harry memerah entah karena marah atau malu.
"Tapi, mana mungkin kau.." Harry menundukkan wajahnya merasa takut. Tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya jika Draco memiliki perasaan yang sama dengannya.
"Aku serius," kata Draco begitu lembut dan mengangkat wajah Harry agar menatapnya. "Kau pikir kenapa selama ini aku selalu mengganggumu? Aku hanya mau cari perhatianmu saja. Coba kau pikir, siapa yang sanggup bermain-main di kelas Snape? Aku bahkan mau memanjat pohon sambil meledekmu hanya untuk terlihat keren di depanmu,"
"Keren? Kau hanya terlihat konyol," balas Harry dengan tawa kecil mengiringi.
Draco mencubit pipi Harry gemas meminta pacar barunya itu untuk diam. "Pokoknya aku menyukaimu, aku tidak bercanda. Dan kita pacaran sekarang,"
"Seolah kau memaksaku,"
"Aku memang memaksamu,"
Harry tertawa pelan dan kemudian kembali terdiam. Merasa canggung tiba-tiba. Begitulah orang-orang saat baru saja jadi pasangan.
Draco yang melihat Harry masih malu kemudian melangkahkan kakinya dan menarik tangan Harry agar ikut bersamanya. "Kita mau ke mana?" tanya Harry bingung.
"Kencan tentu saja," jawab Draco santai, "tapi sebelum itu aku harus berterimakasih dulu pada temanmu itu karena sudah membuatku mendapatkan apa yang aku mau. Dan, ah! Aku harus memberitahu seluruh Hogwarts tentang ini. Pasti semua orang akan heboh, tapi mau bagaimana lagi, itulah kenyataan– auch!" Draco terkejut saat Harry tiba-tiba mencubit lengannya. "What?"
Harry menatap Draco malas. "Tidak bisa kah kita tetap di sini? Aku sedang tidak mau bicara dengan Ron,"
Melihat raut wajah Harry yang begitu menggemaskan saat cemberut membuat Draco langsung mengecup kedua pipi Harry. "Baiklah baiklah, tapi jangan pasang raut wajah seperti itu. Nanti aku tidak bisa menahan diri," Dan kemudian Draco kembali membawa Harry ke dalam pelukan yang hangat sambil mencium bibir peach Harry.
Harry tertawa di sela ciuman mereka. Siapa sangka jika hari yang paling ia hindari tiap tahunnya akan menjadi hari yang paling berharga baginya. Ternyata ketenangan di pagi awal April hanyalah permulaan dari semua hal luar bias ini.
Terimakasih Ronald, kau membantu sahabatmu mendapat keberuntungan dengan keusilanmu.
April Fools? Let's Confess! — Completed
