Title: Bucin

Genre: Romance

Rate: K+

Words: 1k+


Harry tertawa terbahak-bahak hingga air matanya keluar. Kakinya bahkan melemah hingga membuatnya terduduk di tanah.

"Diam, Potter!" Draco, dia terus membelalak pada Harry, namun dia benar-benar diacuhkan.

Jadi, apa yang terjadi hingga Draco Malfoy kini basah kuyup dengan Harry Potter menertawakannya? Baiklah, ini dimulai karena Draco ingin mengerjai Harry yang tengah duduk sendirian di tepi danau. Awalnya ia menyihir air danau untuk menyerang Harry, namun sayang, Harry menyadarinya dan membalikkan mantra Draco.

Harry mencoba berhenti tertawa untuk bicara. "Kau pantas mendapatkannya Malfoy!"

"Sungguh menyebalkan!"

"Dan memalukan!" Harry kembali tertawa tanpa henti.

"Berhenti tertawa!"

Harry akhirnya berhenti tertawa sambil mencoba menghapus air matanya yang keluar. "Hal paling lucu tahun ini. Terima kasih Malfoy, aku sungguh terhibur,"

"Aku dipermalukan, ini mimpi buruk," gumam Draco sambil memungut tongkatnya.

"Ayolah, tidak begitu buruk kok," Harry mencoba bangkit dengan tawa geli yang sesekali keluar dari mulutnya. "Kau terlihat bagus dengan rambut yang diturunkan, kau tau,"

Draco yang mencoba merapikan rambutnya mendadak terdiam. Dia memandang Harry bingung. "What?"

"Kau terlihat bagus dengan rambut diturunkan seperti itu."

"Jangan bercanda," balasnya masih menatap Harry kesal. Namun, berbeda dengan perkataannya, Draco yang tadi sedang memperbaiki gaya rambutnya langsung menarik tangannya tanpa sadar. Ia membiarkan rambutnya jatuh di atas matanya.

Harry malah tertawa melihat raut kesal Draco. "Sudahlah, aku lelah tertawa," Harry sesekali terbatuk saat berhenti tertawa. "Sebaiknya aku pergi sekarang."

"Kau akan pergi begitu saja?" Draco yang mencoba mengeringkan jubahnya tidak mempercayai Harry yang langsung berlari meninggalkannya.

"Potter!" teriak Draco pada Harry yang sudah menjauh. Wajah pucatnya memerah kesal ketika Harry berbalik dan mencibir padanya. "My father will hear about this!"

.

Tahun ajaran baru di Hogwarts. Sungguh Harry begitu menantikannya. Namun, tahun ini dimulai lebih buruk dari tahun sebelumnya. Jika tahun lalu Harry dan Ron membuat masalah dengan terbang ke Hogwarts menggunakan mobil Mr Weasley, kali ini Harry begitu muak dengan para Dementor. Harry juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, ia pingsan di kereta dan yakin jika tahun ini pun tidak akan ada ketenangan untuknya.

"Kau sudah baikan, Harry?" tanya Ron saat mereka keluar dari kereta.

Harry mengangguk. "Hm, aku tidak apa-apa,"

"Bilang pada kami jika kau masih tidak enak badan." Hermione menepuk pundak Harry. Jelas dari wajahnya jika ia khawatir.

"Bloody hell, itu Malfoy?" perkataan Ron mengalihkan perhatian Harry dan Hermione. "Apa dia mencoba mengubah gayanya?" katanya lagi melihat Draco yang baru turun dari gerbang lain.

"Kau bahkan mengomentari hal itu? Biarkan dia mengurus dirinya sendiri," kata Hermione sambil menyeret kopernya. "Ayo cepat ke kastil,"

Harry dan Ron mengangguk, kemudian segera mengikuti Hermione dan berjalan di sisinya. Sesekali Harry menoleh ke belakang, tempat di mana para murid Slytherin berkumpul.

"Draco, kau tampak luar biasa dengan gaya rambutmu yang sekarang," ucap Pansy Parkinson sambil mencoba berjalan beriringan dengan Draco.

"Hm," balas Draco malas, "itu karena aku memang tampan."

Pansy jelas tidak puas dengan balasan Draco. Ia makin jengkel ketika Draco mempercepat jalannya dan meninggalkannya bersama Slytherin lainnya.

Pada saat makan malam di aula besar, Draco tidak bisa berhenti mengalihkan perhatiannya dari meja Gryffindor. Tepatnya pada pemuda dengan bekas luka di dahinya itu. Ia hanya merasa kesal. Bagaimana mungkin Harry tidak menyadari penampilan barunya. Padahal dia sendiri yang bilang jika Draco lebih baik dengan rambut diturunkan seperti sekarang.

Besoknya Draco langsung mencari kesempatan untuk mendapatkan perhatian Harry, tetapi Harry benar-benar tidak peduli. Draco kesal? Tentu, bodoh jika tidak.

Akhirnya datang kesempatan bagi Draco untuk membuat Harry tidak bisa mengabaikannya. Ia sedang sendiri segera mencegat Harry—yang juga sendiri—di tangga.

Harry menatap Draco datar dan kemudian menghela napas. "Apa? Mau mengejekku tentang Dementor lagi?"

Draco menampilkan seringainya. "Mungkin, itu lelucon terbaikku tahun ini."

Harry memutar mata malas. "Tapi tidak ada yang lebih lucu dari seorang Draco Malfoy yang menyiram dirinya sendiri hingga basah kuyup." Harry menampilkan seringai tipis, memulai perang.

Draco membuang seringainya dan menatap tajam Harry. "Berhenti membicarakannya," ucapnya geram. Namun, di sisi lain Draco senang Harry membawa kembali topik ini.

Harry tertawa. "Ingin aku melupakannya? Jangan harap."

Draco masih menatap tajam Harry. Ia diam, memikirkan hal apa yang harus ia katakan hingga Harry bisa membahas penampilannya sekarang.

"Sekarang menyingkir dari jalanku." Melihat Draco yang sudah tidak membalasnya, Harry mencoba untuk lewat.

"Wait!" Draco mencoba menahan Harry yang berhasil melewatinya.

"Apa lagi?" tanya Harry malas.

"Kau tidak mau bilang sesuatu?" tanya Draco yang hanya membuat Harry mengernyit bingung. "Maksudku, kau tidak mau mengomentari sesuatu? Aku yakin kau pasti menyadari sesuatu yang berbeda dariku."

"Maksudmu rambutmu? Ya, aku menyadarinya," jawab Harry. Draco sedikit mendapatkan harapan. "Tapi itu bukan urusanku, jadi untuk apa?" Harry segera beranjak meninggalkan Draco di tangga.

Draco terdiam dengan perkataan Harry, ia memukul dinding, marah. "Menyebalkan! Kau bilang aku terlihat bagus dengan rambut yang diturunkan dan aku benar-benar melakukannya. Lalu hanya ini yang aku terima sebagai gantinya? Aku merasa seperti orang bodoh!" Draco tidak pernah lebih kesal dari ini sebelumnya.

Masih bergumam tidak jelas, Draco segera pergi, kembali ke asramanya. Ia benar-benar harus menenangkan diri sekarang.

Blaise—yang sedang bersantai di sofa—tidak bisa mengalihkan perhatiannya pada Draco yang baru saja keluar dari kamar. Baru beberapa saat yang lalu Draco masuk dengan raut kesal, sekarang pemuda itu kembali memasang raut datarnya. Tapi ada hal lain yang membuat Blaise makin bingung.

"Apa yang kau tunggu? Ayo ke aula, kau tidak mau makan malam?" tanya Draco pada Blaise yang masih belum bangkit dari sofa.

"Kau sebenarnya mau apa sih?" tanya Blaise sambil berjalan mendekati Draco. "Sekarang kau kembali ke gaya rambutmu yang lama,"

"Lalu? Aku bebas melakukannya, 'kan?"

"Iya, sih," balas Blaise pelan. "Apa kau bingung gaya rambut mana yang paling cocok denganmu? Well..."

"Blaise," Draco berbalik untuk menatap pemuda itu, "berhenti membicarakannya," ucapnya dengan wajah serius dan segera keluar dari asrama.

Saat makan malam, Draco tak henti memainkan makanannya. Ia menusuk-nusuk apa pun di piringnya dengan garpu. Semua orang menyadari jika Draco Malfoy tidak mau diganggu sekarang. Tidak terkecuali bagi Golden Trio di meja Gryffindor.

"Apa pun itu, aku yakin dia ingin membunuh seseorang sekarang," kata Ron sambil memakan ayam ketiganya.

Harry hanya diam. Ia lebih fokus memperhatikan rambut pirang Draco yang kembali tersisir rapi ke belakang. 'Dan aku punya firasat jika orang yang ingin dia bunuh itu adalah aku,'

.

"Aku tidak sedang ingin bercanda sekarang." Kedua manik emerald Harry menatap Draco tajam. Ia melipat tangannya di dada saat pemuda Malfoy itu masih belum beranjak dari tempatnya.

"Kebetulan, aku juga," balas Draco yang sama menatap Harry tajam.

"Kalau begitu menyingkir," kata Harry tegas.

"Tidak, kau yang menyingkir."

"Jalan ini bukan milikmu."

"Dan juga bukan milikmu."

Harry menghela napas frustrasi. Terlalu lelah, dia tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Draco. Dia hanya ingin kembali ke asramanya karena ini memang sudah mendekati jam malam.

"Ayolah, kau juga tidak mau ketahuan oleh Flich sedang berkeliaran, 'kan?" Harry mencoba bicara dengan tenang. Dia yakin sekarang Flich sedang berkeliaran mencari murid-murid yang masih belum masuk ke asrama mereka. Apalagi setelah kabar jika Sirius Black—tahanan yang berhasil kabur dari Azkaban—kini berada di Hogsmeade. Sudah pasti penjagaan makin ketat.

Draco hanya berdiri diam di tempatnya, sama sekali tidak beranjak.

Tidak tahan lagi, Harry mencoba untuk menerobos. Namun Draco masih terus mencoba menghalanginya dan sialnya membuat Harry kembali ke tempatnya.

Harry menatap Draco. "Baiklah, aku menyerah," kata Harry pasrah dan menyingkir dari tempatnya berdiri untuk membuka jalan. "Kau bisa pergi sekarang,"

Draco tersenyum puas. "Bagaimana jika aku tidak mau?"

Harry tercengang. "Kau bercanda?" Harry makin frustrasi. Draco belum pernah membuatnya lebih kesal dari ini sebelumnya. "Menyebalkan! Sangat menyebalkan!" teriak Harry melepaskan rasa kesalnya.

Draco makin tersenyum puas. Ia sama sekali tidak peduli dengan tatapan membunuh Harry. Draco malahan menyukai itu.

"Apa kau kesal karena aku tidak memuji gaya rambutmu yang sebelumnya?" pertanyaan yang keluar setelah jeda yang lama itu menarik perhatian Draco.

"Tidak, sama sekali tidak." Draco terdengar tidak peduli. Jelas dia berbohong.

Harry memutar mata malas. "Oh begitu? Lalu apa alasanmu sangat kesal padaku sekarang?"

"Well, itu..." Draco berpikir keras untuk mencari alasan lain. Namun ketika ia ingin melanjutkan perkataanya, terdengar suara Mrs. Norris tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Filch akan segera kemari," kata Harry cukup terkejut. "Kita benar-benar harus pergi sekarang." Harry memakai peluangnya untuk melewati Draco saat pemuda Malfoy itu masih dalam keterkejutan dan kebingungannya.

"Oi, tunggu! Urusan kita belum selesai, Potter!" Draco mencoba kembali menarik Harry, tapi dia melewatkannya.

"Aku rasa kita tidak ada urusan yang perlu diselesaikan," kata Harry malas, "dan aku serius, kau memang lebih bagus dengan rambutmu yang diturunkan." Tanpa menoleh lagi, Harry segera pergi meninggalkan Draco yang masih terdiam di tempatnya.

"Tidak, Draco," gumam Draco sambil menggelang. "Jangan terpengaruh lagi. Terserah dia mau bilang apa, kau punya gayamu sendiri. Jangan biarkan dia mengatur hidupmu. Jangan terpengaruh... jangan terpengaruh..." Draco seolah menyihir dirinya sendiri.

Pagi besoknya, saat sedang sarapan, Harry tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Draco yang baru saja masuk ke aula. Saat pemuda Malfoy itu duduk di tempatnya dan menoleh padanya, Harry tidak bisa untuk tidak tersenyum. Ia tertawa, merasa jika ini benar-benar lucu dan bodoh di saat bersamaan.

Di seberang, Draco hanya mengernyit bingung melihat Harry yang masih tertawa ke arahnya. "Dia kenapa sih?"

"Kau yang kenapa."

Draco terkejut saat Pansy tiba-tiba duduk di sampingnya. Bagaimana mungkin gadis itu bisa mendengar gumamannya yang terdengar seperti bisikan.

"Mencoba gaya yang berbeda setiap hari, huh?" tanya Pansy memperhatikan rambut Draco yang jatuh rapi di atas netra kelabu miliknya.

"Bukan urusanmu," balas Draco dan melanjutkan sarapannya. Sesekali ia melirik ke meja Gryffindor dan masih menemukan jika Harry tertawa kearahnya. 'Apa? Apa ada sesuatu yang aneh pada penampilanku?' tanya Draco dalam hati.

Di meja Gryffindor, Ron menepuk pundak Harry yang masih belum bisa berhenti tertawa. "Mate, kau kenapa?" tanya Ron bingung.

"Bukan apa-apa," balas Harry yang akhirnya berhenti tertawa. "Ron, jika kau menyukai seseorang, apa kau akan menuruti semua perkataan mereka, selama itu membuat mereka menyukaimu? Seperti mengubah penampilan, mungkin?" tanya Harry pada Ron.

Ron berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Harry. "Tidak, aku lebih baik menjadi diriku sendiri daripada..."

"Ron, pakai dasimu," Hermione yang duduk di seberang menginterupsi.

Ron mendesah. "Oh, apakah itu benar-benar perlu?" Ron mengeluh.

Hermione yang sudah selesai sarapan berdiri dari kursi sebelum membalas perkataan Ron. "Tentu saja, kau akan terlihat lebih rapi," katanya, "dan lebih keren." Hermione segera pergi menuju kelas pertamanya.

Harry memperhatikan Hermione yang sudah keluar dari aula dan kembali beralih pada Ron. Ia mendengus saat tiba-tiba Ron sudah sibuk memasang dasinya. 'Aku dikelilingi oleh orang-orang bodoh.'

Harry kembali menoleh ke meja Slytherin. Pemuda Malfoy itu masih sibuk dengan sarapannya. Lama Harry hanya diam memandanginya, tanpa diduga pandangan mereka bertemu. Harry tidak mengalihkan pandangannya, malahan Draco yang lebih dahulu memutus kontak mata itu. Harry lagi-lagi tersenyum. "Well, dia selalu tampan bagaimana pun penampilannya."

.


BucinCompleted