Title: His Jumper

Genre: Romance

Rate: T

Words: 1k+

.

Mencoba untuk tidak terlihat mencurigakan malah membuat Harry makin tampak mencurigakan. Beruntung saja tidak ada orang lain di sekitarnya, atau mereka akan memandang aneh padanya yang sedang mengendap-endap di sepanjang lorong Hogwarts. Dan ternyata alasannya mengendap-endap hanyalah untuk pergi menuju ruangan yang tidak diketahui oleh kebanyakan murid. The Room of Requirement.

Harry memandang sekeliling. Masih ruangan yang sama seperti sebelumnya. Ruangan yang hangat dan nyaman. Hanya saja, ia tidak melihat pemuda berambut pirang yang seharusnya sudah menunggunya.

Baru saja akan berbalik, Harry dikejutkan oleh pelukan tiba-tiba dari belakang. Keterkejutan Harry langsung berganti dengan senyum di wajahnya. Ia mencium pipi pemuda yang juga tersenyum padanya itu.

"You're late." Draco Malfoy, ia langsung membawa Harry yang masih berada di pelukannya ke atas sofa panjang yang hangat.

Harry sedikit berbalik agar bisa dengan mudah melihat wajah Draco. Tapi ia sama sekali tidak melepaskan diri dari pelukan Draco. Sebaliknya, Harry malah makin menenggelamkan dirinya lebih dalam.

"Maaf membuatmu menunggu," ucapnya dengan lembut sambil mengelus surai pirang Draco yang tak kalah lembut.

"Aku tidak melihatmu di aula saat sarapan tadi. Kau dari mana saja?" tanya Draco diakhiri dengan sebuah ciuman manis di bibir Harry.

Harry dibuat tersenyum dengan ciuman singkat itu. "Aku dan Ron sarapan di tempat Hagrid. Dia sedang ingin punya teman untuk diajak sarapan sambil melihat kebun-kebunnya."

Draco mengangguk mengerti. Ia pun terus mendengarkan cerita Harry tentang sarapannya bersama Ron dan Hagrid. Jujur, Draco tidak sepenuhnya mendengarkan. Draco terlalu sibuk mencium tiap sudut dari wajah Harry. Ia bahkan tidak berhenti walaupun Harry meminta.

Harry pun hanya bisa tertawa gemas. Ia sesekali membalas ciuman Draco dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Draco. Harry menyukainya. Hangat dan nyaman. Andai saja mereka bisa selalu bersama seperti ini setiap hari, pasti akan lebih menyenangkan.

Keduanya menghabiskan waktu berharga mereka dengan sangat baik. Mereka bahkan hampir tertidur saking nyamannya. Hingga Harry memutuskan untuk kembali ke asrama. Bisa-bisa teman-temannya curiga karena ia menghilang terlalu lama.

"Kita harus kembali sekarang," ucap Harry sambil bangkit dari tubuh Draco. Tidak sepenuhnya bangkit, Harry masih membiarkan lengan Draco memeluk pinggangnya.

Sebenarnya Draco ingin meminta waktu lebih, tapi kalau dipikir-pikir, hari ini mereka menghabiskan terlalu banyak waktu berdua.

Draco memberikan satu ciuman terakhir untuk Harry. Ia juga menggenggam kedua tangan itu lama. Bukan hanya karena ia masih merindukan Harry, tapi karena tangan itu terasa dingin.

"You're freezing. Kau tau cuacanya sangat dingin akhir-akhir ini. Kenapa hanya memakai satu lapis pakaian?" tanya Draco penuh perhatian. Sekarang sudah hampir musim dingin, sangat wajar bagi Draco untuk mengingatkan kekasihnya itu.

"Well, I forgot my jumper." Harry menggosok kedua tangannya yang telah ia lepaskan dari Draco. Ia mencoba menekan suhu dingin yang membuat tubuhnya gemetar.

Draco, tanpa menawarkan terlebih dahulu sudah melepaskan sweternya. Sekarang ia tampak lebih kedinginan hanya dengan sehelai kaos hitam. Tapi Draco tidak benar-benar merasa kedinginan. Ia lebih baik dalam menangani dingin daripada Harry.

Sebuah tawa kecil keluar dari bibir Harry. Ia sebenarnya dibuat tersentuh oleh rasa perhatian Draco padanya. Bahkan cara pemuda itu memakaikan sweter hijau itu padanya membuat Harry senang. Tapi, yang membuatnya tertawa adalah sweter itu sendiri.

"What are you laughing at?" tanya Draco penasaran.

Harry menggeleng, tapi tetap menjawab. "As far as I remember, you only wear black," katanya sambil menatap sweter hijau yang dipakainya.

Draco mengangkat bahu. "Well, seseorang mengatakan bahwa cara berpakaianku sangat membosankan."

"Siapa?"

"Pacarku."

Harry tertawa. Ia kemudian memberikan satu kecupan di pipi Draco sebelum akhirnya pergi duluan. Tentu saja mereka akan bergantian untuk keluar, akan gawat kalau sampai ada orang yang memergoki mereka berduaan.

Selama perjalanannya kembali menuju asrama, Harry masih terus saja tersenyum sambil sesekali tertawa kecil. Ia masih belum bisa melupakan setiap momen manisnya dengan Draco. Harry juga sesekali mendekatkan lengannya ke wajahnya. Jangan heran kenapa ia melakukannya. Harry memang dari dulu sangat menyukai aroma Draco. Tapi semakin ia berjalan, semakin ia merasa aneh. Orang-orang menatapnya dengan bingung. Harry berdeham dengan canggung dan akhirnya berhenti tertawa. Harry menduga pasti ia terlihat konyol karena tertawa tidak jelas selama berjalan tadi.

Harry sudah menghentikan tawanya. Ia juga sudah tidak lagi menampilkan senyum lebar di wajahnya. Tapi kenapa semua orang masih memperhatikannya. Terlebih lagi, orang-orang menatapnya dengan bingung dan tidak melepaskan pandangan mereka meskipun sudah melewati Harry. Bahkan Harry beberapa kali mendengar orang-orang berbisik sambil menatapnya. Karena itulah Harry mempercepat langkahnya menuju asrama.

Saat ia sudah sampai di asrama pun, beberapa temannya menatapnya terus-terusan. Harry jadi semakin tidak nyaman dan langsung menghampiri Ron dan Hermione. Keduanya sedang duduk di sofa di depan perapian dengan kesibukan masing-masing.

Ron, yang sibuk melamun, langsung menyapa Harry yang berjalan ke arahnya. "Hey, mate."

"Ron, apa ada yang aneh dari diriku? Mungkin ada coretan di wajahku, atau sesuatu di rambutku?" tanya Harry segera setelah ia berdiri di depan Ron.

Pemuda Weasley itu memperhatikan Harry dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. "Tidak ada yang aneh. Kau biasa saja. Iya, kan, Hermione?"

Hermione yang awalnya hanya peduli pada buku di pangkuannya mengangkat kepalanya. Ia baru saja akan menyetujui perkataan Ron, namun keningnya tiba-tiba berkerut. Ia seolah tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya sekarang.

"Hermione?" Harry mencoba membuat temannya itu untuk bicara. "Apa ada yang aneh dari diriku?"

"Tentu saja ada," Hermione nyaris berteriak. "That jumper! You— how... Oh my."

"Apa yang kau bicarakan sih?" Ron bertanya. Baginya, tidak ada yang salah dengan sweter yang dikenakan Harry. Yah, mungkin gambarnya memang agak sedikit aneh.

"Ron, kau pergi sarapan dengan Harry, jadi kalian berdua tidak tau apa yang menarik perhatian semua orang di aula tadi pagi." Hermione bicara dengan sedikit buru-buru. Ia masih diselimuti kebingungan. "Tepat setelah dia memasuki aula, semua orang melihat kearahnya. M-maksudku, siapa juga yang bisa melewatkannya? Itu... Itu pemandangan paling aneh selama aku berada di Hogwarts. Siapa yang menyangka kalau dia yang selalu memakai pakaian hitam di setiap keadaan dan seolah tidak punya pakaian lain tiba-tiba memakai sweter yang sangat menarik mata itu?"

Ron masih kebingungan. Sedangkan Harry, ia sepertinya punya dugaan. Sepertinya Harry mengerti maksud dari perkataan Hermione.

"Kau bicara tidak jelas, Hermione," ucap Ron yang masih tidak memahami situasi. Sepertinya ia tidak akan pernah memahaminya jika tidak ada di aula pagi itu.

Hermione menghela napas, cukup lelah sekaligus bingung harus menjelaskan apa lagi. "Aku tidak akan melupakannya begitu saja. Semua orang tidak akan melupakannya. Draco Malfoy yang berjalan dengan penuh percaya diri mengenakan sweter hijau bergambar tengkorak itu." Hermione menunjuk sweter yang dikenakan Harry.

.

.

His Jumper Completed

.

.

.

A/N

Lagi musim hujan, jaga kesehatan ya guys~