Aku,

Sasuke,

Uchiha Sasuke.

Darah biru Uchiha mengalir dalam setiap darahku, mendarah daging didalam hatiku.

Angkuh,

Sombong,

Arogan,

Dingin.

Itu semua adalah sifat dan sikap yang diriku miliki secara alami, itu adalah hukum alam.

Karena aku adalah seorang Uchiha.

.

.

.

.

.


Selama perjalanan dimotor, Hinata hanya diam saja, pikirannya benar-benar melayang entah kemana. Memikirkan bagaimana caranya menjauh dari Uchiha satu ini, walau rasanya seperti tidak mungkin.

"Pegang yang erat jika tidak mau jatuh"

Ucap Sasuke, walau sepertinya Sasuke tahu Hinata tidak mendengarkannya.

Melihat toko perhiasan dipersimpangan jalan, Sasuke mengendurkan gas motor nya, lalu berhenti dengan perlahan. Memandang sekejap kearah kaca jendela toko yang tampak ramai pengunjung dari luar.

Hinata yang heran kenapa Sasuke berhenti pun segera turun, lalu ikut memandang ke arah yang sama seperti Sasuke.

'Apa dia mau beli perhiasan?'

Batin Hinata.

"Ada yang mau kau beli Sasuke-kun?"

Tanya nya, sambil memandang heran ke arah Sasuke. Yang dipandangi pun memandang balik, menatap tanpa ekspresi wajah Hinata yang menggemaskan- menurut nya ya.

"Baiklah, mari kita lihat kedalam"

Segera dia mengandeng kembali Hinata dan masuk kedalam toko perhiasan yang cukup mewah itu. Interior toko yang elegan dan cukup besar bagi sebuah toko perhiasan ini berhasil membuat Hinata terkejut. Ya sebelumnya memang Hinata paling hanya pernah pergi ketoko perhiasan ketika dirinya kecil, saat ibunya masih hidup. Sudah besar begini mana pernah lagi dia pergi, dapat uang darimana untuk membeli sebuah perhiasan, untuk makan saja susah.

"Ah- selamat datang tuan muda"

Sambut seorang pelayan toko seraya berjalan menghampiri Sasuke, kemudian tubuh nya membungkuk sedikit untuk memberi salam kepada Uchiha bungsu itu.

"Hari ini ramai ya"

Sahut Sasuke sambil memperhatikan keadaan sekitar, dirinya merasa cukup senang melihat toko miliknya ini ramai pengunjung.

Ya, ini merupakan salah satu aset yang dikelola sendiri oleh Sasuke. Walau dirinya masih duduk dibangku SMA, tetapi orangtuanya memberikan cukup banyak aset untuk dikelola dan diatur oleh Sasuke. Sasuke yang sedari kecil sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu pun merasa tidak terbebani, otaknya cukup encer untuk mengelola sebuah usaha besar dan bersekolah dalam waktu yang bersamaan.

Hinata yang sadar bahwa ini adalah milik Sasuke pun semakin ciut nyalinya, seketika dia menarik tangan nya dari genggaman erat Uchiha tampan itu.

Diliriknya oleh Sasuke, dan lagi-lagi Hinata hanya menundukan kepalanya dalam-dalam.

"Ada apa?"

Tanya Sasuke, dia kembali meraih jemari mungil Hinata, lalu meremas lembut dengan perlahan. Hinata yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Tuan muda, apa mau istirahat sebentar disini?"

Pelayan kembali bertanya, memastikan majikannya ini mendapat cukup perhatian dari dirinya.

"Hn"

Dengan gumaman tidak jelasnya, Sasuke berlenggang masuk kedalam ruangan yang ada diujung lorong.

Saat knop pintu dibuka, aroma musk khas Sasuke langsung menusuk tajam hidung Hinata. Ruangan bernuansa abu-abu putih yang ia masuki ternyata ruangan kerja milik Uchiha bungsu ini, dimeja nya terdapat beberapa berkas yang masih berantakan dan sebuah pistol.

Tunggu,

Apa Hinata tidak salah liat?

"A-ano S-Sasuke-kun, k-kenapa ada p-pistol disana?"

Tanya Hinata, dirinya masih mematung melihat kearah benda hitam menyeramkan itu.

"Itu hanya mainan"

Srekkkkk.

Sasuke menarik pinggang Hinata dan langsung membuat Hinata duduk dipangkuan nya.

Lagi-lagi mata kelam Sasuke menatap cukup lama mata teduh milik Hinata, sedangkan yang ditatap seperti nya mulai panas dingin. Jantungnya berdetak semakin cepat, dan perasaan tidak nyaman langsung menyelimuti Hinata.

Hinata memalingkan wajahnya, tapi tak sampai hitungan detik Sasuke kembali meraih dagu Hinata untuk membuat Hinata kembali melihatnya.

Dan bibir mereka kembali bertemu.

Sasuke memeluk erat pinggang Hinata, dengan bibir nya yang mulai melumat dan bahkan melahap bibir mungil Hinata. Hinata yang sepertinya tidak ada tenaga untuk melawan pun hanya pasrah.

Dirinya sudah tidak terlalu terkejut lagi jika Sasuke menciumnya dengan tiba-tiba atau bahkan dengan paksa, ya atau mungkin Hinata perlahan mulai menikmati semuanya- entah siapa yang tahu.

Bahkan tanpa Hinata sadari, alam bawah sadarnya membuat Hinata ikut melumat balik bibir Sasuke. Mengemut dengan lembut bibir lawan yang jauh lebih dominan. Bahkan ketika lidah mereka bertemu, Hinata tanpa sadar mulai memeluk leher Sasuke, membuat keduanya semakin nempel satu sama lain.

Dengan tingkah Hinata yang seperti ini tentu saja membuat Sasuke senang. Dirinya tidak perlu repot-repot mengeluarkan effort jika Hinata berontak.

Diruangan yang harum ini, tak ada percakapan yang terdengar, hanya suara detak jarum jam, dan suara decakan bibir keduanya yang saling berpagutan.

Bahkan ketika napas Hinata mulai terengah-engah disela ciuman, Sasuke tidak memberikan kesempatan bagi Hinata untuk melepas ciumannya. Uchiha satu ini ingin merasakan lebih, lebih, dan lebih.

Dengan perlahan, Sasuke membuka satu persatuan kancing seragam Hinata. Menggeser keatas cup bra nya keatas, lalu meremas dengan lembut payudara Hinata yang mulai mengeras.

Hinata seketika melepas ciumannya dan segera memalingkan wajahnya agar Sasuke tidak dapat menciumnya kembali, tangannya berusaha merapikan kembali bra nya yang ditarik keatas oleh Sasuke.

"H-hentikan Sasuke-kun"

Pintanya, jika lebih seperti ini Hinata masih belum bisa menerima nya.

"Tidak mau"

Sasuke justru semakin meremas dengan gemas kedua dada besar itu secara bergantian. Mata onyx nya juga menangkap wajah Hinata yang sudah memerah, dengan bibir nya yang sedikit bengkak akibat ulah Uchiha tampan ini.

"A-apa kau s-selalu mesum seperti ini S-Sasuke-kun?"

Hinata masih berusaha menghentikan tangan Sasuke yang tidak berhenti meremas dadanya, bahkan kini kedua tangannya yang bergerak.

"Bagaimana mungkin aku tidak horny saat dihadapkan dengan gadis seperti mu"

Dengan kekuatan nya, Sasuke merubah posisi Hinata agar duduk menghadapnya, tidak miring seperti tadi. Dan kini, ia dapat melihat kembali dengan jelas payudara indah milik kekasihnya.

"Nngggg S-Sasuke"

Hinata mulai meracau pelan saat puting nya dilahap dan dihisap dengan lembut oleh pria yang kini tengah memangku nya.

Tak hanya menghisap dengan lembut, Sasuke juga ikut memainkan lidahnya. Menjilat setiap inchi kulit dada Hinata yang mulus ini. Sedang tangan satunya masih asik memelintir dan meremas payudaranya yang lain.

Isapan demi isapan, kecupan demi kecupan.

Rasanya Sasuke tak ingin menyudahi nya.

Memberikan lumatan secara bergantian pada dua buah dada yang besar ini.

"Kau suka Hinata?"

Tanya Sasuke, bibirnya tidak bisa berhenti mengecup sana sini, memberikan beberapa kissmark dikulit putih susu milik Hinata.

"Berhentilah S-Sasuke"

"Kenapa? Aku suka melakukan ini"

"T-tapi sudah c-cukup"

"Kurasa aku tidak akan pernah cukup padamu"

"Ahhh s-sakit, j-jangan digigit"

Hinata memekik kecil saat puting kanannya digigit kuat-kuat oleh Sasuke, dilihatnya bagaimana Sasuke sedang menikmati santapannya.

Uchiha tampan yang mempesona ini, sedang masih asik mencumbu kedua dada besar miliknya.

Wajah Hinata semakin memerah.

"H-hentikan"

Hinata mulai mendorong dengan keras, membuat Sasuke menghentikan aksinya disertai dengan wajah nya yang tampak marah.

"S-sudah cukup"

Hinata mulai merapikan kembali bra nya. Dirinya tidak habis pikir, banyak sekali bercak merah di dadanya akibat ulah Sasuke. Bahkan kedua putingnya nampak membesar dan memerah akibat isapan yang tidak ada hentinya.

Mungkin Hinata pikir, jika Sasuke berada didekatnya dan baik padanya hanya karena tubuhnya.

Hanya karena ingin menyentuh nya- melecehkannya.

Bagaimana mungkin, seorang bangsawan seperti Sasuke mau dekat-dekat dengan orang biasa seperti Hinata, yang bahkan sebelumnya saja Sasuke pernah menindas dirinya.

Tidak mungkin orang akan berubah secepat itu jika bukan karena hawa nafsu.

Melihat Hinata yang seketika berubah, membuat Sasuke merasa rada jengkel. Tapi setelah memperhatikan raut wajah Hinata, Sasuke tidak jadi marah.

"Bangun sebentar"

Pinta Sasuke, Hinata dengan cepat bangkit dari pangkuan Sasuke dan segera berdiri seraya masih merapikan pakaian nya.

Sasuke melenggang pergi keluar ruangan, tidak berkata apapun, dan tidak melirik Hinata sedikitpun.

"Hah~"

Dihelanya nafas panjang, dirinya agak sedikit kesal kenapa sedari tadi dia tidak berontak, malah membalas ciuman cabul itu.

'Bodoh bodoh bodoh!'

Umpatnya berkali-kali dalam hati.

Hinata melihat sekilas kearah jam dinding, sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dirinya harus segera pulang, jika tidak ayahnya akan khawatir. Ya karena sebelumnya Hinata tidak pernah main jika sehabis pulang sekolah, jika itu pun mendesak ada urusan, dia akan sempat mengabari ayahnya. Tapi sekarang, bagaimana mau dikabari, hp miliknya yang lama saja dipegang Sasuke. Di hp baru nya belum disimpan nomor sang ayah.

Cklek!

Pintu terbuka, Sasuke masuk kembali dengan membawa sesuatu ditangannya.

Sebuah kotak perhiasan.

Hinata hanya terus diam sambil memperhatikan apa yang Sasuke lakukan. Uchiha bungsu itu membawa kotak hitam perhiasan ukuran sedang dan membuka nya, didalamnya terdapat sebuah kalung.

Sasuke tersenyum tipis, sangat tipis- yang bahkan mungkin Hinata tidak menyadarinya. Dia membuat sebuah kalung berlian berbentuk hati untuk Hinata.

Kalung dengan desain modern diamond pendant berbentuk hati itu akan memberikan kesan manis pada Hinata, Uchiha tampan itu bahkan membuatnya dari berlian kualitas terbaik.

Kalung pertama buatannya, untuk Hinata seorang.

"Cantik sekali"

Gumam Hinata tanpa sadar, dia terus menerus memperhatikan benda berkilau yang ada ditangan Sasuke.

Tanpa banyak bicara Sasuke segera berdiri dibelakang Hinata, dengan posisi tangan yang langsung ingin segera memakaikan perhiasan yang indah ini untuk gadisnya seorang.

"E-eh, u-untukku?"

Hinata terperanjat, dia tidak percaya Sasuke memakaikan kalung cantik ini padanya.

Entah Hinata harus menerima atau menolak.

Di satu sisi dia sangat senang ketika Sasuke memberikan ini untuknya, disisi lain dia juga merasa tidak pantas untuk menerimanya.

Setelah selesai dipakaikan, Sasuke memutar tubuh Hinata agar menghadap nya.

"Cantik sekali"

Puji Sasuke, Uchiha bungsu ini benar-benar tersenyum. Senyum yang bahkan Hinata baru pertama kali melihatnya, seketika image iblis yang Hinata sematkan untuk nya luruh seketika.

Hinata terpaku sekejap kala melihat wajah Sasuke dengan senyuman, dia langsung memegang liontin kalung tersebut yang kini sudah berada dilehernya.

Kemarin handphone lalu sekarang kalung berlian, hadiah apa lagi yang akan Hinata terima?

Wajah Hinata pun perlahan memerah, tapi juga tanpa Hinata sadari matanya ikut memanas- bahkan airmata pun menetes setelahnya.

"Ada apa?"

Sasuke yang melihat Hinata menangis pun bingung. Apa Hinata tidak menyukai kalung pemberian nya?

Untuk pertama kalinya bagi Hinata, dia menerima hadiah secantik ini dalam hidupnya. Hinata benar-benar bahagia.

"Y-ya, kalung nya cantik"

Hinata mengusap airmata nya, tidak seharusnya dia nangis didepan Sasuke.

"Tidak, bukan kalung nya. Tapi kau, Hinata"

Ucap Sasuke, kedua ibu jarinya ikut menghapus airmata yang membasahi pipi gembil kekasihnya.

"Kau sangat cantik"

Lanjutnya.

Mendengar hal itu, justru membuat Hinata menangis semakin menjadi.

"Kenapa? Apa yang salah?"

Alhasil semakin membuat Sasuke kebingungan. Dengan nalurinya sebagai lelaki, Sasuke segera mendekap tubuh mungil Hinata kedalam pelukannya- memeluk dengan erat.

Hinata hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus bilang apa pada Sasuke.

Ini juga pertama kali untuknya mendengar seorang lawan jenis mengatakan bahwa dia cantik, bahkan Hinata pun tahu Sasuke mengatakannya dengan tulus.

Apa Sasuke benar-benar menyukai nya?

Apa Sasuke benar-benar sayang padanya?

Seperti nya iya.

Haruskah Hinata membuka hati untuk Uchiha satu ini?

Dan apakah boleh Hinata juga jatuh cinta pada Sasuke?

Siapa yang tahu kedepannya, Hinata mungkin akan mengikuti alurnya saja.

.

.

.

.

PRINCE OF THE DARKNESS

.

.

.

.

Di dalam kamar berukuran kecil nan sempit, Hinata tengah mengerjakan pr biologinya.

Otak pintar nya bahkan sudah khatam jika menyangkut ilmu anatomi, semuanya sudah diluar kepala.

Sesekali tangannya menyentuh kalung indah pemberian Sasuke, harus Hinata akui dia sangat menyukainya.

Dan sesekali pikirannya juga melayang memikirkan Uchiha sialan satu itu. Entah maunya apa.

Drrrttttt drttttttt~

Drrrtttt drttttttt~

Hp nya bergetar, Hinata yang sudah tahu siapa yang menelepon pun langsung mengangkat nya.

"Moshi-Moshi S-Sasuke-kun"

"Kau sedang apa?"

"Tentu saja belajar, apa kau tidak belajar?"

"Untuk apa? Aku siswa terpintar di Jepang. Dan kau kenapa belajar?"

"A-apa kau lupa pernah memanggilku 'tolol'? Jadi aku harus belajar agar tidak tolol"

Hinata sedikit mendengus kesal kala mengingat pertemuan pertama kalinya dengan Sasuke.

"Kapan? Aku tidak ingat, jangan mengada-ngada"

"Sudah lah, jangan g-ganggu aku S-Sasuke-kun. Banyak tugas yang h-harus ku kerjakan, ku tutup ya"

Tit~

Hinata menepuk jidat nya, entah kemana pergi nya Sasuke yang pertama kali dia lihat.

Disisi lain, Sasuke menggerutu kesal karena Hinata mematikan teleponnya.

Tapi setidaknya dia cukup senang karena mendengar suara Hinata.

Kalau dipikir-pikir sungguh menjijikan Uchiha satu ini.

.

.

.

.

PRINCE OF THE DARKNESS

.

.

.

.

Hinata berjalan dengan riang ke sekolah, walaupun dia cukup ter bully disana, tapi setidaknya sekarang ada Sasuke yang melindunginya.

Langkah mungil nya memasuki gerbang sekolah nya yang mewah nan megah. Sekolah impiannya sejak dulu- sejak ibu nya masih hidup.

Mata nya menangkap sekumpulan siswa-siswi yang sedang berkumpul dipinggir lapangan. Bahkan dari mereka ada yang teriak-teriak dan bersorak, seakan seperti sedang menonton sesuatu.

"Ayo Sasuke-senpai !! Hajar dia!"

"Pukul! Pukul! Pukul!"

"Tendang dia Toneri!!"

"Ayo! Ayo!"

Seakan mendengar nama Sasuke disebut, Hinata segera berlari untuk memastikan. Berusaha masuk kedalam kerumunan untuk melihat apa yang terjadi.

'Bugh!'

'Bugh!'

Suara baku hantam antar Sasuke dan Toneri terdengar begitu jelas. Keduanya saling memukul, menendang dan menghajar satu sama lain.

Dengan seragam yang sudah berantakan bahkan robek, darah yang mengalir dari masing-masing sudut bibir dan beberapa lebam biru yang sudah mulai muncul dipelipis mereka berdua.

Hinata yang melihat benar-benar terkejut.

"S-Sasuke-kun!!"

Panggil Hinata, bahkan tubuhnya mulai gemetar kala melihat mereka berdua yang tidak ada hentinya.

Sasuke yang tidak mendengar masih terus saja asik memukul Toneri, entah apa yang terjadi diantara mereka. Tapi yang jelas seakan ada amarah yang teramat sangat dari mata Sasuke.

"SASUKE-KUN!!"

Kali ini Sasuke menoleh, pandangannya tertuju pada gadis mungil diseberang sana. Melihat Hinata berteriak padanya, Sasuke segera menghempaskan cengkraman tangan nya dikerah Toneri. Toneri pun ikut melihat ke arah yang sama dengan Sasuke.

Gadis mungil bersurai biru gelap dengan ekspresi wajah yang sangat takut dan panik.

"Kita belum selesai ya bangsat"

Dengan jalan sempoyongan, Sasuke berjalan mendekati Hinata nya.

Toneri yang mendengar hanya tersenyum sinis, dia merebahkan tubuhnya ke tanah. Napas nya masih sangat tersengal-sengal.

"Kau sudah ada datang"

Sasuke segera meraih jemari Hinata dan membawanya pergi dari sana. Meninggalkan banyak siswa-siswi yang kembali ramai membicarakan kedekatan mereka.

"K-kau gila! A-apa yang kau lakukan?"

Omel Hinata.

Sasuke membawanya ke arah parkiran mobil, kali ini dia berangkat membawa mobil, motornya sedang di service.

Sasuke segera masuk kedalam mobil mewah miliknya, diikuti Hinata.

"Apa yang pikirkan Sasuke-kun?"

Hinata segera mengambil beberapa tisu yang tersedia dimobil Sasuke dan mulai membersihkan darah yang mengalir disudut bibirnya.

"Hanya bersenang-senang"

Sahutnya santai, matanya tidak berpaling dari cantiknya wajah Hinata yang khawatir padanya.

"B-bahkan seragam mu sobek"

Hinata benar-benar pusing melihat keadaan Sasuke yang sangat kacau. Dan Sasuke sendiri masih saja tidak menggubrisnya.

"Kau pakai kalung nya?"

Sasuke malah justru menanyakan hal sepela lainnya. Dia tersenyum tipis kala melihat Hinata memakai kalung pemberian nya.

"Kau mau sampai kapan jadi preman?"

"Sampai lulus"

"J-jangan bercanda terus Sasuke-kun"

"Aku tidak bercanda"

"Cihhh"

"Kau sudah berani mendengus di depan ku?"

Hinata yang mendengar itu hanya menjawab dengan bibir cemberut. Dia benar-benar kesal kali ini. Sedangkan Sasuke tampak menikmati omelan demi omelan yang Hinata lontar kan kepadanya.

"Kau khawatir padaku?"

Tanya kembali Sasuke, tangannya kini mengusap lembut pipi chubby Hinata.

"Tentu saja"

Hinata dengan telaten membersihkan darah dan debu kotoran yang menempel pada wajah dan rambut Sasuke.

Tanpa banyak basa-basi Sasuke memajukan kepalanya dan mencium bibir Hinata.

Tentu saja bukan hanya sekedar kecupan biasa, Sasuke langsung melumat dan memasukan lidahnya kedalam mulut gadisnya itu.

Hinata pun kali ini tidak melawan, dia menerima yang Sasuke lakukan padanya. Hinata dapat merasakan rasa darah dengan jelas dari bibir Sasuke.

Keduanya saling mengecup dan mencumbu satu sama lain didalam mobil.

Sedangkan keadaan di lapangan, terlihat Toneri mulai bangkit dan berjalan perlahan menuju UKS. Dirinya dibantu dipapah dengan kawannya, Sai.

"Bagaimana dengan tadi?"

Tanya Sai dengan penasaran.

"Ya seperti yang terlihat, Uchiha bajingan itu tidak akan mau kalah"

Sahut Toneri disertai cekikik pelan.

"Kau akan merebut itu?"

"Ya"

"Walau harus mati?"

"Hahaha, mungkin"

Sudah jadi rahasia umum disekolah ini, bahwa Sasuke dan Toneri adalah musuh abadi sejak masih SD.

Entah apa yang di ribut kan kedua nya pagi-pagi disekolah sampai harus baku hantam seperti itu.

Yang satu nya sedang berpikir bagaimana cara merebut nya, sedangkan satunya memikirkan bagaimana caranya untuk mempertahankan nya.

.

.

.

.

PRINCE OF THE DARKNESS

.

.

.

.


Huwaaaaaaaaaa~ Long time no see Minna (Д)

Apakah kalian merindukanku?

Atau hanya rindu ceritaku? Huhuhu (︵,)

Mohon maaf sebesar-besarnya jika baru up, aku ini orangnya lupaan, lupa nya sampe setahun lebih:") maafin ya sekali lagi

aku harap kalian masih menyukai fic ini

dan jangan lupa review untuk masukan dan kritikannya ya.

Makasih banyak ( )