Karena banyak banget dari kalian yang pengen ini di lanjutin ini cerita, jadinya aku lanjutin ya.
Tapi biar enak kita ulang dari awal lagi ya, jadi mohon bersabar hehehe
Untuk 1 chap ini aku langsung masukin 2 chap yang kemarin biar cepet.
.
.
.
.
THAT'S DEVIL BUT I LOVE HIM
.
.
.
.
MASASHI KISHIMOTO
"Sasuke jangan lupa, hari ini kau ada pertandingan jam 10 malam nanti" Shikamaru terlihat sibuk memperhatikan kertas yang berisikan jadwal balapan temannya. Seorang pemuda yang dipanggil 'Sasuke' hanya menyahut dengan gumaman tidak jelas, mata kelamnya terus memperhatikan layar laptop miliknya.
"Kali ini kau harus menang lagi Teme! kita taruhan cukup besar dibalapan malam nanti" Naruto masih sibuk mengotak-atik mesin mobil, dia terlihat sangat fokus. Dan Sasuke hanya kembali menyahut dengan gumaman, dia terus melihat-lihat gambar mobil Nissan Skyline GT-R. Sasuke berniat untuk membeli mobil baru sebagai koleksi pelengkap mobil sport nya sekaligus dia gunakan untuk balapan.
Uchiha Sasuke, seorang drifter muda yang kaya raya. Dia merupakan salah satu dari drifter balap liar yang berpengaruh pada kehidupan malam kota Tokyo. Dia tidak pernah kalah dalam setiap balapan, selalu menang dalam setiap pertandingan, dan selalu mendapatkan mobil-mobil baru dari lawan nya yang telah kalah.
Sasuke membentuk sebuah perkumpulan besar untuk hobi gilanya ini. Sasuke menamainya 'Devil Drift', kelompok ini dipimpin oleh dirinya sendiri, dengan anggota yang berisikan sahabat-sahabat terdekat nya yang juga paham dalam mengurusi supercar.
Karir Sasuke cepat naik daun juga bukan karena dia tampan, kaya raya, ataupun pintar dalam lintasan trek- melainkan juga karena dia berandal dan liar. Sasuke sering menghabiskan malam di club malam jika tidak ada balapan. Dia akan menyewa perempuan bayaran untuk melayani nafsu sex nya selama semalaman penuh, Sasuke juga senang mabuk-mabukkan, dia sering membuat ulah disekolahnya tapi pihak sekolah tidak mampu berbuat apa-apa karena sekolah itu di donaturi oleh Uchiha Fugaku- ayah dari Sasuke.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Hinata, ayolah temani kami nonton balapan nanti malam" Sakura masih berusaha membujuk salah satu sahabatnya untuk ikut menonton balap liar bersama dirinya dan Ino.
"A-aku tidak akan di ijikan keluar semalam itu Sakura-chan" Hinata mengerucutkan bibirnya. Mengingat dia mempunyai kakak laki-laki yang sangat over protektif, mana mungkin Hinata di ijinkan keluar jam 10 malam.
"Aku yang akan membujuk Neji-Nii, atau mungkin kau harus berbohong padanya" Ini memperlihatkan tatapan puppy-eyes andalannya ke Hinata.
"Ino-chan j-jangan menatapku seperti itu" Hinata langsung menepuk pelan pipi Ino, dia tidak suka dipandang dengan tatapan memelas, karena hatinya akan langsung menjadi iba.
"Hinata, kita para gadis itu wajib menonton balapan itu, akan ada banyak pria-pria tampan disana" Sakura mulai membayangkan kalau dirinya akan bertemu driver tampan yang akan mengajak dirinya berkencan.
"A-akan ku usahakan" Hinata menunduk lemas. Di hirupnya oksigen dalam-dalam, dia tidak percaya dengan apa yang barusan dia katakan. Sebenarnya dalam hati gadis Hyuuga itu, dia juga ogah-ogahan untuk pergi melihat balapan malam hari dijalanan Shibuya. Hinata jauh lebih suka menghabiskan waktu malam nya untuk sekedar membaca komik ataupun novel kesukaannya. Tidak seperti kedua sahabatnya ini, Sakura dan Ino begitu senang menonton balap liar sampai tengah malam. Bahkan Hinata heran, bagaimana bisa Sakura dan Ino selalu mengendap dan kabur dari rumah tanpa ketahuan orangtua mereka? Hinata selalu geleng-geleng kepala jika memikirkan hal itu.
"Baiklah, aku dan Sakura akan menunggu didepan rumahmu tepat jam 10 kurang 5 nanti malam. Jika Neji tetap tidak mengijinkanmu, maka yang harus kau lakukan adalah mengendap-ngendap untuk dapat keluar rumah. Kau mengerti Hinata?" Ino mencengkram kuat pundak Hinata, mata aquamarine nya metatap serius ke arah mata amethyst Hinata. Dengan gemetar, Hinata menganggukan kepalanya.
"Bagus! huwaaaa sudah tidak sabar rasanya" Sakura memeluk Ino dari samping.
"Aku harus dandan cantik malam ini" Ino meraih cermin kesayangan dari dalam tas kuning miliknya.
"Aku yang akan jauh lebih cantik" Sakura pun langsung merebut cermin dari tangan Ino. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk debat memperebutkan sebuah cermin, Hinata hanya menepuk keningnya melihat kelakuan dua sahabatnya ini.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Niisan" Hinata mendekati kakak laki-laki nya yang sedang asyik menonton televisi. Yang dipanggil pun menoleh, Neji menepuk tempat kosong disampingnya. Tanpa pikir panjang, Hinata segera duduk manis disamping Neji.
"Aku ingin menginap dirumah Sakura-chan" Hinata berusaha agar berbicaranya tidak gagap, karena Hinata tahu Neji pasti akan berpikir kalau dirinya berbohong jika berbicaranya gagap- ya walaupun memang Hinata sedang berbohong.
"Kenapa harus menginap?" Neji mulai memandang curiga ke Hinata.
"Orangtua Sakura-chan sedang pergi ke luar kota, dia takut jika harus sendirian, lagipula Ino juga ikut" Hinata merasa seakan jantungnya ingin meloncat keluar, Hinata tidak terbiasa untuk berbohong, bahkan sebelumnya dia tidak pernah berbohong.
"Hah~ baiklah aku ijinkan, tapi aku yang antar kerumah Sakura" Neji meraih remote dan mulai mengganti-ganti chanel tv, dia juga mulai memandang bosan ke arah televisi besarnya itu.
"T-tidak perlu Niisan! Sakura dan Ino yang akan menjemputku"
"Baiklah terserah kau saja Hinata. Tapi aku tidak ingin kau besok telat ke sekolahm kau juga tidak boleh tidur larut malam, kau harus memakai selimut jika udara mulai terasa dingin, kalau kau lapar malam hari cepat bangunkan Sakura, kau juga t-..."
"Niisan aku hanya menginap satu malam saja, kau tidak perlu berlebihan seperti itu" bukan bermaksud tidak sopan karena memotong pembicaraan orang yang lebih tua, tapi menurut Hinata, Neji terlalu berlebihan.
"Hehehehe maaf maaf" Neji menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal. Seperti itulah Neji, dia selalu over protektif jika menyangkut kehidupan kedua adiknya- Hinata dan Hanabi.
"Terimakasih telah mengijinkanku Niisan" Hinata memeluk erat Neji. Dia tersenyum senang, padahal dalam hatinya Hinata merapalkan kata maaf berkali-kali karena telah membohongi kakak nya demi menonton balap liar bersama Sakura dan Ino.
'Aku adalah adik yang kurang ajar' batin Hinata.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Hinata ayo cepatlah sedikit" Sakura menggandeng tangan Hinata, di ikuti Ino dibelakang. Mereka telah sampai pada tempat perkumpulan dimana para driver balap liar berkumpul. Salah satu jalan di Shibuya menjadi magnet bagi remaja-remaja, disana mereka akan bersenang-senang sampai larut malam tanpa ada ocehan larangan dari orangtua. Hinata sedikit tercengang ketika sampai disana, baru pertama kalinya dia melihat sesuatu hal yang belum pernah dia lihat. Banyak sekali supercar yang berjejer rapi dengan harga selangit, minuman keras ada pada disetiap genggaman para pria, gadis-gadis centil yang menari erotis dengan pakaian sangat sexy, dan banyak adegan ciuman panas yang dilakukan setiap pasangan tanpa rasa malu.
"Inikah tempatnya?" Hinata masih memperhatikan keadaan sekitar.
"Inilah yang namanya surga malam Hinata" Ino merangkul pundak Hinata guna untuk memberikan sedikit ketenangan pada sahabatnya ini.
"Sebentar lagi balapan nya akan dimulai. Lihat Hinata! Para driver sudah bersiap dengan mobil-mobil mereka yang super kencang" Sakura menunjuk ke arah deretan mobil yang sudah bersiap dibelakang tulisan garis 'Star'. Hinata mengikuti arah telunjuk Sakura, gadis Hyuuga manis itu mendapati lima mobil yang sudah berjejer. Mata amethyst nya memperhatikan satu per satu mobil itu, Hinata juga dapat melihat para driver tampan yang berada didalamnya.
"Mereka tampan semua ya" gumam Hinata.
"Hinata, mobil putih yang itu, kau lihat?" tanya Ino dengan posisi yang masih merangkul Hinata, dan direspon anggukan pelan oleh Hinata.
"Aku yakin, dialah yang akan menjadi pemenangnya" kata Ino dengan nada mantab dan percaya diri.
"E-eh? K-kenapa? P-pertandingannya kan belum dimulai" Hinata tampak heran, dia memandang ke arah wajah Ino yang terus memandang ke arah mobil putih tersebut.
"Karena dia adalah Uchiha Sasuke" kali ini Sakura yang menjawab pertanyaan Hinata.
"Hah? U-Uchiwa a-apa?" Hinata mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Uchiha Sasuke, Hinata~" Ino memutar bola matanya, dia tidak menyangka jika Hinata tidak paham dan tidak mengenal seorang Uchiha Sasuke.
"Dia merupakan driver paling tampan dan kaya raya yang masih duduk dibangku 2SMA di Suna High School. Dia tidak pernah kalah dalam setiap pertandingan, Sasuke juga tidak akan mau bertanding jika nilai uang taruhan tidak sampai angka U$50.000" Sakura dengan senang hati menjelaskan siapa itu Uchiha Sasuke.
"A-apa?" Hinata seakan terkena serangan jantung begitu mendengar nominal taruhan yang begitu besar, mata amethyst bulan nya memandang ke arah pria yang berada didalam mobil putih Lamborghini Aventador.
"Balapan akan segera dimulai!"
Ratusan pasang telah bersiap untuk menyaksikan seberapa kencang mobil-mobil itu berlari. Suara derungan mesin dari setiap mobil mulai terdengar, itu bagaikan suara petir yang menggelegar dimalam hari. Seorang gadis tengah berdiri beberapa didepan garis 'Star', dengan nada centilnya gadis itu berkata...
"Bersedia,
Siap,
Mulai!"
Bra berwarna pink yang dia kenakan dilepas lalu dilempar ke atas, itulah tanda dimulainya pertandingannya.
Suara decitan ban mobil dengan aspal halus terdengar jelas, ke lima mobil melaju dengan kecepatan penuh. Ke lima driver itu mempunyai strategi masing-masing agar dapat memenangkan pertandingan. Masing-masing spidometer bergerak meroket ke angka yang tertera paling ujung, adrenalin berpacu dengan sangat cepat seiring dengan injakan pada pedal gas yang dilakukan, otot-otot para driver itu mulai mengencang disertai pegangan yang semakin erat pada setir mobil, dan tak lupa seringai yang terbentuk dibibir merah mereka.
Hinata terus mengikuti arah kemana mobil-mobil itu melaju, gadis itu berdecak kagum melihat ke lima supercar tersebut melesat dengan cepat layaknya kilat. Lambat laun pandangannya tak lagi menangkap supercar tersebut.
"E-eh? K-kemana perginya mobil-mobil itu?" Hinata tampak keheranan.
"Tunggu saja Hinata, lihat dari arah sana, lalu kita akan tahu siapa pemenangnya" Ino memandang ke arah yang berlawanan dengan arah pergi nya mobil-mobil cepat tadi, tak jauh dari sana terlihat garis bertuliskan 'Finish'.
"Sasuke-kun pasti menang" Sakura mengepalkan kedua tangannya ke atas disertai dengan jingkrakan kecil dikakinya.
Tak lama kemudian, dari kejauhan mata Hinata mendapati salah satu mobil yang mulai terlihat. Dia menyipitkan mata bulan nya untuk memperjelas penglihatannya, tak butuh waktu lama bagi Hinata untuk tersentak setelah mengenali itu mobil siapa.
"I-itu Uchiha Sasuke" gumam Hinata.
Mobil putih Lamborghini Aventador melaju sangat cepat menembus garis finish. Banyak orang mulai berhamburan ke tempat mobil Sasuke, untuk sekedar memberikan ucapan selamat ataupun bersorak ria karena telah memenangkan pertandingan.
"Kau hebat Sasuke!" seru Kiba, pemuda dengan tato segitiga disetiap pipi nya itu merangkul Sasuke lalu memberikan minuman kaleng kepada Uchiha tampan tersebut.
"Seperti biasa~ selalu cepat dan tepat!" Naruto menyeringai lebar, tidak sia-sia pemuda Uzumaki itu bergadang dan memperoleh tanda hitam dibawah matanya hanya untuk mempersiapkan mesin mobil berkekuatan tenaga kuda.
"Baiklah, aku akan menemui panitia lalu meminta uang U$75.000 milik kita" Shikamaru segera berlenggang kelau dari para kerumunan yang masih dengan setia mengerubuni Sasuke. Sedangkan Sasuke sendiri tidak berkomentar apa-apa, dia sudah sering menang jadi sudah menjadi hal biasa baginya.
"Kyaaaaa~ Sasuke-kun benar-benar hebat" Sakura menjerit manja, rasanya dia ingin sekali memeluk tubuh Sasuke yang berjalan melwatinya. Hinaya hanya terus diam saat Sasuke lewat, menurut Hinata, Sasuke sedikit menyeramkan. Mata kelam ditambah dengan wajah dingin Uchiha tampan itu membuat Hinata sedikit bergidik mgeri. Sedangkan Ino tidak terlalu tertarik dengan pesona Sasuke, Ino jauh lebih tertarik pada Sai- sepupu Sasuke yang juga sering ikut balapan di jalanan Shibuya ini.
Sakura dan ino langsung berlari kecil mengikuti kerumunan Sasuke. Saat Hinata ingin menyusul, dia merasakan ingin buang air kecil, jadi Hinata mengurungkan niat untuk menyusul kedua sahabatnya dan lebih memilih untuk mencari toilet umum.
"A-apa tidak ada t-toilet disini?" Hinata bertanya pada drinya sendiri, dia terus celingak-celinguk mencari tempat bertuliskan 'Toilet'. tapi Hinata tidak kunjung menemukannya.
"P-permisi, a-aku ingin b-bertanya, d-dimana toilet nya?" Hinata berusaha menahan pipis nya sat bertanya dengan pemuda bertubuh tambun yang berada didekatnya.
"kau mencari toilet?" dengan nada bicara kurang jelas karena sedang menguyah keripik singkong, Chouji terus memperhatikan Hinata yang terus bergerak-gerak seperti cacing kepanasan.
"A-aku mencari t-toilet, b-bisa tunjukkan dimana tempatnya?"
"Disana" Chouji menunjuk sebuah pintu besar berwarna hitam. Setelah mengucapkan terimakasih, Hinata langsung berlari ke arah pintu yang dimaksud. Didepan pintu tersebut, banyak sekali gadis-gadis sexy yang berdiri, mereka menggoda pemuda-pemuda hidung belang yang menginginkan sentuhan. Hinata sedikit memandang jijik ke arah gadis-gadis itu, bisa-bisa nya mereka menjual tubuh hanya untuk mencari uang padahal masih banyak cara lain untuk mendapatkan uang didunia ini- itulah yang dipikirkan Hinata. Dengan mempercepat langkah melewati koridor panjang yang hanya diterangi cahaya lampu remang-remang, akhirnya Hinata dapat menemuka toilet. Senyuman lebar terlihat jelas dibibirnya, penderitaan nya menahan pipis sudah berakhir.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Ino, dimana Hinata?" Sakura mulai panik saat menyadari Hinata tidak lagi bersamanya.
"Apa mungkin dia sudah pulang duluan?" Ino pun tak kalah paniknya. Jika sesuatu hal buruk terjadi pada Hinata, maka Ino dan Sakura akan menjadi sasaran murka dari Neji.
"Aku tidak bisa menghubungi ponselnya, sepertinya ponselnya mati" Sakura memandang cemas ke arah layar ponsel merah muda miliknya.
"Apa kita pulang saja? Mungkin Hinata sudah benar-benar pulang"
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Ahhh~ leganya" senyum sumringah kembali terpampang jelas dari wajah manis Hinata. Dia segera bergegas keluar dari bangunan yang sepertinya adalah club malam. Tidak masalah kan masuk ke dalam club malam hanya untuk menumpang buang air kecil?
Hinata mendekati kerumunan yang dia yakini ada Sakuran Ino disana. Kaki kecilnya berusaha berjinjit untuk berusaha melihat Sakura dan Ino, sesekali bahkan dia melompat-lompat kecil.
Hinata mulai mencari keberadaan Sakura dan Ino, tapi tidak kunjung menemukannya. Hinata mulai takut, apalagi jika melihat keadaan sekitar yang semakin menggila, ditambah dengan Hinata yang tidak terlalu hapal jalan pulang dari tempat ini karena baru pertama kali dia kesini. Hinata menggigiti bibir bawahnya, keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya, dia berdiri dengan gemetar, diremasnya ujung jaket yang dia gunakan.
'Tin Tin Tin!'
Suara klakson mobil membuat Hinata menjadi kaget dan takut. Bukannya menghindar dan menepi ke pinggir, Hinata justru semakin gemetaran berdiri didepan mobil Ascari A10 tersebut.
"Apa kau tuli hah?! Enyahlah dari sana!" Sasuke mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil untuk meneriaki gadis yang menghalangi jalannya. Karena Hinata tak kunjung bergerak, dengan menahan geram amarah Sasuke langsung keluar dari mobil mewahnya dan langsung menyeret kasar lengan Hinata untuk menyingkir dari jalan tempat mobilnya akan lewat.
"S-sakit, l-lepaskan" Hinata meringis saat lengannya dicengkram kuat.
"Gadis tuli! Aku menyuruhmu untuk menyingkir dari jalanku, kenapa kau masih diam saja? Mau mati heh?!" Sasuke sedikit membentak gadis yang ada dihadapannya ini. Hinata hanya terus menunduk, dia tidak berani memandang balik pria yang terus-terusan memarahi nya.
"Hey aku bicara padamu!" Sasuke benar-benar kesal. Sasuke paling tidak suka diabaikan saat dia sedang berbicara. Dengan cepat Sasuke langsung meraih dagu Hinata agar gadis itu mau menatapnya. Saat Sasuke ingin kembali membentakknya, Sasuke urungkan niatnya itu, dia melihat ada airmata di pipi gadis bersurai biru tua dihadapannya.
"Kenapa kau menangis heh?" Sasuke menjauhkan tangannya dari dagu Hinata.
"A-aku t-tidak tahu a-arah jalan p-pulang" Hinata menangis sesenggukan, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan putihnya. Sasuke menyerengit, kenapa dia bisa datang kemari tapi tidak bisa pulang dari sini- Sasuke memikirkan hal itu.
"Lalu kenapa kau bisa sampai kesini?" Sasuke terus memandang ke arah Hinata yang terus menunduk dan menutupi wajahnya.
"A-aku pergi b-bersama kedua t-temanku, saat a-aku pergi ke t-toilet dan k-kembali lagi, k-kedua temanku s-sudah tidak a-ada" tangisan Hinata semakin menjadi dan Sasuke semakin heran. Baru pertama kalinya Sasuke bertemu dengan gadis cengeng seperti dia.
"A-apa kau m-mau mengantarkanku p-pulang?" Hinata memberanikan diri untuk menatap ke arah pria dihadapannya, dan ternyata Hinata baru sadar kalau sedari tadi dirinya tengah berbicara dengan seorang Uchiha Sasuke. Seketika wajahnya menjadi merah padam.
"Aku? Mengantarkan gadis tuli sepertimu? Cih, jangan harap!" Sasuke memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana denim yang dia kenakan, dia langsung menatap tajam ke arah Hinata. Hinata yang ditatap seperti itu langsung ciut, dia kembali menundukkan dalam-dalam kepalanya. Tanpa pamit, Sasuke langsung pergi meninggalkan Hinata yang masih berdiri mematung. Sasuke membuka pintu mobilnya lalu segera duduk, dia menoleh ke arah Hinata yang masih tetap tidak berkutik.'
Ck, dasar gadis aneh' pikir Sasuke, dia langsung menyalakan mesin mobil dan langsung menancap gas.
Hinata kembali memperhatikan keadaan sekitar, mata amethyst nya menangkap sosok pemuda yang telah membantunya menemukan toilet tadi. Tanpa harus berpikir seribu kali, Hinata kembali mendekatinya.
"P-permisi" dengan gugup Hinata berusaha memanggil pria yang Hinata tidak tahu siapa namanya.
"Kau kan gadis toilet tadi, apa masih belum menemukannya? Apa perlu ku antar?" Chouji tersenyum lebar. Hinata sedikit terkekeh pelan saat disebut 'Gadis Toilet'.
"A-aku sudah menemukan toiletnya, dan s-sekarang aku bingun m-mencari jalan pulang. Apa k-kau mau mengantarkanku?" Hinata sedikit gugup, seharusnya dia tidak meminta pertolongan pada pria yang baru saja dia temui. Tapi apa boleh buat, toh Chouji juga telah membantunya tadi.
"Oh begitu~ dengan se-..."
"Kau akan ku antar pulang!" belum sempat Chouji menyelesaikan kata-katanya, Sasuke langsung memotong pembicaraan Chouji. Tangannya kembali menyeret lengan Hinata, tapi tidak sekasar seperti yang pertama tadi. Hinata terperangah, ini untuk yang kedua kalinya dia diseret paksa oleh Sasuke.
"L-lepaskan aku!" Hinata berusaha melepaskan diri dari Sasuke, tapi tetap tidak direspon oleh Sasuke. Pemuda Uchiha itu terus menyeret Hinata menuju mobilnya.
"K-kenapa kau kembali? B-bukannya kau tidak m-mau mengantarkanku?"
"Aku terus memikirkanmu disepanjang perjalanan. Kau itu masih polos, kalau nanti kau diperkosa oleh sekelompok pria bagaimana?" Sasuke menjawab dengan ketus.
"K-kau m-mengkhawatirkanku?" Hinata sedikit terperangah mendengar jawaban Sasuke, perlahan rona merah mulai merambat ke pipi putih chubby nya.
"Cih, jangan berpikir seperti itu! Aku terus memikirkanmu karena aku takut tempat trek balapanku akan masuk koran dan media pemberitaan lainnya karena seorang gadis yang diperkosa secara bergilir, lalu polisi akan mengetahui lokasi kesenangan kami. Aku tidak ingin tempat ku bersenang-senang menjadi ditutup hanya karena gadis polos dan tuli seperti mu" jelas Sasuke. Kini wajah Hinata semakin memerah, bukan karena rona malu tapi karena dia marah mendengar semua penjelasan Sasuke.
"masuk!" Sasuke memberi perintah agar Hinata langsung masuk kedalam mobilnya, dengan tatapan merengut Hinata langsung masuk ke dalam mobil Sasuke. mata bulannya memandang kagum interior dalam mobil Sasuke, semua nya begitu mewah dan berkelas.
"Jangan sentuh apapun!" Sasuke memperingatkan gadis disampingnya ini saat melihat tangan gadis itu mulai merayap untuk menyentuh isi dalam mobilnya.
"K-kenapa? A-aku hanya ingin p-pegang sebentar saja" Hinata benar-benar jengkel. Ternyata seorang Uchiha Sasuke itu adalah pemuda yang menyebalkan.
"Itu mahal! Aku tidak ingin barang-barang mahal milikku disentuh oleh gadis tuli sepertimu" Sasuke mulai menyalakan mesin mobilnya, suara derungan mesin yang halus terdengar begitu indah ditelingan Hinata. Dia terus memperhatikan bagian dalam mobil Sasuke.
"Pakai sabuk pengamanmu!" perintah Sasuke, Hinata langsung menurut, karena memakai sabuk pengaman itu memang diwajibkan. Tapi Hinata heran, kenapa Sasuke sendiri tidak memakai sabuk pengaman.
"K-kenapa kau s-sendiri tidak m-memakainya?"
"Aku itu seorang drifter, jadi tidak membutuhkan perlindungan semacam itu"
"A-aku kira k-kau tidak mengerti cara memakainya" dengan polosnya Honata berkata seperti itu, dan langsung menerima tatapan deathglare dari Sasuke.
"J-jangan menatapku seperti itu" reflek tangan Hinata langsung menepuk pelan pipi Sasuke.
"Kenapa kau memukulku hah?!" Sasuke menggeram, berani-berani nya gadis ini memukul pipi mulus Sasuke.
"M-maaf, maafkan aku. A-aku terbiasa m-menepuk pipi temanku j-jika dia m-memandangku dengan t-tatapan aneh" Hinata langsung mengelus pipi Sasuke yang telah dia pukul tadi, dan itu membuat Sasuke tercengang,
'Deg'
Jantung Uchiha bungsu itu mulai berdetak dengan cepat, dia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Singkirkan tanganmu gadis tuli!" ditepis dengan kasar tangan mungil Hinata. Hinata sedikit memasang wajah kesalnya saat tangannya ditepis, dengan pelan dia mengusap punggung tangannya yang terasa sakit.
Sasuke mulai menjalankan mobil ASCARI A10 miliknya, Hinata juga duduk dengan tenang seraya memandang ke luar jendela.
"Sebutkan dimana alamatnya" kata Sasuke dingin, pandangannya tetap lurus ke depan tanpa menoleh ke samping. Setelah Hinata menyebutkan alamat lengkap rumah Sakura, Sasuke mengangguk mengerti. Sasuke menambahkan kecepatan mobilnya, bahkan Sasuke sama sekali tidak menginjak pedal rem saat banyak mobil-mobil lain yang berlalu lalang. Hinata mulai merasa jantungan, dia berpegangan erat pada bagian atas mobil, dia benar-benar takut.
"A-apa kau gila? ini terlalu cepat" Hinata mengeluh pelan, dia sangat takut jika Sasuke tidak sengaja akan menabrak mobil lain.
"kau bergurau? menurutku ini sangat lamban" mata Hinata sontak membelalak mendengar jawaban gila dari Sasuke.
"A-aku takut U-Uchiha-san"
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" Sasuke semakin menambah kecepatan mobilnya, dia melirik sepintas ke aarh spidometer, seringai tipis kembali muncul.
"A-aku tahu namamu kare-.."
"Kau tidak perlu menjawab, bodohnya aku menanyakan hal itu. Aku ini kan Uchiha Sasuke, aku sudah sangat terkenal dikalangan para gadis" Sasuke langsung memotong pembicaraan Hinata dengan kata-kata narsisnya, dan langsung ditatap dengan tatapan datar oleh Hinata.
"N-namaku Hyuuga Hinata, k-kau bisa memanggilku Hinata" Hinata mengulurkan satu tangannya ke arah Sasuke, tapi tidak direspon sama sekali oleh Sasuke.
"Menyebalkan" Hinata menggerutu, dia kembali menarik tangannya dan kembali berpegangan.
"Sudah sampai"
Hinata sedikit kaget saat Sasuke mengatakan itu.
"C-cepat sekali" Hinata bergumam.
"Tentu saja, karena ini adalah mobil mahal. Gadis payah seperti mu mungkin baru pertama kali naik mobil yang seperti ini" Sasuke berkata dengan nada yang terdengar seperti merendahkan ditelinga Hinata. Tapi Hinata menghiraukannya, lagipula ada benarnya juga perkataan Sasuke.
"T-terimakasih Uchiha-san k-karena telah mengantarkanku" Hinata tersenyum, pipi chubby nya yang terlihat naik semakin menambah kesan manis gadis Hyuuga itu.
"Terimakasih saja? Ck, itu mana cukup" Sasuke menyeringai, sepintas Sasuke melihat sabuk pengaman yang masih menempel ditubuh Hinata. Hinata yang melihat menyeringai pun mulai bergidik ngeri, dia menaruh kedua tangannya didepan dada bidang Sasuke yang semakin merapat ke tubuh mungilnya.
"M-menjauhlah U-Uchiha-san, a-aku harus s-segera turun" rona merah kembali menjalar ke seluruh wajahnya.
"Kalau ku perhatikan dengan baik, kau manis juga" bisik Sasuke tepat ditelinga kanan Hinata, bulu roma Hinata pun langsung berdiri.
"U-Uchiha-san"
"Panggil aku 'Sasuke-kun'"
Kedua mata saling bertatap pandang, kedua jantung saling berdetak cepat, rona merah juga menempati wajah keduanya hanya saja terlihat samar diwajah Sasuke. Wajah mereka yang hanya berjarak 1cm membuat keduanya dapat merasakan hembusan napas masing-masing. Hinata menggigit bibir bawahnya, dia benar-benar gugup. Sedangkan Sasuke yang melihat Hinata menggigiti bibir bawahnya sendiri membuat Uchiha itu menelan ludah, menurut Sasuke, gadis itu sedang menggodanya.
"U-Uchiha-san a-aku ha-..."
Mata bulan Hinata membulat lebar ketika Sasuke menempelkan bibirnya pada bibir Hinata. Mata onyx Sasuke terpejam, bibirnya menekan lembut bibir mungil Hinata, kepala Sasuke juga sedikit dimiringkan kekanan. Hinata dapat merasakan jantungnya memompa cepat aliran darah ke setiap tubuhnya, otaknya masih berusaha mencerna apa yang Sasuke lakukan padanya.
"Aku sudah bilang padamu, panggil aku 'Sasuke-kun'. Ck, dasar gadis tuli! Sudah cepat sana turun dari mobilku!" dengan tampang tidak bersalah, Sasuke langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Hinata yang sudah merah keseluruhan.
"Aku bilang cepat turun!" tangan Sasuke juga langsung melepaskan sabuk pengaman yang Hinata kenakan. Karena Hinata masih shock dengan peristiwa barusan, dia masih diam. Kaki putihnya menuruni mobil dengan gemetar. Mobil berwarna gold itu langsung kembali melesat pergi meninggalkan seorang gadis lugu yang masih diam karena itu adalah ciuman pertamanya. Sedangkan Sasuke, dia menyeringai melihat tingkah Hinata, dia cukup puas karena telah mengerjainya.
"Gadis aneh~ kalau tidak salah namanya Hinata ya? Hyuuga Hinata. Aku akan mengingatnya dengan baik" gumam Sasuke.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
Sudah dua hari semenjak insiden ciuman pertamanya dicuri oleh Sasuke membuat Hinata selalu tampak kesal jika mengingat hal itu. Hinata sudah membulatkan tekadnya untuk tidak lagi menonton balap liar tidak berguna seperti kemarin, dia tetap tidak akan mau menonton walau Sakura dan Ino terus memaksanya.
"Ayolah Hinata~" Sakura terus merengek agar Hinata mau ikut.
"Jangan seperti itu, kami tidak akan meninggalkanmu lagi seperti kemarin" Ino juga terus merengek dan bergelayut pada tangan Hinata.
"Tidak!" Hinata menggelengkan kepalanya.
"Bukan tentang masalah kalian meninggalkanku, pokoknya aku tetap tidak mau" lanjutnya dengan penuh keyakinan. Sakura dan Ino saling beradu pandang, lalu mereka berdua menunduk dengan lemas. Sebenarnya Hinata juga tidak tega melihat kedua sahabatnya. Tapi apa boleh buat, Hinata juga tidak mau untuk bertemu Sasuke lagi.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Bagaimana? sudah dapatkan informasi?" tanya Sasuke pada Kiba yang terus mencari sesuatu didalam laptop.
"Hyuuga Hinata; siswi kelas 2SMA di Konoha High School, dia tinggal bersama seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan" jelas Kiba setelah mencari semalaman penuh informasi tentang Hinata, itu juga karena paksaan dari Sasuke.
"Hanya itu?" Sasuke mengangkat salah satu alisnya.
"Iya hanya itu! Sudahlah Sasuke jangan suruh aku mencari tahu hal yang tidak berguna untuk balapan kita. Sudahlah, aku mau tidur" dengan mulut yang menguap lebar, Kiba bergegas pergi meninggalkan Sasuke.
"Aku menemukanmu" seringai iblis nampak jelas dibibir Sasuke. Sudah dua malam Sasuke selalu mencari dikerumunan trek balapnya, tapi Sasuke tidak pernah melihat Hinata lagi. Ya Sasuke sedikit berpikir mungkin Hinata tidak mau kesana lagi karena takut tidak menemukan jalan pulang seperti kemarin.
"Oi Teme! jangan buat gadis murahan itu menunggu terlalu lama, dia sudah siap dikamarmu" seru Naruto.
"Hn" Sasuke berlenggang pergi menuju sebuah kamar yang didalam nya sudah terdapat seorang perempuan bayaran yang Sasuke sewa untuk melayaninya.
Itulah Sasuke, dia tidak berminat untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun. Karena Sasuke berpikir, setiap wanita yang mendekatinya hanya karena ingin mendapatkan uang dari pria kaya raya seperti dirinya. Jadi Sasuke lebih milih untuk meniduri mereka, setelah itu Sasuke akan membayar wanita-wanita murahan tersebut dengan harga mahal. Tapi mereka tetap saja murahan dimata Sasuke seberapa mahal pun harga mereka.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
"Hahhhh~ melelahkan sekali" Hinata menyeka cucuran keringat yang terus menetes dari pelipisnya, baju saragam putihnya juga menjadi lepek akibat keringat. Hinata baru saja mendapat hukuman dari Kurenai-Sensei karena dia terlambat datang ke sekolah, Hinata diperintahkan untuk membersihkan ruangan perpustakaan yang luasnya cukup besar. Tapi sedikitpun Hinata tidak menolak untuk melakukan hukuman tersebut, karena Hinata begitu menyukai buku jadi menurutnya tidak masalah jika harus membersihkan perpustakaan.
Saat Hinata ingin melangkah keluar gedung sekolah, langkah terhenti ketika melihat kerumunan siswi sekolahnya yang entah mereka melihat apa. Hinata juga dapat mendengar sekilas para siswi sekolahnya terus-terusan memuji seseorang yang sepertinya menjadi magnet bagi gadis-gadis itu. Hinata berusaha mengabaikan tapi dia benar-benar penasaran, bahkan Hinata melihat ada Sakura yang ikut-ikutan. Dengan melompat-lompat setinggi mungkin, Hinata ingin melihat dan ternyata...
"U-Uchiha-san"
"Disitu kau rupanya" Sasuke langsung keluar dari kerumunan dan menyeret lengan Hinata untuk masuk kedalam mobilnya. Sontak semua siswi yang melihat hal itu pun terkejut, termasuk Sakura.
"L-lepaskan a-aku Uchiha-san" Hinata berpegangan pada tangan Sakura, dia tidak mau masuk ke dalam mobil sport Sasuke lagi, dia sudah cukup trauma atas kejadian kemarin.
"Keh dasar gadis tuli! Sudah ayo ikut aku" Sasuke melepaskan genggaman Hinata yang semakin menguat pada tangan Sakura, Sakura sendiri hanya melongo melihat hal tersebut.
"S-Sasuke-kun, a-aku bisa p-pulang sendiri. K-kali ini a-aku tahu jalan pulang nya" Hinata terus meronta tapi tidak digubris oleh Sasuke. Dengan hati dongkol, Hinata terpaksa duduk didalam mobil Koeniggsegg Agera R milik Sasuke.
"Pakai sabuk pengamanmu" kata Sasuke dengan nada dingin, mata onyx nya melirik ke arah Hinata yang terus menunduk. Sasuke menghela napas, dia benar-benar bingung menghadapi Hinata. Disaat semua gadis ingin diajak naik mobil bersamanya, justru Hinata malah menolak mentah-mentah itu semua.
"Kalau kau tidak mau pakai, jangan salahkan aku jika tubuhmu terguncang" Sasuke menyalakan mesin mobilnya, dengan gerakan cepat pun Hinata langsung memasang sabuk pengaman ditubuhnya.
"K-kau akan langsung mengantarkanku bukan? Alamat rumah ku di ja-.."
"Kata siapa aku akan mengantarkanmu pulang?" Sasuke menyeringai, Hinata yang melihat jelas bentuk seringai iblis itu langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela.
'Sasuke menyeramkan jika seperti itu' pikirnya.
.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
Selama diperjalanan, Hinata terus-terusan banyak bicara. Hinata bertanya banyak hal tentang jenis-jenis mobil yang bisa digunakan sebagai ajang balap. Sasuke sendiri hanya menjawab dengan kalimat seperlunya. Mobil Koeniggsegg Agera R yang dikendarai Sasuke akhirnya memasuki garasi besar Devil Drift.
"I-ini tempat apa?" Hinata kembali bingung dengan tempat baru yang pertama kali dia datangi.
"Ini adalah rumahku Hinata, dan selamat datang diduniaku" Sasuke mengedipkan sebelah matanya ke arah Hinata. Hinata yang melihatnya langsung menelan ludahnya dengan susah.
'S-Sasuke t-tampan sekali j-jika seperti itu' batinnya, wajahnya pun ikut memerah.
"Ayo cepat turun" pintu mobil terbuka otomatis, Hinata dan Sasuke segera turun. Lagi-lagi Hinata berdecak kagum dengan segala kehidupan Sasuke.
Garasi Devil Drift, garasi 2 lantai dengan lebar sangat luas yang didalamnya dipenuhi puluhan supercar dengan harga selangit. Sasuke tidak menggunakan semua supercar nya untuk mengaspal di trek balap, sebagiannya akan dikoleksi didalam garasinya. Sasuke menilai, supercar adalah bak karya seni dari sang maestro otomotif yang diproduksi dalam jumlah terbatas didunia, dan sudah menjadi kebanggaan bagi Sasuke karena mampu menyanggupi maharnya. Sasuke begitu senang mengoleksi ataupun mengendarai roda empat bermesin jet tersebut, itu adalah hobinya- hobi seorang pemuda yang kaya raya.
Mata kelamnya melirik ke arah Hinata yang terus berkeliling garasinya, gadis itu tampak sangat kagum melihat semua mobil milik Sasuke.
"Kau terkejut?" tanya Sasuke seraya menghampiri Hinata.
"A-apa ini semua milikmu?" tangan mungil Hinata mulai merayap menyentuh bagian body mobil berwarna putih.
"Itu namanya McLaren F1, diproduksi tahun 1995 dengan jumlah terbatas, bermesin V12 dengan kapasitas 6,0 liter, mobil ini juga memiliki tenaga hingga 627 horse power. Ingin tahu berapa harganya?" Sasuke menjelaskan profil salah satu supercar kesayangannya. mendengar pertanyaan Sasuke, Hinata langsung menggeleng dengan cepat. Hinata tidak mau jatuh pingsan hanya karena mendengar harga sebuah mobil. Sasuke terkekeh pelan, manik onyx nya terus memperhatikan Hinata yang masih asyik berkeliling.
"Sudah cukup untuk mengagumi, ayo ikut" Sasuke menyematkan jemari besarnya pada jari kecil Hinata, menggandeng Hinata untuk masuk kedalam ruangan pribadinya.
"A-ada kamar juga disini?" Hinata melihat ranjang ukuran besar, lemari yang sangat lebar, sofa panjang berwarna hitam, televisi 50inch, dan sebuah kulkas besar didalam ruangan dilantai 2 garasi.
"Ini kamarku" Sasuke membaringkan tubuhnya disofa, merenggangkan ikatan dasi sekolah lalu membuka cardigan seragamnya.
"K-kau tidur disini? Apa k-kau tidak punya rumah?"
"Tentu saja punya, hanya saja aku lebih nyaman disini" mata onyx nya terpejam.
Hinata duduk ditepi ranjang milik Sasuke, matanya terus memperhatikan sekelilingnya, kamar Sasuke sangat besar, ini adalah ukuran 2x dari kamarnya. Saat dia melihat sepintas ke sofa, Hinata tidak menemukan Sasuke disana.
'T-tadi kan Sasuke sedang berbaring disana'.
.
.
.
That's Devil But I Love Him
.
.
.
.
.
Besok aku lanjut ya geysssss
