"Deidara."

Deidara terkejut dengan penampakan Sasori yang tiba-tiba sudah brada di hadapannya, hari ini tidak ada latihan band, jadi Deidara pikir dia bisa langsung pulang ke rumah tanpa harus mendapat omelan adiknya di rumah. "Y ... ya Kak Sasori ...?"

"Pulang sekolah ini waktumu kosong?"

"Yaa ... bisa dibilang gitu, adikku juga engga tau kalo aku bakal pulang cepat, un." Tawa renyah keluar dari mulutnya, sebenarnya ia agak takut kalau adiknya tau dia akan pulang cepat, nyatanya ia akan memilih opsi lain daripada pulang cepat, menghabiskan waktu dengan kakak kelas bermuka datarnya ini.

Dalam hatinya Deidara berdoa, semoga Kuro ga marah, aku pulang malam karena main sama Kak Sasori, un!

"Kalau begitu mau ikut denganku? Kita bisa ke sana menggunakan sepeda."

"Eh?"

"Aku akan memboncengmu sampai tujuan."

"O ... oh, begitu yaaa ..." Pikiran Deidara sudah melayang kemana-mana, ekspresi wajah tetap diusahakan biasa saja, tidak boleh kelihatan kalau ia senang atau mikir yang macam-macam dan sebuah informasi baru telah didapatkan yaitu, Sasori kalau ke sekolah pakai sepeda.

"Kamu tidak mau?"

"Mau kok! Mau! Un."

Setelah Deidara mengiyakan ajakan Sasori, disinilah mereka sekarang, pantai. Deidara berkedip beberapa kali, pundaknya cukup sakit karena selama diperjalanan pundaknya selalu membawa beban berat, Deidara membawa gitarnya walaupun tidak ada latihan band, selama istirahat Deidara menghabiskan waktunya di atap, memainkan gitar sambil bernyanyi kecil.

Deidara bingung kenapa Sasori mengajaknya ke pantai, ada setitik rasa menyesal telah mengikuti keinginannya yang sesaat, disisi lain ia menyesal membawa gitar hari ini ke sekolah.

Mereka berdua berdiri di pesisir pantai, sepatu yang mereka kenakan dilepas dan ditaruh agak jauh agar tidak basah jika ada ombak datang. Celana seragam dilipat agak tinggi agar tidak basah, kedua kaki mereka basah seiring ombak datang berulang kali.

"Kak Sasori kenapa kita ke sini?"

"Aku cuman ingin menenangkan diri aja, besok aku tampil di Royal Symphonia Hall," katanya sembari menengok ke Deidara.

Deidara memahami tatapan mata Sasori, baru kali ini Sasori terlihat sangat khawatir, walaupun hanya dari sirat matanya saja, Deidara tahu, bisa merasakan emosi yang sekarang Sasori rasakan dari tatapan mata. Selama ini semua permainan Sasori begitu sempurna di telinga orang-orang, Sasori juga selalu tampil dengan percaya diri, percaya dengan bakatnya yang sudah diasah bertahun-tahun.

"Biasanya menenangkan diri sebelum tampil itu tidak mengajak orang ... setahuku begitu, un."

"Kamu bertanya-tanya kenapa aku mengajakmu ke sini?"

Deidara menundukkan kepala, Sasori bisa membaca pikirannya.

"Aku mengajakmu ke sini, karena ... keberadaanmu di samping membuatku lebih tenang dan khawatir yang aku rasakan ini ... menghilang."

Deidara tertegun, tidak menyangka keberadannya ini begitu penting bagi Sasori, ia kira hanya sekedar teman satu eskul, teman sekolah, teman biasa, tidak lebih. Detik selanjutnya wajah Deidara memerah otaknya mencerna dengan baik kalimat yang diucapkan Sasori, sangat memalukan dan juga membuat dirinya senang.

Baru kali ini ada seseorang yang bilang seperti ini padanya, saking senangnya Deidara ingin lenyap aja dari bumi aja.

Perasaan senang yang ditahan oleh Deidara lama-lama meledak, perasaan senang itu berubah menjadi air mata, Sasori terkejut melihat Deidara menangis. Sasori langsung meminta maaf jika perkataannya telah membuat Deidara sakit hati, ia tidak ada niat seperti itu. Deidara tertawa kecil mendengar kata "maaf" dari Sasori sembari mengusap kedua matanya.

"Aku tidak sedih kok, aku senang, un."

"Senang? Tapi kamu menangis."

"Memangnya menangis cuman pas sedih aja? Un."

"Aku tidak pernah liat orang senang sampai menangis."

"Benarkah?"

Sasori mengangguk. Deidara diam beberapa detik, lalu tersenyum lebar sampai deretan giginya terlihat.

"Aku seneng denger Kak Sasori bilang gitu."

Sekilas memori masa lalunya datang, melihat kembali Deidara yang dulu, senyumnya tetap sama, begitu hangat, candu dan membuatnya tenang. Sasori sangat menyukai saat Deidara tersenyum.

Dari dulu pun kehadiran Deidara dalam hidup tidak akan pernah berubah, maka dari itu ia tidak akan menyia-nyiakan masa kini, sekarang emosi manusianya sudah kembali, yang tidak bisa dia utarakan dan rasakan dahulu bisa ia utarakan, rasakan. Sepenting itu Deidara dalam hidupnya.

"Begitu ya, syukurlah kamu senang."

"Hehe, aku sendiri ga nyangka Kak Sasori bilang begitu, un."

"Dulu aku tidak bisa mengatakannya."

"Hm?" Deidara memiringkan kepalanya, dulu? Apa maksudnya? Un.

"Lupakan kata-kataku tadi." Tangan kanannya terulur ke Deidara. "Boleh aku pinjam gitarmu?

"Boleh, un."

Deidara memberikan gitarnya pada Sasori, Sasori menerimanya, lalu berjalan cukup jauh ke belakang dan duduk di atas pasir, Sasori memanggil Deidara dengan gestur tangan, meminta Deidara untuk duduk di sebelahnya. Deidara pun duduk di sebelah Sasori, sepasang mata birunya tertuju pada Sasori, penasaran lagu apa yang akan Sasori mainkan.

Sasori mulai memetik senar gitar, setelah melakukan intro lagu, mulutnya terbuka dan mulai menyanyi.

Jikan wa iku, tobisatte iku

SHUUZU de k akato no hana

Hiite

Kanata e

Deidara merasa familiar dengan lagu yang dinyanyikan Sasori sekarang, seperti pernah dengar tetapi lupa dimana.

Toorisugite mo

Mada kizukanai koto

Itsuka uketoru hi ga

Yatte kuru

Akhirnya Deidara ingat, lagu ini adalah lagu dari anime "Vivy: Fluorite Eyes's", anime yang beberapa hari lalu ia tonton karena rekomendasi dari adiknya. Judul lagunya adalah "Happiness".

Happiness, Hello,

Subarashii

Tabidachi

Miokuru mono

Ima wa wasurete mo ii yo

Sasori menyanyikannya sembari tersenyum, mata coklat menatap lurus pada matahari yang hendak terbenam. Mata biru Deidara berkilat, menatap Sasori penuh kekaguman.

Tooku de

Hoho wo kagayakaseru

Anata no waraigao ga

Hokorashii

Sasori melihat Deidara dengan lembut, sebuah senyum tipis mengikuti, bagian itu ditujukan untuk Deidara. Deidara menarik pandangannya, lagi-lagi ia malu dilihat seperti oleh Sasori, yang membuatnya malu itu karena lirik dinyanyikan sambil melihat ke arahnya, seakan Sasori memujinya dan suka melihat ia tersenyum.

Sasori hanya bernyanyi sampai disitu, tangannya berhenti memetik gitar.

"KEREN BANGET! SENENG BANGET BISA DENGER KAK SASORI NYANYI! Un!" serunya dengan menggebu-gebu.

"Aku mainnya biasa aja padahal."

"BENERAN KEREN! DANNA MAIN GITARNYA JUGA JAGO! Un."

"Danna ...?"

Deidara langsung menutup mulutnya, keceplosan. "MAKSUDNYA KAK SASORI! Hahaha ... aku ga manggil Kak Sasori danna kok."

Sasori diam, Deidara agak panik.

Ada keinginan Sasori menanyakan itu, sepertinya lebih baik pura-pura tidak dengar saja.

Tak ada lagi pembicaraan diantara keduanya, suara ombak berdesir, matahari sudah tenggelam berganti bulan, angin sepoi menerpa keduanya, surai merah dan pirang terbang mengikuti angin berhembus. Keduanya nampak menikmati suasana, begitu damai dan membuat nyaman sampai tidak ingin pulang.

"Deidara."

"Apa kak?"

"Mau makan ramen?"

"Tapi besokkan Kak Sasori bakal tampil, gapapa?"

"Besok tampilnya siang, pulang agak malam tidak ada masalah, lagipula tidak ada yang mencariku di rumah."

"Yaudah ayok makan ramen! Un."

"Aku yang traktir."

"ASIK DITRAKTIR KAK SASORI! Un."

Deidara berteriak senang, mengangkat kedua tangannya ke langit. Deidara persis anak kecil yang akan dibelikan mainan baru oleh ayahnya. Sasori tersenyum tipis melihat tingkah Deidara, meskipun dunia sudah berubah, sifat Deidara tetaplah sama, sangat berisik dan menyebalkan, namun Sasori menyukai sifat Deidara yang seperti itu. Aneh? Memang, Sasori sendiri heran kenapa ia suka dengan sifat Deidara. Mungkin ini takdir, bertemu dengannya lagi, menghabiskan waktu bersama lagi seperti yang mereka lakukan di masa lalu.

"You're the only one, my precious one. Even if far apart, I'll notice it, always. We are one. Life and resonance will begin once again."

END


Note:

Lirik lagu Happiness dan Harmony of One's Heart (Vivy Fluorite Eye's)

Time flies

I wear shoes

that kept flying away

while pulling a flower

attached to my heel,

towards a distant place

Even though it's passing by,

I still not take a notice,

Finally, a day will come

when I can accept it all

Happiness, Hello,

It's now fine

if you forget

the people

who saw you off

to a wonderful departure

From afar

your smiling face

that made your cheeks shine

looks full of pride

/2021/05/kairi-yagi-vivy-happiness-lyrics