XINGDERELLA

.

This Is SULAY Fanfiction Indonesia

.

By : lvDelisa07 (Xiupao97)

.

Yaoi/BxB

.

Zhang Yixing

.

Kim Junmyeon

.

Enjoy~

*

Udara musim panas di pertengahan bulan Maret terasa hangat menyinari Bumi. Di sebuah Rumah berukuran sedang tidak terlalu besar dengan warna cat putih memudar berdiri kokoh di pinggiran kota bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Brianna.

"Arghhh!! Lepaskan rambutku Kak Baekhyun, aku mohon..." Yixing meringis kesakitan saat merasakan helaian rambut berwarna hitam milik nya ingin tercabut dari kulit kepala.

"Dasar kamu memang brengsek! Sudah berapa kali aku bilang jangan sentuh barang-barang ku! Lalu apa yang kamu lakukan bocah sial! Beraninya kamu mencoba sepatu baruku hah!"

"Maafkan aku Kak... Maafkan aku.. Aku berjanji tidak akan.. Hiks.. Tidak akan mengulangi nya lagi. Aku berjanji."

"Dasar. Awas saja kalau kamu sampai mengulangi nya lagi, habis kamu di tangan ku!" Baekhyun mendorong kepala Yixing sampai mengenai tembok kamar. Yixing memegangi kepalanya karena terasa pusing akibat benturan keras di bagian dahi.

"Ada apa lagi ini? Suaramu sampai terdengar dari luar. Apa yang di lakukan bocah brengsek ini pada mu Baek?" Luhan masuk ke dalam kamar Baekhyun dengan wajah penasaran, dia menatap si Adik kandung yang sedang menyiksa sang Adik Tiri.

"Bocah ini dengan beraninya menyentuh barang pribadiku Kak! Memang kurang ajar sekali." Dengan wajah memerah Baekhyun menendang bahu kurus Yixing membuat pemuda berwajah sendu itu meringis menahan sakit.

"Astaga! Kurang ajar sekali... Kamu pikir kamu itu siapa huh? Beraninya melakukan itu pada barang pribadi Baekie! Kalau rusak bagaimana? Posisimu di Rumah ini tak lebih dari seorang Budak! Kamu tidak akan bisa menggantinya."

Luhan mendekati Yixing yang duduk meringkuk masih menahan sesenggukan yang ingin keluar dari dalam mulutnya tetapi sekuat tenaga ia tahan agar tidak mendapatkan masalah lagi. Luhan sangat benci mendengar tangisannya.

"Maafkan aku... Maafkan aku..."

"Aku lenyapkan saja si Brengsek ini!! Aku sudah muak!!!" Baekhyun berteriak sambil meraih guci kecil ingin memukul kepala Yixing tetapi di tahan oleh Luhan.

"Baekie! Kendalikan dirimu. Kamu tidak boleh membunuh nya!"

"Lepaskan Kak!"

"Tidak! Hentikan Baek!"

"Sekarang kamu membela Bajingan kecil ini?!"

"Tidak seperti itu. Kita masih membutuhkan tenaga nya untuk melayani dan membersihkan Rumah ini! Pakai otakmu Baek, kalau Yixing mati lalu siapa yang akan sudi menggantikan posisinya? Apa kamu mau menggantikan nya?!"

"Tch... Enak saja! Aku tidak Sudi." Baekhyun berdecih menatap ke arah lain. Huh! Perasaan nya sangat kesal.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu sangat berlebihan...,"

"Apa katamu?!!"

"Rasa cemburu pada Yixing sudah meracuni akal sehatmu tahu!"

Baekhyun melebarkan mata sipitnya menatap Luhan sengit. "Aku tidak pernah cemburu pada Bajingan kecil ini!" Katanya galak.

"Ya... Ya... Terserah! Katakan itu di depan Chanyeol. Karena laki-laki yang kamu cintai lebih menaruh perhatian pada Bajingan kecil ini." Luhan menjawab enteng, kemudian pemuda berwajah cantik itu menyeret paksa Yixing. "Ayo ikut aku ke belakang Brengsek, banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan!" Ucap Luhan tak perduli sang Adik Tiri merasa kesakitan akibat tarikan tangan yang sangat kasar.

"Argh... S-Sakit Kak."

"DIAM!" Bentak Luhan sambil terus menyeret Yixing sampai hilang di tikungan ruang makan.

Baekhyun menutup pintu kamar dengan kencang setelah kepergian Luhan dan Yixing.

"BRENGSEK!!!!"

.

Yixing mencuci tumpukan piring kotor di bak cuci piring. Bibir pemuda berkulit putih itu terlihat sangat pucat dan kering. Badannya sedikit gemetaran akibat belum mengisi apapun ke dalam perut nya seharian ini.

Madam Jane atau Ibu tiri Yixing pasti akan menghajar nya jika tahu dirinya makan tetapi belum menyelesaikan pekerjaan.

"Yixing!!"

Baru menaruh piring terakhir ke dalam rak, suara teriakan Madam Jane terdengar membuat Yixing menoleh.

"Ada apa Madam?" Ucap Yixing pelan sambil mengusap kedua tangan yang basah ke ujung baju lusuh nya.

Wanita dengan bentuk wajah garang dan mata seperti seekor Rusa itu berkacak pinggang, rambut berwarna merah keriting tampak acak-acakan seperti habis bangun tidur.

"Pekerjaan mu sudah selesai kan?"

"S-Sudah Madam."

"Bagus. Kalau begitu siang ini cepat kamu ke pasar belikan daging dan beberapa bumbu dapur yang habis. Ini lima koin perak, sisa kembalian nya nanti berikan lagi pada ku! Jangan coba-coba kamu memanipulasi harga."

"Tidak Madam, aku tidak mungkin berani seperti itu." Yixing menggigit bibir bawahnya takut.

"Bagus kalau kamu sudah mengerti." Ucap Jane sambil menatap sinis. "Ya sudah tunggu apa lagi. Cepat pergi!!"

"B-Baik..." Yixing menerima lima koin perak dengan tangan gemetaran lalu segera mengambil keranjang belanja yang terbuat dari anyaman rotan.

"Awas kalau sampai pulang kemalaman! Kamu akan kujadikan Sup daging cincang."

Ucapan Jane membuat nyali Yixing semakin ciut, pemuda itu segera melangkah keluar meninggalkan Jane.

Berada di dekat wanita itu membuat Yixing ketakutan. Berjalan perlahan meninggalkan halaman Rumah peninggalan orang tua nya dengan langkah pelan karena kedua telapak kaki Yixing terasa sakit saat melangkah akibat ukuran sepatu usang di kakinya sudah kekecilan. Satu-satunya sepatu yang dia miliki saat ini.

Yixing melamun sambil berjalan menyusuri pinggiran jalanan kota yang di batasi oleh beton sebatas pinggul orang dewasa.

"Apakah kamu ingin pergi ke suatu tempat? Bisakah aku mengantar mu?"

Suara berat seorang pria dari arah depan membuat Yixing mendongak. Chanyeol, lelaki itu tersenyum tampan di atas Kuda nya yang gagah berwarna hitam.

"Chanyeol... A-Ah tidak perlu. Aku hanya akan pergi ke pasar. Apakah kamu ingin mengunjungi Kak Baekhyun?" Tanya Yixing tersenyum kecil menatap pria tampan di hadapan. Siapa yang tidak mengenal Chanyeol, selain kepintarannya dalam hal berpedang dirinya juga anak seorang Perdana Menteri dari bangsawan Park. Hal itu juga yang membuat Baekhyun sangat menggilai pria ini.

"Aku memang ada janji bersama Baekie. Tetapi aku juga tak keberatan jika harus mengantarmu ke pasar kota."

Yixing menelan ludah. Dia menggeleng. "Tidak Chanyeol. Kamu tidak perlu mengantar ku, Kak Baek sekarang pasti sudah menunggumu. Sebaiknya kamu segera ke Rumah."

"Serius. Aku sungguh tak keberatan Yixing, biarkan aku mengantarmu. Perjalanan mu akan lebih cepat jika menggunakan kuda ini." Mohon lelaki itu tak mau kalah.

"Maafkan aku... Aku harus pergi."

"T-Tapi.."

Yixing berjalan dengan cepat meninggalkan Chanyeol. Dirinya tak ingin jika Baekhyun melihat nya berbicara dengan pria yang Kakak Tiri nya itu sukai. Pasti akan menjadi masalah besar jika Baekhyun melihat ini. Yixing terlalu takut dengan kemarahan Baekhyun.

.

Suasana di pasar pada sore itu sangat ramai. Yixing berdiri di depan penjual daging untuk menunggu pesanannya.

"Ini daging pesananmu anak muda." Ucap wanita paruh baya penjual daging sambil menyodorkan bungkusan daging merah ke arah Yixing yang berdiri di depannya.

"Berapa yang harus aku bayar untuk harga daging ini Bibi?"

"Cukup dua koin perak." Balasnya ramah.

Yixing segera merogoh kantung celana yang berwarna hitam pudar dan sedikit banyak tempelan. Mengambil dua koin perak lalu menyerahkan pada Bibi penjual daging.

"Terimakasih ya anak muda. Wajahmu begitu cantik, mengingatkan ku pada kue Beras yang lembut dan juga manis..." Ucap Bibi itu tertawa pelan.

"Terimakasih Bibi. Tapi aku ini seorang laki-laki, wajahku juga tidak cantik sama sekali." Yixing menunduk malu. Pipinya yang putih bagai porselen tampak berwarna pink.

"Jangan merendahkan dirimu Nak, kamu begitu sempurna dengan rambut panjangmu yang indah itu. Aku melihat nasibmu saja yang kurang baik, semoga kelak kamu bisa mendapatkan kebahagiaan mu." Ucapan Bibi penjual daging membuat Yixing mengangguk sedih.

Terlihat sebegitu menyedihkan kah penampilan nya ini sampai membuat orang lain merasa kasihan.

Setelah mengamini ucapan Bibi itu dan menyimpan daging ke dalam tas rotan, Yixing kembali berkeliling pasar untuk mencari bahan-bahan dapur yang setoknya habis. Lama berkeliling pemuda berwajah sendu itu merasa tenggorokan nya kering.

"Rasanya aku haus sekali, aku harus mencari air di dekat sini." Gumam Yixing berjalan pelan. Sungguh dia juga merasa kedua kaki nya gemetar karena capek dan juga sepatu nya terlalu sempit.

Yixing berjalan menuju ke arah sumber air mancur yang berada di tengah alun-alun kota. Disana ada air mancur dan kolam besar berada tepat di bawah nya dengan air sangat jernih.

"Ahh Segarnya..." Yixing meraup kasar air di telapak tangan, meminum dengan rakus sampai memenuhi rasa dahaga yang dirinya tahan sedari tadi.

"Hei!! Bagaimana bisa kamu meminum air itu?!"

"Uhuk!! Uhuk!"

Yixing tersedak, dadanya terasa seperti terbakar. Dia memukul dadanya dan merasakan air yang diminum keluar melalui hidung.

"Kamu baik-baik saja? Maafkan aku. Pasti aku membuatmu terkejut."

Yixing merasa ada sepasang tangan yang mengusap lembut punggung nya.

"Kyungsoo? Kamu disini?" Ucap Yixing menatap pemuda kecil yang masih mengusap punggung nya dengan raut khawatir.

"Aku sedang berkeliling di sekitar sini lalu tak sengaja melihat kamu berjalan menuju kolam air mancur. Maaf aku mengikuti mu Yixing..."

"Tak masalah, senang bertemu dengan mu." Yixing meraih tangan Kyungsoo sahabat nya. Mereka berdua mencari tempat duduk di sekitar kolam air mancur.

"Wajahmu tampak pucat. Apa kamu sedang sakit?"

"Tidak. Hanya sedikit kelaparan..."

"Apa! Kelaparan??!!"

"Haha... Tidak, aku hanya bercanda soal itu."

"Tidak mungkin! Aku tahu kamu tidak sedang bercanda saat ini, kamu benar sedang kelaparan sampai meminum air kolam disana. Astaga Yixing... Pasti para bedebah itu tidak memberimu makan."

"Sudahlah Kyung. Aku tidak apa-apa."

"Tunggu sebentar disini, jangan pergi kemanapun sampai aku kembali." Ucap Kyungsoo sambil berdiri.

"Kamu ingin pergi kemana?" Yixing bertanya tetapi tidak ada jawaban dari sahabat nya itu. Kyungsoo berjalan meninggalkan nya sendirian.

Setelah kepergian Kyungsoo, di alun-alun kota yang berada di dekat pasar Yixing duduk sendirian dikursi kayu panjang dengan warna putih bersih. Pandangan nya mengelana jauh menatap lalu lalang orang lain di sekitarnya.

"Permisi... Apa saya boleh duduk di sini?"

Yixing tersentak saat mendengar suara pria, dia mendongak menatap pria berpostur gagah memakai setelan sederhana. Lihatlah walaupun potong baju yang di pakainya sangat sederhana tidak bisa menutupi bentuk tubuh yang sempurna.

"Silahkan tuan." Yixing bergeser sedikit, dan mengambil tas rotan disampingnya kemudian menaruh di bawah dekat kaki.

"Sendirian saja?" Ucap pria itu sembari membenarkan letak tudung kepala yang menutupi sebagian wajahnya.

"A-Aku bersama temanku, dia sedang pergi sebentar." Ujar Yixing gugup, entah kenapa saat angin berhembus aroma Pinus dan rempah-rempah yang menenangkan menguar dari arah samping nya, aroma yang Yixing yakini sangat mahal dan berkelas berasal dari pria ini. Padahal jika melihat pakaian nya seperti rakyat jelata biasa.

"Sedang berjalan-jalan?" Tanya pria itu lagi.

"S-Sebenarnya tidak, aku habis membeli beberapa bahan dapur di pasar lalu kebetulan bertemu sahabat ku di sini."

Pria itu sedikit mengangkat tudung kepala agar bisa melihat pemuda cantik yang duduk dengan gelisah di sampingnya. Memang ketika dirinya melewati alun-alun tadi keberadaan pemuda ini sungguh menyita perhatian nya, hingga membuat sisi dalam hatinya merasa tergelitik untuk mendekati.

"Oh baiklah. Kebetulan sekali." Pria itu menatap wajah Yixing tanpa berkedip, menyimpan semua potret sempurna ketika bulu mata lentik itu berkedip dengan pelan, bentuk bibir sensual yang sesekali akan di basahi oleh pemilik nya lalu bentuk pipi tirus putih bersih dengan rona pink di setiap sisinya. Rambut panjang berwarna hitam legam di ikat asal ke belakang dan sesekali helaiannya akan menutupi pipi jika terkena hembusan angin.

Oh dan lihat itu tangan putih dengan jemari yang sangat lentik tergenggam sempurna. Mungkin semua yang ada pada diri pemuda ini membuat si pria tertarik.

"Tuan sendiri sedang apa?" Ucap Yixing halus.

Pria itu tersentak dalam lamunan lalu segera menjawab. "Aku sedang menyamar. Eh tidak, m-maksudku aku sedang berkeliling di sekitar sini untuk mencari pedang dengan bahan baku besi terbaik." Pria itu memukul bibirnya pelan karena hampir saja ia keceplosan.

"Pedang? Wah kurasa Tuan ini adalah perajurit Kerajaan... Tebakanku benar bukan?" Yixing tersenyum dengan menatap kagum ke arah pria itu. Bertemu dengan seorang perajurit, wah itu suatu kebetulan yang luar biasa bagi Yixing.

"Ha? Perajurit? Oh tidak. Lebih dari itu hahaha... Tebakanmu salah manis, aku bukan perajurit Brianna. Tapi benar kalau aku memang berasal dari kerajaan itu." Pria itu tertawa dengan suara merdu, Yixing terkesiap mendengar nya membuat ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perut nya. Apa lagi dia di sebut manis, kedua pipi Yixing memanas.

"Sungguh?? hebat sekali Tuan berasal dari kerajaan Brianna... Apa anda memang sedang menyamar saat ini? Apa anda adalah detektif yang di utus kerajaan untuk menangkap Bandit pasar?" Yixing bertanya antusias membuat pria itu kembali tertawa.

"Ahahaha... Tidak, bukan itu.. Kamu lucu sekali. Kamu tidak perlu tahu mengenai identitas ku, aku hanya tak ingin repot jika kamu pingsan saat mengetahui identitas ku yang asli."

"Sepenting itukah? Oh maafkan kelancanganku Tuan. Tapi aku berjanji tidak akan pingsan dan merepotkan Anda." Yixing menunduk malu dan sedikit merasa bersalah.

"Baiklah nanti akan ku beri tahu.. Lalu siapa namamu?"

"E-Eh namaku?"

"Iya, bukankah seseorang pasti mempunyai sebuah nama?"

"Yixing. Namaku Zhang Yixing."

"Yixing, senang berbicara denganmu Yixing. Ku harap ini bukan pertemuan terakhir kita." Ucap pria itu lalu berdiri bersiap untuk pergi.

"Sama-sama Tuan, senang bisa mengobrol dengan Anda." Yixing ikut berdiri di hadapan pria itu.

"Aku juga." Ucapnya, senyum manis lerlukis indah di bibir tipis pria itu. Yixing bisa melihat ada tahilalat kecil di atas bibir.

"Ya..." Yixing menggigit bibir bawahnya tak tahu ingin berkata apa lagi.

"Aku menantikan perjumpaan kita selanjutnya. Kau tahu, kamu begitu sempurna." Pria itu mengambil satu tangan Yixing, mengecup dengan lembut punggung tangan pemuda manis itu. Yixing terbelalak dengan jantung yang berdetak kencang seakan ingin keluar dari dalam dada .

"T-Terimakasih.."

"Sampai jumpa, aku harus pergi sekarang. Seseorang sudah menungguku." Pria itu melepaskan tangan Yixing kemudian membenarkan letak tudung kepala agar menutupi sebagian wajahnya.

"Er... Maaf Tuan. Bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" Teriak Yixing saat pria itu sudah melangkah pergi.

"Jun...n" Ucap pria itu yang tidak bisa di dengar jelas oleh telinga Yixing tanpa menoleh sedikitpun tetap melangkah pergi. Benar-benar pergi dari sana.

"Jun apa? Juan? Julian?" Dahi Yixing mengerut memikirkan kembali ucapan pria itu tadi. Ucapan nya sangat pelan dan tidak begitu jelas.

"Ah sayang sekali aku tidak mendengar ucapannya barusan.. Aku jadi tidak tahu siapa namanya." Mengembuskan napas sedih, Yixing kembali duduk dengan lesu. "Tuan... Benar kata anda, semoga ini bukan pertemuan terakhir kita." Senyuman dengan lesung pipi manis tersungging. Yixing merasa ada letupan kembang api di dalam perut nya saat mengingat kembali pria tadi.

"Hei..."

Yixing tersentak saat merasakan jari telunjuk seseorang menekan lesung pipi nya dengan dalam.

"A-Ah Kyung, lepaskan. Kamu membuatku terkejut."

"Hei Yixing... Apa yang membuat mu tersenyum selebar itu huh? Kamu membuatku takut." Kyungsoo menjauhkan telunjuk nya dari pipi Yixing. Lalu ia duduk di samping sahabatnya.

"Aku barusan bertemu seseorang."

"Oh ya? Siapa? Aku tidak melihat kamu bersama seseorang." Kyungsoo menoleh ke kiri dan kanan mencari seseorang yang Yixing maksud.

"Dia sudah pergi."

"Wahh sepertinya aku melewatkan sesuatu.." Kyungsoo berucap sambil bersiul menggoda.

"Lupakan saja, kamu dari mana?" Yixing mengalihkan pembicaraan dengan menatap Kyungsoo yang datang dengan membawa banyak bungkusan makanan dan minuman.

"Kamu pasti menungguku lama. Maafkan aku Yixing, aku membeli Roti isi daging ini di toko sebelah barat sana dan antriannya cukup panjang, itu yang membuatku lama. Sekarang ini makanlah," Kyungsoo membuka bungkusan roti isi daging berukuran besar lalu meletakkan nya ke tangan Yixing.

Yixing menelan ludah, lambung nya meronta. Ia menatap Kyungsoo dengan mata yang berkaca-kaca.

"K-Kyung... Terimakasih." Ucap Yixing kemudian menggigit Roti dengan begitu lahap.

"Makanlah sampai kamu kenyang." Kyungsoo mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia merasa kedua matanya memanas.

"Aku juga membelikanmu tiga kilo apel, dua kilo pir, dan beberapa camilan." Sambung Kyungsoo menata banyak bungkusan di tangan nya.

"Uhuk.. Uhuk.."

"Pelan-pelan Yixing..." Kyungsoo mengambil minuman rasa anggur menyerahkan pada Yixing.

"Kyung, aku merepotkanmu." Ujar Yixing sedih. Ia meminum lagi minumannya sampi habis karena ini adalah minuman favorit Yixing. Dan Kyungsoo tahu akan hal itu.

"Tak apa Yi, aku senang bisa membantu mu. Aku sedih melihat kondisimu seperti ini. Dan ini... Aku punya dua keping koin emas untuk mu. Belilah sepatu yang nyaman dan beberapa barang yang kamu butuhkan." Kyungsoo menyerahkan dua keping koin emas ke tangan Yixing saat pemuda itu sudah menghabiskan Roti isi daging.

"Tapi.."

"Aku tidak ingin melihat sebuah penolakan dari mu."

"Kyung, dua keping koin emas terlalu banyak. Itu sama saja dengan dua puluh koin perak dan aku tidak bisa menerima nya. Kamu sudah terlalu banyak membantu ku."

"Yixing kumohon.." Kyungsoo menatap dengan wajah memohon.

Yixing menghela nafas. "Baiklah, hanya lima keping koin perak saja oke. Dan aku berjanji akan membayarnya suatu hari nanti."

"Baiklah.." Kyungsoo tersenyum kemudian memeluk tubuh kurus sahabat nya. Ia begitu merindukan Yixing, jarak Rumah Kyungsoo yang berada jauh dari kediaman Yixing membuat nya tidak bisa leluasa bertemu. Terlebih lagi keberadaan Ibu tiri dan dua Kakak tiri Yixing semakin mempersulit pertemuan mereka berdua.

Kyungsoo merasakan tubuh Yixing semakin kurus serta ringkih dari satu tahun yang lalu saat pertemuan terakhir mereka di acara pemakaman Ayah Yixing. Dulu Yixing terlihat lebih segar dan ceria, entah bagaimana pemuda ini menjalani kehidupannya sekarang. Mereka hanya bertukar surat sebulan sekali dan Yixing hanya menyinggung sesekali tentang perlakuan Keluarga tirinya yang berlaku kurang baik. Kyungsoo tidak bisa melakukan lebih.

"Ayo aku antarkan membeli sepatu yang cocok untuk mu!" Ucap Kyungsoo semangat.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau sepatuku..." Yixing meringis menatap sepatu usang yang selalu menemani hari nya.

"Itu pasti tidak nyaman. Ayo Yi, cepat lah!"

"Tunggu aku Kyung!"

Kyungsoo berjalan cepat meninggalkan Yixing di belakang yang kepayahan membawa bungkusan buah dan beberapa camilan. Pemuda manis itu tersenyum kemudian mengejar Kyungsoo yang sudah berlari cukup jauh di depan sana.

Mereka berdua berhenti di depan bangunan dua lantai, sebuah Toko sepatu ternama di kota itu. Banyak bangsawan yang sedang berbelanja di dalam sana.

"Kenapa hanya diam di sini. Ayo masuk ke dalam Yixing." Kyungsoo menarik tangan Yixing. Sahabatnya itu tampak ragu untuk masuk ke dalam Toko sepatu mewah di depan.

"Kamu saja, aku merasa tidak cocok untuk masuk ke dalam sana. Kamu tahu penampilan ku ini tidak layak." Yixing menunduk malu.

Kyungsoo merotasikan matanya yang bulat. "Sudahlah.. Apa yang kamu katakan. Ayo cepat masuk!"

Pintu kaca di dorong oleh Kyungsoo dengan satu tangan sedangkan tangan satunya menarik Yixing agar mengikuti di belakang. Pegawai Toko sepatu menyambut ramah kedatangan mereka berdua.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan-tuan?" Ucap salah satu pegawai wanita menghampiri Kyungsoo juga Yixing.

"Aku mencari sepatu yang cocok untuk sahabatku yang manis ini. Jadi keluarkan semua sepatu terbaik di Toko kalian." Kata Kyungsoo menatap si pegawai wanita.

"K-Kyung. Aku cuman membutuhkan satu pasang sepatu, sepertinya kamu terlalu lebihan." Yixing melirik ke kanan kiri ia tidak mau lama-lama berada di dalam Toko sepatu ini karena banyak pasang mata secara terang-terangan memandangi nya dengan pandangan menilai. Di sebelah kiri juga banyak segerombolan gadis bangsawan berbisik-bisik lalu tertawa sambil melihat ke arah Yixing.

"Baik Tuan. Silahkan tunggu di sofa sebelah sana." Pegawai wanita menunjuk sofa besar berwarna marun terletak dekat jendela.

"Sudahlah jangan di hiraukan. Mereka hanya iri padamu." Kata Kyungsoo mengusap bahu Yixing, mengajaknya duduk di sofa. Kyungsoo sadar sejak mereka datang banyak pandangan mencemooh dari pengunjung lain ke arah Yixing.

"Aku seperti seorang pengemis yang salah masuk Toko." Ucap Yixing meringis.

"Tidak usah di pikirkan Yixing. Biarkan saja..."

Pegawai Toko wanita yang tadi datang bersama satu rekannya. Mereka masing-masing membawa empat boks berisi sepatu dengan model terbaru di tangannya. Si pegawai wanita membuka boks lalu menunjukkan nya kepada Kyungsoo dan Yixing lalu menjelaskan model dan bahan dari sepatu-sepatu itu.

Mata Yixing berbinar, bahkan sepatu milik Baekhyun tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan sepatu-sepatu di Toko ini yang berkualitas bagus dan berkelas.

"Bagaimana? Ada yang kamu sukai?" Tanya Kyungsoo melihat binar di mata Yixing.

"Aku ambil sepatu ini saja. Ini sangat nyaman dan modelnya juga tidak terlalu berlebihan." Ujar Yixing menunjuk sepatu dengan pola sederhana berwarna coklat dengan hiasan kulit hewan yang pegawai wanita pakaikan di kedua kakinya.

"Oke itu pilihan mu. Aku ambil sepatu yang ini, langsung di pakai saja." Ujar Kyungsoo kepada si pegawai wanita.

"Baik Tuan, silahkan melakukan pembayaran di sebelah sana." Pegawai wanita tersenyum menunjuk ke arah bagian pembayaran yang berada dekat pintu masuk.

Kyungsoo membayar tiga keping koin perak untuk sepasang sepatu Yixing lalu mereka berdua keluar dari Toko itu.

"Ingin membeli pakaian bagus?" Tawar Kyungsoo.

"Tidak Kyung, sepertinya aku harus pulang sekarang juga.." Ucap Yixing melihat langit di atas sudah mulai senja. Ia teringat ucapan Madam Jane yang akan mencincang dirinya jika pulang kemalaman.

"Kenapa buru-buru sekali. Uangmu masih tersisa dua keping perak Yixing." Kyungsoo menatap Yixing dengan pandangan sedih. Secepat ini kah pertemuan nya dengan Yixing akan berakhir.

"Kamu simpan saja Kyungsoo. Terimakasih untuk sepatu ini, buah-buahan dan makanan ini aku janji pasti akan mengganti nya."

"Tidak perlu Yi... Semua itu untuk mu. Anggap saja hadiah untuk pertemuan kita." Kyungsoo memeluk Yixing erat, enggan berpisah pada sahabatnya yang berwajah manis.

"Kyung. Aku akan merindukanmu." Gumam Yixing menaruh semua belanjaan nya ke atas aspal jalan membebaskan kedua tangan untuk membalas pelukan Kyungsoo.

"Simpan rindumu itu untuk satu minggu ke depan Yixing. Kita akan bertemu lagi di festival musim panas nanti." Kyungsoo menatap Yixing dengan binar di mata.

"Festival musim panas?"

"Iya. Minggu depan Kerajaan Brianna akan mengadakan Festival musim panas! Kamu harus berjanji padaku akan datang ke Festival itu! Aku akan mengajak mu berburu makanan enak dan melihat parade."

"B-Baik lah.. Aku berjanji akan menemui mu di Festival musim panas nanti." Yixing berkata tidak yakin tetapi ia tidak ingin mematahkan hati Kyungsoo. Yixing harus bisa mencari cara agar bisa pergi Minggu depan nanti, tanpa di ketahui oleh Madam Jane atau dua saudara Tiri nya.

"Bagus Yixing! Kudengar Festival musim panas kali ini akan langsung di saksikan oleh Putra Mahkota." Kyungsoo berkata antusias.

"Putra Mahkota? Maksud mu Pangeran Brianna?" Yixing meringis tidak bisa membayangkan sosok Pangeran yang di ucapkan oleh Kyungsoo. Karena dia buta akan semua anggota Kerajaan Brianna, Yixing jarang keluar Rumah dan tidak pernah membaca surat kabar. Yang dirinya tahu hanya sebatas Raja, Ratu dan satu Putra Mahkota dari Kerajaan Brianna.

"Iyaa!! Pangeran Junmyeon Yixing! Astaga aku tidak bisa membayangkan bisa menatap langsung sang Pangeran Brianna."

"Baiklah Kyung aku menantikan hal itu, sekarang aku harus pergi."

"Perlu ku antar sampai ke Rumah mu?"

"Tidak perlu. Aku sudah banyak merepotkan mu hari ini. Sampai bertemu di Festival musim panas nanti.."

Kembali mengambil barang-barang nya, Yixing melangkah pergi meninggalkan Kyungsoo yang menatap dirinya dengan satu lambaian tangan. Mereka harus benar-benar berpisah, Yixing merasa langkah kaki nya terasa ringan dengan sepatu yang nyaman.

.

"Baek, duduklah. Aku capai melihatmu berjalan mondar-mandir seperti itu!" Luhan berkacak pinggang menatap sang Adik dengan mata melotot, yang di tatap langsung berdecak lalu membanting hiasan keramik ke arah pintu. Serpihan keramik berserakan membuat Luhan menggeleng.

"Astaga.. Itu hiasan kesayangan Ibu. Kamu akan kena masalah nanti, Untung Ibu saat ini sedang keluar." Luhan mengomel lalu menduduki sofa dengan posisi nyaman, mengibaskan rambut merahnya yang tergerai.

"AKU BENCI JALANG ITU!! BENCI BENCI BENCI!!" Teriak Baekhyun dengan emosi yang terlihat penuh di mata. "Aku bersumpah akan mencekik lehernya sampai mati begitu dia kembali!" Baekhyun mengepalkan tangan.

"Jalang siapa maksudmu? Yixing?" Luhan menatap Baekhyun dengan malas.

"Jangan sebut nama itu di hadapanku Kak!!'' Baekhyun kembali berteriak kali ini ia berteriak tepat didepan wajah Luhan.

"Astaga!!! berhenti berteriak! Kamu ini kenapa sih?! Baru pulang berkencan malah teriak-teriak seperti ini di depanku!" Luhan ikut berteriak emosi di depan wajah Baekhyun.

"Semua ini karena Bajingan itu! Aku di buat kesal olehnya." Baekhyun ikut mendudukkan dirinya di sofa, di samping Luhan.

"Memangnya kenapa?"

"Chanyeol menolakku Kak. Tadi aku menyatakan perasaanku padanya saat kami berada di Kedai Ramen, tetapi dia bilang tidak bisa menerima cintaku karena hanya menganggap ku sebagai Adik. Dan asal Kakak tahu! Dia bilang padaku jika dia lebih menyukai seseorang yang memiliki wajah lembut dan manis. Astaga aku bisa gila!!! Kamu pasti tahu siapa yang Chanyeol maksud?!!"

Baekhyun menjambak rambut panjangnya frustasi. Rambut lurus dengan warna blonde tampak acak-acakan.

Luhan segera menenangkan sang Adik dengan membawa Baekhyun ke dalam pelukannya.

"Aku benci orang itu Kak! Hiks.. Aku sangat membencinya!"

"Sudah jangan menangis, tenangkan dirimu."

"Aku tidak bisa tenang kalau jalang itu masih hidup dan merebut Chanyeol dariku. Hiks.."

"Kamu tenang saja Baek, Kakak akan mencari cara agar Chanyeol bisa bertekuk lutut di hadapan mu.. Oh Adikku yang malang..." Luhan menyentuh wajah Baekhyun dengan lembut, menghapus air mata di pipi sang Adik. "Lihatlah wajah ini begitu sempurna dan tidak pantas untuk di sakiti oleh siapapun." Ucapnya disertai senyuman manis.

"Memang bagaimana caranya Kak, agar Chanyeol bisa mencintaiku?" Baekhyun membalas senyuman Luhan kemudian merapikan tatanan rambut menggunakan jari. Melupakan tangisannya yang tadi.

"Itu hal yang mudah bagiku Baek. Kita hanya perlu menyuruh Ibu untuk menggelapkan hati Chanyeol supaya dia hanya bisa melihat ke arah mu!" Luhan tertawa licik.

"Menyuruh Ibu. Memangnya Ibu bisa melakukannya?" Baekhyun merasa tidak yakin dengan saran sang Kakak.

"Astaga Baekie, tentu saja Ibu bisa melakukannya! Asal kamu tahu saja Ibu itu mempunyai ilmu sihir hitam yang jahat dalam dirinya. Dia bisa dengan mudah menyingkirkan Ibu kandung Yixing lalu mendapatkan Suaminya dengan sangat mudah hanya dalam waktu satu minggu. Kamu pikir itu wajar?"

Baekhyun menatap Luhan shock. "J-Jadi selama ini Ibu telah menggelapkan hati Ayah tiri kita?"

"Tepat sekali Adikku yang cantik. Lalu setelah Ayah tiri kita mulai sakit-sakitan. Ibu meracuni Ayah Zhang supaya lelaki tua bangka itu cepat mati." Jelas Luhan secara gamblang.

"Astaga.. Bagaimana Kakak bisa mengetahui semua ini."

"Karena waktu itu Ibu sendiri yang menyuruhku mengantarkan kopi ke ruang kerja Ayah. Dan Ibu bilang jika di dalam kopi hitam itu terdapat racun mematikan, aku harus memastikan Ayah Zhang meminum nya."

"Kakak kamu memang hebat! Lalu bagaimana dengan Yixing? Kenapa Ibu tidak menyingkirkannya juga." Tanya Baekhyun lagi. Menatap Luhan dengan rasa penasaran.

"Tidak bisa Baek."

"Kenapa tidak bisa?? Membunuh dua lalat saja Ibu bisa melakukannya. Kenapa satu nyamuk pengganggu saja tidak bisa?!"

"HAHAHA." Luhan tertawa mengacak rambut blonde milik Baekhyun.

"Mengapa Kakak tertawa?"

"Kamu ini benar-benar rubah licik Baek. Astaga perut ku sakit.." Luhan memegangi perutnya setelah puas tertawa.

"Kak, aku serius kenapa Ibu tidak membunuh Yixing?" Baekhyun melotot kesal, tangan kirinya sudah menggebrak meja.

"Itu tidak mungkin! Semua warisan Ayah Zhang atas nama Yixing. Rumah ini, perkebunan kopi, bahkan toko kue yang di kelola Ibu sekalipun atas nama Yixing. Kalau kita melenyapkan Yixing secara otomatis kita tidak akan mendapatkan apapun dan terusir dari sini. Kamu mau jadi gelandangan!"

"Ataga berarti selama ini kita yang menumpang hidup padanya." Baekhyun menutup mulut tak percaya.

"Yeah benar sekali.. Hahaha!" Luhan tertawa dengan tidak tahu malu.

"A-Apa Yixing mengetahui hal ini?"

"Tentu saja dia tidak." Ucap Luhan enteng lalu beranjak menuju kamar meninggalkan Baekhyun yang masih terbengong di atas sofa tidak menyadari jika di balik pintu luar yang tertutup ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka sejak tadi. Barang-barang belanjaan sudah jatuh berserakan di lantai.

Awalnya Yixing ragu untuk memasuki Rumah karena mendengar pecahan benda yang menghantam pintu. Yixing memutuskan menunggu di luar saja sambil memastikan keadaan yang lebih aman untuk dirinya masuk ke dalam Rumah, ia tak ingin memperkeruh suasana tapi justru dirinya mendengar makian dan teriakan Baekhyun yang menjurus padanya membuat Yixing semakin mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam.

Berdiri di balik pintu Yixing mendengar semuanya. Mendengar bagaimana dengan entengnya Luhan mengungkapkan hal keji yang telah mereka lakukan. Kepada Ibunya! Kepada Ayahnya!

Madam Jane adalah wanita Iblis!

Lebih tepatnya mereka semua Iblis!

Merenggut paksa apa yang telah Yixing miliki, menjadikan dirinya pesuruh mereka lebih rendah dari seorang Budak! Kemudian menikmati harta Ayah nya tanpa sepeserpun membaginya dengan Yixing si pemilik sah dari harta yang mereka makan. Bahkan selama ini dirinya harus memakan makanan sisa dari piring bekas mereka di tempat cucian piring untuk bertahan hidup. Sangat lucu Yixing!

Dengan tangan mengepal Yixing berlari keluar dari halaman Rumah, menggenggam erat bungkusan buah-buahan dari Kyungsoo. Tidak ada air mata yang menetes di pipinya, hanya kilatan amarah yang menyorot tajam dari dalam mata.

.

Dengan deru nafas memburu sampai mencekik kerongkongannya Yixing memukul dada beberapa kali dengan tepukan kasar berharap agar rasa sesak bisa segera hilang.

Dengan langkah gemetaran tetapi sekuat tenaga ia tahan Yixing memasuki Toko kecil yang terletak di lorong sebuah gang sempit. Semuanya tampak buram karena minimnya pencahayaan dan gelapnya lorong ini. Yixing hanya bisa menajamkan penglihatannya dengan bantuan sinar Rembulan yang menyorot dari atas sana.

"Sedang mencari sesuatu Anak muda?" Ucap seorang pria berbadan gemuk seperti seekor Babi berbicara di balik meja kasir. Pria itu tidak memakai baju atasan membuat Yixing bergidik melihat tumpukan lemak yang menggelambir di tubuh nya dengan keringat yang mengucur sebiji jagung.

"A-Aku mencari..." Yixing menggigit bibir bawahnya merasa ragu dengan apa yang ingin ia sampaikan.

"Mencari apa?! Aku tidak suka bermain-main!" Pria gendut itu melotot galak sampai bola matanya ingin keluar.

"Aku.ingin.Racun." ucap Yixing telak sambil mengepalkan kedua tangan.

"Racun apa? Racun pestisida untuk tanaman?"

"Tidak! Aku ingin Racun yang mematikan untuk binatang parasit."

"Kau ingin menyingkirkan parasit?" Pria itu menatap Yixing dengan alis terangkat satu.

Yixing mengangguk mantap. "Parasit yang benar-benar mengganggu." Ucapnya di akhiri dengan senyum manis berlesung pipi.

"Baiklah. Tunggu sebentar." Pria itu pergi meninggalkan Yixing untuk mengambilkan pesanannya, bibir Yixing masih tersenyum tetapi dengan wajah yang datar.

"Ini pesananmu Anak muda. Berikan satu atau dua tetes saja karena kadar racun di dalamnya sangat tinggi, mampu membunuh binatang hanya dalam hitungan beberapa detik saja." Pria gemuk Itu memasukkan botol berukuran sangat kecil berisi cairan hitam ke dalam kantung kain.

"Berapa harga yang harus aku keluarkan Paman?" Yixing bertanya ragu.

"Sepuluh koin perunggu saja."

"Maaf Paman, tapi aku tidak punya uang." Ucapan Yixing membuat pria gemuk itu menggebrak meja.

"Dasar miskin! Seharusnya aku sudah tahu hal itu dengan melihat penampilanmu. Pergi sana!!"

"T-Tunggu dulu Paman. Aku punya tiga kilo apel dan dua kilo pir, kurasa ini setara dengan satu botol racun itu." Yixing mengangkat kantung buah tinggi-tinggi agar si pria gendut dapat melihat jelas. Benar saja, pria itu langsung menjilat bibirnya begitu melihat buah-buahan segar dengan kualitas terbaik.

"Ini ambil saja Racunnya. Sini berikan buah-buahan itu kepadaku!"

Yixing meletakkan kantung buah-buahan ke atas meja kasir kemudian mengambil buntalan kain berisi satu botol kecil racun lalu memasukkan nya ke dalam saku celana. Yixing melangkah keluar meninggalkan pria gemuk seperti Babi yang menggigit apel dengan rakus.

TBC /

Ya ampun! Udah lama banget gak nulis fanfiction kayak gini. Jadi gemetaran cuy! Udah 2024 aja *Hiks* kayaknya baru kemarin 2017 aku masih mainan FFN;( Selain akunku yang sudah hilang (Xiupao97) selama bertahun-tahun aku juga udah gak nulis lagi, yeah! Tapi apa daya aku kangen banget sama SULAY! Username ku nama Anak aku btw. Hahaha!! Jadi salam kenal sayang;) All about SULAY, Lay selamanya jadi kesayangan aku*