Frost of God

Dislclaimer: Masashi Kishimoto dan Satomu Satou

Genre: Adventure, Sci-fi, Fantasy, Tragedi.

Rate: T semi M

Warning: AU, OC, OOC, Typo bertebaran, penggunaan kata sering berubah dan kesalahan lainnya.

Happy Reading.

A/N: ini bisa dibilang fic Crossover dari fic ane yang Kuroyuki no Shinigami. Walau ceritanya masih jauh tapi malah pengen aja gabungin ama fic lain, khususnya mahouka ini. Jika kurang tahu tentang tokoh utamanya, silahkan baca aja fic yang Kuroyuki biar paham ama karakternya.


Sebuah tempat yang asing, berlatarkan pepohonan rimbun namun tak terlalu menutup. Seperti berada dipegunungan maupun lahan hutan. Berada disalah satu pepohonan, terlihat adanya suatu bentuk kehidupan. Bukan sesuatu seperti hewan kecil maupun besar yang sering ditemukan ditempat hijau. Melainkan itu adalah bentuk kehidupan seorang manusia.

Itu benar.

Seorang manusia. Sendirian. Terbaring dibawah rimbunnya dedaunan. Melihat lebih dekat akan wujudnya yang kecil, dia masih anak-anak. Wajah kecilnya terlihat damai untuk bisa tertidur diluar ruangan. Tentunya hal ini menjadi sebuah pertanyaan. Kenapa bisa ada seorang anak kecil tertidur pulas disini.

Terbaring diatas lembutnya hamparan hijau rerumputan. Desiran angin lembut dari hutan datang membasuhi wajah putih anak ini, terlihat rambut miliknya sedikit bergerak. Tak berlangsung lama, tubuh terbaring itu mulai memperlihatkan tanda untuk terbangun.

Perlahan kedua kelopak mata itu mulai terbuka. Sepasang iris mata torquis berwarna biru redup terbuka. Iris mata itu terlihat redup namun tersirat keindahan tersendiri. Mencoba membiasakan iris mata miliknya, saat merasa pandangannya masih buram, hingga tak lama iris miliknya mulai terbiasa untuk melihat secara jelas.

Dedaunan.

Hal pertama yang dilihat oleh iris torquis itu adalah daun-daun hijau. Dedaunan itu terlihat cukup lebat, tak cukup lebat untuk menghalau sinar cerah dari matahari. Membiasakan pandangan miliknya, ia kembali menyipitkan kelopak mata untuk mengurangi sedikit cahaya dari sinar matahari. Terlalu terang, ia lantas menggerakan lengan miliknya guna menghalau cahaya ini.

Beberapa saat berlalu, tubuh itu perlahan mulai bergerak. Mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk bisa beranjak dari hamparan hijau tanah, walau itu sedikit. Sedikit mengeram untuk meregangkan tubuhnya yang agak kaku. Ia tak langsung berdiri dan memilih untuk duduk saja mengingat hanya ada sedikit tenaga.

Duduk terdiam sembari mulai memegangi bagian kepalanya. Ada sensasi sakit dan berdenyut tepat ketika ia mulai beranjak. Memijat sedikit guna menghilangkan sedikit rasa sakit dan denyut yang terasa. Sembari memijat bagian pelipis, iris mata miliknya mencoba untuk melihat sekeliling secara seksama. Pandangan yang ia dapatkan ditempat ini adalah pepohonan dan semak belukar.

"Apa yang terjadi… Ini dimana?."

Berguman sendiri. Menyadari tempat ini terasa asing.

Bukan tanpa sebab kenapa ia berguman seperti ini. Saat melihat area sekitar dirinya ketika tersadar, pertanyaan ini langsung muncul. Itu karena ia sama sekali tak tahu mengenai tempat ini. Pepohonan rindang serta semak belukar, belum lagi adanya beberapa kicauan burung dan beberapa jenis binatang sempat menampakan diri. Tempat ini sangat asing. Kenapa ia bisa berada disini?

Mengingat kembali akan beberapa saat yang lalu, ia yakin bukan ditempat ini ia berada. Ia seharusnya berada ditempat dimana hanya ada sedikit vegetasi serta bebatuan. Ditempat itu juga terdapat sebuah bangunan sangat besar, ah tidak, lebih tepatnya sebuah reruntuhan. Reruntuhan ini mempunyai sedikit kisah kelam dimasa lalu.

Dulu tempat ini digunakan oleh kelompok tertentu untuk melakukan eksperimen terhadap manusia. Terlebih eksperimen yang dilakukan ditempat ini benar-benar mengerikan. Didalam bekas reruntuhan ini, berbagai percobaan mengerikan dilakukan demi menciptakan manusia mutakhir melebihi apapun.

Waktu berlalu dan sekarang tempat ini hanya menjadi sebuah reruntuhan saja. Sebuah bangunan besar dimana terdapat banyak hal didalamnya dan sekarang hanya menjadi sebuah puing bangunan bersejarah. Tentunya, sejarah mengenai tempat ini bukanlah perkara indah.

Kenapa ia berada disini dan tahu mengenai lokasi tempat ini yang begitu terpencil?

Sederhana.

Itu karena, ia sendiri merupakan salah satu dari sekian percobaan yang berhasil selamat sampai sekarang. Semua hal yang ia lalui bagaikan sebuah siksaan tanpa akhir. Berbagai eksperimen dan percobaan mengerikan, ia lalui itu semua. Layaknya Neraka. Bahkan kematian serasa lebih indah, daripada menjalani serangkaian percobaan. Begitulah penggambaran mengenai setiap kehidupan para eksperimen.

Ia kembali mengunjungi puing-puing ini bukan tanpa sebab. Ia kembali kesini untuk mencari sedikit informasi mengenai seseorang. Kembali ketempat ini dengan sedikit harapan guna mendapat informasi mengenai orang tersebut, walaupun hanya sedikit. Meski ia sendiri merupakan satu dari sekian banyak penghuni, ada banyak tempat yang belum pernah ia jajaki. Sebagian tempat mungkin sudah hancur dan hanya tersisa sedikit saja ruangan yang masih utuh.

Bangunan ini dulunya begitu besar dimana didalamnya terdapat banyak ruangan dan halaman besar. Juga tempat ini mempunyai 24 basement dimana kedalaman dari setiap basement berbeda-beda. Tapi sekarang sejauh mata melihat tempat ini hanya terlihat seperti padang luas dengan sedikit rerumputan.

Kedua kaki miliknya berjalan secara acak, mengingat tempat ini begitu luas. Tak lupa kedua irisnya menangkap beberapa pemandangan tak mengenakan, berupa kerangka manusia. Ia tak tahu apa kerangka itu milik para peneliti disini atau milik para eksperimen. Ia tak tahu itu dan tak peduli.

Berjalan cukup lama, bahkan ia tak terasa sudah mulai memasuki tempat ini lebih dalam. Jika dilihat dari angkasa maka tempat ini terlihat seperti ditimpa sebuah meteor berukuran raksasa hingga membentuk sebuah kawah besar. Menjelajahi setiap tempat dan ruangan, ia belum menemukan satupun hal yang ia cari, Informasi. Semuanya hancur porak poranda tanpa meninggalkan sisa.

Saat ini bisa dibilang ia berada didalam kedalaman yang cukup dalam. Jika diukur dari permukaan mungkin sekarang ia berada dikedalaman sekitar 70 meter dari permukaan. Ia tak tahu hal macam apa yang bisa membuat tempat ini hancur luluh lantah, bahkan sampai menciptakan sebuah kawah berukuran raksasa. Tetapi, mengingat salah satu rekannya yang mana mempunyai kekuatan penghancur yang sangat besar, ia rasa ia tahu siapa pelakunya.

Terus mencari hingga ia memasuki tempat ini lebih dalam, secara harfiah. Memasuki tempat ini lebih dalam dan dalam. Bagaikan memasuki labirin dimana terdapat banyak sekali lorong dan jalan bercabang. ia tak menyangka jika ia akan menelusuri sampai kebawah tanah. Bukan tanpa alasan tentunya kenapa para pimpinan membangun tempat ini sampai harus menuruni tanah. Bisa saja untuk menyembunyikan sesuatu, entah itu subjek eksperimen, sebuah alat berbahaya, maupun informasi.

Dari apa yang ia tahu, ketika dirinya berada disini hanya sebagian kecil saja yang ia ketahui. Namun sekarang ia mengetahui ada banyak hal tersembunyi yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.

Kaki itu melangkah lebih dalam. Ia juga tak tahu berapa kedalam dirinya. Kaki miliknya terus turun kebawah. Kali ini ia menuruni sebuah anak tangga, dimana ia tak tahu mengenai anak tangga ini dan apa yang berada dibawahnya.

Seperti tak mempunyai ujung dan pencahayaan disini sama sekali tak ada. Ia perlu berhati-hati dalam melangkah. Karena jika ia terpeleset maka ia akan menuruni semua anak tangga ini dengan cara berguling. Tentunya itu tak akan pernah terjadi.

Berterima kasih pada kemampuan miliknya. Bahkan jika tempat ini tak mempunyai setitik cahaya apapun, mata miliknya masih dapat melihat sekitar. Didalam kegelapan yang begitu pekat tanpa setitik pun cahaya muncul, ia mampu melihat tanpa masalah. Mata miliknya itu seperti burung hantu, yang mana dapat melihat ditempat yang sangat gelap.

Kedua kaki itu akhirnya berhenti melangkah. Jauh menuruni anak tangga hingga akhirnya ia sampai disini. Didepan sebuah pintu besar, dimana pintu ini mempunyai motif yang bisa dibilang indah dan mengerikan. Indah karena desainnya yang begitu detail dimana seperti dipahat, dimana bentuk ukiran itu begitu realistis seperti hidup. Untuk kata mengerikan dari pintu ini, karena pahatan itu menggambarkan sebuah keputusasaan.

Terlihat adanya replika seseorang dimana ekspresi miliknya begitu sedih serta sebuah replika mahluk mengerikan disisinya. Lebih tepatnya pintu ini didesain mempunyai gambaran keindahanan dan keputusasaan. Jika orang lain melihat ini mereka enggan untuk memasuki apa yang ada dibalik pintu ini. jangankan memasukinya, berada didepan pintu ini saja serasa enggan.

Tapi baginya apa yang terukir dipintu ini sama sekali tak berpengaruh. Bisa dibilang ia tak mengerti mengenai konsep rasa takut. Sebuah perasaan dimana enggan untuk berada disuatu tempat yang mengganggu keadaan seseorang. Bahkan jikalau didalam pintu ini terdapat sesuatu yang mengerikan dimana nyawanya bisa terancam, maka ia akan melawan mahluk ataupun sesuatu mengerikan itu.

Kedua telapak tangan miliknya tak lama menyentuh pintu. Karena ia tak menemukan semacam gagang untuk membuka pintu ini, maka dari itu untuk membuka pintu ini caranya adalah dengan mendorongnya. Mengingat pintu ini begitu besar, sekitar 5 meter tingginya. Perlu sedikit kekuatan untuk membuka.

Tanpa basa basi ia langsung saja membuka pintu ini. Terdengar bunyi nyaring saat pintu ini mulai terbuka. Ia sempat ingin mempertanyakan mengenai perawatan di ruangan ini, khusunya pintu ini. Kapan mereka terakhir kali merawat pintu raksasa ini. Mendengar dari bunyinya saja kemungkinan besar tempat ini memang diabaikan.

Pintu besar ini akhirnya terbuka, memperlihatkan sebuah pemandangan yang tak biasa. Didalam pintu ini ia melihat sebuah area yang luas, seperti lapangan sepak bola. Memasuki tempat ini dan melihat sekeliling, tak ada yang aneh. Hanya tempat kosong dengan beberapa bongkahan batu yang cukup tinggi.

Sampai ditengah ruangan itu, ia edarkan pandangannya mengelilingi ruangan. Tak ada yang spesial. Ini hanya sebatas ruangan bawah tanah biasa. Begitu ia melihat lantai entah kenapa ia seperti melihat sebuah simbol. Berjongkok guna melihat simbol itu dengan jelas. Ia bersihkan debu yang menghalangi bentuk simbol itu.

Sringgg!

Tiba-tiba hal mengejutkan terjadi.

Begitu ia membersihkan beberapa debu yang menghalangi bentuk simbol itu, cahaya berwarna biru keluar. Cahaya itu kemudian merambat hingga membentuk suatu simbol hiroglif. Dinding energi dengan warna yang sama juga terbentuk, seakan mengurung dirinya untuk tidak bisa keluar.

Tak berselang lama, ia menyadari jika tubuhnya perlahan mulai menghilang menjadi cahaya. Tanpa memberikan waktu sedikitpun baginya untuk menyadari akan gejala yang baru terjadi pada dirinya. Hanya sebatas melebarkan iris torquis miliknya yang penuh keterkejutan. Hingga beberapa detik kemudian ia menghilang dari tempat itu.

Itu adalah kilas kejadian beberapa saat yang lalu. Tepat ketika dirinya termakan oleh cahaya tersebut, kesadaran dirinya bisa dikatakan menghilang. Dari awalnya melihat segala sesuatu berwarna putih, hingga menjadi sebuah kegelapan total. Lambat laun akhirnya ia kembali tersadar, dan disinilah ia sekarang.

Berada ditempat ini, terbangun seorang diri, disebuah hutan yang tak terlalu lebat. Ia paksakan berdiri sembari memegang kepalanya yang masih pusing. Ia mencoba mengingat kembali beberapa hal sebelumnya. Kalau tak salah ia berada di reruntuhan tempatnya lahir, mengunjungi sebuah ruangan aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya, kemudian cahaya aneh berwarna biru langsung menyelimuti dirinya.

Hanya itulah yang bisa ia ingat. Untuk sekarang kesampingkan itu, prioritas utama adalah mencari tahu dimana ia sekarang. Dengan tubuh gontai ia berjalan tak tentu arah. Samar-samar telinga miliknya mendengar sebuah suara deruan air. Ada sebuah sungai kecil di sini. Mungkin membasuh wajahnya bisa menyegarkan kondisinya.

Berjalan menuju asal suara itu, dan benar saja ada sebuah sungai kecil disana. Berjongkok di tepi sungai, kedua tangan itu perlahan mulai membasuh wajah putihnya. Dinginnya air sungai membuat perasaanya menjadi lebih baik. Rasa segar dari air ini membuat rasa lelahnya menghilang.

Seperti melamun, ia memandang aliran sungai itu untuk waktu yang cukup lama. Hingga iris torquis miliknya melebar. Begitu terkejut akan apa yang dilihatnya. Tak ada apa-apa dengan aliran sungai ini. Hanya menampilkan wajah putih bersih miliknya.

Tapi bukan itu yang menjadi masalahnya. Memang yang terpampang di aliran sungai itu adalah wajahnya. Yang membuat ia membulatkan kedua matanya adalah wajah itu yang tampak seperti anak kecil.

Tangan miliknya yang gemetar, meraba wajah miliknya. Seakan berharap kalau pantulan di sungai itu bukanlah dirinya. Tetapi, ia hanya bisa menerima fakta kalau ia telah berubah menjadi anak-anak. Pantas saja ia merasa aneh tadi. Entah kenapa ia merasa daerah sekelilingnya begitu tinggi. Memang karena hutan ini mempunyai pohon yang tinggi atau dirinya saat itu yang masih melantur. Hingga ia harus mengetahui kenyataan yang begitu mengejutkan.

Bukan hanya itu. Pakaian yang biasa ia kenakan hilang tanpa sebab. Terganti dengan sebuah pakaian biasa berwarna putih. Ia sekarang ini hanya memakai sebuah kaos biasa dengan celana panjang berwarna sama. Bukanlah pakaian serba hitam miliknya serta sebuah jubah.

Satu hal yang perlu ia lakukan, apa kekuatan miliknya menghilang. Ia perlu mencari tahu itu. Untunglah ada sungai yang mengalir disini. Ia bisa melakukan percobaan sederhana dengan membekukan sungai. Menempelkan telapak tangannya di aliran sungai, sedikit berkonsentrasi mengalirkan kekuatannya. Dengan sekejap mata sungai ini langsung membeku dengan cepat.

Belum sampai disitu ada satu hal yang perlu ia coba dengan dirinya. Kali ini ia merentangkan tangannya kedepan. Kembali berkonsentrasi hingga tangan miliknya mulai berubah menjadi sebuah senjata dari es. Dengan bentuk-bentuk bervariasi yang ia lakukan. Tak lama ia kembali merubah tangannya kembali seperti semula.

"Baiklah, ini yang terjadi. Aku bisa asumsikan jika aku terlempar ketempat ini oleh sebuah teknik ruang dan waktu. Entah karena ada kecacatan tubuhku berubah menjadi seorang anak berusia 6 tahun dan pakaian yang kugunakan sekarang terganti begitu saja. Untuk kekuatan yang kumiliki sepertinya tidak menghilang. Dengan beberapa percobaan sederhana tadi aku rasa kekuatanku masih berada didalam tubuhku."

Sedikit penjelasan akan kondisi dan situasi yang ia hadapi. Terlempar oleh sebuah tehnik ruang dan waktu dan berada ditempat yang begitu asing. Ia ingin berasumsi jika saat ini dia berada didunia lain, tapi asumsi itu terlalu dini.

Bisa saja ia sekarang terlempar jauh meninggalkan tempat kelahirannya. Altar yang sudah ia sentuh pasti merupakan sebuah tempat untuk mengirimkan sesuatu via ruang dan waktu dan tempat ini menjadi titik kordinat tujuan. Memang karena ada kecacatan tubuhnya menjadi kecil seperti anak berumur 6 tahun.

"Aku perlu mencari tahu dimana aku sekarang. Bahkan jika ini merupakan sebuah hutan pastinya ada sebuah kehidupan, entah itu sebuah desa atau perkotaan. Aku harus mengetahui dinegara mana aku sekarang. Supaya lebih mudah bagiku untuk kembali ketempat itu. Aku tak tahu apa ini akan menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Melihat kondisiku saat ini, aku tak tahu. Tapi mengingat apa yang telah kulalui, itu bukanlah hal yang sulit."

Ucapnya pada diri sendiri. Begitu tenang seolah tak tertekan. Wajah putih miliknya juga tak menunjukkan raut kekhawatiran. Terlihat tidak menampakan emosi apapun. Walau keadaannya saat ini sulit untuk dijelaskan, ia masih bisa menilai situasi.

Ah ia lupa satu hal, ia tak boleh membiarkan sungai ini terus membeku tanpa sebab. Akan merepotkan jika seseorang menemukan fenomena yang terbilang aneh. Menyentuh permukaan es itu dengan telunjuknya, seketika es itu kembali mencair dengan cepat. Kembali mengalir sebagai mana sebuah sungai.

Sekarang mencari sebuah peradaban. Entah itu sebuah desa atau kota. Jika itu kota mungkin akan sangat bagus. Mengingat sebuah kota merupakan peradaban yang besar, pastinya banyak informasi yang bisa didapat. Supaya tidak menarik perhatian, ia akan mengambil jalur darat. Jika ia menggunakan salah satu kemampuannya, yaitu terbang, besar kemungkinan akan terjadi masalah yang merepotkan.

Frost of God

Takjub

Mematung dengan apa yang dilihat oleh kedua iris mata miliknya. Iris itu lagi-lagi dipaksa melebar. Sulit berkata apa-apa dengan apa yang dilihatnya. Sebuah kota yang begitu besar yang ia lihat. Tapi untuk sebuah kota, apa-apaan dengan bangunan yang begitu tinggi menjulang sampai langit. Selama dalam hidupnya, menjelajahi segala macam perkotaan. Ini pertama kalinya ia melihat kota yang begitu menakjubkan.

Mendongak demi melihat langit biru yang luas. Diangkasa ia melihat sesuatu entah itu hewan atau apa. Berbentuk seperti burung namun meninggalkan garis putih di angkasa. Ia tak tahu apa itu tapi entah kenapa itu begitu menakjubkan. Bukan hanya itu dari jalanan ia bisa melihat sebuah benda yang bisa mengangkut manusia. Mempunyai 4 roda dan bergerak dengan kecepatan yang teratur.

Sial untuknya. Ia berpikir kalau dirinya hanya berpindah dari satu tempat ketempat lain. Tapi pemandangan ini langsung menepis pemikirannya barusan. Ia juga sadar jika ia bukan berada disebuah hutan, melainkan sebuah taman yang kebetulan persis dengan hutan.

Berpindah dari tempat itu, kali ini ia berada salah satu bangunan. Pemandangan disini begitu jelas. Ia bisa melihat setiap inchi pemandangan kota. Kedua tangannya begitu bergetar, melihat seluruh pemandangan ini. Menakjubkan sekaligus menakutkan. Begitu menakjubkan dengan segala pembangunan yang ada. Begitu mengerikan untuknya yang tak tahu apa-apa. Jangankan untuk mencari informasi, memikirkan caranya untuk berbaur saja entah kenapa membuatnya merinding.

"I-ini buruk! Aku tak ingin berasumsi jika aku terlempar menuju dunia lain. Tapi, melihat apa yang ada didepanku... aku hanya bisa menerima kenyataan ini. Sial ini tak seperti asumsiku diawal. Jika ini adalah sebuah kota maka ini adalah kota yang sangat besar. Pemandangan disini sangat asing untukku. Bahkan aku yang sudah menjelajahi banyak tempat, baru pertama kali aku melihat kota seperti ini."

Ini tak seperti apa yang diperkirakan. Ia hanya berasumsi jika ia terlempar menuju tempat jauh. Saat itu ia sempat berpikir jika ia berada di salah satu negara elemen. Tapi ketika ia mengetahui kenyataan ini, semua perkiraannya langsung hancur seketika. Seolah jiwa dan raganya hancur berkeping-keping seperti pecahan kaca. Jika kau teliti maka kau bisa melihat paras miliknya begitu ketakutan. ia hebat atau seperti itulah, mencoba untuk menutupi ketakutan miliknya, namun wajahnya saat ini tak bisa menutupi itu semua, ditambah juga tubuhnya terlihat gemetar.

Ia sangat paham akan kondisinya, sebisa mungkin ia tutupi namun hal itu serasa tak bisa. ia kemudian melihat kedua tangannya, bergetar. Ia sama sekali tak tahu kenapa saat ini kedua tangannya bergetar. Sebenarnya ini adalah reaksi normal saat seseorang merasa gelisah atau ketakutan. Tapi karena dia, tak tahu sama sekali mengenai konsep perasaan dan reaksi manusia. Ia sama sekali tak tahu mengenai keadaannya.

Sempat berpikir untuk turun langsung kejalanan dan mencari informasi. Pergi menanyai beberapa orang dan mencari tempat informasi seperti perpustakaan. Tapi tunggu dulu, bukankah itu aneh melihat seorang anek kecil sepertinya berkeliaran di jalanan. Menanyai beberapa orang dan berkeliaran sendirian dijalanan besar kota.

Berbeda dengan dunianya dulu, dimana semua orang begitu tak peduli dengan satu sama lain, walau anak kecil sekalipun. Tapi ditempat ini kebersamaan dan sikap saling peduli begitu tinggi. Ia tak menemukan adanya anak kecil, yang bisa dikatakan menderita baik fisik maupun mental. Ia tak menemukan itu tetapi justru sebaliknya. Senyum bahagia dan begitu riang terukir di wajah anak-anak itu.

"Untuk sekarang aku perlu memikirkan langkahku selanjutnya. Sekarang tujuanku hanyalah satu, pergi kembali menuju duniaku. Aku tak ingin terperangkap didunia ini untuk selama-lamanya. Jika itu terjadi maka apa yang sedang kucari saat ini akan sia-sia. Aku harus menemukan Kanase secepat mungkin. Langkah pertama, aku perlu memahami kebiasan para penduduk disini, entah itu dari cara berpakaian, tutur bahasa dan serangkaian kegiatan yang mereka lakukan. Apapun yang terjadi aku pasti akan kembali menuju dunia asalku."

Berbekal tekadnya yang kuat demi mencari Kanase, wanita yang pernah merawat dirinya. Ia bulatkan tujuannya sekarang untuk bisa kembali kedunia asal dirinya. Ia tak ingin salah satu tujuan hidupnya hilang karena terjebak didunia ini. Apapun akan ia lakukan. Agar bisa kembali dan menemukan Kanase.

Skip

Waktu berlalu begitu saja, beserta serangkaian hal yang dilakukan olehnya. 6 bulan adalah waktu yang begitu lama. Berbagai macam informasi berhasil ia dapatkan. Informasi yang ia dapat bisa dibilang begitu menakjubkan, menurutnya. Mungkin terdengar sepele seperti informasi berupa peta kota ini yang ternyata merupakan salah satu kota yang terletak di sebuah negara bernama jepang.

Jepang sendiri merupakan negara kepulauan yang cukup besar. Bukan hanya jepang tapi peta dunia juga terdapat di sini. Peta yang ia tahu hanya 5 negara besar Shinobi, itu pun tidak terlalu akurat. Tapi peta dunia ini sungguh akurat.

Lebih dari itu ini adalah sebuah dunia yang mana telah berhasil mensistemasikan sihir dalam bentuk sebuah perangkat. Karena perang dunia ketiga yang meletus di tahun 2045 semua negara berlomba untuk meningkatkan para penyihir di negara mereka. Energi sihir yang mereka punya merupakan sebuah partikel bernama Psion. Mereka menggunakan sebuah perangkat bantu bernama CAD untuk mengeluarkan sihir mereka.

Sistemnya sama seperti Shinobi didunianya, dimana mereka menggunakan Cakra sebagai energi utama mereka dalam mengeluarkan suatu jurus. Faktanya ada beberapa disini yang masih keturunan Shinobi, walau ia tak tahu apa Shinobi disini mempunyai kemiripan yang sama dengan shinobi didunia ia berasal.

P.O.V

Dunia sihir, itulah sebutan untuk dunia yang aku tempati sekarang. Dunia modern dimana teknologi luar biasa sudah berkembang pesat. Jaman yang begitu maju bila dibandingkan dengan duniaku. Sumber daya dan ilmu pengetahuan dunia ini begitu melampaui ekpektasi. Bahkan informasi yang kudapat saat ini belum cukup. Sulit sekali menyaring informasi disini untuk kehidupanku kelak nanti. Entah itu informasi pembelajaran biasa mengenai kehidupan, ilmu fisika dan kimia serta pengetahuan umum lainnya.

Penting atau tidaknya informasi ini tergantung penggunaannya. Aku selalu berpikir untuk mencari cara kembali ke duniaku. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Lagipula dunia ini juga belum mempunyai teori sihir mengenai perpindahan ruang dan waktu. Jika aku harus mencari altar yang sama seperti ditempat itu, entah kenapa aku berpikir itu tak akan berhasil. Begitu majunya dunia ini membuatku berpiki akan hal yang berbau mistis seperti itu sudah tiada. Jikalau aku menemukan tempat seperti itu, apa altar itu mempunyai fungsi yang sama.

Berbicara mengenai ruang dan waktu. Aku pernah bertemu dengan beberapa orang yang bisa menggunakan teknik tersebut. Ada 2 orang yang kutahu. Kilat kuning dari Konoha dan salah satu anggota organisasi bernama Akatsuki. Mereka berdua mempunyai kemampuan ruang dan waktu dengan variasi mereka. Kilat kuning sendiri memerlukan sebuah tanda khusus baginya untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain. Sementara yang satunya ia menciptakan sebuah portal kecil dari sebelah mata.

Jika harus menilai siapa yang paling bagus diantara mereka, aku rasa salah satu anggota Akatsuki itulah yang paling bagus. Kilat kuning memerlukan tanda untuk berpindah tempat, tak peduli seberapa jauhnya tempat itu. Tapi ia hanya berpindah satu tempat ke tempat lain, bukan berpindah antar dimensi.

Untuk yang satunya aku rasa ia bisa melakukan perpindahan antar dimensi. Karena sistemnya berupa portal bukan tanda, aku rasa menciptakan portal kedunia lain bisa ia lakukan. Dan bagaimana caranya aku menciptakan sesuatu seperti itu. Aku tahu itu merupakan kekuatan dari garis keturunan. Bukanlah sebuah kemampuan yang bisa diciptakan dengan mudah.

Tidak.

Terlalu cepat untuk menyerah. Teknologi yang ada didunia ini serta sumber daya mereka sudah berkembang pesat. Bukan tak mungkin untuk menciptakan rangkaian sihir ataupun alat seperti itu. Sebuah alat yang mampu menciptakan sebuah portal untuk mengarungi dimensi. Karena ini adalah dunia sihir, aku rasa alat seperti itu bisa diciptakan. Tentunya hal itu perlu waktu yang cukup lama untuk membuatnya.

Memikirkan itu semua dan bagaimana kedepannya. Aku rasa tak ada pilihan selain tinggal sementara di dunia ini. Karena ketidaktahuanku akan dunia ini serta teori pembelajaran mereka. Aku rasa pilihanku adalah belajar semua itu dari awal. Layaknya seorang anak yang baru memasuki dunia sekolah. Aku rasa itu mungkin bukanlah hal yang buruk. Jika kuambil sisi positifnya aku bisa mempelajari semua hal yang ada disini. Entah itu berguna untukku atau tidak. Untuk sisi negatifnya aku akan menghabiskan waktu disini begitu lama.

6 bulan bahkan berlalu begitu saja.

Informasi yang kudapat seakan tak berguna. Aku tak bisa menggunakannya. Memanfaatkan pusat informasi di sudut kota, sebuah perpustakaan yang begitu besar. Disana banyak sekali hal yang kuketahui dan kupelajari. Saking banyaknya aku menjadi bingung untuk mempelajari apa. Lebih banyak yang kubaca saat ini hanya pengetahuan umum saja.

Jika kau berpikir aku mencari semua informasi itu dengan tubuh kecilku ini, kau salah besar. Sudah pasti aku akan menarik perhatian. Untuk seorang anak kecil seorang diri berjalan dengan santainya di jalanan kota, memasuki bangunan besar seperti perpustakaan tanpa ada pengawalan dari orang tua. Untunglah kekuatan yang tersimpan didalam tubuhku tidaklah hilang. Aku hanya perlu merubah tubuhku menjadi seorang pria dewasa dengan penampilan biasa saja.

Tentunya dunia sihir ini mempunyai sebuah pendidikan berbasis sihir juga. Terhitung yang kutahu ada 9 sekolah sihir. Dan kebetulan dari informasi yang kudapat SMA 1 sepertinya mempunyai predikat yang lebih baik dari 8 SMA lainnya. Itu semua didukung dengan semua prestasi yang dicapai oleh SMA ini. Bahkan setiap tahun selalu diadakan lomba yang terdiri dari 9 akademi ini dalam kemampuan sihir mereka.

Berbicara mengenai sihir. Kemampuan yang kumiliki ini bisa dikatakan sebagai sihir juga bukan. Sihir pembekuan mutlak serta penciptaan objek berbasis es. Seperti yang kulakukan sekarang untuk menghilangkan penat. Sebuah prisma dari es yang melayang ditelapak tanganku, dimana bentuknya berubah menjadi lebih abstrak dan bervariasi sesuai kehendakku.

Tapi sihir ditempat ini agak berbeda dengan yang kulakukan. Mereka menggunakan psion sebagai energi utama. Sementara aku tak memiliki energi bernama psion. Bisa saja dari sudut pandang mereka apa yang kulakukan bukanlah sihir. Jika apa yang kulakukan ini bukan sihir lalu apa?

Karena ini adalah sebuah negara yang besar tak lupa aku mencari tahu mengenai beberapa orang yang begitu penting untuk negara ini. Mereka semua begitu penting karena dedikasi dan pencapaian mereka. Dan yang paling tersohor dari sekian orang penting lainnya…

Ten Master Clans

10 Clan besar atau yang sering disebut Juushizoku. Dari setiap orang mereka semualah yang begitu tersohor. Kebetulan perpustakaan itu juga menyediakan beberapa informasi mengenai para pemimpin 10 Clan itu. Walau tak banyak, setidaknya aku bisa mengetahui sedikit mengenai mereka.

Untuk sekarang kebiasaanku adalah seperti ini. Menyelidiki segala sesuatunya dan mempelajari ilmu pengetahuan mereka. Kembali ketempat dimana aku terbangun, kurangnya informasi membuatku enggan untuk tinggal diperkotaan. Setidaknya aku menemukan sebuah tempat yang bagus untukku tinggal. Walau itu tak mewah tapi itu bisa melindungiku dari cuaca.

P.O.V End

Hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk membaca dan belajar. Kembali ke perpustakaan itu guna kembali mempelajari segala sesuatunya dengan lengkap. Tak lupa ia juga mengobservasi kota dari setiap penjuru. Hal yang sering dilihatnya dari kota ini hanyalah gedung tinggi dan juga keramaian manusia. Sesekali ia menggunakan wujud sebagai orang dewasa dan mencoba berbaur dengan lingkungan sekitar.

Entah itu berjalan disebuah pusat perbelanjaan, mencoba membeli beberapa makanan dan benda lainnya, mengunjungi beberapa tempat wisata dan mencoba menaiki beberapa wahana hiburan, tak lupa mencoba berbincang bersama orang-orang sekitar.

Ia mencoba melakukan itu semua sebagai bahan referensi dalam menjalani kehidupan normal. Meski ia tak tahu apa ini bisa dipakai sebagai referensi bagi dirinya nanti. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang dewasa namun tidak untuk seorang remaja. Seperti mengunjungi sebuah bar, tempat perjudian, ataupun berkunjung ke distrik merah. Untuk tiga hal ini ia rasa tidak perlu ia lakukan nanti.

Selesai dengan segala kegiatannya, ia pasti kembali menuju tempat persembunyiannya. Beruntung ada sebuah pohon tua dimana batangnya begitu besar. Batang pohon itu mempunyai rongga yang cukup besar, cocok untuk dijadikan tempat tinggal sementara. Sekian waktu berlalu ia habiskan untuk membaca dan belajar, tak ayal jika di tempat tinggalnya terdapat beberapa buku. Buku itu berisi mengenai pengetahuan umum, ilmu fisika, psikologi dan lainnya.

Hari-hari yang berlangsung sama, tak tahu kapan ia akan mengakhiri ini semua. Mengakhiri semua ini dan langsung terjun ke masyarakat umum. Mulai berbaur dan membuat koneksi bersama mereka. Hingga sampai pada titik ia menciptakan sebuah alat yang bisa mengirimnya kembali kedunia asalnya.

Tapi sekarang ada satu hal yang berada diluar prediksinya. Tangisan. Seseorang menangis didalam hutan ini. Dari suara tangisannya sepertinya ia masih kecil. Mendekati asal suara itu, iris miliknya melihat seorang anak seusia dengannya. Seorang anak perempuan bersurai hitam, tersungkur seorang diri dengan air mata yang mengalir.

'Anak kecil? Kenapa dia bisa berada ditempat ini.'

Menyebutnya anak kecil walau ia lupa akan dirinya sendiri. Lupakan itu.

Sekarang apa yang harus ia lakukan. Berada disudut tempat tanpa terlihat oleh anak itu. Memikirkan beberapa hal tentang keberadaan anak ini seorang diri didalam hutan. Apa dia dibuang oleh orang tuanya? Sepertinya bukan. Kemungkinan dia hanya tersesat saja ketika memasuki tempat ini. Tetap saja, seorang anak kecil bisa masuk sendirian ketempat ini, apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.

Masih berdiam diri dengan pikirannya sementara anak itu masih terus menangis. Ia tak tahu apa ia harus pergi kesana dan menenangkan gadis itu. Entahlah. Untuk sekarang membuat kontak dengan siapapun terasa berbahaya. Bahkan jika itu untuk anak kecil disana. Tapi jika terus dibiarkan bisa saja masalah yang merepotkan akan menimpa dirinya.

Ia membayangkan jika ada rombongan dari kepolisian dan unit SAR datang menyusuri seluruh tempat demi mencari keberadaan gadis ini. Bukan tak mungkin jika tempat rahasia miliknya bisa saja ditemukan. Mengetahui adanya sebuah tanda kehidupan kecil didalam sebuah batang pohon, pasti akan mendatangkan beberapa pertanyaan.

Memikirkan kembali setiap hal kemungkinan itu, mau tak mau akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk pergi ketempat gadis itu. Perlahan, ia keluar dari tempat dimana ia bersembunyi. Melangkah pelan menuju anak perempuan itu tanpa bersuara. Berdiri tak jauh dibelakangnya yang masih menangis. Tak tahu apa yang harus dilakukan, tapi membuatnya berhenti menangis merupakan pilihannya.

"Nee, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis ditempat ini seorang diri."

Tak terdengar buruk.

Membuatnya berhenti menangis perlu dilakukan. Terus-terusan menangis seperti itu juga tak baik untuknya. Ia akan mencoba mengajaknya bicara agar gadis ini berhenti menangis.

Perlahan gadis ini menoleh menuju asal suara. Disana, dia melihat seorang anak lelaki seumuran dengannya. Berkulit putih, mempunyai rambut pirang serta kedua iris mata berbeda. Pandangan keduanya bertemu satu sama lain. Sejenak, gadis itu yang semula menangis terdiam memandang kearah laki-laki misterius yang menyapa kepadanya.

Wajah datar yang dimilikinya serta kedua iris mata berbeda warna itu, membuatnya terpana. Terpesona oleh keindahan mata yang dimiliknya. Ketakutan yang dirasakannya ketika berada ditempat ini seorang diri, terasa lenyap seketika memandangi wajah milik laki-laki didepannya. Baginya, ini pertama kalinya dia melihat sosok rupawan dengan dua bola mata berbeda.

Gadis itu mulai bertanya-tanya, apa sosok ini merupakan seorang peri yang mendiami tempat ini. Melihat bagaimana paras yang dimiliknya, ia bisa saja percaya jika laki-laki ini merupakan seorang peri. Ia ingin tahu, apa peri ini datang kepadanya untuk memberikan pertolongan atau hanya sekedar menampakan wujudnya. Gadis ini berharap, jika sosok ini bukan sesuatu yang akan membahayakan dirinya.

..

.

TBC.