Chapter 12: Finally... Companies!


"Orangtuanya."

Hermione tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Ia mencoba menenangkan dirinya dan duduk di bangku terdekat. Ia mengajak Ron dan Draco untuk ikut duduk.

Setelah mereka bertiga berbagi tempat duduk, Hermione mulai kembali bicara. "Apa yang kau tahu tentang orangtua Harry?" tanya Hermione bersikap setenang mungkin. "Aku punya firasat jika kau tahu lebih banyak daripada kebanyakan orang."

Draco mengangguk. Ia sebenarnya juga tidak ingin membahas ini. Tentu saja Draco tahu jika kedua orangtua Harry, James Potter dan Lily Potter—bukan, Lily Evans, bercerai setahun yang lalu. Keduanya bukanlah orang biasa. Keluarga Potter memiliki nama yang besar, tidak mungkin berita perceraian mereka tidak diketahui publik. Tapi ada hal yang tidak diketahui oleh publik. Alasan sebenarnya dibalik perceraian yang berlangsung damai itu tidaklah sepenuhnya damai.

"Apa kau meminta orang suruhanmu untuk menyelidiki tentang keluarga Harry?" Ron tidak bisa mencegah dirinya berprasangka buruk terhadap Draco. Menurutnya hal-hal seperti mencari tahu kehidupan orang lain adalah hal yang akan dilakukan oleh seorang Malfoy.

Draco mendengus. "Aku memang terkadang licik. Tapi aku tidak akan ikut campur urusan rumah tangga orang lain."

Hermione mengangkat tangannya untuk mencegah kedua pemuda itu bertengkar. Ia kembali bertanya. "Lalu, dari mana kau tahu?"

"Ibuku," jawab Draco, "meskipun bukan sahabat lama Lily Potter, ah, maksudku Lily Evans, tapi mereka sering bekerja sama. Terlalu sering hingga mereka selalu berbagi cerita satu sama lain."

Hermione baru teringat. Ibu Harry bekerja di dunia entertain, sedangkan ibu Draco bekerja di bidang fashion. Terkadang ibu Draco menjadi sponsor acaranya, dan juga sebaliknya. Hermione juga ingat jika Harry sering mengeluh karena ibunya terlalu sering bekerja sama dengan ibu Draco. Bukannya Harry tidak suka pekerjaan ibunya berjalan lancar. Hanya saja, jika memikirkan ibunya dekat dengan ibu Draco, itu membuat Harry juga harus dekat dengan Draco. Dan Harry tidak menyukai hal itu.

"Ibuku tidak benar-benar menceritakan masalah apa yang terjadi di keluarga Potter," Draco melanjutkan, "tapi dia benar-benar kasihan sebagai sesama wanita. Dia merasa sedih setiap kali temannya itu menceritakan masalah pernikahannya. Begitu melelahkan harus berpura-pura menjadi pasangan yang serasi dan harmonis di depan publik. Hingga akhirnya ia lelah dan memutuskan untuk bercerai. Sebenarnya ibuku juga terkejut saat mendengar kabar perceraian mereka."

Hermione dan Ron diam sesaat. Tentu saja mereka tahu bagaimana keadaan keluarga Harry yang sebenarnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Draco. Dibalik perceraian damai antara orangtua Harry, ada banyak drama dan air mata yang disembunyikan oleh mereka. Dan Harry melihatnya.

Ada satu hal yang dilihat oleh Harry dari perpisahan kedua orangtuanya. Tidak ada dari keduanya yang ingin mengalah. Keduanya menginginkan dan menuntut hal yang berbeda. Mereka mencoba bertahan, namun gagal. Mereka meninggalkan Harry yang kini berada di antara dua pintu yang tertutup. Harry hanya bisa masuk ke satu pintu secara bergantian. Meskipun kedua orangtuanya masih menyayanginya, Harry merasa seolah ditinggal sendirian. Ia kesepian.

Perpisahan orangtuanya inilah yang membuat Harry masih bertahan bersama Cedric. Ia yakin, jika salah satu dari mereka mengalah, maka mereka tidak perlu kehilangan satu sama lain. Meskipun Cedric selalu terasa jauh darinya, setidaknya Harry masih memilikinya sekarang. Jika Harry mengesampingkan egonya dan mengalah, Cedric tidak akan pergi darinya. Hubungan mereka akan baik-baik saja. Tidak akan ada pintu yang tertutup di antara mereka. Tidak akan ada yang pergi.

Keterdiaman Hermione dan Ron belum juga usai. Draco memakluminya. Ia pun tidak akan membahas hal ini terlalu lama. "Apa tawaranmu masih berlaku?"

Pertanyaan Draco membuyarkan lamunan Hermione dan Ron. Hermione menatap Draco bingung. "Tawaran? Tawaran apa?"

"Untuk membuat sahabat bodohmu itu tahu betapa bodohnya dia."

Hermione berseru pelan. Sekarang ia ingat jika dirinya dan Ron pernah mengajak Draco untuk bekerja sama sebelumnya. Hermione pun menoleh ke arah Ron, meminta sarannya. Tapi Ron mengedikkan bahunya. Ia menyerahkan semuanya pada Hermione. Menurut Ron, keputusan Hermione lah yang paling penting.

"Dengar," Draco kembali bicara, "aku tidak melakukan ini karena ingin membuat kalian menyukaiku dan mengizinkanku untuk berkencan dengan Harry. Aku juga tidak berharap kalian menganggapku sebagai orang baik jika aku bekerja sama dengan kalian. Tapi aku benar-benar muak dengan si berengsek Diggory itu. Aku ingin menjauhkan bedebah itu dari Harry. Kalian bebas untuk menghalangiku mendekati Harry begitu mereka putus nanti. Karena yang kuinginkan hanyalah jawaban Harry."

Ini benar-benar sesuatu yang baru bagi Hermione dan Ron. Mereka tentu saja pernah beberapa kali menyebut nama Draco walaupun bukan di depan orangnya langsung. Tapi ketika mereka mendengar Draco Malfoy menyebut nama Harry berkali-kali, ini terasa aneh. Bahkan tatapan yang diberikan Draco juga tidak kalah aneh. Mereka tahu betapa serius Draco dengan perkataannya. Dan itu membuat mereka ingin sekali memmercayai kata-katanya. Mereka seolah tidak memiliki hak untuk menolak.

Hermione akhirnya menghela napas. Ia mengangguk singkat. "Yah, mau bagaimanapun juga aku lah yang pertama kali menawarkan kerja sama denganmu. Aku membohongi diriku sendiri jika menolak."

Draco tersenyum puas. "Baiklah, kalau begitu mohon kerja samanya."

Ron dan Hermione mengangguk. Entahlah, mereka masih agak ragu dengan hal ini.

"Tapi bagaiman dengan dirimu sendiri?" tanya Hermione. "Tidakkah kau berpikir kalau orangtuamu..." Hermione tidak melanjutkan perkataannya, yakin jika Draco mengerti maksudnya.

"Oh ya, tentu saja mereka akan baik-baik saja. Bahkan aku yakin jika mereka akan langsung menyukai Harry," jawab Draco dengan santai dan penuh percaya diri.

Hermione dan Ron saling pandang. Ini tidak seperti apa yang mereka bayangkan.

"Bukankah ayahmu tidak akan suka jika kau membawa seorang laki-laki bersamamu?" Kini Ron yang bertanya. "Lalu, ketika kau bersikeras ingin tetap bersamanya, ayahmu akan memisahkan kalian dan mencarikan seorang perempuan cantik untukmu."

Draco tertawa mendengar perkataan Ron. Namun kemudian tawanya berhenti dan berganti raut wajah kesal. "Kalian pikir keluargaku keluarga seperti apa sih? Orangtua kejam yang memaksakan semua keinginan mereka pada anak mereka? Kau terlalu banyak nonton drama."

Hermione dan Ron mengedikkan bahu. Bagaimana mereka tidak berpikir seperti itu, keluarga Malfoy terkenal akan keangkuhan mereka. Mereka bahkan tidak bisa membayangkan Lucius Malfoy duduk di teras dan bercanda ria dengan anaknya di temani secangkir teh yang hangat.

.

Harry dan Ron sedang makan siang bersama di kantin. Ron tidak berhenti menyuap makanan ke mulutnya, dan tangan yang satu lagi sibuk dengan ponselnya. Ia sama sekali tidak mendengarkan ocehan Harry tentang tugas kuliahnya yang menumpuk. Hal itu membuat Harry kesal.

"Kau memang sedang sibuk atau hanya tidak mau mendengarkanku?" tanya Harry penuh tuntutan.

"Kedua-duanya," jawab Ron singkat padat dan jelas.

Harry sudah terbiasa dengan sifat menyebalkan Ron yang satu ini, jadi ia tidak merasa perlu untuk menyiram air ke wajahnya. Harry tidak lagi lanjut mengoceh, ia juga sudah beralih bermain ponsel. Saat itulah Harry terkejut saat tiba-tiba Draco sudah duduk di sampingnya.

Ron yang dari awal tidak pernah melepaskan matanya dari ponsel pun mengangkat kepala. Ron seharusnya tidak akan terkejut lagi jika Draco akan menghampiri Harry. Tapi tetap saja rasanya aneh sekali.

Harry, yang tidak tahu apa-apa tentang kerja sama yang dijalin Draco dengan kedua sahabatnya, malah menjadi panik. Ia ingin mengusir Draco sejauh-jauhnya. "Excuse you?" Harry memelototi Draco. "Tidakkah Tuan Muda Malfoy diajari sopan santun sebelum duduk? Setidaknya sapa dulu kami, lalu tanya apa kau boleh duduk di sini. Bukannya malah sembarangan menaruh bokongmu di sini."

Draco tidak peduli dan dengan santai memasukkan makan siangnya ke mulutnya. Ia hanya mengangkat alis saat Harry menyenggolnya. Saat menoleh ke arah Ron, Draco hampir menyembur makanannya karena tidak bisa menahan tawa. Ia sering melihat Ron memasang wajah konyol, tapi yang satu ini sangat konyol. Mulutnya terbuka dengan makanan yang masih belum tergigit. Draco menahan diri untuk tidak menyumbat mulut Ron dengan benda apapun yang terpikirkan olehnya.

"Kau benar-benar tahu caranya membuat orang kesal," Harry belum selesai memarahi Draco. Dengan kasar, Harry menahan lengan Draco yang baru saja ingin bergerak menyuap makan siangnya. "Apa kau tidak lihat betapa lapangnya tempat ini? Cari meja yang lain, jangan mengganggu kami."

Draco sepenuhnya menaruh sendoknya. Ia memutar badannya menghadap Harry. "Kau membiarkanku mengganggumu akhir-akhir ini. Lalu, kenapa aku tidak boleh mengganggumu saat ini, di sini?"

Siapa pun pasti akan dengan mudah mengatakan bahwa Draco sedang menggoda Harry. Ditambah dengan sebelah alis yang terangkat dan senyum tipis di wajahnya. Draco benar-benar sedang menggoda Harry.

Jika biasanya Harry hanya akan kesal pada semua candaan Draco, sekarang bertambah satu reaksi lagi. Ia panik dan khawatir. Harry berkali-kali melirik Ron yang memperhatikan interaksinya dengan Draco. Ia tidak mau sahabatnya itu menyadari ada sesuatu di antara dirinya dan Draco. Ah, andai Harry tahu apa yang terjadi di antara Draco, Hermione dan Ron.

Harry terlalu khawatir dengan apa yang akan Ron pikirkan tentang dirinya dan Draco. Hingga tidak menyadari jika Ron sudah melanjutkan kembali makan siangnya dan tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi di depannya. Sedangkan hal itu membuat Draco cukup terkejut. Ia tidak menyangka jika Ron akan terbiasa secepat ini.

"Malfoy, jangan coba-coba membuatku kesal atau kusiram rambutmu dengan kopi ini," ancam Harry dengan tangan kanan yang sudah menggenggam gelas kopi miliknya.

Draco tahu jika Harry bersungguh-sungguh. Jika salah bicara satu kata saja, rambut pirangnya yang sudah tertata rapi akan langsung menjadi korban. "Aku hanya akan makan tanpa bersuara, biarkan aku tetap di sini."

Harry menatap tajam Draco. Ia mencoba mencari tahu tujuan Draco yang sebenarnya. Tapi Draco hanya mengambil kembali sendoknya dan mulai menyantap makan siangnya. Harry memperhatikan setiap gerak-gerik Draco, dan pemuda itu benar-benar hanya makan tanpa berbicara. Sedikitpun tidak bersuara. Harry sampai tidak sadar jika ia terkagum-kagum dengan sikap penuh sopan santun ala bangsawan ini.

Sebuah keajaiban karena Draco berhasil bertahan hingga makan siangnya habis. Draco menoleh ke arah Harry yang sudah menghabiskan makan siangnya. Draco juga terlebih dahulu memastikan bahwa kopi yang berpotensi merusak rambutnya sudah habis. "Apa kau masih ada kelas?"

Harry yang awalnya hanya fokus pada ponselnya menoleh. Ia sedikit terkejut karena pertanyaan tiba-tiba ini. "Tidak. Kenapa?" Harry seketika merasa bodoh. Tentu saja Harry tahu alasan Draco bertanya.

Sudut bibir Draco terangkat, memperlihatkan seringa khas Malfoy yang paling dibenci oleh Harry. "Kutebak pacarmu tidak akan menjemputmu lagi hari ini."

Harry memutar matanya. Sudah ia duga.

"Kau mau kuantar pulang?"

Harry sekali lagi melirik ke arah Ron. Tapi sahabatnya itu tidak memberikan reaksi yang berarti. Ron sepenuhnya tidak tertarik dengan apa yang terjadi di depannya.

"Ayolah," Draco kembali menawarkan, "aku bahkan sudah hafal jalan menuju tempatmu."

Ron akhirnya bereaksi setelah sekian lama. Matanya membulat karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Dia pernah datang ke tempatmu?"

Harry menendang kaki Ron dari bawah meja. Ia memberi isyarat agar tidak bicara keras-keras. "Dia hanya kebetulan lewat saat aku masuk ke apartemenku." Tentu saja Harry berbohong.

Draco menyeringai makin lebar. "Kau tidak pintar mengarang."

Harry hampir saja membalikkan meja untuk melemparkannya ke wajah Draco. Namun Harry memilih menahan diri dan berdiri. Ia segera mengajak Ron untuk pergi secepatnya dari kantin. Begitulah mereka meninggalkan Draco sendirian.

Setelah Harry dan Ron pergi, seringai di wajah Draco pun ikut menghilang. Ia menyenderkan punggungnya dan membiarkan tubuhnya beristirahat. Ia sesekali menoleh, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kantin tidak sedang penuh, dan orang-orang yang ada di sana pun terlihat sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Draco benci mengakuinya, tapi ia merasa jantungnya hampir meledak. Ia waswas jikalau orang-orang ini mendengar pembicaraan mereka dan mulai bergosip. Draco tidak akan melupakan fakta bahwa hubungan Harry dan Cedric diketahui oleh banyak orang. Dan jika ada rumor tentang dirinya yang mendekati Harry dan mengacaukan hubungan mereka, itu bisa bahaya. Ya, Draco akan menyukai bagian ketika hubungan Harry dan Cedric berakhir. Tapi tidak dengan bagian Harry yang dipastikan akan membencinya. Juga menghancurkan kepercayaan Hermione dan Ron padanya.

.

.

TBC

.

.

.


.

A/N

Minggu ini banyak interaksi Draco sama RonMione ya...