—Disclaimer—
Highschool DxD – Ichiei Ishibumi
[Demise]
Present by @Mizkevna
Prologue : Her Promise
.
"Untuk kali ini saja, kamu jangan memaksakan diri."
Dia adalah seorang pria baik. Suaranya membuat perasaan jadi tenang.
Aku hanya mengangguk mendengar 'perintah-nya' meskipun aku tak mengerti maksudnya sama sekali. Satu hal pasti: yang dia katakan, apapun itu, aku akan selalu menurutinya. Karena bagiku kata-kata-nya adalah kehidupanku dan sosok-nya sendiri adalah cahaya kehidupanku.
Kami berada di suatu tempat ramai. Ada banyak sekali jenis orang disini. Diantara mereka banyak yang 'tingginya' sama denganku. Tapi mereka itu memakai pakaian yang sama. 'Kenapa memakai pakaian sama seperti itu?' Aku tidak mengerti.
"Apa kamu ingin seperti mereka?"
Ingin seperti mereka? Aku tak tahu apa yang aku inginkan. '—Shishou—!' Kenapa Anda tersenyum? Kenapa Anda mengatakan ingin seperti mereka?
Bisakah saya seperti mereka juga?
"Hmm? Aku mengerti."
Tapi aku tidak mengerti maksud Anda. Bisakah aku mengerti seperti Anda? Ada banyak hal yang tidak kumengerti di dunia ini.
"Sebelum itu. Ayo kesini!"
Itu terjadi sekitar satu tahun lalu, kurasa.
Gadis yang tampak diusia 12-an tahun itu jauh di dalam hatinya merasakan sesuatu yang tak bisa dipahami. Sejak dilahirkan ke dunia, gagasannya adalah; Ia adalah sebuah alat, dan alat ada untuk melayani Tuan-nya.
Akan tetapi…
Sejak kehilangan sang Tuan yang mati di tangan pria bermata 'indah' di hadapannya sejak itu pula dirinya berpikir untuk mengabdikan diri pada pria itu: hidupku adalah milikmu seutuhnya.
"Shishou?"
"Ah…"
"Apa kamu baik-baik saja?"
Suaranya terdengar menyiratkan kekhawatiran.
Tampak agak bingung melihat tuannya melamun sambil memandangi kobaran api dari kayu bakar yang mereka buat bersama-sama. Diatas api itu sendiri ada beberapa ekor ikan ditusuk memakai kayu.
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan."
Tuannya kembali berwajah seperti biasanya, tapi dirinya tahu. Ada yang tidak biasa. Pasti terjadi sesuatu, pikirnya.
"Umm…Baik?"
"Haha, kamu terlihat ingin mengatakan sesuatu. Katakanlah."
Dia tidak berani mengatakannya, namun lagi-lagi dia merasakan sentuhan lembut di kepalanya. Ia sudah terbiasa dan merasa senang diperlakukan seperti ini.
Shisou memperlakukannya sangatlah jauh berbeda dengan tuannya yang sebelumnya. Atau bisa dibilang sungguh berkebalikan.
"Aenina. Apapun yang terjadi, kamu harus tetap hidup."
Kata-kata itu. Itu begitu tiba-tiba.
'Aenina... kah?'
Kata-kata Shishou terdengar aneh, mau tak mau ia menatap ke wajah tuannya. Meski sedikit kabur di matanya, Shishou kini memandang langit dengan tatapan tenang yang mendalam.
"Apapun yang terjadi. Saya akan selalu bersama Shishou!"
"Ah, haha…"
"Saya akan disisi Shishou. Menjadi senjata Shisou. Siapapun dan apapun yang berani mengganggu Shisou akan saya singkirkan sejauh mungkin!"
"Aenina?"
Entah karena alasan apa, mulut yang dulunya tak mampu mengucapkan satupun huruf, kini secara tiba-tiba menjadi cerewet. Mulut sialan. Tapi ini, perasaan tiba-tiba sesak ini membuat dirinya tak bisa mencegah semua itu. Kata-kata itu itu lolos dari 'filter' begitu saja. Apa ini? Masih ada lagi.
"Saya…! Saya ingin selalu bersama Shishou!"
Meski tempat itu tidak begitu indah. Akan tetapi, sungai dan pohon-pohon yang melatar belakangi keduanya, itu sudahlah cukup menjadi saksi atas keinginan terpendam di atas sumpah sang gadis.
"Maafkan saya! Maafkan saya!"
Dia tak tahu dimana letak kesalahannya. Tapi itu tak menyurutkan emosinya yang tak menentu ini saat ini, dan dia terus menerus mengucap maaf bahkan didalam hatinya juga, salahkan perasaan yang menyesakkan ini.
"Tak apa. Kamu tidak salah."
"Uhuk…Maaf…Umu."
Pada malam itu dia hanya mampu terdiam dalam rengkuhan Shishou, itu membuatnya tenang dari berbagai sisi.
Dimalam itu Shishou untuk pertama kalinya membacakan padanya sebuah kisah berjudulkan "Lalatina the Ritterbelle."
Ah!
Penglihatannya semakin memburuk setiap waktu, seiring berjalannya waktu, matanya tak lama lagi pasti akan mengalami kebutaan.
Shishou bilang, matanya sudah tidak dapat ditolong lagi. Satu-satunya pilihan agar dia tidak kehilangan penglihatannya hanya, Transplantasi.
"Sejujurnya. Lalatina adalah gadis ceroboh. Dia tidak bisa mendaratkan satu seranganpun, tapi…"
Kalau boleh berharap dia tak ingin seperti ini, dia masih ingin melihat wajah Shishou secerah dan sejelas pertama kali mereka bertemu. Untuk itulah dia bersumpah berada disisi Shishou. Disamping ia bisa melindungi Shishou, agar semuanya menjadi jelas walaupun tak lagi sama, dia ingin terus bersama Shishou selamanya.
Tapi…. Meski hati merasakan sakit yang teramat, ataupun pikiran yang menolak kenyataan, dirinya jelas-jelas menyadarinya.
Ketika kenyataan kembali menyadarkannya dari setitik keinginan–namun sangatlah berarti–yang tak terwujud.
Aenina—Dia tahu itu adalah saat terakhirnya bersama sosok penting dan paling berharga di hidupnya….
"Shishou no baka!"
TBC_?
