Previous Chapter

"Kalian …."

Nino yang kesal kemudian menginjak kaki Naruto dengan kuat dan berkata, "Cepat beritahu kami, baka!"

Hal itu membuat Naruto meringis kesakitan dan mengatakan sakit berulang kali. Membuat empat kembar Nakano yang melihat kejadian itu langsung sweatdrop di tempat.

"Kalian tidak berada di kelas yang sama, kelas kalian terpisah."

Selesai Naruto mengatakan hal itu, lima kembar Nakano menunjukkan ekspresi yang sedih. Melihat itu, Naruto merasa senang dan puas karena rencana untuk menjahili mereka berjalan dengan sempurna.

"Tapi, bohong! Kalian semua berada di kelas yang sama denganku, di kelas 3-1!"

Setelah mengatakan itu, Naruto langsung pergi dengan cepat untuk mencari kelasnya dan meninggalkan mereka. Nino yang sudah sangat dibuat kesal pun langsung berlari untuk mengejar Naruto yang sudah pergi duluan.

"Berhenti kau, sialan! Beraninya kau membohongi kami!"

"Nino, tunggu aku!" ujar Yotsuba yang ikut berlari untuk menyusul Nino yang mengejar Naruto. Sementara itu, tiga kembar Nakano yang tersisa hanya mengikuti mereka dengan santai. Mereka yang melihat kejadian itu pun tertawa kecil.

"Rasanya kita sudah biasa dengan hal seperti ini. Iya, kan?"

"Kau benar, Miku. Uzumaki-kun dan sifat jahilnya. Apalagi jika sudah ada Nino, rasanya sudah seperti pelengkap dalam sebuah hiburan di mata kita," ucap Itsuki yang menambahkan perkataan Miku.

Di sisi lain, Ichika tidak mengatakan sepatah kata apapun dari mulutnya. Akan tetapi, ia hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai respon.

'Ucapanmu benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, Naruto-kun. Seharusnya aku tidak meragukan ikatan yang kuat di antara kami semua.'

.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

Skip Time : Classroom

"Uh, telingaku masih sakit …," ucap Naruto sembari memegangi telinganya.

Ya, itu adalah bekas jeweran yang kuat dari Nino karena ulah jahilnya tadi pagi. Melupakan hal itu, ia sadar kalau saat ini adalah jam istirahat pertama dan ia berniat untuk pergi ke kantin. Akan tetapi, apa yang ia inginkan itu tidak bisa ia lakukan karena suatu hal.

"Aku sudah tahu kalau Nakano-san adalah kembar lima!"

"Ketika melihat mereka secara bersamaan, rasanya luar biasa!"

"Mereka semua sangatlah cantik!"

Tidak jauh dari Naruto, banyak siswa-siswi yang sudah bergerombol tepat di depan kelas dengan lima kembar Nakano sebagai pusatnya.

'Astaga, suasana kelas ini seperti orang baru pertama kali melihat artis. Merepotkan,' pikir Naruto yang merasa kesal.

Ia kemudian mengambil earphone yang ia miliki dan memakainya. Dirinya mulai mendengarkan musik dengan volume sedang agar dapat meredam sedikit suara dari mereka dan dapat mendengar jika seseorang mengajaknya berbicara. Setelah itu, ia mulai menghampiri mereka.

"Maaf, tapi bisakah kalian minggir sebentar?"

Ucapan dari Naruto yang terkesan sopan membuat dirinya menarik perhatian dan mendapatkan tatapan dari semua orang. Tidak hanya itu, jalan untuk keluar kelas pun terbuka dengan bebas.

"Ada apa? Apakah Uzumaki-kun juga tertarik dengan Nakano bersaudari?"

"Tidak, aku hanya ingin ke kantin. Kalian menghalangi jalan …."

Dengan berakhirnya ucapan itu, Naruto langsung melangkahkan kakinya untuk pergi dari kelas. Sementara siswa-siswi yang lain menatap kepergian Naruto dengan tatapan yang kesal.

"Apa-apaan dia?"

"Sifatnya buruk sekali."

"Terkesan sombong."

Di sisi lain, ada reaksi tersendiri dari lima kembar Nakano yang melihat itu. Ichika dan Itsuki yang tersenyum kecil, Nino yang terdiam, Miku yang menatap Naruto dengan tatapan tanpa ekspresi serta Yotsuba yang terlihat sedih.

"Aku tidak akan heran sama sekali."

"Dia bahkan sampai mengabaikan kita," ucap Ichika yang menambahkan perkataan Nino.

Itsuki menimpali, "Ya, itu hal yang biasa. Sejak kelas dua, ia bahkan tidak pernah memiliki niatan untuk memiliki hubungan dengan teman sekelasnya."

"Kalau begitu, mengapa kalian mengatakan itu semua itu seolah-olah kalian sangat mengenalnya? Sebenarnya, apa hubungan kalian?"

Pertanyaan itu datang dari salah satu siswa bernama Yusuke Takeda yang merupakan anak dari kepala sekolah SMA Asahiyama. Hal itu membuat lima kembar Nakano terkejut.

"Ichika, cobalah untuk berbohong kepada mereka. Kita tidak mungkin mengatakan kalau Naruto adalah guru les kita, kan?" bisik Miku dari belakang Ichika.

Itsuki menambahkan dengan suara yang dikecilkan, "Itu benar. Jika kita mengatakannya, justru kelas ini akan semakin heboh ketika mengetahui fakta yang ada."

"Baiklah."

Setelah mengatakan itu, Ichika kemudian berpikir untuk mencari ide. Setelah menemukannya, ia tersenyum dan menjawab pertanyaan yang Takeda berikan.

"Sebenarnya, Naruto-kun adalah teman masa kecil kami. Kami baru pindah ke sini pada saat kami berada di tahun kedua dan kebetulan kami bertemu dengannya. Sifatnya sejak awal memang sudah seperti itu. Jadi, tolong dimaklumi ya …."

"Begitu ternyata. Baiklah, aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi. Terima kasih atas jawabannya," balas Yusuke yang direspon dengan anggukan dari Ichika.

Setelah itu, mereka semua membubarkan diri untuk dapat menikmati jam istirahat pertama yang sudah berlangsung. Sementara itu, Yusuke kembali ke tempat duduknya dan memikirkan sesuatu.

'Kalian tidak dapat menyembunyikan faktanya. Itu karena ada seseorang yang memintaku untuk mengawasi teman masa kecil kalian. Kau benar-benar sangat menarik, Uzumaki Naruto.'

.

[0_0]

.

Skip Time : Next Day

"Anak-anak, berhubung sebentar lagi akan ada berbagai event di waktu yang akan datang. Saya minta agar kalian memiliki perwakilan kelas di sini. Jika memungkinkan, sekarang kita bisa melakukan pemilihannya …."

Tepat ketika ucapan dari guru tersebut selesai, Yotsuba dengan cepat berdiri dan mengangkat tangannya. Membuat perhatian seisi kelas berfokus kepada dirinya.

"Saya menawarkan diri untuk menjadi perwakilan kelas!"

"Hmm, sudah ada yang memberanikan diri ternyata. Kalau begitu, kemarilah dan berikan sedikit kata-kata untuk teman-temanmu …."

Setelah itu, Yotsuba berjalan ke depan dan berdiri tepat di depan kelas. Ia kemudian berkata dengan semangat, "Semuanya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!"

.

"Ah, mari kita memilih satu orang lagi perwakilan bagi yang laki-laki. Jika ada yang mau mengajukan diri, silahkan. Jika kalian mau menunjuk seseorang juga diperbolehkan …."

Setelah sang guru mengatakan hal itu, kelas menjadi heboh karena mereka membicarakan siapa kandidat terbaik yang akan terpilih.

"Perwakilan laki-laki itu sudah jelas, kan?"

"Yang paling cocok adalah Takeda-kun!"

"Dia juga pintar dan menjadi orang yang meraih peringkat pertama di ujian akhir semester kemarin."

Yusuke yang mendengarkan teman-temannya membicarakan dirinya langsung mengeluarkan ekspresi sombong yang ditambah dengan senyuman bangga. Ia berkata, "Sudah seharusnya, kan?"

'Semoga aku tidak terpilih,' pikir Naruto yang memasang ekspresi kesal karena merasa terganggu oleh suasana kelas yang berisik. Ditambah lagi, ia benar-benar tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang merepotkan.

BRAK!

Sebuah gebrakan meja dari sang guru membuat suasana kelas yang tadinya berisik langsung menjadi sunyi. Ya, itu layaknya sebuah ultimatum jika tidak ingin terlibat dengan masalah.

"Terima kasih, anak-anak. Kita lanjutkan pembahasan yang tertunda."

Guru tersebut kemudian menatap Yotsuba dan melanjutkan, "Nakano-san, apa kau memiliki rekomendasi perwakilan laki-laki di kelas ini?"

"Saya memiliki satu nama, sensei!"

"Siapa yang ingin kamu rekomendasikan?"

Yotsuba tidak menjawab, ia melainkan berjalan ke arah meja Naruto. Setelah sampai tepat di depan meja Naruto, ia kemudian menunjuk Naruto yang tengah menatap dirinya dengan kesal.

"Naruto Uzumaki-san!"

Tepat setelah mengatakan itu, Naruto langsung menepuk dahinya sendiri dengan keras sebagai bentuk rasa frustasi yang ia keluarkan. Tidak hanya itu, beberapa murid langsung berbisik-bisik membicarakan dirinya.

Guru tersebut kemudian melihat kertas yang berisi data-data murid kelas 3-1. Setelah itu, ia berkata, "Naruto Uzumaki. Dengan ini, kau kutetapkan sebagai perwakilan kelas."

Naruto yang mendengar itu langsung berdiri dan merespon, "Maaf, tapi diri saya sendiri belum mengatakan setuju untuk itu."

"Ya, anggap saja ini untuk pengalamanmu. Selama kau bersekolah di sini, sensei tahu kalau dirimu adalah tipe yang menutup diri ke orang lain. Maka dari itu, sensei memilihmu. Satu lagi … sensei tidak menerima penolakan, Uzumaki-san."

"Uh … baiklah, Sensei …."

Setelah mengatakan itu, Naruto langsung duduk kembali sembari mengeluarkan ekspresi lesu karena dirinya sudah tidak bisa melakukan apapun. Ia bahkan terheran-heran karena gurunya mengetahui sikapnya secara tepat.

'Hal yang aku takutkan justru terjadi. Merepotkan sekali ….'

.

'Yotsuba seenaknya saja menunjuk diriku …,' pikir Naruto yang baru saja keluar dari kamar mandi pria. Ia sekarang ingin pergi ke kantin. Akan tetapi, sebuah suara menghentikan dirinya.

"Naruto …."

Naruto kemudian berbalik dan mendapati Miku yang menghampirinya. Ia kemudian membalas, "Ah, Miku. Ada apa?"

"Apa kau ada waktu? Ada hal yang ingin kutanyakan."

"Katakan saja. Aku akan dengarkan."

"Jika dirimu bisa meminta lima permohonan, apa saja yang ingin kau minta?"

"Lima permohonan? Untukku?" gumam Naruto dengan pose berpikir yang ia buat. Setelah beberapa saat, ia melanjutkan, "Jangan katakan kalau kalian berlima ingin memberikanku sesuatu dan itu sudah direncanakan …."

"E-eh? Bagaimana kau bisa tahu?"

"Teman yang kumiliki itu ada enam jika ditambah dengan Maeda. Tapi, teman dekat yang kumiliki sejak awal hanyalah kalian berlima. Ditambah lagi, kau mengatakan itu seperti seseorang yang benar-benar ingin mengabulkan permintaanku."

"Satu lagi, kalian tidak perlu memberikan apa-apa kepadaku. Aku tidak ingin merepotkan kalian karena kalian sendiri sedang berada di situasi yang sulit. Simpanlah uang kalian untuk waktu yang akan datang karena itu lebih penting."

"T-tapi …."

CTAK!

Ucapan Miku terpotong karena Naruto menyentil dahinya, "I-ittai …."

"Sepertinya walaupun aku sudah bilang tidak, pasti kalian akan tetap bertanya lagi dan lagi. Kalau kalian tetap meminta jawabanku, aku hanya akan meminta kalian untuk selalu di sisiku dan berjuang bersama-sama. Apa itu sudah cukup? Jika itu sudah cukup, sampaikan kepada mereka."

"Kau selalu saja seperti itu. Baiklah, nanti akan aku beritahu kepada yang lain …," balas Miku. Ia kemudian berpikir, 'Seperti biasa, ia tidak pernah mementingkan diri sendiri. Kalau sudah begini, apa boleh buat.'

"Ketemu!"

"Yotsuba-chan! Sensei memanggilmu …."

Suara dari dua orang siswi yang berada di kelas yang sama mulai menghampiri mereka berdua. Tanpa persetujuan apapun, mereka membawa Miku yang kebingungan.

'Aku jadi kasihan kalau seperti ini caranya,' pikir Naruto. Ia kemudian berkata, "Kalian jangan asal membawa orang jika kalian belum tahu siapa dia. Dia itu bukan Yotsuba. Dia adalah Miku, sang saudari ketiga …."

"Eh?"

"Benarkah?"

Miku yang berada di depan mereka langsung menganggukan kepalanya dengan cepat sebagai respon. Mereka yang mendengar itu pun merasa bersalah.

"Maaf, ya! Kami belum bisa mengingatnya …."

Miku membalas, "Tidak masalah. Lagipula, aku sudah terbiasa."

Kemudian, kedua siswi itu melihat Itsuki yang berada tidak jauh dari sana. Mereka berdua pun langsung menghampirinya dan berkata, "Yotsuba-chan! Sensei memanggilmu."

"Kalian salah lagi!" ucap Naruto. Ia kemudian menghampiri mereka dan berdiri di sebelah Itsuki dan menunjuk aksesoris yang Itsuki pakai, "Kalian, lihat ini!"

"Err, kami tidak mengerti. Bisakah langsung to the point saja, Uzumaki-kun?"

"Tidak masalah. Intinya … jika kalian tidak bisa membedakan mereka, cukup perhatikan dan ingatlah aksesoris yang mereka gunakan. Yang memakai pin rambut berbentuk bintang seperti ini adalah Itsuki, yang selalu membawa headphone di sana adalah Miku."

"Sementara Yotsuba yang kalian cari selalu memakai sebuah pita yang mencolok. Selama kalian mengetahui itu, kalian tidak akan salah …."

Kedua siswi tersebut kemudian saling memandang satu sama lain. Setelah itu, mereka menatap Naruto dengan tatapan kagum.

"Uzumaki-kun hebat!"

"Perwakilan kelas memang beda!"

Tanpa peringatan apapun, kedua gadis kemudian mengalungkan masing-masing lengan Naruto di tangan mereka. Naruto yang mendapatkan perlakuan tersebut pun terkejut, "Oi, apa-apaan ini!"

"Tolong ajari kami soal mereka berlima!"

"Lihat, di sana ada satu lagi. Ayo kita ke sana!"

"Ayo! Hoi, Yotsuba-chan!"

"Itu bukan Yotsuba, itu Nino!" ucap Naruto selagi di bawa paksa untuk berjalan menghampiri Nino yang tidak jauh dari sana.

Sementara itu, Miku dan Itsuki hanya bisa melihat kejadian itu dari belakang. Miku saat ini terlihat cemburu dan sangat berapi-api.

"Berani-beraninya mereka menggoda Naruto …."

"Kuakui, mereka sangat berlebihan karena berani membawa Uzumaki-kun seperti itu. Tapi, setidaknya saat ini ia bisa mendapatkan banyak teman," balas Itsuki. Ia kemudian menambahkan dalam pikirannya, 'Walaupun begitu, aku juga cemburu sih ….'

"Kurasa kau benar, Itsuki."

"Daripada begitu, bagaimana kalau kita ajak Uzumaki-kun untuk makan siang bersama? Lagipula, jam istirahat masih lama."

Miku tersenyum, "Ide yang bagus …."

.

[0_0]

.

Skip Time : Nakano Quintuplets Residence

"Bagaimana hasilnya, Miku?"

"Apa yang Naruto-kun beritahu kepadamu?" ucap Ichika yang menambahkan pertanyaan dari Itsuki.

Miku yang mendengar itu pun menghela nafas dan menjawab, "Rasanya sulit sekali. Ditambah lagi, ia sudah menebak apa rencana yang kita buat untuknya. Tapi …."

"Tapi apa?" ucap Yotsuba.

"Ia hanya meminta kita untuk selalu berada di sisinya dan berjuang bersama-sama. Hanya itu saja permintaan yang ia berikan kepadaku untuk disampaikan kepada kalian."

Itsuki yang mendengar itu tersenyum dan berkata, "Seperti biasa, ia tidak ingin merepotkan kita karena tahu keadaan kita juga seperti ini."

"Dia selalu saja memikirkan dan mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Menyebalkan," ucap Nino.

Ichika kemudian menepuk bahu Nino dan merespon, "Apa boleh buat, kan? Lagipula, itu sifat Naruto-kun yang tidak bisa kita ubah sama sekali. Walaupun kita merasa tidak enak jika seperti ini terus, mau tidak mau kita harus menerima ketulusan dirinya."

"Setuju!"

Miku, Yotsuba, dan Itsuki mengatakannya secara berbarengan yang membuat Ichika pun tersenyum. Kemudian ia terpikirkan satu hal dan mengatakan apa yang ia pikirkan.

"Berhubung tes try-out akan dimulai sebentar lagi. Bagaimana jika kita fokus untuk menaikkan nilai kita dengan belajar bersama? Lagipula, kita tidak bisa terus-terusan mengandalkan Naruto-kun."

"Kurasa kau ada benarnya," balas Miku.

"Kalau begitu. Ayo kita berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus!" ucap Yotsuba dengan ceria dan penuh semangat.

"Ya!"

.

[0_0]

.

Skip Time : Sunday, Iruka Cake Shop

"Jadi, kau sudah diperbolehkan untuk bekerja?"

"B-begitulah. Ngomong-ngomong, bagaimana pendapatmu tentang gaya rambutku yang baru?" balas Nino sembari memegangi rambutnya.

Nino mengubah gaya rambutnya dengan gaya scrunchie ponytail. Akan tetapi, ia tetap membiarkan poni rambut bagian depan dan bagian samping agar tetap terlihat. Naruto yang melihat itu pun tersenyum kecil.

Naruto menjawab, "Ya, kuakui kau terlihat cantik."

Mendengar itu pun membuat wajah Nino merona. Siapa yang tidak ingin di puji oleh lelaki yang kau sukai, bukan?

"Ngomong-ngomong, jangan terlalu menyepelekan pekerjaan ini. Aku hanya memberikan saran saja, sih."

"Tidak masalah. Lagipula, pekerjaan yang seperti ini rasanya mudah untukku," ucap Nino sembari mengeluarkan ekspresi yang mengejek.

Naruto menyeringai dan merespon, "Begitukah? Kalau begitu, aku akan lihat dari proses pekerjaanmu. Apakah itu sesuai perkataanmu atau tidak."

.

Di dapur, terlihat Iruka dan Shizune yang sedang menilai sesuatu. Ya, mereka menilai kue yang dibuat oleh Nino.

"Luar biasa! Ini sempurna!"

"Itu benar, Iruka-kun. Untuk sekaliber Nino-chan yang baru mulai bekerja. Ini adalah hal yang bagus."

Nino yang mendengar itu pun tersenyum bangga dan berkata, "Terima kasih atas pujiannya, Iruka-san, Shizune-san. Kue itu bisa kubuat berkat kalian yang mengajariku."

Di sisi lain, Naruto mendengarkan hal itu dengan cara mengintip dari balik tirai yang di pasang untuk menghubungkan bagian dapur dengan ruang khusus untuk pelayan yang disediakan.

'Kuakui, ia memang hebat kalau urusan memasak,' pikir Naruto. Ia kemudian dengan cepat pergi untuk kembali ke tempatnya. Akan tetapi, Nino menyadari hal itu.

'Walaupun terlihat biasa saja. Tapi, entah mengapa diriku merasakan jarak yang lebih besar darinya. Seharusnya aku tidak menyatakan perasaanku saat itu.'

"Memikirkan apa, Nakano-san?"

"T-tidak ada, Iruka-san."

"Kau sudah beritahu dia, Iruka-kun?" tanya Shizune. Iruka yang mendengar itu pun menepuk dahinya sendiri.

"Hal apa yang aku belum ketahui, Shizune-san?"

"Hari ini, seorang tamu spesial akan datang. Ia adalah seorang pengulas makanan yang terkenal dan bernama May-san. Ulasan dari May-san dapat memberikan efek yang signifikan dan pengaruh yang besar. Kami pernah mendapatkan keuntungan karena ulasan yang May-san berikan."

"Dan May-san menginginkan produk terbaru untuk musim semi ini," ucap Iruka menambahkan perkataan Shizune. Ia kemudian melanjutkan, "Maka dari itu, ayo kita semangat untuk bekerja! Untuk mencapai bintang lima!

"Baik!"

.

Nino setelah itu melanjutkan pekerjaannya. Dimulai dari membuat adonan, memanggang kue, menghias kue, dan lain-lain.

'Aku harus berjuang dan berusaha sekuat diriku bisa melakukannya. Aku ingin menjadi bagian dari tim ini dan bisa mendekatkan diri dengan Naruto.'

"Manajer, adonan ini rasanya sedikit aneh."

Nino yang mendengar itu seketika membulatkan matanya. Karena adonan yang diberikan oleh salah satu pekerja kepada Iruka adalah adonan ketiga yang sudah ia buat.

Setelah mencicipi sedikit adonan itu, Iruka berkata, "Benar juga …."

Nino kemudian dengan cepat menghampiri mereka dan berkata, "Maaf, itu buatanku."

"Tidak apa-apa, Nakano-san. Ayo kita buat ulang."

"Baik!" jawab Nino.

.

"Iruka-nii, aku akan beristirahat."

"Baiklah."

Setelah mendengar balasan dari Iruka, Naruto pergi ke ruang yang dikhususkan untuk para pekerja bisa beristirahat. Sementara itu, Nino terlihat masih berusaha keras untuk membuat adonan baru dan ini adalah adonan ketiga yang ia buat.

"Nakano-san, lebih baik kau beristirahat saja untuk saat ini."

"Tidak, aku masih sanggup. Biarkan aku bekerja lagi …," ucap Nino membalas perkataan Iruka.

"Aku sebenarnya tidak melarangmu untuk bekerja. Tapi, jika sudah waktunya istirahat, maka ada baiknya jika kau melakukannya. Bagi pemula sepertimu sudah pasti cukup berat, kan?"

Mendengar itu membuat Nino terdiam dan berhenti melakukan pekerjaannya. Ia meletakkan mangkuk berisi adonan yang ia buat.

"Baiklah, aku mengerti."

.

Saat ini, Nino bersama dengan Naruto di ruang istirahat yang sudah di sediakan. Naruto terlihat sedang duduk dengan santai, sementara Nino terlihat murung dan bersandar di pintu.

"Bagaimana ini? Karena diriku, semuanya menjadi sangat sibuk …."

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan, Nino? Ini adalah pengalaman pertamamu bekerja di bawah tekanan. Jadi, kau tidak perlu terlalu memikirkannya."

"Tidak bisa, aku harus segera kembali …," ucap Nino yang berbalik ingin pergi kembali dan bersiap untuk membuka pintu itu.

Akan tetapi, ketika gadis itu sudah memegang knop pintu tersebut. Ia dikejutkan dengan Naruto yang sudah menghentikan dirinya dengan memegang tangannya. Ia kemudian menatap lelaki itu.

"Mengapa kau menghentikanku?"

"Seperti apa yang Iruka-nii katakan, kau harus beristirahat. Ditambah lagi, ini bukan salahmu. Lagipula, aku juga bingung karena bisa-bisanya Iruka-nii langsung menempatkanmu di momen yang krusial ini sampai-sampai dirimu harus bekerja sangat keras."

Kemudian Naruto menyadari kalau kedua tangan mereka masih berpegangan dan mulai melepaskannya. Ia berkata, "Ah, maafkan aku soal itu …."

"Tidak apa-apa."

Walaupun Nino sudah merasa sedikit terhibur dengan kata-kata Naruto, tetapi dirinya masih saja terus kepikiran dengan kesalahan yang ia lakukan. Ekspresinya terus terlihat murung.

'Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah. Tapi, diriku malah memperlihatkan sesuatu yang bodoh di depan Naruto.'

"Berhenti memikirkan sesuatu yang tidak berguna. Lebih baik kau lihat ini …."

Nino yang mendengar itu seketika menatap Naruto yang membawa satu kotak dus yang di letakkan di meja. Naruto kemudian langsung membukanya. Nino yang melihat isinya menjadi bingung, karena yang ia lihat adalah satu kotak yang berisi penuh dengan hiasan Sinterklas.

"Tunggu, aku tidak mengerti apa maksudnya ini."

"Aku pernah disuruh Iruka-nii untuk memesan seratus hiasan untuk pohon natal, tapi diriku justru memesan seratus hiasan ini."

"T-tunggu dulu! Apa yang kau bicarakan?"

Nino mengatakannya sembari mengeluarkan ekspresi seolah ia tidak percaya. Naruto tidak menjawab, ia kemudian berjalan menunjuk ke arah lemari yang memiliki goresan.

"Ini terjadi saat aku terjatuh. Aku juga pernah salah mengantarkan pesanan kue ke meja pelanggan dan juga pernah menjatuhkan beberapa piring yang sudah pasti merugikan untuk toko ini."

"Ditambah lagi, kesalahanmu itu masih kecil dan bisa di tolerir karena dirimu baru pertama kali bekerja. Dibanding kesalahan yang kau buat, itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kesalahanku selama bekerja."

Nino yang mendengar itu pun tersentak dan berkata, "Apa kau berniat untuk menenangkan hatiku? Kau berniat mengeluarkanku dari tekanan atas pekerjaan ini, kan?"

Naruto kemudian berbalik menghadap Nino dan merespon, "Iya, begitulah. Lagipula, aku sudah memiliki banyak pengalaman kerja dan bisa dikatakan sebagai senior di sini. Walaupun jobdesc kita berbeda, aku juga harus bisa memberikan arahan kepadamu …."

"B-begitu, ya? Maaf telah membuatmu khawatir," ucap Nino. Kemudian, ia melanjutkan perkataannya, "Aku ingin bertanya satu hal."

"Apa?"

"Akhir-akhir ini, mengapa kau selalu menghindariku?"

Nino mengatakannya sembari menundukkan kepalanya, sehingga ekspresi gadis itu tidak terlihat oleh Naruto. Sementara itu, Naruto yang mendengarnya seketika terkejut.

"I-itu …."

"Apa kau tidak nyaman denganku?"

"T-tidak, bukan begitu …."

"Apa ini karena diriku yang menyatakan perasaan yang kumiliki kepadamu?"

Naruto yang mendengar itu pun terdiam. Nino yang sadar dengan hal itu kemudian berkata, "Ternyata benar, ya. Seharusnya aku tidak mengatakannya waktu itu …."

"Jika aku berikan kejujuran, apa kau mau mendengarkannya?"

"Ya! Aku mau!" balas Nino dengan cepat.

"Sebelum kalian datang ke kehidupanku. Kau pasti sudah tahu dari Naruko kalau diriku ini tidak pernah berhubungan dekat dengan gadis, kan?"

Nino yang mendengar itu mengangguk. Naruto kemudian melanjutkan, "Itu yang membuatku agak canggung. Ditambah lagi, aku baru pertama kali menerima pernyataan cinta dan itu datang dari salah satu dari kalian berlima yang notabene adalah gadis yang memiliki hubungan kuat dengan diriku."

Naruto mengatakannya dengan ekspresi wajah yang serius. Nino yang mendengar itu justru mengeluarkan semburat merah di pipinya.

"A-ada lagi?"

"Masih. Sebenarnya, aku ragu apa diriku bisa bertahan sampai akhir. Aku juga tidak ingin membuat seseorang yang menyukaiku bersedih karena kehilangan diriku suatu saat nanti. Jika kau tetap menyukaiku, kau sudah pasti mengerti dengan konsekuensinya, kan?"

'Begitu ternyata. Pantas saja ia tidak berniat menjalin hubungan yang serius dengan perempuan, itu alasan yang benar-benar masuk akal. Apalagi kami sudah tahu apa yang ia derita,' pikir Nino.

"Setelah mengetahui ini semua. Apa yang akan kau lakukan, Nino?"

"Aku mengerti. Tapi, aku tidak akan mundur sama sekali," ucap Nino dengan penuh determinasi yang membuat Naruto terkejut.

"Oi, oi …."

"Kau tidak akan bisa mengubah apapun dariku, Naruto. Karena ini adalah kisah cintaku, aku yang berhak untuk menentukan siapa yang menjadi pasanganku dan aku tidak peduli dengan hasil akhir yang kudapatkan. Kurasa saudariku juga akan mengatakan hal yang sama."

Nino mengatakannya sembari tersenyum. Naruto yang mendengar itu pun langsung menepuk dahinya sendiri.

"Mau itu dirimu ataupun saudarimu ternyata sama saja, tidak ada yang berbeda. Apalagi dari sifat keras kepala yang kalian miliki, rasanya seperti déjà vu. Akan tetapi, kali ini aku lebih terbiasa."

Balasan dari Naruto membuat Nino tertawa kecil. Karena perkataan Naruto soal dirinya dan saudarinya itu benar-benar tepat sasaran.

Naruto kemudian mengingat sesuatu dan mengatakannya, "Soal perasaan yang kau miliki. Apa kau sudah siap untuk menerima jawabanku atas pernyataanmu?"

"Tunggu dulu!"

"Mengapa kau menghentikanku?" tanya Naruto dengan ekspresi bingung yang ia tunjukkan.

"Karena aku tahu kalau kau akan menolak diriku karena dirimu tidak menyukaiku. Ditambah lagi, dirimu selalu cuek kepadaku. Tapi, tolong jangan putuskan dulu!"

"Aku tahu kalau diriku bodoh karena dengan mudahnya aku menyatakan perasaanku kepada seseorang yang dulunya kuanggap sebagai musuhku. Tidak hanya itu, interaksi kita itu tidak sedekat dengan interaksimu dengan saudariku yang lain."

Nino mengatakannya sembari berjalan ke arah Naruto. Ketika ia sudah berada di depan Naruto dan menatap lekat lelaki itu, ia berkata, "Maka dari itu, aku ingin kau lebih mengenal diriku. Dan aku juga ingin dirimu tahu mengenai seberapa besar perasaanku untuk menyukaimu!"

"B-begitu ternyata …," ucap Naruto yang keluar dari ruangan itu dengan cepat, meninggalkan Nino dengan wajah yang memerah total.

Nino yang ditinggalkan kemudian dengan cepat menyusul Naruto dan mengikutinya dari belakang. Sampai suara dari Shizune datang ke telinganya.

"Kebetulan sekali ada kalian berdua. Tamu spesialnya sudah datang, loh! Ayo kita mulai …."

"Baiklah, Shizune-nee …."

Shizune yang dihampiri oleh Naruto pun bingung karena melihat wajah Naruto yang memerah, "Ada apa dengan wajahmu, Naruto-kun? Apa kau sakit?"

"T-tidak, ini bukan apa-apa …."

Nino yang mendengar itu pun tersenyum. Ia kemudian berjalan di belakang Naruto kembali, namun kali ini ia mencondongkan badannya ke depan dan membisikkan sesuatu.

"Bersiaplah, Naru-kun …."

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 41 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out