Rikudo
Disclaimer : Bukan milik Yuki.
Warning : Typo, Update tidak menentu.
Sinopsis: Pada awalnya dia hanya pecahan dari seorang Dewa, yang menunggu waktu untuk memudar saat manusia semakin melupakan 'Nama' dan 'Legenda' tentang saat Gadis Iblis itu datang membuat sebuah permohonan. Membuat penantiannya menjadi kacau dengan masalah yang datang setelah permohonan aneh itu.
"Bisakah kau lindungi aku?"
Prolog.
Pada awalnya para Dewa lahir oleh rasa harapan dari dalam diri Manusia, mereka eksistensi yang terlahir oleh keinginan yang akan terwujud oleh manusia yang membutuhkan keajaiban.
Terlahir dari kehampaan dan tercipta untuk mengabulkan setiap keinginan itu, meski pada awalnya mereka tidak mengerti kenapa mereka ada. Namun setelah sekian lama waktu berlalu. Mereka secara sukarela akan segera menjawab harapan itu, karna mereka meyakini setiap harapan adalah alasan mengapa mereka ada di muka Bumi.
Beberapa dewa terlahir dari rasa jahat dalam hati manusia, beberapa dewa terlahir oleh keinginan kecil manusia, menjadi dewa rendah yang tidak memiliki kekuasaan apapun dan menunggu waktu untuk musnah saat tidak ada yang mengingat mereka. Sebagian yang lain terlahir dari keinginan kuat bersama, dan menjadi Dewa yang tangguh mendapat kekuasaan dan usia panjang, sepanjang Manusia masih mengingat nama mereka.
Ada banyak dewa dari banyak mitologi. Ada banyak keinginan manusia untuk di kabulkan, ada banyak jenis dari dewa terlahir dari keinginan hati. Sebagian dari mereka menjadi jahat oleh keinginan itu, sebagian dari mereka terlahir untuk menjadi baik dari keinginan itu.
Tidak ada keinginan untuk berubah setelah mereka terlahir dari sebuah keinginan. Setelah mereka mendapat 'Legenda' mereka sendiri dan menjadi hidup oleh 'Legenda' itu terus di kenal oleh Manusia. Setelah mereka mendapatkan 'Nama' mereka akan kuat, selama nama mereka banyak di ingat oleh Manusia.
Dewa bukan mahluk maha kuasa seperti pemikiran kebanyakan, setelah semua. Mereka bahkan adalah mahluk malang yang tidak berhenti cemas di hantui kematian atas ketetapan semesta saat tidak ada Manusia yang mengingat mereka.
Mereka menjadi lemah saat manusia tidak mengingat 'Nama' mereka. Dan mereka akan mati, saat manusia tidak mengingat 'Legenda' tentang mereka.
Dan untuk mempertahankan eksistensi mereka yang menyedihkan, mereka menciptakan 'Mitos' tentang keberadaan mereka. Berusaha mengamankan 'Legenda' dan 'Nama' satu-satunya harta yang mereka miliki di Dunia ini.
Meski mereka menghilang saat kedua harta itu tidak lagi mereka miliki. Namun mereka akan kembali lahir saat ada 'Siapapun itu yang mengingat ke duanya'.
"Jadi, apa permohonan mu?"
Rias Pov
"Jadi, apa permohonan mu?"
Aku terdiam membeku menatap ke depan, dia seorang lelaki asing yang berdiri di depan mata ku, datang entah dari mana. Menatap dengan mata birunya yang kosong, mulutnya terbuka dan menyampaikan sebuah pertanyaan aneh.
"Siapa kau?" Aku tidak bisa menebak siapa dia, berusaha fokus untuk merasakan aura yang dia miliki. Mencoba mengenali sifat dasar yang menyusun tubuhnya, mencoba mencari tau dari golongan mana dia berasal. Namun aku terkejut, tidak bisa merasakan dari mana datangnya dia... aku mencoba namun tidak ada yang bisa aku rasakan. Seperti dia tidak berasal dari golongan manapun, aku... aku merasakan sesuatu yang tidak terbatas datang dari dalam dirinya... sesuatu yang tidak terbatas, yang terasa samar seperti akan menghilang.
"Aku, Manusia memanggil ku ******** ******* Naruto dan mendapat gelar ******* —." Aku berusaha, namun untuk beberapa kalimat darinya aku mendengar suara seperti sebuah kaset rusak yang menyakiti telinga. Aku tidak mengerti, tapi melihat wajahnya yang terkejut. Aku menjadi bingung.
"Apa yang terjadi?"
"Aku mengerti." Dia mengangguk kecil seakan mengerti akan sesuatu dan menatap ku. "Aku mengerti."
"Apa?"
"Untuk saat ini alat Indra Mahluk manapun tidak akan mampu untuk merespons 'Nama' dan 'Legenda' tentang diri ku." Dia berjalan mendekat, mengulurkan tangannya yang kurus mencoba membangunkan ku.
Dia menatap, namun segera ku tutupi bagian gaun pengantin ku yang telah robek tergores dahan tajam pepohonan. Dia tidak merespons lebih, aku melihatnya dia mengalihkan perhatiannya dan menatap kuil rusak dimana kami dipertemukan.
Aku tidak memperhatikan lebih namun aku melihat ukiran seorang manusia yang berdiri di depan ratusan orang-orang dan sepuluh raksasa binatang.
"Kau boleh memanggil ku Naruto."
"Eh?" Dia berbicara tiba-tiba, aku tidak terlalu mengerti.
"Hanya itu yang dapat kau dengar bukan? Panggil aku Naruto. Atau terserah bagaimana kau menyebut ku." Dia mengenggam tangan ku, namun tubuh ku bergetar saat merasakan daya hidupnya yang sangat tipis... Seakan dia bisa memudar kapan saja.
"Kau—Naruto, bagaimana mungkin kau... Apakah kau sesuatu yang harus segera hilang?" Aku tidak mengerti namun entah mengapa... Dia adalah orang yang aku temui, setelah kaburnya aku dari pernikahan dengan Raiser.
Kami bertemu, dan dia menanyai apa harapan yang aku punya. Seakan dia tau apa yang paling aku harapkan saat ini.
"Harusnya. Seharusnya aku akan segera menghilang." Dia menjawab, namun tidak ada ekspresi sama sekali di wajahnya. Dia kosong bagaikan boneka, kulitnya begitu putih seakan tidak ada darah yang mengalir di sana. Dan tubuhnya begitu kurus seperti dia bisa dipatahkan oleh siapapun.
"Namun ini aneh, bagaimana keinginan dari gadis Iblis seperti mu mampu menjangkau ke tempat seorang Dewa yang menunggu ajal seperti ku"
Aku tertegun, dia seorang Dewa. Bagaimana itu mungkin, bagaimana dia ada di sini? Bagaimana Kuil seorang Dewa bisa berada di Dunia bawah? Dunia Iblis?
"Aneh sungguh aneh, bagaiamana bisa." Dia menatap ku dari dekat, aku tertegun dan segera mengambil langkah mundur. Namun dia hanya diam tetap di posisinya tidak peduli. "Hei, katakalah apakah telah terjadi sesuatu yang sangat luar biasa di luar sana. Pada saat aku tertidur?"
"Aku tidak tau." Aku menggeleng, dan kembali menatapnya yang sekarang telah terlihat tidak percaya. "Mungkin Great War, bagaimana dengan itu? Hanya itu yang aku tau."
Dia terdiam, menatap langit-langit kuil dan berbagai lukisan yang ada. Pandangannya kembali mengarah padaku setelah semua. "Apakah itu sesuatu yang besar?"
Aku kembali terkejut. Dia, bagaimana bisa dia mengatakan seolah Great War adalah sesuatu yang kecil? Ba-Tunggu, dia telah tertidur menunggu untuk memudar selama itu? Apa dia adalah seorang Dewa besar pada suatu Mitologi Lama?
"Iya, itu perperangan Kami antara Iblis, Malaikan, dan Malaikat Jatuh." Aku menjawab dengan mantap, meyakinkan padanya bahwa itu memang sesuatu yang sangat besar. Bahkan menyebabkan empat Maou lama kehilangan hidupnya.
Aku melihat dia menatap ku menampilkan ekspresi bingung. "Lalu kenapa kalian bertarung?"
"Eh?"
"Aku tidak tau apa-apa tentang Malaikat Jatuh yang kamu sebutkan." Dia terlihat bingung oleh kata Malaikat Jatuh "Tapi. Kalian, sejauh yang aku ketahui adalah berasal dari penciptaan yang sama— dia Tuhan dalam Al-Kitab. Lalu kenapa kalian saling bertarung?"
"Semua di mulai oleh para Malaikat Jatuh dan pembangkanngannya atas Surga... mereka mereka terusir lalu mengambil wilayah kami. Tidak bisa di maafkan." aku mengatakan itu dengan penuh kebencian, mereka Malaikat Jatuh lah yang memulai semua. Semua Mahluk Supranatural mengatahui itu. Bahkan setelah perang berakhir lama, semua Iblis masih membenci mereka.
"Lalu bertarung? Apa yang kalian perjuangkan?"
"Tentu saja wilayah ini!"
"Lalu bolehkah aku berpendapat. Bagaiaman bisa mereka di salahkan? Neraka bukan tempat yang hanya boleh untuk Iblis memiliki, beberapa Dewa dari mitologi juga menempati Neraka ini... Kalian Iblis bukanlah yang pertama berada di dalam Neraka... bagaiaman mungkin kau menentang mereka?"
Aku diam, bukan karena tiba-tiba menjadi bisu. "Kau tidak akan mengerti." Dia tidak mengerti.
Dan kenapa dia bertanya demikian.
"Aku tidak mengerti?" Dia bertanya dalam bingung, dia menoleh memandang ke arah yang lain. "Aku tidak mengerti? Mengapa aku tidak mengerti?"
"Aku... Aku tidak tau mengapa." aku bingung untuk menjawab apa, dia terlihat ke bingungan. Namun aku tidak tahu harus bagaimana menjawab peranyaan itu.
Dia menjadi diam dan mulai kembali melangkah mendekati ku dan mengenggam tangan ku.
"Aneh, tapi aku tidak peduli, dan mari kita lupakan." Dia mengeratkan genggamannya. "Meski aku tidak mengerti bagaimana Iblis seperti mu mampu untuk membuat ku merespons permohonan mu. Namun aku akan tetap bergerak untuk mewujudkan permohonan itu setelah kesadaran ku meresponsnya."
"..." Aku terdiam tak bisa berkata-kata.
"Nah, sekarang katakan pada ku. Apa permintaan mu?"
Aku, kekalahan yang kami alami. Setelah semua ini setelah ketidak adilan yang telah aku lalui.. Semua, anggota keluarga ku yang berkorban untuk kepergian ku dari kasti utama Gremory. Untuk keputus asaan ku.
Dan untuk dia yang tiba-tiba datang.
Lalu bisakah...
"Bisakah kau melindungi ku." Air mata ku jatuh menangis, tangan ku tergerak cepat untuk mengusap air mata yang jatuh... Ini, ini membuat ku kembali mengingat hal buruk yang ku alami selama ini.
"Bisakah kau melindungi ku?"
Aku... Aku...
"Bisakah kau melindungi ku?"
"Bisakah... Bisakah ka—"
Dia semakin erat mengenggam tangan ku, menenangkan ku yang bergetar. Dia tidak memiliki emosi saat tatapan kami bertemu... Aku tidak dapat merasakan apapun dari.
Namun, dia mungkin dapat melindungi ku saat ini.
"Aku akan melindung mu, hingga kau tidak membutuhkan ku lagi." Dia menjawab dan saat itu aku tak bisa melihat dengan jelas, namun debu pasir di sekitar kami bergerak dan mulai berkumpul mengambil bentuk sebuah tangan. "Namun, kau harus cepat menceritakan 'Mitos' milikku hingga aku kembali mendapatkan 'Nama' dan 'Legenda' ku kembali."
Suara ledakkan terdengar, pasir memudar saat bertabrakan dengan api. Aku melihat Raiser, dia berada di sana bersama dengan yang lain. Raiser bergegas maju, namun pasir yang bertebaran kembali bergerak cepat mengambil bentuk tombak dan pedang melesat menuju Raiser. Tidak berniat menusuknya, namun hanya untuk menghentikan langkahnya.
"Sialan! Siapa kau bangsat!" Raiser berteriak, aku menatapnya namun genggaman Naruto kembali memaksa ku mengalihkan pandangan kepada Dewa yang sekarat itu.
"Kau harus cepat menemukan dan menceritakan 'Mitos' ku. Harus cepat, sebelum aku menghilang di telan waktu."
A/N : Yuki kembali, setelah menghilang entah kemana... Yuki akhirnya mendapat kesempatan untuk kembali memasuki Dunia kecil kita FFN. Yuki mencoba kembali menulis, mungkin tulisan Yuki udah aslinya jelek semakin jelek... jadi Yuki minta maaf untuk semua itu. Disini Yuki mencoba memulai dengan cerita baru, mohon maaf untuk yang udah menunggu cerita lama Yuki. Yuki udah nggak mengingat alur cerita lama sama sekali, sekali lagi maaf.
untuk kedepan Yuki akan berfokus pada cerita ini saja, meski update tidak menentu... Yuki akan mencoba menyelesaikannya... karena menurut perkiraan Yuki, alur cerita ini tidak terlalu panjang.
Ok, sekian untuk chapter kali ini... ini singkat karena prolog mungkin aneh dan bikin sakit di mata.
Tapi Yuki tunggu Review kalian semua ^.^)V
