KEMEJA

.

Disclaimer: Free! by Ouji Kouji

Pairing: Makoto x Gou

Warning: Seperti warning pada umumnya dan masih jauh dari kata sempurna.

.

.

.


Makoto keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai celana panjangnya. Dia terburu-buru menuju ruang makan hanya untuk mencomot sepotong sandwich dan melahapnya hanya dalam 2 gigitan. Saat menengok ke arah jam, mimik wajahnya makin memucat.

"Gawat, sudah jam segini," rutuknya sambil mengunyah sisa sarapannya. Gou yang baru saja keluar dari dapur sedikit terperangah melihat suaminya di ruang makan dalam keadaan setengah telanjang.

"Terlambat lagi?" Tanya Gou sembari berlalu masuk ke dalam kamar, mengambil kemeja dan seragam Makoto yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Makoto yang tengah meneguk air putih langsung meletakkan gelasnya begitu sang istri berinisiatif memakaikan kemeja warna biru muda kepadanya.

"Iya.." jawab Makoto lesu,

"Musim semi ini banyak sekali anak-anak yang mendaftar di klub renang. Mau tak mau aku harus begadang untuk menyiapkan beberapa formulir pendaftaran,"

"Bukankah itu hal yang bagus?" Gou berhenti sejenak setelah menautkan kancing kedua. Ia mendongak untuk menatap pria tinggi di hadapannya dengan penuh arti.

"Itu artinya kau sudah berhasil menggapai salah satu cita-citamu, Makoto-kun,"

Makoto tersenyum lembut merespon perkataan istrinya. Saat ini pria bersurai kehijauan itu bekerja sebagai seorang pemadam kebakaran di bawah naungan pemerintah daerah. Posisinya sebagai kepala tim mau tak mau membuatnya semakin sibuk dari hari ke hari. Meski begitu Makoto tetap berniat untuk mewujudkan cita-citanya dahulu saat ia masih aktif di dunia renang. Alhasil ia berhasil membuka klub renang khusus untuk anak-anak dalam kurun waktu satu tahun belakangan ini.

"Lihat saja ototmu yang semakin padat ini," Gou meraba dada bidang serta perut sixpack Makoto di balik kemejanya yang belum sepenuhnya tertutup.

"Tidak hanya menyelamatkan banyak orang, kau juga pasti sangat bersemangat melatih anak-anak setiap ada waktu luang. Bukankah begitu, Makoto-senpai?" Sambungnya dengan nada berbisik di akhir kalimat. Sengaja sedikit berjinjit ke arah samping, mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami.

"Hentikan, Gou-chan!" Makoto secepat mungkin menyambar telapak tangan Gou, sebelum wanitanya itu menggodanya lebih jauh. Jangan ditanya lagi semerah apa wajah dan telinganya sekarang. Makoto bisa saja membalas godaan Gou sepanjang waktu, tapi sayang ia tengah diburu waktu saat ini.

Gou nya yang manis dan menggemaskan. Makoto tahu perempuan bersurai merah hati itu masih menjadi maniak otot, apalagi terhadap Makoto yang notabennya merupakan suaminya sendiri. Tentu saja Gou bisa menyentuhnya sesuka hati tanpa harus merasa canggung atau malu.

Namun entah kenapa sentuhan Gou terhadap otot-ototnya akhir-akhir menjadi lebih intens, ditambah beberapa kalimat seduktif yang membuat Makoto sering salah tingkah.

Sebenarnya di mana Gou belajar merangkai kata-kata menggoda seperti itu?

Gou hanya terkekeh pelan melihat reaksi Makoto. Sungguh Gou tak pernah bosan akan tingkah malu-malu pria bersurai kehijauan yang menyandang status sebagai teman hidupnya itu.

Gou memberi kecupan singkat di sudut bibir Makoto setelah kancing kemeja suaminya terpasang dengan sempurna.

Makoto? Jangan ditanya, rona merah di pipinya telah menjalar memenuhi paras tampannya. Sebelum Makoto kehilangan kesadaran, dengan gerakan cepat ia merangkum kedua pipi Gou dan mempertemukan bibir mereka kedua. Mata Makoto terpejam di tengah ciumannya, berlawanan dengan Gou yang netranya terbuka lebar berusaha mencerna keadaan. Tidak menyangka pertahanan Makoto runtuh dan berakhir membalas godaan yang tadi Gou berikan.

Sepuluh detik berlalu dan akhirnya Makoto melepas tautan bibir mereka berdua. Gou nampak terengah pelan mencari pasokan udara.

Sementara sang istri masih menyesuaikan ritme nafasnya, Makoto mengambil ransel kerjanya yang tergeletak di kursi makan, kemudian memberi kecupan singkat pada dahi Gou yang tertutup sebagian poni.

"Lain kali jangan menggodaku seperti tadi ya, sayang," Makoto tersenyum hingga matanya menyipit, dan Gou tahu apa arti senyuman itu. Dulu Gou sering melihatnya ketika Makoto masih menjadi ketua klub renang sekolah dan mendapati anggota klubnya lebih dari sekali bolos latihan.

Mengelus pipi Gou yang bersemu merah sesaat, Makoto lalu mengambil langkah keluar dari rumah dan melambai pada sang istri. Makoto berharap semoga ia tidak mendapat hukuman setiba di tempat kerja nanti karena datang cukup terlambat. Mengingat posisinya sebagai kepala tim yang harus memberi contoh baik bagi juniornya, salah satunya dalam hal disiplin.

"Ittekimasu.." tak lama sosok Makoto berangsur menghilang dari pandangan Gou.

"Itterasshai," Gou membalas pelan. Seperti bumerang, niat hati ingin menggoda sang suami malah ia sendiri yang dibuat mematung tak berdaya.

Meski begitu tetap saja menyenangkan melihat pujaan hatinya bersikap salah tingkah di pagi hari.

"Bukan cuma kemeja, mungkin lain kali aku harus memasangkan celana Makoto-kun juga," gumam Gou pada dirinya sendiri.

Hmm.. mari doakan rencana Gou berhasil dengan lancar dan ia tak mendapat senjata makan tuan lagi.

.

-END-

.

Note: Mencoba menulis lagi setelah sekian lama nggak nulis, yang mana akhir-akhir ini lagi suka rewatch anime sport (salah satunya Free!). Entah kenapa dalam bayanganku MakoGou bakal manis banget kalo jadi pasangan, kemudian jadilah fic halu ini di sela-sela kesibukan RL :v