-WARNING ADULT CONTENT-

It's explicite content! If you're underage, please skip this chapter! I warn all of you. Thank you.

(Bijak membaca, ya! Kontennya 21+ ini. Tolong pertimbangan sejak awal saat menbaca chapter ini. Terima kasih).

Ino langsung mengalihkan pandangannya begitu ia menyadari jika Gaara tidak memakai pakaian atas sama sekali. Namun sangat disayangkan, ia sudah terlanjur melihat dada bidang Gaara yang polos dan otot yang tercetak sempurna di sekitar perutnya. Tubuh pemuda bertato 'Ai' itu benar-benar sempurna dan mengagumkan.

"Tenang, Ino," batin Ino.

Ino menjadi sedikit panik saat ia tiba-tiba teringat kejadian beberapa jam yang lalu ketika Gaara dengan berani menyentuh… dadanya. Bahkan pemuda itu dengan sengaja meremasnya dengan cukup kuat hingga membuatnya memekik kesal.

"Ingat, Ino. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya salah," gumam Ino mencoba untuk meyakinkan pendiriannya yang mulai goyah.

Keputusan Ino mungkin terlalu nekat. Akan tetapi, gadis itu hanya ingin memastikan bahwa keadaan Gaara baik-baik saja. Selain itu, Ino ingin meminta maaf karena ia telah berani melontarkan kata-kata kotor kepada seorang kazekage. Ia bahkan berani mengatai Kazekage dengan sebutan 'Bajingan' yang sangat tidak etis. Hanya itu saja maksud Ino memberanikan dirinya menemui Gaara lagi setelah kejadian tidak mengenakkan beberapa jam yang lalu. Namun, saat melihat penampilan Gaara saat ini, nyali Ino seketika menciut.

Selain tubuh atasnya yang polos, sekilas Ino melihat wajah Gaara masih sama tegangnya seperti dua jam yang lalu. Selain itu, rambut pemuda itu juga berantakan dan sedikit basah karena keringat, begitu juga dengan wajahnya. Pemuda itu masih terlihat awut-awutan. Bahkan Ino bisa menebak jika Gaara belum membersihkan dirinya.

"Sepertinya keputusanku salah." Ino kembali bergumam.

"Terima kasih," ucap Gaara sambil mengambil alih nampan dari tangan Ino.

Dari ekor matanya, Ino melihat Gaara mulai memundurkan tubuhnya. Pemuda itu menyangga nampan berisi snack dengan lengan kirinya, sementara lengan yang lain hendak ia gunakan untuk menutup pintu. Sebelum pintu itu benar-benar tertutup, Ino memberanikan diri untuk membuka obrolan.

"K-Kazekage-sama… b-bagaimana kondisimu?" tanya Ino dengan kepala yang sedikit tertunduk.

Ino melakukan itu untuk menghindari bertemu pandang secara langsung dengan Gaara. Ia juga tidak mau dinilai lancang atau apapun itu karena lancang melihat tubuh pemuda itu. Lagipula rasanya juga sangat memalukan.

Gaara tidak langsung menjawab pertanyaan itu karena sebenarnya rasa panas di sekujur tubuhnya masih belum hilang meskipun sudah dua jam berlalu. Ia butuh pelampiasan yang lebih dari sekedar bermain 'solo' di kamar mandi, tetapi ia tidak tahu harus melampiaskannya dengan apa dan siapa. Inilah sebabnya sampai saat ini Gaara masih berkeringat karena ia sedang berusaha keras menguasai dirinya. Ia bahkan rela tidak kembali ke gedung kage dan mencari tahu siapa dalang di balik semua ini.

"Kazekage-sama?" panggil Ino.

Kali ini Ino memberanikan diri untuk melihat wajah Gaara. Ia sedikit mendongak karena tubuh Gaara lebih tinggi daripada dirinya.

"Panas," jawab singkat Gaara.

Dahi Ino berkerut. Gadis itu menatap iba ke arah Gaara. Ia sangat ingin menolong Gaara, tetapi ia tidak mungkin membantu pemuda itu untuk menuntaskan nafsunya. Status mereka belum legal, jadi dengan segala pertimbangan, Ino tidak bisa menolong pemuda malang itu.

"Mungkin aku bisa mencoba membuatkan ramuan untuk meredakan rasa panas di tubuhmu. Aku akan pergi ke rumah kaca untuk meng—"

"Jika aku bisa melakukannya dengan lembut, maukah kau membantuku? Aku sangat tersiksa," potong Gaara.

Ino membulatkan kedua matanya setelah mendengar pertanyaan dari Gaara. Pemuda itu baru saja mengajaknya melakukan 'itu'. Ya... itu, 'kan? Ino sudah cukup dewasa untuk tahu maksud dari ajakan itu.

Wajah Ino seketika langsung memerah padam hingga sampai ke telinga. Ia malu, tetapi juga takut dengan sisi lain Gaara yang mungkin tidak ia ketahui.

"Aku tahu ini konyol, tetapi aku tidak tahu harus melakukannya dengan siapa. Kau calon istriku, jadi... apa kau bersedia membantuku mengatasi ini?"

Gaara mati-matian menahan nafsunya saat ia melihat Ino. Ia masih dalam pengaruh obat sialan itu, jadi meskipun Ino tidak melakukan apapun, gadis di depannya itu terlihat sangat menggoda. Kaos rumahan yang dikenakan Ino cukup ketat hingga membuat lekuk tubuhnya yang sempurna terlihat menggairahkan di mata pemuda itu. Ditambah lagi dengan sensasi lembut dada Ino yang seolah masih terasa di genggamannya. Ia ingin merasakannya lagi. Cukup hanya dengan membayangkan Ino saja, tubuh bagian bawahnya semakin mengeras dan panas di dalam dirinya kian bertambah.

Saat Ino diam, Gaara memajukan tubuhnya. Ino sempat memejamkan kedua matanya dengan erat. Ia pikir Gaara akan melakukan sesuatu kepadanya, tetapi ternyata pemuda itu hanya ingin meletakkan nampan berisi camilan buatan Ino di atas meja di depan kamarnya.

Karena penasaran, Ino membuka sebelah matanya dengan takut-takut. Rupanya yang ia lihat adalah dada bidang Gaara. Pemuda itu berdiri sangat dekat di depannya.

"Aku tidak benar-benar serius. Abaikan saja," kata Gaara.

Tidak juga. Sebenarnya tadi memang ajakan yang sesungguhnya. Namun, karena respons Ino tidak sesuai dengan harapannya, ia terpaksa berbohong –lagi. Mungkin mengajak gadis bercinta secara gamblang itu tidaklah tepat. Gaara tampaknya harus mencari cara lain tanpa harus membuat gadis itu menjawab 'iya' secara verbal.

Ino belum sempat menjawab Gaara, tetapi pemuda itu lebih dulu meraih dagunya dan memaksa Ino untuk melihat ke arahnya.

"Maaf aku telah menyakitimu," ucap Gaara.

Bibir gadis itu masih sedikit bengkak. Gaara mengusap pelan bibir Ino dengan ibu jarinya. Hanya dengan melihatnya saja hasrat Gaara kembali naik. Ia ingin mencicipi bibir Ino lagi.

Dengan hati-hati, Gaara memajukan wajahnya. Pemuda itu sedikit memiringkan kepalanya dan ia berhasil menempelkan kembali bibirnya di atas bibir lembut gadis itu. Tanpa penolakan. Gadis di depannya itu tidak terlihat menolaknya.

Gaara mati-matian menahan diri untuk tidak mengulangi kesalahannya tadi. Kali ini ia melumat bibir Ino dengan lembut. Ia berharap Ino membalas ciumannya, tetapi sayang sampai se-persekian detik Ino tidak membalasnya.

"Aku beruntung memilikimu," bisik Gaara tepat di telinga Ino.

Gaara menarik Ino ke dalam pelukannya. Pemuda itu menenggelamkan wajahnya di leher jenjang Ino. Ia menggunakan kesempatannya itu untuk menghirup wangi floral and fruits yang menguar dari tubuh gadis itu.

"Ugh!" Ino kelepasan melenguh karena ulah Gaara.

Rupanya Gaara tidak hanya menghirup wangi tubuh Ino, tetapi ia juga menggigit leher jenjang itu yang nantinya akan meninggalkan jejak kemerahan. Gaara memang sengaja dan dengan sadar ia melakukan itu karena Ino sama sekali tidak menolaknya. Ia merasa seperti mendapatkan lampu hijau untuk melanjutkan kegiatan panasnya itu.

"Kazekage-sama..."

Ino tidak bermaksud untuk mendesah, tetapi setiap perlakuan Gaara membuatnya melenguh keenakan. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Gaara jauh lebih lembut saat menyentuhnya. Jika boleh jujur, Ino mengaku menyukai sentuhan Gaara meskipun itu akan sangat memalukan bila diungkapkan.

Gaara mencengkeram pinggang Ino dengan kuat saat ia merasakan tubuh Ino perlahan mulai merosot ke bawah. Sebelum gadis itu jatuh, Gaara menahan berat tubuh gadis itu.

"Kau sangat cantik," bisik Gaara sebelum ia menggigit pelan cuping telinga gadis bunganya itu.

"Eugh!" lenguh Ino.

Lenguhan kembali terdengar ketika Gaara tidak lagi ragu-ragu dengan tindakannya untuk menggoda Ino dengan sentuhannya. Lagipula gadis itu tidak menolak. Tidak salah, 'kan?

Pemuda itu langsung menggendong Ino dan membawanya masuk ke kamar. Ia harus menahan diri agar tidak terlihat tergesa-gesa padahal kenyataannya ia sangat ingin menyentuh tubuh Ino lebih jauh lagi.

Dengan hati-hati Gaara membaringkan tubuh Ino di tempat tidur king size-nya itu. Meskipun hasratnya sudah diujung tanduk, Gaara menyempatkan diri untuk mengamati wajah gadis di bawahnya dengan teliti. Pemuda itu menyisir pelan poni panjang Ino dengan jemari tangannya.

"Kau mengikat rambutmu hari ini?" tanya Gaara.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya –sejak Ino tiba di kediaman Kazekage– gadis itu mengikat rambutnya sama seperti saat ia berusia 17 tahun. Bukan tanpa alasan, ia melakukannya karena Sunagakure teramat sangat panas. Tentu saja ia tidak betah ketika harus menggerai rambut panjangnya itu. Ia bisa mati karena panas. Oh! Berlebihan!

"Y-Ya, karena di sini panas," jawab Ino jujur.

"Apa itu masalah, Kazekage-sama?" tanyanya.

"Tidak," jawab Gaara singkat.

Lain dengan jawaban tersebut, Gaara memilih untuk memutuskan ikat rambut milik gadis di bawahnya itu. Setelah itu Gaara merendahkan tubuhnya, lalu ia kembali mencium bibir Ino dan melumatnya pelan.

Kali ini sedikit mengejutkan karena Ino mulai membalas ciuman itu –meskipun Gaara tetap lebih mendominasinya. Sebab tak ada penolakan, Gaara kembali menyusupkan lidahnya dan menikmati ciuman panas itu sambil memejamkan mata. Begitu juga dengan Ino. Tampaknya keduanya telah dibutakan oleh kabut nafsu.

"Umph..." Ino mendesah di sela ciumannya sambil meremas rambut Gaara hingga acak-acakan.

Saat gadis di bawahnya mulai menikmati permainan yang ia ciptakan, Gaara mulai berani menyelusupkan tangan kanannya di balik kaos berwarna jingga itu. Ia kembali merasakan dada Ino yang lembut di balik bra itu. Tidak seperti sebelumnya, Gaara mulai meremasnya dengan perlahan dan tidak ada penolakan dari Ino meskipun gadis itu sempat terkejut dengan sentuhan itu.

Ciuman perlahan turun ke leher jenjang Ino. Pemuda itu menghirup aroma tubuh Ino dalam-dalam. Gaara sangat menyukai wangi tubuh gadis itu. Ia mencium dan sesekali menggigit leher Ino hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana. J

"Kazekage-sama..." Ino tidak lagi menahan desahannya.

Pikiran Ino ingin mengakhiri semua ini, tetapi tidak dengan tubuhnya. Bohong jika ia mengaku tidak menyukai setiap sentuhan Gaara di tubuhnya.

"Panggil aku Gaara," ucap Gaara di sela ciumannya.

Gaara tidak bisa menahan dirinya lagi. Pemuda itu memang menjauhkan wajahnya tetapi ia tidak menyingkir sedikit pun dari atas Ino. Ia melepaskan semua kain yang melekat pada tubuh Ino meskipun ia sempat kesulitan melepaskan pengait bra milik gadisnya itu. Ia melemparkan pakaian Ino ke sembarang arah dan membiarkannya teronggok di lantai begitu saja.

Kini tubuh Ino polos sepenuhnya. Gaara sempat menelan ludahnya saat ia memandangi tubuh sempurna gadis itu. Gadis Bunga itu berhasil merawat dirinya dengan baik. Kulit Ino mulus dan putih seperti porselen. Tampaknya gadis itu tahu rahasianya menghilangkan bekas luka yang menjadi risiko seorang shinobi.

"Jangan memandangiku terus," ucap Ino pelan sambil menutupi tubuhnya dengan tangan –sebisanya.

Gaara tidak menanggapi ucapan itu. Pemuda itu malah tersenyum samar sebelum ia melepaskan celana yang menjadi pertahanan terakhir miliknya yang sudah mulai sesak. Sama seperti pakaian Ino, ia melemparkan celananya ke sembarang arah.

Ino mengalihkan pandangannya. Ia tidak cukup berani dan tidak mau disebut lancang karena melihat milik Gaara, orang nomor satu di Suna. Ya, meskipun ia memang sempat melihatnya sekilas.

"Apa milikku mengecewakanmu?" Pertanyaan bodoh itu lolos dari mulut Gaara saat ia melihat Ino memalingkan pandangannya.

Ino gelagapan. Ia tidak menyangka jika sikapnya itu membuat Gaara salah paham. Pemuda itu tidak tahu atau hanya pura-pura? Sudah jelas Ino malu saat ini. Lagipula bagaimana Ino bisa memberi penilaian apakah 'benda' itu mengecewakan atau tidak? Ia baru melihat milik Gaara, tidak dengan milik orang lain. Lalu, dari segi mana Ino bisa menilainya? Namun, Ino anggap milik Gaara cukup menakjubkan. Tidak perlu dideskripsikan. Bayangkan saja seorang pria gagah yang tampan dan wangi.

"Ah! Apa sih yang aku pikirkan?!" batin Ino salah tingkah.

"Hm?" Gumaman itu mengisyaratkan jika Gaara masih menunggu Ino menjawab pertanyaannya.

Gaara percaya diri jika miliknya tidaklah buruk. Ia pastikan miliknya itu lebih unggul dari pria lain di muka bumi ini. Ia hanya ingin sedikit menguji Ino karena setiap kali Ino malu, wajah gadis itu akan memerah –sampai ke telinga.

"Ga—ah?!" Ino hendak menjawab, tetapi sentuhan Gaara pada kulitnya yang polos membuat ia memekik.

Tangan pemuda itu menelusuri setiap jengkal tubuh Ino yang polos. Mulai dari wajah, leher, dada, hingga berakhir di pinggang ramping milik Ino.

"Aku tidak bisa menahannya lagi. Kau sangat seksi," bisik Gaara setelah ia merendahkan tubuhnya lagi.

Gaara rasa sudah cukup berpura-pura jika ia sangat ingin menjamah tubuh Ino. Sejak tadi ia menahan diri untuk tidak memperlakukan Ino dengan buruk agar gadis itu tidak menolak saat ia sentuh. Ia hanya butuh pelampiasan untuk menghilangkan pengaruh dari obat sialan itu.

Belum sempat Ino menanggapinya, Gaara lebih dulu mencium leher Ino. Ciuman Gaara turun menyusuri leher, tulang selangka, dan dada. Pemuda itu mengulum dada itu hingga desahan lolos dari mulut pemiliknya.

Berkali-kali Ino membusungkan dadanya saat Gaara melakukan permainan panasnya itu. Ia bahkan tak sadar telah menjambak berkali-kali rambut Gaara.

Setelah puas berlagak seperti bayi, ciuman Gaara semakin turun dan berakhir lama di perut.

"Gaara!" pekik Ino.

Tentu saja Ino kegelian karena Gaara mengecup berulang kali perutnya.

Ino kembali lancang menahan kepala Gaara agar pemuda itu berhenti membuatnya kegelian. Ia hendak kembali menjambak rambut auburn milik Sang Kazekage, tetapi pemuda itu lebih dulu menahan kedua tangannya.

Gaara menguatkan cengkeramannya pada tangan Ino saat ia kembali menurunkan ciumannya di bagian paling sensitif milik seorang wanita.

Ino menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menahan desahan. Tidak banyak yang bisa ia lakukan selain menggeliat di tempat tidur milik Gaara yang sekarang sudah tak se-rapi sebelumnya.

Sayangnya desahan nikmat tetap lolos dari mulut Ino. Sentuhan Gaara benar-benar membuatnya gila. Ia memekik nikmat saat mendapatkan pelepasannya hanya karena lidah Gaara. Selama ini Ino salah menilai jika Gaara adalah laki-laki yang polos. Kenyataannya laki-laki itu tahu caranya menyenangkan wanita.

Gaara rasa cukup membuat Ino puas. Kali ini gilirannya untuk menuntaskan nafsu sialannya itu. Ia menjauhkan wajahnya dari bagian sensitif Ino dan melepaskan cengkeraman pada tangan gadis itu.

Sejenak Gaara melihat Ino yang sedang terengah dengan kedua mata yang terpejam. Tanpa meminta izin, Gaara melebarkan kedua kaki Ino dan mengarahkan miliknya ke milik Ino. Ia langsung mendorong miliknya hingga sepenuhnya terbenam di dalam.

"Akh! Stop!"

Ino berteriak karena ulah Gaara. Tubuhnya seolah seperti terbelah menjadi dua –Oh, mungkin itu sedikit berlebihan. Rasanya sangat sakit karena Ino tak terbiasa dengan ukuran 'benda' asing yang memenuhi miliknya itu.

"Ini sakit. Berhenti," lirih Ino.

Air mata menggenang penuh di pelupuk matanya. Butuh satu kedipan saja cairan mirip kristal itu akan lolos dari tempatnya.

Gaara sempat tertegun. Ia kira tindakannya itu tidak sampai membuat Ino merasa 'terluka'. Kenyataannya, gadis itu... Ah? Tidak! Sekarang bukan lagi gadis karena Gaara adalah orang pertama yang mengambil kegadisan Ino.

Sebelumnya Gaara pikir ia bukan orang pertama bagi Ino, karena yang ia tahu banyak shinobi yang kehilangan ataupun secara suka rela melepaskan kegadisannya selama misi. Entah itu karena misi mereka atau karena memang ingin bermalam bersama dengan rekan shinobi saat lelah bertugas. Hal semacam itu biasa di kalangan shinobi, terutama di Suna. Barangkali di Konoha itu bukan menjadi budaya mereka.

"Ssstt... Maaf." Gaara mengecup bibir Ino sekilas sambil mengelus kepala Ino berulang kali.

Ada baiknya Gaara membaca Icha-Icha Paradise. Jika ia tidak pernah membaca buku itu, ia tidak akan tahu bagaimana menenangkan wanitanya di saat seperti ini. Bisa dibilang ia mempraktikkan secara langsung apa yang selama ini ia baca di buku itu.

"Aku janji ini tidak akan sakit seperti tadi," ucap Gaara sambil menatap wajah Ino yang penuh dengan peluh yang bercampur dengan air mata.

Ino menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Setelah merasakan sakit di bagian bawahnya, seolah akal sehat Ino berhasil menguasai diri. Ia sedikit menyesali ini semua karena seharusnya ia melakukan adegan panas itu setelah menikah, bukan sebelum terikat seperti ini. Ini bukan prinsip hidupnya! Ia baru saja menyerahkan hal yang paling berharga kepada Gaara sebelum menikah. Laki-laki itu belum menjadi suaminya, bahkan hubungan mereka tidak jelas. Ia rasa kekasih pun juga bukan. Tunangan? Tidak pernah ada acara tukar cincin. Lalu? Entahlah.

Sepertinya hanya dua orang yang sama-sama ditutupi nafsu.

"Kita hentikan saja," pinta Ino.

Kernyit dahi muncul. Kenapa baru sekarang Ino menghentikannya? Ini sudah sangat tanggung! Milik Gaara bahkan sudah masuk sepenuhnya di dalam milik Ino. Wanita itu sudah mendapatkan kenikmatannya sekali dan Gaara belum. Ini tidak adil.

"Kau akan menikmatinya setelah ini." Gaara berusaha membujuk Ino.

Gaara mengusap jejak-jejak air mata di wajah Ino. Ia bahkan masih lancang mengecup pipi wanitanya itu. Ia tidak menyukai situasi seperti ini.

"Lagipula kita ini apa? Kau bahkan tidak benar-benar mencintaiku, 'kan? Kau pasti akan pergi meninggalkanku setelah mendapatkan apa yang aku jaga selama ini. Seharusnya aku tidak percaya dengan laki-laki mana pun di dunia ini," tutur Ino di sela tangisannya.

Kini Ino benar-benar terisak.

"Kita akan segera menikah. Kau akan menjadi istriku dan wanita nomor satu di Suna. Kau akan menyandang klan Kazekage dan kita akan hidup bersama. Kau masih tidak percaya denganku setelah semua yang kita lalui?" tanya Gaara.

Penjelasan Gaara terdengar sangat menenangkan hati. Pasti wanita mana pun akan merasa senang, tetapi tidak dengan Ino. Ia masih ragu.

"Apa yang kau takutkan lagi?" tanya Gaara.

Setelah 'perdebatan' kecil mereka, Gaara masih berani menyentuh Ino. Laki-laki yang sudah pantas disebut pria dewasa itu mencium leher Ino beberapa kali. Nafsunya masih menguasai. Ia tidak bisa berhenti di tengah-tengah seperti ini. Tanggung, Demi Kami-sama!

"Kau tidak pernah mencintaiku," ucap Ino.

Ino hanya diam saat Gaara mencium lehernya berulang kali. Perempuan itu menatap langit-langit kamar Gaara dengan wajah sedihnya.

"Jika tidak, maka aku tidak akan menjemputmu jauh-jauh dari Suna dan aku tidak akan berusaha meyakinkan ibumu saat dia tidak percaya denganku. Aku bisa berhenti dan mencari perempuan lain saat kau menolakku, tetapi aku tidak berhenti mengejarmu," balas Gaara.

Untuk membujuk Ino, Gaara rela mengatakan kalimat panjang seperti itu. Ia hanya ingin menuntaskan ini semua.

"Aku mencintaimu, Ino dan kau akan menjadi istri dari Godaime Kazekage. Yang pertama dan satu-satunya," ucap Gaara sebelum ia mencium bibir Ino.

Bukan ciuman yang singkat karena Gaara kembali melumat bibir bawah wanitanya itu sambil memejamkan kedua mata untuk membangkitkan kembali hasrat yang hampir kacau karena 'perdebatan' itu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu." Gaara sempat mengucapkan itu sebelum ia kembali melumat bibir Ino.

Begitu Ino mulai membalas ciumannya, Gaara langsung menggerakkan pinggulnya dengan perlahan agar Ino menyesuaikan diri.

Ternyata Gaara tidak sepenuhnya salah soal omongannya. Dibanding merasakan sakit, Ino malah menikmati dan ia akui Gaara ahli melakukannya.

Suasana siang hari di Suna semakin panas di saat kedua insan itu sibuk memuaskan nafsu mereka. Ino sudah beberapa kali mendapatkan pelepasannya sementara Gaara masih kuat menggerakkan pinggulnya dengan penuh gairah.

"Hampir," bisik Gaara saat ia rasa hampir mencapai puncaknya.

Ino beberapa kali mencakar punggung Gaara setiap kali pria itu bergerak dengan kasar. Namun, Gaara tidak menggubrisnya. Bahkan saat Ino bilang jika ia lelah, pria itu tidak mau berhenti.

"Eugh!" Gaara mengerang tertahan saat ia mendapatkan pelepasannya.

Pria itu mencengkeram pinggang Ino dan semakin membenamkan miliknya ke dalam milik Ino yang hangat. Setelah itu, Gaara menarik Ino ke dalam pelukannya yang erat, begitu pula dengan wanitanya.

Sekarang percuma jika Ino menyesalinya lagi. Lagipula wanita itu juga tidak menolak dan malah mengimbangi gerakan Gaara untuk mencapai kenikmatannya.

Gaara tetap diam di posisinya sampai ia selesai menuntaskan pelepasannya. Ia bahkan sengaja mengeluarkan di dalam dan tidak takut jika perbuatannya itu membuahkan hasil. Anggap saja sekalian memenuhi permintaan para tetua dalam sekali jalan.

"Ahh..." Ino mendesah lagi saat Gaara melepas penyatuannya.

Sekarang miliknya terasa sangat kosong.

Gaara berguling ke samping tanpa melepaskan pelukannya dari Ino. Pria itu masih mendekap wanitanya dengan erat.

Ternyata memang benar. Efek obat sialan itu hanya bisa dihilangkan dengan kegiatan panas dengan lawan jenis.

"Arigatou, Ino," ucap Gaara pelan.

Ino terlalu lelah untuk sekedar menanggapi ucapan Gaara. Wanita itu memilih untuk memejamkan mata dan menunggu bunga tidur menjemputnya.

Perlahan Gaara melepaskan pelukannya. Ia mengamati wajah Ino dari dekat. Tampaknya wanita itu sudah tertidur. Gaara tidak segera beranjak. Ia memiliki untuk memejamkan kedua matanya sejenak sebelum bangun dan kembali ke gedung kage.

Tak terasa waktu sudah berlalu. Ino menggeliat di balik selimut tebalnya. Perlahan ia membuka kedua matanya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah kekosongan. Tidak ada siapa pun selain dirinya di kamar besar itu. Gaara telah pergi, entah ke mana.

"Maksud soal jangan meninggalkanku adalah jangan pergi setelah ini," ucap Ino bermonolog.

"Dia berbohong... Ternyata aku hanya... pemuas nafsunya saja," lanjut Ino.

Ino bangun dari tempat tidur itu dan mengabaikan selimutnya yang melorot hingga perutnya.

"Kau bodoh! Bodoh! Bodoh! Mengapa kau se-murahan itu, hah?!"

Seperti kebiasaan baru, Ino memukuli kepalanya sendiri saat ia kecewa dan ia melakukannya berulang kali.

-to be continued-

Fiuh~ Chapter ini aku persembahkan juga untuk beberapa readers yang pengin aku nulis cerita rate M Gaara-Ino. Semoga kalian suka. Panas-panas gini memang enak baca yang panas, 'kan? xD. Happy reading~

~Sesi ngobrol~

Mikalunachan: Sejujurnya tidak terlalu berani menulis se-eksplisit ini TwT. Semoga tetap bagus, ya. Aku harap.

Azzura yamanaka: Makasih ya, Kak. Siap lanjut meski tidak rutin, gomen...

Ai Moriuchi: Omo~ Thank you! Lama banget ya, tapi terima kasih sudah bersedia menunggu. Iya, 'kan? Makin kutunjukin brengseknya Si Gaara ini. Ditunggu, ya. Abang Sas pasti datang, dia di sini enggak kayak Bang Toyib, kok xD.

Evil Smirk of the Black Swan: Takut ditagih aku, ampun xD. Sudah terjawab ya di sini. Udah 'iya-iya' pula TwT. Okay, terima kasih banyak!

See you next chapter~