Tetsuya mendengus. Ia paling malas jika harus melewatkan mata pelajaran favoritnya. Apalagi jika ternyata gantinya malah hal yang menyusahkan jiwa dan raga. Sungguh menyebalkan.
Beberapa hari yang lalu, mereka kedatangan anggota baru. Yess! That's right! Dia si kuning yang wajahnya dinistai waktu itu. Tetsuya tidak begitu paham, tapi setelah berbincang-bincang dengan dirinya, akhirnya Seijuurou menawarkan Kise untuk bergabung dalam tim basket. First string pula. Dan dia pun langsung setuju.
Wajar saja sih, setelah bermain saat itu, wajah bonyoknya cerah kembali dengan senyum sumringah. Atau bisa jadi juga karena diguna-guna. Entahlah, siapa yang tahu, kan ya?
Masalahnya, yang jadi pertanyaan di benak Tetsuya saat ini adalah, 'kan yang main dengan si kuning saat itu adalah mereka? Bukan dirinya. Lantas kenapa harus dia yang sekarang ditunjuk untuk mendampingi si kuning over-expressive satu ini?
Iya. Memang benar waktu itu Seijuurou sempat menyinggung soal akan ada yang menjadi mentor Kise agar anak itu bisa cepat berkembang. Namun, dia sungguh tidak menyangka bahwa dirinyalah yang akan ditunjuk untuk menempati posisi tersebut. Ayolah! Masih ada Midorima atau Aomine yang lebih jago dalam bermain basket. Atau bahkan Seijuurou sendiri yang turun tangan seperti pada saat dia bergabung dulu. Intinya bukan dia yang sebisa mungkin tidak terlihat pada siapapun.
'Kan bisa?
Ia menghela nafas panjang— lagi.
Sudahlah. Biar bagaimanapun, dia harus keep calm and collected di depan junior. Batinnya terima nasib.
Ckiitttttt—
Bus yang mereka tumpangi pun berhenti. Tujuan mereka kali ini adalah SMP Komagi. Pihak sekolah inilah yang menghubungi pelatih mereka untuk meminta waktu agar tim basket Komagi bisa latih tanding dengan tim basket Teiko. Atas pertimbangan dan arahan dari Seijuurou, akhirnya anak-anak dari second string plus Tetsuya dan Kise yang turun tangan. Sekalian uji ketangkasan katanya.
Tangannya menepuk bahu Kise, "Ayo."
Satu kata yang baru dilontarkan dengan wajah datarnya pada si kuning dari awal hingga sampainya ke SMP Komagi. Ia bisa melihat wajah terkejut separuh ogah-ogahan karena kemunculannya pada iris citrinenya. Mungkin dia sedikit kecewa karena dirinya hanya didampingi oleh orang yang membosankan.
Tapi sekali lagi, Tetsuya masa bodoh.
Setelah semuanya berkumpul dan langsung diberi arahan singkat, mereka pun masuk ke dalam gedung olahraga SMP lawan latih tandingnya.
Tetsuya seketika itu juga langsung mengubah rasa dongkolnya ke mode fokus-serius. Mau atau tidak yaa memang harus seperti itu. Istilahnya, dia sebagai leader on duty.
Permainan pun dimulai. Kali ini hanya dibagi menjadi 2 quarter. Masing-masing quarter diberi waktu 30 menit dengan waktu istirahat 5 menit. Untuk quarter pertama, Tetsuya tidak langsung ikut bermain. Selain karena staminanya yang kurang, ia juga perlu mengobservasi tim lawan mereka. Mulai dari cara bermainnya, stamina, hingga teknik bermain khusus yang mungkin digunakan oleh mereka.
Jujur saja, ia sungguh berharap ada Momoi yang membantunya menganalisa di sini. Tapi kali ini dia harus mandiri.
Waktu berputar cepat. Selama pertandingan, ia sudah bisa menyimpulkan cara bermain dari gerak-gerik lawan mereka. Ia juga bisa melihat bahwa stamina Kise masih lebih tinggi dibandingkan dengan mereka. Bahkan saat quarter pertama selesai pun, pertandingan dilakukan tanpa ada yang meminta time out.
Skor awal ialah 16 : 14. Tim mereka unggul 2 poin dari tim lawan. Tapi Seijuurou pasti tidak akan suka dengan skor yang seperti ini.
"Otsukaresama deshita," ucap Tetsuya ketika timnya berkumpul kembali di area bench.
Anggota dari second string beserta Kise pun langsung mendudukkan dirinya di bench, bahkan ada juga yang melantai. Air minum pun ditegak untuk menghilangkan dahaga karena kekeringan setelah bermain 30 menit penuh.
Tetsuya memandangi keseluruhan timnya.
"Kita lanjutkan dengan posisi yang sama."
Matanya melirik ke arah salah seorang pemain yang masih terengah-engah, "Mitsuki-san, istirahatlah saja dulu. Kali ini, biar aku yang bermain."
Kise mengelap peluh keringatnya yang bercucuran.
"Kali ini biar aku yang bermain."
Ia mendengus.
Huh. Paling juga malah mempersulit keadaan. Maaf-maaf saja, tapi jika dilihat dari stamina dan latihan shoot yang biasanya dilakukan, si muka datar inilah yang paling payah.
Ia mendengus lagi.
'Kenapa sih, aku harus bertanding bersama orang yang tidak ada apa-apanya seperti ini?'
Mempermalaskan.
Masa istirahat sudah habis. Tiba saatnya mereka harus menyelesaikan latih tanding di tempat ini. Kise lalu berdiri dan meregangkan tubuh jangkungnya. Yah, pokoknya dia siap untuk berjuang penuh dan menggendong timnya. Batinnya seraya menuju ke lapangan dan mengambil posisinya.
"Kise-kun."
Yang dipanggil tersentak dari pemikiran mendalamnya. Demi apa makhluk yang satu ini sering sekali muncul tanpa aba-aba. Hawa keberadaannya tipis benar. Kise sweatdrop , sedangkan Tetsuya hanya memandanginya dengan wajah datar andalannya.
"Jangan hilang fokus dan tetaplah waspada," ujarnya mengingatkan.
Haahh?
Tepat saat peluit dibunyikan, seketika itu juga lawan bicaranya sudah menghilang dari pandangannya.
"HEEEE?!"
"KISE-SAN!" Sebuah panggilan sekali lagi membuyarkan rasa terkejutnya. Benar, ia tidak boleh lengah. Biar bagaimanapun ia mengganggap bahwa dirinyalah pemegang kunci kemenangan dalam latih tanding saat ini. Ia bisa merasakan bahwa dirinya sedang diuji oleh kapten timnya, Seijuurou, untuk melihat seberapa bisa dia meng-handle situasi saat bermain tanpa komando dari Seijuurou sendiri.
Menjadi pemain first string pasti memiliki beban yang seperti itu.
Bola berhasil sampai ke tangannya. Tanpa membuang waktu, ia segera mendribble bola tersebut dan memasukkannya ke dalam ring. Semuanya bersorak gembira.
Easy.
Awalnya dia ingin berkata seperti itu. Tapi entah kenapa, semakin lama permainan terasa semakin sulit. Seperti paham dengan sistem Kise-centre, tim lawan mulai mengunci pergerakannya. Alhasil, lawan mereka berhasil mengejar ketertinggalan poin dan bahkan baru saja mencetak poin tambahan akibat kecerobohan yang dilakukan oleh Kise berulangkali.
Ia kehabisan akal. Yang lain juga sudah mulai terengah-engah dengan tempo bermain di babak ini. Rasanya, mereka terlalu sibuk agar tidak kebobolan lagi. Tapi di satu sisi, yang bisa mereka lakukan hanyalah defense semata.
"Ano, izinkan aku untuk mengoper bola," ujar Tetsuya tiba-tiba.
Eh? Semuanya tercengang. Bagaimana mereka bisa lupa kalau dalam tim mereka juga ada Kuroko Tetsuya. Sejak tadi, mereka dan tim lawan hanya terfokus pada Kise yang meng-carry game. Bisa dibilang, tim lawan mungkin tidak memperhatikan kalau ternyata mereka punya pemain yang satu lagi.
"B-baiklah."
Tetsuya mendekatkan diri pada Kise, "Kise-kun... kali ini kau adalah cahayanya. Aku harap bisabekerja sama denganmu."
"HAHHH?"
Permainan pun dimulai kembali dan masih diawali dengan penjagaan ketat pada Kise. Ini menjadi kesempatan besar untuk Tetsuya melancarkan strateginya.
Tepat ketika bola dioper ke arah salah seorang pemain dari tim lawan, tiba-tiba saja bola tersebut berubah tujuan dan malah hinggap di tangan pemain dari second string bernama, Natsume yang berada tidak jauh dari ring lawan. Posisinya yang berada di area three point cukup menguntungkan dan refleksnya yang cukup cepat membuatnya langsung bergerak dan menembakkan bola pada ring lawan. Sontak seisi gedung olahraga tersebut dipenuhi dengan sorak-sorai dari arah penontonnya. Jangan salah, fans Kise Ryouta banyak yang menonton latih tanding tersebut. Makanya cukup ramai.
Sementara itu, para pemain yang berada di lapangan terdiam membeku. Mereka, bahkan dari pihak Teiko sendiri pun tidak begitu paham mengenai apa yang sedang terjadi. Namun permainan tetap dilanjutkan. Meski ditengah kebingungan, mereka tetap bergerak dan berusaha fokus untuk mengambil alih permainan. Dan formasi tim lawan masih saja sama, di mana Kise tetap dijaga ketat oleh pemain SMP Komagi.
Hanya saja, hal tersebut tidak menghalangi Tetsuya untuk mengubah alur permainan seperti yang dia inginkan. Memang dibiarkan begitu terus hingga akhirnya skor SMP Teiko menjadi unggul, 33 : 24. Perlahan tapi pasti, pihak lawan sudah mulai merasa bahwa tidak ada gunanya bagi mereka untuk terus menjaga si kuning dan kemudian melonggarkan penjagaannya pada Kise.
Sesuai dengan perkiraan Tetsuya. Ia pun mulai mengoper bola pada Kise walaupun tidak begitu sering.
Fokus lawan sekarang hanyalah satu, yakni si phantom berwajah datar dari Teiko yang berhasil mengubah formasi bermain mereka.
Tetsuya juga paham bahwa dampak negatif dari kerja kerasnya saat ini akan membuatnya semakin terlihat. Tapi tidak masalah. Itu memang tujuannya. Selama kewajiban untuk melepaskan Kise Ryouta dari penjagaan tim lawan itu berhasil, ia tidak keberatan.
Sebenarnya hal itu bisa saja dia lakukan lebih cepat. Akan tetapi, ia juga memperhitungkan stamina Kise dan membuatnya memulihkan tenaga lebih lama. Sehingga pada saat ia lolos dari jangkauan tim lawan, saat itulah si kuning bisa beraksi kembali dengan full power. Seperti saat ini.
Tetsuya tersenyum tipis. Sedikit puas dengan strateginya yang berhasil mengelabui pihak lawan. Kini giliran dirinya yang bisa "sedikit" beristirahat. Melihat permainan lawan saat ini sudah cukup hilang fokus.
Hingga akhirnya peluit tanda pertandingan selesai pun dibunyikan. Latih tanding pun berakhir dengan skor 79 : 33. Semua pemain berkumpul di tengah lapangan sembari saling memberi hormat.
Setelah bubar, mereka langsung merapikan barang bawaan mereka masing-masing. Pak Shirogane masih berbincang-bincang dengan pelatih tim SMP Kunigaoka, jadi Tetsuya masih memegang kendali untuk mengarahkan timnya untuk menuju ke bus sekolah bersama dengan dirinya.
Sementara itu, Kise masih diam membungkam seraya mengekori mentornya yang tidak begitu banyak bicara. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya karena ia sudah terlalu menyepelehkan mentor yang menemaninya saat ini hanya karena dia terlihat biasa-biasa saja dan tampak tidak sejago anak first string lainnya. Namun yang mengetahui bahwa dirinya sedang kelelahan hanyalah Tetsuya seorang. Pemain yang lain hanya terus-menerus mengandalkan dirinya untuk mencetak skor tanpa melihat energinya yang cukup terkuras.
Dengan pengalihan yang dilakukan oleh Tetsuya, ia bisa mengatur nafasnya kembali. Bahkan teknik bermain mentornya itu sangat menguntungkan tim mereka karena bisa mengecoh permainan lawan. Ia menggerutu kecil.
"Apa ada masalah, Kise-kun?"
Rupanya ia terlalu banyak melamun sampai-sampai tidak menyadari kalau Tetsuya sudah berdiri tepat di hadapannya. Meskipun hawa keberadaan anak itu memang tipis sih.
"A-ano.." Kise menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan kemudian tiba-tiba membungkuk.
"Gomen-ssu! Sudah menilaimu tidak kompeten!"
Tetsuya hanya berkedip, tidak kaget dengan pernyataan si kuning.
"Tidak masalah. Aku juga berpikir, lebih baik Akashi-kun atau Aomine-kun saja yang menjadi mentormu. Nanti akan kuajukan pa—"
"Iieee! Bukan begitu -ssu! Memang awalnya aku berpikir kalau kamu kurang pantas menjadi mentorku, untuk yang itu aku minta maaf!," akunya sekali lagi dan membungkuk dalam.
"Tapi setelah bermain denganmu, aku bisa melihat alasan kamu yang ditunjuk sebagai mentorku, -ssu. Mungkin staminamu tidak seberapa, tapi kamu mampu untuk melihat situasi dan kondisi terutama teman setimmu. Kau bahkan menyadari kalau aku sudah kelelahan tadi! Kau juga mengecoh lawan agar aku bisa lepas dari penjagaan! Dan wuuzzzhh! Kita bisa menang! Sebaliknya,, aku jadi kagum padamu, -ssu! Kau keren!" lanjutnya bersemangat dengan mata yang berbinar-binar dan dua jempol yang diacungkan.
"Tidak juga," responnya datar.
"Sudah kuputuskan! Mulai sekarang aku akan memanggilmu 'Kuroko-cchi'!"
"Hah?"
Tetsuya melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelasnya. Mereka tiba di sekolah tadi di mana hari sudah senja. Semuanya langsung bergegas mengambil barang mereka masing-masing dan pulang. Apalagi pertandingan tadi cukup melelahkan. Kini yang tersisa di sekolah hanyalah mereka yang mengikuti ekstrakurikuler tertentu. Untuk klub basket first string sendiri sedang diliburkan, besok baru mereka kembali beraktivitas seperti biasa.
Langkahnya terhenti tepat ketika ia ingin melewati ruang musik. Pintunya masih terbuka, hanya saja sudah tidak ada orang di dalamnya.
Ia menekan tombol lampu, seketika ruangan yang gelap menjadi terang-menderang. Disusurnya ruangan tersebut hingga akhirnya perhatiannya tertuju pada sebuah piano klasik yang berada tidak jauh dari jendela. Jemarinya menyentuh tuts-tuts piano tersebut dengan lembut. Ada rasa sedih bercampur rindu yang perlahan menyusup ke dalam hatinya yang hampa.
Menyakitkan.
Tetsuya mendudukkan dirinya pada bangku pianist. Jarinya mulai menari-nari di atas tuts tersebut, menciptakan melodi yang indah nan sendu.
Ah, sudah lama dirinya tidak bermain piano seperti ini.
Kedua iris mata aquamarine nya terlihat berkaca-kaca, namun ia tetap berusaha mempertahankan wajah stoicnya dan tetap tegar. Berjuang untuk meyakinkan dirinya.
'Masihkah ada harapan?,' batinnya memilu.
"Aku kira kau sudah pulang."
Tetsuya terbelalak kaget. Ia langsung menghentikan permainannya dan segera membalikkan badannya ke arah sumber suara. Ia benar-benar tidak menyangka akan mendapati Seijuurou yang sudah melangkah masuk menghampirinya, namun belum jauh dari ambang pintu.
Saking tenggelamnya ia sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Seijuurou.
"Akashi-kun? Kenapa masih di sini?"
"Kau sendiri apa yang kau lakukan sendirian seperti ini?," tanyanya tidak mau kalah.
"Maaf, aku langsung menyuruh yang lainnya untuk pulang karena kupikir Akashi-kun dan yang lainnya sudah tidak ada di sekolah," tambahnya lagi seraya menunduk sopan. Sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan dari kaptennya.
Seijuurou sedang tidak dalam mood untuk bertengkar. Kepalanya sudah lelah dipenuhi dengan urusan OSIS maupun mata pelajaran hari ini. Apa aku belum bilang kalau Seijuurou adalah wakil ketua OSIS yang sedang menjabat?
Sudahlah. Intinya dia ingin ketenangan saat ini.
"Aku sudah mendengarnya dari pelatih. Selamat untuk kemenangan kalian."
"Terima kasih," ujar Tetsuya seraya tersenyum tipis.
Alis matanya tertekuk ketika melihat kedua iris mata pemain bayangannya itu. Ia bisa melihat bahwa kedua mata Tetsuya terlihat seperti sedikit tergenang air? Apa ini? Apa dia menangis? Melankolis sangat anak satu ini.
"Apa terjadi sesuatu?" tanyanya tanpa basa basi.
Yang ditanya hanya mengerjapkan mata dan memasang tampang datar. Mau iba tapi yang ditanya hanya diam tak jelas bikin esmosi.
Seijuurou memijat pelipisnya, "Terserahlah, aku takkan mengusik privasimu. Tapi kalau kau butuh tempat cerita, aku siap mendengarkan."
Dan lagi, Tetsuya hanya menatapnya dengan wajah datar. Seijuurou jadi sedikit bergidik ngeri. Anak ini, tidak kerasukan, 'kan?
"Aku baik-baik saja, Akashi-kun," ujar Tetsuya pada akhirnya membuat Seijuurou cukup lega karena makhluk di depannya ini ternyata masih waras.
Ia mengibaskan tangannya, "lanjutkan permainanmu."
Tetsuya kembali memposisikan dirinya. Jemarinya mulai memainkan melodi yang sama dengan yang ia mainkan sebelumnya. Awalnya Seijuurou hanya memerhatikan permainan Tetsuya, namun karena permainannya cukup menggelitik jiwa bermusiknya, ia pun meraih dan mengeluarkan biola yang tersimpan rapi dalam tasnya. Ia pun mulai memainkan melodi yang sama dengan permainan piano Tetsuya. Walau baru pertama kali bermain musik bersama, tetapi keduanya cukup sinkron.
"Aku terkesan," ujar Seijuurou di sela-sela permainan. "Aku tidak tahu kalau kau cukup pandai dan lihai memainkan piano seperti itu."
"Aku sendiri tidak menyangka. Padahal sudah lama aku tidak menyentuh piano, apalagi memainkannya."
"Kau belajar piano sejak kapan? Otodidak atau ikut les?"
"Sejak balita? Mendiang ibuku yang mengajarkanku," responnya tanpa menoleh.
Alisnya terangkat sebelah. Seakan sedang bertanya dalam diam. Kedua tangannya sendiri masih fasih memainkan biola mengikuti irama. Dalam hati menerka-nerka, mungkin ini yang jadi alasan suramnya si muka datar.
"Akashi-kun sendiri? Apa masih sering bermain biola saat di rumah?," Ia balik bertanya. Kali ini Tetsuya menoleh untuk menatap kedua iris crimson remaja merah yang bertengger di sebelahnya.
"Sudah jarang. Mungkin hanya sekali-sekali saja," balasnya menimang-nimang.
Sekarang fokusnya sudah banyak. Ia tidak lagi memiliki banyak waktu luang untuk hanya berdiam sejenak sambil menikmati alunan melodi dari biola kesayangannya. Kalaupun pulang, paling waktunya hanya digunakan untuk makan, belajar, dan tidur.
?
Tunggu dulu..
'Sering?'
Doumo minna-san~ uwu
Another chapter sudah tiba~
RnR please ?
