Disclaimer

Boboiboy milik Animonsta Studio

AU(canon sedikit)fic ketiga spesial ramadan

happy reading~

o

o

Telepon rumah berdering nyaring ketika Taufan sedang berusaha menyapu kolong-kolong kursi dan meja. Dia menoleh ke kanan dan kiri, mencari kiranya siapa yang akan menjawab panggilan itu. Namun, tidak ada satu pun orang di sekitarnya. Dengan berat hati, remaja yang tengah menenteng hoverboard itu mendekati meja telepon.

"Halo, kediaman Tok Aba di sini."

"Halo, Boboiboy. Ini Yaya."

"Oh, Yaya. Ada apa telepon pagi sekali?"

"Itu ... um ...," gumam Yaya di seberang telepon. Seperti ragu-ragu untuk bicara.

"Kenapa, Yaya? Ada masalah?" tanya Taufan sedikit khawatir. Matanya ikut mengawasi rumah yang menjadi tetangga Tok Aba dengan saksama. Namun, tidak terlihat adanya sesuatu aneh.

"Yaya, kamu masih di sana?"

"Ah ya, Boboiboy. Aku di sini."

"Jadi ...?"

"Aku boleh pesan hot chocolate diantar sekarang?"

"Oh, tentu saja bo—eeeh?!" Taufan tiba-tiba teringat ini baru hari ke tujuh belas mereka menjalankan puasa. "Kamu nggak puasa, Yaya? Kamu sakit, 'kah?"

"... begitulah."

"Baik, baik! Tunggu, ya. Aku buatkan dulu."

o

ooo

o

"Tok Aba, perempuan kenapa ada waktu haid? Sayang pahala besar bulan suci Ramadhan ini jadi mereka lewatkan."

Taufan akhirnya ceritakan tentang apa yang terjadi ketika dirinya yang tidak selesai menyapu dan hilang agak lama.

Jadi, tadi pagi setelah membuatkan pesanan Yaya dengan terburu-buru dan bahan pas-pasan, ia langsung mengantarnya. Ternyata, Yaya tengah duduk di depan pintu sambil memegangi perutnya. Wajahnya pucat pasi, berkeringat banyak sekali, dan terlihat sangat kesakitan.

Saat itu Taufan menawarkan diri untuk membelikan obat atau apa pun yang gadis itu butuhkan. Yaya bilang ingin membeli obat pereda nyeri. Karena kurang spesifik, di pelayan di apotek pun memberikan banyak pilihan.

"Mintakan untuk sakit datang bulan. Kalau ada plester kompres, boleh juga sekalian beli."

Taufan terdiam dengan wajah bodoh ketika membaca pesan itu tadi. Ia ingat saat itu akhirnya dia memberikan ponselnya kepada penjaga di apotek untuk dibaca sendiri.

Pelayan wanita itu tersenyum geli melihat kebingungan di wajah Taufan. Wanita muda itu kemudian memberikan dua botol minuman rasa ... kunir? Ditambah satu kompres perut. Memang ada ya, kompres untuk perut? Taufan baru melihatnya. Lalu, setelah memberikan dua jenis obat itu, Taufan masih ditanya apakah membutuhkan pembalut juga. Tanpa bertanya lagi kepada Yaya, Taufan ambil sajalah semua. Toh, Yaya juga menitipkan uangnya cukup banyak.

"Atok, kasihan tadi Yaya. Sakit perutnya. Apa haid itu semacam penyakit?"

Tok Aba tersenyum mendengar cerita Taufan. "Hei, darah haid itu bukan jenis penyakit apa pun. Atok dulu pernah ada di posisi kamu, Taufan."

"Atok ... pernah belikan pembalut untuk Yaya?" tanya Taufan dengan polosnya.

"Tidak, bukan Yaya." Tok Aba menggeleng. "Baguslah kamu dapat bekal pengetahuan baru."

"Bekal?"

"Benar." Tok Aba menghentikan kegiatannya menyusun kaleng-kaleng cokelat di lemari stok. Beliau menghadap sepenuhnya kepada pecahan cucu kesayangannya itu.

"Begini Taufan, secara pengetahuan ilmiah darah haid atau menstruasi adalah tanda bahwa rahim seorang perempuan tidak ada pembuahan. Singkatnya, dia tidak sedang hamil."

"Jadi, kalau hamil mereka tidak akan haid? Kenapa bisa begitu?"

Tok Aba mulai membantu Taufan mengelap cangkir-cangkir keramik yang dicucinya.

"Darah haid menjadi bentuk makanan untuk janin yang ada di dalam rahim. Tadi Atok bilang darah haid itu ada di dinding rahim, jika tidak ada janin yang memakannya, maka darah itu akan dikeluarkan. Proses terjadi kembali dalam rentang waktu 28 hari, jika siklusnya normal. Ini adalah salah satu tanda bahwa rahim akan selalu siap sedia ketika terjadi pembuahan."

"Dalam ajaran Islam, perempuan yang sedang haid itu sedang diistirahatkan oleh Allah."

Taufan mengangguk-angguk mendengar penjelasan singkat kakeknya. Ini memang pengetahuan baru. Yang Taufan tahu tentang wanita menstruasi itu hanya harus memakai pembalut dan berhenti beribadah salat.

"Kabar baik dari semua itu sebenarnya mereka—wanita yang sedang haid—itu tetap menerima pahala yang sama seperti hari-hari ketika mereka suci. Maka dari itu, jika mereka rajin beribadah dan beramal baik selama masa suci, pahala yang mereka dapat di waktu haid pun tetap Allah berikan secara sempurna."

Taufan berbinar kagum. Mulutnya yang biasa sulit untuk diam saja kali ini hanya mampu mengatakan 'maasyaallah' dalam hatinya.

"Lagi, sakit perut pada saat haid pun menjadi penggugur dosa-dosa mereka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya siapa saja wanita yg mengalami haid maka sakitnya haid yang mereka alami akan menjadi kafarah (tebusan) bagi dosa-dosanya yang terdahulu."

Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Taufan merasakan getaran hebat di dalam hatinya. Maha Besar Allah dengan segala ciptaannya. Bahkan ada hal baik dari sesuatu yang menurut manusia merugikan. Ingatkan Taufan untuk melihat baik buruknya sesuatu sebelum menilai.


.


Assalamualaikum, kembali lagi sama Lioo dalam fanfiksi ketiga spesial ramadan

Ternyata rasanya beda ya, puasa yang untuk ibadah dan sengaja nggak makan seharian karena nggak mood. banyaaak sekali tantangannya:( tapitapiii Lio masih berpuasa sampai hari iniii—yeay!—eh Alhamdulillah.

mohon maaf untuk banyaknya kekurangan di sini. Lio masih sambil belajar juga. yang mau koreksi pun boleh banget, entah dari tema atau segi penulisan. karena jujur, selain riset yang cukup berat karena banyaaak sekali sumber yang dipelajari, rasanya Lio agak kaku juga dalam menulis.

maunya Lio nulis setiap hari, tapi apalah daya riset satu tema pun lama sekali. mungkin, sampai hari raya nanti Lio ada tulis satu lagi fiksi spesial ramadan. hanyaa belum tau mau tema apa.

soal menstruasi, Lio anggap ini menarik sekali. Lio nggak pernah ketemu tentang hikmah darah ini selain untuk makanan bayi dalam kandungan. dalam Islam, maknanya sebesar itu, ya.

yaampun, sampai jumpa di cerita selanjutnyaa, insyaa Allah.