Chapter 1: I Must've Lost My Mind
"Maaf membuatmu menunggu, Harry," Seorang pemuda menghampiri pemuda lainnya dengan napas yang terengah-engah. "Dan maaf juga karena aku ada latihan dadakan hari ini, jadi kita tidak bisa berkencan," ucapnya penuh penysalan. Atau, setidaknya ia memperlihatkan penyesalannya.
Pemuda bernama Harry itu hanya tersenyum. "Tidak apa-apa, Cedric. Lagi pula pertandinganmu tiga hai lagi, kan?"
"Kau yakin tidak apa-apa?" Cedric kembali memastikan.
Harry mengangguk meyakinkan kekasihnya. "Aku serius, aku tidak apa-apa." Harry tidak memaksakan senyumnya lagi kali ini. Ia membiarkan suaranya terdengar datar dan tidak bersemangat.
"Lihatlah pasangan bodoh yang menghalangi jalan ini."
Harry dan Cedric menoleh ketika mendengar suara dengan nada mengejek itu. Keduanya mengernyit tidak suka saat Draco Malfoy berdiri di belakang mereka bersama dua pengikutnya seperti biasa.
"Pasangan bodoh dengan pembicaraan bodoh mereka," ucap Draco sambil berlalu dan anehnya membuat pengikut-pengikutnya tertawa. "Si Kacamata Konyol dan Otak Futsal. Pasangan yang aneh,"
"Malfoy," Cedric hanya bisa mengeram ketika pemuda berambut pirang itu melewati mereka.
Harry yang sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Draco hanya menghela napas. Terkadang tidak memedulikan orang yang menyebalkan itu adalah pilihan terbaik. "Kalau begitu aku pergi dulu, aku ada kelas," kata Harry pada Cedric.
"Baiklah, kalau begitu," balas Cedric dan tersenyum.
Harry tidak langsung melangkahkan kakinya pergi, ia terdiam lama di tempatnya sambil menatap Cedric.
Cedric memandang Harry yang masih belum pergi dengan bingung. "Ada apa? Kenapa kau masih belum pergi? Ada yang ingin kau katakan lagi?"
Harry mengalihkan tatapannya dari Cedric dan menggeleng. Merasa kecewa. "Tidak, aku akan pergi, sekarang,"
"Hm, aku juga akan pergi sekarang," ucap Cedric ketika Harry membalikkan badannya. Ia pun segera pergi tanpa menoleh lagi kepada Harry.
"Pasangan aneh," gumam Harry sambil berjalan menuju fakultasnya. "Aku setuju dengan Malfoy untuk hal ini."
.
Kuliahnya berakhir, kini Harry duduk di halte bus dan terus memeriksa ponselnya yang terasa begitu sepi. Ia terus mencari apakah mungkin ada panggilan dari Cedric yang ia lewatkan, tetapi tidak ada.
Harry menyadarinya. Hubungannya dan Cedric tidak lagi sama seperti sebelumnya. Cedric baik, perhatian dan ramah padanya. Hanya saja, Harry tidak tahan dengan jadwal sibuk kekasihnya itu.
Sebenarnya "sibuk" adalah kata yang kurung tepat untuk digunakan. Harry akan maklum jika Cedric benar-benar sibuk dengan kegiatannya, seperti futsal, organisasi mahasiswa, dan lainnya. Tapi Harry tahu, sangat tahu, bahwa lebih dari sebagian kesibukan Cedric adalah berkumpul dengan teman-temannya.
Sejak awal mereka berkencan, Cedric lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-teman seperkumpulannya dibanding dengan Harry. Mungkin Harry akan lebih senang jika Cedric mengajaknya berkumpul sekali pun Harry tidak mengenal teman-temannya, tapi pemuda itu sama sekali tidak pernah mengajaknya.
Lama hanya diam, akhirnya Harry berdiri dan segera meninggalkan halte bus. Ia ingin menjernihkan pikirannya.
Harry melihat jam tangannya, menyadari jika sekarang baru jam delapan malam. Padahal ia sudah berjalan begitu lama, namun waktu berjalan begitu lambat. Ingin mengistirahatkan kakinya sejenak, Harry berjalan menuju klub malam yang memang biasa ia datangi saat merasa bosan.
Harry duduk diam di sudut, sama sekali tidak menyentuh minumannya. Pandangannya terfokus pada orang-orang yang menari di tengah ruangan. Satu orang mencuri perhatiannya.
Draco Malfoy. Harry sering melihat Draco di sini. Dikelilingi oleh banyak orang dan selalu berhasil membawa pergi satu orang gadis cantik.
Harry memperhatikan Draco begitu lama. Sangat lama hingga ia tidak sadar bahwa Draco juga sedang menatapnya. Barulah ketika Draco berjalan ke arahanya, Harry cepat-cepat mengalihkan pandangan. Ia mengambil gelasnya dan berpura-pura tidak menyadari keberadaan Draco di sampingnya.
"Berhenti bertingkah bodoh."
Suara dingin Draco mengejutkan Harry. Bukan karena pemuda itu yang tiba-tiba mengajaknya bicara. Tapi karena Harry bisa merasakan betapa dekatnya Draco bicara dengannya.
Harry seketika menoleh ke samping dan mendapati wajah Draco berada tepat di depan wajahnya. Harry bahkan bisa merasakan napas hangat Draco menerpa kulitnya. Dan sayang sekali, Harry gagal menahan dirinya untuk tidak terpesona pada wajah tampan Draco.
Draco menampilkan sebuah seringai setelah berhasil membuat Harry langsung terdiam. "Aku orang yang bebas. Kalau kau mau bergabung denganku, maka berdiri. Jangan cuma diam dan melihatku saja."
"Siapa juga yang melihatmu," balas Harry sambil mendorong Draco menjauh.
Masih dengan seringai di wajahnya, Draco kemudian memilih untuk duduk di kursi di depan Harry. "Keberatan jika aku menemanimu, Potter?"
"Iya."
Draco hanya tertawa mendengar jawaban lugas Harry. Namun ia sama sekali tidak peduli. Draco tetap duduk di tempatnya dan memperhatikan Harry yang sedang meminum minumannya. Draco tahu betul alasan Harry minum sekarang hanyalah untuk menghindari tatapannya.
"Apa kau biasanya minum sendirian begini?" tanya Draco sambil menopang dagu dengan sebelah tangannya.
Harry melirik Draco sekilas dan meletakkan gelasnya. "Untuk apa aku memberitahumu?"
"Well, aku hanya penasaran," Draco sama sekali tidak memutus kontak mata mereka. "Seseorang yang punya pacar sepertimu tidak akan minum sendirian. Apa pacarmu bahkan tidak tahu kalau kau sering minum tanpanya?"
Anggaplah suasana hati Harry sudah berada di dasar dari tadi. Dan sekarang Draco makin memperburuknya dengan membawa-bawa pacarnya dalam hal ini. "Bukan urusanmu," kata Harry ketus dan berdiri. Apa pun itu, Harry hanya ingin segera pergi dari hadapan Draco sekarang.
Bukannya kesal dengan nada bicara Harry padanya, Draco malah tertawa pelan. Ia ikut berdiri dan berjalan menuju Harry yang sedikit kehilangan tenaga pada kakinya. Ia pun dengan sigap menopang tubuh Harry saat pemuda Potter itu hampir terjatuh.
"Kau tahu, Potter. Semua gadis sekarang sedang menatapmu dengan iri. Tidakkah kau merasa menjadi orang paling beruntung malam ini?" bisik Draco pada Harry.
Harry mendecih, tapi kemudian ia memasang senyum di wajahnya. Harry bahkan memperbaiki posisinya hingga ia dan Draco saling berhadapan. "Kalau begitu tunjukkan padaku. Bagaimana rasanya menjadi orang paling beruntung malam ini, Malfoy."
Bohong kalau Draco bilang ia tidak terkejut dengan perubahan sikap Harry. Tidak pernah Draco sangka jika Harry akan menanggapi perkataannya. Harry Potter yang biasa dihadapinya tidak mungkin bicara seperti itu. "Kalau kau hanya ingin bercanda, sebaiknya kau berhenti. Sekali saja aku sudah memulainya, kau tahu bagaimana ini akan berakhir."
Harry mendengus pelan. "Aku tidak tahu bagaimana ini akan berakhir," ucap Harry dengan berani. Ia kemudian berbisik, namun dapat di dengar begitu jelas oleh Draco. "Bagaimana jika... kau menunjukkannya padaku."
.
Draco sama sekali tidak ragu-ragu untuk memaju-mundurkan tubuhnya. Ia tersenyum puas melihat pemuda yang kini terkurung di bawahnya. Ia tidak mau menutup mulut Harry dengan ciuman karena menginginkan desahan Harry menyapa telinganya.
"Bukankah kau terlalu menikmati ini?" Draco berbisik di telinga Harry.
Harry benar-benar sudah kehilangan akalnya. Ketika pemuda Malfoy itu terus bergerak di dalamnya, Harry makin dibuat merinding mendengar suara rendahnya. Harry bahkan tidak bisa mencari kata-kata yang tepat untuk membalas Draco ketika dia mempercepat temponya.
"Ngh! Draco— hah..."
Draco tersenyum makin lebar. "Apa kau baru saja memanggil namaku, hm... Harry?"
Harry tidak menyangkal maupun membenarkannya. Draco mendengarnya sendiri dengan jelas, jadi ia tidak merasa perlu mengatakannya hingga dua kali.
Karena Harry hanya sibuk mendesah dan tidak menjawabnya, Draco berhenti. Ia bahkan menarik penisnya keluar begitu saja.
Tentu Harry langsung dibuat bingung dengan apa yang dilakukan Draco. Padahal ia bisa merasakan bahwa partner mainnya itu sebentar lagi akan keluar. Lalu kenapa sekarang dia malah berhenti?
"What the hell are you playing right now?" Harry menatap Draco tajam.
"Well, aku tidak suka percakapan satu arah." Draco bicara dengan santai. Ia menyeringai melihat raut wajah Harry. Draco pun memajukan tubuhnya hingga kening mereka menempel. "Katakan, Harry. Kau ingin aku melakukan apa padamu?"
Harry mendecih. Ia sangat membenci ini. Tapi tubuhnya sudah sangat lapar menginginkan Draco berada di dalamnya. Harry menggigit bibir bawahnya. "Touch me... Fill me up!" Harry menarik tangan Draco membuat pemuda Malfoy itu menimpa tubuhnya.
Draco tersenyum penuh kemenangan. "You want me?" tanyanya begitu seduktif di telinga Harry. "My name, Harry..."
Harry bisa merasakan jika tubuhnya makin memanas. Dia tahu jika Draco sengaja membuatnya makin terangsang begini. "Draco... please..." Harry makin menarik tubuh Draco mendekatinya.
Draco tertawa puas. Ia pun menarik tubuhnya untuk memberi jarak dengan Harry. Draco pun mengangkat salah satu kaki Harry. Ia kembali bersiap.
"Ngh... Akh!" Meskipun sudah merasakan bagaimana Draco memasukinya sebelumnya, tetap saja Harry tidak bisa menahan diri untuk yang kedua kalinya. Bahkan yang kali ini lebih membuat Harry gila karena Draco langsung bergerak setelah masuk.
"Yes! Right there... Harder!" Harry tidak henti-hentinya meracau ketika Draco menemukan titik kenikmatannya. "Hah... I'm cu— I'm cuming!"
Baik Harry maupun Draco mendesah panjang ketika keduanya keluar bersama. Sperma Harry menyembur sampai membasahi perut Draco. Sedangkan Draco sendiri mengeluarkannya di dalam Harry. Ia tersenyum puas saat melihat cairan putihnya sampai merembes keluar.
Draco mengusap wajah Harry dengan lembut. "Kau memerasku hingga segini banyak. Bertaruh kalau aku lebih baik dari dia, kan?"
Harry tidak langsung menjawab. Ia malah mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu pandang dengan manik kelabu itu. "I... I don't know."
Kening Draco sampai berkerut dengan reaksi aneh Harry. "Tunggu, jangan bilang kalau..."
Harry mendorong Draco yang semakin mendekat kepadanya. Tapi Harry bukan bermaksud untuk menyingkirkan Draco dari hadapannya. Ia malah mendorong Draco hingga berbaring di atas ranjang dan kemudian mengambil posisi di atas Draco. "Memangnya kenapa kalau aku belum pernah melakukannya dengan Cedric? Aku bukan orang mesum yang hanya memikirkan seks sepertimu."
Draco tertawa. Ia tidak menyangka jika perkataan seperti itu keluar dari mulut seseorang yang kini berusaha untuk memasukkan penis orang yang bukan pacarnya kedalam dirinya.
Sebuah desahan pelan keluar dengan mulus dari bibir Draco ketika ia lagi-lagi berada di dalam Harry. Ia mendengus melihat Harry yang bergerak naik turun untuk memuaskan dirinya. "Si bodoh itu tidak tahu apa yang dia lewatkan. Dia bahkan tidak pernah melihat dirimu yang seperti ini. Sungguh malang."
Harry memperlambat temponya untuk membalas perkataan Draco. "Kau bicara seolah-olah sudah lama ingin melakukannya denganku."
Sebuah seringai kembali muncul di wajah Draco. Ia memegang pinggan Harry dan bangkit. Sekarang berganti posisi, Draco yang ada di atas. Ia menatap Harry dengan intens. "Bagaimana jika aku bilang bahwa itu benar?"
Harry lupa untuk berkedip sesaat. Entah karena wajah tampan Draco yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya, atau memang karena pertanyaan Draco. "Kau... Kau pasti sudah gila."
Seringai di wajah Draco berganti menjadi sebuah senyum. Senyum misterius yang Harry pun tidak tahu apa artinya. Draco pun membiarkan kepalanya beristirahat di ceruk leher Harry. "Hm, aku pasti sudah gila." Dan ia perlahan menutup matanya. Membiarkan dirinya tenggelam dalam aroma manis Harry sebelum malam ini berakhir.
.
.
TBC
.
.
.
A/N
Akhirnya memutuskan untuk publikasi-in cerita ini! Ini cerita Drarry pertama yang aku buat jadi multichapter... Moga-moga kalian suka ya, mengingat ini rada-rada ntr :)
And, thanks buat yang udah mampir! Silahkan tinggalkan jejak kalau berkenan~
See you!
Virgo
