-besoknya-
"Sakura, mengenai persiapan.. Hei.. Kau baik-baik saja? Kau sepertinya kurang focus sejak pagi tadi." tanya Sasuke memecahkan lamunan Sakura.
"Ya.. Ada apa?" tanya Sakura kembali focus.
"Mengenai persiapan pengawalan Gaara-san ke acara ulang tahun Angkatan udara 2 hari lagi. Apa kau akan ikut pengawalan?" tanya Sasuke.
"Aku akan ikut pengawalan. Aku hanya akan berpisah sebentar dengan kalian disana." ucap Sakura mengecheck jadwalnya untuk acara itu.
"Baiklah.." jawab Sasuke yang kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya.
"Sasuke, ayo pergi." ucap Sakura yang melihat jam tangannya, menyadari sudah saatnya mengawal Gaara ketempat rapat.
"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Sasuke lagi.
"Aku sudah bilang untuk tidak ikut campur dalam urusan pribadikukan? Aku baik-baik saja." ucap Sakura tajam.
"Hah, baiklah." ucap Sasuke segera merapikan berkasnya dan bersiap pergi, mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih. Pagi itu memang Sakura datang dengan keadaan sedikit lemas dan mata sedikit membengkak seperti habis menangis.
Rapat hari inipun berlangsung dengan lancar. Gaara berhasil menanda tangani pembelian alat tempur baru untuk para tentara dengan bekerja sama dengan Prancis. Setelahnya Gaara kembali ke kantornya karena ada acara makan malam dengan partainya dikantor.
"Hargh.."
"Apa yang membuatmu sampai menghela nafas begitu Sakura?" tanya Gaara saat mereka berjalan dilorong menuju kantor Gaara itu.
"Maafkan saya pak. Saya tidak sadar melakukannya." ucap Sakura yang memang tidak sengaja menghela nafas berat itu.
"Jadi apa yang menyebabkanmu seperti itu?" tanya Gaara penasaran.
"Bukan apa-apa pak." jawab Sakura yang sebenarnya sedikit merasa lelah hari itu.
"Apa karena ada Sasuke kau tidak bisa mengatakannya?" tanya Gaara menatap Sasuke yang sedikit terkejut dengan pernyataan Gaara itu.
"Tidak pak." jawab Sakura lagi.
"Знаешь, мы могли бы так поговорить об этом, и он бы не понял. (Kau taukan kita bisa membahasnya seperti ini dan dia tidak akan paham)." ucap Gaara yang tiba-tiba berbahasa Rusia. (percakapan yang di bolt menggunakan Bahasa rusia)
"Aa.. ini bukan hal yang penting pak." balas Sakura dengan Bahasa rusianya.
"Sungguh? Aku rasa kau berbohong." ucap Gaara tidak percaya.
"Saya hanya sedikit lelah. Setelah beristirahat saya akan baik-baik saja." jawab Sakura.
"Setelah pulang nanti, berendamlah untuk menghilangkan lelahmu dan segera tidur." saran Gaara.
"Terima kasih pak." jawab Sakura.
"Aku tau kau ke sana pagi ini Sakura. Jadi tidak perlu menutupinya." ucap Gaara sukses membuat kaget Sakura.
"Ah.. Bagaimana anda bisa.." ucap Sakura bingung.
"Aku mengetahui segala hal tentangmu. Bahkan kebiasaanmu mengemut permen mint disaat kau merasa mulai mengantuk." ucap Gaara santai.
"Sepertinya saya terlalu meremehkan anda." ucap Sakura tertawa.
"Bukankah ini tidak adil pak." ucap Sasuke kesal karena tidak memahami pembicaraan keduanya.
"Sakura hanya membahas persiapan berangkatnya ke Prancis." ucap Gaara berbohong sedangkan Sakura kembali focus.
"Berapa banyak bahasa asing yang harus saya pelajari agar anda tidak bisa membohongi saya pak?" sindir Sasuke.
"Hahahaha. Aku tidak pernah membohongiku, tapi memang ada beberapa hal yang tidak perlu kau taukan." ucap Gaara.
"Gaara-san benar, anggap saja ini training singkat supaya kau terbiasa untuk tidak ikut campur dan tau batasan." ucap Sakura tajam.
"Hah? Kenapa kau terus-terusan membahas itu?" ucap Sasuke sedikit kesal.
"Sampai kau paham." ucap Sakura acuh.
"Kalian berdua, hentikan." ucap Gaara menengahi sebelum terjadi 'pertumpahan darah'
"Maaf pak." ucap Sasuke mengalah.
"Ngomong-ngomong Sakura.. Apakah jadwalku 2 hari lagi ada yang kosong?" tanya Gaara ketika memasuki ruang kerjanya itu.
"Dijam berapa pak?" tanya Sakura membuka buku yang selalu ia bawa itu.
"Sekitar jam 5 sore hingga 10 malam." jawab Gaara sembari menyibukkan pandangannya didepan komputernya.
"Hanya ada jam senggang selama 2 jam pak. Dari jam 5 sore hingga 7 malam. Apakah ada kegiatan yang ingin bapak datangi?" tanya Sakura memastikan.
"Aku berencana datang ke acara reuni sekolah kali ini. Yaa.. Walaupun sebagian karena ada paksaan dari pihak sekolah dan ayahku." ucap Gaara jujur.
"Aa.. Jika anda ingin datang saya akan coba mengatur jadwal agar tidak bentrok dengan acara makan malam dengan bapak presiden." jawab Sakura.
"Baiklah. Aku minta tolong ya Sakura." ucap Gaara.
-skip time-
"Kau sudah mau pulang?" tanya seorang pria memasuki ruang kerja itu.
"Bukankah mengetok pintu sebelum masuk keruangan seseorang merupakan basic manner Sasuke. Biarkan pintunya terbuka, aku tidak suka berada dalam satu ruangan denganmu, terlebih ruangan tertutup." ucap Sakura yang hanya melirik singkat kearah pintu masuk kantornya itu dan kembali sibuk didepan laptopnya.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan dan aku rasa sebaiknya tidak didengar orang lain." elak Sasuke.
"Aku tidak peduli apa pendapatmu. Ini ruanganku. Kalau kau merasa pembahasan bukan sesuatu yang layak dibahas saat bekerja maka jangan bahas." ucap Sakura ketus.
"Maaf, bukan itu maksudku." ucap Sasuke menghela nafas lelah.
"Kalau tidak ada yang mau kau bahas keluarlah." ucap Sakura lagi.
"Sakura, apa tidak bisa kita memulai semuanya dari awal lagi? Aku tau apa yang dulu sudah aku lakukan bukanlah hal yang benar, tapi.." belum selesai Sasuke berbicara tiba-tiba saja Sakura menutup layar laptopnya dan segera merapikan barang-barangnya, bersiap untuk pergi.
"Aku tidak akan bosan mengatakannya. Bicaralah lagi denganku saat kau sudah tau yang sebenarnya. Sampai saat itu tidak ada yang perlu dibahas." ucap Sakura dingin.
"Mau sampai kapan kau bersikap kekanakan? Apa kau tidak merasa sikapmu ini hanya menganggu ritme kerja kita?" tanya Sasuke tiba-tiba.
"Aku tidak peduli pada penilaianmu. Keluar. Aku mau pulang." ucap Sakura mendorong Sasuke kencang agar keluar dari ruangannya itu.
"Kau tau kalau saat ini kau sudah keterlaluan?" tanya Sasuke memegang pergelangan tangan Sakura.
BRUK!
"Ugh.."
"Sakura hentikan! Kenapa kalian berkelahi disini?!" teriak pria berambut orange dengan badan tinggi besar itu menghampiri keduanya.
"Uchiha, aku akan membunuhmu kalau sekali lagi kau menyentuhku. Aku sudah terlalu banyak mentoleransi kelakuanmu selama ini." ucap Sakura yang berada diatas tubuh Sasuke, memelintir tangan kanan pria itu setelah berhasil membanting Sasuke dengan satu gerakan cepat.
"Sakura, hei. Kau bisa mematahkan tangannya." ucap Juugo menasehati.
"Berhenti mengangguku." ucap Sakura akhirnya melepaskan Sasuke setelah mendengar pria itu merintih kesakitan. Sakura tidak ambil pusing dan segera pergi dari sana setelah mengunci pintu ruang kerjanya itu.
"Apa yang kau lakukan hingga memancing emosinya?" tanya Juugo, menatap Sasuke yang mengecheck kondisi lengannya itu.
"Akh.. Bukan apa-apa." jawab Sasuke cepat, ia merasa tangannya akan patah jika Sakura tidak segera melepaskannya.
"Dia tidak akan melakukan hal itu jika kau tidak mengusiknya. Bukankah Gaara-san sudah menasehatimu untuk tidak mengusiknya." nasehat Juugo.
"Kau tidak tau apa-apa." ucap Sasuke kesal.
"Bena raku memang tidak tau apa-apa. Tapi aku tau kau terus menganggunya, mengusiknya hingga membuatnya tidak nyaman. Selama ini dia sudah cukup bersabar menanggapi sikap kekanakanmu. Aku tidak tau masa lalu apa yang kalian punya. Tapi hargailah keputusannya, karena tidak semuanya tentang kau dan tentang keinginanmu yang harus terpenuhi." nasehat Juugo sebelum akhirnya meninggalkan Sasuke yang masih terduduk dilantai itu. Merasa tertampar oleh ucapan Juugo.
-2 hari kemudian-
"Bukankah lebih baik kalau kau langsung ke pangkalan Sakura?" tanya Gaara saat mereka dalam perjalanan menuju pangkalan udara untuk menghadiri acara ulang tahun Angkatan udara itu.
"Tidak apa-apa pak. Tidak banyak persiapan yang perlu saya lakukan karena kemarin saya sudah mengurusnya." jawab Sakura mantap.
"Baiklah kalau begitu." ucap Gaara percaya pada Sakura.
"Sasuke. Aku harus melakukan pengecheckan ulang. Mohon bantuannya." ucap Sakura saat mereka sudah tiba dipangkalan.
"Aku tau. Pergilah." ucap Sasuke yang mengawal Gaara menuju ruang pertemuan dengan pejabat tinggi disana.
Acara itupun dimulai. Gaara yang ikut terbang menggunakan pesawat tempur dengan Sakura sebagai pilotnya itu merupakan acara puncak hari itu. Sakura melakukan beberapa gerakan manufer sulit diudara sebelum akhirnya kembali mendarat.
"Anda baik-baik saja pak?" tanya Sakura yang membantu Gaara turun dari pesawat tempur itu.
"Kemampuanmu memang tidak pernah diragukan." ucap Gaara tertawa puas.
"Kau sangat keren tadi." ucap Sasuke memuji Sakura.
"Aku hanya melakukan rutinitasku yang biasa." ucap Sakura acuh, tidak menanggapi pujian itu sama sekali.
"Apa kalian berkelahi?" tanya Gaara curiga dengan sikap keduanya.
"Tidak pak. Saya hanya menegaskan kepada Uchiha-san untuk tidak terus-terusan melewati batas dan mengurusi kehidupan pribadi saya." ucap Sakura tajam.
"Sasuke, apapun yang sedang kau coba lakukan atau rencanakan itu, hentikan sekarang juga. Sakura aku harap kau bisa lebih professional dan tidak terlalu membawa masalah ini dalam pekerjaan." nasehat Gaara.
"Baik pak." jawab keduanya patuh.
Sesuai jadwal, jam 6 sore rombongan Gaara tiba di hotel tempat reuni diadakan.
"Selamat datang pak." Ucap butler di hotel itu menyapa Gaara yang baru saja masuk dengan pengawalan ketat dari Sakura dan Sasuke.
"Dimana tempatnya Juugo?" tanya Sasuke pada ajudan Gaara yang datang lebih dulu ketempat itu untuk mengamankan lokasi.
"Ruangan dilantai 5." ucap Juugo mengarahkan Gaara dan rombonganya itu menuju lift.
"Terimakasih banyak." ucap Sakura sebelum memasuki lift itu.
"Selamat datang tuan." ucap butler yang ditugaskan membukakan pintu ball room itu.
"Terimakasih." ucap Gaara ramah.
"Tuan.. Apakah saya boleh berfoto dengan anda?" tanya butler itu ragu.
"Tentu." ucap Gaara dengan senang hati. Memang disaat itu pada umumnya tamu sudah memasuki area ball room dan tergolong sepi karena Gaara hanya dikerubungi ajudannya saja.
"Aku akan bantu fotokan." ucap Sakura menawarkan diri.
"Te.. Terimakasih nona." ucap butler itu.
"Sasuke." Sakura menyerahkan buku yang selalu dia bawa pada Sasuke agar lebih leluasa mengambil foto.
"Ma.. Maaf nona." ucap butler itu menghentikan langkah kaki Sakura yang bersiap mengawal Gaara lagi.
"Ya?" tanya Sakura menatap butler itu.
"Apakah anda nona Haruno? Haruno Sakura yang ada diberita? Lalu anda tuan Uchiha Sasuke benar?" tanya pria itu lagi dengan antusias.
"Berita?" tanya Sakura bingung.
"Tentang terrorist di amerika dimana anda menyelamatkan banyak delegasi negara. Salah satunya delegasi dari Prancis." terang pria itu.
"Aa.. Berita itu.." gumam Sakura yang bingung harus menanggapi seperti apa.
"Apakah saya bisa meminta tanda tangan anda?" tanya pria itu dengan polosnya.
"Aa.. Konohamaru benar? Aku tidak bisa memberikan tanda tanganku sembarangan, itu akan melanggar kode etikku." tolak Sakura halus, membaca sekilas papan nama yang terpasang dibajunya. Beberapa waktu yang lalu memang Sakura dipanggil kepangkalan dan diperingatkan untuk tidak sembarangan memberikan tanda tangan mengingat dirinya sedang menjadi sorotan publik
"Maafkan saya. Saya tidak berpikir sampai kesana." ucap Konohamaru meminta maaf dengan cepat.
"Santai saja. Wajar jika kau tidak tau." ucap Sakura merasa tidak enak.
"Ba.. Bagaimana dengan foto? Bolehkan saya berfoto dengan nona?" tanya Konohamaru belum mau menyerah.
"Aa.. Itu..." Sakura ragu untuk menerima permintaan yang satu ini mengingat waktu yang semakin habis.
"Tidak apa-apa Sakura. Kita masih punya banyaka waktu." ucap Gaara memberikan izin.
"Baiklah." ucap Sakura setelah mendapat persetujuan dari Gaara.
"Terimakasih banyak nona Haruno." ucap Konohamaru bahagia dan buru-buru kembali mengeluarkan handphonenya.
"Bukan masalah." ucap Sakura. Keduanya kemudian berfoto dibantu staff lain, kemudian bergantian dengan Sasuke.
"Apakah nona tau, saat ini anda dan partner anda tuan Uchiha sangat terkenal." ucap Konohamaru bersemangat.
"Hmm? Benarkah?" tanya Sakura ragu.
"Apakah anda tidak mengecheck berita baru-baru ini?" tanya Konohamaru bingung.
"Aa.. Aku tidak sempat karena ada beberapa hal yang harus aku urus." ucap Sakura enggan. Sebenarnya Sakura tidak tertarik dengan berita-berita seperti itu.
"Anda dan tuan Uchiha menjadi top search saat ini." ucap Konohamaru menunjukkan.
"Aa.. Ini akan sangat merepotkan." gumam Sakura.
"Bukankah media social anda juga dibombardir dengan follower baru?" tanya Konohamaru lagi.
"Ya, aku menyadarinya." ucap Sakura baru yang memang tiba-tiba followernya meningkat pesat, melihat hal itu Sakura segera merubah social medianya menjadi private karena mulai merasa rishi dengan beberapa orang yang mencoba mencari tau masa lalunya.
"Saya sangat mengagumi anda nona. Saya sudah lama mem-follow akun social media anda." ucap Konohamaru antusias.
"Benarkah?" tanya Sakura memastikan.
"Sungguh.. Dari awal anda menjabat sebagai ajudan presiden sebelumnya saya sudah sangat tertarik pada anda. Ah.. Bukan dalam artian yang seperti itu, tetapi melihat anda membuat saya ingin mengikuti jejak anda menjadi tentara." ucap Konohamaru bersemangat.
"Kau pasti bisa. Jika kau punya tekat dan berusaha kau pasti bisa." ucap Sakura menyemangati.
"Saya tidak yakin nona. Lagipula saya harus merawat kakek saya." ucap Konohamaru sedikit curhat.
"Kakek? Bagaimana dengan.." Sakura enggan untuk bertanya tentang hal sensitive itu.
"Orang tua saya sudah lama meninggal nona." jawab Konohamaru santai.
"Maafkan aku." ucap Sakura merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa nona. Terimakasih sudah menyemangati saya." ucap Konohamaru senang.
"Ambillah. Hubungi aku jika kau ada masalah." ucap Sakura memberikan kartu namanya.
"Terimakasih nona.. Maaf sudah menahan tuan Gaara selama ini." ucap Konohamaru menyadari dirinya menahan rombongan Gaara.
"Wah.. Lihat siapa itu." Ucap orang-orang yang mulai berisik ketika melihat Gaara masuk dikawal Sasuke dan Sakura segera bersalaman dengan kepala sekolah dan ketua Yayasan sekolah itu.
"Akhirnya anda setuju untuk datang pak. Pantas saja gedung ini dijaga lebih ketat dari biasanya." Ucap pria berambut silver itu.
"Kakashi sensei jangan seperti ini. Saya jadi tidak enak." ucap Gaara canggung.
"Wah lihat ini.. Dua prajurit kebanggaan negara kita juga datang." ucap Kakashi.
"Tentu saja kami datang karena kami ajudan pribadi Gaara-san." ucap Sasuke sarkas.
"Kau memang tidak pernah berubah." ucap Kakashi hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Itu Sakura yang itu?" bisik-bisik tidak enak mulai terdengar.
"Sakura, kau baik-baik saja?" tanya Gaara menyadari bisik-bisik yang mulai mengganggu pendengaran itu.
"Saya baik-baik saja pak. Silahkan nikmati waktu anda." ucap Sakura berpura-pura tidak mendengar apapun pembicaraan itu.
"Wah.. Bukankah ini si pelaku criminal yang terkenal dulu?" ucap seorang wanita berambut merah menghampiri ketiganya.
"Karin.." Sasuke yang mendengar ucapan Karin cukup tersulut emosinya.
"Apakah kau mendapatkan tag, pin-pin, dan segala yang terpasang di bajumu itu juga melalui cara yang sama dengan saat kau mendapatkan hadiah-hadiah kecil dari tamumu?" tanya Karin lagi. Bisik-bisik tidak enak semakin jelas terdengar.
"Karin.. Kau tidak seharusnya seperti itu." ucap wanita bersurai indigo itu.
"Hinata. Ayo pergi saja." Ucap pria berambut kuning yang digandengnya.
"Tunggu sebentar Naruto-kun. Sepertinya kau tidak berubah ya." Ucap Hinata melirik rendah Sakura.
"Jika kau merasa begitu. Tapi sepertinya kau juga masih sama seperti dulu ya. Mengurusi urusan yang bukan urusanmu dan membuka mulutmu untuk hal yang tidak penting." ucap Sakura tajam.
"Apa kau bilang?!" Ucap Hinata menahan amarahnya.
"Kalau begitu uruslah urusanmu jangan ikut campur dengan urusanku seperti dulu." Sindir Sakura.
"Hentikan Hinata. Saat ini kau sedang menghina ajudan pribadi Menteri pertahanan." Ucap Sasuke mulai geram.
"Aa.. Maafkan saya senpai. Saya tidak menyangka wanita tidak kompeten ini mengawal anda." ucap Hinata menatap Gaara.
"Tidak kompeten? Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri? Karena seingatku tes untuk bisa menjadi aspri tidak pernah dilakukan secara sembarangan, ada segudang tes yang harus dilalui agar bisa mendapat pekerjaan ini dan lagi Sakura dulunya adalah ajudan presiden yang kemudian diperintah langsung oleh presiden untuk mengawalku sebelum pergantian presiden kemarin. Bukankah itu sama saja dengan kau menghina penilaian presiden kita sebelumnya?" ucap Gaara tajam.
"Haa? Akukan tidak pernah mengatakan itu senpai. Lagipula itukan pendapat presiden yang dulu. Kita tidak tau pendapat presiden yang sekarang." ucap Hinata memeluk lengan Naruto
"Aa.. Sepertinya kau belum melihat siaran berita sore ini ya." ucap seorang gadis merasa miris mendengar ucapan wanita itu.
"Apa maksudnya itu?" tanya Hinata tidak suka.
"Hinata.. Cukup." ucap Naruto yang sudah menonton berita sore itu.
"Ino.." Sakura mengenal siapa gadis yang tiba-tiba ikut mengomentari ucapan Hinata itu.
"Sakura baru saja mendapatkan penghargaan dari presiden karena jasanya beberapa waktu yang lalu melindungi Menteri pertahanan dari serangan terroris di Amerika serta membanggakan negara dengan juga melindungi Menteri pertahanan prancis." terang Ino yang sedari tadi diam-diam mendengarkan percakapan itu mulai terpancing amarahnya mendengar celotehan Hinata.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk mengontrol ucapan Hinatakan." ucap Sasuke menatap Naruto yang berdiri disampingnya.
"Hei, kau ini sebenarnya berpihak pada siapa?" tanya Naruto kesal.
"Akukan sudah memperingatkanmu, aku sudah tidak mau hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku akan berpihak pada pihak yang benar." jawab Sasuke santai.
"Wah, akhirnya Uchiha ini sadar juga. Kalau untuk kalian berdua sepertinya sudah tidak ada harapan ya." sindir Ino.
"Ino hentikan. Jangan memprovokasi mereka." saran Sakura menghentikan sahabatnya itu.
"Hah.. Kau ini terlalu baik tau." ucap Ino akhirnya menghentikan aksinya.
"Sakura.. Sasuke.. Sepertinya aku salah menyelipkan jadwal ini ditengah kesibukanku. Tolong kedepannya ingatkan aku untuk tidak pernah menghadirinya lagi." ucap Gaara bosan.
"Baik pak.." jawab Sasuke dan Sakura patuh.
"Pak.. Sudah waktunya kita pergi agar tidak terlambat." ucap Sasuke melihat jam tangannya.
"Baiklah.. Aa.. Uzumaki.. Aku akan dengan senang hati menyampaikan pandanganmu dan tunanganmu terhadap ajudan dan aspriku pada tuan presiden diacara makan malam kami nanti." ancam Gaara.
"Hentikan." ucap Sakura yang dengan cepat mencengkram mulut gelas itu tepat sebelum red wine itu mengenai Gaara hingga gelas wine itu pecah.
"Sakura!" Sasuke kaget dengan aksi nekat Sakura itu.
"Lepaskan aku!" teriak Hinata yang akan menyiram Gaara itu ditahan Sakura.
"Pak.." Sakura menatap Gaara menunggu arahan dari Gaara,
"Sakura, lepaskan dia. Sebaiknya kita pergi sekarang agar bisa mengobati lukamu dulu." perintah Gaara melihat darah yang terus mengalir dari tangan Sakura.
"Hei! Ini semua gara-gara butler tolol ini yang menabrakku! Ini bukan salahku!" teriak Hinata marah-marah pada seorang butler yang memang berjalan berkeliling membawa baki berisi wine disebuah nampan.
"Hei! Apa kau tidak punya mata! Bagaimana bisa kau menabraknya!" teriak Naruto marah besar.
"Maafkan saya." Ucap butler itu ketakutan.
"Panggil managermu!" teriak Naruto marah besar.
"Sakura perlihatkan tanganmu." ucap Sasuke yang memegang perlahan tangan kiri Sakura, membersihkannya dengan air bersih yang dibawakan butler lain. Sakura mendapatkan luka robek ditelapak tangannya, darah tidak berhenti mengalir dari sana. Dengan cepat Sasuke mengeluarkan sapu tangannya dan melilit tangan Sakura.
"Hentikan. Dia tidak salah. Bukankah kau yang memang memiiki niat menyiram tuan Gaara dengan sengaja Hinata?" ucap Sakura menghentikan perdebatan itu, tidak peduli dengan kondisi tangannya saat menyadari butler yang dituduh itu adalah butler yang berfoto dengannya tadi.
"Aku tidak mungkin melakukan itu." Ucap Hinata cepat.
"Nona.. Saya benar-benar minta maaf.. Saya akan bantu bersihkan sepatu nona. Sa.. Saya juga akan bertanggung jawab pada luka anda nona Haruno." Ucap Konohamaru itu ketakutan menatap sepatu Hinata yang kotor dan juga tangan Sakura yang terluka.
"Kau akan mengganti rugi biaya pengobatan dan juga mengganti sepatu tunanganku yang kotor itu." Ucap Naruto tegas.
"Dobe apa kau gila? Dengan gajinya selama setahun dia belum bisa membeli sepatu itu dan lagi biaya pengobatan apa yang kau maksud? Tunanganmu terlihat baik-baik saja." Ucap Sasuke membuat butler itu memucat dan menyadari Hinata memakai sepatu keluaran chanel seharga 300.000 yen itu.
"Aku tidak peduli." Ucap Naruto lagi.
"Sa.. Saya.. Maafkana saya tuan.. Saya tidak memiliki uang sebanyak itu, tapi saya akan pastikan sepatu itu bersih kembali." Ucap pelayan itu ketakutan.
"Kyaa! Kenapa kau tiba-tiba menyentuhku!" teriak Hinata saat butler itu mencoba membersihkan sepatunya dari noda red wine itu yang malah memperparah noda di sepatu berwarna putih itu.
"Kau!" Naruto yang naik pitam menarik kerah baju butler itu.
"Lepaskan dia." Ucap Sakura kesal.
"Wah.. Wanita gila ini benar-benar menjadi besar kepala hanya karena pin yang tidak berharga dibajunya." ejek Naruto mendorong Sakura, melihat itu Sasuke sudah bersiap mendorong Naruto balik tetapi ditahan oleh Sakura.
"Sepatu itu dan biaya pengobatan Hinata akan aku ganti. Jadi hentikan keributan tidak penting ini." Ucap Sakura mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu namanya.
"Sakura.." Sasuke dengan cepat mengambil kartu nama itu, mencegah Naruto dan Hinata mengambilnya duluan.
"Kirimkan padaku rincian biaya pengobatanmu dan juga tipe serta ukuran sepatumu itu. Aku akan menggantinya. Jadi jangan coba-coba menghancurkan masa depan anak itu seperti kau menghancurkan masa depanku dulu." Ucap Sakura dingin, mendengar itu Naruto tiba-tiba saja merasa darahnya mendidih dan menampar keras wajah Sakura.
"Sakura?!" melihat itu segera Sasuke mendorong Naruto menjauh hingga pria itu jatuh terduduk.
"Nona.. Anda baik-baik saja? Seharusnya anda tidak perlu melakukan ini." Ucap Konohamaru merasa tidak enak.
"Tenanglah.. Ini bukan salahmu Konohamaru." Ucap Sakura membela.
"Saya pasti akan menggantinya nona." Ucap Konohamaru lagi.
"Gantikanlah dengan bekerja keras serta kesuksesanmu." Ucap Sakura tersenyum.
"Aku rasa tuan presiden dan duta negara untuk cina akan sangat senang mendengar ini semua." ancam Gaara menatap tajam Hinata dan Naruto.
"Pak.. Waktu kita sudah mepet." ucap Sakura mengingatkan.
"Ayo pergi. Aku tidak mau berkumpul dengan binatang-binatang ini lebih lama." ucap Gaara berlalu pergi bersama Sasuke dan Sakura.
"Apa yang terjadi?" tanya Juugo saat melihat Gaara dan ajudannya itu keluar dari ball room hotel dengan keadaan tangan Sakura berlumuran darah dan pipinya memerah sedikit bengkak.
"Ayo kita kerumah sakit dulu." perintah Gaara.
"Tidak pak. Anda akan terlambat." tolak Sakura.
"Apa maksudmu? Terlambat sedikit bukan masalah Sakura." ucap Gaara kaget.
"Pak, rumah sakit dan istana presiden berlawanan arah. Saya akan segera kerumah sakit setelah memastikan anda datang tidak terlambat." ucap Sakura tegas.
"Pak, tidak akan ada gunanya berdebat dengannya. Dia pasti tetap akan teguh dengan pendiriannya." ucap Sasuke mengingatkan.
"Baiklah. Tapi segera hentikan dulu pendarahanmu saat tiba di istana negara. Sasuke, pastikan dia mendapat pertolongan pertama." ucap Gaara memerintahkan.
"Baik pak." ucap Sasuke paham.
TBC
