No reply, for now. Maybe next Chapter.
Happy Reading! :D
Chapter 297: Highijinx
Terlihat meja makan set lengkap di atap rumah Hibatur.
Girl-chan menatap Hibatur dengan wajah datar. "Jangan tanya kelakuan siapa."
"Lemme write up the list." Hibatur mengeluarkan kertas catatan dan pulpen untuk menulis daftar.
Mathias
Tumma se'aer~ nyumur se'ember~
Salem pas
Zen-Zen tsukamenai kimi no koto~
Federico
Emy
Ikyo
Teiron
'Lu pelesetin nama seenak jidat banget dah!' Girl-chan sweatdrop setelah membaca daftar itu. "We will never know..."
"Njir." Kemudian Hibatur ganti topik. "Bayangin Flore bilang dia nerima cinta gue, terus bilang APRIL MOP, dan gue berakhir pundung di pojokan karena belum dapat cintanya Flore."
Hibatur sedih sebentar dan kembali senang. "Minimal cintanya Ashley lah, biar pacar hantuku ada dua, hehe..."
"Atau ada orang yang pake nyamar biar tambah nyesek." timpal Girl-chan.
"Kurang nyesek itu." balas Hibatur.
"Nyamarnya kayak Kogure di Lupinranger vs Patranger."
"Njir!"
Di tempat lain, ada kerumunan orang yang berkumpul di depan DraFlamia. Exoray (yang rupanya sedang diburu oleh kerumunan itu karena prank gone wrong) sedang bersembunyi di balik tong sampah di seberang jalan bersama kedua temannya.
"Jadi apa rencana untuk melewati mereka?" tanya Federic.
"Life bait."
"Ah, ide bagus." Kemudian Federic menengok ke arah Exoray dengan wajah kesal. "Hey!"
"C'mon guys, kita harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian mereka." timpal Vestur.
"What do you want me to do, dress in drag and do the hula?!" tanya Federic sewot.
Hikari terdengar mengerang di kepala Federic. "Jika aku punya seribu Peso untuk setiap kali melihat seseorang melakukan referensi Lion King, aku akan punya dua ribu Peso... Yang memang tidak banyak, tapi anehnya itu sudah terjadi dua kali."
Terdengar suara musik yang membuat kerumunan itu menengok, mereka mendapati Federic yang menari hula dengan memakai rok berumbai di atas pakaian kasualnya dan rangkaian bunga di kepala beserta Vestur yang memakai kostum babi.
(Federic) Luau!
If you're hungry for a hunk of fat and juicy meat
Eat my buddy Vestie here because he is a treat!
Come on down and dine, on this tasty swine,
all you have to do is get in line
Kerumunan itu hanya saling berpandangan, beberapa dari mereka sudah sweatdrop melihat pemandangan absurd tersebut. Exoray menyelinap di belakang mereka untuk memasuki restoran.
(Federic) Are ya achin'?
(Vestur) Yup Yup Yup
(Federic) For some bacon?
(Vestur) Yup Yup Yup
(Federic) He is a big pig
(Vestur) Yup Yup
(Federic) You can be a big pig too! Oy!
Exoray menghela nafas lega ketika dia sudah masuk ke dalam restoran, terlihat Federic dan Vestur yang berteriak sambil berlari menghindari kerumunan yang mengejar mereka di luar restoran.
Yap, intro aneh untuk membuka cerita yang lebih aneh.
Emy menuangkan sesuatu ke dalam mug biasa berwarna hijau (yang tidak ada gambar atau kutipan lucu) di meja dapur, lalu dia mengambil mug tersebut dan membawanya ke ruangan lain. "Oh Wion~ Apa kau mau teh?"
"Ah, terima kasih. Aku agak haus hari ini."
Lisa muncul tepat pada saat Emy memberikan cangkir kepada Wiona, lalu dia melihat kalender di dinding di sampingnya yang menunjukkan tanggal 1 April dan itu memicu alarm bahaya di kepalanya.
Setelah Emy pergi, Lisa segera mengambil mug Wiona, membuang isinya ke luar jendela, membersihkan mug di wastafel dapur, menyeduh teh baru (asli), dan akhirnya mengembalikan cangkir berisi teh kepada Wiona. Semuanya dalam kurun waktu setengah menit.
"Apa kau tau hari apa ini?"
Wiona memperhatikan kalender yang sama yang Lisa lihat sebelumnya dan menyadari sesuatu. "Jadi minuman yang Emy berikan padaku itu sebenarnya sebuah prank?"
"Tepat sekali." Lisa berjalan pergi. "Aku akan menginterogasi si idiot itu karena melakukan lelucon yang mungkin berbahaya."
"Hey, ada yang tau dimana Vience?" tanya Tobias pada beberapa orang di perpustakaan.
"Ugh, dia mungkin sedang pergi. Kau mau kopi selagi menunggu dia kembali? Aku tidak sengaja membuat extra." Icy menawarkan minuman dalam gelas plastik merah.
"Oh, tentu. Terima kasih." Tobias mengambil minuman itu.
Icy mengeluarkan handphone dan melakukan livestreaming.
Setelah satu tegukan, Tobias langsung menyemburkan minuman tersebut. "Ya ampun! *uhuk!* Apa ini?"
"Semen! Kau baru saja minum semen!" Icy tertawa. "Guys, check back in to see if he's dies. Ugh! *choking noise.* Kau tidak akan mati, oke? Itu hanya resep minuman putih buatan Rina. Juga, kau bisa menemui Vience di kamarnya, dia tidak pergi kemana-mana."
"Apa yang terjadi?" tanya Tobias kebingungan.
"Ini sesuatu yang kusebut, 'Two pranks for the prize of one'! Woololololololololoo!"
Tobias membuang gelas plastik yang dipegangnya dan berjalan pergi.
Lisa membanting pintu dapur tepat ketika Emy sedang menuangkan 'minuman' lain ke dalam dua cangkir, yang satu bergambar burung phoenix milik Elwa dan yang satu lagi bermotif kepingan salju milik Icy. Dia segera mendekati gadis berkacamata itu dengan tatapan tidak senang. "Apa yang kau buat, Emy?"
Emy mengalihkan pandangannya dari Lisa. "Sesuatu yang disebut Ayahuasca. Aku mendapat tanaman untuk membuatnya dari Arta."
"Setelah kamu menipunya, kan?"
"Ya...?"
"Untuk siapa lagi kau akan memberikannya?"
Emy ragu-ragu sejenak dan menelan ludah. "Orang lain telah mengambil cangkirmu setelah aku selesai menuangkannya dan berpaling sebentar."
Ini akan menjadi hari yang panjang...
"Ah, aku tidak mau merepotkan kalian semua..." kata Lisa gugup sambil memasuki perpustakaan. "Tapi apa ada di antara kalian yang melihat cangkirku?"
"Maksudmu yang ini?" Yima bertanya sambil memegang cangkir berwarna pink dengan tulisan 'My Brother is a Menace' berwarna biru di satu sisi dan 'My Husband is a Manchild' ditulis dengan warna merah di sisi lainnya. "Kopinya sudah habis, jadi aku meminum kopimu."
"Yang kau curi dariku!" Andersen mengeluh, tangannya memegang cangkir merah kosong milik Mathias dengan tulisan 'The Brother of Century' berwarna putih. "Aku hampir tidak minum apa-apa!"
Luthias menepuk punggung kakaknya. "Aku akan membuatkanmu kopi nanti."
Andersen tersenyum. "Terima kasih."
"Dan aku juga mendapatkan sedikit kopi." Sebuah suara tak dikenal menambahkan.
Lisa menyadari ada seorang gadis pirang memakai kacamata berbingkai ungu yang duduk di samping Andersen sambil memegang cangkir putih bergambar kepala burung beo biru dengan latar belakang ungu muda dan 'What doing?!' tertulis di bawahnya, sepertinya dia membawa cangkir sendiri karena Lisa tau betul kalau tidak ada yang memiliki cangkir seperti itu di squad. Warna matanya tidak terlihat jelas karena diburamkan oleh lensa kacamata, tapi Lisa dapat menebak kalau mata gadis pirang itu memiliki warna biru. Dia menaruh cangkirnya di atas meja. "Tapi kalau boleh jujur, kopi ini rasanya tidak enak."
"Karena itu bukan kopi!" seru Lisa panik.
"Lalu apa itu?" tanya Yima penasaran.
Lisa menelan ludah. "Itu... Ayahuasca. Obat halusinogen yang terbuat dari tanaman merambat dan ranting. Emy menipu Arta untuk mendapatkan tanaman itu untuknya dan mengubahnya menjadi apa yang kalian minum sekarang."
"ITU APA?!" seru si gadis pirang, Yima, dan Andersen bersamaan.
Beberapa saat kemudian...
"Uh, aku merasa..." Gadis pirang itu bergumam dengan mata tidak fokus dan melihat ke sudut yang kosong. "Victor, apa itu kamu? Kamu sangat besar!"
Apa dia pacar Victor? Atau hanya naksir? Lisa dalam hati mencatat untuk menanyakan Mathias nanti.
"Tidak! Jangan lagi!" Andersen meringkuk di sudut ruangan saat Luthias dan Giro mencoba menenangkannya. "Norge, aku tidak akan melakukan hal sialan itu lagi!"
"Kakakku tersayang..." rayu Yima yang berhasil menjebak Donna dalam bear hug. "Kakakku yang imut..."
Si gadis pirang terkikik sambil memeluk kursi di dekatnya. "Lenganmu membuatku merasa aman dan hangat."
"Fuck you, Norge!" Andersen membentak pria yang tidak ada itu. "Jeg er færdig med dit lort!"
"Ini bencana!" Giro menghindar ketika Andersen mencoba memukul 'Norge' dengan buku yang diambil dari rak terdekat.
Yima dengan kikuk mencoba mencium Donna sambil duduk di pangkuannya. "Kakak yang keren... Kakakku... Kakak terbaik di dunia..."
"Oh Victor... Aku sangat mencintaimu... Tolong tetaplah bersamaku..." Si gadis pirang menggosokkan wajah pada kursi yang dipeluknya.
Seseorang merekam semua itu tanpa diketahui siapapun.
"Berapa lama ini akan bertahan?" Arta bertanya dengan cemas.
Beberapa temannya menonton adegan itu seperti drama TV atau sinetron, bahkan mereka sedang makan popcorn.
"Beberapa jam lagi, dan itu akan keluar dari sistem mereka." Lisa menjelaskan.
"BEBERAPA JAM?!" teriak Arta.
"KEMBALI KE SINI!"
Semua orang menoleh ke sumber teriakan dan mendapati Teiron yang marah sedang mengejar Maurice dengan membawa palu raksasa.
Why you ask? Well, you see...
Setengah jam yang lalu...
"Hey Rice, kau mau brownies?" Alisa menawarkan Maurice.
"Aku bukan penggemar berat brownies, tapi 'kau tau siapa' akan menyukainya." Maurice mengambil salah satu brownies dari piring. Dia tidak ingin terlihat tidak sopan dengan tidak menerimanya, dan dia tau Teiron tidak akan menolak makanan manis.
Tapi ketika dia hendak membungkus salah satu brownies itu dengan tisu dan memasukkannya ke dalam saku, dia menyadari ada sesuatu yang aneh pada brownies di tangannya. Baunya tidak seperti brownies biasa.
"Alisa." Maurice menoleh ke gadis berambut pink itu. "Apa kau tau apa sebenarnya isi brownies ini?"
"Tentu saja, ini buatan sendiri. Ada bahan brownies biasa seperti tepung, cokelat bubuk, dan telur. Aku menambahkan sedikit garam untuk menambah rasa manisnya-"
"Apa kau menambahkan ganja ke dalam brownies?" Interupsi Maurice yang tiba-tiba membuat semua orang di mini bar menatapnya dalam diam.
"Well, Nenek memang membuat beberapa, tapi- Oh." Alisa menyadari sesuatu. "Jadi itu yang dia keluhkan semalam."
Maurice memberi gadis itu tatapan tidak terkesan.
"Oke, mungkin aku salah membawa brownies untuk dibagikan."
Maurice menghela nafas. Dia biasanya memiliki ekspektasi yang rendah terhadap sebagian besar temannya, tapi ini adalah ekspektasi rendah yang baru.
"Baiklah, siapa yang makan brownies hari ini?" Dia tau dia harus melakukan sesuatu mengenai hal ini, meskipun itu berarti membuat semua orang berada di ruangan yang sama untuk mengawasi mereka.
Alisa mencoba mengingat-ingat. "Well... Alpha mengambil satu, Mundo mengambil satu, menurutku Yubi mengambil satu atau dua... Aku juga mungkin melihat Teira menyelinap bolak-balik dari kamar kakaknya beberapa kali."
Maurice mulai merasakan firasat buruk. "Teira? Menurutmu berapa banyak yang dia ambil?"
"Aku melihatnya sekitar, empat atau lima kali..."
"Jadi maksudmu kau yakin gadis dewasa berpenampilan remaja itu memakan empat atau lima brownies?"
Alisa mengangkat bahu. "Menurutku begitu."
"Baiklah, aku akan pergi mencari Teira." Maurice menghela nafas lagi dan memijat keningnya. "Pergilah kumpulkan semua orang."
"Apa kau yakin akan menangani Teira sendirian?"
"Aku pernah melihat dia mabuk sebelumnya. Aku tau seperti apa dia."
"... Gadis itu pernah mabuk sebelumnya?"
"Beberapa kali (salahkan Emy yang menjadi pengaruh buruk). Aku hanya berharap dia tidak menjadi versi yang lebih buruk dari 'paranoid drunk Teira'."
"If you take care of chickens, are you a chicken tender?" Mundo bertanya dari sisi lain ruangan.
Maurice berjalan pergi. "Yep, that's Mundo for you. Selamat bersenang-senang."
Sayangnya, Maurice menyadari bahwa dia telah salah mengenai Teira mana yang akan dia temui. Maksudnya, dia bertemu dengan seseorang yang tidak ingin dilihatnya: Teira yang paranoid.
Bagaimana dia bisa mengetahui itu tanpa berbicara dengan orang yang bersangkutan? Yah, cara gadis itu melihat sekeliling kamar kakaknya dengan terlalu hati-hati sudah jelas menunjukkan hal itu.
"Teira." Dia berusaha berbicara selembut yang dia bisa, tapi Teira masih terlonjak ketakutan saat mendengarnya. Gadis itu benar-benar paranoid, jadi dia tau dia harus mengatasinya dengan hati-hati.
"Hey Teira." Dia perlahan mendekatinya.
Teira masih tampak ketakutan dan mulai naik ke tempat tidur untuk menjauh dari cowok di depannya sejauh mungkin.
Untungnya, Maurice memiliki sedikit trik untuk menarik perhatian gadis itu. Dia mengeluarkan sekotak pocky rasa matcha dari saku jaketnya dan mengguncangkan benda itu. Teira segera berbalik ke arahnya dan perlahan turun dari tempat tidur.
"Good girl." Dia berbicara dengan suara lembut. "Tolong ikut aku ke ruang latihan, kamu bisa duduk di sana dan menikmati snack ini."
Yang mengejutkan, Maurice berhasil membawa Teira ke ruang latihan hanya dengan satu kotak pocky rasa matcha, dia bahkan tidak perlu menunjukkan rasa lain yang dia miliki padanya. Dia memperhatikan gadis itu mengambil snack dari tangannya dan duduk di lantai sambil mengunyah dengan gembira.
Maurice memeriksa status orang-orang 'mabuk ganja' lainnya. Alisa berhasil mengumpulkan Mundo dan Yubi, keduanya juga sudah berada di ruang latihan. Mundo sedang duduk di samping Teira dan tampaknya benar-benar berada di dunia-nya sendiri, sementara Yubi berdiri di depan lemari penyimpanan... entah kenapa.
Akhirnya Alisa memasuki ruang latihan sambil menarik pergelangan tangan Alpha, gadis itu mendudukkannya di samping Mundo yang tidak bereaksi sama sekali dengan kehadirannya sambil bergumam tentang 'saus tomat adalah jus buah yang lebih kental' dan 'pineapple belongs on pizza'.
"Baiklah, bagaimana kita akan memberitahu Kaichou tentang hal ini?" Maurice bertanya.
Alisa menggelengkan kepala. "Tidak, aku yakin kita bisa menangani ini sendiri."
"Semua orang di ruangan ini sedang mabuk, Alisa!" bentak Maurice.
"Dan? Kita pernah menghadapi situasi yang lebih aneh sebelumnya. Selain itu, kita berdua-"
Sebelum Alisa menyelesaikan kalimatnya, kedua orang yang masih sadar itu mendengar suara benturan dari arah lemari penyimpanan dan menengok ke arah sumber suara.
Mereka melihat Tumma telah mendobrak pintu lemari, sepertinya karena terjebak di dalam sana.
"Kenapa kau ada di lemari?" tanya Maurice.
"Yubi mengurungku. Dia bergumam kalau aku akan meninggalkannya." Tumma berdiri dan membersihkan debu di pakaiannya.
"Aku tidak yakin apa itu manis atau mengkhawatirkan." komentar Maurice. "Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan terhadap mereka sekarang?"
"Tidak ada cara untuk membuktikan bahwa kita semua melihat warna yang sama."
"Mundo, tolong diam." pinta Maurice. "Bagaimanapun, paling tidak, kita mengurung mereka di ruangan terkunci, seperti di sini, dan memberitahu Mathias."
"Tidak! Memberitahu Mathias akan lebih buruk daripada memberitahu Kaichou!" Tumma spontan panik.
Maurice mengangkat alis ke arahnya. "Jadi kau lebih suka kita memberitahu Kaichou?"
"Aku lebih suka kita tidak memberitahu siapapun."
"Kita harus melaporkan ini pada seseorang! Bagaimana jika ada yang terluka?"
"Kita bisa mengatasinya." Alisa memberitahu kedua cowok itu. "Aku tau P3K."
Maurice mengerang. "Baiklah, kita tidak akan melaporkan ini pada siapapun. Tapi kuharap Alisa memindahkan brownies itu dari mini bar."
Alisa tiba-tiba terdiam.
"Kau pindahkan brownies-nya kan?!"
"Aku akan memindahkan brownies-nya."
"Lebih baik begitu."
"Aku mendapat kabar baik dan kabar buruk." Alisa kembali dengan sepiring brownies di tangannya.
Maurice bertanya-tanya apa yang telah terjadi. "Beritahu kabar buruknya dulu."
"Jadi... Uh... Victor agak mabuk."
"Bagaimana dia bisa mabuk?"
Saat Maurice menyelesaikan pertanyaannya, terdengar ratapan dari belakang Alisa. Dia menyingkir untuk memperlihatkan Victor yang menangis. Semua orang hanya menatapnya kaget selama beberapa saat karena tidak ada yang pernah melihat dia menangis sebelumnya.
Setelah beberapa saat terkejut dan kebingungan, Tumma membawa Victor masuk ke ruang latihan dan mendudukkannya di lantai. Semua orang memperhatikan saat dia menenangkan pria yang lebih tua itu sementara Maurice dan Alisa kembali ke percakapan mereka.
"Kabar baiknya adalah aku memindahkan brownies-nya." Alisa mengacungkan jempol tanpa ekspresi.
"Hadiah ulang tahun hanyalah hadiah karena tidak mati setiap tahun." Mundo berkata dengan ekspresi netral.
"Mundo, kami tidak ingin mendengar pemikiranmu yang menyedihkan!" bentak Maurice sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada Alisa. "Ngomong-ngomong, kita juga perlu memberitahu Mathias. Dia pasti akan mencari Victor sekarang karena dia sudah bergabung dengan 'high crew' ini."
Tumma tertawa kecil. "Kau bilang 'high crew'?"
Maurice menggaruk kepala. "Aku tidak bisa memikirkan nama lain."
"Apa kita benar-benar perlu memberitahu seseorang tentang hal ini?"
"Alisa, sekali lagi, apa yang harus kita lakukan ketika seseorang akhirnya datang ke sini mencari temannya dan mendapati mereka mabuk?"
"Siapa yang mabuk?" Suara lain memasuki ruangan, membuat takut Alisa dan Maurice.
Mathias telah muncul di ambang pintu, dan dia tampak tidak senang mengetahui adik laki-lakinya, disertai beberapa teman lain, sedang mabuk.
"Victor dan yang lainnya sedang mabuk dan kau bisa menyalahkan gadis ini karena membawa brownies ganja untuk dibagikan." Maurice menjelaskan sambil menunjuk ke Alisa.
Mathias mengangkat alis. "Benarkah?"
"Mungkin." Alisa menyadari kalau dia masih memegang piring brownies dan segera membuangnya ke tempat sampah terdekat.
Mathias menghela nafas pasrah. "Sepertinya semua orang di sini butuh hari libur. If I remember correctly, hal semacam ini bisa bertahan hingga 24 jam. Percayalah padaku ketika aku mengatakan bahwa weed hangover hits HARD, aku pernah melihat itu terjadi sebelumnya."
"Senang mendengarnya." Tumma menghela nafas. "Sekarang mari kita bawa mereka ke kamar masing-masing."
Mathias mengangguk dan merangkul Victor. "Aku akan membawa Bornholm ke kamarku untuk saat ini."
"Aku masih bisa melakukan sesuatu." Teira bergumam dari pojok ruangan.
Maurice menghampiri gadis itu dan menariknya menjauh dari pojokan. "Tidak, kamu sedang mabuk. Apa kamu ingat keadaanmu ketika aku masuk ke kamar kakakmu?"
"Kau ada di kamar kami!" Teira mulai panik. "Apa kau mencoba membunuhku?!"
Alisa berkedip. "Oh, sekarang aku mengerti kenapa kau bilang tidak ingin dia menjadi versi lebih buruk dari 'paranoid drunk Teira'."
"Apa katamu?"
"Oh shit." Maurice menyadari kalau dia dalam masalah ketika dia melihat Teiron berjalan ke ruang latihan tepat pada saat Mathias tinggal selangkah lagi untuk mengantar Victor keluar dari pintu.
"Apa kau mengatakan kalau kau melihat Teira mabuk sebelumnya DAN TIDAK PERNAH MEMBERITAHUKU?!"
"FUCK!" Maurice segera lari untuk menghindari amukan Teiron.
Beberapa jam kemudian...
"Apa aku tidak salah dengar? Ada tiga orang baru saja mabuk di tempat ini?!" seru Grayson yang baru datang.
Giro menelan ludah. "Siapa yang mengadukan kita?"
"Aku yakin itu Elwa." Icy menuduh.
Gadis di sampingnya langsung merasa tersinggung. "Aku di sini!"
"Ini salahku!" Arta mengaku. "Aku seharusnya melakukan penelitian tentang ayahuasca sebelum menerima permintaan Emy!"
Andersen terdengar mengerang dengan tangan yang terlipat di meja menjadi bantal untuk kepalanya. Luthias meletakkan secangkir teh (tanpa obat) di depannya. "Terima kasih, Greeny."
"Menurutku itu tidak buruk." Si gadis pirang berkata dengan senyum tulus.
"Yah, aku bersenang-senang." Yima menyandarkan kepalanya di bahu Donna, dia masih duduk di pangkuan kakaknya. Donna hanya memberikan kecupan singkat di kepala adiknya.
"Aku bisa melakukannya tanpa mengulangi kejadian lama. Kenapa aku harus mengingat 'Pelatihan dari Neraka' itu?!" Andersen mengeluh sambil membenamkan wajah di lengannya. Luthias menepuk punggung kakaknya dengan simpati.
Rendy tidak tau bagaimana Mundo bisa berada di kamarnya saat ini, dan dia tidak yakin apa dia ingin tau apa yang membuat hal itu sampai terjadi.
Hendry belum kembali, mungkin masih merekam apapun yang menurutnya menarik hingga camcorder-nya kehabisan baterai atau ruang memori. Siapa sih yang memberikan camcorder untuk hadiah ulang tahun mereka tiga tahun lalu?
Tapi, ya ampun, ocehannya sangat, sangat, sungguh menjengkelkan.
"Apa kau pernah berhenti dan menghargai betapa basahnya air? Seperti, semuanya mengalir dan transparan. Tapi jika kau benar-benar berhenti untuk merasakannya, teksturnya seperti ini. Bukan hanya air, semuanya basah. Tapi kita tidak pernah menghargai itu. Kita hanya menjalani hidup kita seperti 'bla, bla, air, terserah' dan kita tidak pernah benar-benar merasakan air, tidak seperti yang terasa di kulit kita. Dan bahkan lumba-lumba pun seperti 'air, ya, it's just there' dan ikan-ikan kecil seperti trout dan ikan-ikan besar seperti hiu, mereka masih tidak terlalu berpikir, mereka tidak merasakan basah."
"Mundo, bisakah kau diam? Aku harus membantu Ily di restorannya besok pagi dan aku tidak bisa tidur jika kau terus mengoceh."
"Ya, oke, baiklah. Mungkin aku harus memberitahu Miyon tentang air. Mungkin dia juga tidak pernah menghargai air. Menurutmu dia minum air?"
"Kecuali jika seseorang menularkan rabies padanya, menurutku begitu. Go the fuck to sleep."
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan bertanya kepada teman-temannya di group chat saat Mundo sedang mengoceh tentang air, Rendy memutuskan untuk membiarkan Mundo tidur di kamarnya semalam saja.
"Aku pernah menderita rabies. Menurutmu aku harus mengatakan hal itu padanya?"
"Mungkin tidak." Rendy menghela nafas, kemudian dia mengambil selimut cadangan dan menyelimuti Mundo. "Selamat malam, Mundo."
"Malam, Alfonso. Aku sayang kamu."
"... Aku sebenarnya Rendy. Tapi ya sudahlah."
Setelah Mundo tertidur, Rendy memutuskan untuk mengunci kamar, meninggalkan pesan untuk Hendry yang ditempelkan di pintu, dan mengungsi ke kamar Salem.
Mathias memasuki perpustakaan dengan ekspresi lelah. "Aku butuh minum setelah mengurus Bornholm yang mabuk karena brownies ganja."
"Brownies apa?!" Luthias terbelalak kaget.
"Salahkan Alisa." Mathias mengambil gelas plastik merah yang entah sejak kapan sudah ada di atas meja dan meminum isinya, kemudian langsung menyemburkan apa yang baru saja dia minum.
Tidak jauh dari situ, Icy me-livestreaming apa yang terjadi. "Ah, you just drank cement. You just drank cement.
Di sisi lain, Hendry terkikik saat melihat apa yang terekam di camcorder-nya. "Setidaknya apa yang mereka lakukan tidak separah saat Molf mabuk jus delima saat itu."
To Be Continue, bukan Tuak Boba Ciu (?)...
Fun facts for today:
1. Judul Chapter merupakan pun dari High (yang di sini kurang lebih sama artinya dengan Drunk), Hijink, dan Jinx. Aku ingin menamai Chapter ini 'Purple Haze' tapi tidak jadi karena suatu alasan, take a guess.
2. Reference:
A. Criminal Case Save The World/World Edition bagian Additional Investigation dari 'Cheaters Never Win' ketika Jack dan Michelle tak sengaja meminum ayahuasca yang dikira kopi.
B. Brooklyn 99 episode 'The Last Ride' saat Gina mengerjai orang dengan membuat mereka meminum semen.
3. Timeline: April Mop tahun lalu.
4. Resep 'minuman putih' Rina terbuat dari bahan makanan berwarna putih yang dicampur ke dalam blender.
5. Cameo karakter baru yang akan muncul di Chapter bulan Juni, aku tidak memberinya nama dan deskripsi penuh untuk suatu alasan. Cangkir yang dia punya itu merch line dari Hamlet the Parrot.
6. Kejadian yang Hendry bicarakan di akhir Chapter ini akan dijelaskan pada bulan Desember/Januari (tergantung mood dan situasi). Summary-nya seperti ini:
Ruang staff DraFlamia hancur berantakan, Ilia mengalami cedera kepala, dan Molf sepertinya tidak mengingat apa-apa.
Setelah Molf meminum jus delima, dia menjadi liar saat mabuk dan pergi entah kemana. Dengan menghilangnya Glinea bersamaan dengan keberadaan Arie dan Zen yang juga tidak diketahui, beberapa orang berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kemarin.
Itu saja.
Review! :D
