Naruto milik Kishimoto-sensei
Highschool DxD milik Ishibumi-sensei
Mempersembahkan
The Journey of Chakra
Warning :
Mainstream! Bahasa tidak baku! Banyak kata umpatan, kasar, dan lain sebagainya.
Rate :
M (Mature)
Pairing :
Raiser x Harem
Summary :
Ini pasti ada sebuah kesalahan. Aku seharusnya mati dan ke akhirat berkumbul dengan teman dan keluargaku, bukan bereinkarnasi menjadi bajingan kaya berengsek yang sifatnya berbanding terbalik denganku.
Yah, aku rasa aku akan mencari cara untuk mati.
.
.
Untuk sesaat, keheningan melanda atap bangunan tempat mereka berdiri, gadis di depannya masih memandangnya dengan penuh amarah bahkan setelah meneriakkan emosinya beberapa saat yang lalu.
"Er... "
[...Se-semua bidak Raiser Phenex telah gugur]
"Ha?!"
Belum sempat Naruto mengatakan apapun, wajah gadis di depannya langsung berubah begitu mendengar suara yang Naruto dengar berasal dari langit, yang semula penuh amarah menjadi kebingungan. Gadis itupun mengalihkan pandangannya ke bawah gedung tempat mereka berdiri.
Reflek, Naruto juga ikut mengalihkan pandangannya ke bawah dan melihat sebuah lapangan, dengan beberapa orang yang dia lihat mengenakan pakaian yang jarang ia lihat.
Naruto juga lihat beberapa dari orang-orang yang ada di lapangan tersebut tertutupi butiran cahaya dan perlahan menghilang tanpa jejak.
"Ugh, onii-sama. Apa yang-"
Orang terakhir yang ia lihat masih tertutupi butiran cahaya dan belum menghilang adalah gadis kecil yang terlihat berusia 15 tahun, tengah melihatnya dengan ekspresi kesakitan.
Sayang, seperti yang lainnya, gadis itu akhirnya menghilang dari lapangan, hingga akhirnya hanya tersisa 2 pemuda dengan pakaian identik yang tersisa di lapangan tersebut.
"Buchou! Mereka tiba-tiba saja menghilang"
Salah satu pemuda di lapangan, pemuda berambut coklat berteriak pada gadis yang tengah berada di hadapan Naruto. Gadis tersebut kembali mengalihkan pandangannya ke arah Naruto.
"Menyerahlah Raiser! Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi kau tidak akan menang sendirian"
Selain chakranya yang dia rasakan masih baik-baik saja, Naruto juga merasa tubuhnya sangat ringan. Alangkah terkejutnya Naruto begitu melihat tangannya sendiri, bukanlah tangan pria tua keriput, melainkan tangan pemuda yang terlihat cukup kuat.
"Apa yang-"
Secara reflek, tubuhnya dengan gesit menghindari bola energi hitam yang terbang ke arahnya, dia lihat gadis di depannya sudah tidak sendirian lagi.
Gadis berambut merah itu masih di sana, juga kedua pemuda yang sebelumnya ada di lapangan sudah berada di sampingnnya, ada juga gadis berpakaian miko yang terbang di dekat mereka menggunakan sepasang sayap kelelawar. Naruto perhatikan lagi, bersembunyi di belakang mereka adalah gadis berpakaian gaun hitam tengah melihat dirinya dengan takut.
"Sepertinya melenyapkan kepalamu tadi berdampak pada Peeragemu. Heh, aku tidak tahu Phenex punya kelemahan seperti itu"
'Dia melenyapkan apa ku?'
.
.
Sementara itu di sebuah aula yang besar, puluhan orang melihat pertandingan tersebut dari layar monitor raksasa dengan penuh keterkejutan.
Pria berambut merah, Zeoticus Gremory melihat pria di sampingnya, pria dewasa berambut pirang yang tengah melihat layar dengan seksama.
"Lord Phenex, apakah yang dikatakan Rias benar?"
"Aku tidak tahu Lord Gremory. Ini pertama kalinya ada yang melenyapkan kepala seorang Phenex dengan Absolute Destruction" Jawab Lord Phenex tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor.
Di sebelah Zeoticus, terlihat pria yang hampir mirip dengannya, ialah Sirzechs Lucifer, putra Zeoticus, satu dari empat Raja Iblis, dia juga memperhatikan layar monitor sembari mendengar percakapan ayahnya.
Dari layar monitor, Sirzechs melihat semua yang terjadi di arena. Raiser yang terlihat meremehkan adiknya, Rias, membiarkan tubuhnya dilempari dengan Absolute Destruction adiknya, tangan, dada, kaki, hanya untuk melihat bagian tubuh yang hilang beregenerasi dari kobaran api.
Dengan kekesalan dan mungkin sedikit putus asa, dia melihat Rias melemparkan sihirnya ke kepala Raiser yang masih menyeringai meremehkan. Dari momen itulah semuanya tiba-tiba menjadi aneh.
Tubuh tanpa kepala Raiser masih berdiri kokoh, menunggu api di lehernya meregenerasikan kepalanya yang sudah hilang. Berbarengan dengan kepala Raiser yang mulai beregenerasi, semua bidak Raiser yang masih berada di arena tampak kesakitan sembari memegang perut mereka.
Lalu saat kepala Raiser sudah pulih sepenuhnya, bukan seringaian meremehkan yang dia tunjukkan, melainkan wajah bingung seolah tidak tahu apa yang dirinya lakukan saat itu.
"Ada yang ganjil di sini" Gumam Sirzechs melihat layar monitor, lebih tepatnya melihat Raiser.
"Sir-tan"
Sirzechs dan orang-orang di sekitarnya melihat kedua temannya, sekaligus sesama Raja Iblis, Serafall Leviathan dan Ajuka Beelzebub berjalan menghampiri dirinya lengkap dengan raut wajah penuh keseriusan. Sesuatu telah terjadi, Sirzechs tahu itu.
Serafall berjalan cukup dekat sampai dia bisa membisikkan sesuatu ke telinga Sirzechs. Setelah selesai membisikkan sesuatu, Sirzechs menganggukkan kepalanya kepada dua temannya dan menciptakan lingkaran sihir komunikasi di dekat telinganya.
"Grayfia, hentikan pertandingannya"
Meskipun terkejut, beberapa yang mendengar perintah itu tahu, tidak ada ruang untuk argumen begitu mendengar kalimat penuh keseriusan keluar dari mulut sang Lucifer.
.
.
"Aku rasa ada yang aneh- Maafkan aku, tapi aku yakin ada yang aneh di sini"
Naruto mencoba bernegosiasi dengan para remaja di depannya, dia mengangkat kedua tangannya berusaha menunjukkan bahwa dia tidak ingin kekerasan.
Maksudnya, bertahun-tahun bertarung melawan Ootsutsuki bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Meskipun dia memiliki chakra dan teknik Kaguya, bukan berarti para Ootsutsuki akan diam saja melihat All-Killing Ash Bones ditembakkan ke arah mereka.
Lagipula, Naruto hanya menggunakan teknik itu hanya, DAN HANYA saat dia bertarung melawan Ootsutsuki. Naruto sangat yakin, para remaja di depannya bukanlah Ootsutsuki, bahkan mereka tidak punya chakra (dia akan memikirkan hal itu nanti).
"Buchou. Dia terlihat berbeda dari biasanya" Bisik pemuda berambut coklat ke gadis berambut merah.
"Tepat sekali. Terimakasih pemuda mesum"
"Oi"
Naruto berterimakasih sambil melihat pemuda di depannya. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa pemuda ini memiliki tingkat kemesuman yang hampir setara dengan Ayah Baptisnya, Jiraiya.
"Itu tidak penting. Yang jelas adalah dia sendiri, dan dia kalah jumlah. Kita bisa mengalahkannya"
Gadis berambut merah itu masih berniat menyerangnya.
Naruto tidak suka kekerasan, tapi bukan berarti dia akan diam saja. Naruto memompa chakra ke kakinya bersiap memotong jarak di antara mereka.
[Atas perintah para Maou, Rating Game akan dihentikan untuk sementara waktu. Semua pemain yang masih sadar akan diteleportasi ke aula utama]
Tanpa aba-aba, mereka yang berdiri di atas atap mulai bercahaya seperti yang Naruto lihat pada para gadis beberapa saat lalu, sebelum merasakan dirinya seperti melakukan Gyaku Kuchiyose. Karena Naruto tahu dia tidak akan mendapatkan apapun di tempat ini, dia membiarkan dirinya dipindahkan, berharap semua pertanyaan di kepalanya bisa terjawab.
.
.
"Baiklah. Kurasa definisi aula di sini sangat berbeda dengan Konoha"
Naruto melihat tempat dirinya dipindahkan. Saat mendengar kata aula, dia berpikir semacam tempat luas dengan beberapa pilar besar dan panggung di ujung ruangan. Berbeda dari yang Naruto bayangkan, dia berdiri di tengah-tengah ruangan dengan meja bundar besar yang bagian tengahnya sengaja dibuat berlubang, membuat Naruto terlihat seperti narapidana yang akan disidang.
Dari keempat penjuru meja itu, terdapat kursi yang telah diduduki oleh empat orang dengan aura wibawa yang biasa diberikan para Kage. Dengan mudah, Naruto menyimpulkan keempat orang yang mengelilingi dirinya adalah pemimpin tempat ini di manapun dia berada sekarang.
"Jadi, Raiser Phenex"
Pria berambut merah, (Naruto melihat kemiripan dengan gadis yang menyerangnya sebelumnya) mengatakan sesuatu, entah itu apa Naruto tidak pernah mendengar nama itu.
"Jangan meremehkanku, Raiser!"
Oke, Naruto ingat itu yang diucapkan gadis berambut merah sebelumnya.
"Apa kau tahu alasan kau dipanggil ke sini?"
Klasik. Naruto juga tahu itu adalah pertanyaan retoris, jadi dia menunggu pria itu melanjutkan.
"Saat Rias melenyapkan kepalamu, saat itu juga semua peerage yang kau miliki, entah yang masih di arena maupun yang berada di ruang perawatan, semuanya mengalami fenomena yang sama, termasuk kau"
Kepala?
Peerage?
"Kalian semua tiba-tiba saja memiliki energi chakra di dalam tubuh kalian, yang mana seharusnya hanyalah dimiliki oleh para youkai"
Naruto mengangkat tangannya, memberi isyarat dia ingin berbicara.
"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Kalian berbicara seolah aku adalah si Raiser, yang sebenarnya bukan. Aku Uzumaki Naruto dari Konoha" Ucap Naruto.
Keempat orang itu diam beberapa saat, memberikan Naruto waktu untuk menolehkan kepalanya untuk mengingat keempat orang itu dengan jelas.
Di depan Naruto adalah pria berambut merah yang sebelumnya bicara dengam pakaian yang bisa Naruto kategorikan sebagai pakaian kelas atas. Lalu di sebelah kanan Naruto, dia melihat gadis berambut hitam yang diikat twintail dan bertubuh lumayan kecil. Pakaian yang dia gunakan adalah kemeja hijau dengan rok hitam.
Di sebelah kiri Naruto, dia melihat pria berambut hijau yang disisir kebelakang dengan pakaian yang hampir sama dengan pria berambut merah. Lalu di belakang Naruto, dia melihat pria botak dengan jirah dan jubah ungu.
"... Itu cukup aneh, karena kami semua sangat yakin kau adalah Raiser dari keluarga Phenex" Balas pria berambut merah.
"Dengar, aku bahkan tidak tahu siapa kalian, walau aku yakin kalian adalah pemimpin di sini"
"Aku ingin bertanya"
Sekarang pria berambut hijau yang berbicara. Naruto menunggu.
"Bisa kau deskripsikan perawakanmu kepada kami?"
"Tentu, aku pria berambut pirang dengan sedikit uban, bermata biru, dan berkulit coklat" Jawab Naruto santai.
Dari sudut matanya, dia melihat gadis yang duduk di kanannya menggerakkan tangan kanannya dan membentuk cermin dari es yang cukup besar sehingga memudahkan Naruto melihat pantulan dirinya.
Oke, lupakan teknik es itu, Naruto lebih terkejut melihat pantulan dirinya, di sana terpantul pria muda, mungkin berumur 22 tahun, dengan rambut pirang lurus, matanya tetap berwarna biru, tapi kulitnya yang seharusnya coklat, malah putih bersih seperti temannya Sasuke.
"Baiklah. Ini jelas bukan tubuhku" Ucap Naruto sambil memegang pipinya, masih memperhatikan cermin buatan gadis berambut hitam yang menganggukkan kepalanya kepada teman berambut hijaunya.
"Aku rasa aku tahu apa yang terjadi di sini" Ungkap pria itu.
"Benarkah?"
Bukan hanya Naruto, tapi ketiga yang lain juga melihat pria itu menunggu jawaban. Pria itu hanya menyeringai.
"Nampaknya kau mengalami hilang ingatan"
"..."
"Oke, kesan pertamaku, kau bodoh. Sudah kukatakan namaku dengan jelas, aku Uzumaki Naruto" Ucap Naruto mulai kesal dengan situasi saat ini.
"Tunggu Raiser-chan"
"Aku Naruto"
Gadis yang menciptakan cermin mengambil sesuatu dari bawah mejanya, dan memperlihatkan sebuah buku yang Naruto lihat berjudul 'Rahasia Pikiran dan Mental' oleh HandsomeFallen69.
"Di sini tertulis, pikiran seseorang adalah sesuatu yang unik dan misterius. Otak memiliki fungsi perlindungan diri khusus di mana otak bisa menjaga ingatan dari trauma berat dengan cara memblokir ingatan sampai trauma itu hilang"
Gadis itu menjelaskan sambil membalikkan halaman buku itu. Naruto sedikit banyak juga tahu tentang itu, mengingat dia pernah berdiskusi dengan beberapa orang dari klan Yamanaka.
"Di sini juga tertulis, otak bisa menciptakan ingatan buatan untuk menjaga tubuh tetap bekerja selama ingatan asli diblokir. Itulah yang biasa orang sebut dengan kepribadian ganda"
Baik, setidaknya penulis itu pintar, Naruto akui itu. Akan tetapi dirinya sangat yakin, dia bukanlah persona buatan dari tubuh ini. Naruto hampir mengingat semua 200 tahun kehidupannya, walau ada sedikit yang mungkin sudah mulai dia lupakan.
"Entahlah teman-teman, kurasa kita bisa mempercayai dia bahwa dia adalah individu lain yang masuk ke dalam tubuh Raiser" Ucap pria berambut merah.
"Tepat sekali, terima kasih sudah mempercayaiku"
"Kau terlalu banyak membaca cerita fiksi, Sir-tan. Sejauh kita hidup dan ratusan tahun sebelumnya, tidak ada kasus individu yang memasuki tubuh individu lain"
"Lalu bagaimana kita menjelaskan tentang Raiser Phenex, Iblis berdarah murni, yang tiba-tiba saja memiliki chakra?" Tanya balik pria merah itu, Sirzechs.
"Maaf, apa tadi kalian bilang iblis?"
Naruto menanyakan hal yang baru saja dia dengar, sayangnya tidak ada yang memedulikan pertanyaannya.
"Aku sudah menghubungi pihak youkai Kyoto, aku bertanya apakah makhluk selain youkai bisa memiliki chakra. Sayangnya Yasaka-chan tidak ingin menjawabnya, tapi saat aku menjelaskan situasi Raiser-"
"Naruto"
"Yasaka tidak mau menjelaskan detailnya, tapi dia mengatakan memang mungkin makhluk lain dapat memiliki chakra, dan dia meminta pertemuan langsung dengan Raiser secepatnya" Jelas Serafall.
"Kenapa kita tidak mengesampingkan hal itu sejenak, dan membahas apa yang harus kita lakukan dengan salah satu klan bangsawan yang kehilangan ingatannya?"
Pria botak dengan pakaian dominan ungu, Falbium Asmodeus, mengeluarkan pendapatnya. Semua orang terdiam mendengar pendapat pria itu.
"Baiklah, Raiser Phenex-"
"Naruto"
"Untuk mengetahui sejauh mana ingatanmu yang bisa kau akses, aku akan menyebutkan kata tertentu, dan kau hanya perlu memberitahu kami apa kau kenal dengan kata tersebut atau tidak. Paham?" Jelas dan tanya pria berambut hijau, Ajuka.
"Iya, aku paham, tapi aku bukan Rai-"
"Bumi"
"Iya?"
"Amerika"
"Apa?"
"Rumah"
"Oke?"
Naruto tidak ingin menghitung berapa buah kata yang telah diucapkan keempat orang itu, dan dia tentu tidak ingin menghitung berapa lama dia telah berdiri di ruangan itu. Naruto hanya berharap apapun ini akan segera berakhir supaya dia bisa mengetahui setidaknya apa yang terjadi dengan dirinya.
.
.
"Ugh"
Gadis remaja bertubuh kecil itu membuka matanya. Badannya terasa sangat sakit, tidak, ini pertama kalinya dia merasakan sakit. Sebagai seorang keturunan bangsawan Phenex, dia juga memiliki resistensi rasa sakit yang cukup tinggi.
Akan tetapi rasa sakit yang saat ini dia rasakan di perutnya tidak bisa dia bandingkan dengan rasa sakit lainnya, seolah perutnya terbakar oleh api yang tidak bisa padam. Satu-satunya badan yang bisa dia gerakan selain matanya adalah mulutnya yang berusaha berbicara.
"Aa..a...ii.."
"Ravel-sama!"
Dia mendengar namanya, lalu dua gadis datang menghampirinya. Ravel, gadis itu, mengenal mereka berdua begitu mereka sampai di tepi ranjangnya.
Ravel melihat mereka mengenakan pakaian pasien alih-alih seragam pelaut yang biasa mereka kenakan.
"Aa...iir"
Salah satu gadis itu yang berambut merah, Rii, segera mengambil segelas air di meja yang disediakan di samping ranjangnya dan menyodorkannya ke wajah Ravel. Gadis lainnya yang berambut biru dan memiliki perawakan yang sama dengan gadis sebelumnya, Nii, mengangkat kepala Ravel dengan hati-hati agar memudahkannya untuk minum.
"Uhuk... Apa...apa yang terjadi?" Tanya Ravel setelah dia merasa dirinya sudah lebih baik.
Rii dan Nii saling pandang beberapa saat seolah berbicara satu sama lain. Nii lah yang menjawab setelah mereka terdiam beberapa saat.
"Ravel-sama, anda, dan semua pearage Raiser-sama dikeluarkan dari arena setelah kita-"
"Aku tahu bagian itu! Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan tubuhku" Sela Ravel sedikit kesal.
Ravel bisa melihat dari sudut matanya, semua peerage kakaknya ada di ruang rawat ini, lengkap dengan baju mereka yang telah diganti baju pasien. Dari semua orang yang ada di ruangan itu, hanya Ravel dan si kembar yang telah siuman.
"Er... Itu karena anda memiliki chakra?" Jawab Rii dengan nada tidak yakin.
Apa?
"Iya, Ravel-sama. Lebih tepatnya, kita semua memiliki chakra. Tidak hanya itu, chakra kita sangat besar seolah kita bisa membalikkan dunia" Lanjut Nii cukup antusias.
"Apa hubungannya chakra yang kalian miliki dengan tubuhku yang tidak bisa bergerak?" Tanya Ravel masih belum bisa menerima jawaban sebelumnya.
"Sepertinya itu ada hubungannya dengan chakra tersebut. Kami sebagai youkai mekai yang dari awal memang memiliki chakra cukup mudah beradaptasi dengan chakra baru ini" Jelas Rii.
"Kalian mungkin masih butuh beberapa waktu sebelum tubuh kalian bisa beradaptasi dengan sumber energi baru ini, Ravel-sama. Fakta bahwa anda siuman mungkin karena regenerasi anda, jika tidak, mungkin saja anda masih pingsan seperti mereka" Sambung Nii.
Benar saja, Ravel bisa melihat semua peerage kakaknya masih pingsan di ranjang masing-masing.
Ravel berusaha menutup matanya dan berkonsentrasi, selang beberapa detik dia memang merasakan ada energi lain selain energi iblisnya. Jika energi chakra ini dia bandingkan dengan energi sihirnya, seolah membandingkan lautan dengan seember air.
"Baiklah. Aku percaya dengan kalian, tapi kenapa aku tidak merasakan perbedaan dari kalian berdua?" Tanya Ravel.
Rii tersenyum lebar dengan kedua tangan di pinggangnya.
"Itulah salah satu keunikan chakra. Kau tidak bisa mengukur tingkat chakra seseorang sebelum dia memakai chakra itu. Makhluk yang tidak mengenal apa itu chakra mungkin masih bisa membedakan chakra dengan energi lain, tapi mereka tidak bisa mengukur tingkat chakra seseorang, hanya pengguna chakra yang ahli sensor yang bisa mengukur tingkat chakra seseorang" Jelas Rii mengangkat dagunya.
"Dan nekomata seperti kami adalah yang paling ahli dalam hal sensor. Walau kami sendiri masih tidak cukup ahli untuk mendeteksi dari kejauhan" Sambung Nii.
"Hei, setidaknya kita bisa mengukur chakra seseorang dari jarak 5 meter" Hibur Rii ke adiknya.
Ravel kembali mengalihkan pandangannya berusaha melihat sisa anggota peerage yang lain. Ravel melihat mereka semua masih belum siuman dengan raut wajah kesakitan sembari memegang perut mereka masing-masing.
"Di mana Onii-sama?" Tanya Ravel begitu menyadari dia tidak menemukan sosok kakaknya di ruangan itu.
"Ravel-sama. Sebelum anda siuman, saya dan Nii sempat berdiskusi memikirkan apa yang terjadi dengan kita semua, bagaimana kita, kita semua, bisa mendapatkan chakra yang bahkan kami pikir lebih besar dari Yasaka si Kyuubi"
Nii mengangguk dan melanjutkan penjelasan kakak kembarnya.
"Kami rasa hal ini berhubungan dengan Raiser-sama"
"Ha!? Kalian tahu kalian bisa dihukum karena menghina iblis keturunan murni, dan kalian secara tidak langsung menuduh Raiser onii-sama bukanlah anak kandung dari keluarga Phenex!"
Ravel berteriak marah meskipun tubuhnya berteriak kesakitan. Tidak memedulikan rasa sakit di tubuhnya, Ravel berusaha duduk bersandar di ranjangnya, yang pada akhirnya berhasil dia lakukan.
Rii dan Nii langsung bersujud di lantai di tepi ranjang, tidak berani mengangkat kepala mereka.
"Kami tidak bermaksud menghina Raiser-sama, Ravel-sama. Kami memohon ampun jika kata-kata menyinggung perasaan Ravel-sama"
Ravel berusaha meredam amarahnya saat mendengar permohonan dari Rii. Ravel menghela nafasnya, tidak peduli saburuk apapun sifat kakaknya, Raiser tetaplah kakaknya yang selalu ada untuknya, lebih dari kedua orangtua, dan kedua kakaknya yang lain.
"Ada apa ini?"
Sebuah suara mengalihkan perhatian Ravel, begitu juga dengan Rii dan Nii yang mengangkat kepala mereka. Mereka baru sadar pintu ruangan mereka sudah terbuka lebar dan 4 orang yang mereka kenal berjalan masuk.
Tiga orang berjalan di depan adalah tiga dari 4 Maou, Sirzechs, Serafall, dan Ajuka. Di belakang mereka bertiga terlihat Raiser mengikuti dari belakang.
Rii dan Nii membulatkan mata mereka begitu mereka melihat Raiser, lebih tepatnya merasakan Raiser.
"Bagaimana keadaan kalian, Ravel, Rii, Nii?" Tanya Ajuka begitu sudah cukup dekat dengan ranjang Raiser.
"Sudah lebih baik, Ajuka-sama" Jawab Ravel.
Mereka mengalihkan pandangan ke saudari kembar yang masih terdiam melihat Raiser yang juga melihat mereka berdua dengan bingung.
"Kalian baik-baik saja?"
Rii dan Nii tidak menjawab pertanyaan Sirzechs. Mereka tetap terdiam membisu dengan sedikit membuka mulut mereka.
*shhhhh*
Tunggu, apa mereka tidak salah lihat? Apa mereka benar-benar melihat suatu cairan keluar menetes di antara paha mereka?
Mengompol? Tidak! Semua di ruangan itu cukup mengenal bau itu, dan itu bukanlah bau urin, melainkan bau cairan lain. Bahkan Naruto cukup mengenal bau ini, ini adalah bau yang biasa dirinya cium dari Hinata saat mereka...
"Apa kalian baru saja... keluar?" Tanya Naruto dengan hati-hati.
Kedua nekomata itu akhirnya menunjukkan sedikit respon. Sebuah anggukan kecil, tanpa melepas pandangan mereka dari tuan mereka yang baru saja datang.
'Sudah kuduga. Hidupku tidak akan semudah itu. Persetan kau Ero-sennin'
.
.
Kembali lagi.
Ada beberapa hal yang bisa kalian tahu dari chapter ini. Naruto (Raiser) memiliki chakra dan beberapa teknik Kaguya, yang tentunya akan dijelaskan di chapter mendatang.
Yang lain lagi, karena tema ceritaku adalah Naruto yang masuk ke dalam tubuh Raiser. Maka ke depannya aku akan menggunakan nama Raiser agar, tentu beberapa dari kalian akan ada yang protes, tapi ini juga demi kemudahan dalam memahami fic ini.
Akhir kata,
Ags, Out
