Naruto milik Kishimoto-sensei

Highschool DxD milik Ishibumi-sensei

Mempersembahkan

The Journey of Chakra

Warning:

Mainstream! Bahasa tidak baku! Banyak kata umpatan, kasar, dan lain sebagainya.

Rate:

M (Mature)

Pairing:

Raiser x Harem

Summary:

Ini pasti ada sebuah kesalahan. Aku seharusnya mati dan ke akhirat berkumbul dengan teman dan keluargaku, bukan bereinkarnasi menjadi bajingan kaya berengsek yang sifatnya berbanding terbalik denganku.

Yah, aku rasa aku akan mencari cara untuk mati.

.

.


Setelah mendapat anggukan kecil dari kedua saudari kembar tersebut, semua yang masih sadar di ruangan itu tetap tidak bergerak, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Melihat tidak ada yang berniat melakukan sesuatu, Naruto memutuskan mengambil beberapa kain dari meja di samping ranjang, berjalan ke arah Rii dan Nii lalu mengelap lantai di bawah mereka.

"Er... Tidak apa-apa. Hal seperti ini biasa terjadi"

'Mulut sialan. Apanya yang biasa terjadi!?' Umpat Naruto dalam hati.

Ucapan Narutolah yang akhirnya menyadarkan empat orang lainnya, tapi meski begitu Sirzechs dan Ajuka tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini. Melihat kedua temannya tidak akan melakukan sesuatu, Serafall memutuskan untuk mengambil alih.

"Baiklah. Sir-tan, Aju-chan, kalian ke luar. Raiser, kau tinggal"

"Naru-tunggu, kenapa aku tidak ikut keluar?" Tanya Naruto, dia berharap dia bisa segera pergi dari sini dan mencari jawaban tentang apapun yang sedang terjadi di sini.

"Kau adalah raja mereka. Tentu saja kau harus tinggal"

"Raja? Apa-"

"Kau benar Sera. Aku dan Ajuka sebaiknya ke luar sekarang"

Sirzechs dengan cepat menarik tangan Ajuka yang masih mematung dan menariknya berusaha meninggalkan ruangan itu secepat mungkin.

Setelah Sirzechs dan Ajuka menutup pintu ruangan, Serafall membuang nafasnya dan mengalihkan pandangannya ke Naruto yang masih terduduk dengan tangan yang masih mengelap lantai basah itu.

"Aku akan mengambil baju ganti untuk mereka. Raiser, setelah kau selesai dengan... itu, ajak Rii dan Nii ke kamar mandi untuk membersihkan diri mereka"

"Aku Naru-kau tahu, aku sudah tidak peduli lagi" Ucap Naruto kesal setelah melihat Serafall sudah berjalan ke lemari yang ada di ujung ruangan untuk mengambil beberapa baju ganti.

Naruto mempercepat mengelap lantai dan setelah selesai dia kembali berdiri mengulurkan kedua tangannya kepada saudari kembar yang masih terduduk diam di lantai.

Ravel bahkan masih tidak bisa berkata apa-apa melihat semua kejadian yang telah terjadi di depan matanya

'Selain wanita bernama Sera, semua orang yang ada di sini memiliki chakra. Tidak, ini bukan sembarang chakra, ini chakraku!' Pikir Naruto sambil melihat beberapa orang yang ada di ruangan ini.

Naruto cukup percaya diri dengan kemampuan sensornya, terutama setelah dia menyempurkanan senjutsu di umur 56 tahun, dia dapat membedakan hampir chakra semua orang, dan dia sangat yakin chakra yang dimiliki oleh para gadis ini adalah chakranya.

Naruto berkedip. Tidak merasakan apapun memegang tangannya, Naruto melihat tangannya yang masih terulur sementara dua gadis bertelinga kucing di hadapannya masih terduduk hanya melihat dirinya, Naruto ingat wajah yang mereka tampakkan seperti Sakura saat pertama kali melihat Kaguya, atau seperti para gadis yang melihat dirinya setelah perang dunia shinobi keempat.

Hm, bahkan dengan tubuh yang berbeda, kharisma seorang Uzumaki Naruto tidak ada duanya, pikir Naruto bangga.

"Ayo, sebaiknya kalian segera membersihkan diri kalian" Ucap Naruto sembari memegang tangan kedua gadis itu dan menarik mereka dengan cukup lembut hingga mereka akhirnya kembali berdiri walau dia bisa melihat kaki mereka yang masih sedikit bergetar.

Naruto melihat di ujung sisi ruangan yang lain, terdapat ruangan lain yang dia yakini adalah kamar mandi. Naruto membantu kedua gadis itu berjalan walau dengan tempo yang cukup lambat.

Pada akhirnya mereka mencapai pintu kamar mandi, dan Naruto mendorong mereka perlahan untuk masuk ke dalam. Setelah mereka masuk, Naruto menutup pintunya dan membiarkan mereka berada di dalam sementara dirinya tetap berada di luar dan menunggu dari balik pintu.

Sembari menunggu, Naruto menutup matanya sembari memikirkan kemungkinan apa saja yang terjadi yang membuatnya berakhir di tempat ini. Dia berusaha mengurutkan semua kejadian yang terjadi setelah dia yakin bahwa dia telah mati.

Pertama yang dia tahu, Naruto telah mati di usia sekitar 200 tahun, dia sudah tidak terlalu memedulikan masalah umur semenjak semua temannya mati.

Kedua, beberapa detik setelah kematiannya, Naruto tiba-tiba saja berada di sebuah atap bangunan yang tampaknya dia sedang bertarung dengan grup remaja sebelumnya. Hal yang Naruto temukan dari hal itu adalah tubuhnya terasa lebih muda dari sebelum dia mati.

Ketiga, dari sana Naruto dipindahkan ke sebuah ruangan dan ditanyai oleh 4 orang yang dia anggap adalah pemimpin di sini, di manapun itu. Dari hal ini, dia tahu bahwa tubuh ini bukanlah tubuh Uzumaki Naruto, melainkan tubuh seorang pria awal dewasa, bernama Raiser Phenex yang dia simpulkan adalah seorang bangsawan.

Keempat, Naruto berada di sebuah ruangan kesehatan yang cukup luas dan menemukan puluhan gadis muda yang tak sadarkan diri sembari memegang perut mereka, fakta bahwa mereka memiliki chakra membuat Naruto cukup paham apa yang tengah terjadi pada mereka.

Kelima, dia melihat secara langsung, tidak satu, melainkan dua orang gadis muda imut bertelinga kucing yang orgasme tepat di depannya. Naruto bersumpah dia akan memukul wajah Jiraiya jika dia bertemu dengannya di akhirat.

Merasakan ada yang mendekat, Naruto menghentikan pikirannya dan melihat bahwa wanita bernama Serafall sudah berada di dekatnya dengan membawa dua baju ganti khusus pasien yang biasa dia lihat di rumah sakit.

"Aku tahu mereka adalah bidakmu, tapi tak kusangka kau melatih mereka untuk hal itu"

"Wanita, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi aku bisa mengatakan padamu bahwa aku tidak melakukan apapun yang kau pikirkan"

Serafall hanya mengangkat bahu dan masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Naruto dengan Ravel yang masih diam sejak melihat kejadian sebelumnya.

"Er... halo"

Ravel berkedip. Menutup mata sesaat, lalu membuka matanya lagi.

"Onii-sama"

"Ah, kau adik si Raiser Phenex. Maaf, tapi aku bukanlah Raiser" Jawab Naruto mengagetkan Ravel.

"Apa?"

"Namaku Naru-"

"Maaf memberikan kabar buruk ini, Ravel-chan. Akan tetapi, kami percaya bahwa Raiser Phenex telah kehilangan ingatannya"

Serafall memotong ucapan Naruto, lagi, sambil ke luar dari kamar mandi diikuti oleh Rii dan Nii yang berganti baju, tapi masih tidak berani melihat ke arah Naruto.

"Apa!? Lalu apa saja yang Onii-sama ingat Leviathan-sama? Apa Onii-sama masih mengingat kami?" Tanya Ravel panik.

"Sudah kubilang, aku tidak-"

"Sayangnya, saat ini dia tidak mengingat apapun kecuali hal-hal dasar. Raiser-chan bahkan tidak tahu namanya sendiri" Jawab Serafall.

Naruto menghela nafasnya.

"Uhh… Leviathan-sama"

Suara kecil Nii mengalihkan perhatian semua orang. Dengan malu atau mungkin ketakutan, Nii memberanikan diri mengangkat kepalanya sedikit, melihat ke arah Serafall, sembari berusaha untuk tidak melihat ke arah Naruto.

"Apa anda tahu tentang masalah chakra pada tubuh kami?"

Naruto mendengarkan, dia juga penasaran kenapa semua gadis di ruangan ini bisa memiliki chakranya.

"Kami menduga Raiser-chan telah membangkitkan chakra secara alami selama pertarungannya dengan Rias-chan. Jangan salah paham, Raiser-chan bukanlah seorang hybrid, dia adalah iblis berdarah murni. Kami sudah bicara dari pihak youkai dunia atas, dan mereka mengatakan memang mungkin membangkitkan chakra secara alami, terlepas dari garis keturunan" Jawab Serafall panjang lebar.

Ravel, Rii, dan Nii berusaha menerima informasi baru tersebut. Naruto hanya menganggukkan kepalanya, dia sudah cukup paham untuk masalah itu.

Tunggu.

Iblis?

Youkai?

"Lalu… alasan kami juga memiliki chakra apakah ada hubungannya dengan evil piece?" Tanya Ravel.

Evil piece, apa lagi itu?

"Iya, kami memiliki teori. Kami rasa chakra yang Raiser-chan bangkitkan terbagikan secara langsung ke kalian yang memang memiliki koneksi dengan Raiser-chan lewat perantara evil piece"

"Baiklah izinkan aku bertanya sekarang. Apa yang dari tadi kalian maksudkan? Iblis, Youkai, evil piece? Apa itu?"

"Ah"

Barulah Serafall dibantu dengan Ravel, Rii, dan Nii, menjelaskan semua hal yang berhubungan supranatural, dimulai dari asal ketiga fraksi besar hingga sistem dari ketiganya, tentunya mereka hanya bisa menjelaskan secara rinci fraksi iblis, mengingat mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang fraksi lain.

Sementara Naruto yang mendengarkan penjelasan mereka, berusaha sekuat mungkin untuk menerima hal-hal di luar kata normal itu.

Kenapa dia tidak terlempar ke dunia yang normal saja? Mengeluarkan api dari mulut, berjalan di atas air, dan lainnya. Kau tahu, hal normal seperti itu.

.


.

Beralih ke luar ruangan, tepatnya di lorong yang cukup panjang, Sirzechs masih menarik tangan Ajuka, berusaha secepat mungkin menjauh dari tempat mereka sebelumnya. Saat itulah akhirnya otak Ajuka kembali bekerja.

"Wow"

"Setuju"

Akhirnya setelah merasa cukup jauh, Sirzechs melepaskan tangan Ajuka dan membiarkan dia berjalan sendiri, hingga mereka berjalan beriringan.

"Harusnya aku mengikuti saran Falbium untuk tidak ikut" Ucap Ajuka memijat pangkal hidungnya. Sirzechs sangat menyetujui hal itu.

"Jadi, bagaimana kita mengurus masalah pertandingan Rias dan Raiser? Mengingat Raiser yang sudah tidak ingat apa-apa, aku rasa kau sekarang bisa membatalkan pertunangan adikmu" Tanya Ajuka pada Sirzechs.

"Alasan seperti itu masih kurang kuat. Aku bahkan tidak yakin apa Lord Phenex akan menyetujui pembatalan pertunangan itu. Selain itu, aku rasa kita masih punya masalah lain" Jelas Sirzechs.

"Masalah lain? Maksudmu Raiser dan para peeragenya yang memiliki chakra, atau masalah Yasaka yang meminta untuk bertemu dengan Raiser secepatnya?"

Sirzechs sweatdrop. Setelah dia pikir, ternyata memang banyak masalah lain yang cukup besar, walau bukan itu yang dia pikirkan.

"Yang kumaksud adalah teori bahwa Raiser bukan kehilangan ingatannya, melainkan ada individu baru yang masuk ke dalam tubuh Raiser" Jelas Sirzechs.

"Kau terlalu banyak membaca cerita fiksi. Kita sudah menanyakan ratusan pertanyaan ke Raiser dan dia tidak bisa menjawab apapun yang berhubungan dengan wilayah dan hal supranatural"

"Bagaimana jika individu yang masuk ke dalam tubuh Raiser memang tidak tahu tentang supranatural dan tidak berasal dari dunia ini?"

Argumen Sirzechs membuat Ajuka membuang nafasnya lelah, terkadang temannya memang sulit berpikir logis jika itu menyangkut adik kesayangannya.

"Aku rasa aku tahu ke mana arah pembicaraan ini" Ucap Ajuka

"Apa kau bisa membuat sesuatu yang setidaknya membuat kita percaya bahwa dia sungguh-sungguh Raiser?"

"Kau tidak akan menyerah dalam hal itu, kan?"

Sirzechs tersenyum ke arah Ajuka.

"Akan kulihat apa yang bisa kulakukan" Ucap Ajuka pasrah.

Mereka kembali berjalan, melupakan kejadian yang terjadi sebelumnya dan tidak mengetahui kejadian yang saat ini tengah terjadi di ruangan lain.

.


.

Kembali ke ruang perawatan, sayangnya ini bukanlah ruang yang sama dengan sebelumnya, jika di ruangan sebelumnya adalah untuk peerage Raiser Phenex, ruangan ini adalah untuk peerage Rias Gremory.

Terlihat Rias dan peeragenya yang lain yang tetap menggunakan pakaian mereka masing-masing, kecuali satu gadis berambut putih yang terduduk di ranjang, mengenakan pakaian pasien.

"Maafkan aku, buchou. Aku satu-satunya yang tereliminasi saat rating game berlangsung" Ucap gadis itu menyesal.

"Aku tidak menyalahkanmu, Koneko. Lagipula Onii-sama mengatakan bahwa rating game ini telah dihentikan dan diundur hingga waktu yang belum ditentukan" Jelas Rias kepada semua anggotanya sekaligus.

"Ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya terjadi saat di arena? Mereka semua tiba-tiba menghilang secara bersamaan" Tanya pemuda berambut coklat, Issei, pada semuanya.

Gadis berambut putih itu, Koneko, diam mencoba mendengarkan dengan seksama untuk mengetahui apa yang terjadi setelah dirinya tereleminasi dari arena.

"Aku rasa itu ada hubungannya dengan Raiser. Sebelum peerage Raiser menghilang, aku sempat menembakkan Absolute Destruction ke Raiser, dari sana semuanya menjadi aneh" Jawab Rias.

"Aku juga bisa merasakan Raiser menjadi sangat berbeda setelah peeragenya menghilang. Dia menjadi sangat kebingungan" Ucap gadis berpakaian miko, Akeno.

Diskusi mereka semua terhenti begitu melihat pintu ruangan terbuka. Mereka melihat dua orang yang mereka kenal sebagai ketua OSIS dan wakilnya masuk ke dalam ruangan lengkap dengan raut datar mereka masing-masing.

"Sona"

"Rias"

Sona dan wakilnya, Tsubaki berjalan mendekati mereka dan berhenti setelah mereka berdiri di samping ranjang Koneko.

"Bagaimana kondisimu, Koneko-san?" Tanya Sona.

"Lebih baik, Kaichou"

Sona mengangguk.

"Apa kau mengetahui apa yang tengah terjadi, Sona?" Tanya Rias.

"Kami berpapasan dengan Asmodeus-sama dalam perjalanan kami ke sini. Dia menjelaskan beberapa hal dan meminta kami untuk menyampaikannya kepada kalian"

Mereka semua menunggu penjelasan Sona.

"Tampaknya setelah seranganmu yang menghilangkan kepala Raiser mengakibatkan Raiser kehilangan ingatannya dan mengakibatkan peeragenya menghilang karena hubungan mereka dengan evil piece"

"Hilang ingatan!?"

"Oleh karena itu, para Maou meminta untuk rating game diundur hingga waktu yang masih belum ditentukan"

"Lalu bagaimana dengan pertunanganku!? Apa itu berarti mereka membatalkannya?" Tanya Rias penuh harap.

"Aku tidak tahu, tapi jika Raiser benar-benar kehilangan ingatannya, mungkin sekarang kalian berdua dapat membatalkannya dengan membicarakan hal itu tanpa perlu adanya rating game" Jelas Sona.

"Iya, kau benar. Walau aku masih tidak ingin melihat wajah Raiser, tapi jika dia benar-benar tidak ingat apapun mungkin aku bisa membuatnya membatalkan pertunangan ini"

Selama beberapa menit, mereka terus berdiskusi. Mulai dari masalah yang tengah terjadi, hingga kemungkinan yang akan terjadi. Hingga akhirnya Sona dan Tsubaki pamit untuk pergi mengerjakan urusan mereka yang lain, meninggalkan Rias dan peeragenya seperti sebelum mereka datang.

"Jadi, kalian mau datang ke rumahku?" Usul Rias pada semuanya.

.


.

Kembali ke ruangan lain, terlihat Naruto yang duduk di salah satu kursi yang telah mereka letakkan di samping ranjang Ravel. Setelah mendengar penjelasan dari Serafall dan ketiga gadis yang sekarang dia tahu adalah peeragenya, Naruto hanya bisa melipat tangannya dan menutup matanya sembari melihat ke langit-langit, salah satu hal yang dia lakukan jika dia tengah banyak pikiran. Akhirnya Naruto melihat mereka.

"Aku iblis?"

Serafall mengangguk.

"semua yang ada di ruangan ini kecuali Serafall adalah peerageku?"

Rii dan Nii mengangguk.

"Aku adalah kakakmu?"

Ravel mengangguk.

Tarik nafas. Buang nafas. Ulangi.

"Aku butuh minum"

Nii dengan sigap mengambil segelas air dan memberikannya kepada Naruto. Naruto bisa melihat dengan jelas tangan gadis itu masih bergetar. Dari gerakan tubuh gadis itu dan saudarinya, Naruto menduga mereka adalah pengguna chakra tipe sensor. Jika memang benar, maka wajar jika mereka merasa takut kepadanya.

"Apa jangan-jangan kalian, bisa merasakan chakraku?" Tanya Naruto.

Rii dan Nii membulatkan mata mereka, sementara Serafall dan Ravel memiringkan kepala mereka kebingungan.

Melihat reaksi mereka, Naruto tertawa canggung.

"Ah, ahaha, ahahaha. Maaf, sudah lama tidak ada yang mempermasalahkan chakraku, jadinya aku hanya membiarkannya"

Setiap era, tingkat chakra bayi yang lahir akan selalu lebih besar dari era sebelumnya, dan pada akhirnya banyak orang di Konoha yang sudah terbiasa merasakan chakra yang cukup besar. Akan tetapi Naruto menyadari bahwa dia bukanlah di Konoha.

Naruto kemudian menekan chakranya sebanyak mungkin ke level di mana dia bisa merasakan bahwa tingkat chakranya yang sekarang mungkin setara dengan Obito dalam mode Rikudou.

Rii dan Nii yang merasakan chakra Naruto sudah lebih sedikit dari yang sebelumnya membuang nafas lega.

"Tunggu, Onii-sama. Kau kehilangan ingatanmu, tapi bagaimana kau bisa tahu tentang chakra yang mana saat kau tidak amnesiapun tidak mengtahui hal itu?"

"Sudah kubilang, aku bukan-"

"Dari yang kami tahu, Raiser memiliki ingatan buatan yang membantu tubuhnya tetap bekerja selama dia kehilangan ingatannya" Potong Serafall.

Wanita ini!

"Onii-sama, jika memang kau tahu, apa kau bisa membantu kami? Selain Rii dan Nii, aku dan peerage yang lain sangat kesulitan beradaptasi dengan chakra ini" Tanya Ravel.

Ravel bukannya tidak suka chakra yang dia rasakan, sebaliknya, sensasi chakra yang mengalir di seluruh tubuhnya adalah perasaan yang cukup menenangkan, hanya saja aliran sihirnya terganggu membuat dirinya tidak nyaman.

"Ah, tentu. Awalnya aku bingung kenapa kalian memiliki chakra, tapi setelah mendengar penjelasan tentang evil piece, aku rasa aku tahu apa yang terjadi dengan kalian"

"Raiser-chan, kau tahu?"

"Kau bisa memanggilku sesukamu, tapi iya, aku tahu apa yang terjadi. Karena hubungan aku dengan kalian, chakraku juga terbagi kepada kalian dari evil piece yang kalian miliki" Jelas Naruto.

"Teoriku, setelah evil piece kalian menyebarkan chakraku kepada kalian, kinerja evil piece kalian menjadi terganggu, yang sebelumnya hanya sumber sihir kalian, tiba-tiba saja ada sumber lain yang berusaha ikut campur"

Naruto berusaha menjelaskan teorinya sesederhana mungkin. Dari yang Naruto dengar, Evil piece berguna untuk menyebarkan energi sihir kepada iblis reinkarnasi, jika ada energi lain yang mengganggu, sebut saja chakranya, evil piece itu dipaksa untuk menyebarkan 2 energi secara bersamaan. Terlebih chakranya yang terlalu besar bagi kebanyakan orang.

"Lalu, bagaimana cara kita memperbaikinya?" Tanya Serafall walau masih sedikit bingung dengan penjelasan Naruto, mengingat dia sendiri tidak cukup tahu dengan konsep chakra itu sendiri.

"Aku rasa yang perlu kulakukan adalah mengambil evil piece ini" Jawab Naruto berdiri lalu berpindah hingga dirinya duduk di ranjang Ravel.

"Ha?"

Mereka semua kebingungan melihat Naruto menutup matanya beberapa detik dan membukanya kembali. Sebaliknya, Rii dan Nii sangat tahu apa yang dia lakukan. Walau hanya sedetik, itu sudah lebih dari cukup bagi mereka untuk merasakan bahwa King mereka, menyatu dengan alam.

Naruto yang hanya memasuki mode sage selama 1 detik, cukup untuk mendeteksi di mana letak evil piece ini di tubuh semua orang di ruangan tersebut.

Kali ini bukan hanya Rii dan Nii yang terkejut, Serafall dan Ravel juga ikut terkejut begitu melihat tangan Naruto berubah dari daging dan darah, menjadi tangan yang terbuat dari cahaya, tapi hanya Rii dan Nii yang tahu bahwa cahaya itu adalah chakra.

Dengan lembut, Naruto meletakkan tangan chakranya ke dada Ravel. Mereka lebih terkejut begitu melihat tangan Naruto terus masuk ke dalam tubuh Ravel seakan tangan itu hanyalah tangan astral.

Naruto menarik tangannya dan mengubahnya kembali menjadi normal, saat itulah mereka melihat di tangan Naruto terdapat sebuah bidak Bishop berwarna jingga. Naruto akui, dia senang melihat warna bidak itu.

"APA!?"

Mereka semua hanya bisa berteriak kaget, begitu melihat bidak itu. Jika apa yang mereka pikirkan benar, maka…

Semua pasang mata kecuali Naruto melihat Ravel yang terlihat lebih sehat dari sebelumnya. Ravel sendiri juga sama terkejutnya dengan mereka dan melihat tangannya sendiri.

"Apa yang baru saja terjadi?" Tanya Ravel.

Sebelum mendengar jawaban dari lainnya, Ravel menutup matanya dan konsentrasi. Dia bisa merasakannya, dia masih memiliki energi sihirnya, tapi dia lebih terkejut begitu merasakan di dalam tubuhnya masih dialiri chakra, walau kali ini dia bisa merasakan chakranya tidak sebesar sebelumnya.

"Evil piece ini telah berubah, yang awalnya hanya memberikan energi sihir, sekarang benda ini juga memberikan chakra" Jawab Naruto memperhatikan bidak di tangannya dan memasukkannya ke dalam kantung celananya.

Naruto berjalan ke arah gadis-gadis yang lain.

"Tunggu, tunggu! Apa yang terjadi!? Kau mengambil evil piece mereka? Kenapa mereka masih bisa hidup? Atau kenapa aku masih bisa merasakan chakra dalam tubuh Ravel-chan?"

Serafall benar-benar bingung. Dari yang dia tahu, Evil piece juga berguna untuk memompa jantung dari iblis reinkarnasi. Jika evil piece diambil, sama saja seperti mengambil sacred gear secara paksa, seharusnya orang itu mati. Lebih aneh lagi, Serafall jelas merasakan bidak yang Naruto ambil adaah sumber chakra Ravel, tapi kenapa dia masih merasakan chakra dalam tubuh Ravel.

"Kenapa dia masih bisa hidup? Karena sekarang dia juga memiliki chakranya sendiri. Membangkitkan chakra adalah sesuatu yang sangat sulit, tapi begitu mereka merasakan apa itu chakra, tubuh dan pikiran mereka akan secara otomatis membuat chakra mereka sendiri"

Naruto menjelaskan sembari mengulang proses tadi kepada semua gadis yang masih tidak sadarkan diri, dia sangat cepat hingga dia sudah memiliki semua bidak di kantungnya, kecuali 2 bidak pawn yang berada di dalam Rii dan Nii.

Melihat King mereka yang berjalan ke arah mereka, Rii dan Nii langsung bersujud di lantai. Sontak Naruto menghentikan badannya.

"Kami mohon Raiser-sama. Jangan mengambil evil piece kami, kami rela menjadi budak Raiser-sama seumur hidup, kami hanya ingin menjadi peerage Raiser-sama" Mohon Nii.

"Itulah kenapa aku harus mengambilnya, aku tidak suka perbudakan"

Naruto dengan cepat mengubah kedua tangannya dan mengambil bidak Rii dan Nii. Begitu mendengar penjelasan tentang evil piece, Naruto sudah berusaha menahan amarahnya sekuat tenaga. Membiarkan kebebasan orang lain direnggut hanya karena benda kecil di tangannya adalah sesuatu yang Naruto benci, terutama begitu dia mendengar bahwa bidak lain harus selalu mengikuti perintah King mereka, apapun itu.

"Jika kalian ingin bersamaku, kalian tidak perlu evil piece untuk membuktikannya" Ucap Naruto lembut sembari mengelus kepala Rii dan Nii. Naruto membantu Rii dan Nii berdiri dengan lembut, walau mereka masih sedih, mereka menganggukkan kepala mereka.

"Aku rasa aku harus pergi, aku harus mendiskusikan ini dengan Ajuka-chan"

Serafall langsung pergi meninggalkan ruangan dengan lingkaran teleportasi, menyisakan Naruto yang mengelus kepala Rii dan Nii, dan Ravel yang masih belum memahami semuanya dengan seksama.

"Raiser, Ravel!"

Kali ini pintu terbuka dan masuklah satu pria dewasa da satu wanita yang sangat cantik, Lord Phenex dan Lady Phenex.

"Apa kalian tidak apa-apa? Kami mendengar bahwa kau kehilangan ingatanmu, anakku. Apa tubuh kalian baik-baik saja, bagaimana dengan peeragemu, apa mereka juga baik-baik saja?"

Tidak diberikan waktu menjawab, Lady Phenex menembakkan banyak pertanyaan sekaligus, tidak memberikan Ravel waktu untuk menjawab, sementara Naruto yang tidak tahu kedua orang itu.

"Sabarlah sayang. Aku rasa mereka masih belum pulih seutuhnya, lebih baik kita tinggalkan mereka untuk beristirahat. Kalian bisa ikut pulang dengan kami jika kalian sudah cukup sehat, Raiser, Ravel"

Lady Phenex langsung menarik Raiser dan Ravel dalam pelukannya, bahkan refleks Naruto masih tidak secepat refleks seorang ibu.

Melihat istrinya yang sudah mendekap anak mereka, Lord Phenex langsung merapal lingkaran sihir teleportasi sembari melihat Rii dan Nii yang masih kebingungan.

"Bisakah kami minta tolong kepada kalian untuk menjaga yang lainnya sampai mereka semua siuman, Rii, Nii?"

Rii dan Nii mengangguk masih kebingungan.

Barulah setelah keluarga Phenex menghilang dalam lingkaran teleportasi, mereka melihat semua yang masih belum siuman lalu melihat satu sama lain.

"Apa yang terjadi?"

"Apa yang terjadi?"

.

.

.

Wow, aku tidak tahu aku memiliki waktu untuk menulis, padahal aku sendiri juga banyak urusan di dunia nyata, tapi entah kenapa dengan menulis fic membuat stressku menurun.

Di sini aku juga mau menjawab beberapa pertanyaan kalian.

Bukankah level chakra mereka terlalu besar? Iya, aku tahu hal itu, tapi kekuatan seseorang tidak bisa dilihat dari level chakra mereka semata.

Ibarat karakter punya banyak MP, tapi hanya bisa menggunakan 1-2 skill.

Lalu jika ditanya bagaimana nanti ceritanya jika karakternya OP? Aku mungkin akan meniru beberapa cerita OP lain, misal mereka tidak akan fokus berkelahi, atau lain sebagainya.

BTW HAPPY BIRTHDAY BUAT YANG ULANG TAHUN HARI INI, 10 SEPTEMBER 2021.

Akhir kata,

Ags, Out