Naruto milik Kishimoto-sensei
Highschool DxD milik Ishibumi-sensei
Mempersembahkan
The Journey of Chakra
Warning:
Mainstream! Bahasa tidak baku! Banyak kata umpatan, kasar, dan lain sebagainya.
Rate:
M (Mature)
Pairing:
Raiser x Harem
Summary:
Ini pasti ada sebuah kesalahan. Aku seharusnya mati dan ke akhirat berkumpul dengan teman dan keluargaku, bukan bereinkarnasi menjadi bajingan kaya berengsek yang sifatnya berbanding terbalik denganku.
Yah, aku rasa aku akan mencari cara untuk mati.
.
.
.
Kediaman Phenex di pagi hari itu sangat ramai. Bukan tanpa alasan hal ini terjadi, Vurvogel memanggil semua orang yang ada di kediaman tersebut termasuk dengan para pelayan. Ini adalah pertama kalinya putranya pergi ke dunia manusia, tepatnya ke teritori fraksi lain, dan putranya telah mengirimkan surat kepada mereka.
"Ada apa dengan keramaian ini, chichi-ue, haha-ue?" Tanya anak sulung mereka, Ruval Phenex. Dia penasaran kenapa dia dipanggil dari kediaman pribadinya ke kediaman utama. Para pelayan hanya mengatakan bahwa Ayah dan Ibunya akan memberikan berita penting.
Ruval juga berusaha mencari adik-adiknya, dan dia tidak menemukan mereka semua. Baik, Rava mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai broadcaster. Raiser mungkin lebih memilih untuk bermain-main entah dengan siapa dan di mana. Ruval lebih penasaran kenapa dia tidak melihat Ravel.
"Ah, Ruval. Maaf, kami tidak sempat mengabarimu mengenai hal yang terjadi belakangan ini" Ucap Layla meminta maaf kepada anak sulungnya.
"Tidak apa, haha-ue. Memangnya apa yang terjadi, dan di mana Raiser dan Ravel? Terakhir kudengar kabar Raiser akan melaksanakan rating game dengan penerus Gremory" Tanya Ruval.
"Ah, Ruval. Sepertinya kau ketinggalan berita lagi. Untuk pertunangan Raiser dan Rias Gremory tengah diundur dikarenakan Raiser dan Ravel baru saja membangkitkan chakra dan pergi untuk belajar dengan para youkai" Jelas Vurvogel.
"…apa?"
Layla hanya menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan yang diberikan suaminya.
"Dan lihat ini, mereka baru saja mengirimkan surat dari dunia atas. Ayo kita baca bersama-sama!" Ajak Vurvogel.
"Tunggu sebentar. Kenapa kita tidak kembali ke bagian di mana Raiser dan Ravel dapat membangkitkan chakra. Bagaimana? Kapan? Sebenarnya apa yang terjadi saat aku tidak ada!?"
"Sudah kuduga akan menjadi seperti ini. Biarkan aku menjelaskan lebih detail, Ruval-kun" Ucap Layla.
Layla akhirnya menjelaskan secara garis besar apa yang terjadi saat rating game hingga bagaimana Raiser dan Ravel bisa pergi ke wilayah youkai. Tentu saja beberapa pelayan yang memang ada di ruangan itu juga mendengarkan dengan seksama karena mayoritas dari mereka hanya mendengar kabar dari mulut ke mulut.
Setelah mendengarkan penjelasan Ibunya, Ruval mencari tempat duduk untuk mencerna informasi yang baru dia dapatkan dengan lebih mudah.
"Jadi, sejauh mana Raiser mengingat kita, atau setidaknya sejauh mana dia mengingat dirinya?" Tanya Ruval penasaran.
"Baru kemarin juga kami mendapat laporan tertulis dari para Maou, berdasarkan hasil pemeriksaan, mereka meyakini bahwa ingatan Raiser telah tergantingkan dengan ingatan buatan yang dibuat oleh tubuhnya sebagai mekanisme pertahanan saat kepalanya menghilang" Jelas Layla.
"Sementara untuk ingatan buatan Raiser sendiri hanyalah ingatan seorang pria tua, yang diperkirakan hanya manusia biasa di zaman peralihan era industri yang berumur sekitar 200 tahun" Sambung Layla lagi.
"Jadi, sejauh mana dia tahu dengan era sekarang?" Tanya Ruval lagi.
"Sejauh yang kita tahu, dia mengetahui apa itu TV, dan alat elektronik sederhana lainnya seperti setrika dan mesin cuci. Akan tetapi, dia masih tidak tahu dengan smartphone, roket, dan tentunya juga hal yang berhubungan dengan astrologi" Jawab Layla.
Ruval berpikir sejenak. Berarti jika menghitung umur ingatan Raiser, secara teknis umur Raiser setara dengan Rava, yang di mana hanya terpaut 100 tahun dengan dirinya.
"Lalu bagaimana dengan sifat Raiser yang baru?" Tanya harap Ruval.
"Kau tidak akan mempercayainya, dia menjadi orang yang berbeda 180 derajat. Aku tidak bisa berbicara banyak, tapi sejauh yang kulihat, Raiser yang baru ratusan kali lebih baik dari Raiser yang lama" Jawab Vurvogel.
"Aku tidak percaya aku mengatakan ini, tapi jika disuruh memilih aku lebih memilih Raiser tetap dengan sifat barunya" Tambah Layla.
"Oke, aku jadi semakin penasaran dengan Raiser yang baru. Jadi, itu surat dari Raiser?" Tanya Ruval menunjuk surat di tangan Vurvogel.
"Benar sekali, dan aku ingin kita membacanya bersama-sama"
Tanpa membuang waktu, Vurvogel membuka surat itu dan membacakan isinya dengan lantang agar semuanya juga dapat mendengarnya.
Otou-sama, Okaa-sama
Kami sudah sampai di Kyoto dengan selamat. Kami juga sudah bertemu dengan beberapa youkai, termasuk beberapa petinggi dan Yasaka-dono.
Seperti yang Leviathan-sama perkirakan, pihak youkai ingin melihat sejauh mana Onii-sama dan Ravel mengetahui tentang chakra kami, Onii-sama meminta kami berpura-pura tidak memahami masalah itu dan meminta pihak youkai untuk melatih kami semua.
Tapi sepertinya pihak youkai ingin menahan kami di sini lebih lama tanpa belajar apapun, akhirnya Onii-sama memutuskan melatih kami semua. Satu hal mengarah ke hal lain, Onii-sama setuju untuk mereinkarnasikan kami lagi menjadi iblis, walau bidak kami ada yang berbeda dari sebelumnya.
Ravel menjadi Queen, Mira menjadi Knight dan dia bahkan mendapat kedua bidak. Mihae tetap menjadi Bishop, sama dengan Xuelan yang tetap menjadi Rook, mereka juga mendapat kedua bidak. Rii dan Nii masing-masing mendapat 4 bidak Pawn.
"Wow, seingatku si Mira dulu hanya setara dengan satu bidak Pawn, tapi sekarang dia malah berkembang mendapat dua bidak Knight" Ucap Ruval kagum. Sepertinya energi chakra yang dibicarakan ini benar-benar menjadi batu loncatan.
"Iya, kau harus mendengar saat Raiser melesat hanya menggunakan chakranya" Balas Vurvogel mengingat cerita beberapa pelayan.
"Lanjutkan suratnya, Suamiku" Pinta Layla ingin mendengar kelanjutan surat anaknya.
Vurvogel mengangguk.
Besok Onii-sama akan memulai melatih kami semua. Oh, setelah beberapa pertimbangan, Onii-sama juga meminta izin Otou-sama dan Okaa-sama untuk mengadopsi semua bidak Onii-sama menjadi putrinya, termasuk Ravel
Sampai jumpa, Otou-sama, Okaa-sama
Tehee
"…"
"…"
"…"
Keadaan menjadi hening setelah Vurvogel selesai membaca surat di tangannya. Semua yang mendengar isi surat tersebut berusaha mencerna informasi tersebut.
"Apa?"
Ruval bertanya memastikan, dia mengambil surat dari tangan Ayahnya dan membaca ulang surat tersebut.
"Si Raiser itu, apa dia serius? Dia ingin mengadopsi bidaknya sendiri menjadi anaknya. Tidak, aku harusnya lebih fokus ke masalah lain, dia berusaha mengadopsi Ravel, adiknya sendiri!?"
Ruval hampir tersulut amarah, tapi dia tidak berani meluapkan amarahnya begitu melihat Ayahnya yang sudah diselimuti aura merah api.
"Raiser! Berani-beraninya dia berusaha mengambil putri kesayanganku!"
Layla hanya menghela nafasnya. Sepertinya memang hanya perempuan di keluarga Phenex yang dapat berpikir tenang di segala situasi dan kondisi.
"Suamiku, tenangkan dirimu" Ucap Layla memegang tangan suaminya yang terlihat manjur. Perlahan Vurvogel mulai tenang kembali.
"Kau juga, Ruval"
Ruval mengikuti saran Ibunya.
"Lihat baik-baik surat itu. Itu jelas tulisan tangan Ravel, dan kita tahu ingatan baru Raiser tidak mengetahui huruf yang digunakan di dunia ini" Jelas Layla.
Memang, saat interogasi yang dilakukan sebelumnya, para Maou juga melakukan pengecekan bahasa dari ingatan Raiser yang baru. Meskipun Raiser bisa berbicara dengan lancar, yang sepertinya ada hubungannya dengan kekuatan seorang iblis yaitu bisa memahami bahasa apapun, tapi setelah ditelusuri, ternyata huruf yang digunakan Raiser untuk menulis sangat berbeda dengan huruf yang mereka tahu.
"Bisa saja Raiser meminta Ravel untuk menuliskan suratnya, dan Ravel menulis itu tanpa sepengetahuan Raiser untuk sekedar candaan"
Setelah mereka pikirkan sekali lagi, penjelasan Layla ada benarnya. Para pelayan yang mendengar penjelasan Layla membuang nafas lega, entah kenapa mereka melakukannya mereka juga tidak tahu.
"Dan kalaupun isi surat itu sungguhan, aku tidak akan melarang Raiser untuk mengadopsi Ravel. Aku tahu Ravel berada di tangan yang tepat" Sambung Layla yakin mengagetkan semua yang mendengarnya.
"Tapi Layla-"
"Kau lebih memilih Ravel menikah dengan iblis lain atau membiarkan Raiser mengadopsi Ravel menjadi putrinya?"
"Aku tidak akan membiarkan Ravel menikah dengan lelaki manapun hingga dia berumur lebih dari 100 tahun!" Jawab Vurvogel dan Ruval bersamaan.
"Bagus, setidaknya kita satu pemahaman"
Layla mengalihkan pandangannya ke arah pelayan.
"Ambilkan aku kertas, aku akan membalas surat ini"
.
.
.
.
"Selamat pagi para muridku"
Masih di area hutan seperti kemarin, Raiser dan para murid berkumpul sekali lagi di sana dengan pakaian yang sama yang mereka gunakan kemarin, hanya saja kali ini pakaian mereka sudah bersih, tanpa ada warna apapun.
"Selamat pagi, Raiser-sama"
Beberapa dari mereka membalas salam dari Raiser, Mihae yang masih mengantuk hanya bisa menguap.
Hei, jangan salahkan dia. Dari awal dia hanyalah Bishop yang tidak pernah melakukan latihan fisik hingga kemarin.
"Seperti yang kalian inginkan, aku sudah menyetujui untuk mereinkarnasikan kalian semua sekali lagi, dan aku harap kita semua tidak menyesalinya" Jelas Raiser sembari mengeluarkan buku kecil yang sudah dia gunakan untuk coretan.
"Aku akan memastikan sekali lagi informasi yang kudapatkan mengenai evil piece"
Raiser menunjuk ke arah Rii dan Nii.
"Rii, Nii, kalian adalah pawn, bidak yang tidak memiliki tambahan kekuatan dari evil piece, tapi memiliki kekuatan khusus untuk berubah menjadi bidak apapun kecuali king, selama kalian berada di wilayah musuh. Benar"
Semuanya mengangguk. Raiser kali ini menunjuk Xuelan.
"Xuelan, kau adalah rook. Bidakmu memberikanmu kekuatan tambahan berupa serangan dan pertahanan tubuhmu yang lebih besar dibanding kekuatan bidak lainnya"
Sekali lagi, semuanya mengangguk dan kali ini Raiser menunjuk Mira.
"Mira, kau adalah knight. Bidakmu memberikanmu kekuatan tambahan berupa kecepatan dan kelincahan yang lebih besar dari yang lain"
"Benar, Raiser-sama" Jawab Mira.
Raiser menunjuk Mihae.
"Mihae, kau adalah bishop. Di buku dikatakan bahwa bidakmu memberikan kekuatan tambahan berupa energi mana yang lebih besar dari pada yang lain, dan membuatmu cocok menjadi penyerang jarak jauh atau sebagai suport dalam pertarungan"
Mihae mengangguk membenarkan.
"Tapi sebagai catatan, nampaknya dikarenakan chakraku yang tercampur dengan bidak itu, membuatnya bermutasi. Bukannya energi manamu yang meningkat, justru chakramu yang menjadi lebih banyak" Terang Raiser sembari menggaruk kepalanya, kebiasaan yang dia lakukan saat berpikir.
"Terakhir Ravel, bidakmu adalah queen. Bidakmu memberikanmu keseimbangan dari kekuatan bidak rook, knight, dan bishop"
Raiser mengakhiri konfirmasinya. Kali ini dia mengeluarkan pensil dan mulai menulis sesuatu di buku kecil yang dari tadi dia pegang.
"Baiklah! Seperti yang kita sepakati bersama, aku akan melatih kalian dalam menguasai chakra kalian. Aku tidak tahu apapun mengenai sihir dan energi mana, jadi untuk sementara aku tidak bisa melatih kalian mengenai hal tersebut"
Mereka semua menyetujui ucapan Raiser.
"Sampai sini, apa kalian ada pertanyaan sebelum aku mulai menjelaskan latihan kalian?"
Para gadis saling pandang sesaat sebelum akhirnya Ravel mengangkat tangannya.
Raiser mengisyaratkan untuk melanjutkan.
"Berdasarkan ingatan onii-sama, apa ada teknik berbasis chakra yang dapat diajarkan ke kami?"
"Well, berdasarkan ingatanku, aku tahu beberapa jutsu, teknik yang sekiranya bisa kuajarkan ke kalian. Setelah ini aku akan menjelaskannya ke kalian" Jawab Raiser.
"Ada pertanyaan lain?"
Melihat mereka semua menggeleng, Raiser melanjutkan penjelasannya.
"Baiklah. Sekarang aku akan menjelaskan sesi latihan kalian. Jika kita mengikuti saran Yasaka, mereka akan membiarkan kita di sini selama 1 bulan sebelum pelatih kita datang"
Raiser mengangkat kedua tangannya dan melakukan gerakan petik dengan jarinya saat dia menyebutkan kata pelatih.
"Jadi saat ini target latihan kita ada 1 bulan, di mana aku akan meminta kalian untuk melakukan pemanasan rutin seperti lari, push-up, dan lainnya, selama 1 bulan penuh"
"Hanya itu, nya?" Tanya Nii memiringkan kepalanya.
"Tidak juga, setiap 1 minggu, aku akan fokus melatih salah satu dari kalian secara bergantian"
'Sayang aku tidak bisa melakukan kagebunshin lagi'
"Urutan tiap minggu juga sudah kuatur. Minggu pertama Mira, kedua Xuelan, ketiga Mihae, keempat Rii dan Nii" Jawab Raiser.
"Eh, lalu aku?" Tanya Ravel.
"Karena kau queen yang memiliki kekuatan ketiga bidak, kau akan ikut latihan bersama Mira, Xuelan, Mihae, dan Rii dan Nii selama 4 minggu berturut-turut. Di sela-sela latihan itu kita akan fokus pada teknikmu"
"EHHHH"
.
.
.
.
MINGGU PERTAMA
Setelah membiarkan mereka melakukan pemanasan di area yang mereka gunakan sebelumnya, Raiser langsung meminta Mira dan Ravel untuk mengikutinya ke area lain di hutan. Setelah dirasa mereka bertiga sudah cukup jauh dari para gadis yang lain, Raiser mulai menjelaskan latihannya.
"Sebelum kalian bertanya, aku sengaja memisah latihan tiap sesi untuk tetap menjaga fokus kalian, karena masing-masing dari kalian akan kuajari satu teknik, dan dengan memisah kalian, aku berharap kalian tetap fokus pada teknik kalian masing-masing"
"Lalu bagaimana denganku? Bukankah aku juga ikut latihan dengan mereka? Bagaimana dengan teknikku?" Tanya Ravel.
"Berbeda dengan yang lain, teknik yang akan kuajarkan padamu lebih bergantung dengan imajinasi dan kreativitasmu sendiri, yang aku tahu kau miliki mengingat kemampuan berpikirmu" Jawab Raiser santai.
"Kau terlalu memujiku, onii-sama" Balas Ravel tersipu.
"Santai saja. Sekarang, Mira. Aku akan melatihmu dalam 2 hal, yang pertama adalah potensi bidakmu, dan yang kedua adalah teknik yang akan kuajarkan padamu"
"Potensiku, sebagai knight?" Tanya Mira.
Raiser mengangguk.
"Apa kau paham apa potensimu?" Tanya Raiser dibalas anggukan Mira dan Ravel yang melihat juga.
'Berarti kita akan mulai dengan melatih kecepatan dan kelincahan Mira' Pikir Ravel.
"Baiklah, ayo kita mulai sesi pertama!"
Raiser melapisi kedua tangannya dengan chakra emas dan membuat tangannya terlihat lebih besar.
"Tahan dan serang balik serangan ini! Jangan pernah menghindari pukulanku dan jangan pernah melangkah kemanapun!"
"Eh?"
*BUAK*
"Eh?"
Dengan semangat Raiser meninju wajah Mira hingga dia tersungkur dan membuat darah mengalir dari hidungnya.
"Kenapa kau tidak menangkis seranganku?" Tanya Raiser bingung.
"Apa maksudmu, onii-sama? Mira adalah knight, dia harusnya menghindari seranganmu dengan kecepatannya" Tanya balik Ravel sambil membantu Mira berdiri yang masih sedikit pusing mendapat pukulan telak.
"Bukannya kalian bilang kalian paham apa potensi Mira?"
"Mira memiliki kecepatan dan kelincahan yang seharusnya onii-sama latih untuk…"
Ravel menghentikan argumennya dan berpikir sejenak sebelum akhirnya dia membulatkan matanya ke arah Kakaknya.
"…jangan bilang, onii-sama berniat melatih serangan dan pertahanan Mira, seorang knight?" Tanya Ravel.
Mira sendiri sudah mulai paham dengan maksud Raiser mengenai potensinya.
"Untuk apa aku melatih kecepatan knight yang memang sudah cepat dari awal? Aku akan melatih Mira untuk memiliki serangan dan pertahanan yang bagus layaknya seorang rook" Jawab Raiser.
"Baik, Raiser-sama! Mohon bantuannya!" Mira kali ini menyiapkan kuda-kudanya.
"Yosh! Aku suka semangatmu, ayo mulai!
Sekali lagi, Raiser melancarkan pukulan yang kali ini ditahan oleh Mira dan langsung dibalas oleh Mira. Ravel yang melihatnya tidak bisa untuk tidak kaget.
'Onii-sama sudah gila-, tidak, sebaliknya, onii-sama sangat jenius. Normalnya orang akan melatih knight untuk meningkatkan kecepatannya yang pada akhirnya tidak ada hasil nyata, tapi dengan ini, onii-sama akan memiliki knight yang memiliki kekuatan rook'
.
.
.
.
Masih di minggu pertama, Raiser bergantian dengan Mira dan Ravel dalam melatih serangan dan pertahanan. Akan tetapi, berbeda dengan awal mereka latihan di mana Mira diminta untuk melakukan serangan balik menggunakan kedua tangannya, Raiser meminta Mira untuk menggunakan seluruh bagian tubuhnya, mulai dari kepala, bahu, siku, lutut, kaki, bahkan Mira sempat menggunakan rambutnya yang dia ikat kuncir untuk menyerang balik.
Ravel akan berbohong jika dia mengatakan dia tidak belajar banyak selama seminggu ini. Ravel benar-benar berusaha menyerap latihan di minggu ini, dan jika tebakannya benar maka sebentar lagi adalah saatnya Raiser mengajari Mira teknik yang dia janjikan di awal.
"Oke, cukup!"
Raiser menghentikan sesi latihan mereka.
"Baik, Raiser-sama!"
Walau belum ada hasil yang terlihat di tubuhnya, tapi Mira yakin bahwa stamina dan manipulasi chakranya meningkat dari sebelum mereka latihan. Mira tidak percaya dia bisa meningkat secepat ini di bawah hasil latihan Raiser, dia tidak sabar untuk sesi latihan selanjutnya.
"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Raiser-sama?" Tanya Mira.
"Aku sempat berpikir bahwa kita membutuhkan lebih banyak hari untuk membangun fisikmu, tapi ternyata kau memiliki potensi yang lebih besar dari yang kupikirkan. Apa kau siap untuk sesi latihan selanjutnya?" Jelas dan tanya Raiser.
"Saya siap, Raiser-sama!"
Raiser berjalan ke dalam hutan selama beberapa saat sebelum kembali ke lokasi awal sambil membawa beberapa dahan ranting di kedua tangannya.
"Untuk sementara ini, kita akan menggunakan ranting ini sebagai pengganti sementara pedang sebelum aku menyiapkan pedang yang cocok untukmu" Ucap Raiser sembari menjatuhkan semua ranting yang dia bawa. Setelah Ravel hitung sesaat, dia menebak ranting itu ada sekitar 20 ranting.
"Silahkan kalian ambil masing-masing satu ranting" Ajak Raiser sembari ikut mengambil 1 ranting. Mira dan Ravel mengikuti.
"Aku akan mengajari kalian salah satu teknik manipulasi chakra, dan sebelum kalian penasaran, ini bukan teknik yang akan kuajarkan pada Mira, ini lebih seperti teknik dasar"
Ravel dan Mira menganggukkan kepala mereka.
"Kalian bisa merasakan chakra kalian terpusat di area perut kalian?"
Sekali lagi mereka mengangguk.
"Baik, jika kalian menyadarinya, chakra di perut kalian mengalir ke seluruh tubuh kalian dan chakra itu bisa kalian tahan ataupun kalian lepaskan di titik tenketsu yang tersebar di seluruh bagian tubuh kalian"
Semua justu yang digunakan oleh para shinobi hanya bisa dilepaskan dari titik tenketsu, contoh sederhananya adalah praktik berjalan di area vertikal ataupun air. Para shinobi akan mengalirkan chakra ke kaki mereka, tepatnya ke tenketsu di kaki mereka, di mana jika ingin berjalan di area vertikal, mereka harus menahan sebagian chakra itu di titik tenketsu tersebut sehingga membuat titik tenketsu di kaki mereka menjadi kutub penarik yang menarik energi di dalam permukaan menyatu dengan chakra mereka.
Sementara saat ingin berjalan di atas air, para shinobi harus melepaskan chakra di tenketsu kaki mereka ke pori-pori alas kaki mereka, menjadikan kutub penolak yang mendorong energi yang ada di dalam air sehingga tidak menyatu.
Sampai dia melepas jabatan sebagai Hokage, Raiser dan para peneliti mencoba mengetahui energi apa yang ada di benda-benda tersebut, mengingat chakra hanya dimiliki oleh makhluk hidup. Akan tetapi, Raiser mulai berspekulasi bahwa seluruh objek di dunia ini memiliki 'chakra' mereka masing-masing yang unik, entah itu sebutannya ki, ten, sari kehidupan, atau lain sebagainya.
"Onii-sama?"
Raiser menghentikan pikirannya saat Ravel memanggilnya.
"Ah, maaf. Aku belum mengajarkan kalian semua teknik dasar yang lain. Well, walau kurang efektif, aku akan mengajarkan hal itu di tiap sesi kalian saja"
"Kembali ke awal, aku ingin kalian mengarahkan chakra kalian ke ranting yang kalian pegang. Anggap saja ranting itu adalah tangan kalian"
Yah, kenyataannya itu tidak tidak semudah yang Raiser katakan. Hanya segelintir orang yang bisa melakukan itu karena mengharuskan mereka untuk menyamakan 'frekuensi' aliran chakra di tangan mereka dengan objek yang mereka inginkan.
Sasuke, Asuma, dan beberapa shinobi lain bisa melakukan hal itu karena ada faktor mereka menggunakan objek khusus yang memang dibuat untuk menerima chakra, berbeda dengan ranting yang saat ini mereka pegang.
Dan jika mereka berhasil melakukannya…
"!"
Ranting di tangan Raiser mulai mengeluaran aura emas tipis. Raiser menancapkan ranting itu ke tanah. Terlepas dari tipisnya ranting yang di pegang Raiser, ranting itu menancap ke dalam tanah seperti pisau yang menancap ke sebuah mentega.
"Jika kalian bisa menguasai ini, apapun bisa menjadi senjata di tangan kalian"
"Woah"
Ravel dan Mira mulai berusaha mengalirkan chakra ke ranting mereka, sayangnya belum ada hasil pasti yang terlihat. Berbeda dengan Raiser yang mereka lihat sangat mudah melakukannya, mereka cukup kesulitan dalam mengalirkan chakra mereka.
"Terlihat mudah saat onii-sama yang melakukannya" Ucap Ravel sembari terus mencoba mengalirkan chakranya.
"Percayalah, aku adalah orang terakhir yang kalian sebut jenius, bahkan aku bisa dibilang orang paling bodoh dari semua teman-temanku"
"Ingatan buatan Raiser-sama, kan? Aku jadi penasaran seperti apa kehidupan Raiser-sama dalam ingatan buatannya" Ucap Mira.
"Ah, benar juga. Ingatan buatan. Mungkin aku akan menceritakan ingatanku pada kalian semua suatu waktu. Untuk sementara, ada latihan yang harus kalian selesaikan"
Raiser mengingatkan Mira dan Ravel untuk melanjutkan latihan mereka.
Berjam-jam sudah berlalu, Mira dan Ravel mulai merasakan perkembangan dalam latihan mereka. Raiser dengan sabar melihat mereka dalam diam sembari duduk bersandar di salah satu pohon.
Raiser kembali menutup matanya.
'Jika perhitunganku benar, chakra mereka sudah cukup juga untuk melakukan jutsu kelas A hingga S, teknik yang akan kuajarkan ke Mira tidak bisa dikategorikan ke dalam jutsu, melainkan hanya teknik kenjutsu biasa'
Raiser membuka sebelah matanya, melihat Mira dan Ravel yang terlihat sebentar lagi menguasai latihan mereka.
'Ah, benar juga. Aku belum mengetahui afinitas elemen mereka semua. Aku tahu Ravel dan Xuelan adalah pengguna elemen api, tapi aku belum mengetahui elemen yang lain'
"Kami berhasil!"
Raiser membuka matanya, melihat Ravel dan Mira. Benar saja, mereka melihat ranting di tangan mereka telah teraliri chakra, bukan chakra berwarna biru normal yang Raiser lihat, melainkan chakra berwarna putih yang menyelimuti ranting di tangan mereka.
Hmm, salah satu hal yang perlu Raiser pikirkan juga.
"Selamat, kalian berdua. Kalian berhasil menyelesaikan tahap awal dari latihan yang akan kuberikan" Ucap Raiser sembari mendekati mereka.
"Coba kalian tancapkan ranting kalian ke tanah"
Tanpa banyak kata, Ravel dan Mira menancapkan ranting mereka seperti yang dilakukan Raiser sebelumnya. Jika ranting yang ditancapkan Raiser seolah pisau yang menancap ke dalam mentega, mereka mengibaratkan ranting yang mereka tancapkan seperti pisau yang menancap ke daging empuk. Tidak cukup sulit, tapi juga tidak semudah kedengarannya.
"Hm, inti dari teknik ini adalah meningkatkan kekuatan dari objek yang dialiri. Semakin tebal chakra yang kalian gunakan untuk mengaliri objek tersebut, semakin kuat juga objek tersebut. Seberapa tebal chakra kalian tidak sama dengan seberapa banyak chakra yang kalian keluarkan, ibarat kalian memadatkan 1 kg kapas menjadi seukuran bola tangan" Jelas Raiser.
"Terkadang ada saat di mana kedua belah pihak memiliki kekuatan yang sama, salah satu poin untuk meningkatkan presentase kemampuan bertahan hidup kalian ada durabilitas senjata kalian" Sambung Raiser.
"Jadi jika di masa depan Mira melawan bidak knight yang memiliki kecepatan dan kekuatan yang sama dengannya, maka Mira bisa tetap mengalahkan musuhnya selama senjata yang Mira gunakan lebih kuat dari lawannya" Tangkap Ravel.
"Ding ding"
Mira semakin semangat melanjutkan latihannya. Dia mulai mengambil dua ranting sekaligus dan mencoba mengalirkan chakra ke kedua tangannya. Hanya dalam hitungan detik, Mira berhasil menyelimuti kedua ranting di masing-masing tangannya dengan chakra putih, tapi kali ini tidak sepadat saat dirinya menggunakan satu tangan.
Raiser menganggukkan kepalanya. Dia memang berniat melatih Mira untuk dapat mengalirkan chakra ke objek dari seluruh bagian tubuhnya.
"Oke, Mira. Latihan kali ini adalah memberikan ketebalan chakra yang sama saat kau hanya menggunakan satu objek. Gunakan ketebalan chakra yang kau keluarkan saat memegang satu ranting sebagai patokan. Coba kau aliri ke satu ranting terlebih dulu"
"Baik, Raiser-sama!"
Mira melepaskan konsentrasi chakra pada ranting di tangan kirinya dan fokus mengalirkan chakra di tangan kanannya. Kali ini ranting di tangan kanan Mira telah diselimuti chakra putih yang lebih tebal dari pertama dia mencoba.
"Oke. Ketebalan yang sempurna! Setelah kau yakin bisa mengaliri satu ranting dengan mudah, aku ingin kau menambah satu ranting lagi untuk dialiri, dan aku ingin ketebalannya tetap terjaga"
Sekali lagi Mira mengalirkan chakranya ke kedua ranting, dan ketebalan chakra yang menyelimuti ranting tersebut menipis.
"Jadi Mira harus menjaga ketebalan chakra saat memegang dua ranting setebal chakra saat dia memegang satu ranting?"
Ravel memastikan.
"Benar. Dan jika kau sudah merasa bisa mengaliri dua ranting dengan mudah, aku ingin kau menambah satu ranting, dan seterusnya. Goal pada latihan ini adalah Mira harus bisa mengaliri delapan ranting" Jawab Raiser santai sambil tersenyum.
Mira pun melanjutkan latihannya selama di bawah pengawasan Raiser. Tidak terasa 1 minggu sudah berlalu dan saatnya Raiser memutar sesi latihannya. Tentu saja Mira sedikit kecewa karena tidak bisa diawasi lagi, tapi dia tetap melanjutkan latihannya hingga 1 bulan yang akan datang.
.
.
.
.
MINGGU KEDUA
Tidak banyak yang bisa Raiser berikan kepada Xuelan mengingat dia adalah penerus dojo yang tentu sudah memiliki dasar bela diri. Berbeda dengan Mira yang dilatih serangan dan ketahanan, Xuelan dilatih untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahannya. Oleh karena itu Raiser menyiapkan pemberat untuk dipasang di kedua kaki Xuelan. Beberapa hari dibutuhkan sebelum akhirnya Xuelan menyesuaikan diri dengan pemberat kakinya.
"Anu, Raiser-sama"
Di sela latihan mereka, kadang Xuelan akan menanyakan hal-hal acak entah apa tujuannya. Tentu saja Raiser tidak keberatan, lagipula hal-hal yang biasa Xuelan tanyakan tidaklah hal-hal sensitif.
"Kenapa anda memilih ramen sebagai makanan favorit anda?"
Iya, beberapa hari terakhir Xuelan sudah menanyakan tentang kebiasaannya selama menjadi Naruto. Jam berapa dia biasa bangun dan tidur, apa makanan favoritnya, dan apa tipe perempuan yang dia suka. Raiser pernah berjanji dia akan menceritakan ingatan Naruto saat mereka kumpul bersama, oleh karena itu dia hanya menjawab pertanyaan Xuelan tanpa memberikan alasannya.
"Aku rasa aku bisa memberitahumu" Ujar Raiser sambil menangkis tendangan Xuelan.
"Apa makanan favoritmu, Xuelan? Ravel?"
Kali ini Raiser melompat ke samping menghindari tendangan kapak dari Ravel.
"Jika harus memilih saya rasa saya suka sup miso"
"Aku mungkin rainbow cake"
Ravel dan Xuelan bertukar pukulan dan tangkisan.
Ah, tidak ada yang lebih baik selain sparing 3 arah sambil bercerita.
"Aku yakin salah satu alasan kalian menyukai makanan itu adalah karena kalian memakan itu saat kecil, dan otak kecil kalian saat itu langsung menyatakan bahwa itu makanan kesukaan kalian. Sama halnya denganku"
Raiser berusaha memasukkan tendangan falcon ke arah Xuelan yang mengharuskan Xuelan menangkap Ravel dan mendorong dirinya sendiri ke belakang menjadikan Ravel sasaran tendangan Raiser ke sisi tubuhnya.
"Ouch!"
"Maaf, Ravel-sama!"
"Ini latihan, selama kau tidak curang, apapun diperbolehkan"
Beberapa jam mereka habiskan untuk melakukan sparing, dan hal itu terus berlanjut sampai beberapa hari.
"Saatnya aku mengajarimu teknik khusus"
Satu hari Raiser mengatakan itu.
Xuelan sudah siap menerima latihan apapun yang akan diberikan Raiser.
"Sebelum itu aku ingin menanyakanmu sesuatu"
"Iya, Raiser-sama?"
Raiser tersenyum lebar.
"Apa pendapatmu jika kau mulai memakai perban di tanganmu?"
.
.
.
.
MINGGU KETIGA
"AMPUN RAISER-SAMA!"
"Ayo! Kau bisa melakukannya Mihae!"
Ravel merasa sedikit kasihan melihat Mihae. Jika Mira disuruh menangkis dan meembalas serangan Raiser, dan Xuelan yang disuruh berlarian menggunakan pemberat, maka Mihae adalah gabungan kedua latihan tersebut. Mihae diminta menggunakan pemberat di kaki, tangan, dan tubuhnya. Mihae juga diminta untuk tidak menghindari serangan Raiser dan hanya boleh menangkis ataupun membalasnya. Terdengar mudah, jika saja Mihae memang bisa mengangkat tangan atau kakinya.
*BUAK*
Alih-alih menangkis, Mihae malah terlihat menjadi samsak tinju bagi Raiser. Bahkan Ravel percaya kakaknya sengaja menyerang bagian yang tidak tertutupi pemberat.
"Mihae"
Raiser menghentikan serangannya dan memegang pundak Mihae, menatapnya. Mihae akhirnya melihat bahwa air mata sedikit menggenang di mata Raiser.
"Tolong percaya padaku saat aku mengatakan aku sangat tidak ingin memukulmu, tapi aku lebih memilih melihatmu menerima pukulan dariku daripada melihatmu menerima pukulan dari musuhmu. Saat ini, kelebihan yang kau punya hanyalah chakra yang melimpah. Aku harus keras padamu setidaknya sampai kau bisa menjaga dirimu sendiri dari serangan musuh, dan sebagai gantinya aku akan mengajari teknik aku yakin sangat cocok denganmu"
"Ra-Raiser-sama…ugh…uaaaaaa"
Mihae akhirnya memutuskan untuk lebih serius dalam latihannya. Mereka terus berlatih selama beberapa hari. Sementara Ravel sendiri terus melatih teknik yang diajarkan Raiser pada dirinya di sela-sela latihan mereka selama 2 minggu terakhir.
"Aku dengar iblis Phenex memiliki sayap api terlepas dari kekuatan regenerasi mereka. Apa benar?" Tanya Raiser satu hari saat mereka beristirahat dari latihan mereka.
Ravel mengangguk.
Melihat itu Raiser mengajak Ravel ke area gelap hutan yang tertutupi dahan-dahan sehingga area di sekitar mereka lebih gelap dari biasanya. Mengerti maksud pandangan kakaknya, Ravel mengeluarkan sayap apinya, membuat area hutan yang awalnya gelap menjadi lebih terang seolah menjadikan Ravel sebagai lentera raksasa. Raiser lebih fokus ke pijakan di sekitar Ravel, lebih tepatnya bayangan Ravel.
Raiser mengangguk dan tersenyum ke arah Ravel.
"Sudah kuduga teknik ini akan sangat berguna untukmu. Aku bahkan berani mengatakan kau lahir untuk menguasai teknik ini"
Ravel hanya memiringkan kepalanya.
"Aku rasa cukup sampai sini latihan fisikmu Mihae, terima kasih atas kerja kerasmu"
Ucapan Raiser mengentikan pikiran Ravel. Dirinya melihat Mihae yang sedikit kecewa, sepertinya dia mulai tertarik untuk menyempurnakan kekuatan fisiknya.
"Kalau tidak salah kekuatanmu sebelumnya adalah pemanggilan shikigami, memanggil arwah untuk menolongmu?" Tanya Raiser kembali melihat buku kecilnya.
"Benar, Raiser-sama. Shikigami adalah teknik di mana aku mengambil energi yang tertinggal oleh arwah di dunia dan memanifestasikannya dengan menjadikan energi mana saya sebagai medianya. Sebelumnya aku bisa memanggil 5 arwah kecil sekaligus. Untuk manifestasinya sendiri tergantung dari ingatan arwah tersebut" Jelas Mihae.
Raiser mengangguk.
"Oke, aku rasa aku paham garis besarnya. Aku rasa aku bisa mengajarkanmu teknik ini"
"?"
"?"
"Apa kalian tahu bahwa chakra juga memiliki ingatan?" Tanya Raiser memulai.
"Eh?"
"Benarkah?"
"Teknik yang akan kuajarkan padamu sepertinya kurang lebih sama dengan teknik shikigami yang kau gunakan. Kau bisa merasakan chakramu sendiri kan?"
Mihae mengangguk.
"Aku akan mengajarimu 9 segel tangan. Setiap segel yang kau lakukan, aku ingin kau mengalirkan sepersepuluh dari chakramu. Jika teoriku benar, maka chakramu yang awalnya adalah chakraku dapat membaca ingatan dari chakra tersebut, dan mengambil bentuk sesuai dengan ingatan chakra tersebut"
Mihae dan Ravel yang mendengar itu paham dengan konsep yang dijelaskan oleh Raiser.
"Jadi jika Mihae berhasil menguasai teknik ini, dia dapat memanggil 9 shikigami sekaligus dan masih menyisakan sepersembilan chakaranya" Tebak Ravel.
"Benar sekali. Ngomong-ngomong, kesembilan segel memiliki makna masing-masing, dan jika kesembilannya digabungkan akan memiliki arti, ayo para pejuang, bertarunglah sebagai satu kesatuan, siap dalam formasi, berbaris dan ambil posisi di depan"
.
.
.
.
MINGGU KEEMPAT
"Kalian tahu, kalian memiliki koordinasi yang sangat luar biasa karena kalian selalu bersama sepanjang hidup kalian, seolah kalian bisa membaca pikiran masing-masing. Fisik kalian juga kurasa sudah bagus sehingga aku tidak perlu memberikan kalian latihan fisik tambahan. Satu hal yang ingin aku pastikan adalah kelebihan kalian sebagai pawn. Katanya bidak pawn bisa melakukan promosi untuk mendapakan kekuatan dari bidak lain, benar?"
Raiser dan Ravel berdiri di depan Rii dan Nii yang siap menerima sesi latihan mereka. Raiser juga membawa buku kesayangannya.
"Benarnya~. Bidak pawn bisa melakukan promosi selama king mereka menganggap pawn berada di wilayah musuh atau saat king mereka memberikan izin nyata" Jelas Rii.
"Hoo, dan menurut kalian dimanakah wilayah musuh yang kupikirkan?" Pancing Raiser seolah memberikan teka-teki. Ravel mau tidak mau juga ikut berpikir.
"Er…Saat kami masuk markas musuh?" Tebak Nii.
"Salah"
"Saat mereka melihat musuh?" Tebak Ravel.
"Masih salah"
'Aku yakin jawaban yang dipikirkan onii-sama akan di luar naral' Pikir Ravel mempersiapkan diri mendengarkan jawaban kakaknya.
"Aku selalu beranggapan, bahwa dimanapun kalian berada, maka kalian sudah berada di wilayah musuh"
"!"
"!"
Ravel menggelengkan kepalanya.
"Kita tidak tahu dari mana musuh mengintai, atau ada kemungkinan musuh adalah tipe sensor yang sudah mengawasi kita dan siap menyerang. Karena itu aku selalu berpikir bahwa kita selalu berada di wilayah musuh" Jelas Raiser.
"Jadi meskipun kalian tidak bisa mendengar atau mendapat izin dariku, kalian masih bisa melakukan promosi" Sambung Raiser.
"Woahh"
Rii dan Nii terkagum mendengar penjelasan king mereka
"Oleh karena itu kita akan langsung memulai teknik khusus kalian, sekaligus bagaimana kalian akan memaksimalkan potensi bidak kalian"
"Baik, Raiser-sama!"
"Aku ingin melihat kuku kalian"
Tanpa banyak tanya, Rii dan Nii mengangkat tangan mereka ke depan, membiarkan Raiser melihat kuku mereka yang berujung tajam layaknya hewan buas.
"Oke, teknik yang akan kuajarkan kalian adalah bagaimana mengalirkan chakra kalian ke tangan kalian membuat kuku kalian menjadi lebih kuat dan tajam. Aku yakin selebihnya bisa kalian sempurnakan mengingat koordinasi kalian"
Selama beberapa hari, Raiser mengawasi bagaimana Rii dan Nii menciptakan berbagai macam tipe serangan, dan dia tersenyum begitu melihat salah satu teknik yang mereka ciptakan serupa dengan teknik yang dia tahu.
.
.
.
.
Suasana hutan sudah gelap. Mereka sengaja untuk malam terakhir mereka latihan mereka sepakat untuk tidur di hutan. Mereka sudah menyiapkan kantung tidur mereka masing-masing. Mereka melingkari api unggun yang sudah mereka buat bersama. Para gadis tidak tahu bahwa 1 bulan latihan di hutan bisa semenyenangkan ini, atau mungkin karena pelatih mereka yang baik, mereka tidak tahu.
"Terima kasih sudah bertahan dengan latihan yang kuberikan selama 1 bulan ini" Ucap Raiser sedikit menundukkan kepalanya. Dirinya merasa seperti melatih Himawari lagi, dan latihan yang dia berikan lebih keras daripada Himawari karena di dunia ini Raiser tahu masih banyak ancaman yang bisa mengganggu kedamaian dunia.
"Raiser-sama!"
"Onii-sasa!"
Mereka berusaha menghentikan Raiser menundukkan kepalanya.
"Raiser-sama. Saya berpikir bahwa saya sudah tidak bisa menjadi lebih kuat lagi semenjak saya menjadi iblis, tapi selama 1 bulan ini saya tahu saya sudah jauh lebih kuat daripada latihan yang saya lakukan selama bertahun-tahun"
Xuelan menundukkan kepalanya juga.
"Harusnya saya yang berterima kasih kepada anda, Raiser-sama. Raiser-sama rela mengajari saya yang lemah ini hingga mengajari saya teknik yang sangat berguna ini. Saya berjanji untuk tidak memalukan nama Raiser-sama!"
Mihae mengikuti Xuelan.
"Oke oke, suasana jadi canggung, ahahaha"
Raiser menggaruk belakang kepalanya.
"Untuk mencairkan suasana, bagaimana jika onii-sama menceritakan ingatan onii-sama?"
"Ah, benar juganya~. Kami ingin tahu bagaimana Raiser-sama bisa mengetahui semua hal ini"
"Tentu saja, aku tidak pernah mengingkari janjiku. Aku akan menceritakan kalian dongeng seorang Uzumaki Naruto"
"Dahulu kala, hiduplah seekor siluman rubah dengan sembilan ekor…"
Mereka semua mendengarkan dongeng yang diceritakan Raiser dengan seksama. Mereka tidak tahu, bahwa dongeng yang mereka dengarkan malam ini adalah awal mula legenda mereka dimulai.
.
.
.
.
TBC
Akhirnya selesai juga chapter ini, sebenarnya dulu sudah selesai, tapi karena chapter sebelumnya sudah hampir satu tahun yang lalu, aku memberikan bonus untuk menulis lebih banyak word sampai ternyata 5k
Oke, aku yakin jika kalian jeli, kalian tahu teknik apa yang akan dimiliki oleh para peerage Raiser.
Selanjutnya mari kita balas beberapa review.
Keganjalan Ravel menjadi anak adopsi Raiser?
Memang, terlihat ganjal, tapi dari segi politik dengan Ravel juga ikut diadopsi, para bangsawan lain tidak bisa menolak para status para gadis. Jika Raiser hanya mengadopsi para gadis, para bangsawan bisa tidak setuju dan bisa mengatakan apa yang Raiser lakukan adalah menganakemaskan para budak dan ingin menggulingkan tradisi warisan iblis.
Sampai titik ini belum ketemu alurnya mau di bawa ke mana?
Ah, iya aku sebenarnya sudah tahu bagaimana ending dari cerita ini, tapi untuk masalah alur aku kurang pengetahuan bagaimana menuliskannya.
Terlalu OP?
Iya juga :v
Kapan lanjut?
Ini lanjut
Oke, sampai situ dulu,
Magus, out
