BoBoiBoy © Monsta
Sunshine After the Rain © Roux Marlet
(Title from the song by Alexander Klaws)
Alternate Universe, Family, Friendship, Hurt/Comfort, Angst
BoBoiBoy's elemental siblings (septuplet)
Sequel of "Through the Darkness" & "Harapan yang Menyingsing"
Bagian kedelapan dari serial "Septuplet 7 Wonders"
.
.
.
.
.
PROLOG
.
.
.
.
.
"Suuuusuuuuuu~!"
Suara melengking pedagang susu keliling itu terdengar familier; membuat Kaizo, yang kebetulan sedang libur, melangkah ke pintu depan alih-alih menunggu asisten rumah.
Pintu dibuka. Si pedagang susu ada di halaman rumah lengkap dengan gerobak berisi berbotol-botol susu sapi, tersenyum dari bawah topi.
"Hei, Kaizo! Apa kabar, Pak Dokter?"
"Eh?" Kaizo berjalan mendekat, tangannya sudah merogoh saku untuk meraih uang, namun jadi penasaran dengan sosok yang ternyata mengenalnya itu. "Siapa …?"
Pedagang susu menaikkan lidah topinya sedikit. "Masih ingat aku?"
"Azroy?!" Kaizo terbelalak tak percaya.
"Benar sekali!"
Kedua lelaki itu berjabat tangan dan Kaizo berseloroh heran, "Bukannya setahuku, kamu ini aktor film?"
"Ah, memang iya." Azroy terkekeh.
"Seguni Mawar Merah?" sebut Kaizo.
"Tepat."
"Yang ini kerjaan sambilan, kalau begitu?"
"Bisa dibilang begitu. Kamu sendiri, ini sedang libur?"
Dua kawan lama itu pun bertukar kabar sejenak. Azroy adalah teman sekolah Kaizo semasa di akademi.
"Dulu, bukannya ada musiknya, ya?" Kaizo kemudian bertanya tentang gerobak susu itu. "Soalnya, adikku suka nyanyi lagunya."
"Iya, masih ada musiknya, kok. Hanya saja, alatku sedang macet." Azroy mengutak-atik perangkat yang ada di sisi gerobak. Suara yang terdengar kemudian seperti radio rusak. "Yah, begitulah. Harus diperbaiki dulu. Ngomong-ngomong, mana adikmu? Sudah bukan Pang kecil yang doyan donat wortel, tentunya?"
Seulas senyum terbit di wajah Kaizo. "Ah, iya. Dia sedang kuliah kedokteran di Singapura."
"Waah. Mau mengikuti jejak abangnya, rupanya?" seloroh Azroy, yang dibalas anggukan dari Kaizo. "Oh, aku jadi ingat. Teman sekelas Fang yang kembar tujuh itu, dulu ada satu yang langganan susu ini. Ternyata sekarang, dia sudah nggak tinggal bareng atoknya."
"Langganan susu? Maksudmu, Ice bin Amato?"
"Iya, betul, si Ice! Apa dia juga kuliah di luar negeri?"
"Benar. Dia kuliah di Jerman bersama adiknya, Solar."
"Solar?" Azroy terbelalak. "Solar, yang … kecelakaan itu?"
Kaizo membalasnya, masih sambil tersenyum, "Benar lagi. Berkat alat bantu gerak yang didanai kenalan ayah mereka, Solar bisa hidup mandiri."
Azroy masih tampak takjub. "Bukannya setahuku, dia lumpuh semua anggota geraknya?"
"Ya, kecuali tangan kirinya. Kamu pasti tahu Destar Corp, 'kan?"
.
.
.
.
.
To be continued.
.
.
.
.
.
Author's Note:
Seperti dibahas dalam kumpulan thread fic, "It's Dark, but I'm Not Alone," Ice dan Solar akan berkuliah di Jerman. Latar sudah beberapa waktu lebih maju dibandingkan saat terakhir di "Harapan yang Menyingsing," tapi masih tetap ada label Hurt/Comfort dan Angst di sini, ya :")
Roux hanya bisa bilang: cerita yang ini akan lebih cerah dibandingkan semua pendahulunya.
Terima kasih sudah membaca! Terima kasih sudah mendukung serial Septuplet 7 Wonders (yang rencananya mau diganti nama jadi Amor Vincit Omnia)!
Belum kenal serialnya? Baca dulu mulai dari "Thorn in the Flesh"!
[9 Februari 2024]
