D-Day

CHAPTER 11

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Perawat Lt. 5

C mengawasi layar dan tersenyum lebar. "Gou Investments, Co., telah terjual. Dengan keuntungannya, saya akan membeli SE Metal, Inc."

A menunggu hingga C memberi kode bahwa ia selesai membeli saham tersebut, sebelum melakukan panggilan telepon kepada Sekretaris Jung.

"Berikutnya adalah SE Metal, Inc., 500.000 saham. Harga belinya 43.000 won."

.

.

Ruang duduk kediaman mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo

Tim Tanggap Darurat memperhatikan saat Sekretaris Jung kembali mengikuti permintaan teroris.

"Para teroris ini pasti melakukan perdagangan berulang," kata salah satu dari mereka kepada pimpinan timnya. "Anda tidak akan pernah kehilangan uang jika Anda tahu saham mana yang akan naik."

"Jika kita menggunakan perdagangan internet, tidak bisakah kita mengikuti transaksi akun itu untuk menangkap teroris?" tanya anggota lainnya.

"Bisa jika mereka menggunakan situs perdagangan Korea," jawab sang ketua tim. "Akan jauh lebih rumit jika mereka menggunakan situs perdagangan luar negeri."

"Saya kira kita harus bergantung pada tim SOU..."

"Sulit jika berkaitan dengan rumah sakit." Sang pimpinan menggeleng. "Jika mereka berpikir untuk menyerbu, pasti akan ada korban jiwa."

Mendengar pembahasan itu, istri Lee Beom Joo menggenggam tangan putrinya dengan cemas. Mereka tidak peduli habisnya investasi yang mereka miliki, mereka hanya berharap Lee Beom Joo selamat.

.

.

Seoul Medical Center

"Tim Dukungan Teknis bergerak ke titik B! Evaluasi jumlah dan lokasi bom serta amati situasi internal!" Pimpinan di kendaraan Komando Ground Zero (MCV) memberi perintah.

Beberapa tim penembak jitu langsung menempati posisi di atap gedung yang mengarah ke rumah sakit, bersiap untuk menembak jika diperlukan.

"Ubah tampilan di pintu masuk ke mode detektor panas!" perintahnya lagi.

"SIAP!" Terdengar sahutan dari pimpinan tim sniper. Mereka memakai thermal scope pada senapan. Meski belum bisa menembus tembok yang tebal, kekuatannya bisa menembus pepohonan, kaca dan kain tipis yang menghalangi pandangan meski jauh. Karena itu tampak jelas oleh mereka para sandera yang berkumpul menjadi satu di lobby rumah sakit.

.

.

Markas Besar Badan Kepolisian Nasional
Divisi Keamanan - Lt. 16

Leeteuk bergegas menuju lift dan menekan tombol lantai 1. Ia berharap tidak datang terlambat untuk mengetahui keadaan Kyuhyun dan Ryeowook.

Tepat di lantai 15, lantai Divisi Public Security berada, pintu lift terbuka. Heechul masuk tanpa menyapa. Begitu juga Leeteuk. Keadaan sangat hening hingga mereka melewati lantai 11.

"Saya mendengar Anda berada dalam situasi yang sulit," kata Heechul tanpa menoleh.

Leeteuk tidak memberikan tanggapan. Tatapannya tetap lurus ke depan.

"Entah di mana informasinya bocor," pancing Heechul.

"Itu bukan kami," jawab Leeteuk tegas, juga tanpa menoleh.

"Saya harap itu benar." Heechul berkata dengan datar.

"Apakah Anda yakin bukan divisi Anda yang menjadi titik bocornya?!" Leeteuk kini memandang Heechul dengan kesal. Ia sudah muak berhubungan dengan Divisi Public Security hari ini. "Seseorang yang benar-benar kejam? Mungkin seseorang yang menjengkelkan?"

Heechul kini memandang Leeteuk dengan tatapan yang sama tajamnya.

"Jadi, Anda mengatakan bahwa Anda tidak terlibat dalam kejadian kali ini?"

Leeteuk yang sudah kembali menghadap ke arah pintu lift, tidak menoleh ataupun menjawab.

"Apakah Anda akan pergi ke tempat kejadian?" tanya Heechul lagi, tampaknya tidak keberatan Leeteuk mengabaikannya. "Nanti saya ke sana untuk menginterogasi para agen SP. Jadi, sampai jumpa."

Leeteuk tidak menyahut dan Heechul tidak berbicara lagi. Keduanya menunggu dalam diam hingga pintu lift membuka di lantai 1. Tanpa menghiraukan Heechul, Leeteuk keluar dari lift, langsung menuju pintu keluar markas.

Heechul berhenti tepat di depan lift. Ia memandang punggung Leeteuk hingga lenyap dari pandangan matanya.

Meski rumor yang beredar mengatakan Kyuhyun dan Ryeowook terlibat dengan teroris dalam perencanaan, Heechul 100% yakin rumor itu salah. Kyuhyun tampak bingung saat ia melemparkan nama mantan Perdana Menteri Lee Beom Joo tadi pagi, yang herannya membuat Heechul sangat lega. Begitu leganya sampai ia memandang Kyuhyun langsung dan memberinya pesan untuk menjaga diri.

Heechul melihat kemarahan Leeteuk dan kecemasannya terhadap nasib Kyuhyun dan Ryeowook. Itu menjelaskan satu hal; Leeteuk tidak terlibat. Meski ia sempat memasukkan nama Leeteuk ke dalam daftarnya, tapi kali ini Leeteuk bebas.

Ia cukup setuju dengan apa yang Leeteuk sebut tadi tentang seseorang yang sangat kejam dan menyebalkan dari divisinya sendiri. Meski orang itu selalu mengumbar senyum, Heechul tidak pernah menyukainya. Sebagai orang yang bertahun-tahun menyamar dan menyelidiki orang lain, ia bisa merasakan kekejaman dari orang tersebut. Hanya saja, belum ada bukti yang bisa membuat orang itu ditangkap.

"Semoga anak menyebalkan itu berhasil menjaga dirinya sendiri," gumam Heechul sebelum berjalan keluar markas.

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Perawat Lt. 5

"Kita telah memperoleh sekitar 3 triliun won." C melaporkan dengan wajah senang.

"Di mana pembelian yang terakhir?"

"Fury Electric Co., 500.000 saham... seharga 60.000 won," jawab C.

A meraih telepon untuk memberikan instruksi terakhir kepada Sekretaris Jung.

.

.

Seoul Medical Center
Lt. 2

E berkeliling di seluruh lantai 2 dengan pistol di tangan. Meski tidak ada gerakan tim SOU dari luar, ia tetap memeriksa semua secara sistematis dan waspada. Ia melewati pintu menuju tangga darurat yang terbuka, menuju ke bagian lantai 2 lainnya.

Tiba-tiba terdengar dentingan logam jatuh di belakang. Dengan sigap, E mengokang pistolnya dan menoleh. Tidak terlihat siapapun. Ia bahkan tidak melihat benda apa yang tadi berbunyi.

Ia melangkah mendekati asal suara. Ia bergerak mendadak ke persimpangan koridor yang ada. Kosong. E kembali berjalan lurus, menuju pintu tangga darurat. Ia merapat ke dinding saat hampir mencapai pintu, lalu mendadak muncul sambil mengokang pistolnya, siap menembak. Hanya ada kekosongan.

Ia hendak beranjak dari sana ketika samar-samar terdengar suara aliran air. Begitu samar hingga ia nyaris tidak mendengarnya. Kini matanya bisa melihat air mengalir di sepanjang tangga menuju lantai 3.

Dengan sepatu tentaranya yang beralaskan karet, ia melangkah pelan menaiki tangga yang basah itu. Tubuhnya membuat gerakan dadakan ketika tiba di belokan tangga selanjutnya sambil mengokang pistol. Lagi-lagi hanya tangga basah dan kosong yang ia temui.

.

.

Dideretan anak tangga selanjutnya, Kyuhyun, Ryeowook dan kepala perawat Ahn duduk sambil membungkukkan tubuh agar tidak terlihat dari bawah. Beberapa pitcher stainless steel yang kini telah kosong terjejer rapi di belakang mereka. Ryeowook duduk di anak tangga yang kedua dengan alat defibrillator yang sudah diisi dan disetting, siap untuk dipakai. Mereka menyetelnya ke mode tanpa suara. Kyuhyun duduk di anak tangga terbawah, tepat sebelum bagian datar lantai ketika tangga berbelok arah. Kedua tangannya memegang pad, bersiap melakukan serangan.

Suara kokangan yang dilakukan E barusan membuat ketiganya menahan napas.

E berjalan menaiki anak tangga dengan sikap waspada. Mendekati tiga anak tangga terakhir sebelum mencapai bagian datar, ia melihat ke arah deretan tangga ke atas. Kosong. Namun sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah pin besi tampaknya terjatuh di tengah genangan air, di lantai yang datar. Tangannya bergerak untuk mengambil pin itu supaya tahu siapa yang telah menjatuhkannya.

Kyuhyun fokus pada tangan E yang terulur. Begitu jarinya menyentuh pin basah, Kyuhyun menyentuhkan kedua pad di tangannya pada lantai yang basah. Seketika itu juga tubuh E terkena sengatan listrik. Ia langsung tak sadarkan diri tanpa sempat berteriak. Tubuhnya kemudian jatuh berguling hingga anak tangga terbawah.

Ryeowook mematikan defibrillator sementara Kyuhyun melompat menghampiri tubuh E yang tergeletak. Ia memeriksa nadinya hanya memastikan E masih hidup. Pistol diamankan oleh Ryeowook sebelum mereka menggotong E untuk diikat ke salah satu kamar pasien yang ada di lantai 2.

Sementara itu, kepala perawat Ahn membereskan alat-alat yang mereka gunakan.

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Perawat Lt. 5

C mengamati grafik saham yang dipantaunya dengan senyum lebar. Pembelian saham terakhir itu melonjak dengan harga luar biasa.

"Kita sudah memperoleh keuntungan sebanyak 5 triliun won!" serunya gembira. "Ini jauh di luar perkiraan."

A melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 14.48. Ia memberi kode agar C bersiap memindahkan hasil mereka ke bank di Swiss sebelum pasar saham ditutup. Ia kembali menelepon Sekretaris Jung.

"Sudah selesai. Aku akan menghubungi nanti mengenai pembebasan Tuan Lee," kata A dengan senyum mengejek meski orang yang ia hubungi tidak bisa melihatnya. "Oh, ada sesuatu yang aku lupa beritahukan padamu terakhir kali. Di setiap lantai rumah sakit, kami memasang bom besar. Jika tim SOU menyerbu masuk, bomnya akan langsung meledak. Jika tidak ingin meledakkan Tuan Lee, aku menyarankan kalian untuk menjauh dari rumah sakit tanpa melakukan apa pun."

A menutup telepon dengan senyum puas setelah menebar teror pada keluarga Lee Beom Joo yang pasti sedang ketakutan sekarang. Ia bisa membayangkan Tim Tanggap Darurat juga sedang panik.

"Kapan Anda memasang bom?" tanya C sambil meringis geli.

"Aku juga bertanya-tanya kapan aku melakukannya." A kembali tersenyum lebar. "Minta setiap lantai melapor!"

"Baik!" C langsung mengirim pesan kepada B, E dan D.

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Rawat Inap Lt. 2

Kyuhyun menyobek beberapa sprei untuk digunakan ryeowook mengikat mulut dan kaki E yang masih tak sadarkan diri. Mereka tidak ingin mengambil resiko E akan berteriak jika sadar nanti. Sprei yang terakhir Kyuhyun robek dilinting oleh Ryeowook sebelum digunakan untuk mengikat tangan E ke besi salah satu tempat tidur.

Tiba-tiba terdengar suara getaran dari ponsel milik B dan E yang mereka sita. Keduanya membaca pesan yang muncul.

[Dari C : Berhasil mendapat tebusan. Tetap di posisi dan waspada saat ini.]

"Kita akan menjawab dengan 'Baik'?" tanya Kyuhyun setelah melihat riwayat balasan di dalam ponsel itu.

"Aku juga," kata Ryeowook. Keduanya mengetik di ponsel yang dipegang masing-masing, kemudian mengirimkannya.

"Aku ingin tahu bagaimana rencanamu untuk keluar dari sini," kata Ryeowook sambil mengantongi ponsel milik E. Ia Juga sudah membawa pistol milik E di pinggangnya.

"Aku yakin mereka akan menggunakan VIP sampai akhir. Mereka mungkin mulai bergerak segera setelah operasi selesai."

Kyuhyun mendadak berdiri dan mendekati jendela pada jarak aman. Ia memusatkan pikirannya untuk menyisir area di sekeliling rumah sakit.

"Ada apa?"

"Tim SOU sepertinya sudah ada di sini," jawab Kyuhyun. "Rumah sakit ini sudah dikepung oleh pasukan sniper dan pasukan penyerang. Ada juga pasukan penjinak bom."

"Aku harap mereka tidak terburu-buru menyerbu masuk." Ryeowook mengutarakan kekhawatirannya.

"Aku yakin itu tidak akan terjadi." Kyuhyun menenangkan. "Aku tidak percaya ada atasan kita yang punya keberanian sebanyak itu untuk menimbulkan korban jiwa. Tapi aku akan menghubungi Kapten untuk berjaga-jaga."

.

.

Sebuah mobil polisi berhenti di luar halaman Seoul Medical Center yang telah dipenuhi oleh polisi dari berbagai divisi. Ada polisi patroli, polisi anti huru hara, polisi penjinak bom, dan tim SOU yang terdiri dari pasukan sniper dan pasukan penyerang.

Leeteuk baru saja turun dari mobil yang mengantarnya ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nomor tak dikenal namun tetap menerima panggilan tersebut.

"Yeoboseyo, Leeteuk imnida."

"Yeoboseyo, Kyuhyun imnida."

Perasaan lega sedikit memenuhi Leeteuk begitu suara Kyuhyun terdengar. "Apakah kamu baik-baik saja?" Leeteuk tidak peduli jika suaranya terdengar cemas.

"Ryeowook dan aku baik-baik saja," jawab Kyuhyun.

"Bisakah kamu menggambarkan secara lengkap situasimu saat ini?"

.

.

Kyuhyun berjalan ke arah pintu kamar yang tengah diawasi oleh kepala perawat Ahn. Ia mengecek kondisi di luar. Koridor tampak kosong, tak ada tanda-tanda teroris di lantai lainnya yang bergerak ke tempat mereka.

"Aku tidak bisa melakukan itu sekarang, Kapten. Kami diburu waktu dan tidak tahu kapan mereka bergerak," kata Kyuhyun. "Bisakah Kapten meminta SOU untuk tidak bergerak selagi aku mencoba mendapatkan mereka?"

'Aku tidak perlu melakukan itu. Para atasan tidak akan bergerak sama sekali, seperti batu nisan." Terdengar jawaban Leeteuk yang membuat Kyuhyun merasa tenang. "Jika sepertinya mereka akan bergerak, aku akan berbicara dengan Direktur Choi."

"Terima kasih, Kapten." Kyuhyun menghembuskan napas lega. Ia selalu bisa mengandalkan Leeteuk. "Aku akan menutup telepon sekarang. Aku rasa kami tidak dapat menghubungi Kapten untuk sementara waktu."

"Kyuhyun sshi!" Leeteuk memanggilnya sehingga Kyuhyun kembali meletakkan ponsel di telinganya.

"Ne?"

"Jangan ceroboh." Suara Leeteuk terdengar khawatir. "Tapi... aku rasa permintaan itu sudah terlambat."

Kyuhyun tersenyum senang karena Leeteuk mencemaskan mereka. "Tidak apa-apa. Aku tidak ceroboh sama sekali."

"Oke. Semoga beruntung."

"Ne. Kamsahamnida." Kyuhyun teringat sesuatu. "Untuk saat ini, VIP tidak terluka. Aku ingin Kapten mengetahuinya."

Kyuhyun menutup telepon dan menoleh kepada Ryeowook dan kepala perawat Ahn.

"Mari kita mulai."

.

.

Kyuhyun berjalan mengendap-endap diikuti Ryeowook dan kepala perawat Ahn. Meski lantai 2 tampak kosong, mereka tetap berusaha waspada. Mereka juga berusaha tidak menimbulkan suara yang bisa terdengar dari lantai lainnya.

Di persimpangan koridor Kyuhyun berhenti. Ia mencoba mengingat kembali tulisan yang ada di plakat logam di samping lift.

"Departemen dermatologi ada di lantai ini, kan?" tanya Kyuhyun memastikan. Tidak boleh ada kesalahan dalam rencana mereka. Bisa saja tulisan pada plakat belum diubah sejak rumah sakit dibangun, apalagi rumah sakit ini sedang mengadakan beberapa renovasi.

"Memang di lantai ini," jawab kepala perawat Ahn.

Ryeowook menatapnya dengan pandangan aneh sehingga Kyuhyun melemparkan pandangan bertanya. "Ada apa?"

"Kamu tidak menggunakan..."

Ryeowook tersadar perawat Ahn ada di dekat mereka. Meski tidak ada yang melarang, seperti sebuah kesepakatan, tidak ada satupun dari tim mereka yang membocorkan kemampuan unik Kyuhyun. Bahkan mereka tidak pernah membicarakannya dengan jelas di antara tim mereka sendiri. Cukup tahu sama tahu. Orang lain hanya menganggap bahwa Kyuhyun itu jeli dan beruntung, bukan benar-benar bisa memprediksi.

"Kamu tidak terlalu keras bekerja hari ini bukan?"

Untuk sesaat Kyuhyun sempat bingung tentang apa yang Ryeowook katakan. Begitu ia mengerti, ia tersenyum lebar. "Aku hanya sedikit bekerja keras hari ini, jangan khawatir."

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Perawat Lt. 3

F senang sekali memegang pistol. Ia merasa sama kerennya dengan teman-teman kelompoknya yang berasal dari militer. Ia berkeliling mengawasi lantai 3 sambil menirukan adegan yang ia lihat di film laga.

Ia merapatkan tubuhnya di dinding, lalu muncul dengan tangan mengacungkan pistol ke belokan di dekatnya. "Apakah ada orang disini? Tidak? Ternyata tidak."

Hal itu dilakukan F dengan gaya yang berbeda-beda setiap ia ada di persimpangan. Ia tidak sadar seseorang mengawasinya dari tangga darurat yang mengarah ke lantai 2.

"Ini," bisikan halus itu membuat Kyuhyun yang tengah mengawasi F, kembali menuruni tangga hingga tiba di belokan. Kepala perawat Ahn membawa baki berisi bahan-bahan dan alat yang dimintanya dan Ryeowook tampak membawa tabung berisi nitrogen cair.

Kyuhyun segera sibuk dengan semua itu sementara Ryeowook mengawasi pintu tangga darurat kalau-kalau F mendekati mereka.

"Bagaimana kamu tahu tentang nitrogen cair?" tanya Ryeowook penasaran. Matanya bergantian mengawasi luar dan rekannya. Kegiatan Kyuhyun terlalu menarik untuk diabaikan.

"Ketika aku masih kecil, aku pergi ke dokter kulit untuk mengobati kutil di kakiku," jawab Kyuhyun tanpa beralih dari kesibukannya.

"Kami membakar kulit yang terkena virus kutil dengan nitrogen cair," jelas kepala perawat Ahn melihat Ryeowook hanya terdiam.

Ryeowook menghembuskan napas panjang sambil berkacak pinggang. "Kau sadar betapa berbahayanya dirimu bukan? Hanya ke dokter kulit ketika kecil dan semua itu langsung masuk ke otakmu?!"

Kyuhyun hanya tersenyum sambil kembali dengan kesibukannya.

"Hmm... Jadi apa yang akan kita lakukan dengan ini?"

"Kita membuat granat kejut." Kyuhyun mengacungkan toples pipih dari stainless steel yang dipegangnya. Toples pipih itu dilengkapi dengan penutup dari plastik.

"Mwo?" Mata Ryeowook terbelalak.

"Noona Ahn, kamu akan berpisah dari kami sekarang," kata Kyuhyun membuat kepala perawat Ahn terkejut, begitu pula Ryeowook.

"Mengapa?" tanya kepala perawat Ahn.

"Ada sesuatu yang aku ingin Noona lakukan." Kyuhyun tersenyum menenangkan melihat wajah yang cemas itu. "Setelah Noona mengerjakannya, tolong bergabung kembali dengan yang lain di lobby. Mulai dari sini, keadaan akan menjadi lebih berbahaya. Mereka membutuhkan bantuan Noona."

Kepala perawat Ahn mengangguk tanda ia mengerti. Wanita itu mendengarkan apa yang diperintahkan Kyuhyun untuk ia lakukan sebelum kembali ke lobby.

"Noona Ahn," panggil Kyuhyun. Kepala perawat Ahn berbalik. "Jangan biarkan siapapun ke toilet. Jika aku menemui noona nanti atau jika terjadi ledakan di sana; Yang manapun yang lebih dulu, itu artinya Noona bisa membawa mereka keluar. Pastikan untuk merobek tirai penutup lebih dulu agar tim SOU tahu yang akan keluar adalah para sandera."

"Baik." Kepala perawat Ahn turun menuju lantai 1.

Ryeowook memperhatikan semua itu dengan diam. Banyak yang ingin ia katakan, namun saat ini ia bisa menunggu.

.

.

F kembali beraksi seperti aktor laga. Ia memutar tubuhnya ke kiri lalu mengokang pistol, kemudian berbalik mendadak ke arah lain dan kembali mengokang pistol. Bunyi klik klik klik berkali-kali memenuhi koridor, membuat Kyuhyun dan Ryeowook mudah memantau keberadaannya.

"Seseorang di sini? Tidak ada orang... Apakah ada orang di sini? Tidak ada orang..." F menyenandungkan kalimat itu sambil berjalan dan memainkan pistolnya. Ia tidak sadar bahwa di belakangnya, Kyuhyun dan Ryeowook menyebrang dari pintu tangga ke koridor samping.

Kyuhyun membuka sedikit tutup toples pipih ditangannya. Ryeowook mengambil kapas yang sudah dibasahi dengan nitrogen cair dari dalam termos yang dibawanya dengan menggunakan capitan, lalu memasukkannya ke dalam toples di tangan Kyuhyun.

Secepat kilat Kyuhyun membuat toples itu meluncur mengejar F yang masih berjalan sambil bernyanyi. Ia kembali menyandarkan dirinya ke dinding dan menarik napas panjang. Ia menangkap tatapan Ryeowook yang memegang termos dan capitan dengan hati-hati. Tidak boleh ada kesalahan.

Toples yang meluncur melewati kakinya membuat F tertegun. Ia mendekati benda asing yang sudah berhenti itu.

"PLOP!" Tiba-tiba tutup plastik itu terlontar bersamaan dengan bunyi teredam yang membuat F terlompat kaget.

Secepat kilat Kyuhyun berlari mendekat lalu merebut pistol dari tangan F dan melemparnya jauh. Dengan geram F berusaha memukul Kyuhyun dengan gerakan yang kacau. Sambil berkelit, Kyuhyun masuk ke area pertahanan F. Ia mengalungkan lengannya sedemikian rupa sehingga tangan kanan F dan lehernya berada di dalam. F jadi kesulitan mengayunkan lengan kirinya yang bebas. Meski begitu F dua kali lebih besar darinya. Kyuhyun langsung mengalungkan kedua kakinya ke leher F sedangkan kedua tangannya berpindah menarik kepalanya. Mereka pun terjatuh bersama dengan Kyuhyun berada di bawah.

F hendak berteriak tetapi lehernya yang kini dijepit oleh kaki Kyuhyun menjadi kehilangan suara karena kekurangan udara. Tangannya yang berusaha melawan sudah ditahan dengan kuat.

Kyuhyun masih mengunci leher F hingga tubuh pria itu terkulai tak sadarkan diri. Ia bergegas membebaskan diri lalu memeriksa nadi F.

Ryeowook mengamankan pistol F yang masih tergeletak di lantai.

"Dua lantai lagi adalah sang boss," kata Ryeowook melihat Kyuhyun mulai kepayahan.

"Baik." Kyuhyun melepaskan dasi dan kancing teratasnya karena merasa sesak akibat pertarungan berat yang baru saja terjadi.

Mereka berdua kemudian menggotong tubuh F yang lebih besar dari B ke dalam salah satu ruangan. Mereka juga mengikatnya seperti yang sudah-sudah agar ketika sadar, F tidak bisa berteriak ataupun melepaskan diri.

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Terapi Fisik Lt. 1

Kepala perawat Ahn menuangkan botol demi botol aquades (air hasil penyulingan yang bersifat murni dalam laboratorium) seperti permintaan Kyuhyun untuk memenuhi salah satu bath up. Ia berharap puluhan botol itu akan cukup untuk mengisinya.

.

.

Seoul Medical Center
Lt. 4

D berdiri di tengah salah satu koridor lantai 4. Gerakannya sangat sedikit namun sistematis. Seorang prajurit militer yang sangat terlatih.

Kyuhyun baru kali ini melihat D dengan cukup jelas. Tubuhnya lebih besar dari F, tapi lebih berotot dan tinggi daripada B. Ketika ia menoleh dan melihat pandangan cemas Ryeowook, Kyuhyun tersenyum menenangkan.

Mereka menunggu sampai D berdiri membelakangi tempat persembunyian mereka. Seperti sebelumnya, Kyuhyun membuka tutup toples dan Ryeowook memasukkan kapas berisi nitrogen cair. Kyuhyun mendorong toples itu agar meluncur.

Tiba-tiba toples itu berhenti karena ditahan oleh sepatu D yang kemudian menendangnya menjauh. Ia membalikkan tubuh ke arah datangnya toples, namun segera disambut sosok Kyuhyun yang menghantam tangan kanannya dengan keras hingga pistol di tangannya terlempar.

Seperti dengan F, ketika D mengayunkan pukulan, Kyuhyun masuk ke area pertahanan dan berusaha menguncinya. Namun D adalah prajurit terlatih. Bukan terkunci, ia justru menggunakan serangan itu untuk membanting tubuh Kyuhyun yang jauh lebih ringan darinya. Sebelum Kyuhyun bisa bangkit, tangan kiri D mengunci leher Kyuhyun dan tangan kanannya berusaha memutar kepala Kyuhyun untuk mematahkan lehernya.

Kyuhyun berusaha keras melonggarkan tangan di lehernya dan mendorong tangan yang menekan kepalanya. Tidak ada kata setengah-setengah karena ia pasti mati jika D berhasil mematahkan tulang lehernya.

Usaha Kyuhyun membuat D kesulitan mempertahankan posisinya dan jatuh berlutut. Saat itulah Kyuhyun menggunakan lantai sebagai tumpuan tolakkan sebelum menghantamkan kakinya ke hidung D.

D yang kesakitan terpaksa melepaskan Kyuhyun. Namun ia pulih dengan cepat. Sebelum Kyuhyun yang sudah lemas berhasil bangkit berdiri, ia langsung menendangnya dengan keras hingga terjatuh kembali. D tidak membuang waktu. Ia melompat untuk menginjak Kyuhyun dengan kedua kakinya.

Kyuhyun berguling menghindar sehingga D mengenai lantai kosong. Ketika D hendak menariknya bangun untuk membantingnya, Kyuhyun mengalungkan kedua tangannya ke leher D untuk menahannya dari memukul, tetapi D jauh lebih kuat.

D berhasil duduk di atas perut Kyuhyun dan mengayunkan pukulan yang sangat keras ke arah kepalanya. Kyuhyun berkelit dengan cepat sehingga pukulan itu mengenai lantai kosong dengan bunyi yang mengerikan. Ia kembali hendak menyerang, tetapi Kyuhyun yang sudah terjebak, menahan kedua tangannya. Mereka berakhir saling memilin tangan masing-masing hingga tidak seorangpun yang bisa memukul yang lain.

"Siapa kamu?!" tanya D geram. Ia tahu hanya perlu menunggu waktu sampai salah satu tangan mereka patah untuk mengetahui siapa pemenangnya. Dan ia yakin akan keluar sebagai pemenang. Tetapi kemampuan Kyuhyun menghadapinya membuat D penasaran.

"Berapa % kemungkinan kami saat ini?" Tiba-tiba Ryeowook muncul di dekatnya hingga D menoleh. Ryeowook menghantamkan termos di tangannya dengan kekuatan penuh ke kepala D.

Teroris bertubuh besar itu pun jatuh tak sadarkan diri.

Ryeowook menariknya lepas dari Kyuhyun yang masih terkapar lemas.

"Jeongmal kamsahamnida," kata Kyuhyun di sela-sela napasnya yang masih sesak akibat tertindih tubuh D tadi.

"Tidak masalah. Lagipula aku punya kesepakatan yang harus diselesaikan dengan orang ini." Ryeowook tersenyum lebar. "Dia sangat meremehkan kita."

Tanpa membuang waktu, Kyuhyun berusaha bangkit dan mulai mengangkat tubuh bagian atas D sementara Ryeowook mengangkat bagian kakinya.

"Apa yang akan kita lakukan untuk sang boss?" tanya Ryeowook tak ingin menahan rasa penasarannya lebih lama lagi.

"Aku sudah punya rencana. Jangan khawatir," jawab Kyuhyun dengan napas masih tersengal-sengal.

Ryeowook kembali memutuskan untuk menunggu hingga D berhasil mereka amankan.

.

.

Seoul Medical Center
Ruang Terapi Fisik Lt. 1

Kepala perawat Ahn akhirnya selesai memenuhi salah satu bath up dengan aguades. Ia kemudian membuka tabung-tabung oksigen yang ada di sana sehingga oksigen mengalir keluar.

Ia memandang B yang masih terikat dan tak sadarkan diri di ujung ruangan.

"Jeongmal mianheyo," bisik kepala perawat Ahn.

Wanita itu bergegas keluar dan menutup pintu ruangan dengan rapat.

.

.

Seoul Medical Center
Unit Rawat Inap Lt. 4

"Ini pertarungan final dan kita dikejar waktu. Jadi jangan bertele-tele, Cho Kyuhyun! Terangkan padaku apa yang kau rencanakan!" Ryeowook yang menarik Kyuhyun ke salah satu ruangan pasien, menuntut penjelasan. Meski nada suaranya dijaga seminimal mungkin hingga tidak terdengar dari luar, tapi jelas sekali ia merasa kesal.

Kyuhyun memilih duduk di salah satu tepi ranjang untuk mengumpulkan tenaganya. Ryeowook bergeser juga dan kini tepat berdiri di hadapannya sehingga Kyuhyun meringis.

"Aku sudah menduga kita akan kehabisan tenaga, padahal sang boss kemungkinan besar adalah yang terkuat. Sama seperti dalam game," kata Kyuhyun mencoba melucu. Ia menelan ludah melihat Ryeowook tetap memandangnya dengan wajah sangar.

"Dia seperti E, ramping dan tidak besar, tapi kau benar...dia lebih cepat dan kuat."

"Nah, karena itu, aku menyiapkan sebuah jebakan dengan memakai B sebagai sandera agar dia menyerah. Aku akan mengirim pesan dengan ponsel B dan mengatakan bahwa ia menemukan seorang SP untuk memancing si boss turun. Seperti katamu, C adalah ahli komputer. Pasti bukan dia yang dikirim turun. Saat si boss turun, kamu akan menjebak si C dengan vaseline yang tadi aku bicarakan saat mengikat D."

"Lanjutkan!" Ryeowook menatap dengan dingin.

"Jadi, aku akan menangani si boss, dan Ryeowook sshi akan menangani si ahli komputer."

"Kenapa harus aku yang ke lantai 5 dan kau yang ke lantai 1?" tanya Ryeowook masih dengan tatapan yang sama. "Aku lebih senior darimu."

"Karena aku lebih pandai bertarung?" Kyuhyun tersenyum lebar, mencoba membuat wajah Ryeowook melunak.

"Kau sudah kepayahan."

"Kedua pergelangan tanganmu terluka. Pertarungan tangan kosong memerlukan pergelangan tangan yang sehat karena itu adalah bagian yang akan sering kita pakai." Kyuhyun terkekeh senang. Tapi alangkah terkejutnya ia ketika Ryeowook bergeming.

Ryeowook maju dengan langkah lebar hingga ia berada dekat sekali dengan Kyuhyun. Diturunkannya wajahnya hingga mata mereka sejajar. Kyuhyun menjadi gugup dilihat sedekat itu.

"Sersan Cho Kyuhyun, katakan alasanmu dengan jelas! Waktu kita semakin sempit," desis Ryeowook. Ia mundur selangkah hingga Kyuhyun bisa bernapas lega kembali.

"Baiklah." Kyuhyun melihat Ryeowook yang menatapnya seperti harimau melihat mangsanya. "Kau pernah cerita bahwa kau anak tunggal dan orangtuamu ingin kau keluar dari SP karena mereka khawatir."

"Dan kamu?"

Kyuhyun akhirnya tidak tahan lagi dan berdiri di depan seniornya yang mungil itu.

"Aku akan menjadi umpan untuk menjebak si boss, dan jebakan itu melibatkan sebuah ledakan. Ini sedikit berbahaya karena jika salah sedikit saja akan fatal akibatnya." Kyuhyun berharap Ryeowook akan mengerti pemikirannya. "Dan aku adalah orang yang paling tepat untuk melakukannya karena tidak ada orang yang akan kehilanganku!"

PLAK!

Kyuhyun terbelalak tidak percaya sambil meraba pipinya yang baru saja ditampar Ryeowook. Tamparan itu tidak terlalu keras, hanya mengejutkannya. Tapi yang paling membuatnya terkejut adalah mata Ryeowook yang sudah berkaca-kaca.

"Beraninya kau berpikir seperti itu?!" desis Ryeowook dengan suara bergetar. "Aku akan tetap menangani lantai 5 karena menurutku kau memang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalahkan si boss. Bagaimana pun, saat ini ada ratusan nyawa yang menjadi taruhannya, jadi kita harus menang. Tapi..."

Ryeowook kembali melayangkan tangannya sehingga Kyuhyun reflek memejamkan matanya. Namun alih-alih sebuah tamparan, ia hanya merasakan telapak tangan Ryeowook menempel lembut di pipinya. Terasa begitu hangat. Kyuhyun membuka matanya.

"Kau harus hidup, Kyuhyunnie... Ada Kapten dan tiga orang hyung yang akan sangat kehilanganmu. Jadi, keluarkan pikiran jelek itu, arrachi? Aku tidak ingin mendengarnya lagi dalam bentuk apapun! Kau juga memiliki keluarga. Kami adalah keluargamu."

Kyuhyun terdiam. Dia masih terdiam ketika Ryeowook memeluknya sekejap, lalu menepuk bahunya sambil tersenyum. "Ok, waktunya kita berangkat!"

Kyuhyun masih termangu di tempatnya ketika Ryeowook mengambil toples vaseline dan beranjak ke arah pintu.

"Oh, jamkkanman!" seruan Ryeowook membuat Kyuhyun berbalik ke arahnya. "Sebutkan satu alasan kamu harus hidup agar aku yakin kamu tidak berusaha mati konyol!"

"Kapten masih berhutang tteobokki paket komplit porsi besar."

Ryeowook melongo mendengarnya lalu tertawa. "Itu alasan yang bagus untuk hidup. Annyeong! Ittabwa (sampai jumpa lagi)!"

"Hyung!"

Panggilan itu membuat Ryeowook berbalik.

"Kamsahamnida."

Ryeowook mengerutkan kening.

"Gomawo?"

"Itu lebih baik. Kita keluarga, jangan terlalu formal." Ryeowook tersenyum lebar. "Oh ya, aku rasa kau bisa memasukkan Heechul sshi ke dalam daftar. Dia akan kehilanganmu juga."

Kyuhyun tertawa sambil mengusap air matanya yang telah jatuh entah sejak kapan. Ia menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Perasaan hangat ini masih sangat asing buatnya.

"Aku akan menunggu hingga si boss mengambil umpanmu." Ryeowook menerangkan saat Kyuhyun menatapnya heran karena belum juga beranjak dari sana. "Kemungkinan besar ia akan naik lift, tapi siapa tahu dia turun melalui tangga bukan? Jadi lebih baik aku menunggu di sini. Begitu dia turun, barulah aku naik ke atas."

"Ide bagus, hyung. Aku berangkat."

"Hwaiting!" Ryeowook mengepalkan tangannya dan tersenyum memberi semangat.

"Hwaiting!" Kyuhyun mengacungkan jempolnya kemudian berlari menuruni tangga darurat menuju lantai 1.

.

.

Bagian Luar Seoul Medical Center

Leeteuk masih mengawasi dari luar ketika serombongan tim SOU tampak berpindah posisi lebih dekat ke arah rumah sakit. Bahkan ada sekelompok pasukan penyerang di dekatnya, lengkap dengan senapan dan perisai. Di antara mereka ada petugas yang membawa sebuah koper pertanda mereka adalah para penjinak bom.

"Tampaknya ada bom di setiap lantai," kata sang pimpinan kelompok.

Segala persiapan, perpindahan posisi, dan ketegangan yang meningkat itu membuat darah Leeteuk berdesir. Ia bergegas menghampiri kendaraan Komando dan masuk ke dalamnya.

"Tim Taktis dan Serangan Utama, bersiaplah untuk beraksi sesuai perintah saya!" seru sang Komandan kepada semua unit tim SOU.

"Apakah kita akan bergerak?" tanya Leeteuk.

"Kemungkinannya tinggi," jawab sang Komandan. Ia kembali mengawasi pergerakan tim SOU di layar. "Setelah semua siap, Tim 1 akan bergerak ke pintu masuk..."

Leeteuk tidak membuang waktu lagi, ia bergegas keluar dan menghubungi Direktur Public Security - Choi Seung Hyun.

"Leeteuk imnida," kata Leeteuk begitu panggilannya di terima. "Apakah kita akan bergerak?'

"Konsensus umum dengan cepat berubah menjadi penyerbuan ke rumah sakit," kata Direktur Choi.

"Bisakah Anda meminta untuk menghentikan penyerbuan tersebut? Anak buahku masih beroperasi di dalam."

"Aku tidak punya kekuatan itu karena sekarang PM Yu Suk Won yang mengambil inisiatif penuh," jelas Direktur Choi. "Seperti yang Anda tahu, PM Yu tidak punya belas kasihan terhadap teroris. Dia memerintahkan untuk menyerbu secepatnya dan sudah mengumumkan keputusan itu di media."

Kilasan demi kilasan kembali terpampang di depan mata Leeteuk. Pisau penuh darah; Perut ibu Kyuhyun yang tertikam; Sosok Kyuhyun yang terdiam di tengah hujan menyaksikan kedua orang tuanya terbujur kaku; Senyum kemenangan Menteri Yu Suk Won; Semua itu seakan sedang terjadi saat ini. Ketika ia memejamkan matanya sekejap dan membukanya...ia melihat sosok Kyuhyun yang masih berumur 5 tahun menatap lurus ke arahnya. Tatapan yang selalu memenuhi pikirannya selama 20 tahun.

Leeteuk mencengkeram ponselnya begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Sehubungan dengan anak buahmu yang beroperasi di dalam. Anda tidak memberi mereka perintah untuk melakukannya, bukan?"

Suara Direktur Choi mengembalikan Leeteuk pada kenyataan. Ia terdiam, masih mencoba mengatur pikirannya yang kacau.

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang adalah memikirkan strategi untuk menghadapi situasi setelah semua ini selesai. Masyarakat akan marah dengan banyaknya korban jiwa. Jangan memberi tahu siapa pun tentang tindakan tidak sah yang dilakukan anak buahmu."

Kata-kata Direktur Choi mulai meresap dan itu membuat darah Leeteuk mendidih.

"Anda menyuruh untuk meninggalkan anak buahku?"

"Anda tidak harus meninggalkannya. Anda hanya perlu mengamati tanpa berkata apa-apa. Paham? Kau harus tahu batasanmu!" Direktur Choi sudah menutup sambungan.

Leeteuk hendak melempar ponselnya seandainya saja hal itu bukan satu-satunya alat penghubung dirinya dan Kyuhyun serta Ryeowook di dalam.

Yu Suk Won...! Apakah Anda belum puas membuat kedua orang tuanya terbunuh? Apa Anda harus mengakibatkan kematian anak mereka juga?!

TBC

Whoaa, 4700 kata hehehe
Bagaimana tanggapan kalian terhadap chapter ini?
Kalian bisa berkomentar di bagian-bagian yang kalian suka.
Aku harap Ch 12 bisa menyusul cepat,
tapi kemungkinan aku akan lebih lambat karena harus beristirahat.
AKU MENANTI REVIEW KALIAN JUGA, SILENT READER hehehe

Kamsahamnida