-paginya-

"Wah.. Ternyata aku tidak salah." ucap Theo yang keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

"Aa.. Selamat pagi." sapa Sakura menatap Theo yang mendekatinya itu.

"Pagi.. Masak apa?" tanya Theo menghampiri Sakura.

"Nasi goreng kesukaanmu." jawab Sakura tetap focus memasak.

"Butuh bantuan?" tanya Theo.

"Tidak.. Duduk saja, nanti bau masakan menempel dibajumu, lagipula aku sudah selesai." ucap Sakura mengingat Theo sudah rapi pagi itu sambil mematikan kompor.

"Bagaimana dengan kakimu?" tanya Theo menyadari Sakura sudah tidak membebat kakinya pagi ini.

"Sudah tidak apa-apa.. Ini semua berkatmu." ucap Sakura tersenyum.

"Kedepannya berhati-hatilah. Kau terlalu sering mencederai kakimu itu." nasehat Theo mencubit pipi Sakura.

"Ittai.." keluh Sakura memegang kedua pipinya.

"Maaf.. Aku tidak bermaksud seperti itu. Apa sesakit itu?" tanya Theo panik.

"Tidak juga." jawab Sakura yang sengaja membuat Theo mendekat agar bisa balas mencubit pipi pria itu.

"Sampai kapan akan mencubit pipiku?" tanya Theo yang pasrah saja.

"Wah, aku tidak menyangka pipimu akan se-chubby ini." ucap Sakara yang masih memainkan pipi Theo.

"Hei, pipiku tidak chubby." elak Theo tidak setuju.

"Tidak chubby? Hei apa kau ya.. Th-Theo!" Sakura yang sibuk memainkan pipi Theo itu terkejut karena theo tiba-tiba menggendongnya untuk duduk di island table itu.

"Lebih mudah beginikan? Lagipula aku tidak mau kakimu cedera lagi." ucap Theo santai agar Sakura tidak terus berjinjit dan mencederai kakinya lagi.

"Aku ingat betul kalau dulu pipi ini tirus." ucap Sakura lagi.

"Apa kau tidak menyukainya jika sedikit chubby?" tanya Theo tiba-tiba sambil merapikan poni yang menghalangi pandangan gadis itu.

"Hah? Kenapa aku tidak menyukainya. Aku lebih suka kau yang berpipi chubby seperti ini. Lebih imut." ucap Sakura serius.

"Sakura, apa kau sesuka itu pada pipiku?" tanya Theo penasaran.

"Un.. Pipimu terasa seperti permen jelly." ucap Sakura yang masih sibuk dengan pipi Theo.

"Pe-permen jelly?" ucap Theo kaget.

"Kalau digigit apakah kenyalnya sama?" gumam Sakura yang sekana terhipnotis dengan pipi Theo. Dimatanya saat ini pipi Theo terlihat seperti permen jelly.

"He-hei sadarlah." ucap Theo berusaha menyadarkan Sakura sedangkan Sakura tidak menggubris sedikitpun ucapan Theo itu dan semakin mendekat dan menggigit pipi Theo pelan.

"Wah mirip." ucap Sakura kagum, melepaskan gigitan kecilnya itu.

"Hah.. Sudah puas?" tanya Theo hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Sakura.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja." ucap Sakura tersadar dengan apa yang ia lakukan segera mengusap pipi Theo yang ia gigit.

"Bukan masalah." ucap Theo santai, mengilangkan jarak diantara keduanya. Theo memeluk erat tubuh Sakura itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sakura yang balas memeluk Theo, membiarkan pria itu.

"Kalau aku bilang tidak, kau tetap akan pulang hari ini?" tanya Theo.

"Yah, hal itu tidak bisa dirubahkan?" ucap Sakura santai.

"Kau terdengar tidak peduli." ucap Theo sedikit kesal.

"Hah? Kaukan tidak tau isi hatiku." ucap Sakura lagi.

"Memangnya apa isi hati nona Sakura ini?" goda Theo memandang lekat manik emerland itu.

"Aku tidak akan memberitahu." komentar Sakura enggan.

"Apa kau yakin? Permen jellymu masih ada padaku." ancam Theo tersenyum puas melihat tatapan kesal Sakura.

"Aku juga masih ingin disini tapikan tidak bisa semudah itu. Lagipula kau tau sendiri." ucap Sakura tertunduk meremas ujung bajunya.

"Jangan pasang wajah sedih itu, aku hanya bercanda." ucap Theo meminta maaf, menempelkan keningnya kekening Sakura.

"Kau pikir karena siapa aku jadi sedih?" gerutu Sakura.

"Iya iya, aku tau. Jangan pasang wajah itu lagi. Nanti keriputmu bertambah." ucap Theo sambil mencubit pelan pipi Sakura.

"Keriputmu juga ada!" ucap Sakura cepat.

"Akhem.. Maaf menganggu kalian berdua tapi kita harus segera bersiap agar tidak terlambat." ucap Sky mengagetkan keduanya.

"Hei.. Siapapun yang melihat kalian bisa mengira kalian pasangan suami istri yang baru menikah." ucap Trevor yang berjalan menuju ruang makan itu bersama Sky, Sasuke dan Juugo.

"Dikehidupan selanjutnya. Bukan begitu Saki?" jawab Theo menggendong Sakura turun dari island table itu, menggoda Sakura yang mukanya memerah mendengar ucapan Theo.

"He-hentikan. Bawa makanan ini kemeja makan, aku akan bersiap-siap." ucap Sakura yang wajahnya sudah memerah belari menuju kamar Theo untuk bersiap.

"Waa.. Apa itu?" ucap Trevor geli mendengar jawaban sahabatnya itu.

"Kenapa?" ucap Theo dengan santai membawa mangkuk kaca besar berisi nasi goreng itu kemeja makan dan mulai sarapan pagi.

"Wah.. Aku sampai tidak bisa berkata-kata." ucap Juugo yang masih shock mendengar ucapan Theo yang santai itu.

"Hei, kaukan dulu ajudan presiden, cobalah temui presiden dan mintalah pengecualian agar kalian bisa menikah, aku akan bantu bicara dengan pak Liam. Aku khawatir kau menjadi bucin gila jika seperti ini terus." ucap Trevor yang diamini Sky dan Juugo.

" .Kan." Ucap Theo menjitak kepala Trevor.

-skip time-

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke melirik Sakura yang duduk disampingnya dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya sembari memainkan jar permennya dan bermain dengan handphone-nya itu tiba-tiba berubah serius.

"Aa.. Aku baik-baik saja." jawab Sakura buru-buru menghapus air matanya dengan jaket kebesarannya itu.

"Baiklah." ucap Sasuke yang beranjak dari kursinya, memberikan waktu untuk Sakura.

"Kenapa?" tanya Juugo menyadari Sasuke menghampirinya untuk duduk disampingnya.

"Tidak ada." jawab Sasuke kembali sibuk dengan handphonenya setelah berpindah duduk.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Juugo memastikan lagi.

"Dia hanya butuh waktu sendiri." jawab Sasuke.

"Theo?" terbak Juugo.

"Un.." jawab Sasuke singkat, ia tidak sengaja melihat handphone Sakura saat akan pergi dan melihat video Theo yang tengah bermain piano dan bernyanyi itu dilayar handphone Sakura.

-beberapa jam yang lalu-

"Sampai jumpa lagi." ucap para ajudan Liam itu saat mereka berpisah dengan ajudan Gaara didepan pesawat jet pribadi Gaara itu.

"Ya.. saat bertemu selanjutnya ayo berlatih tanding lagi." ucap Juugo menjabat tangan Sky.

"Tentu saja. Kami akan menantikannya." jawab Sky.

"Jaga kacamata dan topi itu dengan baik ok?" ucap Theo menatap Sakura yang memakai kacamata hitam dan topi miliknya yang dijarah kemarin malam itu.

"Aku tau.." ucap Sakura tersenyum senang.

"Jaga kesehatanmu juga. Jangan makan semua permen itu dalam sekali duduk, seharusnya permen itu bisa bertahan selama 2 bulan. Lalu hubungi aku kapan saja ok." ucap Theo mengingatkan.

"Aku tau Theo.." ucap Sakura gemas dengan perhatian melimpah Theo itu.

"Baiklah.. Sampai jumpa lagi." ucap Theo yang melepaskan jaketnya itu, memasangkannya kepundak Sakura.

"Theo.." panggil Sakura membuat Theo langsung sedikit menunduk agar bisa menyamakan tingginya dengan Sakura.

"Ada ap…" Theo hanya bisa membatu dan tidak bergerak saat itu.

"Wah.. Kalian gila.." ucap Trevor yang melihat hal itu segera dirinya dan para ajudan yang lain membentuk barisan yang menutupi keduanya agar tidak terlihat oleh kamera wartawan yang sibuk membidik mereka itu.

"Terima kasih dan sampai jumpa lagi." ucap Sakura tersenyum jahil.

"A.. Y-Ya.." ucap Theo yang sedang mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

"Hei.. Sadarlah Theo.. Apa yang Sakura bisikkan sampai kau jadi terdiam begitu?" tanya Trevor menyadarkan Theo yang masih membeku setelah menerima kecupan dipipinya.

"Rahasia." ucap Theo tersenyum.

-dua minggu kemudian-

"Hmm.. Apa ini.." ucap Theo yang sedang mencari sesuatu diruang kerjanya itu terhenti saat melihat sebuah kotak diatas meja kerjanya. Menyadari siapa yang meninggalkan kotak itu, segera Theo menghubungi orang itu

"Wah.. Hebat juga akhirnya kau menemukan hadiah itu setelah 2 minggu." ucap gadis yang melakukan video call bersama Theo itu.

"Hei.. Kau menyindirku?" ucap Theo membuat Sakura tertawa.

"Tentu saja, bagaimana bisa kau melupakannya setelah aku repot-repot membisikkannya padamu sebelum pergi." sindir Sakura.

"Kau membisikkan sesuatu? Bukankah itu hanya alasanmu agar bisa mencium pipiku?" goda Theo.

"Kalau memang begitu kenapa? Apa kau tidak suka." ucap Sakura serius.

"Hei, aku hanya bercanda. Jangan marah begitu." ucap Theo panik.

"Aku? Marah pada Theo yang terkenal itu? Mana mungkin aku berani." goda Sakura balik.

"Hah.. Jadi.. Ini hadiah untuk yang mana?" goda Theo tersenyum melihat wajah gadis itu.

"Hmm? Memangnya aku punya hutang kado sebanyak apa?" tanya Sakura bercanda.

"Aku akan selalu memakainya." ucap Theo memamerkan jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangannya itu.

"Apa hanya jam tangannya saja yang menarik perhatianmu?" ucap Sakura terdengar agak kecewa.

"Sejujurnya kau lebih menarik perhatianku." goda Theo.

"He-hentikan.. Trevor benar-benar memberikan kebiasaan buruk baru padamu." ucap Sakura yang wajahnya memerah.

"Hahahaha. Yah, bisa dibilang begitu." ucap Theo tertawa puas.

"Wah, Theo sikulkas 100 pintu tertawa sepuas itu?" ucap Sakura lagi.

"Hei, inikan bukan kali pertama dan kau taukan siapa saja yang bisa membuatku tertawa seperti itu." ucap Theo membela diri.

"Jadi apa kau menyukainya?" tanya Sakura kembali kepertanyaan awalnya.

"Aku menyukai semuanya Sakura. Tapi kau tidak perlu repot-repot melakukan ini." ucap Theo merasa tidak enak.

"Aku memberikannya karena aku ingin Theo." jawab Sakura.

"Terima kasih juga untuk ini. Aku juga akan selalu memakainya." ucap Theo memamerkan tas pistol yang diberikan Sakura melingkar dipinggangnya.

"Jangan angkat bajumu sembarangan." nasehat Sakura yang kaget karena Theo tiba-tiba mengangkat bajunya hanya untuk memamerkan tas pistol itu.

"Kenapa? Lagipula bukan kali pertama kau melihatnya." ucap Theo acuh.

"T-Theo!" teriak Sakura yang mukanya sudah memerah hanya ditanggapi tawa oleh Theo.

"Kau sedang apa? Tidak ikut makan malam?" terdengar suara pria yang mengajak bicara Sakura.

"Aku sedang video call dengan Theo.." ucap Sakura memperlihatkan wajah Theo ke pria yang tadi terdengar suaranya itu.

"Hai Sasuke." Sapa Theo.

"Aa.. Selamat malam Theo." sapa Sasuke.

"Aku akan makan nanti." jawab Sakura kemudian bangkit dari duduknya.

"Kalian sedang dirumah tuan Gaara rupanya." ucap Theo menyadari interior ruangan itu.

"Hari ini setelah rapat, beliau tidak ada kegiatan dan memilih bersantai di rumahnya saja." jawab Sasuke.

"Theo.. Kenapa kau lama sekali? Pak Liam sudah menunggu!" ucap Trevor tiba-tiba muncul.

"Aa.. Maaf." ucap Theo yang buru-buru berlari keluar.

"Apa aku mengganggu?" tanya Sakura berniat mengakhiri panggilan itu.

"Tidak apa-apa. Lalu Sakura makanlah dulu." ucap Theo yang sudah menaiki mobil milik Liam itu khawatir.

"Aku sudah nyemil tadi.. Tenang saja setelah ini aku akan makan. Ah.. Selamat malam tuan Liam." ucap Sakura meyapa Liam.

"Selamat malam Sakura." sapa Liam

"Kau ingin memainkan itu?" tanya Sasuke mengikuti.

"Bisa bantu aku?" tanya Sakura pada Sasuke.

"Baiklah." ucap Sasuke menerima handphone itu, mengarahkan kamera belakang itu kearah Sakura yang sudah duduk di depan piano megah itu.

"Hah.. Aku sudah lama tidak melakukan ini. Jadi jangan tertawa." ucap Sakura yang duduk didepan piano itu malu-malu.

"Kau terlalu imut." gumam Theo menatap layar handphonenya itu, diam-diam merekamnya. Ajudan lain yang mendengar ucapan Theo itu spontan merasa merinding. Pasalnya Theo terkenal sebagai ajudan paling dingin dan tegas, apalagi mengingat dirinya seorang tentara dari Angkatan darat.

"Aku akan membalas videomu itu. Aku pasti akan membuatmu menangis juga. Ah.. Pak, saya izin menghibur anda selama perjalanan yang melelahkan itu ya." ucap Sakura penuh percaya diri, mendengar itu Theo dan ajudan lain hanya bisa tertawa.

Sakurapun mulai memainkan piano itu, ia memilih lagu Jason Mraz – I Won't Give Up untuk ia bawakan. Sakura menyanyikan lagu itu dengan sepenuh hati, tanpa sadar menyita perhatian semua ajudan yang sedang bersantai itu, bahkan Gaara yang tadinya sibuk dengan handphonenya akhirnya memperhatikan Sakura.

"Well, I won't give up on us (no I'm not giving up). God knows I'm tough (I am tough) he knows (I am loved). We got a lot to learn (we're alive, we are loved). God knows we're worth it (and we're worth it). I won't give up on us. Even if the skies get rough. I'm giving you all my love. I'm still looking up." Sakurapun mengakhiri penampilannya itu diiringi tepuk tangan meriah dari semuanya.

"Wah.. Dia bernyanyi sepenuh hati." gumam Sasuke menatap Sakura yang buru-buru berdiri dan mengambil handphonenya dari tangan Sasuke.

"Kau menangis?" ucap Sakura kaget, awalnya dia hanya bercanda mengatakan akan membuat Theo menangis.

"Kau membuat kami semua menangis Sakura." ucap Trevor yang duduk disamping Theo sudah berlinang air mata.

"Maafkan aku." ucap Sakura cepat.

"Sakura.. Sudah saatnya rapat." ucap Sasuke mengingatkan Sakura.

"Baik." jawab Sakura.

"Pergilah. Setelah ini beristirahatlah." ucap Theo mengakhiri panggilan itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke melihat Sakura yang gelisah.

"Bagaimana ini Sasuke.. Aku membuat Theo menangis. Padahal dia duluan yang mengirimiku videonya yang bernyanyi lagu Maybe Next Time – Jamie Miller." ucap Sakura penuh rasa bersalah.

"Hah?" Sasuke tertegun mendengar pengakuan Sakura.

"A.. Aku harus bagaimana? Sasuke, besok bantu aku mencari barang untuk permintaan maaf." ucap Sakura merasa bersalah.

"Hei.. Mereka tidak perlu itu.. Mereka hanya ingin kau baik-baik saja." ucap Sasuke menasehati.

"Tapi.."

"Tenang saja. Aku yakin hanya itu yang mereka mau. Untuk Theo mungkin dia merasa tidak berdaya dengan keadaan.. Hubungi saja dia ketika senggang." saran Sasuke menenangkan Sakura.

"Wah.. Aku tidak menyangka kau bisa berpikir seperti itu." ucap Sakura kagum.

"Hei, kau menghinaku ya?" ucap Sasuke kesal.

"Hahahaha.. Tidak.. Aku memujimu." ucap Sakura tertawa.

"Kalian dari mana?" tanya Gaara melihat Sasuke dan Sakura yang memasuki ruang kerjanya itu.

"Maafkan kami pak." ucap keduanya buru-buru meminta maaf.

"Hei, aku hanya bertanya. Bukan memarahi kalian." ucap Gaara santai.

"Aa pak. Apakah kami mengganggu?" tanya Sasuke menatap wanita yang duduk dibangku depan meja kerja Gaara itu.

"Tidak. Santai saja. Ah, ini kali pertama kalian bertemu ya. Ini Yuki, tunanganku." ucap Gaara sukses membuat kaget keduanya.

"Tunangan? Tiba-tiba?" ucap Sasuke lagi.

"Salam kenal nona, saya Haruno Sakura." ucap Sakura menyikut kencang Sasuke yang terdengar tidak sopan itu.

"Akh, sa-saya Uchiha Sasuke." ucap Sasuke memperkenalkan diri.

"Salam kenal, saya Tanaka Yuki." ucap Yuki tersenyum melihat tingkah ajudan tunangannya itu.

"Selamat atas pertunangan anda pak." ucap Sakura lagi, ucapan Sakura itu hanya dijawab anggukan singkat dari Gaara.

"Terima kasih." jawab Gaara.

"Kenapa kau menyikutku? Bukankah itu memang mendadak." bisik Sasuke saat Gaara sibuk berbicara dengan Yuki.

"Mendadak apanya? Apa kau tidak menyadari gelagat Gaara-san yang berubah beberapa bulan ini?" ucap Sakura lagi.

"Yah, memang ada beberapa hal yang berubah tetapi tunangan? Yang benar saja." ucap Sasuke lagi.

"Yang benar saja apanya Sasuke? Aku masihi normal dan tidak berniat menjadi perjaka tua." ucap Gaara yang ternyata mendengar ucapan Sasuke.

"Pfft.." Mendengar ucapan Gaara, Yuki hanya bisa menahan tawa dan Sakura geleng-geleng kepala.

"Bu-bukan.. Sa-saya.." Sasuke jelas kaget dan tidak tau harus berbuat apa.

"Se-sepertinya kalian akan mulai rapat. Aku pulang dulu." ucap Yuki setelah berhasil menghilangkan tawanya itu.

"Hati-hati dijalan. Setelah sampai segera kabari aku." nasehat Gaara mengecup singkat kening Yuki.

"Aku tau. Aku bukan anak-anak." ucap Yuki memukul kecil dada Gaara.

"Itu menurutmu." ejek Gaara.

TBC