Desember 20xx

2 orang anak terlahir dalam keluarga Akashi Masaomi dan Akashi Shiori. Orang-orang menyebut mereka "anak kembar". Tetapi sekalipun demikian, keduanya memiliki paras yang sangat jauh berbeda. Seijuurou mewarisi warna merah menyala seorang Akashi, sementara Tetsuya mewarisi iris aquamarine dan surai baby blue yang teduh dari sang ibu. Membuatnya terlihat sangat manis, sedikit berbeda dengan kembarnya yang memiliki tampang maskulin.

Mereka sekeluarga hidup dengan bahagia. Apalagi sosok Masaomi kini memiliki 2 orang pewaris. Namun, beberapa minggu setelah keduanya dilahirkan, ada hal yang aneh terjadi pada Tetsuya. Ketika Shiori mencoba menenangkan Tetsuya yang tidak berhenti menangis karena terkejut mendengar suara vas bunga yang tidak sengaja terjatuh, tiba-tiba saja dalam sepersekian detik, anak itu terlihat terengah-engah layaknya kesulitan bernafas lalu tidak sadarkan diri. Sontak Shiori mulai panik dan melarikan Tetsuya ke rumah sakit. Setelah diperiksa lebih lanjut oleh dokter pribadi mereka, ternyata Tetsuya memiliki kelainan pada bentuk paru-parunya. Tidak hanya itu, anak kecil mereka ternyata memiliki kelainan syaraf yang mampu membuat otot-ototnya melemah hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

Seketika itu juga hati Shiori menjadi hancur. Bagaimana tidak? Ternyata salah seorang anak tercintanya memiliki "keanehan" yang sama dengan dirinya. Sebagai seorang ibu, dia benar-benar merasa bersalah karena akibat kelainan bawaannya, sampai-sampai anaknya pun harus menderita. Saat itu, mereka hanya mencoba bersikap optimis dan ikhlas atas apa yang terjadi.


Manik biru dikucek asal oleh Tetsuya. Sosok mungilnya berjalan setengah sadar di ruang keluarga Akashi. Sebenarnya dia masih belum ingin bangun, namun ia tidak menemukan kembarnya di setiap sudut kamar. Tetsuya kecil tidak begitu suka jika harus ditinggal tidur sendiri, apalagi di dalam ruangan gelap. Namun ayahnya selalu mengajar mereka untuk bisa berani dalam setiap situasi dan kondisi. Gelap sekalipun tidak boleh menjadi kelemahan seorang Akashi. Untungnya, Seijuurou selalu paham soal kapan Tetsuya merasa ketakutan atau gelisah. Sebagai seorang kakak yang terlahir 2 menit lebih dulu sebelum Tetsuya, dirinya cukup bisa diandalkan. Begitupun sebaliknya, Tetsuya cukup bergantung pada Seijuurou.

"Ibu? Cei-chan ada di mana?"

Shiori menghentikan alunan melodi yang ia ciptakan dari piano miliknya. Kedua manik biru keabuannya memandang anaknya lekat seraya tersenyum hangat. Dihampirinyalah replika kecilnya itu dan mendudukannya di atas pangkuannya mengarah ke piano.

Dari tatapan mengantuk-namun-takut, kini berubah berbinar-binar melihat tuts-tuts di hadapannya. Desain klasik dan warna putih dari piano sungguh memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Pada bagian bodynya ada nama "Akashi" yang terukir dengan megah sebagai tanda bahwa piano tersebut hanya dimiliki oleh keluarga Akashi semata. Tak lupa setangkai mawar ungu yang tidak pernah absen menghiasi vas bunga yang letaknya di bagian kiri atas music desk dari piano tersebut. Manik biru mudanya sungguh terpesona.

"Ibu sedih loh! Chuya malah nyari Sei-chan, padahal ibu di sini yang menemani Chuya," ujar Shiori mencari atensi bocah kecilnya.

Kedua manik biru Tetsuya refleks memandang sang ibu yang terlihat sedikit cemberut. Ia membalikkan badannya agar bisa menghadap wajah ibunya secara langsung. Kedua alis mininya terangkat, seolah-olah tidak menyangka bahwa hal itu menyakiti perasaan ibunya. Pipi bulatnya digembungkan, bibir mungil maju beberapa senti.

"Chuya hanya mencali Cei-chan! Cei-chan janji mau temani Chuya, tapi dia hilang!"

Shiori terkekeh ringan. Tangan kirinya memeluk erat pinggang putranya, sementara tangan satunya lagi mengelus pucuk rambut Tetsuya. Niatnya ingin terlihat ngambek pada anaknya, malahan dibalas telak oleh pipi montok Tetsuya yang menggembung.

"Chuya kali ini main sama ibu saja, yah? Ibu tidak ingin kalah dari Sei-chan!"

Wajah imutnya tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk semangat. Ia membenamkan kepalanya dalam pelukan sang ibu.

"Chuya cayang ibu. Cayang ayah juga. Tapi paling cayang Cei-chan!"

"Iya deh, iya.."

Sejujurnya Shiori sedikit bingung. Entah mantra apa yang digunakan oleh Seijuurou pada Tetsuya. Sejak lahir, Tetsuya hampir selalu menempel pada Seijuurou, benar-benar seperti anak kangguru dalam kantong induknya. Tidak hanya Tetsuya, tapi Seijuurou pun tidak mau melepaskan Tetsuya begitu saja. Pokoknya, kemana-mana harus bersama!

Apalagi Seijuurou seperti paham dengan kondisi kembarnya ini. Tanpa disuruh pun, ia mengawasi Tetsuya selama 24 jam penuh, kecuali ada yang penting hingga mereka harus berpisah walau hanya sejenak. Jika Tetsuya kecil kesulitan bernafas, Seijuurou siap menenangkan di sampingnya. Dan ajaibnya, Tetsuya yang panik pun bisa tenang dan bernafas normal!

Tetsuya mendongak, "Tapi Cei-chan kemana, ibu?"

"Sei-chan lagi latihan sama ayah, Chuya. Chuya di sini saja yah, temani ibu?"

Ia cemberut. Agak cemburu sih, karena berulang kali ayahnya hanya mengajak Seijuurou untuk latihan. Latihan bela diri lebih tepatnya. Ingat? Seorang Akashi harus mampu bukan hanya di otak, tapi juga pada fisik. Segala sisi harus bisa perfect. Tetsuya terkadang jadi berpikir, apakah dia benar-benar anak dari keluarga ini.

Shiori menatap kedua manik biru anaknya yang terlihat mendung. Ada kesedihan di sorot mata Tetsuya.

Uh-oh!

Shiori tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Dia tidak mau Tetsuya kembali kambuh karena rasa insecure nya. Kedua tangan Shiori lalu mengangkat anaknya yang satu ini agar fokusnya teralihkan. Ia memposisikan Tetsuya ke depan, berhadapan dengan piano andalannya. Setelah memastikan Tetsuya duduk dengan aman dan nyaman di pangkuannya, tangannya diangkat ke atas jejeran tuts. Jemarinya mulai memainkan lagu andalannya dengan lincah.

Manik Tetsuya saat itu hanya memperhatikan sejenak. Tepat saat Shiori berhenti memainkan lagu tersebut, jemari mungil Tetsuya kini mulai mengambil alih. Sontak Shiori terkejut dengan kelihaian Tetsuya memainkan piano. Ia tampak sedikit kesulitan menjangkau tuts yang satu dengan yang lainnya karena tangannya yang masih mini, namun tetap mampu menghasilkan alunan suara yang indah.

"Chuya jenius," gumamnya tidak menyangka. Selama ini Shiori hanya memperdengarkan Tetsuya saja. Tidak pernah ia terpikirkan bahwa anaknya ini dapat begitu lincah bermain piano di usia yang baru mau menginjak angka 4.

"Alee? Chuya belmain piano?" ujar sesosok bocah bersurai merah yang muncul dari arah pintu.

Keduanya kompak menengok ke sumber suara. Di belakangnya ada Masaomi yang sedang menutup pintu ruangan tersebut setelah dibuka secara anarkis oleh anaknya.

"Cei-chan!"

Manik Tetsuya kembali berbinar-binar melihat kedatangan Seijuurou. Dengan tergesa-gesa ia melompat turun dari pangkuan Shiori dan langsung berlari ke dalam pelukan Seijuurou. Layaknya laki-laki gentlemen, kembarnya itu tidak berhenti memuji kemampuan adiknya yang mampu bermain piano sebagus itu. Shiori menatap kedua bocahnya dengan penuh kehangatan, sementara Masaomi sendiri menatap calon penerusnya dengan bangga. Dalam hati terus berdoa agar keluarga mereka bahagia selalu.

.

.

Namun kenyatanya tidak seindah angan.

.

.

Waktu itu badai salju.

Dua insan menangisi seorang wanita yang terbaring tanpa nyawa, sedangkan yang satunya lagi terkapar tak sadarkan diri karena tidak sanggup menghadapi pahitnya dunia. Tepat pada tanggal 31 Januari, Shiori memilih untuk menyerah pada sakitnya. Atau positifnya, akhirnya Ia bisa terlepas dari beban yang selama ini membelenggu.

Sejak saat itu, kondisi keluarga Akashi sangat terguncang. Hilangnya sosok istri dan ibu yang dicintai seakan meruntuhkan sebagian besar pondasi keluarga yang sudah susah payah mereka bangun. Bahkan sampai berefek pada perusahaan yang dimiliki oleh Masaomi dan Shiori. Banyak perusahaan memberhentikan kerja sama karena tidak stabilnya kondisi mental Masaomi. Cukup membuktikan kalau dirinya juga manusia, bukan? Belum lagi, banyaknya perbincangan mengenai dirinya yang hanyalah pemilik tunggal perusahaan. Pewaris? Seijuurou dan Tetsuya masih sangat kecil. Yang selama ini membantu Masaomi untuk memanage perusahaan tak lain hanyalah istrinya seorang.

Kepedihan yang mereka alami pun berlangsung cukup lama. Sedihnya lagi, hal itu berdampak buruk bagi kesehatan Tetsuya. Hampir setiap hari dirinya mengabsen di unit gawat darurat hanya karena tidak mampu menahan kesedihan yang dirasakan. Lagipula coba pikirkan, Ia baru berusia 5 tahun loh! Anak kecil mana yang mampu bertahan jika tiba-tiba harus berjuang tanpa sosok ibu yang selama ini memberinya kehangatan?

Sampai pada akhirnya Masaomi mencapai titik terendahnya. Ia berjuang sendiri untuk membangun kembali perusahaannya yang sudah berada diambang kehancuran. Dan itu artinya, dia perlu lebih mempersiapkan kedua anaknya untuk mampu berdiri tegak di hadapan semua orang. Pokoknya harus bisa segala hal. Apapun yang berbau kelemahan tidak boleh ada dalam diri seorang Akashi. Termasuk Tetsuya.

Dulu, hanya Seijuurou yang diberikan pendidikan ekstra agar bisa segala hal sejak kecil, karena kembarannya tidak boleh diberikan tekanan berlebih agar pernafasannya tetap stabil. Namun sekarang tidak lagi. Tetsuya pun juga harus sama. Dalam segi apapun, dia harus mampu menguasainya. Membuat Tetsuya kecil pada akhirnya lebih banyak terdiam dan tumbang karena tekanan emosi yang berulangkali diterima secara mendadak. Hanya Seijuurou yang berusaha agar saudaranya mampu menghadapi kehidupan mereka yang sekarang terasa seperti dalam neraka. Fokus Masaomi tidak lagi pada keharmonisan keluarganya. Ia menjadi sosok yang tegas dan tak kenal kelemahan. Tujuannya hanya satu, agar marga Akashi tidak dipandang remeh oleh masyarakat.

Sayangnya, makin hari kondisi Tetsuya makin memburuk pula. Hingga sampai ke telinga Kaori bahwa ponakan kesayangannya, anak yang ditinggalkan oleh adik satu-satunya itu harus mampu menjalani kehidupan keras sebagai seorang Akashi. Betapa geramnya Ia. Sampai pada akhirnya ia memutuskan secara sepihak untuk merebut Tetsuya dari tangan Masaomi dan menghilang dari radar Akashi.

Kaori merawat Tetsuya seperti anaknya sendiri. Mereka hidup bertiga dengan ibu Kaori dan Shiori. Meskipun Tetsuya sendiri masih sangat sering terbangun dari tidurnya karena merindukan kehadiran sang ibu. Tak jarang pula anak itu tiba-tiba saja menangis tak karuan dan kemudian tumbang. Namun mereka tidak menyerah. Keduanya setiap hari mengusahakan agar mental Tetsuya bisa tetap stabil terlebih dahulu. Karena jika batinnya tenang, maka kemungkinan kambuhnya penyakit anak itu akan semakin berkurang. Awalnya mereka memilih menyekolahkan Tetsuya seperti anak sebayanya, namun melihat dirinya semakin tertekan pada akhirnya Kaori memilihkan home schooling untuknya.

Lain Tetsuya, lain pula Seijuurou.

Tidak lagi memiliki seorang ibu. Ayah yang semakin hari menuntut kesempurnaan pada diri kecilnya. Dan kehilangan sosok saudara satu-satunya cukup membuat jiwanya terguncang. Seijuurou tidak lagi bertumbuh menjadi anak yang periang, melainkan menjadi anak yang cukup pendiam yang berusaha untuk tetap waras. Bahkan semakin lama, Ia mulai menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Tidak hanya Seijuurou sendiri. Melainkan pelayan-pelayan yang bekerja di rumah Akashi, juga Masaomi sendiri mulai menyadari hal tersebut.

Seijuurou terkadang bersikap dingin, kadang juga bersikap hangat seperti biasa. Terkadang menerima dengan baik jika ada hal yang diminta, terkadang malah memancarkan aura superior yang membuat siapa saja tidak berani berkata apapun lebih lanjut. Dan anehnya lagi, terkadang kedua iris matanya berkilat tajam. Namun tidak berwarna yang sama dengan yang biasanya, melainkan sekilas berwarna crimson-gold. Itu menurut orang-orang sekitarnya.

Sedangkan Seijuurou sendiri seringkali tidak begitu mengingat akan hal apa yang sudah ia lewatkan. Benar-benar membuat semua orang menjadi was-was dengan kondisi putra Masaomi yang tinggal seorang.

Dan apa kalian tahu yang paling parah dari semua itu?

Seijuurou kehilangan seluruh ingatannya mengenai Tetsuya. Begitu pun ingatan mengenai mendiang ibunya yang kini menjadi samar-samar. Tanpa sadar, Seijuurou pun sedang tidak baik-baik saja. Mentalnya seakan trauma akan kehilangan siapa saja yang dicintainya. Sehingga pada akhirnya membuat dirinya membentuk dinding perlindungan sendiri.

Yakni dengan menciptakan sosok 'Seijuurou' yang lain.

Masaomi ingat betul, sesungguhnya sosok lain Seijuurou tidak begitu sering muncul dipermukaan. Kalau mau dibilang, sebenarnya sosok otoriter itu hanya muncul di saat Seijuurou merasa tertekan. Namun seketika semuanya berubah saat insiden kelulusan anaknya. Saat anaknya melakukan percobaan bunuh diri.

Tidak ada lagi sosok Seijuurou yang penurut dan kalem.

Bagaikan sirna ditelan bumi..

Seijuurou membiarkan dirinya dikuasai oleh sosok 'Seijuurou' yang lain.

•••••••

Doumo~~

Cukup pendek ya ceritanya? Mohon dimaklumi,, hanya penambah bumbu penyedap cerita aja :D

But still, hope you like it 3

RnR Please ?