Ini adalah pertama kali Hinata melihat Shion dan kesan pertamanya adalah Shion ternyata seorang malaikat. Wajahnya seputih salju, dagu tirus dan bulu mata lentik bewarna silver menaikkan drastis kecantikkannya. Dia memiliki rambut panjang dan bibir munggil.

Dia duduk di dalam cermin seperti patung, menatap lurus ke depan. Hinata berdehem, ragu-ragu menarik kursi dan duduk di depannya. "Tak pernah aku merasa iri tapi kau benar-benar cantik." Hinata mengoceh tak terkontrol, kecantikan Shion merupakan hal yang menguncang pikirannya. Dia cantik melebihi putri salju, dress abu-abu itu membuatnya terlihat seperti putri kecantikkan, dia lebih di atas bangsawan dan hal yang menyedihkannya adalah dia bukan siapa-siapa selain perempuan yang Naruto cintai.

"I mean, aku yakin Naruto tidak hanya mencintaimu karena parasmu. Semua orang bilang Naruto adalah lelaki yang baik sebelum menjadi raja, semua orang menyukainya dan dia menyukaimu. Jadi, kau pasti adalah orang yang sangat manis dan baik karena mampu mengambil hatinya."

.

.

.

Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.

BENTENG KELEMAHAN

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

Benteng Kelemahan by Authors03

.

.

Chapter 10

.

.

Hinata melirik melalui samping mata, menunggu Shion untuk merespon atau setidaknya bergerak. "Jadi, apa aku semakin gila setelah ditikam? Tidak, aku tidak gila tapi kau yang nyata. Maksudku, mengapa kau ada di sana?" Hening sejenak, Hinata mengerjap mata menunggu respon yang tak kunjung diterima.

"Diam seperti patung …" Dia bergumam, teringat akan apa yang pernah Toneri katakan. "Kau tidak nyata?" tebak Hinata. "Mungkinkah aku bisa menarikmu dari sana?" Dia mengulurkan tangan tapi bayangan Shion hilang ketika disentuh.

Hinata menurunkan tangan, sekarang melihat hanya dirinya sendiri. "Siapa yang bisa aku ajak bicara?" gumamnya, lemah. Kemudian dia berdiri dan meninggalkan kamar.

Malam hari tiba, sebut ini adalah pertama kali Hinata ingin tidur dengan niat melihat apa yang sedang terjadi. Namun, andai tahu semuanya menjadi lebih buruk, dia tidak akan pernah memejamkan mata dengan harapan semuanya telah berubah.

Toneri beruntung dirinya berhasil keluar dari istana dengan selamat dan Naruto melupakannya, tapi dia menyesal gagal melindungi Hinata. Itu tidak menjadi masalah karena sekarang nyawa semua orang dalam bahaya.

Deidara membentuk kelompok dan menggila, dia membunuh teman-teman mereka, satu setiap harinya. Bukan hanya itu, dia berubah menjadi kepala gangstar dan mengklaim akademi sebagai wilayahnya. Buku di tangannya membuat semua orang takut dan tunduk dan itu membuat dia menjadi lebih berkuasa dan angkuh.

"Toneri. Toneri, kemari," perintah Deidara, melambaikan tangan seolah memanggil hewan peliharaan. Toneri tidak punya kesempatan untuk melawan, dia tidak bisa berbalik meninggalkan kelas, jadi mau tidak mau memasuki ruangan itu.

Dia melihat Deidara mengumpulkan semua orang di tengah-tengah ruangan dan memperlakukan mereka seolah tahanan. Toneri berdiri di depan Deidara, lelaki itu duduk di meja guru bersama beberapa orang di belakangnya.

Deidara menjatuhkan Toneri dengan tendangan tanpa peringatan dan dua temannya buru-buru menangkap Toneri untuk membuatnya berdiri. Toneri memberontak tapi gagal melepaskan diri. Saat itu Deidara memamerkan buku yang dia gunakan untuk menaklukkan semua orang, mencari-cari nama Toneri dan terkekeh menatapnya.

"Haruskah aku membunuhmu hari ini?" kata Deidara dengan nada mengejek. "Setiap kali aku ingin membunuhmu, aku teringat pada kejadian dua tahun lalu, saat kau menyelamatkan aku." Deidara berharap memori itu tidak ada, dia tidak bisa melupakan saat Toneri berbuat curang di ujian tertulis agar dirinya tidak gagal.

Mungkin semua orang berpikir itu adalah hal kecil yang tidak berarti, tapi Deidara berhasil menghindari rasa malu pada keluarga berkatnya. Oleh sebab itu Deidara tidak bisa melupakannya dan rasanya menjadi berat untuk membunuh Toneri meski dia menginginkannya.

"Haruskah aku senang kau tahu bagaimana cara membalas budi?" balas Toneri, mengejek dengan senyuman miring. Ekpresi seperti itu sudah cukup menyulut kekesalan Deidara.

Deidara katakan, "tetap, aku tidak pernah menyukaimu." Dia turun dari atas meja dan menatap Toneri lebih lekat. "Ayolah, aku harus menghajarmu dan tetap terlihat jahat'kan?" Dia meninggalkan kelas setelah perintah, "hajar dia." Belum cukup sampai di sana, Deidara berhenti setelah melewati ambang pintu untuk menambahkan, "hajar mereka semua. Akan lebih menyenangkan jika kalian menggunakan senjata."

Setelahnya, Deidara pergi dengan perasaan yang sangat lega, mengabaikan kericuhan mulai terdengar. Itu benar, Deidara harus tetap jahat agar Naruto tidak berpikir dia telah berpindah sisi dan berakhir membunuhnya.

Andai tidak ada yang tidak takut pada buku di tangan Deidara, mereka akan melawan alih-alih diam dan menerima pukulan yang tidak pantas itu. Toneri satu-satunya orang yang melawan, dia menahan pukulan kayu menggunakan lengan dan membalas serangan lelaki berbadan besar itu.

Keadaan Toneri sulit karena harus melindungi teman-temannya. Dia melindungi satu orang dari pukulan dan punggungnya berakhir dengan dihantam. Toneri berbalik melawan lelaki itu tapi lagi, punggungnya mendapatkan pukulan yang lain.

Akhirnya dia terjatuh dan berada di ambang menyerah … andai Hinata tidak muncul di depan kelas. "Hinata!" sebut Toneri terkejut, tidak menyangka Hinata akan terlihat setelah dibunuh. "Hinata." Toneri memaksa dirinya untuk bangkit dan melawan lebih keras lagi. Dia tidak berhasil menjatuhkan lima anak buah Deidara, tapi berhasil melarikan diri setelah menjatuhkan satu orang.

Toneri mengulurkan tangan, menarik Hinata menjauh dari pintu kelas.

"Hinata!" Sakura menjerit histeris, Hinata baru saja menghilang di depan matanya. Lagi! Suaranya yang keras mengejutkan semua pejalan kaki, membuat mereka spontan menoleh untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Hinata? Hinata!" Kiba dan Sakura berputar 360derajat, mencari-cari Hinata yang lagi-lagi menghilang bagaikan ditelan bumi. "Hinata, di mana kau?" Mereka bertiga berjalan berdampingan menyusuri pinggir jalan. Kiba dan Sakura bahkan menggandeng Hinata dengan erat untuk melindunginya dan tiba-tiba dia ditarik pergi, lenyap bagaikan memasuki black hole dalam sekejap mata.

"LAGI?!" Sakura mengacak rambut dan menjerit histeris. "Mengapa ini terjadi lagi?" Hal gila yang tidak bisa dijelaskan membuat Sakura frustasi. "Aku kira hanya cermin itu yang bisa menelannya tapi dia bisa hilang di mana pun?"

Kiba bertanya, "apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Sakura berpikir sejenak, mengingat seperti apa Hinata ketika tiba-tiba muncul setelah menghilang. "Saat hilang, Hinata muncul di tempat yang sama. Haruskah kita menunggu di sini?" Sakura mencemaskan kali ini pun Hinata akan muncul di tempat di mana dia menghilang, akan berbahaya bila dia kembali dalam keadaan yang sama, pingsan.

"Kita harus menunggu di sini?" beo Kiba dengan niat memastikan, terdengar keberatan meski begitu tidak punya alasan untuk menolak.

Sakura tidak menjawab tapi keseriusan ada di wajahnya. Dia mencari tempat teduh dan duduk di sana, pandangan mengarah pada tempat di mana Hinata menghilang selayaknya kamera pengawas. Kiba menggerutu, mau tidak mau bergabung bersama Sakura dan melakukan apa yang dia lakukan.

"Aku akan senang bila kita juga diajak, tapi dia pergi tanpa kita," komentar Kiba mendapatkan pukulan, Sakura melototinya penuh amarah.

Sakura mengingatkan, "Hinata ditikam di tempat itu dan kau ingin merasakan hal yang sama?"

Kiba tidak mau, hanya tertarik pada bagian menyenangkan yaitu masuk ke dunia fantasy yang terdengar berbahaya dan keren. Dia mencicit, "aku berharap tidak ada hal buruk terjadi padanya."

TO BE CONTINUE

Hi, guys. Maaf baru sempat up.

Semoga cerita ini bisa menghibur kalian dan tidak terlalu mengecewakan ya. Ngehehe sebenarnya cerita ini ada dua versi panjang dan pendek. Yg sudah aku selesaikan adalah versi pendek dan tentu aku pengen buat versi panjang tapi bagaimana dengan kalian? Tertarik pada yg penjang atau pendk?

See yu! Bye