Tempat itu terdapat hanya mereka berdua. Ruangan kosong tak berujung nan gelap menciptakan suasana suram, sedikit cahaya mengarah pada lelaki di sana dan membuat dia terlihat menyedihkan. Hinata tidak pernah tahu terdapat kaca bening di sana sampai tak sengaja menabraknya.
"Aku melihatmu lagi." Lelaki bernama Uzumaki Naruto itu berbicara, pandangan mengarah langsung pada bola mata Hinata dan berhasil menakutinya. Naruto bukan hanya putus asa tapi marah. Dia mendekat dan memukul kaca yang tidak pernah bisa dipecahkan itu, spontan membuat Hinata mengambil langkah mundur.
"Siapa kau?" Naruto bertanya. Hinata tidak menjawab karena tidak berani, cemas menyadari betapa Naruto membencinya tanpa tahu mengapa. "Jelaskan mengapa aku sangat marah setiap kali melihatmu."
Naruto menyentuh kaca itu ketika keras punggungnya melembut, berharap untuk bisa menghilangkan pembatas. Dia tidak pernah bisa. Ekpresi menyedihkan membuat Hinata mengasihaninya. Hinata mengambil langkah mendekat, mengulurkan tangan, tapi lagi-lagi Naruto mengejutkan dengan memukul kaca. Dia lakukan lebih brutal, tanpa henti, menyebabkan Hinata merasa seperti diteror dan berakhir menjerit ketakutan.
.
.
.
Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.
BENTENG KELEMAHAN
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
Benteng Kelemahan by Authors03
.
.
Chapter 01
.
.
.
.
"Kyaaaah!" Hinata membuka mata, spontan menatap sekitar untuk mengecek keadaan. Dia berkeringat dingin, itu merupakan ke-tiga ratus kalinya dia memimpikan hal yang sama dan dibangunkan oleh rasa takut. Hinata memeluk tubuh, merasakan bulu kuduk berdigik ngeri.
Wajah pemuda yang dia lihat begitu sempurna. Raja muda yang mempesona dengan rambut pirang dan pakaian khas kerajaan, tapi amarah apa yang ada di matanya?
Hinata Hyuuga, perempuan berusia dua puluh lima tahun itu menghela nafas berkali-kali untuk menenangkan diri, berusaha mengingat bahwa semua yang dia lihat hanyalah mimpi. Tidak peduli seberapa nyata semua itu, mereka adalah mimpi. "Dia membuat aku merinding setiap kali melihatnya."
Hinata mengelus lengan sebelum beranjak meninggalkan kasur. Hari itu, Hinata memiliki kelas pagi, buru-buru dia bersiap-siap dan meninggalkan rumah. Tujuannya adalah universitas, terletak lima belas menit dari rumah menggunakan sepeda. Hal pertama yang terjadi setelah Hinata memarkir sepeda adalah muncul seorang perempuan dengan surai pink pendek dan merangkulnya, menyapa, "Hi, Hinata!"
Haruno Sakura nama perempuan itu dan lelaki di sampingnya, Inuzuka Kiba, berkata, "Beritahu aku kau tidur nyenyak malam ini."
Mereka adalah teman baik, sudah semenjak sekolah menengah. Hinata tidak menjawab, tapi berbalik membiarkan mereka menilai sendiri penampilannya, tepat pada bawah mata yang menghitam dan ekpresi wajah yang kacau. "Ah …" Kiba mengganguk kecil, mengeluarkan apa yang ada di dalam benaknya, "biar aku tebak, kau tidak bisa tidur nyenyak karena memimpikan hal yang sama. Lagi."
Kiba mencemaskan Hinata, selalu. Begitu pula dengan Sakura tapi mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu selain menawarkan keberadaan. Hinata seringkali mengeluh akan segera gila karena semua hal yang dia lihat di dalam mimpi, dia hanya tidak bisa mengabaikannya untuk suatu alasan.
"Aku melihat lelaki itu lagi malam tadi," ungkap Hinata, mengingat jelas wajah dan amarahnya. "Dia terlihat sangat marah dan terluka. Entah untuk alasan apa, dia sangat membenciku. Dia melihatku seolah-olah ingin membunuhku."
"Mimpimu selalu membentuk cerita yang menyenangkan," komentar Kiba membuat Sakura menyikut perutnya, meminta dia untuk tidak mengatakan sesuatu yang akan membuat Hinata merasa buruk. Kiba tidak peka, dia berbicara lebih jelas, "Apa? Itu memang benar terjadi. Mimpi Hinata selalu menyambung bagaikan cerita dan aku selalu senang mendengarnya."
Hinata menghela nafas, mengalihkan pembicaraan, "itu hanya mimpi. Ayo masuk."
Hinata berjalan lebih dulu. Dua temannya mengikuti tapi Kiba tidak puas ditinggal tanpa jawaban, dia sekali lagi bertanya, "Ayolah. Beritahu aku apa lanjutan dari yang kemarin."
"Kiba!"
Hinata tidak berani mengatakannya. Dia selalu menceritakan apa yang dia lihat di dalam mimpi setiap hari untuk meringankan sakit kepala tapi mimpinya menjadi semakin aneh dan menakutkan setiap harinya.
Semua dimulai dari sebuah istana megah, diletak di lokasi yang sama bersama sebuah akademi, tempat itu ditujukan hanya untuk para bangsawan yang artinya hanya orang kaya dan berkuasa yang bisa menempatkan anak mereka di sana. Apa yang istimewa dari tempat itu adalah sihir dan raja muda yang manis dan tampan, semua orang mempelajari sihir di akademi sementara sang raja sibuk menyelinap keluar menemui seseorang tanpa sepengetahuan.
Semuanya berjalan dengan baik, hebat dan indah sampai suatu hari, pewaris muda bernama Uzumaki Naruto itu menggila. Bukan tanpa asalan, dia menjerit, "Kembalikan dia padaku!" Naruto tak ragu mengeluarkan sihir, mengayunkan tangan menerbangkan semua yang dia lihat dan menghantam siapa saja yang ada di depannya.
Beruntung mereka dapat menghindari pakaian besi pajangan itu. Ayahnya bernama Namikaze Minato, raja sebelumnya, berusaha menenangkan, "Tenangkan dirimu, Uzumaki Naruto. Kau adalah raja!"
"Jika benar begitu, maka seharusnya kau dengarkan aku!" Naruto mencabut pedang yang menyangkut di lantai, menyerang ayahnya tapi dihadapkan oleh beberapa prajurit yang siap bertarung. Senjata saling beradu, membuat Naruto menggeram penuh amarah. Pupil biru langitnya bagai mengeluarkan api, dengan lantang melototi sang ayah. "Aku adalah raja? Tidakkah seharusnya mereka adalah prajuritku? Mereka baru saja mencabut pedang melawanku!"
Mereka tidak bermaksud begitu, tapi bagaimana bisa mereka hanya diam dan membiarkan Naruto menyerang raja sebelumnya? Naruto baru tiga tahun dinobatkan menjadi raja, tapi itu bukan berarti dia memiliki kekuasaan yang lebih sedikit dibanding ayahnya.
Naruto mengalirkan tenaga pada pedang dan menebas udara, menyebabkan prajurit itu melayang jauh sebelum terjatuh. "Aku tidak pernah meminta kau untuk menyakitinya!" Dia menjerit keras, suara menggema di ruangan besar nan tinggi itu dan menciptakan hawa yang tidak menyenangkan.
"Tidakkah ini adalah pengkhiataan? Seharusnya aku mengantungmu atas apa yang telah kau lakukan tapi kau bahkan tidak bisa mati!" Dia melempar pedang. Minato mengelak dan menyebabkan senjata itu menancap di dinding.
Minato kehabisan akal, tidak tahu lagi bagaimana cara menenangkan Naruto yang masih dilanda oleh amarah. "Kau tidak tahu apa pun, Naruto." Perkataan Minato memancing amarah anaknya.
"Apa yang aku tidak tahu?" Naruto tahu segalanya, terutama tentang apa yang membuatnya sangat marah. "Kau membunuhnya, Ayah. Kau membunuhnya karena berpikir dia tidak pantas untukku!" Naruto berpindah di depan Minato dalam sekejap mata dan mencekik lehernya, mengangkatnya tinggi sampai kakinya berjarak dari lantai.
"Kau ingin katakan kau tidak bersalah?" Dia menatap lantang sang ayah, mengabaikannya yang mulai kesulitan bernafas. "Siapa yang kau suruh? Tidak peduli siapa yang membunuhnya, pada akhirnya itu adalah kau pelakunya."
Naruto melempar Minato, tapi lelaki awet muda dengan warna rambut yang sama itu terlalu kepala untuk mau terjatuh. Dia memutari udara dan mendarat dengan baik tanpa terluka. Minato berdiri, menghela nafas melihat Naruto mengepalkan kedua tangan. Ekpresi wajahnya tenang dan sedikit mengkritik, "itu adalah apa yang aku katakan. Kau tidak tahu apa pun, Anakku."
Nada bicaranya sangat menguncang emosi, membuat amarah bergejolak tinggi hingga kepalan tangan pun gemetaran hebat.
Seorang lelaki yang kemarin dipenuhi oleh cinta telah berubah menjadi iblis yang hanya mengenal kebencian.
TO BE CONTINUE …
Hi, guys.
Authors03 di sini.
Seperti kataku aku pengen bangat kembali aktif nulis di sini. Aku masih berusaha sih, tapi ini ada satu tulisan yang pengen bangat aku bagikan. Jujur aku berpikir karakter ini engga cocok untuk Naruto dan akan sangat pas untuk Toneri. Tapi seumur-umur Cuma Naruto dan Hinata yang pernah jadi karakter utamaku ahaha. Toneri adalah karakter kesukaan aku juga, kalau kalian ingat dia selalu jadi second lead dan aku selalu berusaha memasangkan dia dengan Hinata tapi aku hanya blm benar-benar berniat melakukannya. Jadi, ayo gaskan.
Beritahu aku bila kalian suka.
Sampai jumpa di bab berikutnya.
