Begitu sadar Sakura segera meminta untuk dipulangkan. Sulit untuk meyakinkan Sakura untuk mau dirawat. Sakura baru mau setelah Sasori memohon padanya untuk melakukan perawatan dulu selama seminggu setelah itu dia bisa pulang. Setelah bisa pulang Sakura kembali melakukan kegiatan harianya seperti sekolah dan part time. Sakura tidak mau membuang banyak waktu untuk mengumpulkan uang membeli Yumi yang dia butuhkan.
"Jadi kenapa kau sudah masuk." ucap Gaara menatap gadis yang duduk disampingnya itu.
"Senpai, beasiswaku bisa dicabut kalau aku tidak masuk terlalu lama. Lagipula pertandingan sebentar lagi." jawab gadis itu menikmati roti ditangannya.
"Apa kau gila?!" ucap gadis berambut kuning itu.
"Ino benar, kau tetap akan mengikuti pertandingan itu Sakura? Bagaimana dengan lukamu?" tanya Gaara kaget.
"Tentu saja. Beasiswaku menjadi taruhannya kan. Aku akan coba tanyakan pada dokterku nanti." jawab Sakura santai.
"Ikut dipertandingan berikutnya saja." saran Gaara.
"Tidak ada pertandingan berikutnya senpai. Kalau aku tidak ikut pertandingan seleksi ini maka aku harus menunggu selama satu tahun untuk bisa ikut dan aku tidak punya uang sebanyak itu untuk mengcover biaya sekolah. Lagipula tahun depan juga aku hanya bisa ikut club setengah semester sebelum focus pada ujian akhir." terang Sakura.
"Memangnya kau akan berencana kuliah dimana?" tanya Gaara penasaran.
"Aku punya beberapa rencana tapi aku belum mau membocorkannya, senpai dan Ino-chan sendiri bagaimana?" ucap Sakura tertawa.
"Aku ingin mendalami Ikebana sambil menjadi florist yang memiliki toko bunga sendiri." ucap Ino.
"Wah.. Itu akan sangat melelahkan." ucap Sakura kagum.
"Apa kau tidak berencana melanjutkan usaha ayahmu saja?" tanya Gaara yang tau bahwa ayah Ino merupakan seorang pemilik supermarket yang tersebar di seluruh Tokyo itu.
"Tidak.. Itu pekerjaan yang membosankan. Aku tidak akan sanggup duduk mengikuti meeting setiap minggu seperti tou-san." tolak Ino.
"Senpai sendiri bagaimana?" tanya Sakura menatap Gaara.
"Aku belum menemukan hal menarik lain selain baseball. Apakah kau ada saran?" tanya Gaara bercanda.
"Apakah senpai bercanda? Dengan otak cemerlang itu senpai bisa masuk kekampus manapun yang senpai inginkan." ucap Sakura iri.
"Hmm.. Ntahlah." jawab Gaara bingung, belum bisa memutuskan.
"Senpai punya banyak kesempatan. Tapi kalau senpai mau jadi pemain baseball aku akan menyemangati senpai." jawab Sakura tersenyum.
"Bagaimana kalau kau jadi managerku saja jika aku sukses nanti?" tawar Gaara.
"Hmm.. Menarik.. Aku akan pastikan menagih janji itu." ucap Sakura bercanda.
"Aku akan menunggu saat itu tiba." jawab Gaara tertawa.
"Aku minta tiket nonton saja senpai." goda Ino.
"Kau bahkan tidak tertarik dengan baseball." ucap Gaara mencibir.
"Siapa bilang itu untukku? Kalau senpai bermain di team besar aku bisa menjualnya pada orang yang mau." ucap Ino santai.
"Wah, kau bahkan membocorkan ide mengerikan itu didepan wajahku?" ucap Gaara miris.
"Tentu saja, tidak ada yang perlu aku sembunyikan dari senpai." ucap Ino, berhasil membuat tawa Sakura dan Gaara pecah.
-malamnya-
"Kenapa kau diam saja?" tanya Shikamaru menatap Gaara yang selesai membayar belanjaannya terhenti melihat Sakura yang menggunakan baju mascot supermarket itu tertunduk meminta maaf pada seorang ibu dan anaknya yang menangis tidak jauh dari konter kasir itu.
"Saya benar-benar minta maaf." Ucap Sakura membungkuk.
"Minta maaf?! Kau membuat anakku menangis dan terluka kau hanya meminta maaf?!" teriak ibu itu menampar pipi Sakura bahkan sesekali memukul kepala Sakura dan Sakura hanya bisa diam tidak membalas.
"Nyonya, hentikan.. Bukankah dari CCTV juga sudah terlihat kalau kejadian itu tidak disengaja." Ucap manager supermarket itu berusaha menghentikan.
"Tidak disengaja?! Kalau dia tidak menjauh dan membiarkan anakku bermain dengannya harusnya hal ini tidak akan terjadi!" teriak ibu itu masih tidak mau mengalah.
"Tapi Nyonya.. Anak anda terus mengejar dan memukul-nya." Ucap manager itu lagi.
"Memukul? Memangnya anak kecil bisa memukul sekeras apa?!" bela ibu itu masih tidak mau mengalah.
"Nyonya.. Jika anda masih ingin membuat keributan disini sebaiknya anda pergi saja, kami tidak membutuhkan pelanggan yang membuat pelanggan kami yang lain merasa terganggu. Lalu ini sudah merupakan tindakan kekerasan. Anda memukulin karyawan kami dengan membabi buta padahal dia sudah meminta maaf." Ucap seorang pria paruh baya menahan tangan ibu itu yang bersiap memukul Sakura lagi.
"Aa.. Ya.. Yamanaka-san." Ucap manager itu menyadari siapa pria itu.
"Tu.. Pak Yamanaka Inoichi yang itu?" ucap para karyawan lain yang menyadari siapa pria itu.
"Nak, kau baik-baik saja?" tanya Inochi khawatir.
"Sa.. Saya baik-baik saja." Ucap Sakura cepat, tidak ingin membuat keributan lainnya.
"Astaga.. Nak, kau mimisan. Bawa dia keruang kesehatan." Perintah Inoichi.
"Baik pak." Ucap sang manager buru-buru membawa Sakura pergi dari sana.
"Baiklah.. Jadi bagaimana anda akan bertanggung jawab setelah memukuli karyawan saya sampai seperti itu?" tanya Inoichi menatap ibu itu.
"Kompensasi apa? Harusnya kalian yang memberikan kompensasi untuk anakku!" teriak ibu itu lagi.
"Hah.. Baiklah.. Bagaimana kalau kita selesaikan saja dikantor polisi. Saya akan bawa bukti CCTV ini dan kita biarkan polisi menentukan." Ucap Inoichi santai.
"Lupakan saja!" ucap ibu itu berlalu pergi dari supermarket itu.
"Hah.. Maafkan atas keributan ini ya." Ucap Inoichi membungkuk meminta maaf pada pelanggannya yang lain.
"Yamanaka-san."
"Aa.. Shikamaru dan Gaara.. Apakah kalian sedang berbelanja?" tanya Inoichi menatap keduanya.
"Begitulah." Jawab Shikamaru.
"Tu.. Pak.. Sa.. Saya akan mengganti rugi pengobatan anak dari ibu tadi." Ucap Sakura yang tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Inoichi.
"Jangan pikirkan lagi hal tadi. Aku sudah melihat rekaman CCTV dan kau sama sekali tidak bersalah nak. Tenanglah ok?" ucap Inochi tersenyum.
"Ta.. Tapi.."
"Lupakan saja ya. Aku harap kau tidak trauma dan masih mau bekerja disini." Ucap Inochi lagi.
"Te.. Terimakasih pak." Ucap Sakura membungkuk.
"Tapi apakah kau baik-baik saja?" tanya Inoichi memastikan.
"Saya baik-baik saja pak.. Kalau begitu saya permisi dulu pak." Ucap Sakura membungkuk.
"Bagaimana kalau aku mengantarkanmu pulang? Lagipula ini sudah malam." Tawar Inoichi.
"Ti.. Tidak perlu pak. Saya masih ada pekerjaan ditempat lain. Saya harus segera kesana. Terimakasih banyak pak." Ucap Sakura membungkuk dan segera pergi dari sana.
"Masih ada pekerjaan lain? Ini sudah jam 9 malam." Gumam Gaara menatap Sakura.
"Kalau begitu kami pamit Yamanaka-san." Ucap Shikamaru membungkuk pamit untuk segera pulang.
"Pulang bersamaku saja Shikamaru." Tawar Inochi.
"Terimakasih, tapi saya masih mau mengunjungi tempat lain." Ucap Shikamaru menolak halus.
"Bagaimana denganmu Gaara?" tanya Inoichi menatap Gaara yang masih focus melihat arah Sakura pergi.
"Saya ada urusan lain. Maaf saya buru-buru." Ucap Gaara segera pergi dari sana.
"Hargh.."
"Sakura!"
"Senpai? Apa yang senpai lakukan disini?" tanya Sakura menatap pria berambut merah itu.
"Aku baru saja selesai berbelanja titipan ibuku." jawab Gaara memamerkan paper bag ditangannya.
"Wah, senpai benar-benar pria idaman ibu mertua." goda Sakura.
"Berhenti menggodaku." ucap Gaara menggetok kecil kepala Sakura.
"Hehehe.. Tapi menggoda senpai itu menyenangkan, apalagi telinga senpai akan memerah jika malu." goda Sakura.
"Apa kau baik-baik saja? Aku lihat kau tadi mimisan." ucap Gaara mengintrogasi.
"Ah.. Aku baik-baik saja. Ini biasa terjadi." ucap Sakura santai.
"Biasa terjadi?" ucap Gaara tidak yakin.
"Un.. Dokter bilang pembuluh darah dihidungku memang gampang pecah jika cuaca terlalu panas atau dingin." jawab Sakura.
"Hah.. Kau taukan itu tidak masuk akal. Jadi apa kata dokter? Kau jadi menemui doktermu tadi sorekan?" tanya Gaara.
"Dokter mengizinkan dengan catatan aku harus berhenti jika terasa nyeri." jawab Sakura santai.
"Sungguh? Kau tidak berbohong?" tanya Gaara memastikan.
"Buat apa aku membohongimu senpai. Kau pasti bisa langsung tau kalau aku berbohong." ucap Sakura santai.
"Itu benar. Jadi kau akan kemana?" tanya Gaara lagi.
"Aku? Aku harus part time di kedai bbq didepan sana." jawab Sakura santai.
"Hei, ini sudah sangat larut dan kondisimu tidak fit. Pulanglah Sakura. Beristirahat." saran Gaara.
"Aku baik-baik saja senpai. Tenang saja." tolak Sakura.
"Jam berapa shiftmu selesai?" tanya Gaara lagi.
"Paling lambat jam 1 dini hari." jawab Sakura santai.
"Ini sudah musim dingin. Bagaimana bisa kau berkeliaran dini hari seperti itu?" ucap Gaara kaget.
"Aku sudah biasa senpai." jawab Sakura lagi.
"Kau bisa sakit." ucap Gaara khawatir.
"Aku sungguh baik-baik saja, senpai sendiri mau kemana?" tanya Sakura mengganti topik.
"Tentu saja pulang." jawab Gaara santai.
"Ah, benar juga."
"Sampai jumpa besok. Jika butuh sesuatu kabari aku ok." ucap Gaara yang harus berpisah dengan Sakura di persimpangan jalan itu.
"Tentu saja. Sampai jumpa besok senpai." ucap Sakura tersenyum.
"Hei, Sakura."
"Hmm?"
"Aku serius. Hubungi aku saat kau sudah sampai dirumah dan jika kau butuh sesuatu segera hubungi aku. Aku pasti akan langsung berlari ketempatmu." ucap Gaara, memasangkan syal yang sebelumnya ia pakai keleher Sakura
"Pacar senpai bisa marah kalau begitu." tawa Sakura.
"Aku tidak punya pacar." jawab Gaara tegas.
"Hahaha.. Aku hanya bercanda, baiklah sampai jumpa besok senpai. Syalnya akan aku kembalikan besok." ucap Sakura melambaikan tangannya, menyebrang jalanan itu.
-2 minggu kemudian-
"Wah lihat kantung mata itu. Kau yakin baik-baik saja?" tanya Ino menatap Sakura yang menikmati roti lapisnya siang itu.
"Aku baik-baik saja." ucap Sakura walau ia sebenarnya merasa sangat lelah.
"Kalau begini sebelum pertandingan kau bisa mati kelelahan duluan." ucap Ino ngeri.
"Hehehe.. Tidak mungkin." ucap Sakura santai.
"Tidak ada yang tidak mungkin. PIkirkan kesehatanmu itu." ucap Gaara menjentik kening Sakura.
"Ittai.." gerutu Sakura.
"Jadi bagaimana hasil ujianmu?" tanya Ino lagi.
"Aku tidak melihat hasilnya. Aku hanya merasa lega bisa menyelesaikannya dan focus pada pertandingan seminggu lagi." jawab Sakura enggan.
"Wah.. Apa itu.. Walau kau menang lomba jika nilaimu merosot beasiswamu tetap bisa dicabut." nasehat Ino.
"Be-benar juga." ucap Sakura yang tersadar dengan hal itu.
"Hargh.." Gaara hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan gadis itu.
"Hei.. Tapi lihat sisi baiknya, aku bisa membeli Yumi baru." ucap Sakura membanggakan Yumi baru yang dibawanya itu. Ia sudah tidak mau meninggalkan barang berharganya dikelas semenjak kejadian itu.
"Senpai.. Otaknya lebih rusak dari aku loh? Apa tidak mau memarahi dia?" ucap Ino menatap Gaara.
"Ino benar, apa gunanya bisa membeli Yumi baru jika nilai dan kesehatanmu rusak." nasehat Gaara.
"Maaf.. Aku akan lebih hati-hati kedepannya." ucap Sakura tertunduk.
"Sudahlah.. Sekarang fokuslah untuk menjaga kesehatanmu dan latihanmu." saran Gaara.
"Aku tau.. Bagaimana denganmu Ino?" ucap Sakura mengalihkan pandangannya pada Ino.
"Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Ino bingung.
"Kau akan datang kepertandinganku?" tanya Sakura.
"Hmm.. Ya.. Aku rasa akan menarik." jawab Ino setuju.
"Bagaimana dengan senpai?" tanya Sakura memandang pria itu.
"Aku? Pertandinganku denganmu berlangsung hampir bersamaan dan gedung tempatmu bertanding dengan lapangan baseball tempatku bertanding cukup jauh. Aku tidak menjamin bisa datang." jawab Gaara jujur.
"Baiklah." jawab Sakura cemberut.
"Hei.. Bagaimana kalau kau datang kepertandingan final terakhirku? Setelah itu aku traktir makan?" tawar Gaara.
"Memangnya senpai yakin akan menang?" ejek Ino.
"Aku percaya pada kemampuanku." jawab Gaara percaya diri.
"Wah.. Narsis." ucap Ino spontan.
"Bukan narsis tapi itu kenyataan." jawab Gaara santai.
"Terserahmu saja senpai. Lalu apa kalian tidak akan pergi Latihan?" tanya Ino menatap jam tangannya.
"Ah, benar juga." ucap Gaara bangkit dari duduknya berniat pergi dari sana.
Ketiganya berjalan dilorong kelas menuju gedung olahraga itu. Hari ini memang hanya ada pengumuman nilai hasil ujian saja, setelah itu para murid yang memiliki ekstrakulikuler dipersilahkan melakukan kegiatan club masing-masing.
"Baiklah.. Sampai jumpa ditempat pertandingan. Selamat berlatih kalian berdua." ucap Ino yang berpisah dengan Sakura dan Gaara didepan kelasnya.
"Sampai jumpa, hati-hati dijalan Ino." ucap Sakura.
"Perhatikan langkahmu, jangan sibuk bermain handphone saat berjalan." nasehat Gaara yang tau persis kebiasaan Ino itu.
"Aku tau. Kalian ini sudah seperti orang tuaku saja. Sudah, pergilah. Kalian bisa terlambat." ucap Ino cemberut.
"Ayo Sakura." ajak Gaara pergi dari sana diikuti Sakura. Keduanya berjalan dilorong itu sambil sesekali bercanda. Dalam perjalanan menuju gedung olah raga, keduanya melewati papan pengumuman yang menempelkan nilai hasil ujian semester kali ini. Gaarapun iseng berhenti sejenak didepan papan itu.
"Kenapa senpai?" tanya Sakura menatap Gaara yang terdiam itu.
"Hei.. Kau ini benar manusia? Bukan robot?" tanya Gaara ngeri.
"Kenapa senpai bertanya seperti itu?" tanya Sakura bingung.
"Kau menghancurkan nilai Uchiha dan Hyuuga separah itu?" ucap Gaara menunjuk papan pengumuman itu.
"Memangnya mereka kenapa?" tanya Sakura bingung.
"Nilaimu jauh meninggalkan nilai keduanya. Biasanya Uchiha akan selalu diperingkat satu disusul Hyuuga." ucap Gaara lagi.
"Apakah begitu? Aku tidak terlalu memperhatikan." ucap Sakura yang memang baru melihat nilainya itu.
"Jangan besar kepala. Apa kau yakin itu murni nilaimu bukan karena hasil menggoda para guru dan kepala sekolah?" ucap gadis berambut merah yang berjalan bersama 3 orang yang tidak asing itu.
"Hargh.." Sakura yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas berat. Ia malas harus berurusan dengan kelompok gadis itu.
"Uzumaki, apakah kau tidak punya kegiatan lain?" tanya Gaara tajam.
"Sudahlah senpai. Biarkan saja." ucap Sakura menarik tangan Gaara pergi dari sana.
"Kenapa kau kabur? Apakaha ucapanku benar?" ucap gadis berambut merah itu lagi.
"Aku tidak kabur Karin. Masih banyak urusan lain yang harus aku urus." jawab Sakura malas.
"Seperti daftar nama anggota kepolisian yang kau layani itu?" tanya Karin mengejek.
"Hei Naruto, sebaiknya kau didik sepupumu itu agar dimasa depan tidak menimbulkan masalah besar." saran Gaara tajam.
"Senpai.. Ayolah.. Biarkan saja mereka." pinta Sakura.
"Memangnya apa urusanmu senpai?" ucap Naruto enggan.
"Kau tidak bisa terus menerus melindungi kesalahan sepupumu itu." ucap Gaara.
"Daripada mengurusi orang lain bukankah lebih baik senpai urus saja urusan senpai sendiri?" ucap pria berambut raven itu.
"Naruto-kun, tenanglah." ucap Hinata menahan Naruto yang emosinya terpancing.
"Senpai.." Sakura menyadari suasanya yang semakin tidak enak itu, kembali mencoba menarik tangan Gaara agar mau pergi dari sana.
"Hei, bukankah sudah saatnya kau buka mulut dan beritahu apa hubunganmu dengan Itachi nii?" ucap Sasuke menahan tangan Sakura.
"Kenapa tidak kau tanyakan saja padanya? Bukankah kau adiknya?" ucap Sakura tajam, menarik kasar tangannya yang ditahan Sasuke.
"Lepaskan Uchiha." ucap Gaara menggenggam erat pergelangan tangan Sasuke, memaksa Sasuke melepaskan genggamannya dan menjadikan dirinya dinding pemisah antara Sasuke dan Sakura.
"Senpai.." Sakura menarik pelan tangan Gaara, memintanya menghentikan perdebatan itu dan pergi dari sana.
TBC
