Oke, berbeda dengan fic Ica yang lain, khusus Fic satu ini Ica buat sangat berbeda. Dan, karena pikiran nista ica selalu mengarah ke Pangeran Slytherin kita, Draco Malfoy.. jadilah Ica menggunakan hanya satu sudut pandang, tokoh utamanya. Terlalu OOC emang, jadi yang tidak ingin membaca tentang 'Draco Malfoy' yang Ica nistakan.. harap tekan tombol Back sekarang juga.
*
Title : Take Care Of Me
Pairing : Draco x Harry
Rating : M
Desclaimer : J.K Rowling
TCOF : ichadray
Warning : Yaoi || AU || OOC || Typo bertebaran, etc
Summary : ingin melihat sisi lain dari seorang Draco Malfoy? Alur drarry POV Draco!
*
_
Take Care Of Me
Ichadray
_
Hai, namaku Draconis Lucius Malfoy, yang artinya 'Naga bersinar dari keluarga terpandang'. Asekk.. Nama yang cukup keren bukan? Oh aku akan berterimakasih pada orang tua ku yang memberikannya. Tapi tenang, aku tahu itu terlalu panjang, jadi kalian bisa memanggilku dengan nama depan saja, Draco. Aku adalah anak pertama atau terakhir atau bungsu atau sematawayang atau apa pun yang kalian sebut untuk anak satu-satunya. Terlahir dari pasangan suami istri yang paling kaya dan bahagia seanterio pulau samosir. Kalian tau pulau samosir kan? Ituloh.. tempatnya si Malin Kundang yang dikutuk emaknya jadi batu bara -eh batu belah batu bertangkup! Ya itu dia..
jadi, kalau aku tidak ingin menjadi sama seperti si Maling kandang -maksudku Malin kundang, harus dong berbakti sama orang tua, salah satunya mengatakan bahwa mereka berdua, Ayah dan Ibuku adalah pasangan bahagia seanterio pulau dengan melahirkan aku yang kece badai ini. Yuhu..aku ganteng!
Ehem..
...
Lupakan, aku tidak benar- benar tinggal di sana. Intinya adalah aku anak laki-laki yang ganteng plus kece plus macho plus mulus plus aduhai plus bening tanpa kaca!
..
- tunggu.. kenapa banyak sekali kata 'plus'nya di sini?! Baiklah, yang harus kalian ingat adalah aku ini pejantan yang tangguh dan kuat. Setangguh ultramen kosmos dan sekuat kesatria baja hitam! Karena aku adalah seorang Malfoy!
Sekarang ini aku sedang berdiri di depan cermin yang memantulkan tubuh proposional ku yang terbalut seragam sekolah. Baju, check! Celana span, check! Dasi dan jas almater, check! Rambut pirang menawan, check!
Oke semua siap, tinggal memasang jam tangan mahal seharga tiga unit mobil ulala. Aku kembali menatap diriku di cermin sambil menambahkan sedikit pomade ke rambutku yang teracak, sesekali bersiul mengagumi seorang laki- laki yang tengah menyeringai dan bergaya di depan sana. Oh sial, Draco.. kenapa kau begitu tampan?!
Aku meraih tas sekolah yang terdampar di atas meja belajar kamarku. Menggendongnya mesra ke sebelah bahu kanan tanpa harus repot mengecek jadwal pelajaran hari ini.. well, itu karena aku jenius, tanpa buku pun aku yakin bisa memahami pelajaran dalam tatapan sebelah mata.
Segera aku keluar dan menutup pintu kamar indahku menuju lantai bawah. Dapat ku lihat dari arah tangga, Aunty Bella, bibi dari pihak Ibuku yang tidak tampan sepertiku tengah bermain bersama si 'Nagini', Ular peliharaanya di depan televisi yang menayangkan makhluk kotak kuning dan siput yang bersuara .. err.. kucing?
Oke bukan itu masalahnya, tapi orang gila mana yang memelihara Ular sebesar Gajah itu di dalam rumah dan di biarkan berkeliaran! Lupakan.. tanyakan itu pada Aunt Bella yang malah bermain petak umpet bersama Ularnya. Aku tak ingin terlibat, terima kasih.
"Morning sweethart! Tidak biasanya kau bangun sepagi ini?!" Ucap wanita yang mau tak mau harus ku akui menjadi bagian dari keluargaku itu. Aunt Bella menghentikan kegiatannya bersama Nagini dan beralih menghampiriku.
"Morning Aunt Bella dan berhentilah memanggilku seperti itu!" Sahutku datar. Ayolah, panggilan kekanakan seperti itu sangat tidak cocok dengan imageku yang ganteng dan ahoy ini! Dan demi apa pun, Ular itu mendesis kerahku seakan mengejek! Ingatkan aku untuk menguliti peliharaan Bibi Bella dan menjadikannya sebagai bahan pengganti celana dalam nanti. Pasti rasanya seperti uh gimana gitu..
..
Ehem..
Maksudku, pasti Bibi Bella akan menerima ganjarannya..
"Oh, adik kecilku sudah besar ternyata.." balas Bellatrix Black menaik turunkan alisnya menggoda. Ya, itu nama Bibi perempuanku..
Seperti nama berandalan bukan?! Itu sangat menggambarkan sikapnya yang memang beringas! Tapi aku tak akan mempermasalahkan itu sekarang.
Tangan manjanya mengacak rambutku yang sudah tertata rapi serapi jambul kathulistiwa ini!
"Aunty..!"
Aku berdecak kesal, menyingkirkan tangan berhiaskan oleh tatto tengkorak memakan Ular yang mungkin saja akan menghilangkan kadar kegantengan ku jika rambut platina yang kece badai ini kembali berantakan..
"Uh handsomenya keponakan ku.." ucapnya beralih mencubit kedua pipiku yang mulus tanpa jerawat dan komedo. Aku ganteng!
Aku melangkah menjauh begitu ia menarik tangannya dan kembali menuju sofa, mendelik galak padanya yang malah cekikikan. Mengusap pipiku yang pastinya memerah karena cubitan maut Aunty ku tersayang, aku melangkah menuju dapur. Sial sekali, rasanya masih berdenyut..
Aku melangkah mendekati dapur, mengucapkan selamat pagi pada kedua orang tuaku yang telah melahirkanku..
-maksudku Ibuku, Naracissa.. Ayah tidak melahirkan bukan?!
Dan di balas senyuman hangat keduanya. Ah, kelurgaku memang yang terbaik!
"Apa ada acara di sekolah Drake? Atau kau kembali bermimpi buruk hingga bangun sepagi ini?" Tanya Naracissa sembari menyiapkan sarapan ke atas meja. Raut wajah cantiknya menunjukan sedikit kekhawatiran..
Oh Mum, kau terlalu memanjakan anakmu yang ganteng ini..
Aku tak ingin membuat ini semakin buruk, tidak mungkin kan aku memberi tahu bahwa aku terbangun karena mimpi buruk di umurku yang sekarang?! Ke'manly'an ku akan di pertanyakan sebagai seorang Malfoy!
"Tidak, hanya salah memasang alaram." Jawabku menampilkan senyuman tipis.
Mum menatap aneh dan mendengus geli, pun Ayahku, Lucius Malfoy yang melirik sebentar. Aku bertanya-tanya, kenapa dengan mereka berdua?
Ja- jangan.. jangan.. mereka tahu aku berbohong?! Tidak..! Habis sudah kegantengan ku jika mereka lebih mengungkit hal ini setiap kali aku bermimpi buruk!
"Tidak perlu malu begitu sayang, kau mengunci pintu kamarmu hingga Mum tidak bisa masuk.." Naracissa berucap demikian, kini menampilkan ekspresi terluka. Oh tidak, apa Mum merasa terluka? Dan ini semua salahku? Memang apa yang salah dengan mengunci pintu kamar.. ayolah, meski aku anak satu-satunya ku pikir aku sudah dewasa untuk tidak minta di temani lagi saat mimpi buruk ku datang! Mum terlalu berlebihan!
A-atau.. karena Mum terlalu menyayangi anak semata wayangnya yang tampan luar dalam ini hingga berkata demikian? Mum aku menyayangimu!
"Mum, aku sudah dewasa.. itu privasi.." maafkan anakmu ini wahai Ibuku tercinta! Meski kasih sayangmu tiada batas bagaikan langit yang tak bertiang, tapi aku harus meluruskan hal ini. Beda halnya saat aku masih kecil yang perlu di lindungi, kali ini akulah yang akan melindungi Mum dengan sepenuh hatiku yang paling dalam, sedalam sumur di rumahnya Pak RT!
-sebentar.. itu terlalu dangkal.. - sedalam samudera Atlantik! Aku akan mengatasi mimpi buruk ku sendirian.. harga diriku sebagai Malfoy yang macho ini di pertaruhkan!
"Lihat siapa yang berkata dewasa, aku mengingat minggu kemarin ada yang merengek minta di belikan motor keluaran baru?!" Kalimat mengejek itu keluar dari mulut Aunt Bella, ia datang dan kembali mengacak rambutku. Aku langsung menepis tangannya dan mengeluarkan aura kehitaman, semoga aura- aura kejam ini membuatnya pergi! Aku, Draco Malfoy... bukan anak kecil lagi untuk di buat seperti ini.. aku sudah 17 tahun dan aku ganteng!
"Aunty.." geramku saat melihatnya tertawa terpingkal yang jujur saja tertawanya itu mirip sekali dengan eneng-eneng kunti kuburan sebelah, ia menyeringai dan duduk untuk sarapan. Memilih untuk mengabaikan kekehan mereka, aku memasukan sarapanku ke dalam mulut pelan. Merasa kesal saat di pagi hari yang cerah merona ini mereka sudah membuat moodku menjadi buruk.
Segera aku memakan sarapanku cepat dan berpamitan untuk berangkat lebih awal, mengabaikan Bibi Bella yang bersiul genit begitu aku memperbaiki tataan rambutku dan berjalan ke luar menghidupkan motor baruku.
Take Care Of Me
ichadray
_
Aku melajukan motorku dengan kecepatan rata- rata. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah cukup memakan waktu yang lama yaitu 10 menit perjalanan. Sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan hanya untuk melihat beberapa kendaraan yang melaju ringan hingga sampailah aku di sekolah. Karena ini masih terlalu pagi, cuma ada sebagian kecil murid yang datang.. tipe- tipe teladan seperti biasa, dan tentu saja aku termasuk di dalamnya. Heh..
Aku memakirkan motor kesayanganku, melepas helm yang menjadi pelindung suraiku yang aduhai. Sesekali jemariku menyusuri rambut keceku yang sedikit berantakan sembari turun dari motor dan menyeringai pada beberapa siswi yang memandangku malu. Yeah, aku memang ganteng, mau itu ganteng hati ataupun ginjal, karena aku adalah seorang Malfoy. Ingat itu..
"Pagi Draco! Ku pikir aku akan melihatmu terlambat dan mendapat hukuman lagi kali ini.."
Aku menoleh saat ucapan nista itu menerpa indra pendengarku. Di sana, seorang perempuan cantik yang jadi Primadona sekolah tengah memperbaiki wajahnya dari kaca ponsel yang ia genggam. Aku menyeringai tampan dan bersandar di motorku, mengikuti arah pembicaraan.
"Kejam sekali Pans, kau tau jika aku adalah anak yang teladan!" Jawabku terkekeh menghampirinya, tanganku tergerak mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk Ular dari saku celanaku dan memberikan itu padanya.
"Milikmu!"
Nama siswi cantik sekaligus licik yang menjadi incaran para lelaki ini adalah Pansy Parkinson. Ketua cheer di sekolah yang cukup terkenal dan merupakan salah satu teman perempuanku yang paling dekat. Well, dia tipe gadis yang menarik...
"Telat datang pulang duluan maksudmu? Dan terimakasih Dray." Balasnya tersenyum, menyimpan gantungan kuncinya yang tak sengaja ku temukan itu ke dalam tas sekolahnya dan berlalu dari sana setelah menepuk pundak ku pelan. Aku mendengus, tak ingin mengikuti Pansy yang tebar pesona ke seluruh siswa yang berlalu dari hadapannya. Dasar perempuan picik...
"Draco!"
Panggilan yang cukup keras mengatas namakan ku yang ganteng ini melesat dengan kecepatan cahaya melalui gendang telingaku. Aku menoleh mendapati salah satu bestfriend ku, Theondore Nott berjalan kemari. Senyuman tipis terpahat di wajahku yang tampan, membalas sapaannya dengan pukulan ria layaknya sahabat.
"Tidak seperti biasanya kau datang lebih pagi.. Biar ku tebak, mencari kesempatan untuk mendekati si kacamata potter?" Theo berucap sembari melirik pemuda manis yang mempunyai rambut hitam berantakan tengah berjalan santai bersama dua temannya.
Dia Harry Potter, pemuda manis dari kelas sebelah yang sudah menjadi targetku sejak aku menemukannya di kantor kepala sekolah. Sekertatis OSIS yang sudah memerangkap hatiku sejak lama. Aku memutar bola mataku malas, kenapa dengan semua orang? Hanya karena aku datang tidak seperti biasanya ke sekolah mereka langsung men-judge ku demikian? Ya meski yang di katakan Theo separuhnya benar. Tapi hei, orang ganteng sepertiku harus meningkatkan kepopuleran dengan menjadi contoh tauladan!
"Aku hanya datang sedikit lebih pagi dan reaksi mu seolah melihat makhluk luar angkasa!" Balasku sarkatis. Tunggu, jangan samakan aku dengan makhluk yang bersemayam di luar angkasa itu! Biar bagaimanapun.. aku akan tetap lebih ganteng dan mempesona titik tidak pakai koma mau pun tanda tanya.
Kami berjalan bersama, menghampiri satu lagi bestfriend ku yang baru saja turun dari motornya. Dia Blaise Zabini, pemuda yang sama satu tim denganku dan Theo dalam klub Basket.
"Yo Draco..tetap datar seperti biasa,"
Sapa Blaise dan merangkul bahuku yang jujur saja itu sangat mengganggu. Segera aku melepaskan rangkulannya, tak ingin orang lain mengecap kami sebagai pasangan gay. Tidak tentu, aku ingin cap itu tersemat hanya bersama Harry saja, pemuda dengan emerald memukau. Meski begitu, bukan berarti aku tidak populer dikalangan para murid, biar aku ingatkan. Aku adalah siswa populer nomor satu di sekolah, ada begitu banyak yang mengungkapkan perasaan mereka kepadaku dari Bibi kantin sampai para guru yang tentu saja kutolak. Bukan sombong, tapi hatiku sudah ku titipkan pada pemuda mungil berkacamata, Harry Potter. Well.. terlepas dari itu, masih bisa kudengar bisikan beberapa orang yang mengatakan tentang kesempurnaan ku sebagai seorang pewaris Malfoy. Uh, Draco.. kau memang mempesona!
"Aku ingin tau apa yang mereka lihat darimu... kupikir aku cukup tampan, namun mereka lebih tertarik pada orang licik sepertinya." Lanjut Blaise menoleh, menilai ku secara terang-terangan. Well, yeah... aku tidak akan menyalahkan Blaise tentang ini. Tapi aku memang ganteng, macho, mulus, keren, ganteng dan bening tanpa kaca pokoknya!
-tunggu, apa aku menyebutkan ganteng dua kali tadi? Ah, intinya aku berada di posisi paling atas dalam rantai makanan.
"Yeah tentu, cukup tampan hingga kakak dan adik keluarga Grengrass itu suka sekali melirikmu. Kau tau, mereka cukup menarik." Theo menyentak menimpali, membuatku mendongak mengarahkan tatapanku pada siswi yang di maksud olehnya itu terlihat senyum-senyum di kursi dalam gedung lantai dua atas sana.
Aku bergedik, menempelengkan kepala Theo yang malah tertawa mengejek. Aku tau jika aku populer, itu ultimatum absolut dan tidak bisa di ganggu gugat. Tapi jika para fans yang terlalu berlebihan seperti kedua bersaudara Grengrass sampai menguntitku kemana-mana.. aku tak yakin akan bisa memilih diantaranya. Mereka terlalu mengerikan sungguh, terlebih make-up mereka terlalu tebal. Dan lelaki tampan sepertiku harus meladeni orang yang begitu? Hell No. Akan lebih baik jika aku merobek otak ku, membawanya ke perempatan jalan dan bermain lompat tali bersamanya..
...
..
Sebentar, lupakan kalimat terakhirku.
"No, thanks.. untukmu saja.." jawabku meringis. Memilih berjalan mendahului di depan, pergi menjauh dari parkiran menuju kelas.
"Hari ini latihan basket, kalian ikut ?" Tanya Blaise meminta jawaban, aku langsung menanggapi dengan anggukan singkat. Mengatakan sacara tak langsung bahwa aku setuju untuk mengikuti latihan. Lagi pula aku seorang kapten, sangat tidak mungkin aku melewatkan latihan di saat akan di adakan pertandingn antar sekolah beberapa minggu yang akan datang.
Kami mulai menyusuri koridor dan menaiki tangga, beberapa bisikan dan lirikan malu dari para siswi sepanjang jalan membuatku sedikit menyeringai pun dengan blaise dan Theo yang membalas mereka dengan kedipan terhibur. Merasa lucu mendapati reaksi yang mereka tampilkan saat kami bertiga melewati hingga-
Brukkk!
Suara dentuman layaknya teori Big Bang yang cukup keras mengalihkan atensiku, seorang pemuda berkacamata tengah memunguti buku- buku yang berceceran. Dan sepertinya pagi ini aku beruntung, pemuda itu adalah Harry Potter! Belahan jiwaku yang telah ku temukan dari sekian lama aku mencari. Terlihat panik memunguti buku yang bertebaran sembari mencari kacamatanya yang jatuh. Dalam hati aku menyeringai senang..
'Ini saatnya untuk terlihat manly!' bisik hati penuh pesona percaya diri ku dan membantu Harry mengumpulkan buku. Aku tersenyum tampan saat pemuda manis yang menggunakan almamater kebesaran ini menatapku menyipit. Dan sungguh keberuntungan, dia tersenyum manis, mengangguk saat aku menawari bantuan untuk mengantarkannya. Demi celana dalam motif Beruang punya Kepala Sekolah, Dumbledore! Harry tersenyum, pemuda mungil yang selalu menghindariku dan selalu memandang benci itu tersenyum ke arahku! Apa aku sedang berada di dalam dunia isekai? Atau aku sedang menjadi karakter nista yang mana di tulis oleh author fujo yang tidak punya akhlak? Huh, lupakan... yang pastinya pesona kegantenganku memang paling jitu!
Aku memakaikan kacamatanya dan menyeringai, terlihat sedikit rona samar menempel di kedua pipi yang terlihat empuk untuk kucium itu dari pandangan. Dan lihatlah bulu mata lentik yang membingkai emerald itu, lalu bibir pink padat nan tipis itu. Oh Harry, kenapa kau sangat manis sekali?!
"Aku bisa mengangkatnya sendiri. Jangan buang waktumu Malfoy! Berikan padaku."
Aku menaikan seringaiku, ternyata hanya butuh satu kacamata untuk bisa mengembalikan Harry seperti semula. Sifat tsunderenya itu benar-benar bisa membuat sesuatu di dalam celanaku menegang! Harry.. kau sungguh membuatku tergila-gila. Bagaimana bisa ia meminta kembali tumpukan buku yang kini sudah ku angkat? Lalu menolak kembali tawaran aku ingin membantunya? Dan Guru mana yang membiarkan pemuda semanis ini mengangkat buku setebal ini sendirian?! Tunggu saja, aku akan memberikan pelajaran kepada siapa pun yang membuat calon pengantin ku kesusahan.
"Kau pikir dengan tubuhmu yang kecil itu bisa mengangkat ini semua? Atau minusmu bertambah makanya kau terjatuh? Tenang saja, energiku tak akan berkurang dengan mengangkat buku setebal ini." Ucapku datar berjalan kemana arah ia tuju sebelumnya. Sekilas dapat ku lihat Harry menatapku penuh cinta, bahkan sampai ia menggeram dan menatapku tajam. Ah.. andai dia tau jika tatapan itu membuatku bergairah..
Kami berdua berjalan pelan, masih dengan tumpukan buku tebal yang sedang ku angkat. Sesekali aku melirik Harry yang sepertinya menggerutu, namun saat aku mengejek siswa kacamata yang telah membegal hatiku ini lebih tertarik untuk mendengus diam dan memandang lurus ke depan. Sial sekali, apa pamor Malfoyku sudah memudar?
"Oh aku melupakan sesuatu, ada sedikit buku yang juga harus di bawa ke perpustakaan!" Alih- alih menanggapi perkataanku, dia berucap lebih ke dirinya sendiri dan menghentikan langkah.
Aku menaikan sudut bibirku, ini langkah awal untuk mulai mengajaknya berbincang dengan pesonaku yang beraura blink- blink..ea..
.. bukan, maksudku bukan tentang sebutan blink para fans grupp band dari tetangga sebelah.. tapi yang ku maksud adalah aura- aura yang menguar di sekitarku ini berwarna pink dan sedikit black..
err..
Baiklah lupakan saja!
"Begitu? Kenapa tidak sekalian saja sekarang?! Tenang saja, aku pria yang kuat.." balasku bangga, tingkat kepercayaan diriku menaiki angka 99,9%.. sip, aku semakin ganteng!
"Kau yakin, kupikir aku akan mengantarnya nanti," Harry menampilkan wajah sangsi.
Oh tidak.. lakukan sesuatu Draco! Mana prinsip mu sebagai seorang pejantan sejati!
"Apa yang kau khawatirkan? Aku akan menjadi pria gagal jika membiarkan calon kekasihku membawa tumpukan buku tebal ini sendirian." Aku menyeringai, mengedipkan sebelah mataku menggoda pada emaraldnya yang cemerlang. Yap! Seperti itu... buat dia merasa tersanjung! Huh, aku memang pemikat hati semua makhluk yang ada!
"Benarkah ? Kalau begitu sebentar.. aku akan mengambilnya di kelas.." putus Harry berbalik menuju kelas, aku menyeringai.. pesonaku memang tidak akan ada tandingannya! Kesempatan ini memang sudah menjadi alurku, dan wajah gantengku ini sudah menjadi takdirku! Aku tersenyum merasa bangga, sampai saat Harry kembali membawa tumpukan buku tebal dengan jumlah tiga kali lipat dari yang aku bawa!
"Ini buku bahasa inggris, sejarah dan teater.. kembalikan ke perpustakaan, aku akan ke kantor untuk mengumpulkan tugas Fisika. Harap kau mengembalikannya tepat waktu Malfoy, bantuanmu sungguh berguna." Ucap Harry tersenyum manis sambil menumpuk seluruh buku yang ia bawa ke hadapanku.
Aku menatapnya tak percaya. Sungguh, ini berat! Wajahku yang tampan jadi tidak terlihat saking banyaknya, dan dia hanya mengambil buku tulis, langsung berlalu dari hadapanku.
Dan apakah semua buku ini harus di antar ke perpustakaan? Oh semoga dengan kebaikan hatiku yang tulus dan mulus ini, tingkat kegantengan dan kekerenan ku bertambah berkali- kali lipat! Ingatkan aku untuk menghukum pemuda yang dengan kejamnya mengerjaiku itu.
Aku mulai beranjak dari sana, sedikit linglung karena pandanganku terhalang oleh buku- buku tebal bertemakan ilmu pengetahuan. Ku harap aku tidak di anggap bodoh dengan membawa buku sebanyak ini.. harus cepat! atau kepopuleranku akan terhapus begitu saja.. tidakkk.. kumohon jangan berpaling! Aku seorang Malfoy!
Segera aku memasuki perpustakaan dan meletakan buku- buku sialan ini ke atas meja. Menghela napas lega, akhirnya penderitaan ini selesai juga.. rasanya lenganku akan patah. Aku mengatakan pada penjaga perpus tentang buku- buku ini, merasa lega sekali lagi mengetahui bahwa aku tidak perlu menyusunnya kembali ke dalam rak- rak yang berjejer rapi. Tersenyum, aku mendorong pintu keluar, berniat kembali menuju kelasku yang ada di lantai 2 hingga tanpa sengaja doronganku yang terlampau kuat membuat seseorang dari balik pintu ini mengaduh kesakitan.
Aku sedikit panik dan menghampiri pemuda yang tengah memegang kening dan batang hidungnya itu.
"Apa yang kau lakukan di sana?!" Tanyaku datar saat siswa di depanku ini terus menunduk menyembunyikan wajahnya. Apa karena aku terlalu tampan mempesona dan bersinar hingga ia tak ingin menunjukan wajahnya? Hmm.. mungkin benar..
Aku mendekatkan tubuhku dan menarik pelan tangannya.. terlihat..
Jeng!
Demi kegantengan yang melekat permanen di wajahku!
Hidungnya berdarah..!
Sial! Apa yang sudah kau lakukan Draco!
"Harry.."
TBC
