Namaku Draconis Lucius Malfoy, seorang pemuda yang terlahir ganteng dan kece di muka bumi. Tentu saja kegantengan yang sudah ku dapat saat masih dalam bentuk gamet ini membuat aku populer dikalangan para ladies, tak terkecuali para pemuda yang juga menatapku iri...

Karena aku adalah pejantan yang macho dan keren dan super dan baik hati dan tidak sombong dan suka menabung..

Mereka selalu mengejar- ngejarku dan hanya mereka yang beruntung bisa mendapat respon gantengku.

Contohnya saat ini, akibat dorongan tangan manjalita ku pada pintu perpustakaan yang menghalangi masa depan ku, tanpa sengaja aku melukai seorang bidadari manis dari lembah hantu bertudung merah..

-maksudku seorang siswa yang sedang memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah merah yang ternyata adalah belahan jiwaku, Harry Potter. Karena rasa tanggung jawab dan rasa kebaikan hatiku yang ganteng ini, akhirnya aku menyeretnya menuju ke ruang UKS... tak ku pedulikan makiannya yang di iringi oleh umpatan banyaknya jenis satwa liar di hutan sana.

Terlepas dari itu, bisa bahaya jika aku di laporkan ke polisi dengan tuduhan telah menganiaya pemuda manis dan seksi keluarga Potter! Kadar kegantenganku akan hilang nanti, no...

Dengan kekuatan super, aku mengajaknya ke ruang UKS dan memanggil perawat yang memang di tugaskan di sekolah. Aku sempat khawatir, tapi tatapan tajam emerald nya yang sedikit berkaca- kaca menatapku seolah aku adalah ibu tiri dengan dua anak yang mempekerjakannya menjadi babu lalu mengurungnya di atap saat pesta dansa tib-

Hei apa- apaan itu..!

Maksudku adalah Harry menatapku tajam dan berkaca- kaca seolah telah menemukan pangeran berkuda putihnya yang gagah dan pemberani. Sip, aku genteng!

Aku panik tentunya melihat hasil perbuatanku yang telah melukainya.. *ea ;V

sebentar.. kenapa jadi melankolis ! Perbaiki kalimatmu Malfoy!

Uhuk..

Aku tentu panik, dia terluka karena pesona gantengku yang mengalahkan cahaya bulan purnama. Dan aku hanya bisa menyuruh Harry duduk menekan hidungnya yang berdarah selagi aku memanggil perawat.

Madam Pomfrey datang dan melakukan apa yang memang harus ia lakukan. Harry mendelik dengan tatapan yang seolah mengatakan bahwa dia akan menguliti dan membunuhku hidup-hidup, pun Madam Pomfrey yang berdecak lelah. Well, aku tak ingin peduli dengan wanita paruh baya itu, fokus ku hanya pada Harry saja, sang calon pengantin masa depan. Harry! Aku mencintaimu!

"Kalian lagi... aku sudah bosan melihat kalian berdua. Tak bisakah kalian berdamai dan biarkan wanita tua ini menghirup udara segar seminggu saja?!"

Madam Pomfrey memulai ceramahnya yang jujur saja membuat telingaku sedikit berdengung. Aku hanya memasang tampang cool, meminjam kosa kata karakter ninja sebelah yang berbunyi 'hn' untuk menanggapi omelan yang masuk ke dalam telinga seksiku. Lagi pula siapa yang peduli? Meski aku dan Harry selalu bertengkar dengan akhiran baku hantam, tapi aku akan tetap ganteng dan keren. Muahahaha...

Aku menunggu, duduk di kursi yang di sediakan di sana.. menatap pemuda bermanik emerald memukau yang menjadi korban perbuatan nistaku itu tengah melakukan apa yang Madam Pomfrey itu katakan. Harap- harap cemas, aku mengeluarkan dompetku.. mungkin kali ini Harry akan menuntut untuk biaya operasi plastiknya? Meski wajahhnya itu menurutku cukup aduhai dan membuatku terpikat.. tapi mungkin saja, aku sudah menyiapkan rekeningku jika itu benar terjadi. Mungkin juga Harry akan bertambah manis setelahnya? Well.. who knows?

Menunggu beberapa saat, begitu Madam Pomfrey sudah mengobatinya dan pamit untuk mengobati murid lain, aku mendekat.. menyeringai ganteng dan menampilkan raut wajah sedikit bersalah padanya yang sekarang seperti hantu berbentuk lonjong dengan kapas yang tersumpal di hidungnya kepunyaan tetangga sebelah yang bernama po- poc.. pocong!

...

Maksudku, dia tetap manis meski hidungnya tersumpal kapas yang kemerahan.

"So... kau yang salah disini Harry Potter! Jangan harap aku akan meminta maaf," ucapku datar masih mempertahankan seringai andalanku. Kulihat dia sedikit menggeram kesal dan menekan hidungnya sembari memincing tajam. Oh sial, tatapannya membuatku menengang!

"Kau... Malfoy! Kenapa kau harus terlahir di dunia ini bajingan! Kau yang mendorong pintunya sialan!"

Aku nenaikan sebelah alisku melihat Harry menggepalkan tangannya memaki kesal dengan wajah yang merah menahan amarah, aku merutuki diriku sendiri, bagaimana bisa pemuda mungil ini bisa sangat imut astaga Dragon.. aku ingin sekali mencium bibir tipis yang terus saja mengumpat itu!

"Dan apa yang kau lakukan disana?! Mengikutiku diam-diam?" Tanyaku berdiri mendekat pada Harry yang masih duduk di ranjang. Memperhatikan bagaimana dia mengganti kapas yang ternoda darah pada hidungnya. Melihat hal ini aku sangat merasa bersalah, apa Harry baik-baik saja? Jika Mum tahu bahwa calon menantunya tergores sedikit saja, mampuslah riwayat harta warisanku...

"Diamlah dan minggir..! Aku mau keluar." Sentak Harry tajam, sebelah tangannya mendorong tubuhku ke samping yang mana tak bergeming. Well... fisik ku ini kuat, hanya dengan dorongan tangan mungil itu mana bisa membuatku tumbang. Ingat, aku ini sekuat kesatria baja hitam!

Aku menahan lengan Harry yang melayang ingin meninju wajah mulusku, menyeringai padanya yang mengerutkan kening berkedut kesal. Lihatlah emeraldnya yang berkilat dari balik kacamata bundar itu, dan jangan lupakan wajahnya yang memerah. Oh Harry, kau sangat tahu bagaimana menarik perhatian seorang Malfoy!

"Kau harus pulang denganku nanti." Ucapku mengalihkan, masih menatap wajahnya yang kini mengerjab bingung. Sial, sial, sial... aku ingin sekali menggigit pipi chubby itu!

"Lepaskan! Kau pikir siapa dirimu?!"
Harry menarik kembali lengannya, mendelik padaku yang tepat berada di hadapannya. Aku menaikan seringai, berpose sekeren mungkin dengan menyisir surai pirang platinaku ke belakang.

"Aku seorang Malfoy." Ujarku macho bersama aura-aura romantis menguar. Ku lihat Harry menatapku datar dan bergumam yang demi apa pun tak bisa ku dengar. Oh tidak... apa Harry memantrai ku karena membuatnya begini? Apa pesona kegantenganku sudah mulai kadaluarsa sampai pemuda manis ini memalingkan muka begitu aku mendekat? Atau karena cahaya sinar ultraviolet yang menyinariku hari ini kurang hingga kadar kemachoan ku tidak mempan padanya? Atau jangan- jangan...

Karena aku terlalu ganteng di matanya? Hmm.. opsi terakhir adalah yang paling tepat. Uh, memang orang ganteng dan kece sepertiku ini banyak membuat orang terpesona. Tapi tenang saja Harry, aku hanya menyukaimu!

Tunggu, sejak kapan dia sudah berdiri di depan pintu?!

Aku kembali mendekat begitu Harry akan keluar, meraih tangannya dan menunduk memastikan wajahnya yang ugh...membuat sesuatu dalam celanaku menegang..-

Maksudku, memastikan bahwa dia benar baik- baik saja setelah pendarahan kecil namun nista yang ku lakukan. Bisa jadi masalah jika keluarga Potter meminta biaya asuransi jiwa pada keluargaku. Nooo... pokoknya tidak! Mum terlalu menakutkan. Dan alur keluargaku yang sudah harmonis dan manis seperti biskuit aroma kelapa itu tidak boleh di diganggu gugat titik! Aku seorang Malfoy!

"Harry, berikan nomor ponselmu!" Perintahku mencegatnya dengan kece. Aku harus benar- benar memastikannya tidak melapor pada siapa pun! Mungkin men errornya melalui ponsel sebelum dia melakukan itu? Tapi terlepas dari itu, kenapa sampai sekarang aku tak mempunyai nomor ponselnya sialan!

Dia mendengus kesal dan menyentak genggaman tanganku di lengannya. Tingginya yang hanya sebatas hidung ku membuat dia harus menengadah untuk menunjukan wajah merahnya.

"Tidak!"

..

Jlebb !

Kurasakan seribu bambu runcing mengenai tubuhku yang aduhai. Baru kali ini ada yang terang- terangan menolakku dengan mengatakan kata keramat itu. Aku, Malfoy yang ganteng dan mulus ini di tolak? Oke, kemungkinannya ada dua... pertama penglihatannya bermasalah, kedua matanya picek atau rabun atau juling atau katarak atau apapun yang berkaitan dengan penyakit mata dan ketiga dia merasa tak pantas mendapat perhatian dari pemuda keren dan ahoy sepertiku!
-sebentar.. itu ada tiga kemungkinan.

Ah? Tapi mungkin sedikit rayuan ganteng bisa membuatnya luluh.. please Harry, lihat aku yang membuang ke-Malfoyan ku demi dirimu! Akan ku buat kau tak berkutik dengan pesona pejantan sejati.

Aku berdehem pelan...
"Maksudku kau bisa memberitahu ku jika hidungmu bisa lebih parah... aku akan bertanggung jawab!" Jelasku tersenyum tipis memberikan alasan yang super duper cool. Rasanya aku semakin genteng sekarang Thehehe.. maafkan anakmu Lucius! Ini demi investasi masa depan. Harry harus benar-benar menjadi dewi surga pengantin sehidup sematiku!

Harry terdiam, mungkin memikirkan penjelasanku yang kece badai tadi? Hingga akhirnya ia mendesah lelah lalu mengangguk dan aku menyerahkan ponselku yang mahal padanya agar ia memasukan ID langsung. Aku tersenyum geli, mengangkat tanganku lalu menyapu sedikit darah di atas bibirnya menggunakan jempolku yang ringan. Merasa risih melihat wajahnya yang cantik dan imut dan manis dan aduhai ternoda oleh sedikit darah.

Dia mematung, menaikan alisnya menatap lekat wajahku. Err.. apa aku sebegitu gantengnya hingga ia menatap seperti itu?
Atau dia sudah jatuh cinta pada pesonaku barusan? Bahkan wajahnya semakin memerah! Aku yakin jika Harry sudah jatuh ke dalam pelukan ku...
Harry, kita harus ngewe segera!

Wait, itu bahasa dari mana Anying?! Author sialan. Maksudku kita harus menjalin hubungan sekarang juga!

Bughhh!

Bulu jembot Salazar!
Harry meninju perutku yang terbalut seragam! Refleks aku melepaskan tanganku yang bersarang di wajahnya dan mengaduh, memegang tempat dimana ia memukul dengan kekuatan seribu gorilla. Man... pukulannya tak main-main. Mendongakkan kepalaku yang tertunduk, kulihat pemuda bersurai berantakan itu menyeringai keji. Kejam sekali, akan lebih baik jika Harry menggunakan tenaga seperti ini saat berada di atas ranjang. Jika begini kemachoan ku akan menghilang!

Aku mendelik, kembali berdiri tegap menghalangi jalan begitu siswa yang menjabat sebagai sekretaris OSIS ini berniat pergi. Meski masih terasa nyeri pukulannya di perutku yang terbentuk, tapi kali ini aku tak akan membiarkan Harry kabur. Setidaknya aku harus mencuri satu ciuman manis sebagai ganti rugi? Atau mungkin lebih dari itu? Yeah, akan ku pikirkan nanti.

"Menyingkirlah Malfoy!" Harry menyentak dengan nada yang lelah, tangannya melepaskan kapas tak bernoda darah lagi yang menyumbat hidungnya.

Kembali menunjukan seringai, aku meng-kabedonnya di dinding ruangan UKS.
"Harry.." gumam ku lembut, ingin lebih lama melihat wajah imut yang merenggut di antara pipi merona merah dan irish hijau berkilat memukau. Oh Harry sayang, tidak kah kau tahu tatapan berapi-api itu membuatku sangat bergairah?

Menampilkan raut wajah serius, aku tersenyum tipis, dan sepertinya Harry kembali terpikat akan hal itu. Dilihat dari tatapan matanya yang terpaku pada pandanganku, aku menurun ke bawah, menyusuri pipi chubby, wajah yang merona bersama bibir yang tergigit seksi. Ku pikir aku akan gila, terimakasih keluarga Potter yang telah mempertemukan diriku dengan malaikat manis yang kini merona merah. Sial, aku sudah tak tahan...

Aku tersenyum, mendekatkan wajahku perlahan sembari mengunci emerald berkilau yang tampak sayu. Hamparan padang rumput yang hijau menarik dalam residu yang nyaman, bulu mata lentik terbingkai seolah tersihir mengedip beriringan. Aku menggumamkan namanya dengan penuh perasaan sebelum bibir yang tergigit itu bertabrakan. Tak merasakan hembusan nafas yang keras, aku berasumsi jika Harry sedikit menahan nafasnya. Aku Menciumnya lembut tanpa ingin menuntut, ku rasakan jantungku berdebar, terasa seolah adanya gemercik kembang api yang meletup dalam perutku yang terisi sarapan sandwitch saat di rumah. Terlalu manis, aku bahkan tak ingin mengalihkan dan mengikuti gerakan kelopak mata di depanku yang menutup sayu.

Tangan kananku menurun perlahan, beralih pada pinggang ramping sang pemuda yang sedikit tersentak. Aku tak ingin adegan ini cepat berakhir, ku tekan bibirku lebih dalam, merasakan bagaimana rasa manis cokelat bisa terasa begitu lidahku menjilat pelan. Menariknya mendekat, aku menelengkan kepalaku untuk mengambil posisi yang pas. Melumat pelan bibir yang selalu ku dambakan, dan sialnya lagi celanaku mulai menyempit. Apa ini saatnya untuk melakukan adegan rating M? Hmm... boleh juga.

"Haa.. Dra...-"

"Jadi sebenarnya kalian sepasang kekasih? Oh harusnya aku sudah tahu itu. Jadi, bisakah kalian tidak bertengkar dan mengunjungiku di UKS lagi.. Malfoy dan Potter?!"

Aku dan Harry tersentak begitu rentetan kalimat nista terucap dari Madam Pomfrey yang melirik malas di balik pintu masuk. Refleks dan juga sial, kami berdua menjauh. Well... aku tidak menjauh, tapi Harry yang mendorong tubuhku lalu menunduk malu. Aku mendelik pada wanita paruh baya yang mengganggu aktivitas kami yang mana sangat di nantikan para pembaca sekalian. Melihatnya dengan tampang datar tak ingin membalas ucapan yang berarti. Demi rambut gimbal professor Snape, aku berniat ingin melakukan adegan 18++ tadi.. uh sial sekali..

"Oh tenanglah Malfoy. Aku menyelamatkan kalian, bell masuk sudah berbunyi sejak dua menit yang lalu."

Spontan aku dan Harry melirik jam yang melingkar di tangan, terkejut mendapati waktu yang tersisa untuk kembali ke kelas sekitar dua menit lagi dari sekarang. Meminta maaf, kami keluar bersamaan, berlari dari UKS menuju kelas kami yang bersebelahan di lantai dua. Nasip sudah, jam pertama adalah Kimia dan yang menjadi gurunya adalah Professer Snape!

"Ini semua salahmu Malfoy!" Ucap Harry di sela kegiatan kami yang berlari ria. Aku meliriknya sebentar, tak ingin membalas saat tahu jika wajah yang terbingkai kacamata itu merona meski tampak di sembunyikan. Dalam hati aku menyeringai, membanggakan pesona kerenku yang sangat memikat! Draco, kau hebat!

Aku mulai menyiapkan diri, sedikit menepuk bahu tegapku memperbaiki seragam, biar bagaimana pun.. aku harus tetap keren meski sedikit terlambat. Karena aku seorang Malfoy!

Berdehem, aku mulai menarik pintu, menampilkan wajah super datar andalanku. Kulihat semua mata termasuk Professor Snape tertuju padaku, berbinar-binar seolah aku adalah bintang besar yang bersinar terang di langit yang biru, amat banyak menghias angkasa.. aku ing..-

Ehem. maksudku aku semakin keren di mata mereka!

"Bisa kau berikan alasan yang masuk akal kali ini Malfoy?!" Professor Snape berucap datar melebihi datarnya tembok china. Aku sedikit menyeringai, kalau saja Guru Kimia ini bukanlah Ayah Baptis ku pasti aku akan mengabaikannya dan duduk dengan tenang. Karena pemilik sekolah bergengsi ini adalah kakek ku, Abraxas Malfoy.

Demi keberlangsungan hidup, aku harus menjawab sesopan mungkin. Atau Professor Snape akan mengadukan ku pada Father. Oh no... jangan sampai itu terjadi, aku tak ingin nama super keren yang melekat padaku ini tercoret dari daftar keluarga.

"Maaf Professor, ada beberapa buku yang perlu ku teliti di perpustakaan." Jawabku apa adanya. Hei, itu tidak sepenuhnya berbohong.. aku memang dari perpustakaan awalnya. Terlepas dari kejadian di UKS, dan berciuman dengan sang pujaan hati. Uh, aku masih bisa merasakan bagaimana lembutnya bibir Harry.. astaga, aku ingin lebih dari sekedar ciuman! Membayangkan Harry mendesah dan memintaku untuk mempercepat geraka..-

Stop!
Draco, bersihkan pikiranmu!

Aku melangkahkan kaki masuk, Professor Snape terlalu menyayangiku hingga memperbolehkan aku duduk kembali ke bangku. Aku tak perlu khawatir jika dia akan meleporkan ku pada Mum atau memberiku detensi. Hehe..-

"Malfoy, jam istirahat nanti temui aku di kantor."

Tidak.. sepertinya aku akan mendapat detensi lagi. Maafkan anak mu yang ganteng ini Mum, aku akan melewati segala rintangan dengan gagah berani. Karena aku seorang Malfoy!

Baiklah, pikirkan itu nanti, aku akan melamar Harry hari ini juga! Apakah dengan berteriak di lapangan sepulang sekolah mengatakan 'Harry aku mencintaimu dan jadilah bidadari dalam hatiku' adalah ide yang tepat?

No, itu sangat tidak Malfoy. Aku akan menculiknya saja dan melakukan adegan 18 ++ lalu setelahnya bertanggung jawab! Uhuy, briliant... Draco, kau memang ganteng!

Tapi apakah readers ingin memberiku saran bagaimana cara meminang anak orang yang baik dan benar dan juga ganteng plus keren? Silahkan dukung aku dengan memberikan komentar! Pastikan saran kalian bisa membuat ku ena-ena dengan sang kasih tercinta, Harry Poter!