Chapter 26: 'Cause I Wan't To Kiss You


"Lagi-lagi!"

Ron dan Harry terkejut saat Hermione tiba-tiba berteriak. Mereka tidak perlu bertanya ada apa, Hermione sudah lebih dahulu memperlihatkan layar ponselnya. Tampak sebuah foto tangkapan layar yang memperlihatkan postingan terbaru di media sosial Cedric.

"Kejadiannya sudah lima hari yang lalu, tapi dia masih berulah," komentar Hermione.

Ron memperhatikan foto itu lekat-lekat. Foto itu memperlihatkan Cedric yang berselfie di cermin, memperlihatkan wajahnya yang penuh memar. Kalau Ron perhatikan, lukanya sudah terlihat lebih membaik dari hari ia menghajarnya. Kemudian pandangan Ron jatuh pada caption dari foto tersebut.

I fought for nothing. I lost to the new kid

"Sepertinya dia tidak akan berhenti sampai kau dibenci oleh semua orang, Harry," ucap Ron pada sahabatnya tersebut.

"Dan aku yakin jika si new kid yang dibicarakannya ini adalah Draco," tambah Hermione. "Apa kau yakin akan membiarkannya begitu saja?"

Harry mengangguk ringan. Terlalu ringan. Harry terkesan tidak peduli. Bahkan Harry sama sekali tidak menunjukkan minat lagi pada foto itu. Ia hanya diam, tidak memberikan komentarnya.

Hermione memiringkan kepalanya melihat tingkah Harry saat ini. Baiklah, Harry memang sudah tidak peduli lagi dengan Cedric, tapi ada yang berbeda sekarang. Harry tidak peduli, tapi jelas ada sesuatu yang dipedulikannya sekarang. "Apa yang mengganggu pikiranmu sekarang, Harry?"

"Eh?" Harry seperti baru saja terbangun dari lamunannya. Ia berkedip beberapa kali, bingung dengan perkataan Hermione.

"Ada sesuatu yang kau pikirkan, kan?" tanya Hermione lagi. Ia kemudian mengambil tempat duduk di samping Harry. Kini mereka bertiga berbagi tempat di atas kasur Ron yang sempit. "Apa yang kau pikirkan? Ceritakan pada kami, Harry. Kau tahu jika kami akan selalu mendengarkanmu."

Harry mengusap telapak tangan kanannya dengan jempol kirinya. Ia ragu-ragu sebelum bicara. Tapi pada akhirnya Harry tetap mengutarakan apa yang belakangan ini mengganggunya. "Sebenarnya, belakangan ini Draco menghindariku."

"Menghindarimu?"

"Well, aku tidak bisa mengatakannya seperti itu, hanya saja," Harry memikirkan kata apa yang sebaiknya ia pakai, "biasanya Draco lah yang akan menemuiku lebih dahulu, tapi sekarang, dia bahkan tidak terlihat peduli jika aku ada di dekatnya. Lalu, saat aku bertemu dengannya, dia terus saja sibuk dengan ponselnya."

"Kalau begitu, apakah dia selama ini hanya main-main denganmu?" Ron tiba-tiba bertanya.

Hermione menegur kekasihnya itu dengan menatapnya tajam.

"Aku juga sempat berpikir seperti itu," balas Harry.

Hermione menghela napasnya. "Padahal kemarin kau yang dengan lantang mengatakan bahwa kau menyukai Draco dan meminta kami untuk tidak mencegahmu mendekatinya. Kenapa sekarang malah kau yang terlihat putus asa?"

Tentu saja, Hermione tidak akan lupa. Malam itu, ketika mereka semua berkumpul di rumah Harry setelah perkelahian itu, Harry membuat sebuah pengakuan. Ia menyukai Draco, dan ingin Ron dan Hermione untuk mendukung hubungannya dengan Draco. Harry benar-benar bersikeras dengan apa yang dikatakannya hingga Hermione dan Ron tidak bisa untuk berkata tidak. Lalu, siapa anak laki-laki berkacamata yang sekarang memasang tampang kalah ini?

"Kalau begitu tanyakan langsung padanya."

Harry menoleh ke arah Hermione yang memberikan saran itu. "Maksudmu, aku bertanya apakah dia benar-benar menyukaiku atau tidak?"

Hermione mengangguk. "Dan jika dia benar-benar menyukaimu, maka kau bisa langsung memberitahunya bahwa kau menyukainya."

"T-tapi..." Harry bingung harus membalas apa. Tentu saja apa yang dikatakan oleh Hermione benar. Lebih baik ia bertanya langsung pada Draco. Lebih baik ia mengatakan pada Draco perasaannya yang sesungguhnya. Draco sudah dengan gamblang mengakui perasaannya, kini giliran Harry yang akan bicara.

.

Harry sengaja berjalan di sekitar gedung fakultas Draco, berharap bertemu dengannya. Dan pilihan Harry memang tepat. Ia bisa melihat Draco yang baru saja keluar dari salah satu kelas dan sedang berbincang dengan teman-temannya. Sekarang setelah melihat Draco, Harry bingung harus menyapanya seperti apa.

Sebuah keberuntungan karena Harry tidak perlu menjadi yang pertama menyapa. Draco sudah lebih dahulu melihatnya. Harry tidak mengangkat tangannya untuk menyapa Draco, ia hanya terus menatapnya, berharap Draco mengerti kalau ia ingin bertemu.

Draco pun sepertinya menyadari bahwa Harry datang bukan karena kebetulan lewat. Harry ingin bertemu dengannya. Draco pun mengatakan pada teman-temannya bahwa ia harus pergi duluan. Kemudian Draco segera pergi menuju Harry.

"Kau bisa mengirimiku pesan jika ingin bertemu," ucapnya begitu sudah sampai di depan Harry.

"Jadi, kalau aku ingin bertemu denganmu, aku harus memberitahumu. Tapi, kalau kau ingin bertemu denganku, kau bisa datang seenaknya ke hadapanku?" balas Harry pura-pura kesal.

Draco terkekeh pelan. Ia kemudian berjalan, mengikuti Harry yang melangkahkan kakinya. "Lalu, kau punya alasan apa menemuiku?" tanya Draco.

Harry tidak langsung menjawab. Ia membawa mereka terlebih dahulu menjauhi gedung fakultas yang ramai. Dan meskipun sudah menjawab, Harry memberikan jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan Draco.

"Apa kau sengaja menghindariku?" Harry malah balik bertanya. Pandangannya lurus ke depan, hanya sesekali melirik Draco dari ekor matanya.

Sedangkan Draco jelas bingung dengan maksud pertanyaan Harry. "Apa maksudmu?"

"Well, kau tidak lagi muncul di hadapanku seperti biasanya. Maksudku, kau biasanya datang tiba-tiba dan menggangguku seharian. Tapi, belakangan ini kau tidak pernah lagi datang. Kita hanya bertemu jika memang tidak sengaja berpapasan. Dan itupun aku yang menyapamu duluan. Jadi, ya, kupikir kau menghindariku."

Draco hanya diam mendengarkan Harry. Pandangannya sama sekali tidak tertuju pada jalan, tapi hanya pada Harry. "Jadi, maksudmu kau merindukanku?"

Harry langsung saja menoleh dengan wajah datar. Ia mencubit lengan Draco membuat pemuda Malfoy itu meringis. "Aku sedang serius di sini, jangan bercanda."

Draco tertawa kecil sambil mengusap lengannya yang terasa perih setelah dicubit oleh Harry. Namun setelah itu Draco tetap saja tidak bicara. Ia membiarkan mereka berdua hanya berjalan dalam diam untuk waktu yang lama.

Hal ini jelas membuat Harry sebal. Ia menghentikan langkahnya, membuat Draco juga berhenti. "Damn, Draco. What's wrong with you?" tanya Harry dengan nada kesal.

Draco dengan enteng menggeleng. "Well, kalau kautanya aku, kupikir tidak ada yang salah dengan diriku."

Harry menghela napas kesal. Ia baru saja akan membalas perkataan Draco sebelum menyadari dua orang perempuan melewati mereka sambil berbisik.

Tidak, mereka tidak berbisik sama sekali. Mereka bahkan sepertinya sengaja membuat Harry mendengar apa yang mereka katakan.

"Jadi, Harry selingkuh dengan Draco?"

"Sepertinya begitu."

"Sudah kuduga. Aku sering melihat Harry bersama Draco belakangan ini."

"Kasihan. Malang sekali Cedric."

Harry memutar mata malas. Ternyata inilah yang diinginkan oleh Cedric. Tapi Harry tidak akan membiarkan dirinya kalah oleh pembalasan kecil ini. Harry tidak akan mengamuk dan marah, hal itu hanya akan membuat Cedric senang karena merasa telah menang.

Harry pun kembali pada Draco. Ia ingin kembali membicarakan apa yang memang harus dibicarakannya. Tapi sebelum ia sempat bicara, Draco sudah lebih dahulu berjalan mendahuluinya. Harry bergumam kesal dan segera menyusul Draco.

"Apa kau terpengaruh dengan apa yang mereka katakan?" tanya Harry yang kesulitan mengejar Draco yang berjalan cepat. "Kupikir kau tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Bukankah kau memang seharusnya tidak perlu memedulikannya?"

Perkataan Harry sama sekali tidak didengar oleh Draco. Malah Draco tetap mepertahankan kecepatan berjalannya, terburu-buru menuju suatu tempat. Sementara Harry terus mengikutinya dengan berbagai protes agar Draco menghentikan langkahnya.

Saat terus melayangkan protes pada Draco, saat itulah Harry baru menyadari bahwa mereka sudah sampai di parkiran. Draco pun langsung masuk ke mobilnya, membuat Harry mau tidak mau juga ikut masuk.

"Kau menyebalkan, sangat menyebalkan," Harry melanjutkan omelannya di dalam mobil. "Tidak bisa kah kau mendengarkan orang sekali saja? Aku sedang bicara, kenapa kau diam saja dari tadi? Dan untuk apa kau membawaku ke sini?"

"Karena aku ingin menciummu."

Jawaban Draco mengejutkan Harry hingga ia tidak bisa berkata-kata. Apalagi saat Draco sudah lebih dahulu menyambar bibirnya dengan sebuah ciuman panas. Harry mau tidak mau menerimanya. Ia membalas ciuman Draco yang sudah menjadi candu baginya.

Harry segera membuka mulutnya, membiarkan lidah Draco bermain dengannya. Tangan-tangan Draco yang dingin pun sudah berpindah ke belakang kepala Harry, membawanya memperdalam ciuman mereka. Draco sama sekali tidak memberikan Harry waktu untuk istirahat. Ia menghisap, mengulum, dan menikmati bibir merah muda yang selalu ia puja itu. Draco ingin merasakan Harry lagi dan lagi, lebih dalam lagi.

Namun Draco tahu jika mereka harus berhenti. Karena itulah Draco menarik tubuhnya, namun masih begitu dekat dengan Harry. Draco mengelap bibir merah Harry yang basah dengan jempolnya.

"What was that for?" tanya Harry pelan. Wajahnya memerah setelah ciuman panas barusan.

Draco akhirnya memundurkan tubuhnya. Ia mengedikkan bahu. "Well, aku sudah lama rindu dengan bibirmu. Dan saat mendengar perkataan mereka, aku jadi tidak bisa menahan diri."

Ada perasaan senang di dalam diri Harry. Ternyata selama ini Draco tidak pernah menghindarinya. Draco ternyata sama saja dengan dirinya. Mereka merindukan tubuh masing-masing.

Namun Harry juga dibuat heran. "Memangnya ada apa dengan perkataan mereka? Kupikir kau tidak peduli."

"Tentu saja aku tidak peduli. Maksudku, aku berusaha untuk tidak peduli," Draco membalas. "Tapi mereka benar-benar menyebalkan. 'Kasihan Cedric,' mereka bilang. Akulah yang kasihan karena kedahuluan olehnya. Padahal aku sudah menyukaimu lama sebelum kalian saling mengenal."

Harry terkekeh pelan. Ternyata melihat Draco yang marah-marah begini bisa cukup menghibur. "Apa kau baru saja mengakui kalau kau menyukaiku sedari dulu?"

"Ya."

Jawaban lugas Draco membuat Harry terkejut. Jantungnya berdebar begitu kencang hingga serasa ingin meledak. Harry yakin jika wajahnya kembali memerah.

"Aku sudah menyukaimu dari dulu, Harry," ucap Draco dengan lembut. Ia kembali memajukan tubuhnya. Draco merentangkan lengannya, memeluk Harry.

Pelukan tiba-tiba ini membuat Harry malu. Sungguh Harry berharap jika Draco tidak mendengar debaran jantungnya yang tidak karuan. Dengan malu-malu tangan Harry terangkat, mencoba untuk membalas pelukan Draco. Tapi belum sempat Harry memeluknya, terdengar suara klik dari belakang.

Di tengah kebingungan Harry, Draco menarik dirinya dari pelukan tersebut. Ternyata ia baru saja membuka pintu mobil. "Baiklah, kau bisa pergi sekarang."

"Ha?" Harry sungguh bingung. Apa Draco benar-benar bermaksud mengusirnya? "K-keluar?"

Draco mengangguk. "Kau sudah tahu kalau aku tidak menghindarimu dengan sengaja, dan aku pun sudah mendapatkan satu ciuman darimu hari ini," balas Draco.

"T-tapi..." Harry ingin membalas lagi perkataan Draco, tapi ia memilih untuk diam saja karena Draco mengusap rambut hitamnya dengan sangat lembut hingga membuatnya terbuai.

"Ada sesuatu yang harus kuurus," kata Draco sambil menyisir rambut hitam Harry. Tangannya kemudian turun ke pipi Harry, kemudian memberikan satu kecupan di bibirnya. "Sampai jumpa nanti malam."

Harry tidak bisa membalas selain mengangguk. Harry pun dengan patuh keluar dari mobil Draco. Dan saat mobil itu akhirnya pergi dari hadapannya, Harry akhirnya bisa tersenyum hingga pipinya terangkat.

Harry menepuk wajahnya beberapa kali. Apa pun yang barusan itu, tapi Draco jelas sudah membuatnya jatuh cinta. Lagi.

.

.

TBC

.

.

.

.

A/N

Udah chapter 26 nih... Bentar lagi end... Tapi aku udah bikin beberapa bonus chapter, jadi, tungguin aja ya~

Makasiiiiiihhhhh buat semua yang selalu menunggu dan menyempatkan waktunya untuk baca cerita ini

See you!

Virgo