Judul : FangBoy Love Story
Part 1 : Awal Bagian terpisah dari fic My Little Family
Genre : Romantis, drama, keluarga
warn : Yaoi/ooc/adult, dewasa, etc..
Disclaimer : Monsta studio
FLS : Ichadray
Rating : T/M (akan naik seiring alur)
Summary: menceritakan bagian terpisah mengenai hubungan Fangboy di cerita ica yang ini MY LITTLE FAMILY.
...
...
...
Fang tahu ia populer, gelar pemuda tampan dari sekolah bergengsi di pulau rintis itu telah menjadikannya sebagai remaja yang selalu di kenal orang.
Dengan tubuh tinggi yang ideal, wajah aristokrat yang kharismatik, rambut keunguan yang teracak alami, dan kacamata modifikasi yang keren hingga sifatnya yang datar tanpa peduli. Semua orang lebih dari tahu bahwa remaja yang bernama Fang itu menjadi perhatian mengenai ketertarikan orang-orang yang ingin mengenalnya. Tambahan pada kecerdasan yang dimiliki sang pemuda membuatnya menjadi lebih diidolakan daripada sebagian orang yang iri padanya.
Fang adalah seorang pelajar yang pintar, warga pulau rintis mengenalnya sebagai pemuda multitalenta hanya untuk semua trophy yang dimenangkan oleh seorang laki-laki yang cukup datar.
Semua kelebihan dan bakat itu menjadikan Fang begitu menawan bagi kalangan remaja, tak terkecuali Boboiboy yang mengagumi dalam diam tentang bagaimana Fang selalu menjadi pusat perhatian di lingkup pertemanannya.
...
Saat itu hari yang panjang, cuaca mendung di lapangan dan Fang memilih untuk tidak mengikuti jam olahraga seperti biasanya. Pemuda berkacamata itu telah meminta izin kepada guru dan memberikan tawaran agar diberikan tugas mengenai pemilihan jadwal pemeriksaan untuk semua siswa angkatan mereka. Bagian ini seharusnya dilakukan oleh para petinggi anggota organisasi, dan entah bagaimana Fang mengikutinya sebagai salah satu dari mereka. Walau, jabatannya hanya sebagai pelengkap untuk fitur keren yang bisa ia dapatkan, ia dipercayai oleh para guru dan gelar anak emas itu cukup menguntungkan. Fang hanya tidak begitu tertarik mengenai posisi jabatan yang lebih dari sekedar anggota.
Fang menoleh ke luar jendela bertingkat tiga kelasnya, melihat semua murid di kelasnya tengah menuju lapangan untuk pengambilan nilai tambahan pada permainan sepak bola. Ia tidak begitu menyukai sepak bola, karena, terlepas dari ia yang tidak mengerti cara permainannya, Fang akan lebih memilih bola basket yang lebih mudah menggunakan tangan daripada kaki yang menendang.
Beralih memeriksa laporannya, ia terkejut oleh suara seperti ada orang yang terantuk di kelas. Fang melihat kehadiran seseorang di dalam kelasnya, tidak menyadari jika ada orang lain selain dirinya.
Pemuda pendek bertopi terbalik, tubuh yang cukup ramping dan gelagat canggung. Fang ingin beralih pada dokumennya saat orang yang ia berikan atensi itu menoleh ragu ke arahnya.
Rambut kecoklatan yang tertutup topi, wajah bulat dan manik hazel yang memancar hangat bersama senyuman minta maaf yang cantik dengan kedipan bulu mata yang menawan. Fang hampir menyalahkan tanggapan spontanitasnya mengenai pemuda itu adalah seorang perempuan jika ia tidak melihat hodie tanpa lengan dan celana khusus laki-laki yang dipakai.
Fang tidak pernah peduli dengan sekitar sebelumnya, tapi saat menyadari bahwa remaja yang tengah berdiri tak jauh di depannya mengalihkan perhatiannya, ia tidak bisa tidak menilai. Seketika ingatan seorang pemuda manis yang tertawa bahagia di kelilingi oleh para siswa yang melihat dengan pandangan berseri-seri saat di lapangan sepak bola memenuhi kepalanya.
"Ah, maaf.. aku tidak bermaksud mengganggu."
Fang mengakui jika ia menyukai tampilan sang atensi, bertanya-tanya kenapa ia tidak menyadarinya sebelumnya mengenai seorang pemuda cantik yang duduk dekat dengannya, dan itu mungkin karena Fang tidak ingin melihat sekitar lebih dari tatapan sekilas yang datar.
Pemuda berkacamata tertegun, tampak terpesona. Tentang bagaimana cara teman sekelasnya yang berbicara dengan suara halus yang lembut, bersahabat namun juga ragu. Fang berasumsi bahwa nada yang sedikit ragu itu karena suara yang seperti orang jatuh begitu ia menoleh, benjolan kecil di pelipis yang tengah di usap itu membuat Fang yakin.
"Mu-mungkin aku akan keluar sekarang jika aku mengganggu.."
Fang berkedip, melepaskan amatannya dan ia benar-benar lupa dengan kertas-kertas di tangannya yang perlu di isi. Fakta bahwa ia bergeming memuja dalam hati mengapa pemuda di depannya cukup mengalihkannya ke dalam bayangan yang membuatnya terpesona, dan jika ia tidak salah mengenali nama.. orang itu adalah Boboiboy. Pemuda manis yang juga populer dengan keramahannya yang lembut, cucu dari sang pemilik kedai cokelat paling enak yang selalu menjadi langganan.
"Tidak, tidak apa-apa.. kenapa kau tidak bersama yang lain ke lapangan?" Fang menaikan kacamatanya, baru menyadari ia tidak bersuara sejak ia menoleh.
..
Boboiboy mengusap pelipisnya, menggeser kursinya untuk duduk, tersenyum lega karena Fang sepertinya tidak terganggu oleh kehadirannya.
"Kakiku cedera saat pertandingan sepak bola kemarin. Walau, kupikir ini bukan cedera yang parah, tapi Yaya dan Ying bersikeras agar aku tetap di kelas."
Fang menaikan alisnya, spontan melihat pergelangan kaki Boboiboy yang di perban. Ada sedikit noda darah yang keluar, dan Fang membenarkan alasan dua wanita yang menganggapnya sebagai rival itu untuk tidak membiarkan Boboiboy mengikuti olahraga.
"Kupikir mereka ada benarnya." Ucap Fang terkekeh kecil, meletakan kertasnya dan mendekat untuk duduk di depan Boboiboy yang tersipu.
"Hanya sedikit goresan, bukan seperti aku tidak bisa berjalan." Boboiboy membalas dengan pembelaan diri, merengut masam melihat Fang yang tertawa.
"Perban yang berdarah itu lebih dari membuktikan." Fang memangku sebelah dagunya menggunakan tangan kanan, manik keunguan memancar senang, tertarik dengan apa yang akan Boboiboy katakan.
"Kau sama saja seperti mereka." Boboiboy memutar bola mata hazel hangatnya, melipat tangannya dan bersandar di sandaran kursi, tidak ingin melihat bagaimana Fang tertawa kecil karenanya.
"Untuk satu ini, mungkin aku setuju." Fang menyeringai, membuat Boboiboy mendengus tersipu karena ditatap demikian.
"Lalu, kenapa kau di sini? Apakah pekerjaanmu sudah selesai?" Boboiboy mengedip bingung, melirik kertas yang tersebar di meja milik Fang, baru menyadari sang empunya tidak lagi menulis. Ia melihat Fang yang sendirian sejak teman-temannya keluar menuju lapangan, tampak sibuk dengan kertas-kertas yang sedang dia kerjakan. Boboiboy memutuskan untuk tidak mengganggu, juga sepertinya kehadirannya tidak disadari, ia akan memilih tidur saat kepalanya yang merebah terantuk meja.
.
"Tinggal tanda tangan, aku sudah menyelesaikan laporannya seminggu yang lalu." Balas Fang dengan senyuman antara bangga dan lelah.
"Apakah sangat berat menjadi anggota organisasi?"
Boboiboy bertanya penasaran, tersenyum hangat mengetahui bahwa Fang memang orang yang penuh persiapan. Ia melihat wajah sang pemuda berkacamata, tidak tahu mengapa ia tersipu malu untuk tatapan mata yang tertuju padanya. Boboiboy mengakui pemuda di depannya ini tampan, dengan rambut keunguan yang teracak, kacamata modifikasi bersama warna mata ungu menawan yang senada, tubuh tinggi berisi dibalut jaket bersama seringai angkuh yang selalu ia lihat. Akan sangat sulit untuk menolak daya tarik Fang yang cerdas dan Boboiboy cukup iri pada kepopuleran khas anak remaja yang menjadi salah satu anggota organisasi yang diagungkan, kesibukan mereka lebih dari kebanyakan siswa. Bukan artinya ia ingin disibukkan oleh tugas dari guru, pelajaran keseharian sudah cukup berat bagi Boboiboy, tapi jika itu artinya kau bisa beralasan yang bagus untuk apapun, jabatan sebagai anggota tidaklah buruk.
Boboiboy mengetahui informasi ini dari dua teman perempuannya yang juga mengikuti organisasi, terlebih Yaya adalah ketua organisasi itu sendiri. Ia juga mengingat jika Ying termasuk dalam daftar, membuat Boboiboy agak kesepian saat dua sahabatnya sedang dalam arahan para guru, atau setidaknya ada Gopal yang menghibur meski, pemuda gempal itu lebih fokus untuk semua bentuk makanan yang bisa dia dapatkan.
Fang sepertinya tidak terkecuali, Ying pernah bilang padanya jika perempuan itu tidak menyukai Fang sebagai salah satu anggota organisasi yang bisa lebih dipercaya guru dan menceritakan tentang perebutan posisi peringkat sebagaimana Ying bersaing dengan Yaya. Boboiboy merasa lucu setiap kali mendengar Ying mendengus, yang biasanya agak pemalu itu bisa menjadi sangat bersemangat mencari kesalahan Fang diam-diam hanya agar posisinya ditukar.
Boboiboy memperhatikan jika Yaya juga mempunyai ambisi yang sama, walau perempuan berkerudung itu lebih terkontrol dari Ying dengan terang-terangan menunjukkan betapa Fang bisa diandalkan. Setidaknya tugas mereka bisa menjadi cepat selesai, dan sepertinya Fang banyak membantu sehingga kebanyakan orang yang mengenalnya menjadi enggan oleh aura kepemimpinannya. Mereka akan mengucapkan kata terima kasih dan kagum pada Fang lebih dari yang Yaya dapatkan sehingga siswi berkerudung merah muda itu merasa sedikit diabaikan.
Boboiboy pernah mendengar gumaman Yaya yang secara tidak sengaja mengatakan jika rival sebenarnya mereka adalah Fang itu sendiri, yang membuat Boboiboy bertanya-tanya bagaimana bisa pemuda tampan itu mencuri perhatian lebih dari yang seharusnya. Persaingan usaha yang sehat, yang menurut Boboiboy sangat lucu, atau Boboiboy berpikir apakah Fang bahkan peduli dengan semua itu jika melihat bagaimana tanggapan datar sang pemuda. Boboiboy hanya tidak mengerti mengapa Fang ingin berbicara padanya saat apa yang dia kerjakan belum selesai.
Mereka pernah berbicara sebelumnya, tapi saat itu cukup singkat pada perkenalan kelas, Boboiboy tidak berharap banyak untuk satu orang yang sibuk dan populer agar bisa mengenal dirinya, merasa cukup dengan kekaguman dalam diamnya yang tidak diperlihatkan.
"Tidak juga, aku hanya tidak tahu harus melakukan apa saat sedang bosan." Fang menjawab santai, seakan hal yang luar biasa ia lakukan bukanlah apa-apa. Ia masih terpesona oleh bola mata hazel yang hangat, seolah menariknya dan Fang mengakui Boboiboy cantik untuk semua kelembutan dalam kata-katanya.
"Dipikir, kita tidak pernah berbicara sebelumnya. Apakah kau mau pulang bersamaku setelah ini?" Lanjut Fang menawarkan, berharap Boboiboy menyetujuinya. Hatinya berkeinginan dalam minat yang membuatnya ingin lebih banyak mengenal pemuda manis di depannya.
Boboiboy terdiam, mengingat apakah ia ada kegiatan atau hal yang perlu dilakukan setelah sepulang sekolah. Ia tidak keberatan jika Fang ingin mengajaknya, tapi ia merasa tak pantas mengingat bagaimana Fang begitu keren di matanya.
"Ah, maaf.. mungkin lain kali. Aku bersama Ying, Yaya dan Gopal." Boboiboy tersenyum minta maaf, merasa bersalah melihat kilau mata keunguan yang sepersekian detik tampak meredup.
"Apakah.. apakah kau ada waktu untuk weekend yang akan datang? Aku berencana membeli buku sebagai referensi, dan jika kau tidak keberatan..maukah kau ikut denganku, Boboiboy?" Fang membenarkan kerah jaketnya, melihat ke arah lain karena tidak ingin membuat kesan yang buruk. Jarang ia memberikan atensi, tapi hatinya tidak bisa dibohongi, Boboiboy memiliki pesona manis yang baru ia sadari dan sukai.
"Weekend? Sepertinya bisa. Suatu kebetulan Tok Aba akan keluar dan kedai sedang tutup." Boboiboy mengangguk, merona karena berucap semangat. Ia menggaruk tengkuknya, bohong jika ia tidak malu. Siapa ia yang menolak ajakan untuk bisa saling mengenal, dan jika ada yang lebih baik, mereka bisa menjadi dekat dan berteman.
"Dan ya.. maksudku jika kakimu sudah sembuh." Fang menunjuk pergelangan kaki Boboiboy, membuat Boboiboy menahan senyumnya yang bersemangat, baru ingat jika kakinya masih diperban.
"Ah, kau benar.. tapi sebenarnya tidak apa-apa, sungguh! Aku bahkan masih bisa berlari." Boboiboy berkedip dalam menyangkal polos, weekend masih satu hari lagi, tapi Boboiboy merasa bahkan sekarang ia baik-baik saja. Ia berdiri untuk membuktikan ia masih bisa berlari sebelum Fang menghentikan dengan menarik tangannya sehingga Boboiboy terduduk di sebelahnya.
Boboiboy merasa dunianya berputar, hampir saja jatuh membuat kakinya lebih cedera jika ia tidak memperhatikan Fang menarik lengannya, bahkan topi terbalik kesayangannya entah jatuh ke mana. Tatapan jahil bersama seringai di hadapannya menjadikan pipi Boboiboy terasa panas.
"Tidak perlu, aku bisa menunggu." Fang tertawa, matanya bersinar di atas tatapan Boboiboy yang merona.
Fang melepaskan genggamannya, gemas akan reaksi Boboiboy yang kikuk bersama senyuman yang tertahan. Fang bisa melihat dengan jelas jika Boboiboy memberikan atensinya, membuatnya berdebar untuk pertama kalinya. Surai kecoklatan dengan sejumput helai putih yang manis, membingkai wajah yang tertutup rona merah muda cantik.
"Ak.. em, baiklah.. weekend ini?" Boboiboy mengalihkan pandangannya, memeriksa perban di kakinya, ia menghindari pandangan Fang yang menawan. Sulit untuk bisa fokus saat orang yang kau sukai melihatmu seperti itu, Boboiboy berharap jantungnya tidak keluar karena terlalu berdebar.
"Yap, tapi kupikir kau tidak akan berlari dalam waktu dekat." Fang mencoba bergeser, diam-diam mengambil topi Boboiboy yang terjatuh di meja belakang sang empunya.
"Ya.. aku tahu.." Boboiboy cemberut, tidak bisa menyangkal. Merasa begitu bodoh karena menyukai perhatian tidak langsung yang Fang berikan. Boboiboy melirik dari bulu matanya, bangkit untuk duduk kembali ke kursinya sampai telapak tangan kirinya digenggam. Ia mengedipkan mata bertanya hanya untuk melihat Fang tersenyum tampan mengecup punggung tangan miliknya dengan halus.
"Bolehkah besok aku menjemputmu berangkat sekolah?" Fang tersenyum hangat, berdiri di hadapan Boboiboy, memasang topi yang ia temukan dengan benar.
Boboiboy melebarkan matanya, gugup dan ia benar-benar memerah, bisa merasakan kesenangan hangat yang meluap dalam dirinya. Ia bertanya-tanya kenapa Fang bersikap demikian, ia tidak pernah tahu dan tidak pernah mendengar tentang seorang Fang yang mengecup tangan orang lain. Boboiboy spontan mengangguk, terlalu tiba-tiba hingga ia bergeming lalu tersadar oleh bel dan suara teman-temannya yang memasuki koridor. Ia melihat Fang yang dengan tenang kembali ke bangku, seolah beberapa detik yang lalu hanyalah imajinasi Boboiboy yang lain.
Menggeleng, Boboiboy memilih mengabaikan debaran jantungnya, membuat tangannya bergerak merapikan peralatan tulisnya.
Fang terkekeh geli, mengangguk paham. Ucapannya beriringan dengan suara ramai teman sekelasnya yang masuk dan bel pulang yang terus berbunyi, menantikan esok hari. Ia benar-benar berharap agar Boboiboy lebih dekat dengannya dan Fang ingin memukul diri sendiri karena ketidak peduliannya pada sekitar, kenapa ia tidak menyadari kehadiran Boboiboy lebih awal.
...
..
.
Fangboy Love Story
(1) Awal
Bagian terpisah dari fic My Little Family
ICHADRAY
.
.
.
Fang mengatur rambutnya yang berantakan, mendengus karena itu tidak berguna. Ia telah menantikan pagi yang cerah, berniat membawa motor kesayangannya pergi ke sekolah. Fang tidak lupa dengan apa yang ia katakan kemarin dan tidak bisa berbohong bahwa ia cukup bersemangat hari ini.
Sangat jarang Fang menantikan hari, ia membenarkan fakta mengenai sekolah yang selalu membosankan dan datar karena tidak ada yang benar-benar menarik. Meski, bukan berarti ia tidak ingin belajar, banyak dari trophy angkatan mereka yang terpanjang di sekolahnya sebagian besar adalah miliknya, semua itu lebih dari membuktikan bahwa ia cukup menikmati kompetisi mengenai ilmu pengetahuan. Yang ia sayangkan adalah kesendirian, tidak banyak bergaul karena ia tidak menyukai bagaimana seseorang berniat mengenalnya sebagai kepentingan pribadi. Fang akan lebih baik sendiri, atau bergabung dengan teman-temannya yang lain diluar.
Tapi kali ini agak berbeda, Boboiboy telah menarik perhatiannya. Fang bingung dengan apa yang ia rasakan, menyangkal pada anggapan ia langsung menyukai pemuda bertopi terbalik di pandang pertama. Fang mengingat mereka sering bertemu, tapi tidak benar-benar saling memandang, atau mungkinkah karena ia yang terlalu fokus untuk dirinya sendiri. Melihat bagaimana Boboiboy berbicara, tatapan ramah dan hangat yang manis, Fang mengakui ia berdebar, menginginkan senyum tulus itu untuk dirinya. Tidak ada yang salah dengan memulai pendekatan, setidaknya ia berusaha agar tidak terlalu memalukan.
Fang mengetuk pintu rumah Boboiboy, sedikit berlindung dari air hujan yang sepertinya akan lebat. Fang merutuki kenapa ia tidak melihat ramalan cuaca pagi sebelum berangkat menggunakan motornya. Sekarang, sekolah tampak menyebalkan baginya. Ia beruntung setidaknya sudah sampai ke tempat tujuan awalnya untuk menjemput Boboiboy, walau seragamnya agak lembab.
Pintu terbuka memperlihatkan Tok Aba yang dengan tenang dan senyum menyuruh Fang masuk.
"Selamat pagi, Tok Aba."
Sang pemuda melepas sepatunya, sedikit enggan karena Fang cukup basah.
"Pagi, Fang. Kenapa kau tidak memakai jas hujan?" Tok Aba memberikan handuk, membawa Fang menuju ruang makan.
"Ah, aku lupa mengecek ponsel untuk melihat ramalan cuaca. Tidak tahu pagi ini akan hujan deras." Fang menjawab sambil mengeringkan kacamata sebelum memakainya, bingung kenapa Tok Aba membawanya menuju dapur rumah mereka. Ia cukup dekat dengan sang pria tua, dan keramahan Tok Aba begitu disukai, juga setidaknya menjadi langganan di kedai membuatnya dikenali.
"Apakah kau sudah sarapan? Boboiboy telah memanggang roti dan kembali ke kamarnya, Atok akan memanggilnya." Tok Aba tersenyum, meletakkan sandwich dan roti berselai cokelat di atas meja sebelum berjalan menuju lantai atas. Fang bergeming, mungkinkah Boboiboy telah memberitahu Tok Aba jika ia akan datang?
Mengabaikannya, Fang memperhatikan sekitar. Dapur minimalis juga furnitur dan alat masak yang disusun rapi, Fang memuji pengaturan ruangan yang terlihat menawan. Mata ungunya beralih melihat makanan yang diletakkan Tok Aba, tampak baru saja di siapkan karena Fang bisa melihat sedikit uap dan aroma manis yang menggoda. Tampilannya cantik, Boboiboy sangat tahu bagaimana mengatur semuanya.
Seketika bayangan Boboiboy yang sedang memasak menggunakan celemek berada di kepalanya, tersenyum hangat menyiapkan sarapan pagi bersama wajah yang merona dan juga rambut yang lepek. Lalu Fang akan mendekatinya, memeluknya penuh damba, mencium pipi bulat yang merona dan bertanya apa yang sedang Boboiboy buat. Imajinasi yang menggoda untuk ia realisasikan, ia meninggalkan bayangan itu saat Boboiboy muncul dengan raut wajah heran, Fang secepat ia menoleh menyingkirkan pikirannya.
"Bukankah hari ini libur?" Boboiboy bertanya bingung sembari berjalan mengeringkan rambut kecoklatan miliknya yang lepek.. Ia baru selesai mandi saat Tok Aba memanggilnya bahwa ada yang mengetuk pintu, ia tidak mengharapkan Fang akan datang.
Fang melihat Boboiboy tidak memakai seragam sekolah melainkan baju biasa, hanya kaus putih di timpa hodie tanpa lengan dan celana jeans yang membalut tubuh rampingnya. Fang berdehem, menyukai setelan Boboiboy karena terlihat manis di matanya.
"Benarkah?" Fang terlihat ragu, mengingat hari ini bukan hari libur.
Boboiboy tertawa, tangannya bergerak menggeser kursi tepat di samping Fang yang tertegun gugup. Fang beruntung menemukan Tok Aba yang juga terkekeh dan duduk di depan mereka, atau ia akan terus melihat Boboiboy di sebelahnya.
"Kau tidak membaca pesan grup kelas? Sekolah diliburkan karena para guru akan melakukan rapat." Boboiboy tertawa lucu, mengambil beberapa sandwich setelah Tok Aba mengambil duluan.
"Juga, kupikir ini masih sangat pagi untuk berangkat ke sekolah." Lanjut Boboiboy polos, melihat jam sembari memberikan tiga sandwich dan dua roti panggang berselai cokelat ke piring yang berada di depan Fang.
"Ah, aku lupa memeriksa pesan grup." Fang kembali berdehem, mendorong kacamatanya sedikit guna menyamarkan rasa malunya. Ia bisa melihat senyuman maklum Boboiboy yang manis, membuat Fang menahan diri untuk semua keinginannya mengenai betapa ia senang dengan cara Boboiboy memperhatikannya.
"Tidak apa-apa, setidaknya kau belum sampai ke sekolah." Boboiboy tertawa pada leluconnya yang lucu. Fang memicing jenaka, terpesona oleh ekspresi Boboiboy yang benar-benar cantik saat sedang tertawa.
"Sudahlah menertawakan Fang. Atok ingat kau juga sama dua bulan yang lalu." Tok Aba yang menimpali, tertawa kecil bersama Fang yang kini menyeringai sombong seolah mengejek.
"Tapi saat itu Tok Aba sudah mengetahuinya, dan baru memberitahuku setelah aku kembali pulang!" Boboiboy membela, merasa di khianati karena sang kakek membela Fang terang-terangan.
"Lumayan, olahraga." Balas Tok Aba tertawa bersama Fang, membuat Boboiboy mendengus memakan kasar sandwich miliknya.
Fang tersenyum, melihat obrolan ringan Tok Aba yang menerimanya, mengatakan Fang tidak perlu sungkan pada mereka dan Boboiboy mengangguk setuju, memberikan penuh atensi. Ia menggigit sandwich yang Boboiboy buat, terasa enak dan pas di mulutnya.
"Ini enak." Ucap Fang jujur, membuat Boboiboy menarik senyum bangga.
"Benarkah?" Boboiboy berbinar, meminta lebih dari keyakinan Fang mengenai masakannya, Tok Aba menggeleng-gelengkan kepalanya terbiasa.
"Ya.. berharap bisa merasakannya setiap pagi." Fang terkekeh menggoda, dengan lahap menyantap toti bakarnya.
"Terima kasih, aku bisa membuatkannya jika kau mau?" Boboiboy tersenyum manis, tersipu menyadari ia tidak memperhatikan kalimatnya dan langsung menjawab ucapan Fang secara spontan. Bukan berarti ia keberatan, tapi tidak apa-apa untuk melihat Fang menyukai sandwich yang ia buat, walau ia tahu itu masakan sederhana.
"Bisakah.." Fang membalas terkejut, tidak menyangka Boboiboy menawarkannya.
Perasaan hangat yang membuat hatinya tenang sejak sekian lama, kini ia dapatkan walau hanya sebentar dan Fang berniat agar tetap berjalan.
"Ti.. tidak bisa membawanya ke sekolah, dan bukannya aku akan membuatnya setiap hari." Boboiboy beralasan, bergumam sambil menunduk memakan sandwich miliknya. Ia tidak bisa berjanji, dan mungkin saja Fang akan terganggu jika ia sungguh membuatkan setiap hari, bukan seperti pemuda berkacamata itu tidak memakan makanan yang jauh lebih enak dari miliknya. Ia melirik Fang dari sudut matanya, dengan cepat mengalihkan pandangan begitu ia melihat manik keunguan itu bersinar dalam pemujaan dan sedikit percikan kasih.
"Bagaimana dengan.. aku akan memakan apapun yang kau masak?" Fang membuat pilihan, menarik tangan Boboiboy dan menggigit sebagian sandwich yang dipegang sang empunya, tidak ingin Boboiboy menarik tawarannya.
Boboiboy merona, terbelalak malu saat dengan cepat wajah tampan berkacamata itu hampir mengenai bibirnya. Boboiboy menahan napas sebelum mengangguk setuju, membuat Fang tersenyum puas. Boboiboy melihat Tok Aba yang fokus pada makanannya, berbalik arah menatap Fang yang dengan santai terkekeh kecil seolah tidak terjadi apa-apa.
Tok Aba terkekeh melihat interaksi sang Cucu, sudah lama sejak melihat Boboiboy tersenyum gugup dan tersipu terus menerus.
...
..
.
Fangboy Love Story
(1) Awal
Bagian terpisah dari fic My Little Family
ICHADRAY
.
..
...
"Boboiboy, bawa Fang mengganti seragamnya yang lembab. Atok ingat Ibumu mengirimkan setelan yang ukurannya sedikit lebih besar. Di luar masih hujan, Atok akan membereskan beberapa bubuk cokelat di gudang." Tok Aba berucap setelah sarapan pagi mereka, menyarankan agar Fang mengganti pakaiannya yang masih tampak basah.
Boboiboy mengangguk, mengajak Fang menaiki tangga. Fang berterima kasih pada Tok Aba sebelum pergi, mengikuti Boboiboy dari belakang.
"Kau hanya tinggal bersama Tok Aba?" Fang bertanya sembari berjalan, menyadari jika hanya ada Boboiboy dan sang Kakek di dalam rumah. Kalimat Tok Aba yang mengatakan adanya barang yang dikirimkan membuktikan bahwa orang tua Boboiboy berada di luar.
Boboiboy berhenti sejenak pada langkahnya yang menaiki tangga, Fang menautkan alisnya bertanya, tidak bisa melihat ekspresi wajah Boboiboy di depannya.
"Ya.." jawab Boboiboy pelan, melanjutkan langkahnya yang tertunda. Ia menoleh ke belakang untuk menunjukkan senyuman, membuka pintu kamarnya dan masuk.
Fang mengikuti, agak gugup sebenarnya, tapi ia belajar mengatasi ekspresinya agar tidak terlihat aneh di depan pemuda yang dengan santai mengobrak-abrik isi lemari. Ia memandang sekitar mengenai kamar yang tampilannya cukup berwarna.
Kamar Boboiboy tidak sebesar kamar miliknya, namun secara teknis alat-alatnya sama. Ada satu kasur ukuran satu orang, lemari pakaian gantung, satu lemari biasa, rak tempat furnitur tentang galaxy, meja belajar yang di atasnya menyimpan beberapa buku, meja kecil untuk lampu tidur dan jam alarm, kamar mandi yang ada di sudut menambah nilainya. Fang menarik hitungannya mengenai warna yang tersebar hanya ada tujuh warna yang diatur elegan, agak kekanakan tapi juga manis jika kau masih bisa melihat adanya gantungan bintang-bintang dan roket di langit-langit kamar.
"Aku menyukai ilmu tentang antariksa."
Boboiboy tersenyum, memberikan cengiran pada pengakuan mengenai banyaknya furnitur dan pola galaxy di kamarnya, ilmu astronomi yang mempelajari tentang luar angkasa. Mengalihkan Fang dari pikirannya yang tidak menyadari ia tengah mengamati.
"I see.." Fang mengangguk, mengambil setelan yang diberikan Boboiboy. Melepas jaketnya, Fang menaikan sebelah alis melihat Boboiboy yang melirik tersipu dari kursi belajar.
"Ka.. kau bisa menggunakan kamar mandi di sana." Boboiboy menunjuk pintu kamar mandi yang tertutup, merona tatkala menyadari bagaimana kemeja sekolah yang ada tubuh tinggi Fang sedikit membentuk, memperhatikan bahu yang lebar dan bagian-bagian otot tertentu. Boboiboy hanya iri, ia bahkan tidak memiliki tubuh sebagus itu.
Fang mengulum senyum, tidak ingin melewatkan kesempatan melihat wajah Boboiboy yang tersipu tidak ingin menatapnya. Pemuda berkacamata terkekeh kecil, mengacak rambut Boboiboy yang hampir kering, menahan diri agar tidak mencium pipi itu karena gemas. Ia melangkah menuju kamar mandi dengan tenang, menutup debaran jantungnya yang kencang.
Boboiboy tertegun, menyentuh kepalanya, ia merona memikirkan Fang baru saja mengacak rambutnya. Ia tahu Fang sangat jarang berinteraksi dengan seseorang, ruang lingkup Fang seakan tertutup dan Boboiboy merasa aneh untuk semua interaksi mereka yang seolah wajar, seolah mereka telah saling mengenal sejak lama. Rasa nyaman dan sedikit malu yang Boboiboy rasakan membuatnya berdebar senang, seperti banyaknya ribuan kupu-kupu mengelilingi perutnya.
Boboiboy tahu ia menyukai sang pemuda, tidak ada yang tidak menyukai Fang jika melihat kesempurnaan Fang dalam berbagai hal, dan Boboiboy menyukai perhatian sekecil apapun.
Perasaan ini Boboiboy ulas kembali, tentang rasa kagum dan terpesona yang membuatnya jatuh hati. Ia tidak akan mengatakan langsung, cukup memandang dalam diam merasa tak pantas mengingat Fang mempunyai penggemar lebih dari dirinya. Mungkin ini terlalu cepat, tapi Boboiboy tidak bisa menyangkal bahwa ia telah jatuh cinta.
...
...
...
...
Ps : Ica lupa menuliskan, untuk bagian fic ini akan lebih fokus pada FangBoy saja karena rating akan terus naik menjadi 18+ seiring alurnya berjalan.
Elemental akan tetap Ica tuliskan, tapi tidak akan banyak, silahkan baca fic My Little Family jika ingin lebih banyak melihat para Elemental cilik yang imut ^v^}~
Silahkan jejaknya di bawah jika berkenan
