World

Desclaimer: semua sumber anime yang bersangkutan bukan milik kyo.

Rate : M

Warning! : Gaje, ooc, AU, bahasa gak baku, imajinasi liar, typo dimana-mana, Isekai, gak suka gak usah baca!, dll.

Pair: Naruto x..

Genre : Action, adventure, fantasi

Summary: dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang 'malapetaka dunia'.

.


Chapter 6: First Quest..

.

.

.

Disebuah rumah sakit beberapa blok dari academi Hagun. Atau memiliki nama Hagun Hospital. Karena rumah sakit ini adalah rumah sakit umum, yang dimana pemiliknya adalah salah satu dari lima pilar shinobi. Dia menggunakan nama Hagun, karena kecintaannya terhadap academi itu. hingga membuat rumah sakit mewah dan sebesar itu ditengah kota. Bukan tanpa alasan, tapi karena merupakan salah satu bangsawan dari lima pilar shinobi, kekayaannya melimpah. Belum lagi jabatannya sebagai ketua Medic di kerajaan vermilion ini, dan kepala sekolah di academi Hagun sendiri. Membuat rumah sakit ini free digunakan untuk para murid academi yang masih berstatus pelajar disana.

Disalah satu kamar diruang no 301 lantai 7. Pintu yang berwarna cream denganruangan dalam yang berwarna putih. Terlihat bersih dan rapi dengan beberapa perabotan penting untuk ruang bagi para pasien.

Terlihat seorang pemuda pirang yang berdiri didepan jendela rumah sakit itu yang menghadap langsung kearah luar jendela dimana terdapat pemandangan kota soul yang indah. Wajah datarnya seperti biasa terlihat memandang kosong keluar sana. Pikirannya melayang dua hari lalu ketika pertarungannya melawan 13 orang sekaligus dengan keadaan tubuhnya yang tak memiliki Mana itu.

Flashback on.

Naruto yang terlihat berdiri tegak diantara puing-puing bangunan itu tampak memandang semua orang disekitar area gedung E ini datar. Pakaiannya tampak tak ada yang rusak kecuali bekas pertarungannya dengan Riser sebelumnya. Bahkan luka akibat ledakan yang menghancurkan gedung E saja tak ada. Hanya luka akibat Riser saja.

Dia tak peduli lagi skarang. Jika semua orang dari kedua pengguna itu menyerangnya secara bersamaan pun, dia tak peduli. Dia siap dengan adanya Saber disisinya.

Karena Saber lah yang membuatnya bisa bertahan dari musuh-musuhnya selama tiga tahun ini. Naruto tak takut jika seluruh academi kali ini menyerangnya dengan semua kekuatan mereka.

Karena Saber, adalah yang special dari senjata apapun baginya.

"Naruto-kun!.." tampak seorang gadis bersurai indigo berlari kearah Naruto setelah orang-orang yang sebelumnya menyaksikan pertarungannya tadi meneriakkan namanya. Terutama Eren, Hinata dan.. Miyuki?..

Ntahlah. Yang pasti Naruto tak mengerti dengan sikap adiknya itu saat ini.

Greb!

"Na-naruto-kun.. syukurlah kau baik-baik saja.. hiks.. aku menghawatirkanmu.." terlihat Hinata yang langsung memeluk Naruto sambil menangis. dimana Naruto tetap pada posisinya sambil memanggul Saber.

Naruto menatap datar Hinata.

Bersamaan dengan itu, datang Eren yang tampak Nyengir kearahya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kembali Naruto hanya menatap datar Eren.

'ternyata, seperti ini rasanya menjadi seorang yang diakui oleh orang-orang yang tak menganggapku berbeda.. yah, tak buruk juga." Naruto membatin sambil tersenyum simpul menatap surai indigo Hinata yang masih sesenggukan memeluknya.

Sring!

Dari penglihatan Naruto, Miyuki dari kejauhan tampak hanya membalikkan tubuhnya yang sebelumnya menghadap dirinya. Lalu menghilang menggunakan lingkaran sihir putih miliknya.

Tapi sebelum itu, tampak sedikit terlihat sebuah air mata yang menetes dan sebuah senyum manis yang memubuat Naruto sedikit terkejut.

Begitu pula Akeno, Rossweis dan Arthur yang juga menghilang dengan lingkaran sihir teleport mereka. Dengan Akeno dan Rossweis yang tersenyum manis kearahnya. Arthur hanya menatapnya dengan senyum simpul.

Mereka menghilang dengan membawa lima orang sorcerer yang tak sadarkan diri itu keruang penulihan. mungkin. Batin Naruto.

'adaapa dengan kedua gadis itu.. aneh..' batin Naruto heran.

Namun yang membuat Naruto kembali menatap dingin adalah, para murid lain dari kedua Ras yang tampak menatapnya dengan berbagai ekspresi. Shok, marah dan lainl-lain. Ntah apa yang ada dipikiran mereka. Kebenyakan dari mereka semua tampak tak suka memeandang Naruto.

'apa yang sebenarnya mereka pikirkan.'

Sring!

Sebuah lingkaran sihir muncul dihadapan Naruto, Eren dan Hinata yang saat ini menghentikan pelukannya dan ikut menatap lingkaran sihir itu dengan menghapus jejak air matanya.

Munculah Sona dari lingkaran sihir khas clan Sitri itu. gadis cantik berkacamata itu berjalan mendekati Naruto yang hanya menatap datar Sona.

"Berhenti.. aku yang akan melawanmu kali ini.." tak mau tinggal diam, Eren yang seperti tak mau temannya bertarung lagi, langsung maju kedepan Naruto untuk membela Naruto. menatap marah kearah Sona.

"tenanglah Jaeger-san.. aku tak berniat melanjutkan pertarungan itu.. lagi pula aku juga tak tertarik melawan Naruto-san." Ucap Sona datar.

"lalu.." Eren yang mengira jika Sona akan ikut andil dalam melawan Naruto tampak menatap serius Sona.

"te-tenanglah Eren-san.. mungkin ada sesuatu yang memang harus disampaikan Fukuu-kaichou." Ucap Hinata meyakinkan Eren.

Eren hanya menatap Hinata dari ekor matanya saja. Dan kembali menatap Sona.

"Hyuga-san benar. Aku kesini hanya ingin menyampaikan pada Naruto-san saat ini.. bahwa lima orang dari sorcerer yang menjaga Kekkai terluka parah akibat ledakan itu. dan sisanya hanya luka ringan. Dan yang terpenting aku hanya menyampaikan ini agar kau tau.. Riser selamat, dan Menma serta Sasuke juga. Mereka berdua tampak baik-baik saja.. dan mulai saat ini, kau harus berhati-hati Naruto-san.." ucap Sona.

"hm.." balas Naruto singkat. membuat perempatan puncul di surai hitam Sona.

"dan untuk masalah ini, aku, Kaguya dan lainnya yang mengurusnya ke kepala sekolah. Jadi kau hanya tinggal menerima surat perintah apa yang akan diberikan kepala sekolah untukmu karena masalah ini." ucap Sona datar.

"hm.."

'DIA!.. DASAR!, awas saja kau dasar Naruto bodoh!..' batin Sona emosi. Karena ucapan Naruto yang snagat singkat padat dan jelas! Itu. bahkan saat ini Sona tampak menundukkan wajahnya dengan aura yang tak mengenakkan yang dirasakan hanya oleh Naruto saja.

'hawa ini.. ' batin Naruto kembali merasakan hawa tak mengenakkan dari seorang makhluk yang disebut, Gadis itu.

"baiklah, aku akan pergi menemui Kaguya dan lainnya.. sebelum emosiku semakin tak bisa terbendung lagi!.." ucap Sona dengan wajah yang membuat Naruto menatap horror dan Eren yang terlihat nista dengan kedutan di daerah antara mulut dan pipi dengan keringat yang jelas-jelas mengalir deras dari seluruh tubuhnya ketika menatap Sona.

Berbeda dengan Hinata yang tampak tersenyum manis. Memaklumi Sona yang dibuat kesal karena sikap Naruto. tapi ntah kenapa bagi Hinata, sikap Naruto itu unik. Aneh memang. Disaat semua orang kesal dengan sikap Naruto itu, dia malah suka. Tapi yang jelas, Naruto itu baik.

Sring!

Sona menghilang dengan lingkaran sihirnya kembali.

Begitupun dengan para murid yang sepertinya menatap tak suka dengan Naruto, pergi dari sana. Dan ntah mengapa, banyak gadis dari kedua ras yang tiba-tiba pingsan dengan wajah memerah ketika menatap wajah Naruto yang kini tak menggunakan hodienya. Aneh. Batin Naruto menyaksikan kejadian itu.

.

"etto.. Naruto, apakah aku boleh melihat pedangmu itu?.." setelah kepergian murid-murid itu, terdengar suara Eren yang membuatnya kembali menatap Eren.

"kau yakin.. Eren?, ini berat.." Tanya naruto datar seperti biasanya. Membuat Hinata yang ada disebelah Naruto heran sambil memiringkan kepalanya. Membuatnya terlihat lebih manis dan imut. Namun sayang tak ada yang menyaksikannya.

"ya!.. aku yakin. Memangnya adaapa? Itu hanya pedang kan.. seberat apapun aku bisa mengangkatnya!.." balas Eren yang tampak kesal dengan Naruto karena seakan dia sedang bercanda dengan si kepala duren itu. batin Eren.

"baiklah.." Naruto tampak memegang Saber dengan kedua tangannya secara horizontal. Seperti seorang yang memberikan sebuah benda paling berharga baginya kepada orang lain.

Brakk!

"UWOOOO! NARUTO TOLONG!.."

Naruto hanya menatap datar Eren yang menerima pedangnya dengan kedua tangannya dan ketika Naruto menarik tangannya kembali, pedang itu langsung terjatuh kebawah dengan tangan Eren yang terjepit antara Saber dan tanah yang retak dengan sebuah cekungan kecil itu. hingga membuat tubuh Eren juga ikut terjunggkal kedepan dengan nista'nya.

"E-eren-san!.." Hinata yang tampak kaget dengan kejadian itu langsung maju kearah Eren dan berusaha membantu Eren dengan menarik dan mengangkat pedang besar terlilit kain itu dengan susah payah. Tapi hasilnya nihil. Bergeser 1 inci saja tidak. Membuat Eren menagis dengan Gajenya.

"aku kan sudah bilang.." Naruto menatap datar Eren yang dipendengarannya meminta tolong padanya untuk mengambil Sber lagi dengan tangisan ala anime yang pernah ditontonnya dulu ketika masih kecil.

Tap!

"arrggg!... ka-kau!.."

Baru saja Naruto berniat ingin mengambil Saber, seseorang yang paling ingin dijauhinya tiba-tiba datang ntah melompat darimana dan menarik telinganya taka da ampun hingga membuat Naruto terseret kebelakang.

"ku temukan juga akhirnya kau!.. dasar Nruto no baka!.. urusan kita belum selesai.." ucap gadis beriris rubi itu yang mnyeringai menatap Naruto.

Tampak seorang gadis bersurai putih dengan seragam siswi Hagun. Bintang enam sudut didalam lingkaran terlihat dikerahnya. Seoarang sorcerer menyebalkan yang pernah ditemuinya. Sial.. batin Naruto.

"ha?.." kedua orang yang tak lain adalah Hinata dan Eren tampak terkejut dan memandang heran kejadian didepan mereka itu. gadis bersurai putih yang terlihat sangat akrap dengan Naruto itu tiba-tiba datang dengan melompat ntah dari mana. Membuat Eren yang sebelumnya meronta-ronta karena tangannya yang terjepit menjadi diam seketika menyaksikan kedua orang didepan mereka itu.

"lepaskan telingaku dasar uban!.." Naruto tampak kesal dengan gadis bersurai putih itu.

"tak akan!,.. sebelum kau ikut aku untuk menebus hutangmu dasar duren bego!.." gadis bersurai putih itu tak mau kalah.

"kau, Ellen viltaria-senpai dari Ras sorcerer?.." Hinata yang saat ini berdiri dari posisi duduk bersimpuh ditanah sebelumnya, bertanya pada gadis bersurai putih itu. seakaan hinata pernah tau tentang gadis itu.

"ah?.. ya, itu aku.. adaapa?,. Dan kau siapa?.." balas Ellen yang masih setia pada posisinya. Membuat kedutan muncul di pelipis Naruto.

"ti-tidak kok.. aku hanya seperti pernah tau tentangmu.. dan na-namaku, Hyuga hinata. Te-teman Naruto-kun. Salam kenal." Hinata memperkenalkan dirinya sambil membungkuk sedikit. tersenyum pada Ellen.

"oh.. kau temannya si, baka ini?.. termasuk dia juga?.." Ellen kembali bertanya pada Hinata sambil menunjuk Eren yang saat ini tersenyum kikuk kearahnya.

"y-ya.. begitulah.. " Eren tampak gugup diperhatikan secara intens oleh Ellen.

Mungkin Eren salah tanggap. Karena sebenarnya Ellen sedang memperhatikan pedang besar tertutup kain yang membuatnya tertarik itu.

"mm.. apa itu pedang?.. milik siapa?.." Tanya Ellen penasaran yang ntah pada siapa.

"ntahlah.." jawap Naruto cuek.

"i-itu milik Naruto-kun, Ellen-senpai.." Hinata yang menjawapnya.

Sementara Eren tampak tampak melototkan matanya. Dia baru ingat.

"UWAAA! Naruto cepat ambil pedang ini!.." ntah kenapa Eren kembali merasakan rasa sakitnya ketika teringat kembali bahwa tangannya masih terjepit oleh Saber.

"ha?.. kau tak bisa mengangkatnya sendiri?.. seberat itu kah?.."Ellen semakin penasaran dengan pedang besar berbalut kain putih itu. hingga dia melepaskan jeweranya pada telinga Naruto dan berjalan mendekati Saber yang masih tergeletak menindih tangan Eren itu.

"ugghh!?.. apa-apaan pedang ini!.. tak terangkat sama sekali,. Bergeser saja tidak.." Ellen tampak shok setelah usahanya untuk mengangkat Saber tak berhasil sama sekali.

"benar Ellen-senpai.. a-aku juga tak bs=isa mengangkatnya saama sekali.." Hinata juga tampak frustasi.

Bagaimana tidak, pedang biasa saja akan sangat mudah diangkat hanya dengan satu tangan. Tapi ini?, sudah ukurannya yang tak wajar, beratnya pun tak wajar!.. batin mereka bertiga.

Naruto yang mulai kasihan melihat Eren menangis dengan nista'nya, berjalan mendekati Saber dan berjongkok tepat didepan Eren. Semua orang alias tiga orang yang ada di sekitar Naruto tampak menatap serius apa yang akan dilakukan oleh pemuda bersurai pirang itu.

Greb!

"APA!.."

Ketiga orang itu tampak shok. Karena dengan mudahnya, seperti seorang mengangkat tusuk gigi yang sangat kecil. Naruto dengan mudah menggenggam gagang Saber dan mengangkatnya lalu ia panggul lagi di pundak kirinya.

"kenapa kalian sekaget itu?.." Tanya Naruto datar dan sok polosnya.

"apa kau gila!. Benda itu bahkan tak bisa diangkat oleh kami bertiga!.. tapi kau? Dengan mudahnya mengambilnya seperti mengambil tusuk gigi!?.." Ellen tampak shok dan berkata pada Naruto.

"be-benar kata Ellen, Naruto-kun." Hinata tampak ikut mendukung Ellen.

"ntahlah.. mungkin dia menganggapku suaminya. Hingga dia nurut hanya denganku saja.." balas Naruto gaje, sambil menatap Saber dibahu kirinya sambil tersenyum.

Buagh!

"kau gila bodoh!.. taka da ceritanya manusia kawin dengan benda!.." Ellen semakin emosi dibuat oleh Naruto. sehingga dia menjitak kepala Naruto keras membuat Naruto mengaduh.

Hinata hanya tersenyum melihat tingkah Naruto dan Ellen yang terlihat akrap itu.

"?..."

Sussh!

Ketiga orang yang tak lain adalah Naruto, Ellen dan Hinata, tampak memandang sesuatu heran dan terkejut. Sesuatu yang berasal dari tangan Eren, yang saat ini hanya serius menatap tangannya tanpa terganggu dengan Naruto dan Ellen.

Tangan Eren mengeluarkan asap.

"adaapa degan tanganmu, Eren?.. apakah ini karena ulah Saber?" Tanya Naruto serius menatap Eren dan asap yang semakin lama semakin hilang itu.

"a-ah.. tidak kok Naruto., ini bukan karena pedangmu itu. ntahlah aku juga tak mengeri.." Eren tampak gugup dengan menyempunyikan tangannya kebelakang tubuhnya.

"benarkah Eren-san?.. kau ba-baik saja?.." tanya Hinata khawatir pada teman barunya itu.

Sementara Ellen hanya menatap bingung mereka bertiga. Karena memang dia baru datangm dan tak tau dengan masalah Eren.

"dia tak-.."

Brukk!

"Naruto/kun/baka!"

Indra pendengaran mereka bertiga yang tak lain adalah Eren, Hinata dan Ellen mendengar Naruto yang hendak mengucakan sesuatu. Namun terpotong karena tiba-tiba pemuda pirang itu pingsan dan tak sadarkan diri.

Sring!

Dan anehnya, pedang besar milik Naruto menghilang dalam lingkaran sihir putih berlambang sayap malakat yang muncul tepat dibawah Saber. Dan hilang dari sana.

Dan akhirnya ketiga orang itu ingin membawa Naruto keruang pemulihan. Tapi karena Hinata baru ingat jika saat ini tempat itu digunakan oleh Riser dan lainnya yang terluka, kemungkinan akan memperburuk keadaan jka kedua kubu itu bertemu dalam keadaan yang tak memungkinkan. Hingga akhirnya Ellen memutuskan untuk membawa Naruto ke Hagun hospital dengan lingkaran sihir Teleportnya.

Sementara Eren dan Hinata kembali ke kelas mereka dengan paksaan Ellen tentunya.

.

"hm.. kau memang menarik Naruto-kun.. ku tunggu kedatanganmu setelah kau pulih.." dari balik puing-puing bangunan yang hancur itu, tampak seorang gadis bersurai hitam yang sangat imut tampak tersenyum manis menyaksikan dari awal persidangan berlangsung hingga saat ini dirinya melihat Naruto dibawa oleH Ellen tanpa diketahui siapapun sejak awal.

"lebih baik aku masuk kelas.." ucap gadis misterius itu yang ternyata adalah siswi dari academi ini. dan menghilang dengan lingkaran sihirnya.

Flashback end.

.

.

Kriet

Cklek

"kau sudah sadar Naruto-baka.."

Seorang gadis bersurai putih beriris rubi tampak masuk dari pintu yang tepat berhadapan dengan jendela ruangan itu. membuat lamunan Naruto buyar seketika dan memutar tubuhnya memandang datar seperti biasanya kepada gadis itu.

"kenapa kau ada disini?.." Tanya Naruto heran. Dan dari pandangannya, Ellen tampak seperti biasa, megikat rambutnya ponytail ke samping kanan. memakai pakaian berupa pakaian casual berupa kaus putih yang tampak ketat ditubuhnya dengan cardigan berlengan panjang biru sepinggul yang memang khusus tak dikancingkan memperlihatkan asetnya yang berbalut kausnya itu. Dan menggunakan rok pendek diatas lutut. Memakai high hills rendah.

'sepertinya dia pulang dari academi untuk berganti pakaian dan langsung kesini..' batin Naruto menatap Ellen.

"apa kau bodoh?.. ah, benar.. kau bahkan baru sadar setelah pingsan selama dua hari,." Ellen menjelaskan. Membuat ekspresi datar Naruto sebeumnya menjadi terbelalak kaget mendengarnya.

"a-apa?.. selama itu.." Naruto berkata tak percaya.

"yah. Apa kau biasanya seperti itu setelah bertarung?.. dan kau tau, aku yang setiap hari kesini menjengukmu loh.. walaupun ada Hinata dan yang lainnya juga, sih.." Ellen tampak berkata tanpa memandang Naruto yang menatapnya heran. Gadis bersurai seputih awan itu hanya sibuk duduk dipinggiran tempat tidur pasien yang ditempati Naruto sebelumnya sambil mengiris apel yang dia bawa saat ini.

"trimakasih.. dan dari pertanyaanmu yang pertama tadi,. Jawabanku tidak.. aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Ntah kenapa, seperti ada yang menarikku masuk kedalam dan membuatku tak sadarkan diri.." Naruto tampak menjelaskan. dan hanya menatap datar Ellen yang masih belum selesai mengupas apel itu.

Karena selama ini Naruto memang tak pernah mengalami hal seperti ini. pingsan setelah bertarung?, itu hal konyol menurutnya. Tapi memang waktu itu dia merasa kesadarannya direnggut paksa oleh sesuatu yang ntah dia tak tau. Hingga membuatnya pingsan selama dua hari?, padahal rasanya baru kemarin. Batin Naruto.

"benarkah?, bukan efek dari pertarunganmu itu?.." aka Ellen mnyelidik. Menatap iris blue shapire itu dengan tatapan mengejek.

"kau,.. tau?.." Naruto bertanya dan menghiraukan maksut ejekan Ellen.

"hahaha.. apa kau bodoh?, kau itu cerdas'kan baka.. bahkan seluruh academi Hagun tau tentangmu saat ini.." Ellen menyeringai menatap Naruto yang berekspresi dingin kali ini.

"aku tak peduli.." Naruto kembali membalikkan tubuhnya menatap keluar jendela.

"yah,.. maksutku aku tau cerita tentangmu itu dari Akeno..aku tak menyangka, orang menyebalkan yang kutemui waktu itu ternyata tak memiliki,.. mmm..-"

"jika kau sudah tau kau boleh pergi dari sini.. aku tak pernah meminta belas kasihan siapapun. Termasuk dirimu.."

Perkataan Ellen dipotong begitu saja oleh Naruto ketika tau maksut dari ucapan Ellen tentang dirinya yang tak memiliki sumber energy spiritual seperti kedua Ras. Perkataan dingin dan menusuk Naruto itu membuat Ellen kaget. Namun hanya sebentar dan meletakkan apel ditangannya dan berdiri tepat dibelakang Naruto.

"bukan itu bodoh!.. memang yang kau maksut itu benar. Aku baru tau kau yang tak memiliki Chakra ataupun Mana, dan sebutanmu si tak berlambang itu setelah aku kembali dari Quest'ku.. tapi bukan berarti aku sebodoh mereka yang ada diluar sana.." Ellen menjeda kalimatnya sambil berkonsentrasi pada Mana ditubuhnya untuk mengaktifkan Ring dijari manisnya.

Cahaya muncul, dan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan itu muncul sebuah benda tajam yang biasa digunakan oleh Naruto. sebuah Tantou digenggaman Ellen.

Naruto hanya melirik melalui ekor matanya saja.

"aku mendapatkannya dari Akeno yang mengambilnya dari Rossweis yang mendapatkannya tertancap di perut salah satu sorcerer Rank Platinum.. dan menyuruhku memberikannya padamu baka.." ucap Ellen yang menyodorkan Tantou milik Naruto itu.

Si pemilik surai pirang itu memutar tubuhnya menghadap Ellen. Memandang datar pada Tantou miliknya itu. dan mengambilnya perlahan, lalu memutarnya beberapa kali dengan tangan kirinya. Lalu meletakkannya di atas nakas dekat kasur pasiennya secara perlahan.

"trimakasih.. ini adalah Tantou dari Ras shinobi. Pemberian ibuku ketika aku kembali ke desa. Yang ku tahu dia adalah seorang sorcerer. Ntah dia mendapatkannya darimana." Ucap Naruto yang tampak memandang Tantou pemberian ibu Miyuki ketika dia melihat kamarnya yang terdapat sebuah Tantou didalam kotak yang tersegel dengan Blood Fuin. Buatan kepala desa konoha tentunya atas permintaan ibu Miyuki.

"yah, aku juga merasakan jika benda itu tampak berharga untukmu. Lagipula aku sudah bilangkan, jangan samakan aku dengan orang tolol diluaran sana yang memandangmu dari satu sisi.. aku suka sifatmu itu.." ucap Ellen meyakinkan Naruto dengan tersenyum diakhir kalimatnya disertai sedikit rona merah dipipinya.

Karena sejak dua hari lalu, Ellen menyelidiki kejadian Naruto. dia tau semua ceritanya dari sahabatnya diacademi, Akeno. Dan dari situlah, Ellen mulai menyukai sikap Naruto yang rendah hati, tegar, kuat. Bahkan Akeno bilang, saat deklarasi Naruto yang ingin membunuh, tak dilakukan oleh pemuda pirang itu. yang hanya membuat musuhnya merasakan pelajaran berharga.

Bahkan si Riser yang sombong itu skarat hingga dibutuhkan Air mata Phoenix untuk menyembuhkan luka fisiknya yang terbilang sangat parah itu. dimana hanya tersisa setengah tubuh atasnya saja. Namun dengan air mata phoenix itu, luka seberat apapun dapat disembuhkan. Walau dalam kasus Riser dibutuhkan 5 botol air mata Phoenix yang masing-masing isinya hanya satu tetes.

Karena untuk mendapatkan air mata itu sangatlah sulit.

Begitupun dengan cerita duo shinobi yang ikut andil dalam pertarungan itu. yang tak lain adalah Menma dan Sasuke dimana saat kejadian terakhir sebelum ledakan besar terjadi, mereka berdua meghilang dengan tehnik ninja mereka yang disebut (Shunsin). Yang digunakan mereka untuk menghindar dari efek ledakan itu. yang membuat mereka selamat tanpa luka sedikitpun. itu informasi yang Ellen dapatkan dari beberapa sumber. Terutama Akeno dan Kaguya.

"lalu.. apa maumu skarang?.." Tanya Naruto datar berdiri tepat berhadapan dengan Ellen beberapa centi.

"aka da.. aku akan menyimpan hutangmu untuk nanti. Tapi yang jelas, aku ingin memberikan ini untukmu.." ucap Ellen seraya memberikan sebuah surat beramplop putih dengan tanda di luarnya merupakan lambang academi Hagun.

"hmm?.. apa ini?.." Tanya Naruto bingung dan menerima amplop itu seraya membukanya.

"itu surat hukuman dari kepala sekolah untukmu baka. Karena merusak fasilitas sekolah.." ucap Ellen menyeringai.

"apa!..semahal ini kah?.." Naruto tampak melototkan matanya ketika melihat isi yang tertera di surat itu. dimana terlulis jika Naruto yang telah melanggar aturan, dan merusak fasilitas academi. Dan diharuskan membayar denda 1000k gold untuk biaya perbaikan gedung E.

Itu sama halnya dengan membeli sebuah desa beserta isinya!. Batin Naruto.

"tapi.. lunas?.." ucap Naruto. yang semakin dibuat bingung untuk kata-kata bersetempel 'lunas' di ujung bawah kanan itu.

"jangan-jangan.. kau!.." Naruto tampak terkejut dengan apa yang dipikirkannya saat ini. dia menatap Ellen sambil memicingkan matanya.

"adaapa?.. aku hanya membantumu melunasinya saja.. dan hukumanmu itu terserah padaku. Itu yang dibilang kepala sekolah padaku.. " Ellen tampak bersidekap dibawah dadanya yang membuat terlihat semakin besar itu. dan ekspresi sok polosnya itu membuat Naruto semakin tajam menatap Ellen.

"aku akan melunasinya.." ucap Naruto datar dan merobek kertas itu dan membuangnya sembarangan.

"silahkan. Tapi sebelum itu, kau akan menjadi bawahanku sampai kau melunasinya.. Naruto-kun.." ucap Ellen sambil mengerlingkan sebelah matanya genit.

Naruto hanya menatap datar Ellen lalu membalikkan tubuhnya mencari pakaiannya yang ada didalam nakas lalu pergi masuk kekamar mandi yang ada di dalam ruangan itu untuk berganti pakaian pasien hijaunya dengan pakaian santainya berupa kaus dengan jaket berlengan panjang hitam dan celana putih panjang bersepatu.

"kau mau kemana baka?!.. " Ellen yang melihat tingkah aneh pemuda pirang itu dibuat kesal.

"itu urusanku. Dan aku akan mencari gold sebagai pelunasan hutangku padamu dasar gumpalan daging.." balas Naruto datar mengambil Tantou'nya dan berjalan ke jendela lalu membukanya.

"hei!.. ini adalah surga bagi kaum pria baka!.." Ellen dibuat semakin kesal dengan wajah semburat merah dipipinya.

"hm?.. mungkin.."

Sret! Wuss!

Ucap Naruto seraya melompat keluar jendela dari lantai 7 itu. membuat Ellen segera menuju ke jendela dan melihat si pirang brengsek itu. batin Ellen.

"awas kau baka.." gumam Ellen sambil mengerucutkan bibirnya imut ketika melihat dari ketinggian itu, Naruto mendarat dengan sangat mulus di tanah. Dan berjalan kearah asrama mungkin. Karena saat ini waktu sudah hampir sore. Batin Ellen.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Pagi hari diacademi Hagun.

Pemuda pirang yang berjalan bersama dengan seorang gadis cantik bersurai indigo yang bejalan disampingnya. Mereka adalah Naruto dan Hinata yang berangkat ke academi bersama seperti biasa.

Karena kepulangan Naruto yang mmembuat Hinata senang tadi malam dan langsung memeluk pemuda pirang itu. ntah apa yang terjadi pada gadis itu akhir-akhir ini. mudah sekali dia terbawa perasaannya saat dekat dengan pemuda pirang disebelahnya ini.

"kau kenapa tersenyum sendiri seperti itu Hinata?.. Tanya Naruto yang melirik Hinata lewat ekor matanya.

"taka da kok Na-naruto-kun.. a-aku hanya senang akhirnya kau bisa siuman kemarin." Ucap Hinata gugup seperti biasanya. Wajahnya yang dihiasi semburat merah khas gadis cantik bersurai indigo ini.

"hm?,.. yah, aku juga tak suka berlama-lama di rumah sakit. Lebih baik aku seharian dikamarku sendiri daripada dirumah sakit dengan bau obat-obatan itu.." balas Naruto.

"uhmm.." Hinata tampak tersenyum manis sambil mengangguk menanggapi keluhan Naruto.

Mereka berdua saat ini sampai digerbang pintu masuk academi Hagun. Banyak murid-murid lain yang juga baru datang dipagi hari ini. ramai seperti biasanya.

"Hinata, kau pergilah ke kelasmu dulu.. aku masih ada urusan.." ucap Naruto yang berhenti. Begitupun dengan Hinata yang mengikutinya.

"ba-baiklah Naruto-kun.. sampai nanti jam istirahat.." Hinata menurut pada Naruto dan berjalan mendahuluinya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Dan dibalas oleh Naruto dengan senyum simpul diwajah tampannya.

'maaf Hinata. Tapi aku tak mau namamu jadi buruk karena dekat denganku..' batin Naruto yang memang daritadi menyadari, jika dia ditatap oleh banyak pasang mata yang menatapnya tak suka. Bahkan tatapan merendah itu masih terlihat dimurid lainnya.

Kembali Naruto melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya digedung C.

.

Sampai Naruto diwilayah gedung C, dia melihat segerombolan murid sorcerer yang ada di dekat pintu masuk itu. menatap Naruto yang saat ini berjalan melewati mereka dengan tatapan angkuh mereka.

Naruto tak peduli. Dan Hanya menatap datar kedepan.

'lihat, itu pria yang katanya bertarung melawan 13 orang kemarin kan?, dia tampan juga.' Ucap seorang gadis didekat pintu masuk itu.

'heh.. memang si, tapi katanya dia yang membuat Riser-sama sampai skarat. Dia hebat.' Ucap gadis disebelah gadis nomer satu tadi.

'apanya yang hebat!,. kalian tau? Yang membuat gedung E hancur itu bukan dia, tapi Uzumaki menma dan Uchiha sasuke itu dengan tehnik kombinasi mereka.' Seorang laki-laki disebelah kedua gadis itu tampak membantah.

'benarkah?. Aku kira itu ulah pria tampan itu.' gadis nomer satu tampak kecewa.

'seluruh murid di academi ini tau jika dia itu tak memiliki Chakra ataupun Mana. Jadi tidak mungkin dia yang berbuat seperti itu. paling tidak kebetulan saja dia selanat dari serangan Uzumaki dan Uchiha itu' pria nomer dua tampak ikut membicarakan Naruto.

'jadi sebenarnya, yang hebat itu si Uchiha dan Uzumaki itu. dia hanya kebetulan mengalahkan Riser-sama yang memang lebih lemah dari kedua shinobi itu. hahaha..' ucap pria nomer tiga.

'iya, sih. Tapi dia tetap tampan jika tak menutupinya dengan hodie seperti biasanya.' Ucap gadis nomer dua dengan semu merah dipipinya.

Naruto yang mendengar pembicaraan mereka hanya menyeringai tanpa diketahui para penggosip itu. karena dia telah melewati mereka berempat.

'syukurlah jika mereka tak tau yang sebenarnya.' Naruto hanya bersukur karena ternyata kejadian dua hari lalu tak ada yang percaya jika dia telah imbang dengan si Uchiha dan Uzumaki itu. walaupun pertarungan sesungguhnya belum terjadi.

Tapi setidaknya, posisinya saat ini tak terlalu buruk seperti sebelumnya..

Yang selalu dipandang sebelah mata. Batin Naruto.

Tap Tap

Naruto terus berjalan menuju ruang kelasnya yang memang dilantai satu ini. masuk kekelasnya, dimana semua mata tertuju padanya saat ini.

"Naruto!.. kau sudah kembali?.." Eren yang tiba-tiba menghampirinya ketika dia sedang berbicara dengan temannya itu. berjalan kerah Naruto dan berhenti tepat didepannya dengan senyum lebarnya.

"belum.." ucap Naruto datar. Seraya kembali berjalan melewati Eren dan duduk dibangkunya yang paling pojok di belakang sisi kiri dekat jendela luar.

"hei!.. ayolah Naruto. kau dingin seperti biasanya.." Eren berjalan mengikuti Naruto dan berhenti tepat disebelah bangku pemuda pirang itu. tampak memandang Naruto kesal.

"hm."

"Arrgg.. sudahlah. Dan ngomong-ngomong, kau menjadi terkenal lo sekarang.." Eren tampak tersenyum sok cool kepada Naruto yang hanya memandang pemandangan diluar sana melalui jendela disebelahnya itu.

"hm?,. maksutmu?.." Tanya Naruto datar.

"kau lihat Gadis disana itu?, dan itu, dan itu.. tidak, seluruh kelas ini.. lihat, mereka tampak memperhatikanmu kawan.." Eren tampak memberitahukan pada Naruto sambil melirikkan matanya menunjuk gadis-gadis yang dia maksut. Membuat Naruto mengikut pandangan Eren melalui ekor matanya. Dia sudah tau. batin Naruto.

"hm.." ucap Naruto datar. Walaupun sebenarnya dia agak rishi juga ditatap oleh gadis-gadis dikelasnya itu yang bersemu merah dipipi mereka. Apa mereka sedang demam karena melihatku. Batin Naruto.

"ayolah Naruto. kau dingin sekali. Makanya kau tak memiliki kekasih sampai sekarang.." Eren tampak menyindir Naruto.

"kau juga." Balas Naruto.

"hei!,. aku pu_.. m-maksutku, aku belum ingin mencari." Eren tampak gelagapan dan seperti ada yang disembunyikan dari perkataanya barusan. Membuat Naruto menatap Eren yang saat ini sedikit merona wajahnya.

"aneh." Balas Naruto.

'huft.. untung saja aku tidak keceplosan tadi. Bisa gawat jika sampai ketahuan.' Batin Eren.

Dan akhirnya bel plajaran pertama pun berbunyi. Hingga membuat seluruh murid yang ada masuk kekelas mereka dan melakukan aktifitas mereka seperti biasanya.

'kau menarik Naruto-kun.. bahkan hanya karena mengalahkan Riser dan 10 orang sekaligus, kau telah mendapatkan sedikit tempat diacademi ini.. walaupun untuk saat ini, taka da yang percaya jika kau adalah 'pemenangnya'.. tapi itu tak penting, biarkan para anjing itu menggonggong.' Batin seorang gadis imut bersurai hitam panjang yang duduk di pojok kiri sambil menatap Naruto dengan senyumannya.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Waktu istirahat makan siang di academi Hagun.

.

"hei kaguya, apa kau tak merasa aneh pada kepala sekolah waktu itu?.." tanya seorang gadis cantik bersurai silver yang saat ini duduk di sofa dalam ruangan osis bersama dengan gadis yang sedang membaca buku di kursinya yang dimana diatas mejanya bertuliskan 'ketua osis'.

"hm?.. memang. Aku juga berpikir seperti itu Rossweis. Bahkan atas terlukanya si Phoenix itu dan 10 orang lainnya, dia hanya memberikan hukuman membayar denda pada Naruto.. yang seharusnya katamu si Menma dan Sasuke itu yang melakukan serangan rank A itu." jawab Kaguya yang tampak ikut berpikir.

"ntahlah.. aku juga tak tau soal kepala sekolah. Tapi setidaknya itu memudahkan urusan kita." Rossweis tampak menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa itu sambil memijiti keningnya yang tiba-tiba pening memikirkan masalah Naruto.

"yah kau benar.. dan si Ellen itu, kenapa juga dia mau melunasi biaya yang seharusnya dilunasi oleh Naruto itu. sebenarnya apa hubungannya dengan Naruto?.." Kaguya bertanya ntah pada siapa sambil kembali membaca bukunya.

Karena ketika masalah Naruto diurus ke kepala sekolah setelah pertarungan itu, surat hukuman itu ada setelah sehari. Yang dimana saat itu pula Ellen memberitahukan pada mereka beriga yang tak lain adalah Kaguya, Akeno, Rossweis. Bahwa dia yang akan membayar denda itu. dengan syarat Naruto akan menjadi tanggung jawapnya.

Kriet!

"ehm. Tak baik berbicara dibelakang orang yang kalian bicarakan.."

Perhatian mereka berdua teralihkan kepada seorang gadis bersurai putih yang saat ini baru masuk kedalam ruang osis yang ada di gedung D itu.

"Ellen?.. maaf, kami hanya heran saja denganmu.. mau membayar mahal hanya untuk si Naruto itu." Kaguya tampak berbicara. Tanpa ada rasa canggung bahwa dia tadi membicarakan Ellen.

"ya, memang sih dia itu penuh misteri.. tapi-.."

"sudahlah membicarakan dia. Aku masih memiliki urusan yang belum selesai dengannya.." ucapan Rossweis tampak terotong oleh Ellen. Yang dimana gadis cantik bersurai ptih itu ikut duduk disamping Rossweis sambil meminum jusnya yang baru ia beli dari kantin.

"yasudahlah.. lagipula, kau kan memang orang kaya Ellen. Membeli 1000k gold tak ada apa-apanya untukmu.." Kaguya berkata.

"ya.. ya.. sudahlah, itu tak penting.. lagipula ada yang ingin ku tanyakan pada kalian berdua.." Ellen tampak memandang serius Kguya. Karena saat ini Rossweis sedang meminum jus milik Ellen. Hingga gadis bersurai putih itu harus menatap Rossweis tajam. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum manis.

"apa itu?, bukannya sebelumnya kau telah mendapatkan semua info dari kami.." Tanya balik Kaguya.

"ya memang Kaguya-kaicou. Tapi aku hanya ingin memastikannya saja.." ucap Ellen.

"tentang apa?.." Tanya Kaguya.

"tentang Naruto yang kata Akeno, si duren itu bisa berdiri terbalik di atap seperti kalian para shinobi?, sedangkan tehniknya dan statusnya saat ini adalah seorang sorcerer.. karena yang ku tahu, tehnik berjalan di segala medan kecuali udara itu adalah tehnik yang menggunakan chakra, bukan?.." Tanya Ellen serius.

"ya memang.. aku, bahkan kami semua disana juga sempat shok. Saat melihat Naruto yang bisa melakukan tehnik khusus shinobi itu. karena dari yang kau tau, dia adalah seorang sorcerer. ditanbah kekurangannya yang tak memiliki Mana ataupun Chakra. Aku juga tak tau masalah itu." jawab Kaguya sambil bersidekap dada sambil berpikir.

"ya, Ellen.. dan tehnik pmanggilan Pedangnya itu, adalah Magic Circle milik kita para sorcerer. walaupun circle'nya itu juga tampak asing menurutku." Rossweis ikut berasumsi. Dan kembali meminum jusnya-, atau jus milik Ellen lebih tepatnya.

"huft!.. aku bingung dengan sib aka itu. dia seorang shinobi atau sorcerer sih?!.." Ellen tampak frustasi sambil mengusap wajah cantiknya dengan telapak tangan kanannya itu. yang ntah bertanya pada siapa.

"sudahlah Ellen. Mungkin untuk saat ini kita tak tau menau tentang pemuda misterius itu. bahkan seluruh murid disekolah ini tak percaya jika Naruto bisa selamat dari duo shinobi emas itu. mereka hanya percaya jika Riser dikalahkan dengan cara curang. Serta 10 orang lainnya yang juga tak mau mengakui kekalahan mereka, dan memilih memberikan kesaksian palsu bagi murid-muird disini.. hah.. aku juga dibuat pusing olehnya." Kaguya juga tampak frustasi.

"apa!.. ka-kau?, ada hubungan apa dengan Naruto? sampai-sampai kau sangat memperhatikannya dan memikirkannya seperti itu?!" Ellen tampak berteriak sambil menuding Kaguya yang juga sedikit terbelalak dengan semu merah dipipinya mendengar tuduhan Ellen.

"ti-tidak.. aku hanya menyampaikan informasi yang ku tau saja." Namun hanya sesaat, karena Kaguya kembali ke wajah datar seperti biasanya dan mengalihkan pandangannya kea rah jendela disebelah kirinya. Karena posisi Rossweis dan Ellen berada di sofa didepannya.

"jangan bohong?!.." ucap Ellen tak percaya.

"ehm.. bisa kalian diam. Naruto itu milikku." Rosswes yang tau jika Ellen sedang cemburu malah membuat suasana semakin memanas. Dengan senyum manisnya dia menatap Ellen yang sedang berdiri saat ini.

"a-apa?!.. kalian bohong!.."

"sudahlah.. bilang saja kau suka dengan Naruto itu Ellen.." Kaguya yang tadi merasa dituduh malah balik memojokkan Ellen dengan seringai jahilnya.

"ti-tidak!.. kalian salah faham!.." teriak Ellen dengan semburat merah dipipinya.

.

.

.

.

_((aSa]]_

.

.

.

.

Kantin academi Hagun.

.

Seorang gadis anggun bersurai hitam lurus, sedang berada disalah satu meja di kantin di jam istirahat makan siang ini. bersama dengan seorang gadis cantik bersurai hitam diikat ponytail. Kedua orang itu tampak duduk berhadapan dengan makanan dan minuman dimeja didepan mereka.

"ne, Miyuki-chan,.. Apa yang akan kau lakukan sekarang?, kakakmu berhasil mengejutkan kami. Walaupun karena berita palsu dari Uchiha dan Uzumaki itu membuat kemampuan Naruto tak dipercaya oleh murid lainnya." Ucap gadis bersurai hitam diikat ponytail itu sambil menyeruput minumannya.

"ntahlah Akeno-senpai. Aku hanya merasa bersalah atas kejadian dipertemuan pertama kami waktu itu.. hingga membuatnya mendapat masalah sampai seperti ini.. " ucap Miyuki raut penyesalan terlhat jelas. Dengan kedua tangannya saling meremat diatas roknya.

"ara~ara~. Sudahlah,.. murid-murid yang tidak percaya karena hasutan kedua shinobi itu bukanlah masalah. Dia masih mendapat tempat dihati para gadis.. fu~FU~.., dan dengan begitu juga Naruto-kun masih menyimpan kartu As miliknya kan.. kita akan mengetahuinya suatu saat nanti. Dan masalah yang sudah berlalu biarkan saja. Saat dia dirumah sakit kita juga sudah menjenguknya bukan,. Walaupun itu kita rahasiakan dari Naruto-kun.." Akeno menjelaskan pada Miyuki dengan senyumnya yang saat ini tulus.

"Arigatou, Akeno-senpai.. untuk saat ini aku masih belum memiliki keberanian untuk meminta maaaf padanya.." ucap Miyuki yang tersenyum kecut.

"sudahlah Miyuki-chan, kau akan siap suatu saat nanti.." Akeno menenangkan.

Tap.

"apa yang kalian bicarakan tanpa aku?.."

Pembicaraan mereka berdua teralihkan dengan datangnya seorang gadis bersurai merah yang duduk disebelah Miyuki sambil membawa makanan dan minumannya. Mereka berdua tersenyum membalas pertanyaan gadis bersurai merah crimson itu.

"ara~ara~,.. tidak Rias,. Kami hanya membicarakan tentang calon suamiku.. fu~fu~.." jawab Akeno dengan gaya khasnya itu.

"APA?!,. siapa Akeno?, kau tak pernah memperkenalkannya padaku. Apa kau sudah tak menganggap aku ini sahabtmu lagi?.." balas Rias yang tampak kesal.

"bukan,. Aku hanya tak mau calon suamiku nanti kau rebut Rias,. Fu~fu~.." ucap Akeno.

"ha?,. terserah kau lah.." balas Rias seakan tak mau tau dan memakan makanannya. Padahal dalam hati dia ingin sekali mengetahuinya. Batin Rias.

"dasar Akeno-senpai.." gerutu Miyuki pada Akeno yang dengan seenaknya menganggap Naruto calon suami. Dekat saja mereka tidak. Batin Miyuki.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

"hah.. besok aku akan berangkat menyelesaikan Quest'ku.. mencari gold sebanyak itu akan membutuhkan waktu. Aku tak mau menjadi bawahan si uban itu.." ucap datar seorang siswa bersurai pirang yang tak lain adalah Naruto yang saat ini tiduran diatas atap gedung C seperti biasanya.

Kriet!

"kau mau kemana baka?.. beraninya kau akan pergi tanpa aku."

Pendengaran Naruto tiba-tiba menangkap suara berasal dari satu-satunya pintu masuk yang ada. Membuatnya harus duduk sambil memandang tajam siapa yang berkata itu. tapi dari panggilan itu, dia sudah tau siapa orang itu.

'gadis uban itu. apa maunya sekarang.' Batin Naruto menatap Ellen yang saat ini berjalan menghampitinya dengan anggungnya.

"itu urusanku." Balas Naruto datar dan kembali menidurkan rubuhnya di salah satu kursi panjang yang ada di atap itu.

"memangnya kau mau kemana baka?, jelas itu adalah urusanku, karena kau berada dibawah pengawasanku sekarang.." ucap Ellen menyeringai yang telah sampai disebelah kiri Naruto yang tiduran itu.

"aku tak peduli." Balas Naruto datar.

"memnagnya kau bisa pergi menyelesaikan Quest'mu tanpa kertas permintaan Quest itu hm?.." Ellen tampak bersidekap memandang Naruto yang tiduran dibawahnya itu dekat paha mulusnya.

"!.."

'apa maksut gadis ini?.. jangan-jangan!..' iris blue shapire itu langsung terbelalak ketika mengetahui maksut dari Ellen. Membuatnya langsung terduduk dan merogoh semua saku celananya. Namun apa yang dicarinya taka da disana.

"percuma kau mencarinya disitu Naruto-kun~.. kau tak akan pernah menemukannya walau sampai kapanpun.." Ellen tampak tersenyum manis ketika melihat Naruto yang menatapnya tajam itu.

"bagaimana kau bisa mendapatkannya?.." Tanya Naruto yang masih menatap tajam Ellen.

"mudah saja, itu ada di saku celanamu waktu kubawa kau kerumah sakit.. untung saja tak ikut terbakar ketika kau melawan si Phoenix itu baka.." balas Ellen yang ikut duduk disebelah Naruto yang masih memandangnya itu.

"api tak akan berpengaruh untukku.." ucap Naruto datar. Lalu mengambil sebuah roti yang terbungkus plastic bening dari saku celananya dan membuka plastiknya itu.

"tapi kenapa kau terkena luka bakar waktu itu jika kau bilang tak akan berpengarh padamu?.." Tanya Ellen heran sambil menatap sebuah roti yang masih dibuka bungkusnya oleh Naruto itu.

"jika aku menunjukkan semua kemampuanku disana waktu itu, si Uchiha dan Uzumaki itu akan mengetahui kelemahanku. Apalagi aku menggunakan saber untuk melawan mereka bertujuh karena batas penggunaan t [Ittou Shura] yang berlebihan malah akan membuatku tak bisa menggerakkan tubuhku ketika mode itu habis.. dan jika para murid lain berdatangan lebih banyak lagi untuk mengalahkanku, maka aku akan benar-benar tewas disana karena kekuranganku itu.." Naruto menjelaskan panjang lebar.

"maksutmu penggunaan tehnikmu itu ada batasnya?, dan saat kau berlebihan menggunakannya tubuhmu akan tak bisa digerakkan.. dan kau memanggi pedangmu itu untuk mengantisipasi jika masih ada yang datang untuk menghabisimu. Kau hebat juga bisa berpikir sejauh itu.." Ellen tampak berpikir sambil mengelus dagunya dngan jari telunjuknya.

"hmm.. tidak juga, karena sejak awal aku sudah mengantisipasi akan menggunakan Saber untuk melawan kedua shinobi itu. tapi ternyata hasilnya berbeda,. Kekuatan Saber malah menghancurkan gedung itu.. hah.. merepotkan.." keluh Naruto.

"HAH?!.. ja-jadi maksutmu? Yang menyebabkan itu adalah pedangmu itu?. tapi kata Akeno, kau tak menggunakan serangan balik untuk menghadapi tehnik gabungan itu." Ellen tampak shok. Karena dari informasi yang dia terima, jika Naruto tak menggunakan serangan balik. Hanya pertahanan. Tapi kenapa hasilnya sampai seperti itu?!. batin Ellen.

"sudahlah itu tak penting. Yang jelas, sekuat apapun orang itu, pasti memiliki kelemahan. Walalupun aku bisa mengatasai keterbatasanku dengan adanya Saber disisiku.." ucap Naruto sambil mengadahkan wajahnya menatap awan langit dengan indahnya. Membayangkan Saber yang selalu ada untuknya.

"kau memang benar, baka.. aku tak heran jika kau sekuat itu. padahal untuk orang seukuranmu yang tak memiliki Chakra ataupun Mana itu hal yang mustahil.. " puji Ellen.

"ntahlah.. lagipula aku hanya pengguna tehknik [Body Enchant]. Tak ada yang special dariku.." balas Naruto yang masih tenggelam dalam pikirannya.

"hah.. dan kenapa kau bisa terbuka seperti itu padaku, baka?.. apa kau tak takut jika aku mengetahui tentangmu dan membunuhmu.." Tanya Ellen heran.

"tidak.. karena aku merasa kau itu orang yang baik dan bisa dipercaya. Dan jika kau akan melakukan itu, aku dulu yang akan memenggal kepalamu uban.." jawab Naruto dingin diakhir pernyataannya itu.

"hahaha.. aku tak percaya jika kau berani membunuh gadis cantik sepertiku, baka. Aku tau kau tak sekejam itu.." Ellen tersenyum menatap Naruto yang saat ini balik menatapnya. Kedua iris berbeda itu saling berpandangan.

"kau.. yakin sekali jika aku tak akan melakukannya.." ucap Naruto sambil memalingkan wajahnya kearah lain dengan sedikit semburat merah di wajahnya. Yang tak terlihat dengan wajah datarnya itu.

"hi..hi.. kau lucu juga, baka.." tawa Ellen.

"diam."

Sret!

"!?.."

Ellen tampak kaget dengan yang dilakukan Naruto tiba-tiba ini. pemuda itu menyodorkan roti ditangan kanannya yang telah dibukanya kedepan bibirnya. Membuatnya heran.

"makanlah, aku tak mau makan sendiri sedangkan orang menyebalkan disebelahku tak makan.." jawap Naruto yang menatap datar Ellen.

"u-uhm.. ba-baiklah.. aaaum~.." ucap Ellen tiba-tiba gugup seperti Hinata biasanya. Dengan rona merah dipipinya. Mengigit sedikit ujung roti itu. yand dimulutnya terasa selai rasa jeruk didalam roti itu.

"kau cantik juga saat wajahmu memerah seperti itu.. apa kau demam?.." puji Naruto tetap diwajah datarnya dan bertanya. Karena memang dia tak tau soal perasaan gadis.

"AA-AH!.. ti-tidak. Aku baik-baik saja.." ucap Ellen semakin gugup sambil memalingkan wajahnya kearah lain.

Hatinya tampak berbunga-bunga saat ini. dipuji oleh seorang pria, dan lagi dia disuapi?!, what the hell! Mimpi apa dia semalam?!. Untung saja dia kemari setelah mendapat info dari Kaguya tentang tempat kebiasaan Naruto setelah mereka berdebat dengan dia yang dipojokkan. Membuatnya memilih pergi dari sana dan menemui si pirang bego ini.. batin Ellen.

"hm?.. baiklah.. " ucap Naruto yang menggigit rotinya dan mengunyahnya sambil kembali menatap langit. Membuat Ellen melirik melalui ekor matanya malu-malu.

'kenapa ini.. dia, memang tampan. Tapi sikapnya itu, perhatiannya itu-..'

"besok pagi aku akan berangkat menjakankan Quest. Berikan padaku kertas itu.." pinta Naruto.

"AKU IKUT!.. mm-maksutku, aku tak akan membiarkanmu berbuat onar diluar sana. Jadi aku akan menjalankan Quest itu denganmu untuk mengawasimu.." dengan cepat Ellen berkata. Membuat Naruto memandang heran gadis bersurai putih itu yang saat ini bersidekap dibawah dadanya dengan rona merah tipis diwajahnya.

"untuk apa? Aku juga pasti akan kembali kesini. Lagipula gold yang ditawarkan sedikit, dan aku juga tau, CAD'mu pasti memiliki banyak point kan. Kau sering menjalani Quest dan goldmu juga banyak.. jadi aku akan-.."

"TIDAK!.. aku tak menerima penolakan apapun. Dan masalah point, kau bisa semua poinnya.." balas Ellen yang memotong langsung perkataan Naruto.

"hah.. terserah kau. Jika kau terbunuh, jangan salahkan aku.. karena dengan keluar dari benteng kota ini, sama saja megorbankan nyawa untuk para makhluk raksasa diluar sana.." ucap Naruto kembali menggigit rotinya.

"aku yakin kau akan melindungiku. Lagipula aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku sudah sering keluar kota tau!.." balas Ellen tampak emosi karena diremehkan oleh Naruto.

"hm." Gumam Naruto kembali memakan rotinya.

"mm.. a-aku mau itu.." Ellen tampak berkata dengan rona merah tipis dipipinya memberikan kode melalui tatapan matanya pada roti yang dipegang Naruto yang tinggal setengah dari bentuk segitiga itu.

"hm?.. ini.." Naruto menyodorkan rotinya ke hadapan Ellen.

"aa.." seakan mengeri maksut Ellen yang membuka kecil bibirnya itu. maksut Naruto yang memberikan rotinya untuk dimakan sendiri oleh Ellen, reflek Naruto kembali menyuapi roti itu ke mulut merah muda Ellen perlahan.

"aumm~.." Ellen menggigit roti yang tak bersalah itu dengan anggunnya.

"dasar manja.." gumam Naruto datar yang menegerti jika Ellen sengaja minta suap.

"DIAM KAU DUREN BEGO!.." teriak Ellen yang telah menelan rotinya.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Pagi hari digerbang kota soul.

.

"dimana, sih baka itu.. dia bilang pukul setengah tujuh.. sudah satu jam aku menunggu dia tak datang-datang.." seorang gadis beriris rubi bersurai putih yang diikat ponytail kesamping kanan itu menggerutu menatap clock hand ditangan kirinya itu.

Ellen menggerutu dengan menghentak-hentakkan kaki jenjangnya ketanah. Karena sesuai perjanjian kemarin waktu jam istirahat, mereka berdua akan bertemu di gerbang ini. dan berangkat menggunakan Mount yang ada. Tapi sampai satu jam Ellen menunggu, tak ada juga batang hidung si duren bego itu.

Saat ini Ellen memakai pakaian academinya dengan membawa tas kecil di pinggang belakangnya. Namun yang membedakan, kali ini dia memakai sebuah jubah putih berhodie dan bergaris merah diujung bawahnya.

Tap Tap Tap

Terdengar langkah kaki dari seorang yang ada dibelakang Ellen saat ini. karena dia menghadap keluar gerbang. Memebuat si pemilik surai seindah awan itu membalikkan tubuhnya dan menatap jengkel pada seorang pemuda bersurai pirang yang berjalan dengan santainya kearahnya tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

"kau darimana baka?!.. aku menunggumu lama sekali tau!, kau bilang jam setengah tujuh. Kenapa jam delapan begini kau baru sampai hah?!.." teriak Ellen yang Naruto baru tiba di hadapannya itu.

"maaf-maaf.. aku tadi harus mengantar Hinata berangkat keacademi dulu. Lagipula dia slalu saja minta berangkat bersama denganku, jadi aku harus membujuknya agar tak ikut denganku menjalanka Quest yang berbahaya ini.. dan ketika aku melakukan perjalanan kesini ada nenek tua yang tersesat dan memintaku mengantarnya kerumah cucunya. Dan saat aku melanjutkan perjalananku kesini, ada seekor kucing hitam yang menghalangi jalanku sehingga aku harus memutar jalan lain agar tak terkena sial." Jelas Naruto panjang kali lebar samadengan luas itu dengan wajah datar seperti biasanya.

Buagh! Duagh!

"kau mencoba membodohi kau baka.. aku sudah menungu lama disini kau malah bermesraan dengan Hinata!.."

Srakk!

Ellen yang tak terima dengan alasan Naruto itu langsung memukul perut Naruto dan menendang kepala bersurai pirang itu vertical kebawah hingga menyebabkan kepala pemuda pirang itu menciptakan retakan ditanah. Dan dengan kejamnya, menarik tangan kanan Naruto dengan kasarnya tanpa menunggu Naruto yang masih tengkurap tak sadarkan diri itu.

Wajah dingin Ellen itu terlihat jelas dengan sedikit rona merah dipipinya itu.

Membuat kedua Knight yang berjaga di samping pos penjagaan itu menatap horror Ellen yang dengan sadisnya melakukan kekerasan itu pada Naruto.

"dia sadis sekali, kotetsu.." ucap knigh berarmor itu. pada temannya yang bernama kotetsu.

"kau benar, izumo.. aku tak bisa bayangkan jika harus memiliki istri yang kejam seperti itu.." ujar Knight yang bernama kotetsu pada izumo dengan tubuh yang gemetar.

"sayang ya, cantik-cantik monster-.."

Brakk!

"WAAA!.. izumo! Kau baik-baik saja?!" kotetsu berteriak pada temannya yang kepalanya menancap di tembok pos penjagaan dibelakangnya dengan kaki bersepatu dengan hak itu yang masih menempel di wajah tak sadarkan diri izumo.

"berbicara buruk soal seorang gadis itu tak baik loh, ne Knight-san~.." ujar sang pelaku yang tak lain adalah Ellen, dengan senyum termanisnya namun berbeda dengan aura mencekam yang dikeluarkannya.

Membuat kotetsu bergidik ngeri disebelah kiri izumo itu. apalagi dengan sadisnya masih menyeret pemuda yang dia tau bernama Naruto itu. hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya cepat dengan keringat mengalir deras dari tubuh berzirahnya peraknya itu.

Ellen kembali melanjutkan perjalanannya melewati gerbang dengan sebuah jembatan yang terbuat dari baja tebal yang terhubung dengan kedua rantai besar untuk menarik ujung jembatan itu. karena tembok yang ada mengelilingi kota sangat tinggi. Sekitar 35 meter dengan pondasi lima kali ukuran orang dewasa. menuju desa yang ada di alamat kertas permintaan itu.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

"hei, baka.. aku lelah tau. sudah tiga jam kita berjalan terus. Ayolah kita beristirahat sebentar.."

Ditengah hutan dengan jalan setapak yang lebarnya sekitar dua sampaitiga kereta kuda itu terlihat seorang gadis bersurai putih beriris rubi yang tak lain adalah Ellen. Sedang menggerutu pada Naruto yang berjalan didepannya.

Mereka sudah berjalan selama tiga jam sejak dari gerbang kota tanpa berhenti sama sekali. Menuju kesuau desa yang lumayan jauh dari sini.

"kau punya Mount kan?, pangggil saja dia.. lagipula aku sudah bilang untuk kau jangan ikut. Aku tak mau harus menggendongmu.." ucap datar Naruto.

"hahh.. iya-iya. Tapi tolong berhentilah sebentar.. aku akan memanggilnya.." pinta Ellen pada Naruto yang menghentikan jalannya.

Brukk!

"ittai!.. kenapa kau ber-.."

"diamlah.. "

Ellen yang mengaduh karena menabrak punggung tegap Naruto yang berhenti tiba-tiba itu, dibuat heran dengan sikap Naruto yang tampak siaga. Memandang sekitar.

"ada apa baka?.." Tanya Ellen heran.

"apa kau tak merasakannya?, hawa ini.." Tanya Naruto yang masih siaga dengan posisinya.

"ah!,.. benar juga. Daritadi kita tak menemui monster sama sekali. Bahkan sekedar monster rank C yang kita temui saja tak ada.. sangat tenang.." ucap Ellen yang mulai sadar dengan keadaan mereka berdua.

Wuss!

Brakk!

Baru juga mereka berdiskusi sebentar, sebuah kapak seukuran dua kai tubuh manusia itu melayang kearah mereka berdua. Hingga menancap di tanah sebelum menghancurkan dua pohon di hadapan Naruto.

"kapak itu.. milik Minotaur. Berhati-hatilah.." ucap Naruto yang saat ini berdiri di dahan pohon dengan Ellen di sebelah kananya. Mereka berhasil menghindari kapak raksasa itu dengan mudah.

"aku mengerti. Kapak sebesar itu bisa dengan mudah menghancurkan pepohonan.." ucap Ellen menatap serius kapak yang menancap ditanah dihadapan mereka.

Syut! Syut! Syut!

Jleb! Jleb! Jleb!

baru juga mereka berdua mengobservasi keadaan sekitar, tiga buah anak panah melesat kearah mereka berdua dari tiga arah yang berbeda. Namun karena mereka bukan manusia biasa, dengan mudah mereka menghindarinya dan berdiri kembali dijalan setapak itu.

"bersiaplah, Ellen.." ucap Naruto yang mengeluarkan dua buah kunai dari kantung kunai di paha kanannya. Membuat Ellen menatap Naruto sambil memicingkan iris rubinya.

"baiklah, aku mengerti.." balas Ellen yang mulai mengaktifkan Magic Circle putih di kedua tangannya. Namun berbeda dengan milik Naruto. milik Ellen memiliki lambang yang berbeda.

'dia, memiliki senjata para shinobi. Tehniknya, cara memgangnya pun juga. Tapi dia adalah seorang sorcerer dengan Megic Circle. Siapa kau sebenarnya Naruto..' batin Ellen yang masih melirik Naruto melalui ekor matanya yang dimana mereka saling membelakangi dengan punggung mereka yang saling bersentuhan.

Grrrr!

Muncul dua ekor Minotour dengan ukuran 7 meter dari depan Naruto, dan puluhan Goblin yang membawa senjata mereka masing-masing. Dimana salah satu Minotaur itu tak membawa senjata. Dengan kata lain, senjata besar tadi adalah miliknya.

"Ellen, kau urus para lumut itu.. aku akan mengurus kerbau itu.." titah Naruto pada Ellen.

"berani sekali kau memerintahku!, aku tak menerima perintah dari siapapun!.." bantah Ellen kesal.

"sudahlah, bukan saatnya kita berdebat.. mereka memang yang paling lemah dari monster lainnya. Tapi jumlah mereka selalu menutupi kekurangan mereka." Ucap Naruto datar yang melihat saat ini mereka berdua dikepung dari segala arah.

"aku tau baka!.." ucap Ellen.

Grrouuurrrr!

Minotaur hitam yang membawa kapak besar itu seperti memberi kode bagi para Goblin dan Minotaur lainnya untuk menyerang.

"jangan sampai kau terbunuh uban.." ucap datar Naruto.

"jangan menghinaku duren bego!.."

Mereka berdua melompat kearah yang berbeda dimana Naruto melompat dari dahan kedahan meuju Minotaur yang berjarak lima tujuh meter dari dirinya.

Sedangkan Ellen berlari dengan Magic circle dikedua tangannya kearah puluhan Goblin yang berjumlah sekitar 50 ekor itu.

.

Naruto side.

Disisi Naruto, dia masih melompati dahan demi dahan kearah dua Minotaur itu dengan dua kunai di kedua tangannya di genggam terbalik seperti biasanya. Hingga dia beberapa meter lagi dari monster itu.

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Blar! Blar! Blar! Blar! Blar!

Minotaur putih yang ada di kanan hitam, melemparkan lima buah senjata yang Naruto tak mengerti apa itu, karena bentuknya seperti sebuah bom berbentuk tabung dengan gagang kayu. Yang langsung meledak ketika berbenturan dengan benda lain. Dimana bom itu langsung meledak di tempat Naruto berpijak sebelumnya. Karena dengan mudah Naruto menghindarinya dengan melompat kedahan lain secara zig zag.

'apa ini?, mereka memiliki bom? Itu seperti buatan sendiri. Apa benar kata Yugao-nee. Jika mereka yaitu Minotaur dan Goblin memiliki pikiran..' batin Naruto menatap datar kedua Minotaur itu dengan masih meliuk-liuk'kan tubuhnya menghindari lemparan bom monster puih itu.

Grooaaarr!

Swuss! Brakk!

Baru Naruto sampai di hadapan si pelempar itu, monster hitam yang membawa kapak besar satunya mengayunkan kapak besarnya vertical kebawah hingga membuat tanah itu mencuat hancur karena tekanan besar tenaga Minotaur itu. namun kembali Naruto sudah merasakan bahaya sebelumnya, hingga membuatnya langsung menghindar kebelakang beberapa meter.

Swuss! Baru Naruto mendarat, kembali dia melesat maju dengan kecepatannya. Membuat jubbah putihnya berkibar liar.

Hingga sampai di depan Minotaur hitam itu, kembali Naruto berbelok kekanan dengan cepat. Hingga membuat kedua Minotaur itu tak dapat mengikuti kecepatan Naruto. atau mereka yang memang lambat dalam bergerak?..

Sampai Naruto disamping kanan kedua monster itu, dia mengayunkan kedua kunainya sambil kembali melesat dengan cepat diantara kedua monster itu.

Crass! krank!

Grroarr!

Monster putih itu berteriak kesakitan ketika merasakan perutnya tergores cukup dalam oleh kunai Naruto. sedangkan monster hitam itu tak merasakan apapun karena zirah besi diounggungnya melindunginya dari sayatan Naruto.

Tap!

Naruto mendarat di dahan pohon samping kanan dari kedua Minotaur itu. yang kini meghadap pada dirinya.

'jadi begitu, tubuh bagian belakang mereka dilindungi oleh lempengan besi. Sedangkan bagian depan mereka adalah sasaran yang terbuka.. baiklah.' Batin Naruto.

Swuss!

Kembali Naruto melesat maju dengan berlari kearah monster hitam itu.

Wuss! brakk!

Naruto menghindari ayunan vertical kapak besar itu dengan sedikit menghindar kekanan. Dan melompat keatas, berlari sedikit di lengan kiri Minotaur hitam itu lalu melompat.

Syutt!

Jleb!

Grrooarr!

Minotaur itu berteriak kembali ketika mata kirinya tertancap kunai yang dilempar Naruto.

Ketika Naruto mendari dibelakang Minotaur hitam itu, kembali ia melesat me mutari Minotaur itu dengan kecepatannya berlawanan jarum jam.

Crass! Crass! Crass! Crass!

Grooarr!

Dengan cepat Naruto menyayat kaki kiri belakang Minotaur hitam itu yang membuatnya hampir terjatuh kekiri karena urat otot kakinya yang terpotong oleh kunai Naruto. dan kembali Naruto memutarinya dan memotong urat otot lengan minotaur itu dan terus melesat menyayat minotaur itu disekujur tubuhnya. membuat monster itu berteriak kesakitan.

Swuss!

Duagh! Jleb!

Dan diakhir, Naruto yang posisinya berada dihadapan Minotaur yang kesakitan itu, melompat kearah dada Minotaur itu dan memmberikan dorongan kepada monster itu hingga terjatuh telentang. Dan melompat keatas dimana kening itu berada. Dan menusuknya hingga menancap tak tersisa. Seekor minotaur tumbang.

Groaar!

Jrass!

Baru saja Naruto bernafas lega, sebuah kapak besar dari samping kirinya terayun vertical kearahnya hingga memotong kepala Minotaur sebagai pijakannya tadi menjadi dua. Membuat Naruo menatap tajam pelakunya. Yang tak lain adalah kawannya sendiri. Minotaur putih.

"kau sadis juga ya.." ucap Naruto pada monster dihadapannya. Dimana tadi dia menghindari serangan dadakan itu dengan melompatk ke samping diatas batang pohon. Dan dari penglihatannya, Minotaur putih itu menggenggam kapak besar yang sebelumnya dilemparnya tadi.

Wuss!

Brakk!

Tak mau menunggu lama, monster putih itu kembali mengayunkan kapak besarnya secara horizontal dari kanan kekiri. Mengakibatkan pohon tempat Naruto berpijak tadi terbelah menjadi dua. Namun sebelum itu Naruto telah lebih dulu melompat diudara dan mengambil Tantounya dari punggung kirinya dibalik jubahnya. Dan menggigit gagangnya, sementara kedua tangannya dengan cepat mengambil dua kunai peledak dari kantung ninjanya.

Syut! Syut!

Duar! Duar!

Groarr!

Masih dalam kondisi melayang, dimana kecepatannya lebih unggul. Naruto melempar dua kunai itu tepat mengenai kaki kanan sang Minotaur dan satu lagi mengenai pundaknya. Mengakibatkan kedua sasaran itu terluka dan tak bisa digerakkan.

Wuss!

Dengan cepat Naruto mendarat di tanah belakang Minotaur itu dan kembali melesat kearah monster yang saat ini tergeletak itu dan berusaha bangkit.

Syut! Jleb!

Groarr!

Crass! Crass! Crass! Crass!

Namun belum Minotaur itu bangkit dengan sempurna, Naruto sudah lebih dulu melompat kearahnya sambil melempar kunai yang diambilnya lagi dari kantung ninjanya. Dan tepat menancap di kening minotaur itu hingga monster itu berteriak. Dan dengan waktu yang bersamaan, Naruto mendarat dengan memutar tubuhnya seperti roda secara vertical kebawah. Membuat Tantou miliknya ikut berputar seperti pedang yang melapisi roda itu dan membelah minotour yang masih telentang itu dari kepala sampai perutnya.

'satu lagi tumbang.. aku harus ketempat Ellen..' batin Naruto yang berdiri dihadapan Minotaur yang mati itu. lalu melsat pergi kearah dimana Ellen melawan para Goblin.

.

.

Ellen side

"hah.. hanya ini kemampuan kalian?.. mengecewakan dengan jumlah sebanyak ini.."

Ucap Ellen yang terlihat kebosanan akibat musuhnya yang tak lain adalah puluhan Goblin dengan tombak, pedang, pisau maupun panah sebagai senjata mereka. Masih tersisa sekitar 30 Goblin yang dihadapi Ellen saat ini.

Magic circle masih setia di kedua telapak tangannya.

Serang!

Teriak para Goblin itu yang memang satu-satunya makhluk monster terlemah namun jumlah mereka yang banyak yang ada di seluruh bagian Negara selain dinegara api ini. dan dengan kelebihan mereka yang mampu berbicara seperti manusia, membuat mereka mampu berkomunikasi dengan baik sesama monster. Apalagi sesama Goblin.

"seberapa banyak pun kalian, akan kucincang kalian!.."

Sring!

Wuss! crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass!

Arrgg! Arrgg! Arrgg!

Para Goblin itu merengsek maju dengan jumlah mereka yang lebih unggul. Namun Ellen telah siap dengan mengarahkan kedua tangannya kedepan, dan menciptakan sebuah gelombang angin besar yang dimana seperti bentuk ratusan pedang yang menari dengan liarnya mencincang sepuluh Goblin terdepan. Sehingga sesanya berhasil menghindar.

Syut! Syut! Syut! Syut! Syut! Syut! Syut!

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Baru saja Ellen menghentikan Magicnya, puluhan Goblin sisanya melemparkan tombak dan panah padanya. Hingga membuatnya agak lengah. Namun saat dia akan membuat Magic pertahanan, seorang pria bersurai pirang tiba-tiba melesat kedepannya dan menangkis puluhan senjata tajam itu dengan cepatnya.

"maaf aku terlambat.." ucap pria itu tanpa menoleh kebelakangnya yang dimana Ellen berada disitu.

"aku tak butuh bantuanmu, baka.. mereka hanya monster bisa bicara yang menang jumlah saja.." balas Ellen pada pria itu yang tak lain adalah Naruto. kemudia dia mendekat kesamping kiri Naruto. membuat geram para Goblin yang ukurannya setengah tubuh orang dewasa itu.

'dia hebat juga. Memiliki Magic berskala luas seperti ini.' batin Naruto melihat potongan tubuh Goblin itu.

Serang!

Kembali para Goblin sisanya itu menyerang dengan brutalnya. Merengsek maju kearah mereka berdua.

"gunakan ini.." ucap Naruto memberikan Tantounya pada Ellen dan digenggam dengan baik oleh Gadis cantik itu.

"walaupun sebenarnya aku tak butuh ini,.. tapi baiklah.. aku ingin mengasah kemampuanku." Ucap Ellen yang kemudian berlari merengsek maju mengayunkan Tantou Naruto dengan indahnya.

Crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass! Crass!

'indah sekali gerakannya. Seperti dia memang ahli dalam berperdang. Dan gerakannya itu, bukan gerakan pengguna pedang biasa.' Batin Naruto memperhatikan Ellen yang mengayunkan Tantounya dengan indah dan elegan. Seperti seakan dia sedang mengikuti setiap serangan musuh dan menghindarinya dengan mudah lalu memberikan serangan fatal pada para Goblin itu. jumlah mereka yang banyak seperti taka da artinya untuk Ellen.

Pantas gadis cantik itu mendapatkan Rank Diamond sampai saat ini. karena kemampuannya tak diragukan lagi.

Swuss!

Naruto yang tak mau diam saja, merengsek maju dengan mengambil dua kunai lagi dari kantung ninjanya dan menggenggamnya terbalik seperti biasa.

Sret! Crass!

Naruto melompat dengan putaran vertical kebawah ketika seekor Goblin berusaha membelahnya menjadi dua, namun dengan bersamaan Naruto melompat itu, dia melakukan tebasan vertical hingga mengenai kepala Goblin itu dan tewas.

Swuss! Crass!

Kembali Naruto berlari maju melewati Goblin yang akan memanahnya, namun bersamaan dengan posisinya yang berlari tepat disebelah kiri goblin yang menghadapnya itu, dia memenggal kepala goblin itu dengan kunai ditangan kirinya.

Sring! Sring! Sring!

Crass! Crass! Crass!

Tanpa ampun, Naruto terus meliuk-liukkan tubuhnya yang terus bergerak cepat itu memenggal setiap kepala Goblin yang dilewatinya. Hingga selang beberapa menit, aksi sadis kedua sorcerer itu berhenti. Menyisakan puluhan tubuh Goblin yang terpotong-potong itu.

Tap!

Dari pendengaran Naruto, seseorang baru saja mendarat dan berjalan kearahnya dari belakangnya.

"kau cepat seperti yang dikatakan Akeno, baka.." ucap gadis bersurai putih beriris rubi itu. saat tiba tepat dibelakang Naruto beberapa centi.

"hm.. kita harus melanjutkan perjalanan. Jika kita disini terus, aku merasa akan ada sesuatu yang lebih besar akan muncul.." ucap datar Naruto yang membalikkan tubuhnya dan berjalan melewati Ellen yang mengerucutkan bibirnya imut karena jengkel.

"iya-iya.." Ellen mengikuti Naruto.

Mereka berdua kembali berlari mengarah ke tenggara dari kota Soul itu.

.

Grrrr!

Beberapa menit setelah kepergian kedua sorcerer itu, sesosok makhluk hitam bersayap yang tampak menyaksikan pertarungan itu sejak tadi dari sebuah gua yang tak jauh dari sana. Membentangkan sayap lebarnya itu dan terbang menuju kearah dimana kedua sorcerer itu menuju.

.

.

Naruto dan Ellen yang masih berlari setelah dua jam. Tampak Ellen yang mulai mencapai batasnya. Sementara Naruto yang berada didepan Ellen mulai menyadari bahwa gadis bersurai putih itu mulai melambat lajunya.

"kau lelah?.." Tanya Naruto datar seperti biasanya. Pada Ellen yang berada di sebelah kirinya, karena Naruto memperlambat lajunya.

"hah,.. hah,.. IYALAH BEGO!.. aku ini perempuan!, berbeda denganmu yang laki-laki!.." semprot Ellen pada Naruto yang hanya focus kedepan.

"iya-iya, maaf.. karna hari sudah semakin siang, lebih baik kau segera panggil Mount milikmu. Apa kau lupa dasar uban." Balas Naruto.

"ini warna asli dari aku lahir, baka!.." ucap Ellen kesal.

"sudahlah cepat lakukan saja.. atau kita akan segera terkejar." Ucap Naruto yang membuat Ellen bingung.

"ha?,.. siapa maksutmu?.." Tanya Ellen.

"sudahlah cepat dasar crewet.." balas Naruto. dia mulai jengkel ulah si gadis disebelahnya itu.

"aku bisa menggunakan sihir terbang.. kenapa tak gunakan itu?.." Tanya Ellen.

"silahkan jika kau ingin kehabisan Mana ditengah perjalanan, dan disaat itu juga musuh atau para raksasa itu datang menyerang.." ucap Naruto yang menatap tajam Ellen.

Naruto tau para sorcerer yang ahli, mereka memiliki sihir terbang yang memudahkan mereka pergi jauh. Tapi tetap saja itu menguras Mana mereka. Dan malah menjadi boomerang ketika musuh datang menyerang sedangkan disaat itu Mana terkuras karena digunakan untuk sihir terbang.

Karena dari kedua Ras, mereka memiliki ciri khas masing-masing. Seperti halnya para shinobi yang dapat berpijak disegala medan kecuali udara itu, dan sorcerer yang dapat terbang dengan sihir mereka.

"ta-tapi.. hah,.. hah,.. aku tak bisa menggunakan [Summoning] ketika konsentrasiku terpecah seperti ini.. ntah apa penyebabnya, tapi memang menguras Mana'ku.." ucap Ellen yang mulai tampak kelelahan berlari.

"baiklah.. aku mengerti,.. kalau begitu ikuti perintahku dan jangan bertanya.. lakukan saja.." perintah Naruto yang terlihat kasihan dengan gadis itu. kemudian ia melihat Ellen yang mengangukkan kepalanya tanda mengerti.

Tak menunggu lama, Naruto semakin memperlambat lajunya, sehingga membuatnya berada dibelakang Ellen 2 meter.

"sekarang lompatlah.."

Swuss!

Tanpa penolakan atau banyak tanya lagi, Ellen hanya menuruti perintah Naruto dan melompat diudara.

Swuss! Greb!

"!.."

Naruto yang berada dibelakang Ellen ikut melompat kearah Ellen yang masih melayang diudara itu dan menangkap tubuh gadis itu dan menggendongnya bridal syle.

Ellen yang tiba-tiba di gendong oleh Naruto hanya bersemu merah waahnya dan mengalungkan lengannya pada leher pemuda itu.

"a-apa yang kau lakukan, baka!?.. berani sekali kau.." tanya Ellen dengan suara pelan tanpa menatap wajah Naruto. memalingkan wajahnya yang memerah.

"sekarang konsentrasimu tak lagi terpecah'kan.. lakukan sekarang.." jawap Naruto datar dan tetap focus menatap datar kedepan sambil melompati dahan-dahan pohon.

"ah!,. benar juga. Baiklah aku akan melakukannya.." ucap Ellen yang baru sadar dengan maksut Naruto lalu menggigit ibu jari kanannya hingga mengeluarkan darah dan mengoleskannya di punggung telapak tangannya vertical. Dan menyatukan telapak tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya menyilang.

Bersamaan dengan menyatunya tangan Ellen itu, muncul lingkaran sihir putih kecil. Lalu gadis beriris rubi itu mengarahkan kedua telapak tangannya kedepan Naruto karena posisisnya yang menyamping itu. lalu Ellen berucap..

"aku memanggilmu,.. muncullah!.."

[Summoning Magic: Shenlong]

Sringg!

Muncul lingkaran sihir yang semakin besar dihadapan mereka berdua dan memunculkan cahaya yang menyilaukan. Hingga membuat kedua orang itu menutupkan kelopak mata mereka. Dan Naruto berhenti disalah satu dahan pohon.

Sekian beberapa detik, cahaya itu menghilang. dan kedua orang itu membuka mata mereka. Namun apa yang ada dihadapan mereka berdua saat ini, membuat Naruto membelalakkan matanya karena melihat makhluk didepannya ini.

Berbeda dengan Ellen yang tersenyum manis kepada makhluk itu.

Dimana wujud itu adalah seekor naga putih yang besar dengan bentuk tubuhnya panjang seperti ular. Dengan sepasang kaki depan dan belakang dengan kuku yang runcing. Memiliki dua tanduk dikepalanya dengan bulu indah di bagian lehernya. Sisik putih bersihnya terlihat menyilaukan terkena terpaan cahaya matahari siang itu.

Makhluk itu melayang dengan tubuh panjang dan besarnya tanpa sayap itu. meliuk-liukkan tubuhnya indah dihadapan Naruto dan Ellen yang tampak bahagia melihat Mount tersayangnya itu.

"Kita bertemu lagi, Ellen-chan.."

.

.

.

.

To be continue…

.


A/N: untuk kali ini kyo Cuma mau bahas dikit aja tentang review seorang guest yang gak kyo accept.

Tapi kyo bakal jawap disini.. Kalo kyo ingat dia bilang:

"kenapa Naruto malah menantang saat sedang terpojok?, Apalagi menggunakan kartu AS'nya untuk melawan cecunguk-cecunguk itu. lu ngelawak?"

intinya si seperti itu.

Bukannya kyo marah. Cuma kyo mau jelasin aja.. kan di chap itu udah jelas kalo Naruto itu mulai hilang kesabaran dan ingin membunuh. Tapi perlu diingat, disuatu kerajaan atau wilayah pasti memiliki hukum dan aturan yang berlaku. Jadi tidak semudah membunuh orang. Jika urusannya sampai kekerajaan, malah jadi masalah besar.

Sebenernya bisa aja bunuh membunuh antar murid, tapi kalo si Naruto jadi pembunuh sesame ras manusia, yang katanya mereka itu cecunguk? Buat apa dibunuh cobak. Karena menurut kyo pribadi nanti malah melenceng dari alur yang udah kyo buat jikalau si naruto jadi buronan seluruh kerajaan. Beda lagi ntar ceritanya.

Bisa disingkat, kalo itu deklarasi untuk battle seperti yang udah tercantum di chap itu.

Dan alasan kenapa Naruto pake kartu AS'nya buat lawan cecunguk?, mudah aja. Dichap ini udah ada penjelasannya. Tapi biar lebih jelas lagi, Naruto menggunakan Saber waktu itu untuk menutupi keterbatasannya yang tak memiliki kedua sumber energy itu. yang berarti kemampuannya SEMENTARA terbatas.

karena jika full Naruto pake [Ittou shura] sampai berkali-kali bahkan lebih dari tiga, tubuhnya bisa lumpuh sementara. Atau bisa dibilang tidak bisa digerakkan. Walau dengan itu aja sebenernya Naruto udah semi over menurut kyo. Makanya kyo batesin untuk sementara ini penggunaan dan batas waktunya.

Mungkin pernah lihat pengguna aslinya di anime apa kyo lupa. Dia bahkan hanya bisa menggunakannya sekali saja dalam sehari. Dan memerlukan 10 jam untuk pemulihannya sampai bisa menggunakannya lagi. Bahkan ketika menggunakan itu, dia hanya perlu menggunakan tehnik pedangnya (bukan jurus) saja mengalahkan musuhnya.

Jadi intinya, Saber ada untuk menutupi keterbatasan sementara Naruto. itu kasarannya. dan saat itu pula, tidak ada SETENGAH dari kemampuannya yang keluar. Apalagi Saber. Karena udah tercantum dichap itu, dia ragu untuk membunuh. Hingga mengurungkan niatnya dan hanya memberikan pelajaran saja. Karena masih banyak kemampuan lain yang belum kyo keluarkan.

Dan perlu diingat, Naruto itu tidak lemah. Mungkin kalo yang paham dan bisa mengartikannya secara dalam. Pasti tau maksut kyo dari segala aspek chara Naruto di fict ini mulai dari chap awal jika benar-benar teliti.

Mungkin itu aja untuk skarang. Jadi tunggu aja sampai overpowernya muncul. Ntah kapan.. hehe.

Jadi buat reader yang udah kyo jawab reviewnya ini jangan marah, karena kyo juga gak marah kok. Hehe. Kita semua berhak mengutarakan pendapat. Jadi kyo maklumi.

Seperti biasa, jika para reader-san berkenan ingin melihat image yang berhubungan dengan fict kyo ini, senpai-senpai sekalian dapat meliahatnya di album fb kyo. Dengan nama fb kyo adalah..

Kyoigneel

Image persis dengan image di akun kyo ini. dan yang mau jadi teman di FB juga boleh kok.. special thank's for all my reader and all my author-senpai.. :D

Glosarum:

1. Summoning: tehnik pemanggil yang bisa digunakan kedua ras dengan media yang berbeda.

2. Body enchant: type kemampuan untuk membuat tubuh melebihi batasannya yang hanya dimiliki Naruto seorang. Dapat digunakan sesuai keadaan yang dibutuhkan. yaitu [Ittou Shura] nama tehnik milik Naruto.

Untuk review yang lain maaf kyo belom bisa jawab sekarang. Mungkin chap depan kyo akan jawap jika ada waktu senggang untuk kyo menulis.

Dan jika kalian berkenan, silahkan tinggalkan jejak berupa Review. Karna itu akan sangat membantu semangat dan menulis kyo.

.

Chapter 6: Wood viilage..