World

Desclaimer: semua sumber anime yang bersangkutan bukan milik kyo.

Rate : M

Warning! : Gaje, ooc, AU, bahasa gak baku, imajinasi liar, typo dimana-mana, Isekai, gak suka gak usah baca! dll.

Pair: Naruto x..

Genre : Action, adventure, fantasi

Summary: dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang 'malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.

.


Chapter 8: Wood village part 1. Kesatria pemanah dan peninggalan leluhur..

.

.

.

Tiga orang manusia dan seekor naga yang ada di dalam gerbang Wood village. Menatap kagum pada desa dengan pohon-pohon sebagai tempat tinggal mereka. tapi yang membuat bingung kedua gadis dan seekor naga putih itu adalah, pria bersurai pirang yang tak menunjukkan suara sama sekali. Membuat ketiga makhluk itu menoleh kea rah pria bersurai pirang di belakang mereka.

Secara bersamaan, sebulir keringat sebesar biji jagung terlihat di surai Asia dan Ellen.

"BANGUN BAKA!.." Ellen langsung berteriak dengan keras ketika melihat pemuda bersurai pirang yang tak lain adalah Naruto. yang sedang tertidur sambil bersidekap dada dengan surai tertutup hodie jubah putihnya.

"berisik.." ucap Naruto datar yang membuka kelopak matanya ketika mendengar teriakan membahana Ellen.

Sedangkan Asia hanya tersenyum manis menatap pemuda pirang itu. begitupun dengan Wish.

Pantas saja sejak perjalanan tadi suara pemuda pirang itu tak terdengar sama sekali. Ternyata menyelam kealam mimpinya. Batin Ellen menatap jengkel Naruto.

Wuss!

Tap!

Naruto melompat dari punggung Wish dan mendarat sempurna di depan mereka bertiga. Hodienya terbuka ketika melakukan gerakan itu.

"hah.. cepatlah." Ucap datar Naruto tanpa menoleh kebelakang. Seraya berjalan masuk ke desa itu setelah melakukan peregangan sebentar.

"dasar duren-baka.." gumam Ellen jengkel karena pada dasarnya dia memang tak suka diperintah.

"sabar Ellen-san.. mungkin sifat Naruto-san memang seperti itu.." Asia tersenyum maklum.

Kedua gadis itu berjalan mengekor dibelakang Naruto. bersama dengan Wish yang telah kembali merubah wujudnya menjadi sekecil mungkin dan megalungkan tubuhnya dileher Ellen. Suara dengkuran halus terdengar oleh Ellen, Menandakan Wish tertidur dengan lelap. Karena memang dia seharian lelah terbang.

"kau tak tau dia itu seperti apa Asia-chan.. sst,. dia itu mesum." Bisik Ellen yang ada di kiri Asia sambil mendekatkan wajahnya kepada telinga Asia. Membuat gadis manis bersurai pirang itu memerah wajahnya mendengar tuduhan Ellen.

"aku mendengar itu.." sahut Naruto tiba-tiba tanpa menoleh sedikitpun kebelakang yang jaraknya satu meter didepan kedua gadis itu.

"AA!..diam kau, baka!.." ucap Ellen gelagapan karena kata-katanya didengar oleh pemuda bersurai pirang itu dengan semburat merah dipipinya.

"hm.." balas Naruto datar.

"ku-kurasa Naruto-san tidak seperti itu kok.." bela Asia.

"kau jangan tertipu wajah temboknya itu Asia-chan.." ucap Ellen pelan sambil menatap punggung tegap Naruto yang berjalan didepan mereka.

Sedang Asia hanya membalasnya dengan senyum manisnya.

Naruto dan kawan-kawannya berja;an melewati pohon-pohon besar desa itu. mereka bertiga pun tak luput dari pandangan para penduduk didesa itu.

Seperti sebuah tamu yang datang kesuatu tempat, para penduduk itu keluar dari rumah pohon mereka. membuat suasana disana menjadi aneh bagi Naruto yang tetap menatap lurus kedepan.

Sedangkan Ellen hanya menatap mereka yang ada diatas sana dan di sisi mereka dengan tatapan bingung.

Sementara Asia mempercepat jalannya hingga sampai di samping kanan Naruto untuk memberi tahu dimana tempat yang akan mereka tuju.

Walaupun saat ini Asia sedang tak terlihat ekspresinya karena tertutup bayangan surai pirangnya. Membuat Ellen semakin dibuat bingung oleh tingkah Asia.

.

Setelah beberapa menit mereka berjalan mengikuti Asia, mereka sampai di pohon tebersar yang ada disana.

Asia tampak memimpin didepan dan berjalan melewati sebuah anak tangga kayu yang ukuran lebarnya empat sampai lima orang itu. dimana letaknya memutari pohon raksasa itu. mereka berjalan dalam diam.

Sampai dibagian sisi kanan yang tak jauh dari anak tangga awal itu, ada sebuah pintu gerbang dengan ukiran dari kayu seperti pohon raksasa ini. yang ukurannya dua kali tubuh manusia dangan lebar sama dengan anak tangga itu. mereka masuk kedalam dengan membuka pintu itu kedalam yang membuka menjadi dua bagian kiri dan kanan itu.

Mereka masuk ke dalam dengan ruangan yang terlihat luas itu. seperti sebuah istana dalam pohon. Banyak sekali ruang-ruang yang ada disana dengan pintu yang tertutup.

"selamat datang, Asia-hime. dan siapa mereka yang ada dibelakang anda itu?.." datanglah seorang laki-laki tua yang bersurai putih yang tersenyum dengan wajah tuanya itu. setelah sebelumnya dia memberi hormat kepada Asia dengan merendahkan tubuhnya seperti seorang seorang pelayan.

"mereka teman baruku paman.. mereka yang menerima Quest dari kita. Mereka orang-orang yang dapat diandalkan.." ucap Asia dengan senyumnya.

"benarkah?.. kalau begitu, perkenalkan namaku, Disonashu.." orang tua bersurai putih dengan janggut putih itu memperkenalkan dirinya dengan senyum ramahnya.

"Naruto shiba.." ucap Naruto datar.

"Ellen viltaria, dari academi Hagun, Soul city. Salam kenal Disonashu-san.." Ellen memperkenalkan dirinya dengan senyumannya.

"baiklah, karna hari sudah malam, jadi kalian sebaiknya beristirahat di kamar khusus tamu yang akan kami sediakan khusus untuk kalian.." ucap Disonashu. Yang kemudian menepukkan telapak tangannya beberapa kali. Dan datanglah seorang maid dari salah satu pintu yang ada.

Karna saat ini mereka berada diruang umum yang memang sebagai tempat keluar masuknya penghuni desa ini.

Bayangkan saja, seberapa luas ruangan yang ada didalam pohon raksasa ini. sangat luas.

"ikuti hamba, tuan.." kata sang maid perempuan itu yang berjalan mendahului yang lainnya.

"hm.."

"trimakasih maid-san.." ucap Ellen dengan senyumnya.

"baiklah, Asia-hime,.. kau bisa mengajak mereka makan malam bersama nanti, aku masih ada urusan yang harus ku kekerjakan.." ucap Disonashu yang dibalas anggukan Asia lalu kakek itu pergi ke tempat tujuannya. begitupun Asia yang berjalan mengikuti Naruto dan Ellen yang terlihat menunggunya beberapa meter dari pintu yang akan mereka tuju.

"ayo, Naruto-san, Ellen-san.." ajak Asia yang kemudian mereka kembali berjalan mengikuti maid tadi.

.

.

"ne Asia, aku tak menyanka jika kau adalah putri disini.. aku kira kau hanya penduduk disini.. gomenasai, Asia-hime.." ucap Ellen sopan yang saat ini ada di kamarnya bersama dengan Asia.

Mereka telah menyelesaikan makan malam bersama mereka bertiga. Kenapa bertiga?, karena penghuni lain memiliki urusannya masing-masing. Sedangkan kata Asia, kakaknya belum bisa ikut karena masih harus mengurus sesuatu. Kemungkinan besok pagi ketiga orang itu akan melaporkan Quest mereka didesa ini pada kakaknya yang merupakan pemimpin desa ini.

"mm.. tak apa Ellen-san, lagipula aku ikut kalian kesini juga karena rindu dengan kampung halamanku.. dan kau tak perlu se formal itu. panggil saja aku seperti biasanya.." ucap Asia dengan senyum seperti biasanya. Membuat Ellen pun ikut tersenyum mengangguk membalas Asia.

Saat ini mereka berdua memakai pakaian santai berupa kaus dan rok diatas lutut. Berbeda dengan Asia yang memakai rok panjang se mata kaki.

"ne, Asia.. bisa kau ceritakan tentang Quest ini?." Tanya Ellen yang memang penasaran karena Quest yang mereka jalani saat ini.

"baiklah Ellen-san,.." ucap Asia yang menjeda kalimatnya dan menarik nafas sebentar. Berusaha menghilangkan rasa sedihnya yang terlihat dari iris hijaunya.

"dahulu kala, terdapat Kristal yang melindungi desa ini dari serangan para raksasa itu.. Kristal itu disebut Leaf Crystal dan Altheum Crystal.. kedua Kristal itu adalah warisan dari leluhur kami para penduduk Wood Viilage ini. atau yang sebelumnya disebut Leaf of Heaven.."

"sebelumnya tempat ini sangat luas dan indah. Tapi karena salah satu Crystal leluhur kami yaitu Leaf Crystal dicuri oleh seorang yang menyerang kami dua bulan lalu. membuat kami kehilangan kehidupan kami secara perlahan.. keadaan disini semakin memburuk seiring berjalannya waktu karena Peninggalan leluhur kami hilang.."

"maka dari itu Ellen-san, aku mohon.. hiks, bantulah desa ini untuk menemukan dimana Crystal yang hilang itu.. hiks,. Aku tak mau desa ini musnah menjadi tempat mati. Aku sayang desa ini.. aku mohon Ellen-san, hiks.." Asia menangis diakhir ceritanya.

Dia tak kuat harus kehilangan desanya yang tercinta ini. apapun akan dia lakukan untuk mengembalikan kehidupan desanya ini. apapun..

Greb!

"tenanglah Asia-chan, aku tau bagaimana perasaanmu terhadap tempat kelahiranmu. Aku juga punya tempat kelahiran yang ku cintai dan ingin kulindungi dengan segenap kekuatanku.. aku dan Naruto, akan menyelesaikan Quest ini.. jadi kau tenanglah.." Ellen memeluk Asia untuk menenangkan gadis manis itu.

Sementara Asia mengangguk kecil membalas kata-kata gadis cantik bersurai putih seputih awan itu.

Ellen melepas pelukannya pada Asia dan mengusap air mata di pipi gadis pirang itu.

"arigatou, Ellen-san.." ucap Asia dengan senyumnya.

"uhmm.." dibalas anggukan dan senyum oleh pemilik surai seputih awan itu.

.

"jadi begitu.." gumam seseorang dari depan kamar Ellen.

Terlihat orang itu bersidekap sambil menyandarkan punggungnya ke tembok disamping pintu kamar Ellen yang terbuka sedikit. Pemuda bersurai pirang itu tampak memejamkan matanya. Dimana dari awal pembicaraan kedua gadis cantik itu, pemuda itu mendengarkan dengan seksama.

Semua yang terjadi.

Tap Tap

Pemuda pirang beriris blue shapire itu berjalan menjauh dari kamar itu.

Jika dilihat-lihat, semua tempat yang ada didalam pohon ini sangat bagus. Bukan terbuat dari kayu pohon, melainkan tembok batu indah seperti halnya bangunan biasa.

Didalamnya juga sangat indah, seperti tempat para bangsawan. Namun masih terlihat sederhana dan indah. karena jika di perhatikan lebih teliti, dinding batuan indah ini melapisi bagian dalam dari lapisan kayu luar dari dinding batang pohon raksasa ini. dengan kata lain ada dua lapisan dalam pohon raksasa ini.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Pagi hari, academi Hagun.

.

Disalah satu kelas sorcerer dilantai 1. Yang berarti merupakan kelas untuk murid ditahun pertama.

Dipagi ini murid-murid masih belum rami berdatangan masuk ke kelas. Karena dari bangku-bangku yang koson itu telah menandakan dimana para murid masih bergelut dengan aktifitas mereka diluar sana.

Tapi disalah satu bangku kelas di pojok nomer dua dari kiri, seorang pemuda bersurai hitam kecoklatan beriris hijau. Sedang diam dengan ekspresi datar menatap ke mejanya. Dia bergelut dengan pikirannya tentang apa saja yang dia alami kemarin.

'dia..' batin pemuda itu.

.

Flashback on.

([3D Maneuver Gear)]!

Sring!

Muncullah sepasang Unit Control di kedua genggaman Eren yang terhubunh dangan sepasang black box ,benda persegi panjang disisi pinggang kanan kirinya. Sepasang tabung gas juga terlihat diatas black box.

Dipinggang belakangnya juga terdapat sesuatu yang disebut Spesial Unit yang berbentuk lingkaran Ceklek! Sring!

"akan kutunjukkan padamu keahlianku.." ucap Eren datar sambil menancapkan kedua benda yang digenggamnya menyilang ke sepasang ujung lempengan tajam di benda persegi panjang di sisinya itu yang ternyata adalah tempat menyimpan lempengan logam baja yang dipasang disebuah benda yang digenggamnya hingga menjadi pedang.

Dua pedang digenggaman Eren.

'apa itu?,. aku tak pernah melihat alat itu dimanapun.' Batin pemuda bersurai merah dengan kelopak mata tertutup di kirinya itu.

"terkejut, heh?.. kau akan lebih terkejut dari ini.." ucap Eren datar yang mendapat respon heran dari pria bersurai merah yang sejak awal memejamkan matanya itu.

"tunjukkan padaku keahlianmu itu.. jaeger-san" ucap pemuda bersterpisah. tapi yang jelas semua benda itu saling terhubung dan memiliki fungsi masing-masing.

urai merah itu yang siap dengan kunai ditangan kirinya dipegang terbalik khas seorang shinobi.

Swuss! Swuss!

Kedua orang berbeda Ras itu saling merengsek maju. Saling mengikis jarak diantara mereka berdua dengan senjata di genggaman mereka yang siap dihunuskan.

Trank!

Eren mengayunkan pedang baja'nya kearah pria merah itu vertical. Tapi dengan mudah pria yang terlihat terpejam itu menangkisnya diatas kepalanya horizontal dengan kunainya.

Swuss!

Kembali Eren mengayunkan pedang baja yang ada di tangan kirinya secara horizontal kesisi kanan pria merah itu. tapi kembali dengan mudah pria itu menghindarinya dengan melompat keatas.

Syut!

Sret!

Sambari melompat diatas Eren, pria merah itu melempar tiga shuriken kearah Eren. Namun pemuda beriris hijau itu melompat mundur beberapa kali demi menghindari senjata tajam itu.

Jleb! Jleb! Jleb!

Swuss!

Ketiga shuriken itu menancap di tanah tempat Eren berpijak sebelumnya. Dan dengan cepat, pria merah itu mendarat ditanah lalu melesat dengan kunai ditangan kanan dan kirinya kearah Eren.

Trank!

Kedua senjata berbeda itu kembali berbenturan ketika serangan pria merah itu ditangkis oleh Eren.

Trank! Trank! Trank!

Kedua manusia berbeda ras itu terus saling menyerang dengan senjata mereka tanpa ada yang mau mengalah sat sama lain.

Duagh!

Syut!

Eren yang pertahanannya terbuka, terkena tendangan depan diperutnya oleh pria merah itu. tak hanya itu, pria merah itu melemparkan kunai ditangan kirinya kearah Eren yang terseret mundur itu.

Buss!

Jleb!

Tak mau tertembus kunai itu, Eren mengaktifkan 3D'nya. Pengait yang ada dipinggangnya diarahkan ke pohon yang jauh disisi kolam itu. dan menancap dengan sempurna di batang pohon yang menjadi sasarannya itu. dan dengan cepat, dia tertarik oleh pengait dengan tali baja'nya itu ke arah pohon tadi. Hingga kunai pria merah itu menancap di tempatnya bepijak tadi.

'heh, aku tak akan kalah darimu..' batin Eren yang berada jauh di seberang kolam itu.

"jadi itu kemampuan benda aneh di pinggangmu itu.. baiklah.." gumam pria merah itu. lalu dia merengsek maju sembari melakukan Heand seal dengan cepat setelah kunainya dia masukkan di tempat kunai di paha kanannya yang telah dia aktifkan barusan dengan Ringnya.

(Fuuton: Daitoppa)

Wuss!

Pria merah itu menyebutkan tehniknya, dan menyemburkan sebuah pusaran angin yang sebesar 3 meter kearah Eren yang berdiri di batang pohon dengan bantuan pengaitnya itu.

Buss! Jleb!

Namun dengan mudah Eren kembali mengaitkan pengait baja'nya ke pohon jauh disisi kanannya. Dan kembali dia tertarik cepat oleh pengaitnya itu hingga sampai kembali berdiri di dahan pohon itu.

Blarr!

Pusaran angin yang sepersekian detik dihindari oleh Eren, menghancurkan pohon-pohon yang ada dijalur lintasanya. Termasuk pohon tempat eren berdiri tadi.

Wuss!

Trank!

Namun insting bertarung Eren berteriak ketika merasakan dari atasnya muncul seorang yang tak lain adalah pria bersurai merah tadi. Ayunan kedua kunai pria merah itu kembali ditahan dengan mudah oleh Eren yang masih bergelantungan itu. hingga posisi senjata mereka saling membentuk huruf X.

Duagh! Duagh!

Wuss!

Dengan cepat Eren melakukan tendangan sabit kearah sisi kiri pria merah itu hingga mengenai pingganya. Dan sekali lagi, Eren melakukan tendangan berputar kearah tubuh kiri pemuda merah itu hingga membuat pemuda merah itu menahannya dengan kedua tangannya. Namun masih membuatnya terlempar kesamping.

Buss!

Trank!

Kembali Eren menggunakan pengaitnya untuk membuatnya meluncur diudara dengan cepat kebatang pohon yang memang banyak didaerah itu. dan meluncur cepat kearah pria merah yang masih melayang itu dan mengayunkan pedang bajanya kearah tubuh pria merah itu. namun masih ditahan dengan kunainya.

Buss!

Trank!

Kembali Eren menggunakan pengaitnya untuk meluncur dengan cepat diantara pohon-pohon itu. dan kembali menghujani pria merah itu dengan tebasannya. Namun masih dapat ditahan oleh pria merah itu.

Buss! Buss! Buss!

Trank! Trank! Trank!

Eren semakin cepat menggunakan kedua pengaitnya pada pepohonan yang ada. Dan dengan cepat pula dia kembali meluncur kearah pria merah yang saat ini berdiri diatas dahan pohon dengan tebasan-tebasan kedua pedang bajanya. Hingga membuat pria merah itu mengeraskan wajahnya demi menangkis semua serangan Eren yang cepat itu.

Srett!

Dengan cepat pria merah itu melompat jauh demi menghindari serangan Eren yang datang dan pergi begitu saja dengan cepat menggunakan kedua pengaitnya itu.

Buss!

"kau mau kabur kemana hah!.." Eren yang menggunakan pengaitnya dengan cepat telah berada di samping pria merah itu yang masih melayang dalam lompatannya itu.

'dia, ahli dalam ruang lingkup tertutup seperti ini.' batin pemuda merah itu yang melirik Eren melalui ekor matanya yang tertutup poni dikanannya itu.

Trank!

Buss!

Tebasan Eren masih ditahan oleh pria merah itu. dan kembali dia meluncur dengan cepat dengan pengaitnya menjauh dari pria merah yang sudah sampai area pepohonan lagi.

Buss! Trank! Buss! Trank! Buss! Trank! Buss! Trank!

Pria merah itu kembali dihujani oleh serangan tak terduga oleh Eren dan kemampuan meluncur cepatnya dengan 3Dnya itu. membuat pria merah itu semakin kewalahan dibuatnya.

Buss! Crass!

Buss! Crass!

Seperti halnya tupai yang pandai melompat, lama kelamaan pasti jatuh juga. Pertahanan pria merah itu yang sebelumnya dapat mengimbangi gerakan cepat Eren diudara itu terbuka. Hingga Eren berhasil menggores bahu kiri pria merah itu. dan kembali Eren datang dari bawah dibelakangnya hingga membuat pria merah itu kembali tertebas vertical dipunggungnya.

Membuat pria merah itu kini terduduk dengan lututnya. Berusaha mengobservasi keadaan yang saat ini menyudutkannya.

'apa boleh buat..' batin pria bersurai merah itu.

Buss!

"heyaa!.."

Wuss!

Eren yang kembali lagi dengan tehnik maneuver'nya, datang dari sisi kanan pria bersurai merah yang berdiri diatas dahan pohon itu berusaha menebasnya lagi dengan kedua pedang baja di kedua tangannya. Dengan gerakannya yang berputar seperti roda itu, Eren berniat membelah pria merah itu menjadi dua.

Dsyuu!

Wuss! brakk! Brakk! Brakk!

"chough!.."

Namun, bukannya serangan gila'nya mengenai musuhnya, sebuah rasa sakit ditubuhnya lah yang Eren rasakan ketika sesuatu tak kasat mata membenturnya dengan keras dan mendorongnya dengan cepat hingga membuatnya meluncur kebelakang dan menabrak tiga pohon hingga hancur. Dan berhenti di pohon keempat hingga membuatnya terduduk dengan memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"kuso!.. apa itu tadi?.. kenapa ada sesuatu yang tak terlihat dan membuatku terdorong seperti ini dengan keras.. " gumam Eren seraya menyeka darah disudut bibirnya dengan punggung tangan kanannya.

Eren kembali berdiri dengan tegap menatap kedepan.

'a-apa!..' batin Eren dengan mata membola menatap seorang bersurai merah yang tiba-tiba ada di hadapannya saat ini.

Dsyuu!

Brakk! Brakk! Brakk!

"arrrgghh!..."

Kembali pria merah itu merentangkan tangan kanannya yang telapak tangannya terbuka itu kearah Eren yang masih terkejut itu. dan kembali tubuh Eren terlempar kebelakang menabrak tiga pohon termasuk pohon tempatnya besandar tadi. Dan menghancurkan pohon-pohon itu lagi.

"kau!.. tak kan ku biarkan kau menyentuh Hina-.."

"cukup!.."

Eren yang berteriak itu berhenti seketika, ketika sebuah suara mengintrupsikan mereka berdua yang tak lain adalah pria merah dan Eren. Keduanya berhenti seketika dengan jarak 5 meter, dimana seorang gadis bersurai indigo cantik yang datang dan berdiri didepan Eren menghadap pria merah didepannya sambil merentangkan kedua tangannya kesamping.

"Hi-hinata.." gumam Eren yang saat ini hampir menggigit tangan kananya itu.

Andai saja Hinata tak menghentikannya, Eren telah menggigit tangan kanannya tersebut hingga berdara. Namun dia berhenti menggit karena terlihat dari tangan kanannya didepan mulutnya dengan bekas gigitan namun tak dalam.

"aku hanya mengetes dia, Hinata. Lagipula, keahliannya dalam bermaneuver diudara dengan alatnya itu, membuatku terluka dan memaksaku menggunakan kemampuanku.. walaupun aku tak sungguh-sungguh, tapi dia hebat." Puji pria bersurai merah yang saat ini berjalan dan berhenti tepat dihadapan Eren setelah melewati Hinata.

"dasar kau ini.." ucap Hinata.

"apa yang sebenarnya terjadi?.." tanya Eren ntah pada siapa setelah menerima uluran tangan pria bersurai merah itu dan berdiri dengan bantuan Hinata disamping kirinya.

"nanti saja kau bertanya,.. sementara ini, Hinata, lebih baik kau bantu dia ke ruang pemulihan. Sementara aku juga akan kesana setelah ini.." pria merah itu memberikan instruksi, dan pergi menggunakan (Shunshin)nya.

"ayo Eren-san, aku akan membantumu ke ruang pemulihan.. dan maafkan aku karena terlambat menghentikanmu.. maaf.." Hinata tampak menyesal karena dirinya terlambat menghentikan pertarungan barusan. Karena dia juga ingin tau apa kekuatan Eren. Hingga membuatnya harus menelan pil pahit karena kedua orang ini harus sama-sama terluka lumayan parah.

"tak masalah Hinata.. lagipula ini sebenarnya salahku karena tak dapat menahan diri tadi.." Eren meminta maaf dengan rasa bersalahnya.

"uhmm.." balas Hinata dengan senyum manisnya.

Mereka berdua berjalan menjauh dari area pepohonan itu untuk pergi keruang pemulihan terdekat. Karena sebenarnya di 3 gedung utama terdapat ruang pemulihan yang baru. Yaitu gedung B dan C.

Setelah kejadian Naruto, gedung E dibangun dan direnovasi kembali. Bersamaan dengan itu, ruang pemulihan yang ada di gedung A, ditambah di dua gedung lain. Itu untuk berjaga-jaga jika kejadian seperti Naruto itu terulang kembali dan memakan banyak korban yang terluka.

Karena ruang pemulihan yang terbatas itu. hingga kini, terdapat ruang pemulihan yang dapat menampung korban hingga puluhan orang.

Hinata membantu Eren berjalan.

Flashback off.

.

Lamunan pemuda beriris hijau itu buyar seketika. Karena mendengar bel tanda pelajaran pertama dimulai.

Tak sadar bahwa disekitarnya bangku telah penuh dengan murid-murid teman sekelasnya.

"hah.. aku harus menemuinya nanti.." gumam pemuda tersebut yang tak lain adalah Eren jaeger. Yang menidurkan kepalanya diatas mejanya sambil menatap lesu bangku Naruto yang kosong disebelah kirinya didekat jendela pas.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Pukul 8 pagi, Wood village.

.

Tiga orang gadis dan seorang pria bersurai pirang saat ini sedang berada di ruang khusus milik pemimpin desa ini.

Dimana gadis bersurai putih seputih awan sedang berdiri di sebelah pemuda bersurai pirang yang ada dikananya. Berhadapan dengan gadis pirang manis yang duduk dikanan gadis yang juga bersurai pirang pucat yang duduk di tempatnya dengan meja kecil di hadapannya. Duduk bersimpuh.

Gadis bersurai pirang manis itu memakai pakaian yang panjangnya bagian bawahnya sampai menutupi mata kakinya yang mengembang. Dengan sebuah cardigan yang berlengan panjang menutupi tubuhnya. Rambutnya lurus tampak rapi.

Sedangkan gadis bersurai pirang pucat itu memakai pakaian seerti halnya seorang ratu dengan sebuah aksesoris dibeberapa bagian surainya dan tangannya yang membuatnya semakin terlihat cantik.

Sendangkan Naruto memakai pakaian seperti biasanya. Serta Ellen yang memakai pakaian tanpa lengan namun tertutup. Dan memakai rok diatas lutut yang memperlihatkan kaki jenjang mulusnya itu, namun menggunakan soft hitam yang terlihat karena roknya yang tinggi diatas lutut itu.

"sebelumnya, saya minta maaf pada kalian berdua yang telah bersedia datang kesini untuk membantu desa ini.. saya ucapkan selamat datang,. Naruto-san, Ellen-san.." gadis bersurai pirang pucat beriris ungu itu memberi sambutan pada kedua orang di hadapannya yang tak lain adalah Naruto dan Ellen dengan wajah datar.

"..dan perkenalkan, nama saya Shion argento.. saya pemimpin disini.." lanjut gadis tersebut yang bernama Shion.

"terima kasih atas sambutannya Shion-sama.." ucap Ellen dengan sedikit menundukkan kepalanya menghormati pemimpin desa itu.

"hm.." balas Naruto yang memasukkan tangannya kedalam sakunya. Menatap datar Shion yang juga menatapnya saat ini.

"sopanlah kau baka!.." geram Ellen yang tangannya berusaha membuat Naruto menundukkan kepalanya. Namun nihil. Seperti sebuah baja yang sulit untuk dibengkokkan.

"tak usah basa-basi. Apa anda memiliki beberapa bukti tentang pencurian cristal itu, Shion-sama?.." Tanya Naruto datar.

Membuat ketiga gadis itu terlonjak kaget. Bagaimana Naruto bisa langsung tau soal hilangnya crystal peninggalan leluhur desa ini. bahkan dalam kertas permintaan tak disebutkan tentang Crystal itu. hanya permintaan membantu menemukan benda yang hilang dengan Gold yang sedikit.

"bagaimana kau bisa tau Naruto-san?.." Tanya Asia.

Sedangkan kedua gadis yaitu Shion dan Ellen hanya menatap Naruto dengan ekspresi mereka masing-masing.

"aku mendengar percakapan kalian berdua tadi malam.. tapi itu tak penting.. sekarang jelaskan Shion-sama.." ucap Naruto membuat Asia dan Ellen diam memperhatikan.

"baiklah Naruto-san.. berhubung mungkin kau kalian berdua telah tau informasinya, aku hanya bisa menambahkan.. desa ini merupakan desa termakmur daripada desa yang lainnya. Sebelum hilangnya Leaf Crystal tentunya. Karena kedua Crystal itu memiliki dua fungsi yang berbeda, dan saling melengkapi.." Shion mulai menjelaskan. Naruto dan Ellen mendengarkan dengan seksama.

"aku tak tau apa yang terjadi waktu itu. karena waktu itu desa ini dipimpin oleh Asia-chan, karena waktu saya sedang berada diluar desa.. kejadiannya dua bulan lalu, Leaf Crystal dicuri ketika Asia sedang melakukan pengecekan kedua Crystal itu.. karena memang pengecekan itu diperlukan setiap satu bulan sekali untuk memeriksa bagaimana kondisi kekkai desa ini dan pertumbuhan tananman yang ada.."

"karena sesuai dengan yang kusebutkan tadi, dua Crystal itu memiliki fungsi yang berbeda. Altheum crystal berfungsi untuk menjaga Kekkai pelingung desa ini agar tetap menyelubungi desa ini agar tak terlihat dari luar dan mempertahankan kekuatan Kekkai itu sendiri.."

"dan yang kedua, Leaf Crystal. Berfungsi untuk menyuburkan tanaman apapun yang ada di desa ini serta.." Shion menjeda kalimatnya dan memandang sendu kearah meja dibawahnya. Membuat Asia sesenggukan menahan tangisnya. Namun Naruto menatap tajam Shion dan Asia. Berbeda dengan Ellen yang bingung.

"..serta memberi kehidupan untuk semua pohon tempat tinggal peninggalan leluhur kami ini.." lanjut Shion.

"dengan kata lain, jika salah satu diantaranya hilang, maka itu akan mempengaruhi kehidupan di desa ini.. maka dari itu kenapa kau tak bisa membayar setara dengan Quest ini dikarenakan keadaan ekonomi disini sedang sangat buruk akibat.. Leaf Crystal yang dicuri itu." Naruto memotong ucapan Shion.

"kau benar Naruto-san, karena hilangnya Crystal itu, tanaman kami yang biasa kami ekspor ke desa lain maupun kota besar menjadi menurun sangat drastis. Tanaman kami banyak yang mati, bahkan melakukan ekspor, untuk makan saja penduduk kami kesusahan.. maka dari itu,.. hiks,. Tolong, bantu kami Naruto-san, Ellen-san.. hiks,. Temukan Crystal peninggalan leluhur kami itu.. hikss."

Bukan Shion yang membalas. Melainkan Asia yang telah menundukkan setengah tubuhnya dengan aliran air mata yang menetes mengenai lantai tempatnya berpijak.

Sedangkan Shion hanya menatap sendu sembari memalingkan wajahnya kearah kiri dimana terdapat pintu dengan kaca yang memperlihatkan keluar pohon raksasa itu.

"kami mengerti perasaan kalian. Kami akan melakukan semua sebisa kami.." Ellen yang juga tampak prihatin berusaha meyakinkan kedua gadis itu.

"karena ini sudah jelas, bisa kalian tinggalkan aku dengan pemuda pirang itu sendirian?.." Shion mengintruksi.

"A-AP-.."

"baiklah, nee-sama.."

Ellen yang kaget dengan permintaan Shion tiba-tiba itu, langsung dipotong oleh Asia yang langsung turun dari lantai tempatnya berpijak tadi karena memang lebih tinggo 30 cm. dan membawa Ellen yang masih shok itu dengan lembut untuk keluar ruangan itu lewat pintu dibelakang Ellen.

Sepeninggalan kedua gadis itu, kedua orang itu hanya saling menatap datar satu sama lain.

Namun tak lama. Karena Shion lebih dulu memalingkan wajahnya kearah sebelumnya dengan semburat merah tipis di wajahnya. Membuat Naruto mengankat sebelah alisnya bingung.

"baiklah, aku ingin berbicara berdua denganmu.. karena aku tak ingin gadis itu shok jika melihat apa yang akan ku tunjukan.. mari ikut denganku.." ucap Shion yang kemudian berdiri dari tempatnya dan berjalan kearah pintu disebelah kirinya yang dia tatap tadi.

"hm.." balas Naruto yang mengekor dibelakang Shion.

Shion memimpin jalannya yang melewati pintu itu. teiihatlah dimana terdapat sebuah balkon yang luas yang berhadapan langsung dengan bagian depan pemandangan desa itu. da nada mereka terus berjalan sampai menemukan sebuah tangga yang sama dengan awal masuk ke pohon raksasa ini. yang tangga itu memutari pohon raksasa itu.

Tak lama, Shion berhenti di balkon luas yang berada dibelakan pohoh raksasa itu yang berhadapan langsung dengan bagian belakang pohon raksasa itu.

Naruto yang baru sampai dibelakang Shion, menatap pemandangan desa itu dibelakang raksasa ini dengan mata yang membila sempurna. Tak lama, ekspresinya pun mengeras dengan giginya bergemelatuk menyaksikan pemandangan didepannya itu.

Berbeda dengan Shion yang menatap sendu pemandangan di bawahnya itu. karena memang posisi mereka berada di pohong yang paling tinggi, otomatis semuanya tampak rendah.

"desa kami semakin lama semakin mati. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan rumah kami.." ucap Shion dengan nada sendu.

Karena dihadapan mereka saat ini, pemandangan dibawah sana yang merupakan tempat tinggal para penduduk desa Wood, yang merupakan pepohonan dengan tinggi yang diatas rata-rata sebagai tempat tinggal mereka. tampak mongering semua dengan dahan yang terlihat lapuk dan taka da daun sama sekali.

Bahkan banyak pohon yang tumbang karena dahannya yang sangat rapuh seperti tak terkena air puluhan tahun. Padahal desa ini selalu terkena hujan pada musim hujan. Tapi hanya dengan selang waktu dua bulan, seperempat desa bagian belakang atau bagian tenggara desa itu telah menjadi desa mati.

Tak ada tanaman maupun air disana. Tandus seperti padang pasir dengan retakan tanah disana. Tak ada penduduk yang menghuni disana. Semua berpindah di bagian desa yang masih belum terkena imbasnya.

"aku mengerti.." balas Naruto yang saat ini berdiri tepa dibelakang Shion. Menatap datar pemandangan didepannya dengan tangan terkepal.

"aku hanya memiliki ini sebagai bukti yang kau minta tadi Naruto-san.." ucap Shion setelah memutar tubuhnya menghadap Naruto dan menyerahkan sesuatu yang dia simpan dibalik jubah pakaiannya.

"bulu hitam?.." gumam Naruto yang menerima bulu seperti bulu burung berwarna hitam.

.

.

"ne, Asia-chan. Tak ku sangka kau adalah putri dari tempat indah ini.." ucap Ellen yang ada disebelah kanan Asia saat ini.

"uhmm.. tak masalah Ellen-san.. lagipula, aku juga ingin seperti gadis-gadis lain yang memiliki teman. Aku tak bisa memiliki teman karena aku seorang putri disini. Mereka takut padaku jika sedikit saja berbuat salah. Maka dari itu, aku lebih suka berpakaian biasa agar tak mencerminkan jika diriku merupakan orang penting disini.." jawab Asia dengan sendu.

Mereka saat ini berjalan-jalan di jembatan kayu kokoh yang menyambungkan pohon satu dengan lainnya. Rumah pohon. Dengan kata lain, mereka sedang berada pulhan meter diatas permukaan tanah.

Mereka ada di luar pohon keramat atau pohon raksasa itu karena permintaan Shion sebelumnya. Mereka memilih jalan-jalan melihat-lihat pemandangan yang ada di desa indah ini.

Banyak juga penduduk desa ini yang melihat mereka berdua dengan senyum. Ada pula yang menundukkan setengah badannya hormat.

"begitu ya.." gumam Ellen yang tiba-tiba ikut murung.

"kau kenapa Ellen-san?.. bukannya yang seharusnya murung itu aku ya.." Tanya Asia dengan wajah bingung.

"a-ah.. tidak kok Asia-cha-, maksutku,. Asia-sama.." jawab Ellen yang tersenyum gugub.

"jangan panggil aku seperti itu.. aku tak suka jika temanku memanggilku begitu.." Asia tampak kembali sedih.

"ba-baiklah, Asia-chan.." ucap Ellen yang kemudian mencubit pipi Asia agar dia tak sedih lagi.

"trimakasih Ellen-san.." ucap Asia yang telah dilepaskan cubitannya itu. keduanya tersenyum bersama.

Tak sadar, mereka sampai di salah sati pohon dengan sebuah balkon dari dahan-dahan pohon lainnya yang menyatu. Dan dilapisi dengan kayu yang dibuat melingkar luas dan di semen bagian atas kayu itu hingga membuatnya seperti sebuah arena bertarung yang kokoh.

"mm, Asia mereka itu siapa?.." Tanya Ellen yang saat ini mereka tiba dipinggiran arena itu, karena melihat beberapa orang seperti Knight namun tak membawa pedang. Namun busur panah.

"mereka adalah para Knight yang ada di Wood village ini.. kemampuan mereka memang memanah, berbeda dengan para Knight dari kerajaan. Knight disini terdiri dari para penduduk pemberani yang ada di desa ini dengan tujuan melindungi desa ini dari apapun.." Asia menjelaskan seraya direksinya menatap para Knight Wood yang sedang berlatih tanding dengan busur sebagai senjata mereka.

"aku mengerti. Tapi kenapa tak ada Knight dari kerajaan yang membantu pertahanan disini?.. bukannya setiap kota maupun desa seharusnya ada Knight yang bersiaga.." Tanya Ellen menyelidik.

"tidak Ellen-san. Tak semua tempat dijaga oleh para Knight kerajaan. Hanya kota-kota besar dan kota kecil saja yang memiliki Knight resmi dari kerajaan.. memang ada di desa tertentu, tapi kami tak ada.. hanya Kesatria pemanah dari para leluhur kami lah yang melindungi desa ini.." jawab Asia yakin.

'jadi begitu, masih banyak hal yang tak ku ketahui selama ini..' batin Ellen miris.

"tapi ngomong-ngomong, jika kalian bersaudara.. kenapa kalian berbeda Ras?.." Tanya Ellen bingung. Karena dia merasakan (Chakra) dari Shion, dan [Mana] dari Asia sendiri.

"AH!, iya a-aku lupa hehe.. benar yang kau katakana Ellen-san. Nee-sama dan aku memang memiliki sumber spiritual yang berbeda. Karena ayah dan ibu kami berasal dari Ras yang berbeda.." Asia menjelaskan dengan gugub.

"ohh, begitu.. lalu?.." Tanya Ellen yang merasakan jika Asia sengaja menjeda kalimatnya.

"Tou-sama kami bernama Argento, dari Vatican. Sedangkan Kaa-sama bernama Miroku, berasal dari sini. Walaupun orang tua Kaa-sama juga berasal dari dua keturunan yang berbeda.. tapi yang pasti, chakra Kaa-sama menurun pada Nee-sama. Dan Mana Tou-sama menurun padaku.." Asia melanjutkan.

Tampak wajah Asia bahagia sekali saat bercerita tentang kedua orang tua kandungnya itu. membuat Ellen ikut bahagia melihatnya.

Senyuman manis kedua gadis itu mengembang satu sama lain.

Mereka berdua memilih kembali ke rumah pohon keramat untuk meminta penjelasan kepada Naruto.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Malam hari, Wood village.

.

'aku harap, rencana ini berhasil..' batin seorang pemuda bersurai pirang yang ada di dalam kamar di rumah pohon keramat itu.

Saat ini pemuda itu sedang tiduran telentang dengan kedua lengannya sebagai bantalan. Memandang langit-langit kamarnya.

"jika benar apa yang ku lihat belakangan ini. aku harus memastikannya lagi." Gumam pemuda pirang itu yang tak lain adalah Naruto.

Kemudian Naruto bangun dari tidurannya di fuutonnya itu dan keluar dari kamarnya. Berjalan menelusuri lorong-lorong yang ada di ruangan rumah pohon keramat ini.

Naruto terus berjalan. Dia beberapa kali bertemu dengan maid yang ada di sini. Para maid itu melihat Naruto dengan wajah bersemu merah. Ntah apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. batin Naruto.

Beberapa kali juga dia meiihat para Knight yang berjaga di tempat ini yang membawa busur. Naruto sudah tau tentang kesatria pemanah pelindung desa ini dari Shion tadi pagi tentunya. Dan masih banyak lagi yang Naruto ketahui dari Shion.

.

Lama Naruto berjalan seperti biasanya. Kedua tagannya dimasukkan kesaku celananya. Dia baru ingat, Saber ada dikamarnya sejak kemarin.

'kenapa dia tak mau kembali. Dasar Saber.. tapi aku yakin dia pasti memiliki alasan tertentu untuk itu.' batin Naruto yang terus berjalan menatap datar seperti bisanya.

'ah..'

Tiba-tiba pendngaran Naruto mendengar sebuah suara. Membuatnya berhenti disalah satu lorong yang terdapat sebuah pintu besar di sisi kiri. Seperti pintu untuk ruangan orang penting.

'suara ini..' batin Naruto.

Kemudian dia kembali berjalan tanpa ada suara sedikitpun. mendekat kearah asal suara itu.

'ah, ah.. jangan terlalu che-chepat tuan.. ah.'

Suara itu semakin dekat ditelinga Naruto.

'tidak salah lagi. Suara itu berasa dari pintu yang sama.. pintu itu.' batin Naruto yang melihat pintu besar beberapa meter didepannya itu. kemudian dia mendekat ke arah pintu itu.

'tu-thuan, ahh~ ah~.. the-theruss~ thuan~.. ah.. ahh~..'

Naruto berhenti tepat disamping pintu besar itu yang terlihat terbuka sedikit. Membuat Naruto melihat apa yang terjadi didalam ruangan dibalik pintu itu.

'dia!.. kenapa dia melakukannya dengan seorang maid isini?,. dasar tak tau diri.' Batin Naruto menatap dingin pemandangan didepannya saat ini melalui sebelah matanya karena pintu yang hanya terbuka sangat sedikit itu. karena dia seperti pernah bertemu dengan maid itu disini. Maka dari itu dia seperti familiar dengan wajah maid perempuan itu.

'ahh~, tuan.. jangan terlalu keras~.. ahkhu tak thahan thuan~.. ahh~ ah~..' racau wanita bersurai hitam lurus yang saat ini sedang di telentang di sofa dalam ruangan yang luas itu.

'khu..khu.. tweruslah mendwesah. Akwu shuka desahanmu.. ah, ah..' ucap seorang laki-laki yang ada diatas wanita itu yang sedang menggerakkan in out kemaluannya dalam kemaluan wanita dibawahnya. Mulutnya juga tak henti-hentinya menghisap benjolan yang ada di asset milik wanita itu.

Keduanya tampak tak memakai busana sama sekali. Keduanya juga terlihat sangat menikmati kegiatan mereka itu tanpa menyadari bahwa ada seorang pemuda pirang yang melihat mereka dari celah pintu.

'ahh, ahh~ tuan, teruss~.. ahh.. ahh~..' wanita it uterus mendesah nikmat ketika hujaman di kemaluannya terus dipompa oleh laki-laki itu.

'kau suka ini hmm?,..' ucap pria itu yang yang memelintir puting wanita itu dengan ganasnya sambil menjilat dan menghisapnya.

'ahh~ ahh~,.. i-iya thuann~.. lebih~,.. lakukan lebihh thuann~ ahh~.. ahh ahh..' wanita itu mendesah semakin keras tak karuan ketika merasakan kenikmatan yang melanda tubuhnya saat ini. bahkan hujaman di kelaminnya dia rasakan semakin kencang. Membuatnya menggelinjang tak karuan.

'bodoh.. hanya ini?.. tak penting..' batin Naruto yang mengehentikan aksi menonton tak sengajanya itu. dan berniat pergi dari sana.

'tidak ibara-chan..' ucapan pria itu membuat Naruto menghentikan langkahnya yang baru satu dua langkah itu. membuatnya memfokuskan pendengarannya kembali.

'thu-tuan.. ayo teruskann~,.. ahh~,. Uhhnn~~..' racau wanita yang bernama ibara itu yang menggerakkan pinggulnya untuk kembali mendapatkan kenikmatan yang terhenti akibat pria diatasnya yang menghentikan hujaman kelaminnya pada lubang surga dunianya itu.

'tidak ibara-chan.. aku akan memberikanmu kenikmatan yang lebih, serta perjanjian kita sebelumnya.. jika..' ucap pria itu yang dijeda sembari tangannya meremas gumpalan daging empuk didada wanita itu dan sesekali menghisapnya. Pinggulnya pun di gerakkan kembali in out perlahan untuk menggoda wanita dibawah kungkungannya itu.

'thu-thuanh~.. ahhhh~… ahh~.. a-apa?.. a-aku ahkhan melakukannyhaa~ ahh~..' ucap wanita itu dengan desahan menggodanya. Yang membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung 'memangsa' wanita itu.

Namun tidak bagi Naruto. walaupun wajahnya sedikit memerah, namun itu semua langsung hilang akibat dia kembali ingat dengan tujuannya.

'kau harus melakukan tugasmu dengan baik ibara-chan.. buat penjagaan tuan putri lengah saat pengecekkan Crystal itu. dan satu lagi, buat pemuda dari Soul itu bertekuk lutut dihadapanmu.. ibara-chan~.. sedangkan teman gadis'nya itu, biar aku yang urus.. kha kha kha..' ucap pria itu yang tak terlalu jelas karena wajahnya tertutup gelapnya bayangan ruangan yang remang-remang itu. bersamaan dengan tubuhnya yang mulai menggerayangi tubuh indah wanita dibawahnya itu.

'ahh~.. ba-baiklhlahh tuanhh~.. ahhh.. ahh ahh..~.. itu mudah, thuanh~ ahh.. teruss tuan~.. ahh..' wanita itu kembali mendesah keras ketika kelaminnya kembali dihujam dengan kejantanan pria diatasnya itu.

Pria itu tersenyum kejam dibalik aksinya yang bejat itu.

'jadi begitu.. benar dugaanku..' Batin Naruto yang kemudian pergi dari sana tanpa bersuara sama sekali.

.

"hmm.. sebentar lagi, aku akan menjadi penguasa.. wanita manapun, akan bertekuk lutut dihadapnku.." ucap seorang pria yang posisi tubuhnya setengah tidur telentang di tempat tidur king size'nya dengan seringai kejamnya. Terlihat pula gadis yang telah menghabiskan malam dengannya itu tertidur sambil memeluk erat pria itu tanpa busana.

"jika kau gagal, kau akan mati.. ibara-chan.." gumam pria itu sembari meremas aset milik wanita itu beberapa kali dengan senyum yang menjijikkan.

'uhhnn~..' membuat wanita itu melenguh karena remasan didadanya itu.

Namun apa yang diucapkan pria itu tak dapat didengar karena wanita itu yang telah menyelam ke alam mimpinya.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Pukul 8 pagi, Wood village.

.

"lapor Shion-sama, persiapan penjagaan di seluruh bagian desa telah selesai.. kita tinggal menunggu kapan penyerang itu tiba.. karena dari yang anda katakan, dipastikan mereka akan tiba saat malam hari. Jadi kami melakukan penjagaan 24 jam.." ucap seorang Knight dengan dua busur di punggungnya. Armornya hanya menutup tubuhnya saja. Namun tidak dengan surai merah spike'nya.

"baiklah Tigre.. lanjutkan tugasmu.." Shion memberi perintah.

"hai',.. Shion-sama.." balas Knight itu dengan gagahnya dan pergi dari hadapan Shion melewati pintu yang ada di hadapan Shion beberapa meter itu. setelah sebelumnya memberi hormat pada seorang gadis di samping pintu itu. dan dibalas senyuman manis dan anggukan oleh gadis itu.

"siapa dia Shion-sama?.. sepertinya dia pemimpin Knight disini.." Tanya Ellen yang saat ini ada di dekat pintu masuk dihadapan Shion. Gadis bersurai putih itu bersidekap dibawah dadanya. Tampak pakaiannya saat ini adalah pakaian yang siap digunakan untuk bertarung.

"dia adalah Tigrevurmud Vorn.. seorang Komandan pasukan Knight desa ini. dia adalah orang kepercayaanku.." jawab Shion dengan senyumannya.

"baiklah kalau begitu. Kita hanya menunggu saatnya tiba.." ucap Ellen yang saat ini seperti sedang menatap langit-langit diruangan Shion itu.

"yah.. kuharap ini berjalan dengan baik.." kata Shion yang menatap jendela pada pintu disisi kirinya yang memperlihatkan suasana diluar. Atau lebih tepatnya pemuda bersurai pirang dengan pedang besar dibelakangnya yang saat ini berdiri di balkon itu.

.

"dimulai ya.. apa kau siap Saber?.." gumam pemuda pirang yang berdiri diatas balkon dekat ruang milik Shion yang menatap pemandangan desa itu dengan tatapan datar seperti biasanya.

Sedangkan yang dia tanya tak ada jawaban kata-kata sama sekali. Hanya aura putih yang terlihat menguar dari Great Sword Saber yang terbalut kain putih diseluruh bilahnya itu.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Unknown place.

.

Disuatu tempat gelap yang ada di bawah tanah. Disalah satu ruangan yang minim dengan cahaya. Seorang berjubah serba hitam yang duduk disinggasananya dengan seringaian yang terlihat di mulutnya.

Seorang laki-laki yang berdiri deidepannya saat ini memberikan kabar yang membuatnya sangat senang.

"jadi begitu.. si putri itu akan melakukannya nanti malam ya.. hah,. Aku tak sabar bertemu dengannya lagi.." ucap seorang berjubah hitam itu yang menjilat bibirnya diakhir kalimatnya.

"benar, tuan.. 'dia' bilang jika penjagaan disana diperketat saat ini.. dan dari informasi yang saya dapat, ada dua orang sorcerer dari Soul yang datang membantu.." pria yang berdiri itu juga tak terlihat wajahnya karena minimnya cahaya yang ada.

"itu bukan masalah untukku.. aku masih memiliki Beberapa peliharaan yang bisa membantuku melancarkan tujuanku.. khu khu khu.." orang berjubah itu menyeringai kejam.

"kenapa tidak sejak sebulan lalu saja kita mengambil sisa Crystal itu tuan?.. dengan begitu kita tak perlu membuang tenaga melawan mereka.." Tanya pria itu.

"tidak.. tidak.. jika kita menyerangnya disaat mereka sedang melakukan pemulihan seperti itu, nikmatnya akan berkurang.. khu khu khu,.. lagi pula karena efek serangan [Black Bow] milik Marksman itu, membuatku juga harus memulihkan diriku.. karena efek serangannya itu membuatku hampir kehilangan 'kendali'.. sangat sulit membuatku kembali stabil, kau tau itu kan.." ucap seorang berjubah hitam itu santai.

"aku tau tuan.. grr, lagipula aku juga memiliki dendam pada seseorang.." ucap pria yang berdiri itu geram.

"aku tau.. kau beritahu pada mereka bertiga sekarang juga untuk mempersiapkan 'peliharaan' kita.." sosok berjubah itu berdiri dari singgasananya seraya memberi perintah untuk pria didepannya yang merupakan bawahannya.

"baiklah tuan.. khu khu khu.." balas pria itu dengan tawa jahatnya. Lalu pergi dari hadapan sosok hitam itu dengan [Teleport circle] miliknya untuk menjalankan tugasnya.

"perang ini.. akan menjadi penentu untuk nasib Leaf of Heaven selanjutnya.." gumam sosok hitam itu yang membuka telapak tangannya diatas, dan muncul sebuah Dimention Box transparan seukuran telapak tangannya itu yang bersinar hijau.

Sosok itu tersenyum menatap apa yang ada dihadapannya.

.

.

.

.

To be continue...

.


A/N: gimana menurut kalian chap ini?..

Untuk kali ini kyo akan membalas beberapa Review dari Guest yang menurut kyo gk ada jawabannya di scen yang akan datang.

1. Guest04: ini komentar yang paling kyo suka.. T_T thank's kawan doanya. Semoga kamu juga diberi kesehatan slalu. Dan trimakasih pula pujiannya.. tapi yang terpenting doa darimu kawan.. thank's kawan.

2. last game: thank's sarannya kawan. Nggak pasti kok itu pairnya walau ada scen Naru yang tunduk ama gadis yang ada. Tapi saran yang bagus.. thank's kawan.

3. Monkey D luffy: pasti ada kawan..

4. Alexis: kyo usahakan cepet. Soalnya juga banyak kesibukan di real world kyo.. thank's..

5. Dicki: thank's kawan, itu agar gak mainstream menurut kyo.. dan juga kyo tunggu komentar darimu lagi kawan..

6. Ice: sapa aja yang jadi rekannya Naru?, ntahlah.. tapi si Eren udah pasti itu.

7. Kenshin-H: thank's supportnya. Dan untuk lainnya yang support seperti itu, kyo berterimakasih..

8. Nhl: yup, masalah suffix itu karena kesalahan kyo yang pelupa. Wajar sifat manusia.. :D

9. Yu: ntah ni cowok atau cewek, tapi yang pasti thank's supportnya.. kyo usahakan update terus dan focus ke fict ini kok..

10. Angga: thank's kawan. Kyo usahakan kok.

11. chastroll boe long: mungkin sih. tapi udah ada penjelasannya kok di chap-chap sebelumnya..

12. hoho: maksutnya 2k gimana ya?.. itu udah lebih dari 2k kawan.. :D

13. Stalker-12: thanks's.. trims udah nyampaikan unek-uneknya kawan..

14. Uchihacrow: umm, untuk ini.. kenapa Naru gak bunuh musuhnya?, mungkin jawabannya udah ada waktu chap sebelum-sebelumnya. Tapi yang jelas sebenarnya kyo juga maunya gitu. Bunuh bunuh aja. Tapi karena alurnya yang udah kyo siapin jauh-jauh, ya gak bisa. Lagipula mereka masih seacademi. Mungkin jika pertarungan lain bisa. Kyo juga tau prasaan Naru kok.. :D

15. Kusanagi-no ken: yup.. kalo pernah liat animenya pasti tau..

16. No name: thank's. pasti nanti ditunjukkan kok. Tapi belom saatnya. Tunggu aja ya..

17. Guest: kurang sadis?, menurut kyo sih itu betul juga. Tapi kalo mau lebih sadis nanti lawan musuh sebenarnya.

18. Fvck: wkwkwk.. thank's kawan. Diusahakan fast kok.

19. Shiro'uZumaki: ya bertahap. Kalo tunjukin semua langsung gak seru. Gak ada penasarannya ntar.

20. ganden x-4: pasti ada. Tunggu aja ya..

21. Fian otsutsuki: mungkin. Ikuti aja alurnya ya..

22. Nhl: mungkin. Semua bisa aja jadi pairnya..

23. Shin: aa, kyo juga bingung harem atau nggaknya..

24. Aoi no Kitsune: kyubi?, mungkin ada. Mungkin juga tidak.

25. Guest: minta maaf ya?, pasti. Tapi kyo rasa belum waktunya buat mereka bersatu.

Mm.. kyo kira itu beberapa Guest atau reader tanpa akun yang bisa kyo balas. Yang lainnya pasti udah tau sendiri..

Dan untuk yang punya akun, kyo balas lewat PM.

Trims kawan.. walaupun kyo gk kenal kalian semua. Atau beberapa yang baru kenalan sama kyo.. tapi trims untuk semuanya..

Glosarium:

1. Dimention box: kubus untuk menyimpan benda sacral dan sejenisnya.

Seperti biasa kawan. Jika tertarik dengan para Dragon atau makhluk lain yang ada, kalian bisa lihat bagaimana wujudnya di album fb kyo agar lebih mengena feellnya. Dengan name profil: Kyoigneel. Image sama dengan profil akun Kyo ini.

Jika ada pertanyaan silahkan coret-coret di kolom Review yang tersedia. Mm.. seperti biasa, Review berupa kritik maupun saran dari kalian sangat membantu Kyo dalam menulis. :)

See you next time!

.

Next chapter 9: Wood village part 2. War begins..