WORLD
.
Disclaimer:
Naruto [Masashi Kishimoto]
High School DxD [Ichiei Ishibumi]
Singeki no Kyojin [Hajime Isayama]
Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.
Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.
Rate : M
Pair: Naruto x..
Genre : Action, Adventure, Fantasi.
Warning!: Mature Content! in here, Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Isekai, Etc, Gak suka gak usah baca!, dll.
Summary: dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang 'malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.
.
Next chapter 18: Kirigakure no Kijin..
.
Opening Song:
CLOSER by Inoue Joe.
.
.
.
.
Ruang kepala Academi Hagun.
.
Seorang wanita cantik berambut pirang dengan dada yang menonjol dibalik pakaian rapi dengan rok diatas lutut.
Memandang bingung seorang pria bersurai putih yang mencuat panjang yang memakai pakaian rapi dan celana panjang. Yang saat ini berdiri di depan jendela disisi kirinya membelakangi wanita itu.
Wanita cantik itu berjalan mendekati suaminya.
Greb!
"Tsuma, ada apa?"
Tanya pria bersurai putih mencuat itu ketika merasakan di punggungnya menempel sesuatu yang empuk dan berukuran fantastis dari seorang wanita cantik yang memeluknya saat ini. menyelipkan wajah cantiknya di punggung sang suami.
"Kau kenapa beberapa hari ini melamun Anata? Apa setiap malam yang ku berikan padamu itu masih kurang, hemm?"
Ucap wanita cantik itu seraya dengan posisi yang sama dan pipi yang bersemu merah dibalik tubuh sang suami tercintanya. Membuat sang suami yang mendengar itu memerah wajahnya dengan ekspresi menjijikan mulai terlihat.
"A-ah! Tidak kok Tsuma. Aku selalu puas dengan yang kau berikan setiap malam. Hehe.. aku selalu membayangkan meremas..- ehm.. bukan itu tsuma. Aku hanya kepikiran dua bersaudara itu saja."
Jiraiya yang mulai terpancing dengan perkataan istrinya mulai masuk ke mode pria brengseknya seraya berbalik menghadap sang istri yang malah sweatdrop memandang suaminya. Namun Jiraiya langsung kembali ke topic ketika ingat apa yang menjadi akar dari pemikirannya saat ini dengan ekspresi kembali serius.
"Maksutmu Naruto dan Miyuki itu? memang kenapa dengan mereka? oh iya, aku mendapat laporan jika Naruto itu sudah beberapa hari tak masuk. Apa itu berhubungan dengannya?" tanya Tsunade.
"Benar. waktu itu, Naruto yang tak masuk memang sudah meminta izin padaku. Dan itu berhubungan dengan Miyuki." jawab Jiraiya.
"Apa maksutmu Anata?. Bukankah Miyuki pergi menjalankan Quest dengan Rossweisse?" ucap Tsunade yang memandang suaminya bingung.
"Miyuki memang menjalankan Quest-nya di Namigakure untuk menyelesaikan masalah penduduk desa itu dari para Yakuza penguasa daerah itu. tapi yang ku maksut si Naruto itu –"
"Apa?! Miyuki pergi ke Namigakure? Bukankah disana berbahaya Anata. Apalagi Yakuza di sana banyak sekali. Ditambah, iblis dari Kiri yang ku dengar ada di sekitar wilayah itu. kita harus –"
"Tenanglah Tsuma. Dengarkan dulu ucapanku." Ujar Jiraiya yang mengelus surai pirang istrinya yang khawatir itu.
Membuat saling potong perkataan diantara mereka berdua berhenti seketika. Dengan wanita cantik itu menatap suaminya dengan anggukan setuju. Membuat Jiraiya tersenyum menatap istrinya.
"Aku tau jika disana berbahaya. Maka dari itu, aku membicarakan Naruto. kau tak perlu khawatir.. karena dari info yang ku dapat, Naruto izin untuk tak masuk ke Academi untuk pergi ke wilayah itu." Jiraiya menjelaskan seraya menatap istrinya.
"Jadi maksutmu, kau tak khawatir dengan Miyuki karena kakaknya yang kebetulan pergi ke wilayah itu? dan kau mengira Naruto akan membantu adiknya?" ucap Tsunade yang mulai berpikir keras untuk saudara tak sedarah itu.
"Tapi, apa kau tak berpikir jika saat ini Naruto bermusuhan dengan Miyuki?. apa pemuda itu akan membantu Miyuki, sedangkan mereka sendiri hanya saudara tiri yang telah disakiti oleh Miyuki. Aku yakin Naruto pasti berpikir seperti itu." lanjut Tsunade yang menatap serius pada suaminya.
"Kau benar. tapi sepertinya kau harus lebih teliti membaca ekspresi seseorang Tsuma."
Ujar Jiraiya yang tampak tersenyum menatap istrinya yang cemberut. Seakan merasa jika wanita berdada besar itu sedang di remehkan oleh suaminya sendiri. Wanita cantik itu memanyunkan bibirnya.
"Aku yang sering bertemu Naruto. bahkan pemuda itu selalu terlihat dingin ketika membicarakan Miyuki.. bahkan di akhir kami bertemu ketika dia meminta izin. Dia tetap dingin. Namun, sorot kesedihan dari gelagatnya itu dapat ku rasakan. Dia selalu berpaling ketika membicarakan adiknya." Lanjut Jiraiya.
"Apa maksutmu Anata?" tanya Tsunade yang mulai bingung dengan suaminya.
Walaupun apa yang dikatakan Jiraiya itu ada benarnya, tapi apa yang dimaksut suaminya ini tentang pemuda bersurai pirang bermuka tembok itu? apa Tsunade ketinggalan banyak berita tentang pria yang dibanggakan suaminya itu?.
Jiraiya berbalik dari istrinya dan kembali menatap jendela keluar sana. Dipagi hari yang cerah ini, murid- murid Academi terlihat berlalu lalang di halaman sekolah karena jam istirahat saat ini.
"Dia, menyembunyikan perasaannya sendiri." Lanjut Jiraiya.
"A-apa!?.. Maksutmu Naruto itu sebenarnya masih menyayangi Miyuki?" ujar Tsunade tak percaya. Seraya iris sedikit membolanya kembali seperti sedia kala dengan iris yang menunjukkan rasa sedihnya pada kedua adik kakak itu.
"Benar. apapun yang dia katakan, itu berbalik dengan fakta yang terdapat dari perilakunya. Dia memang pandai menyembunyikan ekspresi wajahnya yang tenang. Tapi ketika menyangkut Miyuki, dia membuat kesalahan dengan emosinya." Ujar Jiraiya yang masih memunggungi istrinya.
"Berarti.. Naruto itu.." gumam Tsunade dengan wajah tertunduk sedih.
"Benar. dia sangat menyayangi Miyuki. apapun yang dilakukan Miyuki sabelumnya, dia pasti memaafkan adiknya itu. walaupun adiknya menyakiti perasaan pemuda itu. tapi Naruto tau, dia sebagai seorang kakak.."
Jiraiya menjeda kalimatnya seraya memandang ke luar jendela tepat keatas. Memandang kumpulan awan cumulus indah di langit cerah pagi itu.
"Naruto akan selalu melindungi adik perempuan satu-satunya."
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
Di sebuah reruntuhan desa yang sudah tak berbentuk lagi. Hanya puing-puing bangunan yang ada di tempat itu. disertai dengan pepohonan dan rerumputan liar yang tumbuh lebat di desa yang sudah lama hancur itu karena serangan para makhluk raksasa dunia ini.
Siapalagi jika bukan para Dragon dan monster atau Magical Beast yang menghuni daerah itu.
Namun, seorang pria yang berjalan santai dengan mengenakan jubah seperti jaket berlengan panjang dengan kerah tinggi menutupi separuh wajah bawahnya. Dengan mengenakan bawahan celana panjang khas para Shinobi dan sepatu Shinobi yang digunakannya.
Sebuah pedang berukuran tak wajar tergantung miring dengan ujungnya di bagian atas kiri pundaknya. Yang tersemat di punggung tegap pria itu. sebuah kain putih panjang yang meliliti pedang itu dibagian gagangnya menjadi tali pengikat antara pedang besar itu dengan tubuhnya. Dan terikat ke bilah lebarnya.
Pandangan datarnya tak henti-henti melirik kebelakang dengan ekor matanya. Rambut pirangnya tergoyang lembut terkena hembusan angin kecil. Dan menghentikan jalannya dengan menghembuskan nafas putus asa dibalik kerah tingginya.
"Bisakah kau berhenti mengikutiku. Apa kau tak lelah dua hari ini mengekor dibelakangku seperti itu.."
Gumam Naruto yang tampak lesu. Seraya berbalik menghadap ke belakang dan menatap sebuah pohon dibelakangnya yang tampak tak terlalu besar. namun bukan pohon itu yang menjadi masalah untuk Naruto saat ini. tapi sesuatu dibalik pohon itu.
"Hei Arae, aku bisa dengan jelas melihat tubuhmu dibalik pohon itu." gumam Naruto sweatdrop memandang pohon didepannya beberapa meter itu.
Bagaimana tidak, saat ini dipandangannya terlihat seekor Dragon yang dengan tubuh besarnya bersembunyi dibalik batang pohon yang diameternya tak sampai 1 meter!. Jelas tubuhnya terlihat di kedua sisinya karena lebih besar itu.
Dengan posisi menekuk keempat kakinya hingga tubuhnya rendah menyentuh tanah. Seraya mengintip dengan iris verticalnya lalu menyembunyikan wajah dengan moncongnya lagi. Dan beberapa kali seperti itu.
Apalagi tubuhnya yang hitam biru itu membuatnya tampak jelas terlihat dibalik pohon yang lebih kecil dari tubuh Dragon itu.
"Sudahlah. Kau sudah mengikutiku sejak kau membantuku waktu itu. pergilah dan aku tak akan melukaimu." Kembali Naruto berujar dan berjalan mendekati pohon itu. hingga berhenti tepat 2 meter dari pohon tempat bersembunyi makhluk besar itu.
Hanya iris dan moncong naga itu saja yang kembali di tampakkan oleh Dragon itu. seraya memicingkan matanya menatap Naruto. dan kembali menyembunyikan wajahnya lagi.
'Kenapa dengan Dragon aneh ini..' batin Naruto kembali sweatdrop.
Tap! Tap! Tap!
Sebuah derapan langkah kaki berasal dari balik puing bangunan desa mati dibelakangnya itu membuat Naruto melirik dengan ekor matanya. Berbalik menghadap kebelakang untuk sekedar tau siapa yang datang di tempat hancur ini.
"Kau memang pemuda yang menarik ya."
Sebuah suara feminism mengalun merdu dari sosok orang yang berhenti tepat dibelakang Naruto beberapa meter. Membuat Naruto kali ini berbalik menghadap siapa pemilik suara feminism itu.
"Hm? Siapa kau?" tanya Naruto datar dengan sebelah alisnya terangkat.
Dimana pandangan Naruto saat ini, seorang berjubah coklat setengah badan sampai atas lutut, yang memperlihatkan sebuah rok biru panjang yang terdapat belahan dibagian depan sisi kanan. Memakai sepatu Shinobi namun seperti hils dengan warna putih dan lempengan besi di bagian depan tulang kering.
Topi bulat seperti milik para nelayan dipakainya dengan sebuah kain hitam yang terdapat di depan topinya. Hingga menutupi wajah sosok itu.
Sedangkan dari suaranya dan sepatu yang digunakan, sosok itu adalah seorang gadis.
"Aku? Aku manusia. memang kau Kira aku apa, hmm?" ujar sosok itu seraya bersidekap dada di dalam jubahnya.
'satu lagi makhluk aneh.' Batin Naruto sweatdrop dengan iris datarnya.
"Terserah kau."
Ucap Naruto seraya berjalan dan melewati gadis yang sebelumnya ada di depannya itu. meninggalkan Arae yang masih mengintip dari balik pohon yang lebih kecil dari tubuhnya dengan posisi yang sama.
"Apa kau akan meninggalkan Dragon itu?"
Ucapan feminism dari gadis yang ada di belakangnya itu menghentikan langkah Naruto. dengan posisi mereka saling membelakangi saat ini.
"Memang apa hubungannya denganku dan Dragon aneh itu?" Naruto balik bertanya datar. Menghiraukan gadis misterius dibelakangnya yang berbalik menghadap punggung pria bersurai pirang itu.
"Kau itu aneh. Meninggalkan seekor Dragon yang mengikutimu begitu saja. Padahal setiap orang justru mengincar para Dragon untuk mereka jadikan Mount. Walaupun nyawa mereka taruhannya. Tapi kenapa kau malah sebaliknya?" ujar gadis itu.
"Apa maksutmu?. Dia hanya iseng –"
"Dia tertarik padamu."
Ucapan Naruto yang dipotong begitu saja oleh gadis misterius dibelakangnya itu, membuat pria yang hanya terlihat setengah wajah atasnya saja tersebut sedikit membolakan irisnya. Dan kembali seperti semula.
"Lalu..?" gumam Naruto datar.
"Hah.. kau harus menerimanya, tampan.. dia sudah mengikutimu beberapa hari ini tanpa menyakitimu, bukan? Itu lebih dari cukup untuk mengetahui apa yang dia inginkan darimu. Setidaknya cobalah menjaga perasaannya yang tertarik padamu itu."
Gadis itu berkata dengan senyuman di bibir merah sensualnya dibalik kain topinya itu. berkata dengan berjalan ke arah Naruto, dan berhenti tepat dibelakang pria bersurai pirang itu.
"Hm.."
Gumam Naruto yang menghiraukan perkataan gadis misterius itu, dan kembali berjalan meninggalkan Dragon dan gadis misterius dibelakangnya yang memicing tajam menatap punggung Naruto yang meninggalkan dirinya.
Greb!
"H-hoi! Apa yang kau lakukan?"
Naruto malah dibuat kaget ketika dia berjalan beberapa langkah, tangan lembut gadis misterius itu menggenggam pergelangan tangan kekar Naruto dan menarik Naruto untuk berbalik berjalan ke arah Arae yang ada di balik pohon dibelakang mereka.
"Diam.. Kau harus menerima Dragon itu. jika kau tak mau menerimanya, kau malah akan membuat Dragon itu mati dengan sendirinya."
Ucap suara feminism dari gadis itu yang berhenti tepat beberapa langkah dari pohon tempat Arae mengintip perdebatan tersebut.
Membuat Naruto memutar bola matanya bosan mendengar ucapan yang terkesan memaksa dari gadis aneh yang baru ditemuinya. Yang bahkan tak menunjukkan wajahnya itu.
"Lalu. apa yang harus ku lakukan? Menerimanya lalu berjalan-jalan dengannya, dan makan malam bersama.. lalu ketika aku pulang dari bertarung disambut oleh naga itu dalam rumahku dengan berkata 'Ohayou Naruto-chan..'. apa itu yang akan terjadi selanjutnya.."
Naruto berkata dengan intonasi aneh yang membuat gadis di depannya yang dimana saat ini berhenti di dekat pohon tempat bersembunyi Arae, memanyunkan bibirnya sebal dengan kata-kata Naruto.
Iris datar Naruto menatap wajah samar-samar dari balik kain hitam topi yang digunakan gadis misterius itu.
"Kau.. keras kepala. Kau lihatlah kebelakangmu, naga itu menunggumu. Naga itu mau menjadi temanmu. Seharusnya kau bersyukur untuk itu dan berteman dengan Dragon tersebut dan berjuang bersama. Dia ingin menjadi temanmu.."
Ucap gadis itu dengan memajukan wajah dibalik kain hitam itu dengan sedikit mendongak karena tinggi Naruto. sementara Naruto semakin memicingkan irisnya.
"Kau yang keras kepala. Kau tak tau apapun tentangku, kau bukan siapa-siapaku, rekan atau orang tuaku. Dan kau, tak tau apa yang mereka para Dragon lakukan pada desaku, pada ibuku. Kau tak tau apapun tentangku."
Iris tajam Naruto menatap iris dibalik kain hitam itu dengan emosi yang kentara dari wajah datar pria itu. yang juga mendekatkan wajahnya pada gadis misterus tersebut yang menyulut emosinya saat ini.
Iris gadis itu membola ketika mendengar apa yang dikatakan Naruto. tubuhnya menegang sebentar dan kembali normal.
Srek!
"Memang jika aku seseorang untukmu, apa kau mau mendengarkanku? Jika aku seorang yang peduli padamu apa kau mau menerima Dragon itu?"
Gadis itu menarik kerah Naruto dan semakin mendekatkan wajahnya yang mulai dingin dibalik kain hitam yang menjadi jarak antara wajah Naruto dan wajahnya.
"Tidak."
Ucap Naruto datar. Dan melepaskan tangan halus gadis misterius itu dan kembali berjalan melewati gadis yang tampak membeku dengan ucapan Naruto.
"Aku bahkan tak mengenalmu. Kau bukan siapa-siapaku. Dan aku tak akan mendengarkan siapapun. Baik itu kau, atau siapapun. Menjauhlah dariku, dan bawa saja Dragon itu."
Lanjut Naruto datar dengan posisi kembali saling membelakangi. Sementara gadis itu masih menundukkan wajahnya dibalik kain hitamnya.
"Kenapa.."
Ucapan datar dari gadis yang membelakanginya menghentikan langkah Naruto kembali.
"Hm?" balas Naruto datar.
"Kenapa kau perpikir seperti itu? kenapa kau keras kepala seperti ini?" ucap gadis itu yang tak kalah datarnya.
"Itu bukan urusanmu.." ucap Naruto yang kembali berjalan meninggalkan gadis dan naga itu di belakangya.
Dimana gadis itu berbalik menatap punggung Naruto yang beberapa meter berjalan didepannya dengan pedang besar yang melebihi tinggi Naruto dengan posisi miring.
Sementara Arae dibalik pohon itu, yang sejak tadi mengintip dengan bentuk Dragon-nya, melihat dan mendengar dengan jelas apa yang dikatakan kedua orang itu. termasuk Naruto yang kembali pergi darinya lagi.
Iris vertical Arae kembali datar. Dan kembali berdiri dengan keempat kakinya, dan berjalan keluar ke arah gadis misterius didepannya. Berhenti tepat di samping gadis itu yang meliriknya dengan ekor matanya.
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
Trank!
Trank!
Srakk! Srakk!
Di bagian pinggiran sungai besar perbatasan Namigakure, dua orang sedang bertarung dengan ayunan pedang mereka masing-masing. Sementara dua gadis cantik berbeda surai bersiaga di depan seorang kakek tua, yang ketiganya menyaksikan pertarungan kedua orang dengan senjata berbeda di keduanya.
Trank!
"Menyerahlah, dan biarkan aku membunuh Tazuna."
Ucap seorang pria yang bertubuh tinggi kekar dengan balutan kain putih di tubuh sampai setengah wajahnya yang menutupi mulut dan hidungnya. Menahan pedang besar yang panjangnya hampir sama dengan tingginya dan bilah yang lebar. Pakaian yang digunakannya tanpa lengan dengan jubah hitam dipakainya.
"Teruslah bermimpi."
Trank!
Srakk Srakk!
Sementara seorang lagi pria dengan hodie dan kerah tinggi menutupi wajahnya berkata, dengan Black Long Sword ditangan kanannya yang tadi menahan serangan pria bermasker kain putih bersurai hitam itu, lalu keduanya saling terseret mundur dan berjarak beberapa meter saling menatap.
Wuss!
"Jika kau tak ingin memberikan pria itu, aku yang akan mengambilnya!"
Ucap pria bersurai hitam bermasker kain putih yang kembali melesat kea rah Kira yang juga melesat memotong jaraknya dengan pria berambut hitam itu.
"Coba saja kalau kau bisa, Zabuza!"
Swuss!
Trank!
Kira berkata dengan mengayunkan pedangnya untuk menangkis pedang besar pria yang dipanggilnya Zabuza itu, yang telah melempar pedangny kea rah Kira secara miring dan berputar cepat. Membuat pedang besar itu terpental ke arah samping karena tangkisan Kira.
Wuss!
Buag!
Srakk!
Detik itu juga, Kira kembali dikejutkan oleh Zabuza yang telah berada tepat di hadapannya dan mengayunkan tinjunya ke arah wajahnya. Namun, Kira menahan itu dengan tangan kirinya dan membuat dia terseret kebelakang.
Wuss!
Syut! Syut!
Zabuza melompat kesamping ke arah pedangnya yang tertancap menyamping di sebuah batang pohon tinggi seraya melemparkan 5 shuriken kea rah Kira yang terseret itu.
Tap!
Trank! Trank! Trank!
Zabuza tepat mendarat di atas pedangnya yang tertancap horizontal itu seraya membentuk Hand Seal, dan retinanya menatap Kira yang menangkis semua shuriken itu dengan mudah.
(Suiton: Suiryudan no Jutsu)
Zruoo!
Kira tepat memandang sebuah naga air seukuran 3 meter yang keluar dari sungai di samping kanannya didepannya yang menuju tepat kearahnya yang memicing tajam kareja Jutsu dari Zabuza. Seraya mengambil White Long Sword di belakang punggungnya dan menggenggamnya dengan tangan kirinya.
[Eine Technique: Triple Slash]
Tak tinggal diam ketika beberapa meter lagi naga air itu berusaha menabrakkan dirinya pada Kira, pria misterius itu dengan skill berpedangnya melakukan tehniknya. Dan melakukan dua tebasan bersamaan menyilang di depan tubuhnya yang merendah seraya melesat cepat kedepan.
Zrass!
Sring!
Tebasan menyilang dengan lesatannya itu membelah naga air itu dengan tebasan kedua pedang panjangnya. Hingga membuat naga air dengan tekanan tinggi itu terbelah menjadi 4 dan melanjutkan tebasan terakhir dengan memutar tubuhnya miring dengan ayunan kedua pedangnya bersamaan seperti membentuk sabit dan membelah pohon tempat Zabuza berdiri dengan pedang diatasnya itu.
Wuss!
Brakk!
Belum berakhir. Zabuza yang tau jika pohonnya rubuh, seketika mengambil pedang dipijakannya dan melompat ke atas permukaan sungai lebar itu dan mendarat dengan santai diatasnya. Berdiri diatas air dengan Chakranya.
'Dasar para Shinobi. Menggunakan keunggulan mereka yang mampu berdiri di segala medan.' Batin Kira yang menatap datar Zabuza yang tampak santai memanggul pedang besar di pundak kanannya.
Keduanya saling memandang dengan tatapan mereka masing-masing. Dengan Kira yang berada di daratan pinggiran sungai, dan Zabuza yang berdiri di permukaan air sungai beberapa meter dari Kira.
.
.
"Tazuna-san, apakah dia orang yang menjadi dalang dalam Quest yang kami terima ini? bukankah dalam Quest itu tertulis untuk menyelesaikan masalah dengan para Yakuza yang menguasai desa anda. Apakah dia termasuk Yakuza dalam Quest itu?"
Ujar Miyuki yang saat ini melirik dengan ekor matanya pada Tazuna yang ada dibelakangnya. Ekspresi serius kentara dari wajah gadis anggun itu yang masih bersiaga dengan kuda-kudanya.
"Bukan Shiba-san. Dia adalah pembunuh bayaran dari daerah Kiri yang bertugas membunuhku." Balas Tazuna yang menatap cemas dibalik lensa kacamatanya itu.
"Memang apa hubungannya dengan anda?, sampai-sampai anda yang menjadi target pembunuh bayaran itu. dan ku dengar, Zabuza ini memiliki nama asli, Momochi Zabuza. Kirigakure no Kijin. Seorang pembunuh bayaran yang memiliki skill berpedang yang tangguh dari Ras Shinobi. Dengan pedang besarnya itu bernama Kukiribochou."
Rossweisse yang mendengar percakapan kedua orang di sebelahnya, ikut berkata dengan informasi yang dia tau tentang pria pembunuh bayaran yang saat ini berhadapan dengan Kira itu. posisi siaga juga terlihat pada gadis cantik itu.
"Jika itu.. aku akan menjelaskannya nanti setelah kita sampai di rumahku dengan selamat. Maaf Valkyrie-san, Shiba-san. Tapi untuk saat ini, saya hanya berharap kalian bisa membantu desa kami menyelesaikan masalah dengan para Yakuza itu." balas Tazuna yang menundukkan wajahnya sendu.
"Sepertinya kami harus bertemu dengan kepala desa tempatmu itu setelah ini, Tazuna-san." Balas Rossweisse datar yang melirik curiga pada Tazuna yang ada dibelakangnya antara dia dan Miyuki.
Begitupun Miyuki yang hanya memperhatikan interaksi keduanya.
.
.
"Ada apa bocah, Kau mulai ragu untuk melawanku hm..? sepertinya, tehnik berpedangmu itu cukup bagus. Tapi sayang, ku rasakan kau bukanlah Shinobi. Dan tak bisa bergerak di atas air." Ujar Zabuza yang saat ini berdiri tenang diatas permukaan air itu.
"Seperti ini kah seorang pembunuh bayaran bertarung? Heh, begitu rendah hanya memanfaatkan ciri khas kalian. Sangat jantan menghadapi seorang manusia biasa pengguna pedang seperti ku. Sungguh sangat terpuji untukmu, Zabuza."
Balas Kira dengan suara mengejek dan iris tenangnya menatap Zabuza yang hanya mengangkat sebelah alisnya saja mendengar ucapan lawannya itu.
"Apa kau bodoh? Di pertarungan apapun bisa dilakukan. Dan memanfaatkan kelemahan lawan adalah hal yang lumrah dan sangat menguntungkan. Apalagi dirimu yang hanya pendekar pedang, sungguh bukan seperti yang ku harapkan" balas Zabuza dengan suara berat dibalik masker kain putih melilit setengah wajahnya itu.
"Hm.. itu memang benar. tapi, kau terlalu meremehkan lawanmu.."
Kira yang mendengar ucapan Zabuza hanya memejamkan irisnya yang hanya terlihat diantara kerah tinggi dan hodienya itu.
Sementara Zabuza kembali menempatkan pedangnya di belakang punggungnya dan membuat Hand Seal seraya menatap Kira datar.
"Tak perlu banyak bicara, ku akhiri hidupmu sekarang juga.." ujar Zabuza dengan suara beratnya seraya menghentikan Hand Sealnya dan berucap..
(Suiton: Suiryudan no Jutsu)
Jutsu yang sama kembali dimunculkan oleh Zabuza. Namun dengan intensitas lebih besar dengan media air di pijakannya yang langsung membentuk naga air dari air dihadapannya. Terbang ke atas dengan tubuh airnya yang masih tersambung dengan air sungai itu. dan menukik menuju ke arah Kira yang masih memejamkan matanya.
"Jutsu yang sama. Ternyata kau tak kreatif sama sekali ya, Zabuza. Tapi akan ku tunjukkan kemampuan seorang pendekar pedang yang sesungguhnya padamu."
Gumam Kira yang perlahan membuka kelopak matanya. Dan sebuah sinar biru di mata kirinya muncul. Kedua iris berbeda itu menatap naga air raksasa yang menuju ke arahnya dengan moncong terbuka dengan taring airnya.
Zruorr‼
Sring!
Naga air itu tepat mengenai tempat Kira berdiri sebelumnya dan terus melesat. Karena Kira telah melewati naga itu dengan gerakan yang lebih cepat yang muncul di atas naga air itu. dan masih dalam keadaan melayang, naga air itu kembali memutar balik ke udara dan menukik ke arah Kira yang melirik naga air itu dan memutar tubuhnya menghadap serangan yang akan segera mengenainya.
Zruorr!
Brasss!
Dengan telak, Kira menyilangkan kedua pedangnya di depan tubuhnya dan terkena tekanan naga air itu dan terdorong tepat ke arah Zabuza di sisi kanannya karena naga air itu mengarah masuk ke arah sugai itu. Zabuza melirik ke kanan dengan ekor matanya.
"KIRA‼"
Kedua gadis bersurai berbeda itu terlihat syok dengan berteriak memanggil nama Kira yang terkena telak naga air raksasa itu.
Sementara Tazuna memicingkan matanya ketika melihat Kira yang terkena serangan itu.
Rossweisse memang mengetahui Kira sejak dia sadar dua hari lalu. di sertai dengan siapa yang menyelamatkan dirinya dari Tazuna. Dengan begitu, dua gadis dan dua pria itu sudah saling mengenal ketika dalam perjalanan kemari yang tujuan mereka adalah sama.
.
Tap!
"A-apa! bagaimana mungkin.."
Zabuza di buat terpaku ketika merasakan punggungnya semakin berat dan mendongak ke atas. Seseorang berdiri tepat di atas gagang pedangnya dengan satu kakinya. Kira.
"Aku sengaja menerima seranganmu untuk mengantarku menuju ke arahmu."
Ujar Kira yang ternyata langsung melesat ke atas Zabuza dan mendarat tepat di atas gagang pedang di punggung pria kekar itu. iris berbeda itu menatap kebawah datar pada pria bermasker kain putih yang membolakan irisnya.
"Tak mungkin kau bisa bergerak di udara!" ujar Zabuza masih tak percaya.
"Kau salah. Kelemahan naga airmu adalah struktur airnya mengeras karena Chakramu dan terfokus ke perusakan secara fisik. Aku bisa dengan mudah menggunakannya untuk media berpijak dan menghindar kemari sebelum naga airmu itu menenggelamkanku ke air." Balas Kira datar yang merendahkan tubuhnya disertai ke dua tangannya yang merentang ke samping dengan dua pedangnya.
"Ku akhiri ini.." lanjut Kira yang akan membelah kepala Zabuza itu.
Namun, seringai dibalik masker Zabuza dengan ekspresinya yang menunduk terlihat di ekspresi kejamnya.
Wuss!
Syutt! Syutt! Syutt!
Dan benar saja. Ketika ke dua ayunan pedang Kira akan memotong kepala Zabuza beberapa centi lagi, Kira dipaksa menghentikan aksinya dan melompat ke atas karena tiga buah senbon mengarah pada dirinya dari depannya di daratan dekat sungai itu.
'Siapa lagi ini..' batin Kira yang masih dalam ke adaan melayang mencari objeck yang menyerangnya barusan di tepi sungai.
Sring!
"Kemana kau melihat bocah!"
Pria misterius itu kembali dikejutkan dengan suara ayunan pedang seseorang yang tak lain adalah Zabuza di belakang tubuhnya dengan Kukiribochounya.
Trank!
Wuss!
Kira masih sempat menggerakkan tubuhnya berbalik di udara dan menahan ayunan pedang besar itu dengan kedua pedangnya. Namun karena tekanan kuat dari Zabuza yang sedikit berada di atasnya, membuat Kira langsung terpental dengan sudut 90 derajat ke arah air.
Brass! Brass! Brass!
Srakk! Brakk!
Dengan tekanan dorongan kuat dari ayunan Zabuza, Kira terpental di permukaan air beberapa kali dan melewati permukaan tanah tepi sungai itu dengan terseret dan menabrak sebuah pohon di belakangnya dan berhenti di pohon itu dengan rasa sakit dipunggungnya.
'Sial.. tenaganya kuat. Memanfaatkan kelengahanku untuk menyerang ketika dia sebelumnya lengah dan bantuan seseorang yang menyelamatkan nyawanya. Heh..' batin Kira yang kembali berdiri tegak menatap ke depan ke arah sungai tempat Zabuza sebelumnya.
Tak ada siapapun.
"Kira-San‼!"
Dua orang gadis dan seorang pria tua berkacamata datang menghampiri Kira yang saat ini basah kuyup itu, yang menatap sekeliling mencari keberadaan lawannya barusan.
Namun nihil. Tak ada jejak Zabuza di manapun ia memandang saat ini. dan kembali menyarungkan kedua pedangnya di belakang punggungnya menyilang.
Menatap ketiga orang yang berdiri di sisi kanannya saat ini. ekspresi khawatir tersirat pada ke tiga orang itu.
"Zabuza, apa dia pergi?" tanya Kira to the point memandang ketiga orang di sampingnya itu.
"Dia pergi dengan tehnik para Shinobi itu, Kira-san." Balas Rossweisse yang memandang serius Kira saat ini. dibalas anggukan Miyuki dan Tazuna.
"Kira-san, apa kau terluka?" tanya Miyuki yang saat ini mendekat pada Kira yang mengangkat sebelah alisnya.
"Tidak.. tapi sebaiknya kita cepat menyebrangi sungai ini dan sampai di tempat anda Tazuna-san. Di sini akan berbahaya jika para monster atau Dragon datang kemari."
Ucap Kira yang memandang ketiga orang itu, dan dibalas anggukan oleh ketiganya.
Berjalan dan menaiki sebuah sampan yang terdapat di tepi sungai, dan bergerak kea rah barat ke desa Namigakure.
'Zabuza, dia pasti kembali lagi..' batin Kira dalam perjalanannya dengan sampan itu.
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
Di sebuah tempat yang terkesan seperti rumah bawah tanah dengan dinding kayu di sekitar rumah itu.
Sebuah ruangan yang ada di dalam salah satu bangunan bawah tanah itu. seorang pria bersurai hitam spike dengan lilitan kain menutupi mulut dan hidungnya. Duduk di sebuah kursi bersama dengan seorang gadis bersurai hitam bertopeng putih yang berdiri di sebelahnya.
"Kenapa kau menghalangiku? Aku bisa saja membunuhnya" ujar pria bermasker lilitan kain itu pada sosok bertopeng putih bergaris merah di sebelahnya.
"Bukan karena saya tak percaya dengan kemampuan anda Zabuza-sama. Tapi tadi itu bukanlah saat yang tepat untuk membunuh mereka. terutama pria misterius yang kau lawan itu, aku merasakan hal aneh ketika melihat pria itu. saya hanya ingin anda berhati-hati dan mempersiapkan untuk serangan selanjutnya. Karena dari yang saya lihat, dia hanya pengguna pedang seperti anda.. tapi anda harus berhati-hati." Balas sosok bertopeng putih bergaris merah itu.
"Aku tak mau kau menghalangiku lagi untuk yang selanjutnya.." ucap Zabuza yang terlihat kilat emosi di irisnya.
"Maaf Zabuza-sama." Balas gadis bertopeng putih bergaris merah itu. tatapan kosong namun penuh ke khawatiran terlihat dari ekspresi dibalik topeng putih itu. andai Zabuza dapat melihatnya saat ini.
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
At 17.00.
Perbatasan Namigakure village.
.
Di sebuah hutan yang terdapat di pinggiran sungai perbatasan desa Namigakure. Dipinggiran hutan yang menjadi batas antara air dan tanah itu, seorang pemuda sedang duduk tenang di atas sebuah rerumputan di pinggiran sungai itu.
Memandang kosong pada bayangannya sendiri di permukaan aliran sungai itu.
'Ada apa Master? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?'
Sebuah suara menggema di kepala pirang pemuda tampan yang saat ini tak memakai jubah atau jaket berkerah tingginya. Hanya sebuah kaos putih yang dipakainya saat ini. tentu saja dengan bawahannya yang lengkap.
"Tak ada Arthuria. Aku hanya sedang bingung, apakah mereka akan benar-benar ada di Negara itu.. aku merasa, jika aku akan bertemu mereka di waktu dekat ini." Ujar Naruto dengan mengepalkan tangannya saat ini.
Membuat Arthuria yang memandang cerminan Naruto dari permukaan air yang ia duduki dengan anggun itu, ikut berpikir. Dengan jari telunjuknya ia mainkan di gambaran pemuda bersurai pirang di permukaan air itu. tepat di pipi pemuda itu.
'Ummm.. aku tak tau entahlah Master. Tapi jika anda bertemu dengan mereka.. apa yang akan anda lakukan?' iris Arthuria menatap wajah dingin di bayangan Naruto di atas permukaan air yang masih Ia elus pipinya dengan jari telunjuk.
"Aku.. akan meminta penjelasan darinya. Kenapa dia menyerang desa, dan membuat Kaa-san terbunuh di akhir hayatnya." Gumam Naruto dingin. Kepalan tangannya semakin erat ketika mengingat penyebab dia saat ini pergi dari kota Soul.
Kenangan indah tentang ia dan ibunya ketika masih kecil terngiang di kepalanya. Seakan sebuah memori yang berusaha dilupakan oleh Naruto, untuk menghilangkan rasa sedihnya terhadap ibunya itu tak membiarkan dirinya melupakan kenangan indah dimasa kecilnya.
'Master..'
Gumam Arthuria ketika merasakan gejolak emosi dari masternya saat ini. seakan dirinya mengerti penderitaan Naruto ketika ingatan-ingatan pemuda itu muncul dikepalanya saat pertama kali mereka membuka koneksinya agar terhubung ketika melawan Kokabiel.
Hal itu tak masalah untuk gadis cantik tersebut. hanya saja, ingatan pedih dari masa kecil Naruto yang sudah menerima hinaan karena tak memiliki sumber energy spiritual dua Ras, membuatnya turut prihatin. Apalagi perjuangannya saat berlatih diluar desa, sama saja mempertaruhkan nyawanya sendiri karena para pemangsa kaum manusia berkeliaran diluar desa.
Tangan lembut gadis cantik itu berubah dari bermain dipipi pemuda itu, menjadi elusan lembut dibayangan permukaan air tepat dipipi pemuda tampan itu. berusaha memberikan ketenangan dengan menyalurkan perasaannya lewat telapak tangan lembutnya.
Dan itu dapat dirasakan Naruto dengan nyata di pipinya. Membuat kepalan tangannya melonggar dan kelopak matanya yang tertutup. Menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya.
Byurr! Byurr!
Daun telinga pemuda bersurai pirang itu bergerak sedikit ketika mendengar sebuah suara percikan air yang berasal dari samping kirinya yang terpisah dengan pepohonan dan semak-semak. Membuat pemuda itu membuka kelopak matanya dan berdiri dari duduknya.
'Apa kau merasakannya Master? Disana ada seseorang.' Ucap Arthuria yang memberitahukan apa yang dia rasakan saat ini.
"Aku akan melihatnya.." balas Naruto datar, dan berjalan menelusuri pinggiran sungai itu. masuk ke daerah pepohonan di tepi sungai itu.
Hingga beberapa saat berjalan melewati semak dan pepohonan rimbun di tepi sungai itu, Naruto melihat sebuah sinar matahari yang menyorot masuk ke retinanya tepat di depannya. Karena tempatnya berdiri terhalang oleh rimbunnya daunan pohon dari sinar matahari yang hanya masuk remang-remang.
Naruto mengikuti sorotan sinar matahari yang ada di hadapannya.
Ketika Naruto keluar dari pepohonan itu, cahaya matahari dengan bebas menyinarinya dan membuat dirinya menutup kelopak matanya sebentar. Dan membukanya perlahan.
Menatap sekelilingnya.
Dimana terlihat di tepian sungai itu, taka da pohon. Hanya di bagian barat utara dan selatan. Sehingga membuat tempat itu seperti tempat terbuka dengan rerumputan dan bunga-bunga indah yang ada di tempat yang di kelilingi atau di bundari oleh pepohonan di sekitar tempat terbuka ini.
"indah.." Gumam Naruto datar. Seraya pandangannya menatap ke sisi kanan depannya. Tepat ke arah sungai.
Berjalan mendekati sungai itu dan berhenti di tepi sungai itu dengan pandangan bingun. Menatap bayangan hitam dalam sungai tersebut, yang bergerak bebas dalam sungai itu.
Byurr!
"Huft.. huft.. lumayan juga tangkapanku hari ini. setidaknya ini cukup untuk –"
Naruto memiringkan kepalanya bingung dengan wajah polosnya. Menatap permukaan air sungai dekat tepian yang terdorong dari dalam tepat diatas bayangan hitam tersebut. dan menampakkan seorang gadis yang bertelanjang dan hanya menampakkan atasannya saja karena bawahnya masih didalam air. Bergumam dengan memandang enam ikan lumayan besar yang tertusuk bamboo lancip. Dan menghentikan gumamannya seketika, saat mendongak ke tepian dan menatap seorang pemuda di tepian sungai tempatnya saat ini.
Titik merah muncul di kedua pipi yang ternyata adalah seorang gadis bersurai hitam. Dan bertambah lebar hingga menjadi semburat merah ketika irisnya menatap iris Naruto.
Iris gadis bersurai hitam lurus itu semakin melebar dan terpaku ketika Naruto berkedip. Semburat merah semakin tebal menghiasi kedua pipi gadis cantik itu. dan..
Byurr!
Gadis itu pingsan dengan wajah memerah dan ambruk kembali tercebur kedalam sungai. Dan hanyut perlahan tak sadarkan diri.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Loading complete!
"HOII‼.."
Wuss!
Byurr!
Naruto yang daritadi hanya memandang saja dengan otaknya yang tiba-tiba lemot mendadak. Dikejutkan dengan otaknya yang telah kembali normal menanggapi apa yang terjadi. Gadis itu pingsan dan terseret arus air! Dan membuatnya langsung berteriak syok dan melompat seketika ke dalam sungai dihadapannya dan menyelam menyelamatkan gadis tak sadarkan diri itu.
.
.
.
.
Malam hari di tepi sungai di dalam pepohonan di tepi sungai perbatasan Namigakure, seorang pria berambut pirang dengan tubuh bertelanjang dada dan celana pendek yang dipakainya. Duduk di pinggir sebuah api unggun tepat dihadapannya.
Pakaian atas, bawahan dan sepatunya tampak dijemur di dekat api unggun itu.
Tapi yang membuatnya berbeda kali ini, dia tak sendirian dalam keadaannya yang bisa dibilang tak layak di tempat terbuka seperti ini. walaupun dirinya hanya sen- ehm, berdua saja. Tetapi tetap saja tak enak dipandang walaupun tubuh dengan otot pemuda itu terlihat atletis.
Dimana pemuda itu saat ini duduk bersandar di sebuah batang pohon tinggi besar yang akar besarnya terlihat di permukaan tanah dan membentuk seperti U. dengan Naruto di antara akar besar itu bersandar. Namun dia tak sendirian.
Seorang gadis berambut hitam yang terbelah tengah dengan poninya membingkai wajah cantiknya. Tampak berada di dekapan pria itu. namun, anehnya, gadis itu telah memakai dalamannya.
Pandangan datar Naruto tetap pada api unggun di hadapannya dan gadis yang ada di dekapannya. Seperti tak terpengaruh oleh keberadaan gadis yang bahkan asetnya yang terlapis dalamannya itu bersentuhan langsung dengan perutnya. Apalagi tubuh hampir telanjang gadis itu bersentuhan langsung dengan kulit Naruto.
Namun Naruto seperti hanya biasa saja. Dengan kepala gadis itu yang bersandar di dada bidang pria itu, Naruto malah mendekap erat gadis cantik itu.
"Yuu-nee.. " gumam Naruto datar. Ketika ingatannya teringat tentang gadis yang dia anggap kakak perempuannya itu. pikirannya kembali melayang pada saat-saat masih bersama gadis bersurai ungu tersebut.
"Enghh~.."
Sebuah erangan lembut yang sangat lirih terdengar di telinga Naruto dari gadis yang ada di dekapannya saat ini. seketika itu pula, ingatan Naruto hilang seketika digantikan dengan iris blue shappire-nya yang menatap pada wajah gadis itu.
Kelopak mata gadis itu terbuka perlahan. Ketika merasakan hangat ditubuhnya karena sesuatu yang mendekapnya itu. dan dipandangan gadis itu, sebuah dada bidang khas seorang pria yang saat ini memeluknya.
Irisnya membola seketika.
Perlahan mendongakkan wajahnya untuk menatap siapa yang bersamanya ini dengan tubuh terpakunya itu. dan kembali irisnya dibuat lebih membola dengan semburat merah kembali muncul di kedua pipinya ketika tau siapa yang mendekapnya saat ini.
"kya- Hmm!.. Ehmhh!"
Ketika gadis itu hendak berteriak histeris, tiba-tiba dia merasakan bibirnya didekap oleh telapak tangan pria itu. hingga suaranya hanya tertahan dalam dekapan telapak tangan Naruto.
"Sssttt.. sebaiknya kau jangan berteriak, nona." Naruto hanya berkata lirih hampir seperti sebuah bisikan di dekat telinga gadis itu.
Sementara gadis cantik itu hanya memicingkan matanya tajam dengan apa yang dilakukan Naruto.
"Hmmdhpp.." gadis itu kembali berbicara dengan mulut masih didekap oleh Naruto.
Namun pria itu tampak tak memandang wajahnya yang mendongak dengan menatapnya. Wajah Naruto malah terkesan menatap ke sekitarnya seperti tak menghiraukan gadis itu.
"Sebaiknya kau diam dan jangan berisik. Aku merasakan hawa Dragon disekitar sini. Jika kau bicara dan itu terdengar oleh mereka, nyawa kita bisa dalam bahaya.. apa kau paham?" bisik Naruto dengan memandang tepat ke iris gadis yang di dekapnya itu serius.
Hingga gadis itu mengangguk mengerti dengan iris yang juga serius namun masih dengan semburat merah diwajahnya. Karena mereka masih dalam posisi yang sama tanpa jarak.
"Ssstt.."
Naruto kembali berbisik untuk menyuruh gadis dipelukannya itu untuk tak berisik. Seraya melepaskan dekapan dari bibir gadis cantik itu ketika mendapat anggukan lagi darinya. Tangan kanannya bergerak mengambil sebuah botol minuman dari wadah kecil di sebelahnya. Dengan gadis itu yang masih memperhatikan apa yang dilakukan Naruto.
Wuss!
Byurr!
Csssss!
Naruto menyiram api unggun itu di hadapannya dengan air dalam botol yang di pegangnya hingga padam. dan kini, suasana gelap gulita terjadi di tempat Naruto dan gadis cantik itu. karena satu-satunya penerangan pada malam hari itu telah mati. dan menyisakan kegelapan dengan dua orang manusia yang masih dalam keadaan sama.
Grroarr!
Dab! Dab! Dab!
Dan benar saja. Kedua orang itu mendengar geraman dari seekor Dragon penghuni hutan ini. dan dari suaranya yang terdengar, monster itu mengarah pada tempatnya dan gadis itu.
"Sstt.."
Kembali Naruto berbisik, dan memutar gadis yang ada di dekapannya menjadi tiduran dibawahnya disertai tubuhnya yang mendekap gadis itu dari atasnya. Apalagi posisi keduanya yang tersudut pada ujung akar besar berbentuk U itu.
Hingga kini, surai gadis itu bahkan bersentuhan dengan ujung dalam akar pohon itu, dengan Naruto yang ada di atasnya. Tanpa jarak.
"Hmmhh!~"
Gadis itu hanya bisa menutup mulutnya dengan tubuh yang membeku ketika tanpa jarak antara dirinya dan pemuda yang bahkan tak dikenalnya itu berhimpitan dengan dua aset atas dan bawahnya. Membuatnya sedikit mendesah ketika aset atas dan bawahnya bersentuhan langsung dengan dada bidang dan bawah milik Naruto yang walau terlapis celana dan dalamannya.
"Jangan berisik.. Dragon dalam hutan ini memiliki indra penciuman tajam. Menggantikan penglihatan mereka yang buruk dimalam hari."
Ujar Naruto yang berbisik sangat pelan ditelinga gadis cantik itu. hingga mampu merasakan deru nafas yang membelai daun telinganya. Perasaan aneh muncul pada gadis itu.
Namun anehnya, dalam pandangan gadis itu yang memandang wajah Naruto saat ini, pria itu tampak hanya berwajah serius dengan iris yang mengarah ke kiri kekanan dengan ekor matanya. Seakan tak terpengaruh dengan posisinya yang seperti suami istri yang sedang melakukan malam pertama mereka.
'A-apa-apaan pria ini! pe-perasaan aneh inihh~..' batin gadis itu yang wajahnya masih memerah ketika sangat terasa tubuh pemuda itu pada tubuhnya.
"Ah~ apah yang kauh.. la-lakukanh~" bisik gadis itu perlahan ditelinga Naruto yang ada di atasnya.
"Hm? Maaf, hanya ini caranya agar kita tak ketahuan oleh makhluk itu. karena aroma tubuhmu masih melekat. Jadi aku menutupinya dengan tubuhku seperti ini agar kau aman. Menyamarkan baumu." Balas Naruto yang juga berbisik dalam situasi gelap gulita dan hening itu.
"Tah~tapi, bahgaimana.. bih-bisahh.." kembali gadis itu masih bertanya alasan Naruto melakukan itu padanya. Dengan telapak tangannya telentang dan mengapit bibir bawahnya. Seraya menahan perasaan aneh yang mendera kewanitaan dan dadanya yang dihimpit itu.
"Dalamanmu.. aku tadi menyelamatkanmu ketika pingsan dalam sungai. Otomatis seluruh pakaianku dan tubuhku basah, itu menghilangkan sementara aroma tubuh manusia. Tapi untukmu hanya tubuh polosmu saja. Jadi aku memakaikanmu dalamanmu saja, tadi, karena aku merasakan suhu tubuhmu tinggi. Sepertinya kau demam.."bisik lirih Naruto dengan ekspresi masih serius menatap ke segala arah walau samping kiri kanannya tertutup akar besar.
"Dalamanmu yang tak basah itulah yang akan membuat makhluk itu menemukan kita. Aroma tubuhku dan dirimu masih tersamar karena telah basah sebelumnya. Jadi jika kau ingin kita aman tanpa aku melindungimu seperti ini, lepas saja dalam- hmmm?"
Lanjut Naruto yang dikejutkan dengan mulutnya didekap oleh gadis itu dengan telapak tangan kirinya seraya menggeleng cepat dengan wajah memerah menatap iris bingung Naruto.
'A-apa?!.. Bagaimana pria ini bisa tetap tenang dalam kondisi seperti ini! apa yang harus ku lakukan?!' batin nista gadis itu yang sudah kelewat ooc dari sifat aslinya yang pendiam.
"Le-lebih~ baik sepertihh inihh~.. ja-janganhh dilepaskanh~" bisik gadis itu lagi dengan suaranya yang mulai parau dan terdengar seperti desahan.
Naruto hanya mengangguk. Dan kembali melirik kanan kirinya dengan ekor matanya. Merasakan kehadiran makhluk malam itu yang semakin mendekat.
Grrrr!
Dan ternyata benar. makhluk seperti seekor Wyvern dengan kepala lebih kecil dari lehernya yang memiliki iris lebih kecil. Berjalan dengan kaki dan tangannya yang tersambung dengan sayapnya ke samping pohon besar tempat bersembunyi Naruto dan gadis itu.
Berjalan memutari pohon itu dengan ukuran tubuhnya yang sekitar 4 meter. Dan terdapat 5 lagi yang datang dari arah yang berbeda mendekat pada api unggun yang sudah padam itu. mengendus sekitar api unggun yang padam itu.
Gadis yang ada dibawah Naruto tampak membolakan matanya melihat sekumpulan naga itu yang berjarak beberapa meter dari mereka berdua.
Grrr!
Growt!
Seekor Dragon menggeram dan memakan ikan bakar yang terdapat di atas bekas api unggun yang tertusuk kayu dengan sekali lahap. Membuat beberapa yang lain ikut memakan ikan yang masih tersisa.
Groarr!
Brakk!
Groarr!
Namun seekor Dragon dengan jenis yang sama tak terima dengan kawannya yang memakan ikan ditempat yang pertama ditemukannya. Dan menyerang Dragon lain. Hingga terjadi pertarungan di dekat Naruto dan gadis itu yang semakin membeku menatap pertarungan Dragon dibalik punggung Naruto.
"Hmmff! Hmm! –"
"Jangan melihat. Dan atur nafasmu.. mereka dapat mencium deru nafasmu yang tak beraturan.."
Gadis itu yang tampak tak tenang dengan posisi mereka, yang membuat tubuhnya memanas dengan sesuatu yang basah di bagian bawah gadis itu. apalagi keadaan semakin mencekam para Dragon yang saling berebut makanan ikan tangkapan gadis itu sebelumnya.
'Bagaimana aku bisah tenanghh!' batin gadis itu.
Karena Naruto menutupi wajah gadis itu dengan wajah Naruto yang menatap lekat gadis itu. kedua wajah mereka saling berpandangan atas dan bawah dengan posisi masih melekat. Membuat gadis itu semakin gusar dan tak nyaman di kewanitaan dan dadanya.
Grrr
Seekor Dragon mengendus dengan kepalanya di samping akar tempat persembunyian Naruto tepat. Hingga terlihat kepala Dragon itu akan naik dan mengarah pada antara akar berbentuk U horizontal itu.
"Ehmm~ uhmm~"
Sementara itu diwaktu yang bersamaan gadis itu semakin tak tahan dan membuat suara desahan semakin jelas dan tubuhnya yang tak bisa diam karena dua bagian sensitifnya yang bersentuhan dengan tubuh Naruto walau terlapis pakaian. Bibirnya saling mengapit menahan desahan dan deru nafasnya agar stabil. Apalagi tubuhnya yang menggeliat itu membuat bagian bawahnya semakin bergesekan dan menciptakan suatu sensasi aneh dalam tubuh gadis itu. bawahnya semakin basah.
'Sial. Jika gadis ini tak bisa menahan nafasnya yan tak teratur dan suaranya, mereka pasti langsung mengetahuinya dan memangsa kami.. tak ada cara lain..' batin Naruto khawatir yang memandang wajah gadis dibawahnya yang terpejam sekaligus menahan gejolak aneh pada tubuh putih mulusnya.
Grrr!
Kepala dari Dragon yang tepat diatas mereka semakin mendekatkan moncong dengan lubang hidungnya pada punggung Naruto. dan membuka mulut dengan gigi runcingnya untuk menjulurkan lidahnya untuk merasakan sesuatu aroma deru nafas seseorang yang tak jelas dipandangannya.
Karena dari suatu udara yang muncul dari nafas makhluk hidup atau aroma nafas, mampu dirasakannya dengan indra penciumannya yang mendapat respon dari deru nafas dan sedikit suara desahan gadis itu. masuk ke indra penciuman dan pendengarannya. Hingga beberapa centi lagi lidah itu akan menyentuh punggung Naruto, maka mereka akan langsung dilahap setelah tau jika ada makhluk hidup tepat di bawah moncongnya.
"Ehhmm~ ah –"
Cup~
Gadis itu yang semakin tak bisa menahan suara dan deru nafasnya lagi, akan terlepas dari mulutnya. Namun sebuah benda kenyal dari bibir Naruto membekap bibirnya yang terbuka. Hingga menahan suara desahan gadis itu dan nafas gadis itu yang tercekat seketika. Tenang. Membeku dengan wajah memerah padam.
Seakan bibir Naruto yang tak bergerak, hanya mengunci bibir sensualnya saja itu membuat dirinya tenang dan berhenti bergerak. Perasaan aneh dalam dirinya seakan ikut terkunci dengan bibir Naruto.
Gadis itu melihat wajah Naruto yang terpejam. Gadis itupun ikut memejamkan kelopak matanya dan tak menggubris Dragon yang lidahnya hamir menyentuh punggung Naruto.
Dragon itu kembali keposisi semua di samping akar pohon besar Naruto karena tak merasakan lagi aroma nafas dan suara dari gadis itu. kemudian ikut bergabung dengan kawannya yang bertarung untuk memperebutkan ikan.
.
Sementara gadis itu masih merasakan bibir Naruto yang mengunci bibirnya. Dan anehnya, gadis itu masih sadar dan merasakan setiap inci tubuhnya yang didekap Naruto. beserta bibirnya yang tanpa sadar, mengikuti gejolak aneh dalam tubuhnya dan melumat bibir Naruto. dengan tangannya yang mengalung di punggung dan surai pirang yang baru dikenalnya.
Gadis itu terhanyut dalam keadaan yang terpaksa ini. bibirnya masih bergerak melumat bibir Naruto yang hanya diam. Menelusukkan lidahnya masuk kedalam mulut Naruto yang terpejam tenang.
Dekapan gadis itu semakin erat dengan kedua kakinya yang tadi lurus, semakin ia buka untuk merasakan sesuatu yang tegak dalam celana Naruto. hanya terpisah dengan kain mereka berdua.
Gadis itu juga semakin mengalungkan kakinya pada belakang Naruto untuk semakin erat antara kemaluannya dan Naruto yang keduanya masih terbungkus.
Gadis itu semakin terhanyut dengan gejolak aneh dalam dirinya saat ini, dan menggerakkan tubuhnya untuk saling bergesekan dan bagian bawahnya yang semakin becek.
"Ehhhmm~ ehhmm~ EHMMM!~"
Setelah beberapa menit, akhirnya desahan yang tertahan diantara dua bibir itu berubah menjadi sebuah erangan para wanita yang telah mencapai puncaknya. Membuat dibawah sana basah dan terkena celana Naruto yang juga ikut basah karena cairan gadis itu.
Gadis itu ikut terdiam setelah tadi mengejang sesaat. Dan terlelap dalam posisi yang masih sama.
Sementara Naruto tetap diam dalam terpejam yang bersandar pundak gadis itu.
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
Di sebuah rumah sederhana yang terdapat di desa Namigakure yang berada di pulau dekat perbatasan Negara api. Tapi masih termasuk ke dalam daerah Negara api. Hanya saja letaknya yang terdapat di sebuah pulau yang agak jauh terpisah dengan sebuah sungai lebar yang mengarah langsung ke laut mengelilingi pulau tersebut.
.
.
.
.
_((sAs]]_
.
.
.
.
Di sebuah tempat seperti sebuah rumah mewah dengan dinding yang melindungi rumah di tengah itu. seperti sebuah rumah abat pertengahan namun memiliki diameter yang luas dan mewah dengan eksterior yang terlihat cocok untuk bangunan itu.
Di salah satu ruangan yang terdapat dibangunan itu. seorang pria berkacamata hitam bulat duduk di bantalan duduk yang biasa digunakan. Tepat diujung ruangan itu dan bersebrangan dengan pintu keluar dengan pilar-pilar yang ada di dalam ruangan itu menopang atap bangunan tersebut.
Sementara itu, kedua tangan pria berkacamata bulat hitam itu mengalung ke samping kanan kirinya pada dua orang wanita yang memakai pakaian seperti kimono yang terbuka dibagian atasnya. Hingga memperlihatkan buah dada mereka berdua yang terekspos dengan jelas disana.
Kedua tangan pria berkacamata hitam dengan tubuh cebol itu tampak bergerak meremas salah satu buah dada wanita yang ada di sisi kirinya yang saat ini mengalung manja pada pria berkacamata hitam itu.
"Ehhmm~ uhhmm~"
Suara wanita bersurai hitam itu melenguh ketika dadanya diremas dengan bebas oleh pria berkacamata hitam itu.
Sementara wanita di sebelah kanannya, tampak membuka lebar kedua pahanya yang tertutup kimono itu. dengan posisi sama dengan wanita sebelah kiri pria itu. mengalun manja dengan sebuah tangan kanan pria berkacamata itu masuk kedalam kimono wanita itu dan memainkan perannya di kewanitaan wanita yang sedang mendesah kenikmatan itu.
"Ahhh~ ahh~.. tu-tuan~.. ahh~" desah wanita yang di mainkan kewanitaannya tersebut. merasakan lubang surgawinya di masuki oleh jari-jari pria berkacamata hitam bulat itu. melakukan gerakan in out tanpa menghiraukan wanita itu yang sampai mengeluarkan air liur dari bibirnya yang terbuka sensual mengalunkan suara desahan nikmat duniawi.
"Aku membawa berita untuk anda tuan."
Ujar seorang pria bertubuh kekar dengan tato di bagian tubuhnya yang terbuka dibagian atas. Berbicara dengan duduk dihadapan pria dengan dua wanitanya itu dengan ekspresi biasa ketika atasannya itu bermain wanita di hadapannya.
"Hmmm.. berita apa itu Waraji? Apa para penduduk itu tak memberikan pajak yang sudah ku tentukan untuk mereka lagi?"
Balas pria dengak kacamata hitam bulat yang masih bermain dengan dua wanitanya. Menatap pria yang barusaja duduk di depannya dengan sebelah mata pria bertato itu tertutup oleh sebuah penutup mata seperti bajak laut.
"Maaf.. bukan itu tuan. Untuk masalah pajak para penduduk desa itu, kita masih aman dan dapat masih teratasi. Tapi yang saya maksut adalah berita tentang Tazuna." Jelas pria seperti bajak laut itu.
"Oh, pria tukang kayu pemimpin desa itu ya. Jadi apa informasi yang kau dapatkan kali ini?" ujar pria berkacamata hitam itu seraya semakin gencar mempermainkan kedua aset wanitanya.
"Ku dengar dari salah seorang bawahan kita dari penduduk desa Namigakure, pria itu telah kembali dan sampai dirumahnya siang tadi. " jawab pria bertato tersebut yang memandang ke arah kedua wanita yang menjadi mainan pria berkacamata hitam bulat itu.
"Hahaha.. akhirnya. Ini adalah info yang sangat baik untukku. Tapi apakah si Momochi itu telah menjalankan tugasnya? Aku sudah menyewanya mahal untuk menghabisi pria tua itu, bukan.."
"Ahh~ ahh~.. lebihh chepath tuan~ ahh~ ahh~" desahan kedua wanita yang saat ini kemaluan keduanya menjadi sasaran in out jari di kedua tangan pria berkacamata hitam itu.
"Untuk itu, Zabuza telah menjalankan tugasnya. Tapi dia melarikan diri sebelum berhasil membunuh Tazuna ketika melawan pria misterius yang berpakaian seperti seorang Assassins yang mengawal Tazuna." Balas pria bertato.
"Dasar tak becus! Kita jalankan rencana kita besok Waraji. Aku tak bisa menunggu si iblis tak berguna dan saudaranya itu. kita lakukan sendiri besok." Ujar pria cebol itu yang ekspresi marah kentara di wajahnya. Dengan gerakan in out tangannya yang juga semakin cepat karena emosi yang dia rasakan.
"Ahh~ ahhh~ ahhh~.."
"Hai'.." balas Waraji yang menundukkan kepalanya dan kembali mendongak dan berdiri dari duduknya.
"AHHHH~.."
"Siapkan semuanya! Waraji.." ujar pria cebol itu yang dibalas anggukan oleh Waraji yang pergi meninggalkan ruangan itu. bersamaan dengan dua wanita itu yang mencapai puncak orgasmenya.
Membuat kedua wanita itu ambruk menidurkan tubuh mereka yang lemas disertai dengan deru nafas yang mulai di stabilkan.
Pria cebol berkacamata hitam bulat itu mencabut jarinya dari dalam kewanitaan penuh cairan cinta kedua wanitanya. Dan menjilatinya.
Sebuah seringai licik muncul di wajah menjijikkan pria cebol dengan kacamata bulat hitamnya.
"Hmm.. kita lihat, apa cairanmu juga akan selezat ini.. nee, Tsunami-chan."
.
.
.
.
To be continued…
.
Ending:
Meteor by T.M. Revolution.
.
A/N: Kali ini saya balas review dari seorang Guest yang menurut saya perlu saya balas komentarnya.
Kuzan: sebelumnya maaf jika mengecewakan anda. Kalau anda mengira membosankan sama seperti yang lain, saya tau apa penyebabnya. Saya pun juga sama ketika merasakan hal yang sama dengan anda ketika membaca ff dulu. Tapi jika anda berpikir kedepannya, mungkin anda akan menebak-nebak walaupun kecewa.
Dan itu sudah saya siapkan kedepannya. Dan kenapa Miyuki menjadi focus kali ini, akan terjawab nanti ketika di penghujung misinya.
Jika anda ingin melanjutkan fict ini, saya akan bertanya..
Apa anda tak malu setelah mengucapkan itu, anda meminta begitu saja. Bukankah jika ingin mendapatkan hati seseorang, kau harus baik kepadanya dan mendapatkan hatinya dulu.. apa anda tak berpikir seperti itu?. ya itu terserah anda.
Tapi anda tak berkata dengan sopan sama sekali. Jadi, maaf untuk itu.
Dan terakhir, itu sama saja dengan menghina diri anda sendiri. Karena bukannya anda membuat fict dengan hasil jerih payah anda sendiri, tapi malah seperti itu. sama saja anda tak percaya dengan diri anda sendiri. Sama saja anda merendahkan diri anda sendiri dan tak menerima karya dari anda sendiri apapun hasilnya itu.
Cobalah berpikir positif. Bukannya saya tak suka dengan komentar anda. Sejak awal fict ini ada, kekecewaan sudah sering muncul di kolom review. tapi apa? dari kekecewaan di awal pasti akan ada buah manis yang nanti akan di petik.
Asal kau mau membuktikannya.
Jadi untuk itu, saya hanya ingin memberikan yang terbaik nanti di penghujung. Tapi jika anda tak sabar, tak usah lanjutkan mengikuti tak apa-apa. yah itu hak anda.
Saya tetap menganggap anda atau yang lainnya adalah kawan saya. walaupun saya tak kenal, tapi setidaknya kita dapat saling tau dari ffn ini. jika mereka kecewa di chap sebelumnya? Itu hal lumrah. Walaupun sebenarnya saya tak mau mengecewakan mereka.
Tapi memang ada saatnya. Dan jika saatnya tiba, para reader akan berpikiran lain nantinya. Termasuk anda.
Karena saya sudah pernah mengalaminya.
Jadi untukmu, jangan anggap ini adalah emosi atau hal negative lain dari saya. Tapi ini adalah ungkapan sederhana balasan untuk komentar anda. So, anda jangan terbawa emosi.
Berpikirlah positif kawanku.
Dan sekali lagi, saya minta maaf untuk anda dan kalian semua kawanku yang sudah merasa kecewa. Tapi kalian akan memetik buahnya nanti jika saatnya tiba.
.
Seperti biasa, jika ingin melihat Dragon, chara dan sebagainya di fict Kyo, silahkan kunjungi album di fb Kyo. Dengan profil name: Kyoigneel.
Dan terakhir jangan lupa Fav and Follownya kawan. Serta jika ada pertanyaan dan komentar silahkan coret-coret di kolom Review yang tersedia. Karena kyo sangat butuh saran dari kalian jika ada yang salah dalam penulisan dan lainnya kawan.
Tapi ingat, sampaikanlah dengan sopan, maka saya dengan senang hati menerima kritikan anda. Tapi jika tidak, so, maaf sekali. Anda tau sendiri nanti.
Karena HINAAN dan KRITIKAN itu dua hal yang berbeda. Anda pasti tau sendiri perbedaannya kawan.
.
See you next time!
Kyoigneel out!
.
Next chapter 19: Namigakure part 1. Feelings are revealed..
