WORLD
.
Disclaimer:
Naruto [Masashi Kishimoto]
High School DxD [Ichiei Ishibumi]
Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.
Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.
Rate : M
Pair: Naruto x..
Genre : Action, Adventure, Fantasy.
Warning!: Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Iemon, Etc, Don't like don't read!.
Summary: Dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang ' malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.
.
Chapter 27: A Figure who is missed.
.
Opening Song:
Ikimono Gakari – Blue Bird
.
.
.
.
.
Hagun academi.
.
Diatas sebuah atap gedung academi, dua orang gadis yang biasanya memang duduk berdua disana sedang memakan bento mereka di waktu jam istirahat ini.
Gadis cantik berambut indigo nampak memandang kebawah tepat dibawah mereka lapangan olahraga disana. Menatap murid-murid yang sedang bermain bola dan sebagainya mengisi waktu istirahat mereka.
Gadis berambut silver yang duduk disebelahnya pun memandang wajah cantik gadis berambut indigo itu bingung.
Pasalnya makanan yang dia bawa belum juga habis tapi sepertinya sedang memikirkan sesuatu dalam pikirannya.
"Ne, Hinata-chan kau kenapa? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Rossweisse.
"Mm.. aku merasakan akhir-akhir ini sering gelisah entah kenapa, Senpai.. dan seringkali aku merasakan ada yang mengawasi ku. Namun ketika aku memastikannya, tak bisa terdeteksi dengan Byakuganku." Ujar Hinata memandang serius Rossweisse.
Karena akhir-akhir ini Hinata memang sering merasa ada yang mengawasi. Namun tak bisa dia lacak dari sumber Chakranya. Hanya hawa keberadaan seseorang dapat dia rasakan disekitarnya itu.
Seperti tadi malam saat dirinya terbangun dari tidurnya, dia merasakan ada yang mengamatinya. Karena terasa sebuah aura chakra itu ada disekitarnya.
Namun ketika dia menggunakan Byakugannya, aura itu menghilang seketika. Seakan tau jika Hinata sedang melacak keberadaanya.
"Souka? Apakah ada yang mengincarmu Hinata-chan?" Rossweisse pun juga menatap serius Hinata.
Gadis berambut silver itu memang akhir-akhir ini sering melihat Hinata yang tampak gelisah dan lebih waspada dari biasanya.
Kriet!
Pintu dibelakang mereka nampak terbuka dan memunculkan sosok gadis cantik berambut putih bertubuh bak gitar spanyol memakai seragam academi Hagun bseperti yang mereka berdua kenakan. dengan iris Amethys yang menatap Rossweisse dan Hinata, gadis cantik itu berjalan mendekati mereka berdua.
Hingga berhenti tepat disamping mereka berdua yang menatap kedatangan gadis cantik ketua OSIS itu.
"Apa yang dikatakan Hinata-chan sepertinya benar. Karena akhir-akhir ini aku pun merasakan hal yang sama. Tapi sepertinya apapun itu, mereka tak berani bertindak.. Atau memang menunggu kesempatan.." ujar gadis berambut putih dengan iris Amethys itu datar.
Kaguya sering merasakan juga ada yang mengawasinya. Namun dengan Jutsu khusus miliknya itu, dia mampu berpindah tempat dengan mudah dan menghilangkan jejaknya.
"Kaguya-kaichou.. apa menurutmu seorang Shinobi atau Sorcerer? Tapi menurut Hinata dia merasakan chakra berarti adalah Shinobi.." Rossweisse berkata dalam mode berpikirnya.
Kaguya nampak menatap Hinata dengan iris amethysnya datar. Membuat gadis Hyuga itu sedikit menundukkan wajahnya ketika iris mereka saling bertatapan barusan.
"Kau harus berhati-hati Hinata-chan. Aku juga akan mencari informasi tentang ini." Ujar Kaguya.
Hinata yang mendengarnya pun kembali menatap gadis cantik ketua OSIS itu dengan semu merah di wajahnya.
"Umm.. arigatou Kaichou.." balas Hinata yang mengangguk dan tersenyum pada Kaguya.
"Ngomong-ngomong, ada-apa Kaichou menemui kami disini? Apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan?" tanya Rossweisse.
Karena tak biasanya gadis itu berkunjung ke tempat mereka disini. Ini adalah tempat yang biasa Naruto gunakan ketika istirahat bersama mereka. Jadi jarang ada yang tertarik ketempat ini.
Kaguya yang ditanya oleh Rossweisse hanya memalingkan wajahnya dan menatap kearah luar academi yang terlihat banyak bangunan di luar academi.
"Aku hanya berjalan-jalan saja. Aku bosan terus berada didalam ruangan. Lagipula Sona sudah mengurus sisanya.." ujar Kaguya.
Kaguya hanya berwajah datar ketika mengatakan hal itu dengan mudahnya. Sedangkan mereka berdua tau jika berkas-berkas untuk pelaksaan festival tujuh bintang nanti pasti banyak.
Sementara kedua gadis itu nampak tersenyum kikuk dengan sebutir keringat dibelakang kepala mereka.
.
.
.
.
.
"Hacyuh!.."
Seorang gadis bersurai hitam pendek berkacamata tampak bersin tiba-tiba. Dengan tangan yang masih terlihat menulis di lembaran kertas di atas mejanya itu.
'Sepertinya ada yang membicarakan ku..' batinnya datar seraya menyeka hidungnya dengan tangan kanannya.
"Fufu.. ara~ara~.. apa ada yang menyukaimu Sona-chan.." ujar gadis berambut hitam panjang diikat ponitail berdada besar terbalut seragamnya yang tersenyum di sofa depannya itu.
Sementara gadis yang dipanggil Sona itu hanya melirik dengan wajah datarnya pada gadis disebrang mejanya tersebut.
"Diam kau Akeno.. Itu tidak ada hubungannya dengan aku yang bersin mendadak.. hidungku hanya tiba-tiba terasa gatal." balas Sona datar dengan sedikit semburat merah dipipinya.
"Ara~ara~.. Apa mungkin Menma-kun yang itu.." Akeno menyeringai kecil ketika mengingat sosok laki-laki yang suka mendekati Sona akhir-akhir ini.
Apalagi dirinya sendiri pernah memergoki mereka sering ngobrol bareng di beberapa tempat. Termasuk di kantin academi ketika sedang makan siang kemarin.
Membuat seringai jahil keno semakin lebar melihat wajah sahabatnya itu yang semakin memerah padam.
Ctak!
Dengan wajah yang tertunduk, bolpoin di tangan kanan Sona tampak patah seketika saat gadis cantik itu terlalu keras menggenggamnya.
"Diam kau daging! Aku tidak suka dengan pria selengekan banyak bicara seperti dia.. dan aku hanya kebetulan bertemu dijalan saat ngobrol dengannya, tau!" ujar Sona tak mau kalah dengan wajah yang memerah padam dan asap mengepul dari ubun-ubunnya itu.
"Hihi.. benarkah? Tapi aku pernah melihatmu diantarkan makan siang keruanganmu, loh.. padahal gedungnya berada di sebrang gedung Sorcerer.." Akeno semakin gencar menggoda Sona.
"Dia hanya kalah taruhan saat pertandingan seleksi kemarin!" Teriak Sona yang semakin tak tahan dengan ejekan sahabatnya itu.
"Ara~ara~.. Lalu untuk apa kalian melakukan taruhan? Masih tak mau mengakuinya, ehh.." ujar Akeno.
"Memang tidak ada yang harus ku akui dasar daging! Kebetulan kami memang berada di pihak yang berbeda, dan dia tak sengaja mengajakku taruhan!" Balas Sona.
"Fu~ fu~.. souka? Dada rata.."
"Terserah kalau kau tak percaya!"
Dan diruang OSIS itu terdengar teriakan Sona yang melengking hingga diluar ruangan para murid academi yang lewat hanya bergidik ngeri dengan keringat sebiji jagung menetes diblakang kepala mereka.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Unknown place.
.
Di sebuah tempat yang terlihat gelap namun luas. Terdapat jalan serupa dengan jembatan yang lebar, yang menyambung hingga beberapa lantai ditengah-tengah tempat itu.
Disekitaran dindingnya pun terlihat banyak ukiran arsitektur yang lumayan bagus dengan cahaya lilin di dinding-dinding itu.
Sosok pria bersurai hitam dengan satu mata diperban dan bekas luka x didagunya nampak memandang sosok tubuh yang tergeletak dikakinya saat ini.
Sedangkan seorang pria berambut orange yang berdiri di hadapannya hanya memandang datar sosok gadis yang terikat dengan mulut tersumpal kain itu.
Kedua pria itu berdiri ditengah jalan yang nampak berada di lantai tengah dari ruangan yang luas itu.
"Aku turut menyesal karena kita gagal mendapatkan kedua mata pria itu. Dia memang cerdas hingga berhasil lolos diambang kematiannya." Ujar pria berambut orange itu.
"Tak apa.. walaupun kita hanya mendapatkan satu matanya saja, tapi kita berhasil membunuh mata-mata uchiha itu.. dan gadis ini akan jadi objek yang bagus nantinya.." pria dengan penutup mata itu memandang datar tubuh gadis yang tak sadarkan diri itu.
Karena keberhasilan anak buahnya yang berhasil menculik putri Vermilion ini, mereka pasti akan dicari oleh pihak kerajaan cepat atau lambat.
"Tapi bagaimana kita akan mengalahkan pihak kerajaan yang pasti akan mencari kita?" tanya Fuu.
Danzo hanya menyeringai ketika mendengar apa yang dikatakan anak buahnya dan menatap pria berambut orange itu.
"Seorang ayah akan melakukan segalanya untuk mendapatkan putri kesayangannya kembali.. dan Sharingan, mampu membunuh lawan tanpa menyentuhnya sekalipun.." ujar pria itu yang kemudian berjalan pergi dari tempat itu.
Sedangkan Fuu hanya kembali menatap tubuh gadis itu dan menggendongnya untuk mengurungnya di suatu tempat.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Seorang gadis berambut pirang panjang dengan iris blue green tampak berjalan-jalan di jalanan kota Soul siang itu.
Gadis itu tampak memakai baju Hem lengan panjang berwarna putih dengan dasi hitam. Sedangkan bawahannya memakai rok ketat selutut berwarna hitam dan sepatu hils hitam.
Gadis itu nampak menengok ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu. Lebih tepatnya mencari sebuah alamat yang diberikan kepala sekolah padanya tadi pagi.
.
.
Flashback.
.
.
Diruang kepala sekolah academi Hagun. Seorang wanita cantik berseragam putih dengan jas hijau berambut kuning pucat nampak duduk di kursinya memandang seorang gadis cantik didepannya yang juga bersurai pirang.
Gadis itu tampak tersenyum menatap wanita didepannya yang juga membalas senyum manis gadis cantik itu.
"Baa-chan.. bagaimana kabarmu? Jiji sehat, kan?" tanya gadis itu.
Wanita yang di sapanya pun bangkit dari kursinya dan memeluk gadis itu seraya mengusap lembut rambut pirangnya.
"Ya kami sehat.. hanya saja Jiraya sedang menjalankan misi keluar kota.. apa ayahmu sehat?" Tsunade bertanya balik.
Pasalnya mereka cukup dekat karena silsilah keluarga mereka antara Senju dan keluarga kerajaan Viltaria vermilion adalah sekutu dalam Medan perang dulu.
Tak heran jika sampai sekarang mereka sangat dekat. Apalagi keluarga Senju memiliki hak penuh pada academi ini dan keluarga Viltaria mendukung.
Walaupun bisa dibilang klan uchiha, Hyuga, Otsutsuki juga dekat dengan keluarga kerajaan, tapi klan Senju adalah kepercayaan kerajaan sejak lama.
"Begitulah.. dia sehat. Tapi beliau menghawatirkan Ellen-chan. Makanya aku diminta segera memastikan keadaannya saat ini.." balas Gabriel yang keduanya telah melepaskan pelukan mereka.
"Souka? Sepertinya aku mendengar dia sedang menjalankan Quest disekitar kota. Karena hari festival akan segera dimulai, maka murid-murid tidak diijinkan keluar kota agar tak terjadi hal yang tak diinginkan." Ucap Tsunade.
Dimana wanita itu sekarang duduk di atas mejanya seraya menyilangkan pahanya. Seraya tersenyum menatap gadis cantik didepannya yang sudah seperti anak kandungnya sendiri.
"Begitu ya.. naiklah baa-chan, aku ingin meminta alamat Ellen padamu. Aku sedikit kesulitan mencari keberadaannya, hihi."
Ucapan Gabriel hanya dibalas anggukan oleh Tsunade yang sudah tau apa maksut dan tujuan gadis itu menemuinya di tempat kerjanya.
"ini, Gabriel-chan. Ku harap kau bisa menghiburnya nanti.."
Wanita kepala lima itu memberikan sebuah kertas yang sudah ditulisnya alamat apartemen elen. Dan diterima oleh gadis cantik itu dengan sebuah senyuman dan anggukan mengerti.
Keduanya berbincang sedikit sebelum akhirnya Gabriel meninggalkan tempat itu untuk menuju ke apartemen adiknya.
.
.
Flashback end.
.
.
Hingga kini gadis cantik itu sudah berdiri tepat di depan apartemen Elen dan menaiki tangga untuk masuk ke lorong kamar milik elen.
Cklek!
"Tak dikunci?"
Gadis itu sedikit terkejut ketika pintu ruangan adiknya tak dikunci. Dan memilih masuk kedalam untuk melihat mungkin adiknya sedang didalam atau tidak.
Tapi yang dilihat Gabriel adalah ruangannya dalam keadaan gelap dan gadis itu menyalakan lampu ruangan itu.
Semua tampak rapi dan tak ada yang mencurigakan. Kasur di ruang kamarnya pun terlihat belum ditiduri oleh pemiliknya.
Akhirnya gadis itu memilih istirahat dikamar adiknya sebelum nanti malam dia ingin pergi ke pasar malam untuk mencari makanan.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
19.00 Soul city.
.
Seorang pria yang memakai kain merah penutup kepala dengan pakaian Shinobi berwarna biru lengan panjang namun terbuka dilengan kanannya yang terlilit kain putih dan memakai sarung tangan setengah jari disana. Sebuah emblem di punggung telapak tangannya berlambangkan kepala naga dan background bulan sabit biru nampak disana.
Syal merah dilehernya bergoyang liar tertiup angin malam itu serta menggoyangkan pakaian biru dan celana hitamnya.
Iris blue shappirenya menatap seorang gadis berambut hitam yang tersenyum manis menatapnya saat ini.
Seakan mengerti akan kedatangannya ditempat ini, gadis ini sudah berada disini menunggunya.
Entah darimana gadis ini mendapatkan informasi tentang dirinya, tapi gadis ini memang selalu ada didekat dirinya dengan mudah.
Dimana kedua manusia berbeda gender itu berdiri diatas sebuah dinding pelindung kota itu saling menatap satu sama lain.
"Aku sudah lama menunggumu, Naruto-kun.." Ucap manis gadis itu yang tersenyum seraya berjalan anggun mendekati pria yang sudah ditunggunya lama itu.
Gadis cantik berambut hitam panjang dengan tubuh tinggi dan indah dibalut kimono hitam namun terlihat belahan didadanya dan pahanya yang terekspos terlihat indah Dimata kaum laki-laki itu.
Pria yang dipanggilnya itu hanya menatap datar gadis yang tepat dihadapannya seraya memeluk erat tubuhnya itu.
Cup!
Tak bergeming, pria itu membiarkan dirinya dicium tepat di bibirnya begitu saja oleh gadis cantik beriris hitam keunguan yang mengalung dilehernya.
Naruto hanya membalas kuluman gadis itu yang semakin tenggelam dalam kenikmatan mereka saat ini. Hingga kedua tangan Naruto bergerilya di bantalan atas dan bawah gadis itu yang semakin memperdalam pagutannya.
"Eghmlmmh~"
Gadis itu semakin mendesah ketika Naruto meremas aset dan pantatnya sekaligus.
Hingga tanpa sadar aura putih dan ungu menguar dari tubuh mereka. Dan terlihat seperti sebuah sinar dari kejauhan yang ada di atas dinding itu tanpa disadari siapapun.
Hingga beberapa menit kemudian, gadis itu melepaskan pagutan mereka berdua hingga membuat benang salifa terlihat di bibir mereka saling bertautan.
Gadis itu tersenyum manis menatap wajah datar Naruto yang tangannya masih menempel di pantat gadis itu tanpa dia sadari.
"Kau.. berbeda dari yang dulu.. Ophis.."
Ucapan datar Naruto itu hanya dibalas anggukan manis dari gadis yang ternyata adalah Ophis itu.
Karena dari ingatan Naruto setahun yang lalu gadis itu tak seindah ini tubuhnya. Apalagi tingginya yang nampak bertambah signifikan dari yang dulu. Namun dari aura Mana gadis itu, Naruto dapat merasakan bahwa dia adalah gadis yang suka menguntitnya kemanapun dia pergi dulu.
"Mou.. ini adalah tubuh asliku. Aku sudah berjanji pada diriku jika aku bertemu denganmu lagi aku akan menggunakan wujud asliku agar kau tak meninggalkanku lagi.." ucap Ophis manja.
Gadis itu sedikit cemberut di wajah cantiknya ketika mengucapkan perkataannya itu.
Tapi memang inilah wujud aslinya dari gadis loli dia sebelumnya. Dia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk calon suaminya ketika mereka kembali bertemu nanti.
Apalagi dalam wujudnya ini, kekuatan penuhnya bisa dia keluarkan sesuka hatinya. Tidak seperti dirinya yang bertubuh loli sebelumnya yang hanya bisa menggunakan kekuatannya separuh dari kekuatan aslinya saja.
Apapun akan dia lakukan untuk Naruto'nya.
Sedangkan dipandangan Naruto saat ini memang gadis itu terlihat lebih sexy dengan aset yang lebih besar dan body yang lebih sempurna bagi kaum wanita.
Tidak loli berdada rata seperti dulu.
Tapi sejak dulu Naruto tak pernah tau tujuan gadis ini. Walaupun begitu, Naruto akan menerima siapapun disisinya yang memang tak mengancam keselamatannya.
Dan sampai detik ini, gadis ini selalu setia menunggunya di kota ini atas perintahnya. Itu cukup membuktikan kesetiaan gadis ini padanya.
"Lalu jika aku sudah memiliki wanita selain dirimu? Apa yang akan kau lakukan, Ophis-chan?" Ujar Naruto yang mengingat beberapa wanita yang dekat dengannya dulu.
Dia tak bisa lepas dari tanggung jawabnya pada gadis yang telah dekat dengannya itu. Apalagi yang pernah menghabiskan malam dengannya di Paradise Island.
Naruto tak bisa memungkiri jika dirinya bertanggung jawab penuh pada gadis itu nanti.
"Tak masalah.. tapi aku tetap akan jadi yang pertama untukmu. Walau kau sudah memiliki wanita lain nantinya." Ujar Ophis yang kembali mencium bibir Naruto singkat.
"Souka? Arigatou, Ophis-chan.. Ngomong-ngomong aku lapar setelah 3 hari perjalananku kemari dari Uzushiogakure.. apa kau punya makanan yang bisa ku makan, Ophis-chan?" Ujar Naruto yang melepas tangannya dari gadis itu.
Ophis hanya mengangguk dengan senyum tipis diwajahnya. Gadis itu pun menggandeng tangan Naruto dan mengaktifkan sihir Teleportnya untuk kembali ke apartemennya di kota itu.
"Aku memiliki apapun untukmu.. Naruto-kun.."
Suara feminim yang terdengar merdu itu terdengar singkat dimalam yang indah di atas dinding kota Soul.
Meninggalkan bulan purnama yang bersinar indah dimalam itu yang ditemani ribuan bintang yang terlihat dilangit menghiasi permadani hitam tak berujung.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
21.00 pm.
.
Seorang gadis berambut indigo sedang berjalan di jalan kota soul. Dirinya yang habis membeli makanan di pasar malam kota itu sempat bertemu dengan teman sekelas academinya dijalan yang tentunya adalah seorang perempuan Shinobi.
Hingga mereka berbincang banyak dan tak terasa malam telah larut. Dan mereka pun memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka masing-masing.
Hingga kini gadis beriris amethys itu berjalan di lorong gang rumahnya yang mulai sepi dengan lampu jalan yang entah sejak kapan banyak yang padam.
Gadis itu pun berhenti ketika melihat sekelebat bayangan lewat diatas atap rumah penduduk disampingnya.
Bukan hanya sekali, bayangan itu kembali muncul di beberapa tempat yang terlihat oleh mata telanjang Hinata. Hingga perasaan yang sama seperti sebelumnya kembali muncul dan membuatnya kembali was was.
"Jangan-jangan itu mereka.." gumam Hinata yang meningkatkan kewaspadaannya saat ini.
Dimana dia ingat perkataan Kaguya kakak kelasnya, bahwa dirinya harus mengelabui siapapun yang merasa jika ada yang mengikutinya.
Sring!
Gadis itu menghilang menggunakan Shunsin para Shinobi pada umumnya. Walaupun tak secepat yang lainnya dan dia bukan tipe ninja yang memiliki pergerakan cepat ataupun teleportasi, tapi setidaknya dia akan melakukan usahanya terlebih dahulu.
Hingga bayangan itu kembali muncul dan berdiri diatas atap rumah menatap kepergian gadis cantik itu. Seakan tau jika gadis itu sedang mengecohnya dia pun tampak menggunakan Heandseal.
Sring!
Bayangan itu pun juga menghilang menggunakan Shunsinnya yang menandakan jika mereka adalah Shinobi.
Dan nampaklah Hinata yang mengintip dari sudut gang itu tepat kearah perginya bayangan yang mengikutinya barusan.
Sing! Sing!
Trank! Trank!
Namun baru saja gadis itu akan kembali berjalan, dua buah suriken melesat hampir mengenai tubuhnya. Namun dengan mudah gadis itu menangkis dengan tehnik Juken miliknya.
Byakugannya aktif melihat serangan musuhnya kali ini.
Dimana diatap rumah penduduk nampak 3 orang Shinobi bertopeng putih berjubah hitam yang menatap kearah Hinata.
Tap! Tap!
Dua Shinobi lagi muncul disisi kiri Hinata tepat diujung jalan samping kirinya itu.
Tap! Tap! Tap! Tap!
Gadis cantik itu seketika menoleh ke arah kanannya yang merupakan satu-satunya jalan keluarnya terdapat sosok pria berjubah hitam dan bertopeng putih namun bergaris merah disana.
'Siapa mereka sebenarnya? Jangan-jangan merekalah yang mengawasi ku akhir-akhir ini..' batin Hinata menatap tajam para Shinobi itu.
Iris gadis itu menatap tajam sosok topeng bergaris merah yang ada di kanannya saat ini berhenti tepat 10 meter dari tempatnya berdiri itu.
"Hyuga Hinata.. ikutlah dengan kami. Jika kau masih sayang dengan nyawamu." Ucap sosok topeng putih bergaris merah yang sepertinya adalah pemimpin dari kelompok tersebut.
"Siapa kalian? Dan kalian pasti tau apa jawabanku.." ujar Hinata yang memasang kuda-kuda bertarungnya.
"Benar juga. Sudah lama sekali kami tidak beraksi lagi.. terakhir kali kemarin, orang kepercayaan tuan, lah yang mendapatkan si gadis berambut putih itu.." ucap sosok itu yang menjeda kalimatnya.
Membuat Hinata membolakan matanya dengan tubuh menegang sempurna.
'Rambut putih? Jangan-jangan!' batin Hinata syok.
"Ah.. ya Viltaria.. si gadis brengsek sok kuat itu.. padahal dia lemah tak punya kemampuan spesial apapun.. kalau bukan untuk menjalankan rencana tuan, dia pasti sudah dibunuh.." lanjut pria bertopeng putih merah itu yang menyeringai dibalik topinya.
"Di-dimana Ellen-san?! Dan katakan apa rencana kalian sebenarnya?!" Hinata mulai terpancing emosinya.
Suaranya yang sedikit berteriak namun memang terdengar lembut dari karakteristiknya sendiri itu, membuat para Shinobi tersebut sedikit terkekeh geli mendengarnya.
"Hahaha.. tuan'ku akan menjelaskannya sendiri jika kau mau ikut dengan kami Hyuga. Kau tak akan kami bunuh karena kau adalah aset penting bagi kami.."
Pria bertopeng putih dengan garis merah itu mengulurkan tangannya berusaha mengambil hati gadis cantik itu.
'Bagaimana ini.. apa yang harus ku lakukan?.. Elen-san dalam bahaya, dan aku harus ikut kemana mereka pergi agar bisa menemukan lokasinya.. tapi, tak menutup kemungkinan jika mereka berbohong agar aku mau ikut dengan mereka.' Batin Hinata bimbang.
Pria dihadapan Hinata yang tau jika gadis itu ragu, mengeluarkan sebuah kain putih dari sakunya dan melemparnya pada Hinata.
Hingga benda itu jatuh tepat didekat kaki Hinata dan terbuka dengan sendirinya karena sengaja dilepas ikatanya.
Seketika gadis itu membolakan matanya kembali dengan jantung yang terasa berhenti sejenak ketika melihat apa yang ada di atas kain itu.
Dimana kain itu menampakkan sebuah name tag bertuliskan 'Elionora Viltaria' dengan sisa potongan helai rambut putih diatas kain kecil yang terbuka itu.
'I-itu.. name tag dan helai rambut miliknya. E-elen-san..' Batin Hinata ketika melihat isi dari kain putih itu. yang kemudian memandang tajam Shinobi bertopeng putih bergaris merah tersebut.
"Aku tau apa yang kau pikirkan.. kau kira kami berbohong? Ikutlah dengan kami baik-baik.." ucap pria bertopeng putih bergaris merah itu sekali lagi.
Sejenak memejamkan matanya, gadis itu kembali membukanya kembali dan memunculkan Byakugan aktif disana dengan kuda-kuda yang kokoh dirinya menatap tajam para Shinobi itu.
"Kalian tau apa jawabanku.."
Ujar gadis itu datar yang membuat pemimpin dari kelompok itu menyeringai dibalik topengnya.
"Hahaha! Kalau begitu, mari kita mulai.."
Sring! Sring!
Ucapan terakhir dari pemimpin kelompok itu dua orang Shinobi di ujung jalan dikirinya menghilang dari tempatnya dan muncul tepat di samping Hinata yang melirik ke arah datangnya serangan.
'Tunggu aku, Elen-san'
Trank! Trank! Trank!
Pertarungan dimalam itu pun pecah dengan keadaan yang tak seimbang. Namun Hinata dengan Byakugan dan Taijutsu khas klan miliknya mampu mengimbangi ke enam Shinobi berjubah hitam itu.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Uzushiogakure.
.
Seorang pria yang satu tangan kirinya nampak diikat kain didepan dadanya nampak duduk dengan segelas teh hangat dimeja kecil diruang keluarga kastil mereka.
Kastil di Uzushio memang tak terlalu besar dan megah seperti pada kerajaan besar lainnya. Tapi cukup untuk menampung keluarganya dan anggota yang lain tentunya.
Pria itu sedang membaca sebuah berkas yang diterimanya dari seorang pria yang duduk di hadapannya saat ini.
Pria yang bergelar Anbu dari Konoha dan telah lama bertugas di Uzushio itu tampak memakai topeng Neko dan duduk bersila menatap sang pemimpin pulau.
"Trimakasih atas kerja kerasmu beberapa hari ini Neko.. aku tak tau harus bagaimana lagi jika tak ada kau disini, hehe.." ujar Minato yang sedikit merendah.
Memang pria berambut pirang berjambang itu memiliki sifat yang kalem dan suka bercanda. Tapi juga jenius dan kuat tentunya dalam hal bertarung yang tak diragukan lagi.
"Tak masalah Minato-sama.. lagipula ini juga adalah tugasku untuk melindungi keluarga anda." Balas Neko yang tersenyum di balik topengnya.
"Aku sebenarnya tak percaya jika Naruto itu bisa berkomunikasi dengan Jiji, dan berhasil menjalin kontrak dengan 4 penjaga itu. Tapi sebagai ayah, aku sangat berhutang Budi padanya telah menyelamatkan keluargaku." Ujar Minato.
Pria itu tampak tersenyum mengingat obrolannya dengan Naruto tiga hari yang lalu sebelum pria raven itu meninggalkan pulau Uzu ini.
Banyak yang mereka berdua obrolkan tentang berbagai hal. Termasuk perpustakaan milik Uzushio yang hanya boleh diketahui Minato dan keluarganya saja.
Naruko yang mendapatkan salam dari sang kakek hanya sedikit bersedih karena tak bisa bertemu langsung dengan pria itu.
Anak dan istri Minato pun akrab dengan Naruto yang memang orangnya misterius tapi baik hati. Sesuai dengan apa yang diceritakan oleh istrinya ketika pertama kali bertemu Naruto.
Dan saat itu juga Naruto diterima sebagai seorang anggota keluarga mereka secara tidak langsung. Karena Kushina yang nampak menyayangi pria itu yang katanya mengingatkan pria itu pada ibunya yang telah tiada.
Walaupun terkesan pertemuan mereka singkat, tapi sangat berkesan dan penuh kebahagiaan didalamnya.
Namun keluarga Minato tak diberitahu tentang pelatihan Naruto dan tempat itu. Karena Naruto berniat merahasiakan tempat itu sampai orang yang benar-benar cocok bisa menerima tanggung jawab dengan Uzu Dimention tersebut.
"Yah, akupun sama. Tapi tak ada yang tak mungkin didunia ini.. dan dia telah berhasil menjadi pahlawan pulau ini. Memang pantas dia menyandang gelar yang kau berikan itu, Minato-sama." Ujar Neko yang kagum dengan kemampuan Naruto dari cerita Kushina dan Naruko tentunya.
"Aku telah mempercayainya dan memberikannya nama klanku sebagai rasa terimakasihku. Dan membuatnya menjadi keluarga Namikaze secara tidak langsung, walaupun dia tak memiliki darah Namikaze. Tapi kemampuan, kejeniusan dan hatinya telah cukup mencerminkan sifat dari klan Namikaze itu sendiri.." ucap Minato dengan bangganya dan tersenyum menatap teh buatan istrinya.
Pria itupun meminum teh buatan istri tercintanya perlahan. Dan kembali menaruh nya di meja kecil dihadapannya itu.
"Aku setuju, Minato-sama.. selain warna rambutnya yang mirip denganmu, tentu kemampuannya tak usah diragukan lagi." Balas Neko.
Mereka berdua mengobrol singkat sebelum akhirnya Neko pamit undur diri untuk melakukan tugasnya yang selanjutnya.
.
.
.
.
.
Dikamar Naruko, gadis cantik itu sedang menyisir rambutnya yang nampak digerai indah. Pandangannya pada cermin di mejanya tak lepas dari seluruh tubuhnya yang hanya memakai handuk orange itu.
Gadis itu terus mengingat kebersamaannya dengan Naruto yang memang hanya sebentar tapi sangat berkesan untuknya.
Apalagi dirinya dan keluarganya berhutang Budi pada pria yang sudah resmi menjadi keluarga mereka itu.
Walaupun begitu, nyawa mereka yang telah diselamatkan Naruto tetap menjadi hutang Budi mereka.
Naruko pun banyak mendapatkan informasi dan ilmu baru dari Naruto. Termasuk beberapa Jutsu yang diajarkan Naruto dari gulungan yang pria itu dapatkan dari perpustakaan.
Yang pasti Jutsu yang berguna mulai dari rank A sampai rank S tentunya. Walaupun pertemuan mereka singkat namun teori yang Naruto berikan cukup untuk dipahami gadis cantik itu dibantu dengan Kurama tentunya.
"Namikaze Naruto Shiba.. dia tampan juga, sih.." gumam Naruko senyum-senyum sendiri menatap cermin malam itu.
Kurama yang menatap gadis itu di cermin hanya mendengus dengan seringaian di moncong orangenya.
'Naruko.. sepertinya gadis ini menaruh perasaan pada si pria api itu..' batin Kurama.
Kurama pun mengakui jika pria yang membantu mereka kemarin memang memiliki kemampuan yang hebat.
Selain auranya yang berbeda, pria itu menguasi sihir dragon slayer yang melegenda itu. Satu-satunya sihir kuno yang mampu membunuh naga dan telah hilang.
Apalagi matanya yang merupakan Doujutsu seperti milik para Shinobi membuatnya mampu mengalahkan seorang missing Nin rank S yang bisa dibilang kuat dan mampu menghancurkan sebuah kota sendirian dengan tehnik ledakannya itu tanpa perlawanan yang berarti.
Itu semua sudah cukup membuktikan jika Naruto memang seorang Dragon Slayer yang kuat.
Walaupun Kurama sendiri belum tau sejauh apa kemampuan Naruto itu. Tapi pertarungan yang kemarin terlihat jika pria pirang itu belum mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Tapi Kurama cukup mengakui Naruto.
Walaupun Kurama sendiri dasarnya mampu mengatasi pertarungan kemarin sendirian, tapi saat ini Naruko masih belum mampu menahan kekuatannya lebih lama.
Apalagi jika kekuatan penuhnya dilepaskan sekaligus, maka tubuh Naruko mungkin tak akan bisa bertahan lama dalam mode true form chakra Kyubi tersebut, dan tak sadarkan diri.
Jika dia dalam tubuh aslinya tanpa membagi kekuatannya dia bisa saja meratakan missing Nin itu sendirian bersama dengan naga tanah liatnya itu. Mungkin 2 naga itulah yang agak sulit dia kalahkan jika dengan jumlah mereka yang berempat ditambah 2 Magical Beast raksasa itu.
"Naruko, kau harus berlatih mengendalikan chakra dengan skala besar. Agar kau bisa bertahan dengan mode chakra ku lebih lama nantinya dalam pertarungan.."
Sebuah suara berat terdengar di pikirannya yang tak lain adalah Kurama. Membuat gadis itu sedikit berpikir metode latihan apa yang harus dia lakukan nantinya.
"Mm.. dari yang Naruto-kun ajarkan, ada beberapa metode latihan yang bisa ku lakukan. Tapi kita membutuhkan tempat yang luas agar tidak merusak tempat ini, Kurama." Balas Naruko.
Memang benar apa yang dikatakan Kurama. Jika ingin memperkuat dirinya, dia harus berlatih lebih keras lagi agar bisa menggunakan mode Kyubi lebih lama lagi dalam Medan tempur nantinya.
Karena penyerangan seperti beberapa hari yang lalu tak akan ada dijadwal. Suatu saat pasti akan ada pertarungan lagi yang terjadi.
"Hutan sebelah timur kastil sepertinya cocok untuk tempatmu berlatih Naruko." Balas Kurama yang nampak menutup matanya untuk istirahat malam itu.
"Baiklah, Kurama.. dan aku juga akan tidur. Besok aku akan memulai latihanku." Ucap Naruko yang berdiri dari duduknya didepan meja rias itu dan berjalan ke tepi kasurnya.
Melepas handuk yang melilit tubuhnya hingga tak memakai sehelai benang pun ditubuh indahnya itu dan naik ke kasurnya.
Merebahkan tubuhnya dan menarik selimut dikakinya untuk menutup tubuh indahnya itu kemudian memasuki alam mimpinya.
"Kurasa kita akan bertemu lagi suatu saat nanti.. Naruto-kun.."
.
.
.
.
.
23.00 pm.
.
Didalam kamar seorang gadis berambut merah nampak berdiri didepan meja rias yang terdapat cermin disana.
Gadis itu memakai pakaian dres putih yang tipis hingga nampak bagian tubuh didalamnya yang tak memakai dalaman itu.
"Eulmmhhnn~.."
Suara desahan yang tertahan dalam kulumannya dengan seorang pria berambut kuning berjambang dibelakang gadis cantik berambut merah itu terdengar indah.
Tangan kanan Minato yang masih bisa digerakkan meremas dan memijat aset indah di balik dres tipis Kushina itu.
Semburat merah terlihat diwajah cantik gadis itu yang menikmati hubungan intimnya dengan suaminya malam ini.
Melepaskan hasratnya yang tertahan selama beberapa hari ini karena menunggu Minato sembuh.
Walaupun kejadian yang sempat menimpanya itu kadang teringat dipikirannya, namun dirinya memilih diam yang hanya Naruto dan Naruko saja yang tau.
Tubuh Minato yang menempel dibelakang Kushina yang tak memakai sehelai benangpun itu menggesek-gesekkan kemaluannya selangkangan Kushina yang terangkat dresnya.
"Ahhmm~.. Uhmm~ Anatahhmmh~"
Desahan Kushina terus mengalun dengan dirinya yang menggoyangkan pantatnya meresapi kemaluan Minato yang menggoda bibir Miss v miliknya yang sudah becek.
"Ahnn.. Mashukhan, sayanghh~"
Racau Kushina yang tubuhnya menenggang ketika Minato membungkukkan tubuh istrinya ke meja rias hingga membuatnya menungging. Seraya terus menggesek kemaluannya dengan milik Kushina yang sudah basah.
"Aghnn.. Aku masukan, Tsuma.." ujar Minato yang memasukkan miliknya perlahan pada lubang surgawi milik istrinya yang sudah sangat basah itu.
Clep!
Cpak! Cpak! Cpak!
"Ahhh.. Minatohhh~ uhhnn~ aahhh~.."
Kushina semakin terus mendesah indah saat v nya terasa penuh dengan barang milik Minato yang masuk sepenuhnya.
"Ahhn~ ahh~.."
Cpak! Cpak! Cpak!
Kushina terus mendesah merdu seraya menatap cermin didepannya yang memperlihatkan tubuhnya yang digenjot oleh Minato dari belakang. Wajahnya yang memerah dengan mulut sedikit terbuka karena desahannya menikmati hujaman demi hujaman yang diberikan Minato padanya.
"Ahn! Ahhh~ ahhh~ terushh, anatahhnn~"
"Aghh.. Tsumagh.."
Minato membuka pakaian Kushina hingga keduanya telanjang bulat. Menegakkan tubuh Kushina dan meremas aset wanita cantik itu seraya menghisap leher istrinya menambah nikmat Kushina dan membuat tanda disana. Hingga membuat wanita itu semakin terangsang dan basah dibawah sana.
"Terushhh! Ahh~ ahhhh~ minatohhh~"
Clep!
"Ahhnn~ ke-kenapa-"
Sret!
Minato melepas miliknya dan merubah posisinya diranjang. Membuat wanita itu telentang di ranjang lalu kembali memasukkan miliknya dan terus menggoyang wanita itu yang kakinya terbuka lebar membiarkan suaminya mengakses miliknya sepuasnya.
Clep! Clep! Clep!
"Ahhhh~ lebihhh kenchanghh~ ahhhh~"
Wanita itu semakin tenggelam dalam kenikmatan saat Minato meremas asetnya dan memasukkan Mr p nya semakin dalam ke vagina wanita itu.
"Ahhhh~ ahhhh~ Minato-khunnhhh!"
"Akh! Kushinah!"
Hingga satu jam keduanya melakukan penetrasi, akhirnya mencapai klimaks bersamaan dan membuat pria itu memeluk istrinya yang berada dibawahnya dengan nafas yang tersengal.
"Hah.. ahnn... Kau keluar banyak sayangh.. giliran aku yang bermain, Anatahh.."
Ucapan Kushina yang tersenyum nakal itu dibalas anggukan Minato yang kemudian pria itu melepas miliknya dan telentang disamping wanita itu.
Dengan nafsu yang masih membara, Kushina berjongkok diatas Mr p Minato yang kembali tegak menantang dan memasukkannya perlahan.
"Aku mulai sayangh~ ahhhhnnn~"
Clep!
Cpak! Cpak! Cpak!
Kushina menggoyangkan pinggulnya diatas Minato hingga pantatnya bergetar liar karena gerakan naik turunnya itu. Membuatnya mendesah lebih keras dengan buah dadanya yang bergoyang liar dan di remas oleh Minato yang juga menikmatinya.
Keduanya terus melakukannya hingga beberapa jam dengan berbagai gaya yang mereka sukai malam itu.
Menyalurkan hasrat mereka dimalam panjang itu bersama dengan hawa dingin dimalam itu yang cocok untuk melakukan hubungan intim suami istri.
Desahan wanita cantik itupun semakin merdu di malam yang indah itu. Hingga terdengar diluar kamar mereka yang sedang bercinta dan tenggelam dalam kenikmatan dunia tersebut.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Soul city.
.
Seorang gadis nampak tergeletak tak sadarkan diri dengan berlumuran darah di pakaiannya yang putih itu.
Sedangkan 4 orang berjubah hitam dengan topeng putih berdiri disekitar tubuh gadis itu.
Dimana terdapat 2 mayat rekan mereka yang telah tewas oleh gadis itu yang berhasil menyerang titik jantungnya.
Pria dengan topeng putih bergaris merah yang menjadi pemimpin mereka itu nampak mengangkat gadis itu dan membawanya di pundaknya.
Gadis itu belum mati, Hanya tak sadarkan diri dengan tubuh yang terlihat lemah dengan darah disekitar tangan dan sudut bibirnya.
"Ayo kita kembali ke markas.. tuan pasti akan senang kita berhasil membawa objek yang ke dua." Ujar pria dengan topeng bergaris merah itu yang dibalas anggukan ketiga rekannya itu.
Mereka ber empat pun pergi dengan melompati atap-atap rumah penduduk Soul menuju ke arah dinding luar untuk ke markas tersembunyi mereka. Namun sebelum mereka pergi, mereka membakar habis mayat rekan mereka yang telah tiada itu untuk menghilangkan jejak.
.
.
Hingga 12 jam lebih keempat Shinobi itu bergerak kearah selatan menuju perbatasan kota soul dan wilayah desa Konoha dengan menunggangi Mount mereka the Warrior.
Mereka tiba di tengah hutan perbatasan kota soul dan desa Konoha, mereka berhenti di salah satu pohon yang nampak paling besar disana.
Dengan lima pohon besar lainnya yang mengelilingi pohon itu dengan jarak masing-masing 5 meter.
Karena terdapat kertas Fuin di ke lima batang pohon itu dengan pusatnya juga terdapat kertas Fuin disana.
Terdapat sumur tua tepat dibawah pohon yang menjadi pusatnya itu, mereka berhenti didekat sumur itu setelah membuka kertas segel itu sementara.
Sumur itupun terbelah dan terbuka seperti sebuah gerbang kecil yang terbuka keluar dan menampakkan sebuah jalan masuk kedalam sana.
Keempat orang itupun masuk kedalam gerbang sumur tua itu yang tersambung ke jalan bawah tanah disana. Dan kembali gerbang itu tertutup rapat tanpa jejak.
Tanpa menyadari sepasang mata biru bersinar disudut pohon dalam bayangan rimbunan tanaman dan pohon itu. Menatap kepergian keempat Shinobi yang sengaja mengituki mereka sampai ke markas rahasia mereka ini.
Sosok itu menyeringai dibalik kegelapan bayangan pohon dengan iris yang masih menyala digelepan itu menatap datar komplotan tersebut.
"Ternyata disini markas kalian.. Danzo.."
.
.
.
.
.
Disebuah tempat yang minim cahaya yang terdapat di dalam bawah tanah. Namun memiliki ruangan yang begitu luas dengan dinding kramik batu yang dihiasi cahaya lilin dan lampu biru disekitarnya.
Di salah satu ruang tahanan yang terdapat di blok 10 paling bawah dari tempat itu, terdapat seorang gadis cantik yang tergeletak memandang kosong ke jeruji besi yang mengurungnya.
Gadis berambut putih itu nampak larut dalam pikirannya sendiri tanpa mau memakan makanannya yang terdapat piring berisi roti disampingnya.
'Gomenasai.. Naruto-kun.. maaf bila aku pernah mengecewakanmu dulu.' Batin gadis itu yang dipikirannya terdapat kenangan dirinya dan Naruto setahun yang lalu.
Masih teringat jelas awal pertemuannya dengan pria itu yang sempat membuatnya malu di tempat umum.
Namun dari situlah dirinya bisa kenal dan dekat dengan pria berwajah datar yang seenaknya sendiri itu.
Hari-harinya yang dihiasi hal-hal aneh dan Quest yang dijalaninya bersama pria itu terlintas dipikirannya.
Dirinya yang sangat ingin menjadi seorang ksatria pedang seperti ayahnya adalah impiannya, Serta bisa diakui oleh ayah dan kakaknya jika dirinya tak lemah.
Dirinya tau jika dia lahir bersamaan dengan kematian ibu kandungnya itu. Menganggap jika dirinya adalah gadis pembawa sial yang telah membuat ibunya tewas.
Namun keluarganya tak pernah menganggapnya seperti itu. Mereka menyayangi dirinya apapun yang terjadi. Karena mereka menganggap itu adalah takdir dari kamisama yang telah terjadi.
'Tou-sama, Nee-sama.. aku sudah berjanji akan menjadi sekuat kalian. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri agar tak menjadi beban orang lain di Academi.'
Pikiran gadis itu membuat setetes kristal bening mengalir dari pelupuk matanya ketika mengingat keluarganya dikastil Vermilion.
Dia juga ingat jika dirinya akan pulang ke kastil tahun ini. Namun dirinya yang larut dengan tujuannya mencari Naruto membuatnya menjadi prioritas saat ini.
Namun karena kelalaiannya yang kurang waspada, dia dikalahkan oleh sekumpulan orang dengan topeng yang mengurungnya disini.
Dia tak tau siapa dalang dibalik penculikannya ini. Namun yang pasti, para Shinobi lah yang menjadi akar dari semua ini.
Gadis itu terduduk dan meringkuk memeluk kedua kakinya. Menangis dalam diam ketika dirinya tak bisa berbuat apapun.
Terdapat sebuah segel di jeruji besi itu yang mengekang energi apapun untuk bereaksi didalamnya. Hingga membuat pengguna Mana ataupun Chakra tak bisa menggunakan Tehnik mereka.
Tap! Tap! Tap!
Derap langkah kaki yang terdengar mendekat kearah tempatnya, gadis itu mengangkat wajahnya dan membolakan matanya seketika.
"Hi-hinata-chan!"
Cklek!
Bruk!
Elen berteriak dan menangkap tubuh tak sadarkan diri Hinata yang dilempar sosok berjubah hitam bertopeng putih kedalam kurungan tempatnya berada setelah sebelumnya membuka jeruji itu.
"Hi-hinata-chan! Sadarlah.. apa yang terjadi padamu? Hiks.."
Elen menangis ketika melihat kondisi Hinata yang terdapat beberapa luka ditubuhnya akibat pertarungannya kemarin seraya memeluk tubuh gadis cantik itu.
"Kalian tetaplah tenang disini. Kami akan membawakan kalian obat-obatan dan pakaian ganti. Danzo-sama tak mau jika kalian sampai mati sebelum keinginannya terwujud."
Pria bertopeng itupun kembali pergi dan mengunci kurungan Elen dan Hinata setelah mengucapkan kata terakhirnya.
Elen yang menatap geram pada sosok bertopeng yang meninggalkannya dan kembali menatap Hinata dipangkuannya.
Tangannya mengelus perlahan pipi mulus Hinata. Membuat sang pemiliknya perlahan membuka matanya dan memperlihatkan iris Amethys yang indah itu menatap Elen yang tersenyum lega menatapnya.
"Elen-san.. syukurlah kau baik-baik saja. Maaf aku tak bisa datang membawa bantuan untukmu.." ucap Hinata lirih dengan setetes air mata mengalir melewati pipi mulusnya.
Sedangkan Elen hanya menggeleng pelan kepalanya seraya mendudukkan gadis itu perlahan dan menggenggam tangan Hinata.
"Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf karena membuatmu terseret ke tempat ini.. kau sampai terluka gara-gara aku.." ujar Elen yang merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa mereka berdua.
Hinata tersenyum saat mendengar ucapan kakak kelasnya itu. Tapi sebagai teman yang tau perasaan satu sama lain, dia tak masalah dengan keadaan dirinya sekarang. Yang terpenting dia sudah tau jika Elen masih selamat dan sehat-sehat saja.
"Apa yang terjadi padamu Senpai? Sampai-sampai mereka menculikmu? Bukankah ku dengar kau sedang menjalankan Quest akhir-akhir ini? A-Apa mereka juga menceritakannya padamu?" tanya Hinata yang memandang khawatir pada Elen.
Sedangkan gadis yang ditanya tersenyum karena tersentuh hatinya mendengar kepedulian gadis dihadapannya itu. Padahal dirinya sendiri sedang dalam kesusahan, tapi masih memikirkan keadaan orang lain.
"Kau ini Hinata-chan, kau sendiri juga diculik gara-gara aku. Tapi kau masih saja memikirkan orang lain.."
Ujar Elen yang menjeda kalimatnya dan mendapat tatapan bingung dari gadis manis beriris Amethys itu.
"A-aku tak apa kok Senpai.." balas Hinata.
"Arigatou, Hinata-chan.. aku memang sedang menjalankan Quest di sekitar kota. Karena kau tau sendiri beberapa hari lagi kita akan berangkat ke Qrimson untuk festival. Tapi mereka menyerangku dan menangkapku. Danzo.. apa kau tau siapa dia Hinata-chan?" gadis itu melepaskan pelukannya yang singkat dan bertanya diakhir kalimatnya.
Hinata nampak berpikir. Namun Elen yang melihat kondisi mereka yang buruk saat ini membuatnya berinisiatif merobek blazernya dan membuatnya sebagai kain untuk membersihkan sedikit tubuh mereka.
Membuat Hinata sedikit tersentak ketika melihat apa yang dilakukan gadis didepannya ini.
"Se-senpai.. seragammu.." gumam Hinata yang menerima kain sobekan Elen.
Elen hanya tersenyum sembari membersihkan darah yang ada di sudut bibir Hinata dan kotoran di pipi mulusnya itu.
"Tak apa. Aku masih memiliki gantinya Hinata-chan.. tapi ngomong-ngomong, komplotan ini adalah para Shinobi, bukan? Apa kau tau sesuatu Hinata-chan?" tanya Elen.
Hinata yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan tak tau apapun. Membuat keduanya menunduk pasrah dengan hembusan nafas berat disana.
"Hah.. jadi kita tak bisa melakukan apapun selain menunggu sampai ada yang menyadari kalau kita telah hilang dan mencari kita.." gumam Elen yang pasrah dengan keadaan mereka saat ini.
Sementara Hinata nampak berpikir bagaimana caranya mereka bisa memberikan kabar kepada rekan-rekan mereka.
"Apa kita bisa menghancurkan jeruji ini dan keluar dari sini Senpai?" tanya Hinata.
"Dijeruji itu terdapat kertas segel yang membuat siapapun yang didalam sini tak bisa menggunakan Ninjutsu ataupun Magic. Aku sudah mencobanya.." ujar Elen yang mencoba kembali mengaktifkan Magic Cyrcle'nya tapi tak ada respon.
"Jika Ninjutsu tak bisa, maka kita harus mencobanya dengan Taijutsu, Elen-san.." ujar Hinata yang sedikit menyimpulkan informasi dari Elen.
Kedua gadis itupun saling mengangguk paham dan merencanakan waktu yang tepat untuk melaksanakan pelolosan.
Selain menunggu waktu, mereka juga akan memulihkan kondisi fisik dan energy spiritual mereka sebelum keluar dan kemungkinan akan kembali bertarung dengan kelompok ini.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Academi Hagun.
.
Seorang gadis berambut silver sedang berjalan dilorong koridor academi. Setiap bangunan telah ia lewati untuk mencari seseorang yang tak pulang semalaman.
Hingga gadis cantik berambut panjang itu berhenti di atap gedung B tempat biasa mereka makan siang. Namun juga tak ada keberadaannya disini.
Hingga gadis itu melihat seorang gadis berambut hitam panjang yang memiliki tubuh indah seperti dirinya. Namun memakai kimono hitam terbuka dibelahan dadanya dan panjang bagian bawah sampai mata kakinya. Kaki mulusnya terlihat dibagian belahan kimono sebelah kirinya yang memakai hils dan stoking hitam diatas lutut.
Rossweisse yang menatap gadis cantik itu memicing tajam seraya mendekati sosok gadis yang tak asing energy spiritualnya itu.
"Kau mencari Hinata-chan?, Rossweisse-san?"
Suara feminim yang terdengar merdu dari gadis didepannya membuat gadis bersurai silver itu sedikit terkejut karena tau siapa dirinya.
"Siapa kau? Sepertinya kau tau sesuatu tentang hilangnya Hinata-chan?" balas Rossweisse mencoba memastikan sesuatu.
"Aku teman seangkatan Naruto-kun.. sepertinya kau tak asing denganku, bukan?"
Gadis itu berbalik menghadap Rossweisse yang membolakan matanya menatap gadis cantik berambut hitam lurus yang wajahnya seperti dia kenal.
Gadis itu memandang datar pada Rossweisse yang memicing tajam menatap gadis cantik beriris Rubi di depannya.
"Kau.. Ophis-chan?" Gumam Rossweisse tak percaya dengan sosok gadis bertubuh indah didepannya ini.
Karena bagaimana mungkin gadis bertubuh loli yang dalam waktu singkat bisa berubah menjadi sosok wanita dewasa dengan tubuh yang indah seperti dirinya itu.
Apakah benar sosok didepannya ini adalah seorang manusia? Atau dia menggunakan Magic arau Jutsu seperti milik para Shinobi itu?
Dalam keadaan terpaku, Rossweisse terdiam ketika Ophis mendekatinya dan berhenti tepat dibelakang Rossweisse hingga hampir tak ada jarak diantara mereka.
Gyut! Gyut!
"Ahh-ahphaa yanghh..."
Rossweisse terkejut dan mendesah dalam ucapannya ketika merasakan aset miliknya diremas-remas oleh gadis yang memeluknya dari belakangnya itu.
"Hmm.. ternyata ini yang disukai Naruto-kun.. pantas kalian menjadi prioritas Naruto-kun selama ini.."
Ucapan datar Ophis ditelinga Rossweisse membuat gadis berambut silver itu mendesah tertahan dengan menggigit bibir bawahnya pelan. Mencoba mencerna perkataan gadis cantik diblakangnya ini.
"A-apah maksutmu Ophis-chan? Dan A-Apa maksutmu dengan Na-naruto-kunh menyukainyahh?" ucap Rossweisse yang menahan desahannya ketika mendengar nama Naruto dari Ophis yang menghentikan aksinya itu.
Rossweisse yang merasakan gadis itu berhenti langsung berbalik dan menatap Ophis dengan rona merah diwajahnya.
"Naruto-kun memang pria yang menyukai benda kenyal ini. Kau bersyukurlah dia menyukai milikmu juga.." ujar Ophis yang semakin membuat Rossweisse bingung.
Karena bagaimana gadis itu tau tentang Naruto jika pria itu saja sudah lama tak ada di kota ini. Atau jangan-jangan gadis ini menyembunyikan sesuatu tentang Naruto.
"Kau.. tau sesuatu tentang Naruto-kun? Aku mohon beritahu aku, Ophis-chan.."
Rossweisse menggenggam tangan Ophis seraya memohon informasi dari gadis yang menatapnya datar itu.
Hingga gadis itu melupakan tujuannya saat ini yang mencari keberadaan Hinata sebelumnya.
"Dia sejak semalam tak pulang setelah makan di apartemenku.. setelah aku memberitahunya informasi tentang kalian.." ucap Ophis datar.
Sedangkan gadis yang mendengar ucapan Ophis membelalakan matanya seketika. Sebuah senyum mengembang diwajah cantik gadis itu.
Gadis cantik itu merasakan sebuah perasaan bahagia ketika mendengar jika pria yang ditunggunya sejak setahun lalu telah tiba di kota ini.
Padahal dirinya selama ini mencari informasi keberadaan pria itu tak kunjung mendapatkannya. Tapi hari ini dia harus mendapatkan kabar mendadak dari seorang gadis yang tiba-tiba berubah secara signifikan ini.
"Di-dia sekarang ada dimana, Ophis-chan? Ijinkan aku menemuinya.." ujar Rossweisse yang masih menggenggam kedua tangan Ophis yang tingginya sama dengan dirinya itu.
"Itulah kenapa kedatanganku disini. Kita harus menyusul Naruto yang mengejar penculik Hinata dan Elen semalam.."
Ucapan Ophis seketika kembali membuat Rossweisse membolakan matanya terkejut. Untuk kali ini dia harus mendapatkan kabar gembira dan kabar buruk sekaligus.
Ternyata orang yang dicarinya selama ini bahkan lebih paham dengan situasi yang terjadi sebelum dirinya dan yang lainnya.
Seketika ekspresi gadis itu menjadi sedingin es dan tangan yang terkepal. Iris matanya yang tajam dengan aura Mana terlihat disekitar tubuhnya.
"Sebaiknya kita pergi sekarang, Ophis-chan.. kita harus membantu Naruto-kun menyelamatkan Elen dan Hinata." Ujar Rossweisse datar.
Sring!
Ophis hanya mengangguk dan mengaktifkan sihir Teleportnya. Menelan kedua gadis itu kedalam lingkaran sihir keunguan milik Ophis.
.
Sring!
Dihutan dekat dinding kota Soul. Muncul sebuah Magic Cyrcle ditanah dan naik keatas memunculkan dua orang gadis cantik berbeda pakaian.
Rossweisse memandang heran pada Ophis yang berada disebelahnya ketika mereka malah tiba di luar dinding kota.
"Apa yang kita lakukan disini Ophis-chan? Bukankah kita akan mengejar Naruto-kun?" tanya Rossweisse yang heran.
"Kita akan mengejarnya. Tapi kita butuh Mount agar sampai kesana lebih cepat dan menghindari monster hutan yang ada." Balas Ophis yang dibalas anggukan paham dari Rossweisse.
Mereka berdua pun melakukan Magic Summoning bersamaan dan menghentakkan Magic Cyrcle di telapak tangan mereka. Dan memunculkan dua buah lingkaran sihir yang berbeda lambang dan warna tepat dibawah kaki mereka.
[Summoning Magic: Tropic Feonix]
[Summoning Magic: Amatsugatsuchi]
Dari kedua summon itu, munculah seekor Feonix berukuran 7 meter milik Rossweisse yang berwujud kepala serigala dengan keempat kaki burung dengan cakar yang kokoh dan sepasang sayap burung yang lebar dan ekor burung yang panjang. Memiliki warna dominan hitam dan putih di bulu bagian perutnya.
Sementara Ophis memunculkan seekor naga bersisik abu-abu berukuran 8 meter yang melayang diatas permukaan tanah yang memiliki kepala naga dengan tanduk seperti sirip naga disekitar kepalanya yang mengembang lebar. Sepasang sayap lebar seperti sirip yang memiliki cakar terdapat dikanan kiri tubuhnya. Tubuhnya yang diselimuti api hitam 3 cabang dipunggungnya yang lebar. Serta sepasang sirip kecil bercakar dibagian yang tersambung dengan ekornya yang panjang.
Keduanya menaiki Mount mereka dan pergi meninggalkan tempat itu menuju ke selatan. Mengikuti Mount milik Ophis yang mampu mencium jejak energy spiritual dari kunai Naruto yang sengaja ditinggalkan untuk Ophis agar tau dimana posisinya saat ini.
'Tunggu aku.. Naruto-kun.. Hinata, Elen.. semoga kalian baik-baik saja..'
Batin Rossweisse yang terbesit dalam pikirannya wajah pria pirang itu. Sudah lama sekali dirinya tak menemui Naruto. Dia tak sabar ingin segera bertemu dengan Naruto dan menyelamatkan teman-temannya sekaligus.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Ditengah hutan yang terdapat sebuah sumur tua yang dikelilingi oleh 5 pohon dengan segel Fuin di sore menjelang malam, nampak terbelah dan terbuka.
Membuat 10 orang Shinobi berjubah hitam dengan topeng putih keluar dari dalam pintu gerbang bawah tanah yang terbuka itu.
Sosok yang keluar terakhir nampak menggunakan topeng merah berhody. Menggunakan segel pelepasan untuk menghilangkan segel Fuin yang melindungi pintu masuk markas mereka itu.
"Ayo kita segera menjemput target selanjutnya. Waktu kita akan cukup dalam perjalanan semalam hingga sampai ke kota Soul." Ujar suara berat seorang pria yang menggunakan topeng merah itu.
Sementara ke sembilan orang sisanya yang merupakan anggotanya mengangguk paham.
Tap! Tap! Tap!
Ketika kaki mereka akan melangkah pergi dari tempat itu, sebuah langkah kaki terdengar oleh mereka semua tepat dari arah depan mereka.
Hingga mereka semua memicingkan mata mereka untuk melihat siapa sosok yang nampak berjalan mendekati markas rahasia mereka itu.
"Siapa kau?! Kenapa kau bisa tau tempat ini?!"
Satu orang Shinobi berjubah hitam yang berada dibarisan paling depan membuka suaranya. Ketika melihat seorang pria berambut pirang raven dengan poni belah tengah yang mulut dan hidungnya tertutup masker hitam yang tersambung dengan pakaian dalam hitamnya tanpa lengan.
Pakaian dengan lengan kiri yang panjang dan tanpa lengan dibagian kanan yang berwarna biru seperti pakaian seorang seorang Assassins pada umumnya terlihat membalut atasan pria pirang itu.
Syal merah panjang yang melilit lehernya berkibar liar tertiup hembusan angin petang itu.
Sedangkan bawahannya yang memakai celana panjang hitam dan sepatu khas Shinobi berwarna hitam.
Lengan kanannya yang diperban dengan kedua tangannya memakai sarung tangan setengah jari dan sepasang plat besi dipunggung tangannya berlambangkan kepala naga dan background bulan sabit terlihat memantulkan sinar cahaya matahari sore itu.
Pria pirang itu berhenti tepat 20 meter dari sepuluh orang didepan gerbang bawah itu itu saling menatap.
Sedangkan pria pirang itu mengepalkan kedua tangannya menatap datar kesepuluh Shinobi didepannya.
"Tak penting siapa diriku. Tapi kalian sudah melampaui batasan dengan menculik teman-temanku.."
Suara datar terdengar dari sosok didepan mereka yang mengeraskan rahang mereka geram melihat pria pirang yang berbicara didepan mereka.
"Kau yang seharusnya tak ikut campur urusan kami.. kalian hanya mementingkan urusan kalian sebagai Shinobi ataupun Sorcerer, tak akan tau pengorbanan kami untuk umat manusia.. mereka adalah aset penting yang dapat membantu tuan mewujudkan tujuan kami."
Sebuah suara terdengar dari sosok pria berjubah hitam dengan topeng merah dibarisan tengah. Menatap tajam pria pirang itu dari balik topengnya.
Pria pirang yang tak lain adalah Naruto itu, mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar celotehan Shinobi didepannya.
Pengorbanan untuk umat manusia katanya? Lelucon macam apa yang mereka katakan itu. Memanfaatkan manusia lain untuk menggapai tujuan mereka yang belum jelas? Sebuah lelucon yang didengar Naruto dalam dunia yang dikuasai para makhluk raksasa.
"Apapun yang kalian katakan.. kalian tetap adalah lawan yang harus ku bunuh. Karena perbuatan kotor kalian itu, tak pantas kalian mengatakan hal semacam itu didepanku.."
Ujar Naruto yang berjalan kedepan dengan tangan kirinya membentuk sebuah segel tangan khas para Shinobi.
"Akan ku bunuh kau dan mulut besarmu itu!"
Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, kesepuluh Shinobi itu melesat ke arah Naruto yang kemudian juga melompat kedepan sama-sama saling menerjang.
Trank!
Duag!
Dalam keadaan melayang Naruto menangkis serangan kunai Shinobi paling depan dengan Tanto yang dia ambil vertikal diblakang punggungnya. Dan menendang Shinobi pertama hingga terpental kearah kirinya.
Tap!
Trank! Trank! Trank!
Crass! Jleb!
"arg!"
Detik berikutnya ketika Naruto mendarat, dirinya disambut Shinobi kedua yang tepat turun diatasnya menyabetkan kunainya berusaha menebas kepala pirang Naruto. Namun dengan mudah Naruto menangkisnya dengan Tantonya horizontal diatas kepalanya. Dengan gerakan cepat Naruto membalas serangan Shinobi itu melakukan serangan berputar vertikal seraya melompat kebelakang Shinobi kedua itu hingga melukai dadanya dan menusuk punggungnya tepat saat berputar dibelakangnya seraya mendarat. Membuat Shinobi itu menjerit kesakitan dibalik topengnya dan tumbang.
Sring! Sring!
Jleb! Jleb!
Menggunakan kakinya sebagai tumpuan, Naruto langsung melompat kedepan jauh saat detik itu juga dua buah Shuriken hampir mengenainya dan menancap ditanah.
Tap!.
Sring! Sring! Sring!
Trank! Trank! Trank!
Mendarat di batang pohon, Naruto langsung menjatuhkan dirinya ketika beberapa shuriken kembali melesat kearahnya. membuatnya berdiri terbalik di dahan pohon besar seraya menangkis lemparan Shuriken dari Shinobi ketiga.
Dengan mudah Naruto menghindari setiap serangan dan melakukan serangan balik dengan Tantounya itu. Seperti para Shinobi yang bergerak lincah dari dahan ke dahan dan berlari di batang pohon.
'Gerakannya lincah seperti para Shinobi. Mampu menggunakan segel tangan dan bergerak di berbagai medan.. siapa pria ini sebenarnya..'
Satu-satunya pemimpin dalam kelompok itu bersembunyi dibalik semak-semak memperhatikan pertarungan Naruto. Berusaha menganalisa gerakan Naruto yang begitu lincah dan kemampuan berpedang yang bisa dibilang handal.
Shinobi dengan topeng merah ini melihat ciri-ciri fisik dari Naruto mulai rambut sampai ujung ujung sepatunya. Berusaha mencari informasi dan celah untuknya mengalahkan pria pirang itu.
'Aku tak merasakan Mana ataupun chakra darinya.. aku tak merasakan apapun darinya.. atau jangan-jangan, dia pria pirang yang diceritakan Danzo-sama.. kakak dari Miyuki Shiba..' batin Shinobi bertopeng merah itu ya g menyeringai dibalik topengnya.
'Ternyata tak perlu sulit mencarinya.. dia ternyata datang dengan sendirinya. Aku harus melakukannya dengan cara kekerasan rupanya..' batin Shinobi bertopeng merah itu yang melihat 3 rekannya telah tewas dengan tantou Naruto itu.
Wuss!
Tap!
(Doton: Retsudotenshou)
Baru saja Naruto mendarat ketanah setelah membunuh 2 Shinobi, sebuah Jutsu tanah terbentuk dari Shinobi ke 5 yang beberapa meter ada di samping kirinya. Hingga muncul sepasang tangan tanah yang menggenggam kaki Naruto hingga tak bisa bergerak lagi.
"Kena kau.. sekarang!" Ujar Shinobi pengguna Jutsu elemen tanah itu yang berteriak kepada rekannya yang sudah berlari mendekati Naruto dari depan dan belakangnya seraya melompat dan merapal Heandseal mereka masing-masing.
(Katon: Gokakyu no jutsu)
(Suiton: Teppudama no Jutsu)
Pengguna Jutsu elemen api didepan Naruto seketika menyemburkan bola api dari depannya dan Shinobi dibelakang Naruto menyemburkan peluru-peluru air yang tujuan dari serangan mereka itu sama.
Membunuh Naruto.
Sedangkan pria pirang yang menjadi sasaran kedua serangan itu hanya berdiam diri memandang datar Shinobi yang mengurung kakinya yang sedang menyeringai dibalik topengnya.
"Matilah kau!" teriak Shinobi bertopeng merah itu.
Naruto hanya memandang datar serangan yang mengarah kepada dirinya dan bergumam..
{Ittou Shura}
Blarr!
.
.
.
.
.
Drrrtt!
Didalam markas bawah tanah getaran dari pertarungan di permukaan terasa sampai kedalam markas mereka.
Seorang Shinobi bepakaian putih dengan tangan kanan yang tertutup pakaian luar hitamnya dengan satu mata kanan yang diperban nampak memandang datar sebuah berkas yang dipegangnya saat ini.
Mengabaikan dua orang Shinobi dihadapannya yang bersebrangan dengan meja dihadapannya yang sedang memicing tajam menatap sekeliling ruangan mereka saat ini.
"Danzo-sama, sepertinya ada keributan diluar sana.."
Ujar pria dengan pakaian Shinobi berwarna hitam dan ikat kepala yang menutupi separuh wajah atasnya pada pria didepannya itu.
"Sepertinya ada yang menyusup ke markas kita, Torune. "
Pria disamping Torune yang memiliki rambut orange diikat dibagian belakangnya memandang rekannya yang juga memandangnya.
"Fuu, Torune.. kita akan menghadapinya disini.. siapapun dia, pasti bukanlah orang sembarangan. Karena selain bisa ke tempat rahasia ini, bisa masuk dan mengalahkan para ANBU ROOT kita, berarti dia adalah orang yang kuat dan tak bisa diremehkan."
"Ha'i, Danzo-sama.."
Balas keduanya bersamaan dengan tatapan serius menatap Danzo yang menutup berkas ditangannya yang bertuliskan Naruto Shiba di sampulnya.
.
"Jika benar yang datang adalah buronan kita yang satu ini.. burung itu sudah masuk kedalam jebakan kita."
.
.
.
.
.
Di dalam sel di blok 10, dua orang gadis cantik yang sedang mengawasi sekitar dari dalam sel, melihat beberapa Shinobi berpakaian hitam yang berlarian ke blok atas menuju ke pintu masuk markas mereka di permukaan.
Hinata dan Elen yang curiga jika ada keributan diatas segera mengangguk bersamaan setelah saling pandang sejenak.
Hinata mengambil posisi didekat jeruji besi dengan segel Fuin diluar jeruji itu.
Sementara Elen menjaga jarak dibelakang Hinata seraya memastikan keadaan sekitarnya aman diluar sana.
Hinata mengaktifkan Byakugannya dan melihat titik terlemah dari penjara itu.
Mengumpulkan keberaniannya dan tenaga yang sudah pulih dalam tubuhnya. Hinata membuat kuda-kuda untuk melakukan tehnik Taijutsu khas klan Hyuga yang baru dikuasainya.
(Hakke Rokujuuyonshou)
Muncul sebuah lambang yin yang di area jangkauan serangan Taijutsu Hinata. Dan dengan gerakan sangat cepat dia melakukan pukulan yang berpusat pada jari-jarinya untuk menghancurkan jeruji besi didepan ya.
Tank! Tank!
"2 pukulan!.."
Tank! Tank! Tank! Tank! Tank!
"4 pukulan!.."
Pukulan Hinata yang sangat cepat dan semakin bertambah.
"8 pukulan!.."
"16 pukulan!.."
Tank! Tank! Tank! Tank! Tank!
Krak!
"32! Pukulan!.."
Pukulan yang semakin banyak dan sangat cepat yang memfokuskan 1 titik itu semakin membuat jeruji itu retak dan semakin banyak seiring bertambahnya pukulan Hinata!
Tank! Tank! Tank! Tank! Tank! Tank! Tank!
"126, pukulan suci! Hya!"
Pukulan terakhir Hinata yang semakin cepat itu semakin tak terlihat oleh mata telanjang. Bahkan Elen harus terpaku dengan iris membola melihat seorang gadis yang nampak pendiam selama ini memiliki kemampuan Taijutsu yang mematikan dengan kecepatan dan ke akuratan dalam titik tertentu.
Tank! Tank! Tank! Tank!
Brakk!
Jeruji besi yang mengurung mereka jebol seketika dan terpental dari tempatnya. Membuat sang gadis yang melakukan itu memburu nafasnya yang terasa berat dengan kuda-kuda masih kokoh dan Byakugan yang masih aktif.
Sedangkan gadis yang tadi diblakangnya hanya mampu meneguk ludahnya yang tercekat ketika melihat gadis yang nampak berbeda dari biasanya.
"Kau.. Hinata-chan, kan?"
Gumam Elen yang mendekati gadis cantik beriris Amethys yang Byakugannya telah dinonaktifkan seraya berbalik menatap Elen dengan senyum manis diwajah cantiknya yang terdapat peluh di pelipisnya itu.
"Hah.. hah.. Mmm.. a-ayo kita segera pergi dari sini, Elen-senpai.." ucap Hinata yang telah mengatur nafasnya yang memburu itu.
Elen pun mengangguk paham dengan wajah serius ya. Keduanya pun berlari keluar untuk menuju ke permukaan. Karena firasat mereka mengatakan jika ada keributan diluar, mungkin ada yang sedang berusaha menyelamatkan mereka.
Jadi sebisa mungkin kedua gadis ini harus pergi ke permukaan dan kabur dari tempat ini selagi bisa.
Wus! Wus! Wus!
Tap! Tap! Tap!
Baru saja Elen dan Hinata sampai di blok 9, mereka harus dihadang oleh para Anbu berjubah hitam dan bertopeng putih yang berjumlah 10 orang didepan mereka.
Membuat keduanya memasang kuda-kuda bertarung mereka masing-masing dan menatap tajam para Anbu Root itu.
"Sial.. baru saja kita keluar dari tempat itu, mereka sudah datang. Tak ada cara lain selain bertarung, Hinata.."
Elen berkata lirih pada gadis disampingnya yang mengaktifkan Byakugannya bersiap untuk bertarung.
"Aku tak akan kalah kali ini, Senpai.. kita akan bertarung bersama dan mengalahkan mereka.." balas Hinata yakin.
Elen menyeringai mendengar perkataan gadis cantik disebelahnya yang sangat yakin dengan ucapannya itu.
"Kalau begitu, mari kita mulai, Hinata!"
'ku panggil kau wahai perwujudan angin!'
[Brilliant fallen spirit: Arifar]
Dihadapan Elen muncul lingkaran sihir ditanah dengan angin kencang yang bertiup ke segala arah. Membuat Shinobi yang menatapnya mencoba bertahan dari hembusan angin itu. Hingga muncullah sebuah pedang dari lingkaran sihir putih itu yang kemudian dicabut dengan tangan kanan Elen.
"Kuso! Kalian masih berani melawan rupanya! Serang mereka!"
Teriak sah satu Anbu Root itu yang kemudian mereka semua berlari maju mengikis jarak antara Mereka dan kedua gadis itu.
"Ayo, Hinata-chan!"
"Hai'"
Wuss! Wuss!
Dalam keadaan slow motion kedua belah pihak sama-sama mengikis jarak diantara mereka berdua dengan elen berada di depan Hinata.
Trank! Trank! Trank! Trank!
Elen bertarung dengan 5 Shinobi yang mengepungnya. Namun masih mampu diimbangi dengan skil berpedang dan elemen angin miliknya.
Sedangkan Hinata melakukan pertarungan jarak dekat dengan 5 sisa Anbu itu. Mengandalkan Byakugannya, dia melakukan pertahanan sekaligus serangan terpusat ke titik Tanketsu lawannya
Medan pertarungan mereka yang diatas jalan di blok 9 yang saling terhubung seperti tanda yang diatasnya terdapat jalan blok 8 hingga seterusnya sampai ke pintu utama tempat ini.
[Whirlwind]
Sring! Sring! Wuss!
Crass! Crass! Crass!
'Arrggg!'
Elen menggunakan tehnik elemen anginnya pada sayatan pedangnya. Hingga menciptakan pusaran angin topan berukuran sedang yang tajam dan mencabik-cabik 3 orang Anbu lawanya.
"Matilah kau wanita jalang!.."
(Katon: Gokakyu no jutsu)
Bwoss!
Kedua Anbu itu menyemburkan bola api raksasa ke arah Elen yang membolakan matanya itu.
.
.
(Hakke kusho)
Duag! Wuss! Blarr!
Hinata menggunakan hentakan Chakra ditelapak tangan kanannya hingga membuat sebuah gelombang kejut Chakra yang mendorong 2 orang Anbu yang akan menyerangnya dari depan. Membuat kedua Shinobi itu terpental dan menabrak dinding hingga tertimbun runtuhan batu itu.
"Kau lihat kemana, ha!"
(Suiton: Teppudama no Jutsu)
Tiga orang Anbu Root yang tersisa disekitar Hinata bersamaan menembakan peluru air dari mulut mereka dengan kecepatan tinggi berusaha menembus tubuh gadis cantik itu.
Hinata yang melihat serangan datang dari segala arah melebarkan matanya dengan Byakugan yang masih aktif.
.
.
[Windstorm]
(Kaiten)
Wus! Sring! Sring! Sring!
Zinggg! Trank! Trank! Trank!
Dalam waktu yang bersamaan Elen dan Hinata menggunakan tehnik yang baru mereka kuasai itu. Muncullah badai angin pemotong dari pedang Elen yang ditancapkan ke permukaan jembatan itu hingga gelombang kejut sayatan badai angin yang berputar itu menghilangkan semua Jutsu para Anbu yang membolakan mata mereka itu.
Cras! Cras! Cras! Cras!
Arrrgg!!
Semua sisa Shinobi yang ada di pertarungan mereka berdua langsung terbabat tersayat badai pemotong itu. Kecuali Hinata yang sudah mengaktifkan Jutsu pertahanan terkuat klannya yang melakukan putaran 360 Drajat yang menciptakan penghalang Chakra yang melindungi sekaligus menghalau serangan apapun yang akan masuk ke penggunanya.
Setelah beberapa menit, asap hasil benturan beberapa tehnik itupun menghilang. Menampakkan dua orang gadis yang masih berdiri dengan kuda-kuda mereka masing-masing. Seraya keduanya terlihat mengatur nafas mereka yang memburu itu.
Keduanya menatap mayat-mayat para Shinobi yang sudah tewas terpotong beberapa bagian disekitar mereka itu.
Keduanya pun saling menatap dan mengangguk. Kemudian bersamaan keduanya berlari menuju ke blok atas.
Hingga sudah sampai di blok 3, kedua gadis cantik itu menghentikan larinya seketika. dan menatap tajam 3 orang laki-laki yang berdiri di ujung jalan depan mereka itu.
Dimana sosok pria dengan satu mata tertutup dan dua pengawalnya yang memiliki rambut orange diikat dan satu lagi pria dengan topeng ikat kepalanya yang hanya terlihat mulutnya saja.
Kedua pengawal Danzo menatap tajam kedua gadis didepan mereka. sedangkan Danzo hanya menatap datar dengan satu mata tertutupnya itu.
"Itu pasti mereka.. ini tak akan mudah Hinata-chan.." Gumam Elen.
Sementara Hinata yang mengerti jika lawan didepannya ini memiliki kemampuan yang kuat dari aura Chakranya, memandang tajam seraya menguatkan kuda-kuda bertarungnya.
Begitupun Elen yang siap dengan Arifar ditangan kanannya.
.
.
.
.
.
Blarr!
Arrgg!
Sementara diluar markas Danzo puluhan mayat Anbu Root sudah banyak yang tergeletak tanpa nyawa dengan berbagai kondisi yang buruk.
Lebih dari 30 menit pertempuran Naruto diluar markas para Anbu, pria pirang itu berhasil masuk kedalam setelah mengalahkan puluhan Anbu yang berdatangan dari dalam.
Wajar saja, ini adalah markas mereka sendiri. Tak akan mudah untuk masuk kedalam sarang musuh sendirian.
Tapi bagi pria pirang itu tak ada yang tak mungkin selama dia masih bernafas. Dengan Saber yang selalu bersamanya, apapun yang berada dihadapannya akan dia lawan.
.
Crass! Crass! Crass!
Arrg!
Brakk!
Tepat di ambang pintu didalam markas para Anbu Root, tubuh Anbu yang ditebas dan ditendang Naruto terpental kedalam ruangan yang sangat luas itu.
Tap! Tap! Tap!
Sosok pria yang terdengar berjalan masuk itu semakin menampakkan wujudnya. Hingga sosok pria pirang beriris blue shappire yang terlihat jelas di ambang lorong masuk ruangan itu.
Menatap datar jauh di depannya yang terhubung dengan jembatan yang tersambung dengan 4 sisi ruangan luas itu, terdapat 3 orang Shinobi yang tak lain adalah Fuu dan Torune yang bersiaga dengan kuda-kudanya di barisan depan.
Sedangkan seorang lagi adalah Danzo yang berdiri dibelakang dua orang gadis yang nampak terikat dibagian kedua tangan mereka yang tergeletak dihadapan Danzo.
Fuu dan Torune memicing tajam menatap Naruto. Sedangkan Danzo hanya datar menatap pria pirang itu dengan satu matanya.
"Naruto-kun!!"
Kedua gadis yang melihat sosok Naruto seketika membolakan mata mereka, sontak berteriak memanggil pria pirang itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Setelah sekian lama, mereka berdua dapat melihat wajah pria yang mereka tunggu selama ini.
Perasaan senang bercampur sedih mereka rasakan saat ini. Walaupun pria pirang itu terlihat berbeda dari penampilannya yang dulu, tapi bagaimanapun Naruto tetaplah Naruto.
'Na-Naruto-kun.. hiks.. akhirnya aku bisa melihatmu lagi..' batin Hinata yang menangis dalam diamnya. Setetes air mata mengalir dipipinya menatap iris biru langit yang sudah lama bersemayam dihatinya.
Bukan lagi sebuah penantian, bukan lagi sebuah harapan, bukan lagi sebuah hayalan ataupun mimpinya. Tapi sebuah kenyataan yang terpampang jelas di depannya sosok pria yang menjadi bahan mimpinya ketika ia tidur. Sosok yang menjadi tujuannya berlatih sungguh-sungguh selama ini.
Kini datang dan dapat dia lihat kembali iris biru langit yang indah itu.
Sementara Elen, tak tau harus berkata apa-apa lagi. Lidahnya kelu untuk mengucapkan bahwa dirinya sangat merindukan pria menjengkelkan itu dalam keadaanya yang kembali tertangkap orang-orang ini.
Dirinya bahkan malu jika Naruto tau bahwa Hinata harus berada ditempat ini gara-gara dia. Dan mereka harus kembali lagi tertangkap karena dia yang masih kalah dengan para Shinobi ini.
'Hiks.. Naruto-kun.. selama ini aku mencarimu, dan kau datang untuk kami. Maaf jika aku malah menjadi beban untukmu. Ta-tapi.. aku senang bisa melihatmu lagi.. hiks..'
Tak tau harus apa. Elen hanya bisa membatin seraya memandang wajah orang yang dirindukannya itu dengan setetes kristal bening menetes dari sudut mata indahnya.
Selama setahun dia mencari pria pirang itu, dan bertahan hidup di setiap Quest yang dijalaninya. Hanya pria pirang inilah yang menjadi penyemangatnya untuk terus hidup dan bertarung tanpa menyerah dengan keadaan.
Bayangan wajah pria pirang itu selalu saja ada dipikirannya disetiap aktifitasnya.
Karena Naruto'lah dirinya bisa sampai sejauh ini.
"Kau, Naruto Shiba.. ternyata aku tak perlu susah-susah mencarimu."
Suara berat Danzo memecah keheningan sesaat itu. Membuat perhatian Naruto yang tadi melihat dua orang gadis yang dikenalnya, kini menatap dingin pria berambut hitam itu.
"Danzo.. beginikah caramu menerima tamu dirumahmu ini, hm?" ucap Naruto datar seraya menyarungkan kembali Tantounya dibelakang tubuhnya vertikal.
"Kaulah yang datang ketempatku tanpa ijin, membunuh dan merusak fasilitasku bocah.. apakah itu yang kau sebut sebagai bertamu?"
Danzo membalas perkataan Naruto dengan datar tanpa melepas pandangannya dari lawannya saat ini.
Karena dia tau informasi dari mata-matanya tentang pria ini beberapa waktu ini, Termasuk kemerdekaan Kirigakure.
Maka tak heran jika pria pirang itu mampu menyusup ketempat ini sendirian. Apalagi mampu membunuh pasukan elitnya sendirian, sudah menjadi bukti kuat jika Naruto tak bisa dianggap remeh.
Tap! Tap!
Naruto berjalan mendekati posisi Danzo. Karena posisinya terlalu jauh untuk melakukan serangan. Dipikiran Naruto saat ini hanya fokus bertarung, karena nyawa dua gadis didepannya yang menjadi taruhannya.
Syal merahnya bergoyang liar ketika pria beriris blue shappire itu berjalan.
"Aku tau. Tapi tak mungkin aku datang kesini secara baik-baik dan duduk minum teh bersamamu, kan? Sedangkan apa yang kalian lakukan tak mencerminkan kelakuan tuan rumah yang sepantasnya.." ucap Naruto datar tanpa menghentikan langkahnya mendekati lawannya.
"Apa yang kau tau tentang dunia ini, Naruto.. kau tak tau apapun.." ujar Danzo yang sedang membuka kain penutup tangan kanannya itu perlahan.
Sedangkan kedua Anbu kepercayaannya nampak bersiaga menatap tajam Naruto yang nampak meregangkan lehernya.
"Dia datang.." gumam Fuu yang mengambil kunai dari kantung kunainya.
Sementara Torune pun membuka pakaian atasnya dan bertelanjang dada. Dengan begitu tubuhnya yang sebelumnya memiliki kulit kecoklatan dipenuhi dengan warna keunguan hingga seluruh badannya.
"Ayo Fuu!"
"Kapanpun aku siap, Torune!"
Kedua Anbu Root itu berlari bersamaan menerjang Naruto yang juga berlari mengikis jarak diantara mereka.
.
"Kau kira aku tak tau apa-apa? Akan ku tunjukan padamu, Baka-jiji!"
.
.
{Ittou Shura}
.
.
.
.
.
To be continued..
.
.
Ending:
Michi To You All - Aluto
.
.
A/N: Assalamualaikum wr. wb.
Kembali lagi dengan author gaje ini. Mohon maaf jika ada salah dan typo yang bertebaran dimana-mana.
1. Redzone007: Eren dan mikasa gimana? ya nanti tunggu saja gimana kelanjutannya ya kawan
2. FCI. Racemoon: thanks kawan supportnya. Ditunggu reviewnya kawan.
3. muhammad nf: ok tetap baca kelanjutannya ya kawan.
4. Irsyad Himawan: akan saya usahakan yang terbaik buat kalian kawan.
Untuk yang setia membaca, bisa baca fict saya yang lain yang akan saya update bertahap.
Fict saya yang berjudul Barbatos sedang dalam proses ya kawan. Mungkin sudah ada yang request buat lanjutin itu fict masih diusahakan ok.
Untuk kalian yang masih setia membaca, kalian bisa mendownload apk'nya Fanfiction di playstore agar lebih mudah mengakses ffn.
Dan untuk yang ingin tau image dari setiap character, dragon, sword dan info lain di World ini. Kalian bisa add FB saya dengan Nick name:
Kyoigneel
Foto sama dengan di bio ini. Semua image dari fict saya ada disana agar lebih mengena fellnya saat membaca.
Karena FB lama saya di hack Dangan nama yang sama. Jadi ya mau gak mau buat baru lagi.
.
Sekali lagi saya minta maaf jika ada yang tersinggung dan cerita yang terkesan gaje.
Semua ini hanyalah imajinasi dan fictif belaka yang tertuang di sebuah tulisan.
Terimakasih, jika ada kritik dan saran silahkan coret-coret dikolom Review.
Semua saya terima dengan iklas dan semoga menjadi berkah. Aamiin..
Sampai jumpa lagi dengan chapter selanjutnya!
.
Kyoigneel out!
