WORLD

.

Disclaimer:

Naruto [Masashi Kishimoto]

High School DxD [Ichiei Ishibumi]

Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.

Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.

Rate : M

Pair: Naruto x..

Genre : Action, Adventure, Fantasy.

Warning!: Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Lime/Lemon, Etc, Don't like don't read!.

Summary: Dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang ' malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.

.


Chapter 28: A battle between the eyes.

.

Opening Song:

Ikimono Gakari – Blue Bird

.

.

.

.

.

Amegakure.

.

Malam hari disebuah desa yang berada diperbatasan wilayah negara api dan tanah. Yang memiliki struktur bangunan menjulang tinggi di desa itu.

Keadaan musim disana yang lebih cenderung ke musim penghujan yang sering terjadi, membuat penduduk di desa itu sering bepergian menggunakan pakaian tebal maupun pakaian anti air lainnya.

Tempat yang cenderung lebih banyak Shinobi didalamnya daripada Sorcerer. Karena tempat ini bisa dibilang tertutup untuk orang-orang luar.

Bukan karena apa, tapi Desa ini memang pernah menjadi Medan pertempuran para makhluk raksasa dan naga.

Hingga membuat para penduduknya terpaksa mengungsikan diri mereka dari desa ini.

Tapi seiring berjalannya waktu, para Shinobi dan Sorcerer yang bersatu mampu mengamankan desa ini dan kembali menempatinya dengan tingkat keamanan khusus.

Itulah kenapa tempat ini sering terjadi hujan yang mampu membuat makhluk-makhluk itu menghindari tempat ini.

Karena pada dasarnya mereka adalah makhluk berdarah dingin yang suka dengan tempat yang hangat. Tapi tak jarang pula terdapat monster ataupun naga yang suka dengan air dan membuatnya sebagai wilayah kekuasaan mereka.

.

Seorang gadis cantik berkulit putih berambut ungu pendek dengan bunga origami ungu dikepalnya, nampak duduk diatas balkon dibangunan yang paling tinggi ditengah desa itu.

Kakinya yang menyilang memperlihatkan belahan pahanya yang terekspos karena jubah hitam berlambang awan merah yang digunakannya itu.

Pandangan datarnya menatap jauh ke sebrang desa mereka yang nampak hutan disebrang danau.

"Deidara dan Kakuzu telah tewas ditangan Naruto.. apa langkah selanjutnya?"

Seorang pria dengan wajah hitam putih yang memiliki tubuh seperti Venus yang separuh tubuhnya tenggelam dalam permukaan balkon di bangunan itu.

Gadis disampingnya yang mendengar ucapan dari rekannya itu hanya diam dengan pandangannya yang mengarah ke langit. Menatap langit yang masih turun hujan namun tak mengenai mereka karena terdapat seperti sebuah kanopi diatas mereka.

"Aku tau.. mengambil Biju ekor sembilan memanglah sulit. Apalagi si kilat kuning ada disana. Tapi dia pasti memiliki rencana lain untuk mendapatkan Kyubi." Balas gadis cantik berambut ungu lavender itu.

"Hm.. tapi sesuai yang dia katakan, orang itu memang kuat. Dan dari yang ku dengar orang itu memiliki beberapa sebutan yang cukup unik. Selain dirinya tak memiliki kedua sumber energy spiritual, tapi dia mempunyai hal lain yang mendukungnya dalam pertarungan." Pria dengan tubuh Venus itu memandang datar gadis berambut lavender itu.

"Kita akan memulai pergerakan setelah'dia' memberikan perintahnya.. kita tak tau musuh apa saja yang menanti kita nantinya. Karena dari yang pernah aku dengar ada sebuah organisasi yang begitu kuat yang beranggotakan para Sorcerer pengguna Secred Gear."

Gadis itu mengangkat tangannya dan mengendalikan sebuah kertas origami berwarna putih ditelapak tangannya membentuk sebuah pesawat kertas yang kemudian terbang membelah hujan dimalam itu.

"Secred Gear ya.. aku akan mencari tau tentang itu. Tapi sepertinya cepat atau lambat kita akan bertemu mereka.." ujar manusia Venus itu.

'Naruto.. sepertinya aku tak asing dengan nama itu.. tapi.. dimana.' Batin gadis cantik berambut ungu lavender itu seraya menatap pesawat kertas yang terbang menembus tetesan air hujan itu.

.

.

.

.

.

_{{sAs}}_

.

.

.

.

.

Konohagakure.

.

Disebuah bangunan yang paling besar yang terdapat dibawah kaki tebing dengan 3 ukiran wajah di tebing itu. Terdapat seorang kakek tua berkulit kecoklatan dengan pakaian jubah putih dan merah di beberapa bagian pakaiannya.

Pria tua itu duduk di ruangannya dengan meja dihadapannya seraya menghisap pipa rokok miliknya.

"Yugao-chan.. apa kau sudah bertemu dengan Anbu dari Root itu?"

Ujar kakek tua berjanggut itu pada seorang gadis cantik berpakaian Anbu dengan rompi yang berdiri dihadapannya saat ini.

Gadis cantik berambut ungu panjang itu pun mengangguk mengiyakan perkataan Hiruzen.

Boft!

Seakan tau jika ini adalah saatnya muncul, sebuah ledakan asap kecil muncul disebelah Yugao dan menampakkan seorang Anbu yang mengenakan jubah hitam dan topeng putih berbentuk kepala hewan, yang berdiri dihadapan Hiruzen.

Hiruzen tersenyum dengan kedatangan pria didepannya yang membungkukkan badannya sejenak memberikan hormat pada kepala desa yang memiliki gelar hokage itu.

"Buka saja topengmu Sai.."

Ujar Hiruzen pada sosok Anbu itu yang kemudian menuruti perintah kakek itu dan membuka topengnya.

Hingga nampaklah seorang pria berkulit putih dengan rambut hitam lurus dan iris mata hitam. Memandang datar pria tua didepannya ini tanpa ekspresi. Membuat kedua orang diruangan itu memandang Sai dengan ekspresi mereka masing-masing.

Yugao yang baru pertama kali melihat wajah pria disampingnya ini hanya memandang datar dari sudut matanya.

"Sai.. bagaimana perkembangan Root saat ini? Ku harap kau masih setia pada Konoha tanah kelahiranmu ini, nak.."

Ujar Hiruzen dengan senyum lembut diwajah tuanya memandang Shinobi yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri. walaupun dirinya memiliki seorang cucu laki-laki yang berada di Academi Konoha saat ini.

Bukan karena apa, memang Sai dari kecil merupakan anak yatim piatu yang dirawat oleh Hiruzen. Namun karena dulu Danzo menginginkan anak ini untuk dilatihnya dan dimasukkan kedalam organisasi Anbu Root miliknya.

Hiruzen menolak, tapi Sai memilih mengikuti Danzo karena ingin berkembang dan menjadi Shinobi yang kuat.

Akhirnya Hiruzen mengizinkannya dengan syarat Sai tetap setia pada tanah kelahirannya dan menjadi mata-mata Root apapun yang terjadi pria ini harus kembali pada Konoha dan berpihak pada desa tanah kelahirannya itu.

Dan saat ini, pria ini kembali lagi ke desanya untuk memberikan informasi dari apa yang didapatkannya di Root selama ini. Walaupun begitu Sai sering bertemu dengan Hiruzen hanya untuk memastikan keadaan kakek tua itu dibalik bayangan untuk menjaga kerahasiaan dirinya.

"Hokage-sama, bukankah dia akan mati jika membocorkan rahasia Root?" Yugao yang tau asal usul Root angkat suara.

Pasalnya memang setiap anggota Root akan diberikan segel terkutuk yang akan membunuh orang yang tertanam segel itu ketika orang itu berhianat dan menghilangkan jejak kematian Anbu Root itu sendiri.

Segel itupun dapat hilang jika orang yang terkena segel itu mati atau penggunanya mati.

"Aku adalah orang kepercayaan Danzo sejak kecil. Aku telah diangkat menjadi anaknya sendiri dan memiliki marga Shimura di nama belakangku.. dia tak pernah memberikan segel itu padaku." Balas Sai datar menatap Yugao disampingnya.

Yugao dan Hiruzen sedikit terkejut mendengarnya. Inilah kenapa setiap Anbu Root yang mati tak pernah meninggalkan jejak atas jasat dari kematian mereka. Namun Sai ternyata adalah pengecualian untuk Danzo.

"Sai, kau mungkin sudah berubah sejak terakhir kali kita bertemu 12 tahun yang lalu. Tapi wajah lucumu dulu masih ku ingat jelas, hahaha.." Hiruzen tertawa dengan wajah tuanya ketika mengingat masa kecil Sai dulu. hingga sekarang umurnya mungkin sudah 17 tahun. Hiruzen memang agak pelupa akhir-akhir ini karena faktor usia.

Sedangkan Sai yang mendengarnya tak merubah ekspresinya sedikitpun. Mungkin karena memang dia sudah terbiasa di Root yang menghilangkan emosinya, yang membuat dirinya tak mudah berekspresi seperti ini.

Dan Hiruzen pun membatin miris dalam dirinya sendiri dengan perubahan Sai yang signifikan ini. Seperti bukan Sai yang dulu dia kenal, Walaupun kondisi fisiknya masih tetap Sai yang dulu

"Hokage-sama, maafkan aku telah meninggalkan desa.. namun aku tak bermaksut untuk menghianati desa Konoha, Walaupun Danzo berada dibawah naungan Konoha. maka sebagai gantinya, aku ingin memberikan informasi yang kujanjikan padamu.." ujar Sai datar.

Membuat Hiruzen mengangkat sebelah alisnya mulai tertarik dengan pembicaraan anak angkatnya itu.

"Soal Danzo?" tanya Hiruzen yang dibalas anggukan singkat Sai.

"Sepertinya kau sudah tau dasarnya kenapa Danzo membentuk Anbu Root sebagai pasukannya.. tujuannya yang awalnya untuk melindungi desa Konoha dibalik bayangan membuatku sangat mengagumi dan mempercayainya. Namun seiring berjalannya waktu, tujuan itu berubah.. aku mendengar sendiri jika dirinya terobsesi dengan kekuatan dan ingin memiliki kekuatan yang mampu mengalahkan siapapun lawannya, dan membuatnya tak bisa mati dalam pertarungan." Sai menjeda kalimatnya tanpa merubah ekspresi datarnya itu.

Membuat kedua orang yang mendengarnya menjadi lebih fokus menatap Sai penasaran dengan informasi yang disampaikan Sai ini.

"Aku tau tujuannya mungkin baik. Agar bisa membasmi para monster dan naga yang mengganggu ketenangan umat manusia dan melindungi desa Konoha ini. tapi, ini lah yang membuatku meninggalkannya dan kembali kesini untuk menemuimu, Hokage-sama.."

Sai berkata dan mengambil sebuah gulungan dari kantung ninjanya dan memberikannya pada Hokage dihadapannya.

Hiruzen yang sepertinya paham dengan kelanjutan cerita Sai hanya diam sesaat. Kemudian menerima gulungan itu dan membukanya.

Boft!

Munculah sebuah asap kecil diatas gulungan itu dan memunculkan dokumen disana. Tanpa ragu Hiruzen membuka semua dokumen itu dan membacanya.

Seketika pria itu membolakan matanya ketika melihat isi didalam dokumen itu yang merupakan semua kegiatan Danzo selama ini yang tertulis lengkap oleh Sai.

Hiruzen mengeraskan wajah tuanya ketika membaca setiap data-data yang terdapat di dalam tulisan berkas itu.

"Sai.. saat ini juga, kau bantu Yugao-chan menyiapkan para Anbu untuk segera menuju ke tempat Danzo.. ini sudah keterlaluan.. dia tak bisa dibiarkan lagi. Dia sudah berubah, bukan lagi Shimura Danzo yang ku kenal." Gumam Hiruzen dingin.

Yugao dan Sai yang paham dengan perubahan mood pada pemimpin mereka itu mengangguk paham.

"Aku akan menyiapkan yang lainnya atas perintahmu, Hokage-sama." Ucap Yugao tanpa ragu.

"Sebelum itu, siapkan perencanaan yang matang. Kita tak boleh gegabah Yugao-chan.." balas Hiruzen sebelum Yugao meninggalkan ruangan itu.

Dengan begitu Yugao pun pamit undur diri dan pergi dari tempat itu dengan Shunsine untuk menyiapkan apa yang perlu dia siapkan. Selain dia paham dengan maksut dari Hokage, gadis itu sudah tau bagaimana sistem yang ada di Root.

Walaupun bisa dibilang semua yang ada disana adalah para Shinobi Elit yang mampu melakukan pekerjaan apapun dengan rapi tanpa jejak, tapi dibalik itu semua pemimpin mereka memang berambisi dengan kekuatan dan jabatan.

Yugao sendiri sejak kecil sudah tau sifat sahabat dari Hiruzen itu sendiri. Dirinya yang memang haus akan kekuatan dan jabatan tak dipercayai memimpin desa oleh para tetua, dan memilih Hiruzen yang menjadi pemimpin desa ini dan menyandang gelar Hokage Konohagakure karena selain kekuatannya, Hiruzen adalah orang yang bijaksana dan bisa mengerti orang lain tanpa memikirkan egonya sendiri.

Maka dari itu, jika Hokage sampai seperti ini berarti situasi sedang dalam keadaan genting bagi Konoha.

"Sai, jika memang ada kesempatan.. apa kau bisa melakukannya?" ujar Hiruzen.

Sai yang akan berjalan keluar ruangan itu menghentikan langkahnya sejenak tanpa memutar tubuhnya untuk menatap sang kakek dibelakangnya yang masih duduk ditempatnya memandang serius laki-laki tanpa ekspresi itu.

"Kau tak perlu meragukanku, Jiji.. aku tau mana yang benar dan mana yang salah. Aku tau apa yang harus ku lakukan." Ujar Sai dengan senyum yang nampak palsu diwajahnya itu.

Setelah perkataan terakhirnya, pria berkulit seputih kertas itu melanjutkan jalannya dan keluar dari pintu diruangan itu.

Meninggalkan Hiruzen yang menghisap pipa rokoknya dan menghembuskannya perlahan.

'Kau mengingatkanku pada Naruto, Sai..'

.

.

.

.

.

_{{sAs}}_

.

.

.

.

.

Seorang pria dengan Surai pirang raven yang menantang gravitasi karena Ittou Shura yang aktif berlari menerjang kearah dua orang pria yang juga mengikis jarak dengan dirinya.

Sring!

Bagaikan slow motion, Torune yang tepat berhadapan dengan Naruto membolakan matanya ketika pukulannya hanya mengenai udara kosong, dan melirik dengan ekor matanya bahwa pria yang menjadi sasarannya telah berada dibelakangnya.

'A-apa! Cepat sekali!' Batin Torune yang dapat merasakan jika Naruto sudah ada dibelakangnya melewati dirinya.

Sing!

Hingga Naruto muncul tepat didepan Fuu yang sebelumnya ada dibelakang Torune, Naruto harus menghindar dengan merendahkan tubuhnya ketika Fuu menebas Tanto miliknya dan hanya mengenai udara kosong.

'Ap-apa-apaan orang ini! Dia masih bisa menghindar dengan kecepatan seperti itu!'

Fuu pun terkejut ketika dia membaca gerakan Naruto yang mengincarnya sebelumnya dan melakukan serangan mendadak, tapi Naruto masih bisa menghindari serangannya itu dengan mudah.

Sring!

Duagh!

Bug! Wuss!

Dengan gerakan cepat Naruto muncul dibelakang Fuu dan melakukan tendangan berputar yang mengenai punggung Fuu hingga terpental kedepan dan menabrak Torune hingga keduanya tersungkur kedepan.

"Arrgg!!"

Hanya melirik dengan ekor matanya, Naruto mengabaikan Fuu yang mengerang kesakitan karena bersentuhan dengan kulit Torune, Naruto malah terus melesat kebelakang jauh dengan kecepatan tak kasat mata.

Sring!

Bagaikan slowmotion, Naruto sudah berada dihadapan Danzo dengan tubuh yang merendah. Membuat keduanya saling bertatapan sesaat.

Iris Danzo yang sedikit membola diwajah datarnya sedikit syok ketika Naruto sudah ada dihadapannya dengan iris biru dan ekspresi dinginnya.

'Orang ini.. sengaja mengincar kedua gadis ini..' Batin Danzo.

Duag!

Wuss!

Brakk!

Danzo kembali dibuat terkejut dan menahan tendangan keras Naruto yang dilayangkan padanya dan masih dia tangkis dengan tangan kirinya. Namun dirinya masih terpental beberapa meter kebelakang dan menabrak pintu dibangunan dibelakangnya hingga hancur dan masuk kedalamnya.

Greb! Greb!

Sring!

Tap!

Dengan cepat Naruto mengangkat kedua gadis itu dengan kedua tangannya, yang juga syok dengan aksi Naruto itu dan membawa mereka ke sudut kiri jauh di sisi barat dari jembatan itu yang jika dilihat dari atas membentuk seperti tanda tambah atau plus, untuk menjauh dari pertarungannya.

"Naruto-kun!" ujar kedua gadis itu bersamaan saat Naruto menurunkan tubuh mereka.

Dengan mudah Naruto memutus tali yang mengikat kedua gadis itu. Hingga membuat keduanya langsung memeluk Naruto tanpa sadar.

Naruto yang masih dalam mode Ittou Shura dengan rambutnya yang menantang gravitasi itu melepaskan pelukan kedua gadis itu perlahan dan mengusap darah disudut bibir keduanya dan menyentuh pipi kedua gadis itu. hingga tanpa sadar rona merah tipis nampak dipipi kedua gadis cantik itu.

"Na-Naruto-kun.. maafkan aku-"

Ucapan sendu Elen dipotong seketika dengan gelengan kepala Naruto. Dan menatap kedua gadis itu bergantian. Sebelum akhirnya tersenyum tipis melihat semburat merah diwajah Hinata yang tak pernah berubah sejak dulu.

"Akulah yang seharusnya minta maaf pada kalian. Maaf aku datang terlambat.." gumam Naruto datar.

Namun keduanya hanya terpaku mendengar ucapan Naruto. Suara yang mereka rindukan sejak setahun yang lalu dapat mereka dengar lagi dengan jarak sedekat ini.

Dengan posisi yang masih berjongkok dihadapan kedua gadis yang terduduk itu, Naruto kembali berdiri dan melepaskan tangannya dari pipi kedua gadis itu dan membelakangi mereka berdua.

"Na-Naruto-kun.."

Hinata hanya mampu bergumam lirih ketika suaranya tercekat bingung harus mengatakan apa. Sedangkan dalam hatinya dirinya begitu senang bisa melihat Naruto lagi. Sedangkan tubuhnya seakan membeku menatap lekat Naruto setelah sekian lama tak bertemu.

"Naruto-kun, kami akan membantumu.. kau tak bisa melawan mereka sendirian." Ujar Elen yang masih melihat punggung tegap Naruto dengan syal merah yang bergoyang liar.

"Kalian bukan tandingan mereka.. mereka adalah ninja elit yang memiliki kemampuan bertarung terbaik selain Anbu Konoha.." balas Naruto datar.

Sret!

Naruto dibuat sedikit tersentak ketika merasakan tubuhnya ditarik oleh seseorang yang ada dibelakangnya yang tak lain adalah Elen, yang berdiri menggenggam tangan kirinya dan menatap tajam dirinya.

"Kau meremehkanku, baka?.. Aku bukan Elen yang dulu yang dapat kau kalahkan dengan mudah. Aku masih bisa bertarung.." ujar Elen yang tak mau menyerah dengan perintah Naruto.

Inilah sebabnya dirinya terus berlatih selama ini. Tujuannya berlatih selama ini sudah ada didepannya. Tujuannya untuk bertahan hidup telah ada di genggamannya.

Dia tak mau membiarkan Naruto bertarung sendirian dan memikul beban dipundaknya sendiri. Elen tau jika Naruto datang untuk menyelamatkan mereka, maka dari itu dia tak mau hanya diam dan melihat Naruto yang bertarung sendirian melawan para Anbu itu.

Elen ingin membuktikan bahwa dirinya tidak lemah dan layak untuk bertarung bersama dengan Naruto disisinya.

Cup!

Dalam waktu beberapa detik setelah Elen mengucapkan kalimatnya, dirinya dikejutkan dengan Naruto yang menarik tubuhnya dan mencium lembut bibir ranum gadis cantik itu.

Hingga gadis itu membolakan matanya dengan tubuh membeku seketika saat merasakan benda lunak milik Naruto menyentuh bibirnya.

Bagaikan tersambar petir di malam hari. Dia tak pernah bermimpi indah sebelumnya. Bahkan dicium oleh Naruto secara mendadak seperti ini setelah sekian lama tak bertemu, seperti sebuah mimpi baginya.

'Apakah ini mimpi?' batinnya dengan semburat merah diwajahnya tanpa ia sadari semakin tebal.

Setelah sekian lama penantiannya mencari Naruto, saat ini juga pria itu datang mencarinya dan menciumnya tanpa persetujuannya.

Ingatannya yang dulu berputar dipikirannya secara tiba-tiba. Dimana saat-saat awal pertemuannya dengan Naruto yang tak sengaja menciumnya, kini pria itu malah dengan sengaja mengambil kesempatan ini darinya.

Entah dirinya harus senang atau kesal. Tapi yang pasti, Elen menikmatinya.

Dab!

"Na-Narutoh, Baka.."

Gumam Elen lirih saat pandangannya semakin lama semakin menggelap dan tak bisa menahan kesadarannya lagi, ketika merasakan tengkuknya dipukul oleh seseorang yang tak lain adalah Naruto itu sendiri.

Greb!

"Naruto-kun!.. A-Apa yang kau lakukan?"

Hinata menerima tubuh Elen yang tak sadarkan diri oleh Naruto dan menopangnya dengan paha mulusnya.

Hinata yang sempat syok dengan wajah memerah menyaksikan adegan mesra didepannya dibuat kembali terkejut dengan Naruto yang malah membuat Elen pingsan.

Cup!

Detik itu juga Hinata kembali terkejut. Entah harus berapa kali dia dibuat terkejut dengan apa yang sudah Naruto lakukan. Tapi kali ini pria itu juga mencium bibir Hinata tanpa seizin empunya hingga membuat wajah gadis itu memerah padam.

Namun Hinata tak menolak dengan apa yang dilakukan Naruto dan menikmatinya begitu saja. Seakan melepaskan kerinduan dirinya yang selama setahun ini menunggu kedatangan pria ini, akhirnya dia bisa merasakan kembali bibir pria ini yang menurutnya adalah candu baginya sejak terakhir kali mereka bertemu setahun yang lalu.

Satu-satunya orang yang sudah membuatnya jatuh hati dan menyerahkan segalanya untuk pria pirang ini. namun masih belum ada keberanian untuk dirinya mengungkapkan isi hatinya saat ini.

Naruto melepas bibirnya hingga menciptakan benang salifa antara bibirnya dan Hinata. Menangkup pipi memerah hinata dengan kedua iris mereka yang saling bertatapan.

"Maaf aku sudah sengaja membiarkanmu dibawa oleh mereka. Maaf sudah membuatmu terluka.. kalian beristirahatlah, biar aku yang menyelesaikan ini.. jaga Elen."

Hinata yang mendengar ucapan lembut Naruto diwajah datarnya hanya mampu tertegun dengan semburat merah diwajahnya yang masih terlihat jelas. Namun tanpa dipungkiri Hinata, dia suka apapun yang dilakukan Naruto padanya.

Hinata hanya mengangguk paham dengan senyuman manis diwajah cantiknya. Dengan membalas senyuman Hinata singkat, Naruto kembali berdiri dan berbalik menghadap pada lawannya yang jauh didepan nya yang sudah kembali pulih karena terkena racun milik Torune.

Naruto menggigit jarinya dan mengoleskan ditelapak tangannya lalu membuat Heandseal dan menghentakkan tangannya dipermukaan bangunan itu. Hingga muncul lingkaran sihir berlambang kepala naga dengan background bulan sabit disana.

Yang kemudian semakin membesar dan membuat area disekitarnya terselimuti cahaya dengan sebuah suara yang terdengar dari penggunanya.

{Kuchiyose: Phoenix}

Sring!

Hingga cahaya itu menghilang, muncullah seekor burung raksasa berbulu orange kemerahan yang terbang dihadapan Naruto.

"Suzakku, kau jaga dua gadis ini dan bawa menjauh dari pertarungan.. Aku akan menyelesaikan urusanku dengan mereka." Ujar Naruto yang kemudian berjalan meninggalkan Suzakku yang mengangguk paham.

"Naiklah, kita akan menjaga jarak dari tempat ini.." ujar Suzakku yang tau apa yang akan dilakukan masternya dengan tempat ini.

"Ta-tapi, bukannya kita harus membantunya, Suzakku-san?" tanya Hinata yang ragu dengan apa yang akan dilakukan burung raksasa ini.

"Kita malah akan menjadi bebannya jika kita masih disini. Master tidak akan bisa menggunakan tehniknya jika kita masih ada disini. Atau kita juga akan terkena efek dari serangan Master.." ucap Suzakku.

Hinata sebenarnya masih ragu dengan ucapan burung ini, tapi dia mencoba percaya dengan Naruto. Gadis itupun menggendong Elen untuk naik ke punggung burung itu dengan Hinata yang menjaganya dibelakang Elen.

Wuss!

Dengan begitu burung itu terbang dari tempat itu dengan membawa Hinata dan Elen yang pingsan untuk terbang menjauh.

.

"Kuso! Beraninya kalian mau pergi dari tempat ini! Tak akan ku biarkan!"

Torune yang berhasil menyembuhkan Fuu dengan menarik kembali serangga beracun di tubuh rekannya itu, segera mengejar Suzakku dengan cepat melompat ke pilar-pilar dan berlari kencang di dinding. Berusaha menggunakan serangga beracun ditubuhnya untuk membuat kontak fisik agar terkena racun darinya.

Wuss!

"Kena kau!"

"Kya!"

Torune melompat tinggi setelah dia berlari di dinding dan hampir menyentuh Hinata yang memejamkan matanya dengan merendahkan tubuhnya.

Sring!

Namun Torune dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang berdiri diatas dinding tepat diatasnya dengan aura transparan dengan rambut pirang raven menantang gravitasi yang tak lain adalah Naruto.

'Sejak kapan!?'

Batin Torune dalam keadaan slow motion yang menatap Naruto diatasnya berdiri terbalik diatas permukaan dinding.

Swus! Jleb!

Wuss!

Duarr!

"Arrgg!"

Dengan cepat Naruto langsung melesat dan menusuk Torune tepat diperutnya dan menggunakan kedua kakinya untuk melakukan dorongan keras kebawah hingga tubuh Torune meluncur cepat kebawah dan menjebolkan jembatan itu lalu berhenti di jembatan tepat dibawahnya di blok 9 hingga menciptakan bekas retakan disana.

"Torune!.."

Fuu dapat melihat jika Naruto berdiri tepat diatas Tantonya yang masih tertancap ditubuh Torune vertikal yang menembus perutnya dan tertancap di permukaan jembatan itu.

Sring! Sring!

Jleb! Jleb!

"Arrgg!"

Naruto semakin menekan kakinya dan membuat Torune berteriak kesakitan dibawahnya. Lalu mengambil dua kunai di kantung kunainya dan melemparnya tepat dikedua telapak tangan Torune hingga tertancap di permukaan jembatan tanpa bisa dicabutnya.

"Torune!"

Sring!

Jras!

Dengan sebuah kunai yang masih tersisa, Naruto melempar tepat dikepala Torune hingga pria pecinta serangga beracun itu tewas seketika dengan kunai yang tertancap di kepalanya.

Fuu hanya membolakan matanya menatap sahabatnya tewas mengenaskan ditangan Naruto. Dia pun menggeram marah dan tanpa pikir panjang langsung melompat turun menerjang Naruto dengan Tanto ditangannya siap menebas kepala Naruto.

Bagaikan slow motion, Naruto menyeringai dengan ekspresi tak terlihat oleh bayangan poninya. Hingga Fuu hampir dekat dengannya dengan tebasan Tantonya itu.

Sret!

Sleb! Crass!

Fuu seketika membolakan matanya ketika targetnya menundukkan tubuhnya untuk menggenggam gagang Tanto dikakinya dan salto kebelakang dengan ayunan Tantonya vertikal keatas hingga menggores lengan kanan Fuu yang tak sempat menghindar.

Tap! Tap!

Keduanya pun mendarat di permukaan jembatan itu dan saling menjaga jarak.

"Arrgg! Kuso!.. sejak kapan?!"

Naruto hanya menyeringai sadis ketika melihat lengan Fuu menghitam karena terkena racun dari tubuh Torune yang sempat menyelimuti bilah Tantonya yang tadi tertancap ditubuh Torune.

Srass!

Naruto mengibaskan Tantonya hingga racun yang masih tersisa dibilahnya menghilang terciprat ke permukaan jembatan.

"Aku tau konsep serangga beracun milik Torune Aburame itu. Karena aku dulu pernah bertemu dengannya ketika kami sedang berlatih. Aku tau jika dia tak bisa masuk ke akademi Konoha karena kondisi fisiknya yang menyimpan serangga beracun itu berbahaya jika kontak fisik dengannya.." ujar Naruto datar.

'Di-dia bisa merencanakan sampai sejauh itu! Kuso!' Batin Fuu yang memandang geram pada Naruto dengan menahan rasa sakit di tangan kanannya yang semakin menjalar bergerak ke pangkal lengannya.

"jika kau tau kami adalah Shinobi Konoha, kenapa kau tega melakukan semua ini pada desamu sendiri?! Kenapa kau melakukan ini pada temanmu sendiri?!" Ujar Fuu.

"Teman katamu? Aku memang pernah tinggal di Konoha. Tapi aku hanya memiliki beberapa orang saja yang bisa ku anggap teman disana.. tapi, siapapun kalian jika berani menyakiti orang yang telah menganggapku ada.. aku tak akan segan membunuh siapapun itu." Balas Naruto dingin.

Fuu yang mendengarnya hanya menggeram marah seraya tangan kirinya semakin erat menggenggam Tanto miliknya.

"Haa!"

Crass!

Dengan tangan kirinya, Fuu menggenggam Tantonya dan memotong tangan kanannya. Hingga dirinya kini harus rela kehilangan tangan kanannya dan bertarung dengan satu tangan.

"Aku tak tau kau akan senekat itu.. tapi aku akui kau memiliki keberanian yang cukup bagus sebagai seorang Anbu.." ucap Naruto yang memandang Fuu dengan seringai diwajah datarnya.

"Gghh.. jangan remehkan Anbu Root, Danzo-sama.. kami adalah Shinobi elit pilihan dari para ninja terbaik Konoha!.. aku tak akan mati semudah itu dari orang sepertimu!" Ujar Fuu dengan seringai diwajahnya yang menahan rasa sakit itu.

"Aku akan memberikanmu pertarungan terakhir yang akan kau kenang hingga ajalmu.." ucap Naruto datar dengan membuat kuda-kuda bertarung tangan kosong.

Fuu yang mendengarnya tertawa pelan dengan senyum pahit diwajahnya menatap Naruto yang siap melayaninya.

Sekelebat ingatan masalalunya berputar dipikirannya. Dirinya mengingat masa kecilnya yang sudah masuk kedalam organisasi Anbu Root ini karena dirinya ingin menjadi kuat dan diakui keluarga Yamanaka, hingga dirinya bertemu dengan Torune dan menjadi pengawal pribadi Danzo hingga sekarang.

"Kheh. Akan ku tunjukkan kemampuan seorang Yamanaka padamu.." ujar Fuu yang membuat kuda-kuda bertarung dengan satu tangan yang tersisa.

'Setidaknya walaupun aku mati disini, aku bisa membuka jalan untuk Danzo-sama agar bisa membunuh orang ini.. aku berharap, tujuanmu akan tercapai..'

Batin Fuu yang mengingat satu-satunya orang yang telah melatihnya dan mempercayai dirinya sampai sekarang ini. Walaupun dia mati, setidaknya Fuu telah memberikan segalanya untuk orang yang dihormatinya itu.

Wus! Wus!

Keduanya saling menerjang dan beradu Taijutsu masing-masing.

.

.

Sementara itu di sudut atas tempat pertarungan terjadi itu nampak seekor burung Phoenix yang terbang melayang diudara dengan dua orang gadis dipunggungnya.

Hinata yang sejak tadi melihat pertarungan Naruto dibuat tertegun dengan kemampuan Naruto itu. Selain mampu menggunakan tehnik penguatan tubuh, kuchiyose dan bisa menggunakan segel tangan dan magic cyrcle sekaligus.

Hingga membuat Hinata sendiri bingung dengan status Naruto sebenarnya.

Padahal sejak dulu Naruto tak memiliki Mana ataupun Chakra. Tapi mampu melakukan Jutsu maupun Magic Seperti sekarang ini. Sungguh Naruto yang sekarang ini sangat berbeda dari yang dulu.

Ditambah sekarang Hinata merasakan sebuah energy spiritual yang berbeda dari Mana ataupun Chakra. Hinata tak pernah merasakan energy ini sebelumnya.

Dari Byakugannya pun tampak terlihat energy itu mengalir seperti halnya chakra dalam tubuh Naruto. Tapi dari warnanya yang membedakan energy ini.

"Putih.." gumam Hinata yang menonaktifkan Byakugannya.

"Kau dapat melihat aliran energy spiritual ya.. kau dari klan Hyuga." Ujar Suzakku yang melirik hinata dengan ekor matanya.

"A-amm.. I-iya Suzakku-san. Jika aku boleh tau, A-Apa kau tahu tentang Naruto-kun? Kenapa kau begitu takut aku kenapa-napa dengan pertarungan Naruto-kun?" tanya Hinata bingung.

Karena jujur, sejak melihat Naruto lagi semua nampak berbeda. Dari segi fisik yang signifikan, bahkan entah sejak kapan Naruto sudah tak menggunakan pedangnya yang besar itu.

"Master? Hmm. Aku memang pernah mendengarkan kisah hidupnya ketika kami berlatih. Naruto, menyebut energy spiritual miliknya dengan Reiatsu. Dan itu merupakan energy spiritual dari Varathea.." Suzakku menjelaskan.

Hinata mencerna informasi dari burung yang ditungganginya itu. Seraya menatap Naruto yang beradu Taijutsu dengan Fuu. Walaupun begitu sudah terlihat yang lebih unggul adalah Naruto dari segi fisik maupun kemampuan.

"Varathea? Aku belum pernah mendengarnya, Suzakku-san.. namanya pun asing menurutku.." ucap Hinata.

"Varathea, dari informasi yang pernah ku dengar itu adalah dunia yang berbeda dari kita. Tempat asal dari Lambert yang merupakan gurunya Master dulu."

'Dengan kata lain orang yang mengajari Naruto itu bukan berasal dari dunia ini? Lalu jika Naruto juga memilikinya, maka..' Batin Hinata yang terkejut dengan ucapan Suzakku.

"A-apakah, Naruto-kun bukan berasal dari dunia ini Suzakku-san?" Tanya Hinata mencoba memastikan.

"Jika Lambert, dia memang berasal dari Varathea dan seorang Gladiator. Dia sendiri yang menceritakan kisah hidupnya pada kami dulu. Dia terlempar kesini karena kesalahan Dimentional Key yang dia gunakan untuk melawan naga, malah dia sendiri yang ikut tertarik kedalamnya.. tapi untuk kasus Master, dia sejak kecil dirawat oleh Miya Shiba di Konoha. Jadi itu tak mungkin.." Suzakku menjelaskan.

"Begitu ya.." gumam Hinata yang masih dapat didengar oleh Suzakku.

"Dan kenapa aku menghawatirkanmu jika berada disini, nanti kau akan tau setelah ini.." ujar Suzakku.

Hinata yang mendengar ucapan burung itu hanya memandang sejenak Suzakku dan kembali memandang khawatir pada Naruto.

Dalam hatinya pun bertanya-tanya kenapa burung ini tak mau mereka dekat-dekat pertarungan antar Naruto dengan Danzo dan para Anbu itu.

.

.

Buag! Duag!

Dengan tubuh yang sudah babak belur, Fuu terkena pukulan Naruto tepat diwajahnya kemudian sebuah tendangan berputar dilayangkan tepat mengenai kepala Fuu. Hingga tubuhnya terlempar kebelakang beberapa meter.

"Chough! Hah.. hah.. masih ada yang bisa aku lakukan.."

Fuu yang sudah tak mampu berdiri kemudian memaksakan tubuhnya untuk bergerak dan membuka kedua telapak tangannya kedepan dan menyatukan telunjuk serta ibu jari kedua tangannya.

(Shintenshin no Jutsu)

Setelah mengucapkan Jutsunya, tubuh Fuu tak sadarkan diri. Dan tubuh Naruto yang tadinya mendekati Fuu seketika terdiam dengan tertunduk.

.

.

Mindscape.

.

Di alam bawah sadar Naruto, Fuu tampak masuk kedalam jiwa Naruto. Tubuh Fuu yang mengambang diudara itu melihat sebuah pintu didepannya.

Dia pun membuka pintu itu dan masuk kedalamnya.

Deg!

Seketika jantungnya seakan berhenti berdetak sementara. Dengan tubuhnya yang tiba-tiba menjadi kaku tak bisa digerakkan. Irisnya membola ketika menatap milyaran objek seperti layar yang berada di depannya itu.

'A-apa yang terjadi?!' Batin Fuu yang tak tau dengan kondisi tubuhnya saat ini.

"Aarrgg!!"

Fuu berteriak kesakitan ketika semua layar itu bergerak masuk kedalam tubuhnya tanpa dia perintahkan. Dimana seharusnya dialah yang mengatur semua yang ada didalam tubuh lawannya, tapi kenapa seakan tubuh lawan tak menolak dan malah memberikan semua informasi secara menyeluruh. Hingga tubuhnya seperti terasa akan hancur dengan semua ingatan yang masuk kedalam pikirannya itu.

"Aarrgg!! A-Apa y-yang terjadi?!.. tidak!.. aargg!!.. Si-siapa?!.. Si-siapa kaugghh argg!! Mo-monsterr!!"

Fuu berteriak kesakitan seperti orang gila dengan memegangi kepalanya yang seperti mau pecah. Seluruh tubuhnya tak kuat menerima informasi dari Naruto.

Sring!

Hingga Fuu dalam kesakitannya itu dapat melihat jika tempatnya menjadi gelap gulita. Hingga beberapa saat kemudian sepasang mata raksasa yang berwarna merah dengan iris vertikal menatap tajam padanya yang ketakutan setengah mati menatap mata setajam mata elang itu.

Lidahnya kelu dan tubuhnya yang tak bisa melakukan apapun itu hanya diam. Dirinya mencoba untuk keluar tapi tak bisa dia lakukan entah kenapa.

"Aaarrggg!!!" Fuu berteriak kesakitan dan semakin gila tak terkontrol.

Mata itu tertutup dan kemudian kembali lagi terbuka dan menampakkan sepasang mata beriris biru pekat yang bersinar terang dengan pola riak air dan 6 tomoe berputar perlahan disana.

.

.

Kembali lagi ke dunia nyata, Naruto kembali membuka matanya menatap lawan didepannya datar dan berjalan kedepan lalu berhenti tepat dihadapan Fuu.

Menatap tubuh Fuu yang memandang kosong dengan tubuh kejang-kejang. Wajahnya yang nampak pucat dengan air liur yang mengalir dari sudut bibirnya membuatnya seperti mayat hidup.

Naruto memandang datar Fuu yang sudah tak berdaya dibawah kakinya. Mengambil Tanto dibelakang punggungnya dan mengarahkan tepat di leher Fuu.

"Kau sudah melihat semuanya, bukan? Aku tak tau apa saja yang kau lihat, tapi aku yakin itu bukan hal yang baik untukmu.."

Sring!

Crass!

Dengan sekali tebas, kepala Fuu terpisah dari tubuhnya dan menggelinding tepat dibawah kakinya.

Brass!

Dengan sekali injak kepala itu hancur tak berbentuk. Dengan sang pelaku yang hanya memandang datar tanpa perasaan meninggalkan tubuh tak bernyawa itu.

Berbalik dan mengadahkan kepalanya kearah ujung jembatan di blok atasnya. menatap seorang pria yang berada dekat bangunan di dinding yang pintunya sudah hancur itu.

Keduanya saling menatap datar.

.

Disisi lain Hinata yang menyaksikan apa yang sudah dilakukan Naruto itu hanya menutup mulutnya dengan iris yang sedikit membola.

'Naruto-kun..'

Hinata hanya membatin ketika melihat Naruto yang bahkan menurutnya semakin kejam daripada terakhir kali mereka bertemu.

Dirinya yang sering bertarung tak pernah melakukan pembunuhan semacam itu. Dia membunuh musuhnya selalu dari titik fatal lawannya dan tak sampai seperti apa yang dilakukan Naruto.

Walaupun sebenarnya ini adalah hal yang biasa dalam sebuah pertarungan hidup dan mati, tapi bagi Hinata membunuh lawan yang sudah tak berdaya dan memenggal kepalanya hingga menghancurkannya seperti itu adalah hal yang tak manusiawi.

Suzakku yang melihat respon dari Hinata melalui sudut matanya hanya diam dan kembali menatap Masternya yang masih diam tak bergeming.

.

.

.

.

.

_{{sAs}}_

.

.

.

.

.

Soul City.

.

Diruang OSIS academi Hagun, terdapat beberapa murid yang berkumpul dan duduk di sofa didalam ruangan itu.

Seorang gadis berambut putih beriris amethys yang duduk di kursinya menatap semua orang yang ada didalam ruangannya itu datar.

Dimana ada seorang gadis berambut hitam lurus yang memiliki iris mata biru laut duduk disebelah gadis berambut pirang panjang yang memakai baju Hem putih dan rok hitam selutut.

Sementara itu ada wakil ketua OSIS yang tak lain adalah Sona sitri yang duduk disebelah laki-laki berambut coklat beriris hijau, dan seorang lagi laki-laki berambut merah dengan mata riak air yang berdiri di dekat pintu.

"Sebelumnya aku minta maaf karena mengganggu waktu kalian.. tapi ini menjadi hal yang darurat dan aku perlu bantuan kalian.." ujar Kaguya dimalam itu membuka suara.

Kaguya sengaja mengundang beberapa orang yang dipercayainya ini untuk bertemu di ruang osis. Karena ada hal serius yang harus dia sampaikan sebelum hari festival tujuh bintang berlangsung.

"Kalian sudah tau kan jika Hinata dari semalam belum kembali juga. Ditambah Elen yang tak ada kabarnya beberapa hari ini. Dimana seharusnya Quest yang dijalaninya itu mudah dan hanya disekitar kota ini saja. Tapi sampai saat ini dia belum juga masuk Academi.." ucap Kaguya seraya pandangannya menatap seorang gadis berambut pirang panjang dihadapannya yang juga menatapnya itu.

Beberapa orang terkejut ketika mendengar ucapan Kaguya. Memandang serius pada gadis cantik berdarah Otsutsuki cantik tersebut.

"Yang duduk disebelah Miyuki-chan mungkin kalian belum mengenalnya, tapi aku bertemu dengannya tadi di Academi karena mencari keberadaan Elen. Nyatanya dia pun tak pulang ke apartemennya.. dia adalah kakak perempuannya Elen.. putri dari kerajaan Vermilion.. Gabriella Filtaria Vermilion.."

Semua orang kembali dibuat terkejut dengan yang disampaikan oleh putri Otsutsuki itu. Hingga semuanya memberikan hormat pada gadis cantik yang membalas penghormatan mereka dengan menundukkan tubuhnya.

"Ga-Gabriel-sama, maaf jika aku sedikit menyinggung dengan perkataanku yang tadi.."

Seorang pria berambut coklat wajahnya pucat pasi dengan tubuh yang membungkuk dan getaran ditubuhnya sangat terlihat jelas.

"Aku masih mendengarnya tadi kalau kau bilang Gabriel-sama sangat cantik namun pendiam, Lo.."

Nagato seperti tanpa dosa membuka suaranya membeberkan apa yang dikatakan Eren ketika pertama berpapasan di Academi tadi sebelum mereka kesini. Pria itu hanya memandang datar Eren yang semakin bergetar tubuhnya.

"Dan kau- Hummf!"

Eren dengan secepat kilat menutup mulut Nagato hingga wajahnya memerah karena nafasnya yang tertahan oleh kedua tangan Eren yang semakin pucat wajahnya.

"A-Apa yang kau bicarakan Taichou!.. Aa- a-amm.. Go-gomennasai Gabriel-sama a-aku tak bicara jelek tentangmu, kok.. aku berani sumpah!"

Eren yang sudah pucat pasi hanya bisa mengelak dengan satu tangannya dia kibaskan kedepan dengan sangat cepat membantah perkataan Nagato.

Sedangkan yang menjadi bahan pembicaraan mereka hanya tertawa lembut melihat apa yang kedua orang itu lakukan.

Gadis lainnya pun sedikit bernafas lega ketika sang putri kerajaan hanya tertawa menanggapinya.

'Jadi dia adalah Gabriel-sama putri dari Michael-sama.. dia cantik..' batin Miyuki yang terpesona dengan kecantikan Gabriel yang menurutnya memang pantas untuk seorang putri kerajaan.

Karena sejak gadis cantik berambut pirang itu datang di Academi ini, Miyuki sempat berpapasan dengan Gabriel yang menurutnya sangat cantik dan baru pertama kali dia melihat gadis itu. Ditambah pakaiannya yang digunakan bukanlah pakaian dari murid academi Hagun.

Berbeda dengan seorang gadis berkacamata yang pandangannya mengarah pada aset milik Gabriel yang tercetak sempurna dibalik pakaiannya. dengan ukurannya yang big size yang nampak disukai banyak kaum laki-laki itu dengan rona merah diwajahnya.

Lalu kembali mengarahkan pandangannya pada dadanya sendiri yang nampak kecil dibalik pakaiannya dan membuatnya menghembuskan nafasnya berat

'Kenapa milikku tak sebesar seperti milik yang lainnya.' Batin Sona yang menundukkan wajahnya yang prustasi itu.

Sona sudah tau jika gadis berambut pirang panjang itu adalah putri kerajaan. Karena saat dia kecil dulu keluarganya pernah datang ke acara pesta kerajaan dan bertemu dengan Gabriel disana. Walaupun begitu, dirinya tetaplah menghormati Gabriel sebagai seorang putri keluarga bangsawan pemimpin kerajaan ini.

Mereka sudah bertemu kemarin saat Gabriel datang untuk bertemu kepala sekolah. Sona tak sempat bicara banyak karena harus mengerjakan proposal para murid yang ikut Festival Tujuh bintang. Dia mengira jika gadis itu akan masuk ke academi ini, tapi ternyata tidak.

Buag!

"Ittai! Apa yang kau lakukan Taichou?!" Eren memegangi kepalanya yang muncul sebuah benjolan disana akibat pukulan dari Nagato.

"Haahhh.. hufff.. hahhhh.. harusnya aku yang tanya padamu, apa yang kau lakukan, hah?! Aku tak bisa bernafas, tau! Kau mau membunuhku?!"

Nagato tampak menghirup nafas panjang seraya mengatur pernafasannya yang seperti hampir mati karena tak bisa bernafas akibat ulah Eren.

Sring!

Wus! Wus! Wus!

"He.. he.. Gomennasai, Taichou.. aku tak bermaksut- arrgg! A-mpun Taichough!"

Sedangkan Eren yang paham dengan yang dilakukannya hanya tertawa kikuk dan mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan jari telunjuknya yang menggaruk pipinya yang tak gatal. Namun perkataan Eren langsung terpotong ketika tubuhnya tiba-tiba tertarik kearah Nagato dan lehernya di cengkram dengan kedua tangan Nagato lalu menggoyang-goyangkannya sangat kencang. membuat pandangan Eren menjadi seperti pusaran air dengan kepala yang terasa pusing dan air liur yang terlihat disudut bibirnya.

Gabriel hanya tertawa melihat apa yang dua orang laki-laki itu lakukan dihadapannya saat ini. Berbeda dengan dua orang gadis yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Ehm!"

Sebuah deheman yang sengaja diperkeras itu membuat semua kegiatan itu terhenti seketika. Semua menatap Kaguya kecuali Eren yang nampak tak sadarkan diri dengan mata yang berputar.

"Hah.. maafkan kelakuan murid-murid di academi ini jika mereka membuatmu tak nyaman, Gabriel-sama." Ujar Kaguya yang melihat kelakuan random teman-temannya itu.

"Hihi.. tak masalah Kaguya-chan. aku malah jadi terhibur dengan adanya mereka. Karena di kastil tak ada orang-orang seperti mereka ini. Semuanya bersikap formal padaku." Ujar Gabriel dengan tawa lembutnya.

"Mm.. Ano, Kaguya-senpai.. kenapa hanya kami yang diundang kesini? Kenapa yang lainnya tak diberi kabar?"

Miyuki yang ingat dengan tujuan mereka datang ke tempat ini segera angkat suara. Dirinya pun ingin tau alasan apa hingga hanya beberapa orang saja yang diberitahukan informasi ini.

"Apa yang dikatakan Miyuki-chan benar Kaichou.. bukankah akan lebih efisien dalam pencarian jika kita melakukannya dengan banyak orang. Itu akan lebih mempermudah kita menemukan lokasi keduanya.." Sona ikut menimpali apa yang dikatakan Miyuki.

"Aku hanya memberikan informasi ini pada orang yang menurutku memang pantas dan cocok untuk situasi ini. Selain Gabriel-sama yang merupakan saudara Elen, aku sudah mengetahui dimana lokasi keduanya.. kita hanya harus menunggu informasi lebih lanjut dari mereka.." ujar Kaguya datar.

"Kaichou, kalau memang kita sudah tau lokasinya kenapa kita tidak langsung kesana saja? Bukankah akan lebih mudah menyelamatkan mereka jika kita bersama-sama.."

Pria berambut coklat yang tadi tak sadarkan diri langsung membuka suara ketika dirinya mendengar jika Kaguya telah menemukan lokasi Elen dan Hinata. Yang lain pun ikut mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Eren barusan.

"Bukan.. lebih tepatnya Rossweisse yang sedang menuju kesana, dan kita akan menggunakan Sihir Teleportasi kesana dengan Rossweisse sebagai pemanggilnya.. itu akan lebih cepat daripada kita harus bergerak sendiri. Karena jaraknya yang cukup jauh dari informasi yang ku terima dari burung pengirim pesan miliknya." Kaguya menjelaskan.

Semua yang ada disana pun paham dengan apa yang dimaksud Kaguya. Mereka akan menyusul tiba kesana dengan cepat saat Rossweisse dan Kaguya mengaktifkan sihir Teleport bersamaan. Namun masih ada hal yang mengganjal dipikiran Sona saat ini.

"Kaichou, Lalu kenapa hanya kami yang ada disini? Kenapa Akeno, Rias dan yang lainnya tak kita libatkan agar mengurangi tingkat resiko kegagalan.."

Apa yang dikatakan Sona membuat yang lainnya kembali ingat dengan topik pembicaraan mereka tadi.

"Karena dari informasi yang ku dapatkan dari Rossweisse, dia mengejar mereka bersama dengan Ophis.. namun sudah ada yang bergerak menyelamatkan Elen dan Hinata sebelum mereka. Dan kemungkinan orang itu sedang bertarung dengan para penculik itu.." ucap Kaguya dengan wajah datarnya namun masih terlihat wajah sendu yang terpatri diwajahnya yang menatap kearah lain mencoba tak menatap mata teman-temannya itu.

"Siapa orang itu, Kaguya-san?" tanya Gabriel yang berusaha mencaritau.

Semua yang mendengarkan informasi dari Kaguya nampak penasaran dengan nama yang akan disebutkan gadis cantik dari klan Otsutsuki itu. Semua mata tertuju pada Kaguya yang masih membuang wajahnya menghindari kontak mata dengan teman-temannya itu.

Berbeda dengan seorang pria berambut merah yang memicing tajam menatap gadis cantik berambut putih panjang itu. Seakan dirinya tau apa yang akan dikatakan gadis itu dan memastikan apa yang ada dipikirannya adalah benar.

"Naruto.."

.

.

.

.

.

_{{sAs}}_

.

.

.

.

.

"Naruto!.."/ "Danzo!.."

Wuss! Wuss!

Trank!

Keduanya saling melompat menerjang mengikis jarak diantara mereka yang berada di tempat yang berbeda. Naruto menghunuskan Tanto miliknya begitupun Danzo yang menggunakan kunainya. Hingga keduanya saling beradu serangan.

Wus! Wus!

Tap! Tap!

Keduanya saling menghindar dan menjaga jarak di atas jembatan yang sama dengan lubang ditengahnya akibat dari jatuhnya Torune sebelumnya.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Dimana Naruto melihat ditangan kanan Danzo terdapat banyak mata Sharingan disana yang diperkirakan berjumlah 10. Membuat Naruto kembali menatap pria dengan tanda x di dagunya itu.

"Sharingan.. kau dapatkan darimana mata itu, Danzo?.." ujar Naruto datar.

Danzo hanya melirik sejenak mata ditangan kanannya itu dan kembali memfokuskan pandangannya pada Naruto.

"Karena kau akan mati disini, maka aku akan memberitahukanmu. Dan hanya kaulah satu-satunya yang tau rahasiaku ini, Naruto.." ucap Danzo menjeda kalimatnya yang kemudian dia membuat segel tangan secara perlahan dengan kedua tangannya.

'Apa yang akan dia lakukan?' Batin Naruto yang memandang datar apa yang dilakukan Danzo.

Swus!

Trank!

Naruto sedikit membolakan matanya ketika Danzo tiba-tiba melesat kearahnya melempar Shuriken. Namun masih bisa ditangkis dengan Tanto miliknya.

Tap! Buag!

Hingga detik berikutnya Danzo sudah tepat berada didepannya melayangkan sebuah pukulan yang mengarah pada wajah Naruto. Namun masih bisa dihindarinya dengan menundukkan tubuhnya seraya melayangkan sebuah pukulan mengenai telak perut pria berambut hitam itu.

Buag! Duag!

Wuss!

Tak mau kalah, Dalam keadaan terkena pukulan Naruto, Danzo menggunakan sikunya untuk memukul punggung Naruto dan melakukan tendangan berputar hingga membuat Naruto terlempar kebelakang.

Tap! Duag! Buag!

Belum berhenti, Danzo melesat kearah terlemparnya Naruto yang menyeimbangkan tubuhnya dengan mudah dan melakukan tendangan dan pukulan diudara, namun masih bisa ditahan oleh Naruto yang agak terdorong kebelakang.

Hap! Brakk!

'Gerakanmu masih bisa ku baca..'

Batin Naruto yang berhasil menahan serangan Danzo kemudian menggenggam lengan Danzo kemudian membantingnya ke permukaan jembatan beton itu hingga membentuk cekungan disana.

Wuss! Brakk!

Sring!

Syutt! Syutt! Syutt!

Jleb! Jleb! Jleb!

"Argg!"

Dalam keadaan terbanting itu Danzo seketika berguling ke samping dan melompat kebelakang menghindari Naruto yang menggunakan tungkai kakinya berusaha menghancurkan kepala Danzo. Namun sepersekian detik Danzo yang dalam posisi mundur kebelakang dikejutkan dengan sebuah Tanto yang melesat kearahnya dan tepat mengenai perutnya. Tak hanya itu, lima buah Shuriken menyusul dari arah Naruto yang menjadi pelakunya hingga tepat mengenai kepala, tangan, dan tubuhnya saat itu juga.

Wuss!

Buag! Blarr!

Tak mau hanya sampai disitu, Naruto yang tau Danzo terkena serangannya langsung melesat maju dan melayangkan bogem mentah kearah leher Danzo yang tak dapat mengelak itu hingga didorong keras membentur permukaan jembatan dibawahnya Hingga membuat asap mengepul menutupi area disekitar Naruto.

Naruto dapat melihat jika Danzo telah tewas dengan kepala yang hampir terpisah dari tubuhnya dibawahnya itu. Namun pandangannya seketika menajam ketika melihat mayat Danzo itu menghilang.

"Lumayan juga untuk kecepatan yang kau miliki.. tapi aku masih punya Sharingan.."

Sebuah suara yang terdengar di telinga Naruto yang semakin terlihat karena asap disekitarnya telah menghilang. Dan iris blue shappirenya menatap datar seorang pria yang berada di sisi lain jembatan itu yang terlihat baik-baik saja tanpa luka sedikitpun.

'Bagaimana bisa? Apakah itu Jutsu ilusi?' batin Naruto.

"Tidak, Master. Aura Chakranya tak mengacaukan Reiatsumu. Dan Hinata sepertinya juga sadar jika musuh memang tak sedang menggunakan Genjutsu."

Sebuah suara lembut dari dalam pikiran Naruto terdengar. Tak lain adalah Arthuria yang melihat dari dalam tubuh Naruto jika Hinata pun mengaktifkan Byakugannya untuk melihat pertarungan mereka. Dan terlihat dari wajah gadis itu yang juga bertanya-tanya dengan keadaan Danzo barusan.

Naruto hanya melirik dengan sudut matanya ketika Hinata memfokuskan penglihatannya pada Danzo saat ini.

"Insiden yang terjadi di klan Uchiha.. aku yakin kaulah dalang dibalik semuanya. Dan kau memanfaatkan insiden itu untuk mencuri semua mata itu kan, Danzo?" ujar Naruto datar.

Naruto baru ingat, jika dirinya pernah mendengar sebuah berita kalau terjadi peperangan saudara didalam klan itu dulu saat dirinya masih tinggal di Konoha.

Dan itu diperkuat dengan informasi yang dia dapat dari hasil dia menguping pembicaraan Uchiha Sasuke dengan Menma dulu diacademi.

"Aku tak perlu menutupinya lagi Naruto. Karena kau telah membuatku sedikit terkesan, maka aku akan menceritakan padamu sedikit.." ujar Danzo menjeda kalimatnya dan memandang datar Naruto.

"Aku memang dalang dibalik pembunuhan klan uchiha itu. Aku mengutus seseorang untuk membunuh klannya sendiri untuk menghindari kudeta yang akan dilakukan oleh klan Uchiha pada Konoha.. tapi aku tak menyangka jika dia tak bisa membunuh ayah, ibu dan adiknya sendiri.. dia telah melanggar perintah yang ku berikan." Danzo menjelaskan.

Naruto yang mendengar ucapan Danzo seketika menegang dan membeku sebentar. Dan kembali memandang tajam Danzo yang masih setia dengan wajah datarnya itu.

"Kau.. si bangsat yang telah membuat Itachi-nii menjadi ninja pelarian.. aku tak akan memaafkanmu Danzo." Gumam Naruto dingin dengan tangannya yang memegang Tanto miliknya semakin erat.

Danzo yang mendengar ucapan Naruto hanya mengangkat sebelah alisnya tertarik.

"Jadi kau yang telah membuat dia menjadi selunak itu, Naruto. Kau memang bodoh.. aku telah berusaha menjaga agar Konoha tak menjadi Medan tempur dengan para Uchiha itu, tapi kau malah menggagalkan rencanaku.." ujar Danzo datar.

"Apanya yang menjaga? Kau hanya membuatnya membunuh orang yang tak bersalah. Jika memang ada yang mencoba memberontak, aku yakin itu tidak semuanya.. masih ada Sishui-nii yang berusaha didalam klannya.. tapi kau membuat orang yang mungkin tak tau apa-apa menjadi korban.. kau tak lebih daripada sampah yang mengatas namakan kebenaran dengan mulut busukmu itu." Ucap Naruto dingin.

"Sishui? Yah, mungkin itu juga adalah sebuah kesalahan yang dilakukan Itachi. Dia tak bisa membunuh sahabatnya sendiri.. tapi sayang sekali aku berhasil melanjutkan misinya yang satu itu.." ucap Danzo dengan seringai tipis diwajahnya itu.

Naruto yang mendengar apa yang dikatakan Danzo seketika paham. Pria itu membolakan matanya dengan tubuh yang kembali membeku mendengar pengakuan dari Danzo.

"Kau.. tak akan ku maafkan.." Ujar Naruto dingin sedingin es dengan mata yang tajam setajam elang memandang Danzo.

"Kau masih naif Naruto.. seharusnya kau bersyukur karena aku telah membunuh satu lagi bibit pemberontak Uchiha.. dan kau tak usah merasa kehilangan karena kau bukanlah siapa-siapa dari klan Uchiha, Naruto."

Sring!

"Kaulah yang tak mengerti arti sebuah ikatan, Danzo.. seseorang yang menganggapku ada dan mengajarkan hal yang penting untuk bertahan hidup, dan kau membunuhnya.. aku akan membuatmu tau apa itu rasa sakit yang dirasakan Sishui.."

Naruto berkata dengan iris matanya yang sebelumnya tertutup dan terbuka kembali. Menampakan iris Getsugan berwarna biru pola riak air dan 6 tomoe hitam disana.

Danzo yang melihat sepasang mata yang bersinar biru terang itu seketika memicing tajam. Menatap sepasang mata yang belum pernah dia lihat sebelumnya selama hidupnya itu.

'Mata apa itu.. itu bukan Sharingan ataupun Byakugan. Aku harus berhati-hati..' batin Danzo yang kembali membuat segel tangan seperti sebelumnya.

Keduanya tampak diam dan saling memandang.

Swus! Swus!

Keduanya sama-sama melesat mengikis jarak diantara mereka berdua. Hingga tepat mereka saling berhadapan, Naruto membaca gerakan Danzo yang akan mengecohnya seakan ingin memukul wajahnya namun menusukkan kunai ditangan kirinya.

Hap! Wus!

Buag! Duag!

'Apa?! Dia bisa membaca gerakanku..'

Namun Danzo harus menerima kenyataan bahwa Naruto sudah memegang pergelangan tangan kirinya dengan tangan kanannya lalu melempar Danzo kearah belakang Naruto. Dalam keadaan melayang itu Naruto kembali melesat dan memberikan pukulan telak dipunggung Danzo lalu melakukan tendangan berputar horizontal kearah pinggang Danzo.

Wuss! Brakk!

Seketika itu Danzo terlempar kepinggir jembatan dan terjatuh ke jembatan dibawahnya di blok 9 dan menabrak dinding hingga tubuhnya tertancap di pilar besar itu.

Sring!

Srass! Blarr!

"Argg!"

Hingga detik berikutnya Naruto mengumpulkan Reiatsu di Tanto miliknya hingga ukurannya menjadi tiga kali lipat berlapis Reiatsu putih. Dan menebaskannya tepat kearah Danzo hingga sebuah gelombang bulan sabit putih meluncur cepat dan menghancurkan Danzo dan pilar dibelakangnya itu.

Sring!

Baru saja Naruto menyelesaikan tehniknya, dirinya harus mendengar sebuah suara bising yang berasal dari bawah tepat dijembatan dibawahnya, terdapat Danzo yang masih hidup dan menggunakan Shuriken dikedua tangannya, dengan berlapis chakra angin membuat Shuriken kecil itu menjadi lebih besar.

Sring! Sring!

Wuss!

Tap!

Danzo melempar Shuriken itu keatas namun Naruto melompat kebelakang menghindari Shuriken itu dan mendarat di permukaan jembatan itu dengan sempurna.

Sring!

Brakk!

Baru saja mendarat, Naruto kembali dikagetkan dengan Shuriken yang tersisa dilempar Danzo kesisi jembatan sebelahnya hingga jembatan tepat ditengah itu terbelah dan runtuh kebawah menimpa blok dibawahnya.

Wus! Tap!

Naruto yang berhasil menghindar mendarat tepat dihadapan Danzo yang menatap datar Naruto. Keduanya saling menatap dengan insting membunuh masing-masing.

.

.

"Suzakku-san, apa kau melihat mata yang tertutup dilengannya itu? Sedangkan yang lain masih terbuka. Apakah itu yang membuat Danzo tak bisa mati terkena serangan fatal sekalipun?" ujar Hinata yang mengaktifkan Byakugannya.

Suzakku yang juga melihat pertarungan itu pun menganalisa Jutsu yang digunakan Danzo. Karena sejak tadi seharusnya dia sudah mati sebanyak 2 kali.

"Dia seharusnya sudah tewas sebanyak 2 kali. Karena dia tak menggunakan Jutsu apapun ketika menerima serangan Master. Tapi dia masih hidup dan berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Jika ini Genjutsu, aku tak merasakan gangguan chakra pada kita dan juga Master.. ini adalah kenyataan.." ujar Suzakku yang masih melayang diudara itu.

"Tapi aku melihat chakra yang digunakan Danzo menurun ketika mata itu tertutup. Dan masih tersisa 8 mata yang masih terbuka.. dengan kata lain.."

"Mata itu akan tertutup setiap Danzo kehilangan nyawanya.. dan tersisa 8 mata lagi yang masih terbuka. Sebanyak itulah dia harus mati." Suzakku melanjutkan kalimat dari Hinata.

Hinata yang paham dengan situasi itu pun memberikan instruksi untuk Suzakku terbang mendekati Naruto agar dia dapat berbicara dengan pria pirang itu.

Hingga Suzakku berada di sekitar Naruto dengan jarak yang tak terjangkau musuh tentunya.

"Naruto-kun! Mata itu yang membuat Danzo tak bisa mati. Kau harus membunuhnya sebanyak mata yang ada di tangannya itu Naruto-kun.." ujar Hinata.

Naruto yang tau kedatangan Hinata hanya melirik dengan ekor matanya kearah gadis itu yang ada disampingnya beberapa meter dengan Suzakku yang terbang disana. Kemudian kembali melihat kearah Danzo yang memicing tajam menatap Hinata disana.

'Jadi dia sudah menyadarinya, ya.. aku harus mengakhiri ini sebelum semua Sharingan ini tertutup' Batin Danzo yang melihat tangan kanannya yang tersisa 8 mata yang masih terbuka.

"Arigatou, Hinata-chan.. Suzakku, bawa Hinata-chan keluar dari sini.. aku akan menghabisinya." ujar Naruto datar.

Dengan begitu Suzakku mengangguk mengerti dan kembali menjauh dari pertempuran untuk terbang menuju ke pintu keluar di blok paling atas.

"Naruto, kau tau betapa mengerikannya para makhluk raksasa itu. Para Naga yang merupakan ras terkuat, adalah teror yang nyata bagi kita semua. Selain para makhluk itu sendiri, kita menghadapi musuh yang nyata dari kaum kita sendiri.. banyak warga, wanita, anak-anak yang tak berdosa mati akibat serangan para naga ataupun perang internal diantara kita.." ujar Danzo yang menjeda kalimatnya menatap ekspresi datar Naruto.

"Apa kau tau beban yang ditanggung oleh kami para petinggi desa untuk menjaga keselamatan penduduk desa, dan keutuhan desa sangatlah berat.. dan kau telah banyak membunuh pasukan elit pelindung desa ini Naruto! Kau menyia-nyiakan pengorbanan kami!"

Wuss!

Dengan ucapan terakhirnya Danzo melesat dari tempatnya mengikis jarak antara dia dan Naruto seraya membuat segel tangan lalu menghisap udara sedalam mungkin.

(Futon: Shinkuha)

Danzo melompat kearah Naruto seraya meniupkan Jutsu angin dari mulutnya. Hingga muncul hembusan angin tajam yang mengoyak siapapun dijalur serangannya.

Cras! Cras!

Naruto melompat ke segala arah berusaha menghindari serangan angin tajam itu. Namun beberapa bagian lengan dan kakinya masih terkena sayatan angin tersebut.

Wuss!

Tap!

Bagaikan sebuah slow motion, Naruto yang melompat ke jembatan yang ada di blok dibawahnya dengan sempurna. Namun sosok Danzo telah membaca gerakannya dan telah berada dibelakang Naruto dengan Kunai berlapis chakra angin yang siap menembus punggung hingga perut Naruto.

Trank!

Seketika iris Danzo membola sempurna ketika serangannya terbentur kerangka astral yang berbentuk tulang rusuk berwarna putih kebiruan berlapis api putih dibelakang Naruto yang hanya diam ditempatnya dengan kedua tangan menyilang sejajar dengan pinggangnya dengan kuda-kudanya yang merendah itu.

"A-apa?! Susano'o? Tidak mungkin.." gumam Danzo yang terkejut seketika.

{Shikai: Getsuryu kishi}

Blarr!

"Arrgg!"

Sebuah suara yang terakhir kali didengar oleh Danzo dari Naruto yang tiba-tiba tubuhnya terselimuti aura Reiatsu dan menjadi terbakar api putih yang menari liar, dan berbalik seraya menghantam wajah syok Danzo dengan tangan berlapis api putih hingga terjungkal ketanah dan hancur seketika.

Sring!

Danzo yang kembali muncul di sisi lain jembatan di blok 8 itu menatap tajam tulang rusuk astral yang semakin membentuk sepasang tangan astral dan sebuah perisai bulan sabit dibelakang Naruto.

Perlahan Naruto mengangkat kepalanya menatap dingin Danzo yang membola sempurna Irisnya ketika melihat mata Naruto yang berwarna biru pekat dengan pola riak air dan 6 tomoe yang Dimata sebelah kirinya terbakar api putih disana.

"A-Apa itu?!.. itu bukan Sharingan. Dan dia juga bisa menggunakan Susano'o seperti Sishui.. itukah kekuatan yang selama ini disembunyikan bocah itu.." gumam Danzo yang tanpa sadar dirinya mundur satu langkah dengan keringat dingin menetes dari dahinya.

"Aku tau apa yang ada dipikiranmu, Danzo.. aku akan menunjukkan caranya bertarung menggunakan mata yang sesungguhnya."

Wuss!

Ucap datar Naruto yang kemudian melesat kearah Danzo dengan mempertahankan sosok kerangka astral disekitar tubuhnya itu.

"Kau banyak bicara Naruto!"

Syut! Syut! Syut!

Trank! Trank! Trank!

Wuss!

Ujar Danzo dengan melempar beberapa shuriken kearah Naruto yang mengikis jarak diantara mereka itu. Namun dengan mudah Naruto menggunakan tangan astralnya untuk menangkis semua Shuriken itu dan melompat kearah Danzo.

Wuss! Blarr!

Dengan mudah Danzo menghindari hantaman kerangka tangan astral itu yang mengenai permukaan jembatan tempatnya berpijak hingga jebol.

"Kau mau kabur kemana, Danzo.." ujar Naruto datar.

Zring!

Greb!

Dengan posisi yang masih melayang mundur kebelakang, Danzo kembali syok ketika kerangka tangan astral sebelah kiri Naruto itu mengeluarkan aura api putih yang memadat membentuk dragon Claws yang yang melapisinya dan memanjang dan mencengkram tubuhnya erat.

Wuss!

Blarr!

"Arrgg!"

Seketika itu juga Naruto menariknya dan menghempaskannya ke permukaan jembatan dibelakang Naruto dengan tangan panjangnya hingga tubuh itu seperti ditindas hingga hancur dengan telapak tangan sebesar itu dan menciptakan kepulan debu disana.

Sring!

Naruto seketika merasakan Chakra yang terkumpul didepannya itu. Dan benar saja, sosok Danzo berlari keluar dari kepulan debu itu seraya membentuk segel tangan dengan darah dari ujung jarinya yang digigitnya dan menghentakkannya permukaan jembatan itu.

(Kuchiyose no Jutsu: Baku)

Bofft!

Seketika muncullah ledakan asap besar dipijakan Danzo dan memunculkan seekor Tapir raksasa dengan belalainya yang membuka mulutnya tepat dihadapan Naruto.

Naruto yang melihat itu hanya memandang datar dan melihat apa yang akan dilakukan Danzo dengan tapir raksasa penekan mimpi buruk itu.

Zwuss!

Dengan mulut yang terbuka lebar, tapir itu menyedot apapun yang ada didepannya dengan sangat kuat dan semua puing-puing bangunan disekitarnya masuk kedalam mulut tapir raksasa itu.

Disisi lain Danzo telah berlari melewati sisi lain disamping jembatan untuk menuju ke arah blakang Naruto yang sedang menahan dirinya dengan mencengkram permukaan untuk bertahan agar tidak tersedot kedalam mulut raksasa itu.

'Begitu ya, dia menggunakan makhluk itu untuk membantunya melakukan serangan dari sisi lain dan memperkuat Jutsunya.'

Batin Naruto ketika dengan ekor matanya dia melihat Danzo telah berada dibelakangnya dengan merapal segel tangan dan menarik nafas panjang.

(Futon: Shinkugyoku)

Zwuss!

Brass!

Danzo melepaskan gelombang angin yang tajam secara vertikal untuk membelah tubuh Naruto yang terlapis makhluk astral itu. Namun ternyata kerangka itu lebih keras dari perkiraan Danzo yang langsung menggunakan kunai berlapis chakra angin miliknya untuk menusuk Naruto dari belakang.

Naruto pun melompat menghindari serangan Danzo dan membiarkan dirinya terbang kearah Baku yang siap menelannya.

{Hangetsuken}

Crass!

Grooo!

Boft!

Naruto yang hampir masuk kemulutnya itu menciptakan pedang dengan magic circle di sebelah kirinya dan memunculkan sebuah pedang besar berwarna putih ke biruan dengan panjang 3 meter yang berlapis api putih dan langsung menebas secara vertikal dari bawah keatas. Hingga muncullah sebuah gelombang bulan sabit berwarna putih selebar 50 meter yang langsung membelah hewan itu dan menghilang menjadi kepulan asap lagi.

Blarr!

Namun tak langsung menghilang, melainkan serangan itu masih melesat terus sejauh 300 meter dan menabrak bangunan didekat dinding dan menghancurkannya hingga membuat getaran disekitar tempat itu.

Tap!

Naruto mendarat dengan sempurna dan berbalik menatap Danzo yang mengeraskan rahangnya dengan peluh menetes di dahinya.

"Adaapa Danzo? Semua usahamu gagal?.. kau sudah bertemu dengan Saber kesayanganku, eh.." ujar Naruto yang masih mempertahankan mode Shikai'nya itu dengan seringai diwajahnya.

"Cih.. Aku tak menyangka jika orang sepertimu memiliki kekuatan seperti itu. Kau memang sesuai dengan informasi yang ku dapatkan.."

Swuss!

Crass!

"Arrgg!"

Blar!

Naruto tak membiarkan Danzo menyelesaikan pembicaraannya dan langsung melempar pedangnya yang dengan cepat langsung membelah Danzo menjadi dua dan membuat pedang raksasa itu tertancap di dinding disudut lain jembatan itu.

Naruto kembali melihat Danzo yang berdiri diatas pilar yang telah terbelah atasnya menatap dirinya datar.

Brak!

Wuss!

Tak mau menyiakan kesempatan, Naruto melompat ke pilar didekatnya dan menggunakan lengan Reiatsu'nya untuk melakukan lompatan lebih jauh langsung mengarah ke Danzo.

Wuss! Brakk!

Danzo yang tau dengan serangan Naruto masih bisa menghindari pukulan tangan astral besar itu yang menghancurkan pilar pijakannya seketika.

'Kena kau..' batin Naruto menyeringai yang mengangkat lengan astralnya itu seolah menunggu sesuatu untuk ditangkapnya dari depan.

Sring!

Crass!

'Arrgg! A-apa?! Bagaimana mungkin?!'

Danzo seketika membolakan matanya saat tau arti dari seringai Naruto. Dan benar saja, pedang raksasa yang tadi mengenainya dan tertancap di dinding jauh dibelakangnya, langsung melesat kearah Naruto dengan dirinya yang berada di lintasannya. Dan seketika itu tubuhnya langsung terbelah kembali dan pedang itu yang ditangkap sempurna gagangnya oleh tangan astral itu.

Tap!

Naruto yang baru mendarat dipermukaan merasakan hawa keberadaan seseorang dibelakangnya. Dan benar saja, Danzo yang muncul dibelakangnya bersiap dengan menghirup nafasnya panjang setelah menyelesaikan segel tangannya itu.

(Futon: Shinku Renpa)

Brak! Brak! Brak!

Puluhan pedang angin ditembakkan dari mulut Danzo yang mengarah pada Naruto. Hingga puluhan pedang angin itu mengenai Naruto yang masih berlapis makhluk astral itu dan menghancurkan daerah disekitarnya.

Greb!

'Kuso! Seranganku gagal?!'

Batin Danzo ketika kerangka tangan keluar dari kepulan debu dan mencengkram tubuhnya erat.

Hingga menampakkan sosok Naruto yang tak terpengaruh oleh serangan Danzo barusan dan hanya menatap dingin Danzo yang mengerang kesakitan itu.

"Sebelum kau mati, katakan padaku apa tujuanmu sebenarnya hingga menculik teman-temanku, Danzo.." ujar Naruto datar.

"Hm. Kau begitu yakin dengan ucapanmu itu, Naruto.. tapi tak apa, akan ku beritahu kau yang sesungguhnya.. Aku hanya ingin melindungi Konoha dengan merekrut para Shinobi ataupun Sorcerer yang kuat agar menjadi anggotaku. Dan jika itu semua sudah terwujud, aku bisa memiliki kekuatan untuk menduduki tahta kerajaan Vermilion.. tapi kau telah menghancurkan rencanaku." Ujar Danzo datar yang tak takut akan kematiannya yang berada ditangan Naruto itu.

Serta ingatannya yang muncul ketika misi yang diberikan pada anggotanya untuk menculik Miyuki hingga beberapa kali itu gagal karena pertolongan teman-teman gadis itu.

"Itulah kenapa kau menculik Elen.. apa kau bodoh hanya dengan kekuatan seperti ini, kau kira mampu melawan raja dan para Knightnya? Heh.. kau bermimpi, Danzo." Balas Naruto datar.

"Yah.. mungkin kau benar Naruto. Tapi tujuanku adalah merubah sistem kerajaan dan membuat semua berada dibawah naunganku dan Konoha. Termasuk adikmu.. klan Siba yang telah dibantai oleh beberapa kerajaan 17 tahun yang lalu. aku pun tak menyangka jika masih ada yang selamat dari insiden itu." Ujar Danzo.

Naruto yang mendengar tentang adiknya pun memicing tajam menatap Danzo yang terbatuk darah karena Naruto mengeratkan genggaman tangannya.

"Shiba? Jelaskan apa yang kau tau tentang klan Shiba.." tegas Naruto.

"Aku.. adalah salah satu pemimpin organisasi dari beberapa kerajaan yang ikut andil dalam insiden itu. mereka dihabisi karena kekuatan mereka yang abadi-"

Brass!

Baru saja Danzo menyelesaikan kalimatnya, dirinya harus kembali remuk ditangan astral Naruto yang hanya memandang datar tubuh yang kemudian menghilang itu.

"Naruto.. asal kau tau, aku melakukan semua itu untuk mempertahankan tanah Konoha dan umat manusia, dengan mencegah terjadinya peperangan. Karena kami menerima informasi itu dari sebuah organisasi yang menyebut diri mereka sebagai Old Satan Faction.."

Sebuah suara yang terdengar di hadapan Naruto di sudut lain jembatan itu yang tak lain adalah Danzo yang membuka pakaian atasnya dan menampakkan lengan kanannya yang berwarna putih dengan wajah dipundaknya.

"Jangan bercanda kau Danzo.. apa untungnya mereka melakukan itu semua.." ujar Naruto yang tak percaya dengan apa yang dikatakan Danzo, seraya menatap lengan kanan Danzo yang memiliki wajah itu.

"Fraksi Sorcerer itu takut dengan kekuatan klan Shiba yang abadi dan selalu menang dalam peperangan. maka mereka memberikan informasi jika klan itu ingin memberontak pada kerajaan. kami sebagai Shinobi waktu pun setuju untuk ikut melakukan pembantaian itu atas nama kedamaian.. Naruto.. mungkin kau memandangku sebagai orang yang jahat dan gila akan kekuatan.. tapi, inilah jalanku yang berada di dalam kegelapan untuk melindungi tanah kelahiranku dan melindungi umat manusia." Ucap Danzo.

Sementara dalam pikiran Danzo dirinya memang menyesal telah melakukan hal itu. namun waktu tak bisa diulang, dan dirinya lah yang sekarang menginginkan kekuatan untuk tujuannya sendiri.

Naruto tak menghiraukan ucapan Danzo dan berjalan ke arah pria tua itu dengan ekspresi datarnya.

"Satu lagi yang harus kau ingat Naruto. Jika ada cahaya, pasti ada kegelapan.. dan aku akan menggunakan kekuatanku untuk meraih tujuanku." Ucap Danzo yang merangkai segel ditangannya.

"Aku tak peduli dengan omong kosong mu itu Danzo. Kau telah salah melangkah dan menculik teman-temanku.. kau melakukan pembunuhan itu, dan sekarang kau yang ingin memberontak?.. secara tidak langsung kau adalah pembunuh berdarah dingin yang mengatas namakan Konoha dan kedamaian.. kau tetap adalah musuh bagiku.."

Blar!

Naruto yang selesai mengucapkan kalimatnya berhenti dan mengeluarkan aura api putih di sekitar tubuhnya yang menari-nari hingga menciptakan retakan dibawah kakinya.

"Naruto.. itulah mengapa aku mengatakan kau itu begitu naif! Kau yang hanya memikirkan dirimu sendiri tak akan tau apa yang ku perjuangkan selama ini!" Ujar Danzo yang kemudian berlari kearah Naruto dengan Kunai ditangan kanannya.

Sementara Naruto hanya memandang datar Danzo yang merengsek ke arahnya dan mengumpulkan energi di pedang miliknya.

Sring!

Zwuss!

Bagaikan slow motion, Danzo dapat melihat Naruto menebaskan pedangnya vertikal hingga menciptakan gelombang bulan sabit setinggi seratus meter yang melesat cepat kearahnya yang saat ini membolakan Irisnya sempurna.

Crass!

"Argh!"

Blarr!

Seketika itu Danzo lenyap dan apapun yang ada dijalur serangan Naruto hancur dan jembatan di blok 8 keatas pun runtuh. Hingga berhenti ketika menabrak dinding disisi tempat itu yang kemudian hancur dan menciptakan getaran hebat di dalam sana.

Naruto yang menyadari jika Danzo masih hidup dan tepat muncul diatasnya dengan sepasang Fuma Shuriken yang berlapis chakra angin dia lempar tepat kearah Naruto yang menatap itu datar.

"Haa!"

Sring!

Trank! Trank!

Naruto dengan cepat melompat keatas dengan kedua tangannya yang terselimuti api putih yang memadat membentuk Dragon Claws dan menggunakan pedang raksasa di tangan astralnya untuk menangkis kedua Fuma Shuriken itu hingga terpental kekanan dan kirinya dan memotong pilar jembatan dibawahnya. begitupun satu Fuma Shuriken yang lainnya juga menembus permukaan jembatan yang sudah hampir hancur itu.

Hingga Danzo dapat melihat Naruto tepat berada dibawahnya dengan kerangka astral itu yang menghilang, menyatu dan semakin memadat dengan tangan kanan berlapis Reiatsu padat yang membentuk dragon claws. dengan elemen Api putih yang siap menghujam pria dengan tanda x di dagunya itu.

'Orang ini, sangat kuat..' batin Danzo dengan iris membola menatap wajah dingin dengan iris Getsugan di kedua mata Naruto itu.

{Genshiryoku no Tekken}

Blar!

"Argg!"

Wuss!

Pukulan Naruto masih ditahan dengan kedua tangan Danzo. namun tak lama tangan itu hancur dan tubuhnya terkena telak hingga terjadi ledakan api putih dipukulan itu yang membakar tubuh Danzo dan mementalkan tubuhnya ke atas seperti meteor putih yang meluncur cepat ke atas.

Blarr!

Wuss!

Hingga tubuh itu hancur membentur permukaan atas dinding yang terus menembus sampai keatas permukaan tanah dihutan malam itu yang nampak terang sesaat akibat cahaya api yang keluar dari bawah tanah yang berlubang selebar 10 meter.

Sring!

Tak hanya sampai disitu, Naruto yang tau jika Danzo masih hidup dengan 1 mata yang tersisa dirinya yang masih melayang diudara itu menciptakan bola api putih ditangan kanannya yang pergelangannya digenggam dengan tangan kirinya dan mengarahkannya kebawah tepat sosok Danzo yang nampak mengatur nafasnya dipermukaan jembatan di blok 7.

Kerangka astral disekitar tubuhnya sudah menghilang dan menyatu di tangan kanannya membentuk Dragon Claws, yang terbakar api putih miliknya dan terus memadatkan Reiatsu ditelapak tangannya itu.

Hingga membentuk pusaran bola spiral yang semakin memadat dan intinya berubah menjadi biru kehitaman yang membentuk kerucut.

Api yang menyelimuti kedua tangannya seketika membesar dan menyelimuti seluruh tubuh Naruto yang kedua mata Getsugan yang bersinar biru terang dengan api putih terlihat tajam bagaikan elang yang siap memangsa.

"Aku akan mengakhiri ini, Danzo!"

Zwuss!

Dengan ucapan terakhirnya, Naruto melepaskan energy dengan konsentrasi tinggi diseluruh tubuhnya itu hingga membentuk api yang berputar cepat ditelapak tangannya dengan inti kerucut sebesar kepala manusia yang mengarah ke sasarannya jauh dibawahnya itu.

{Genshiryoku no Senkaku}

Dzinggg!

Seketika iris Danzo membola sempurna dengan tubuh yang terduduk menatap serangan Naruto yang seperti peluru cahaya raksasa dengan berlapis putaran api seperti Shuriken yang membuat seluruh tempat itu menjadi sangat terang dan membuat Danzo menutup matanya.

.

'Terang.. inikah cahaya?'

Dalam pikirannya, Danzo seperti melihat sebuah cahaya terang yang tiba-tiba menyinari tempatnya yang sebelumnya gelap itu.

Ingatannya sejak kecil berputar dikepalanya ketika dirinya ikut serta dalam perang dengan Hiruzen melawan para monster, naga dan perang antar Shinobi dulu.

Dirinya tak pernah berhasil mengalahkan Hiruzen dalam duelnya. Tapi dirinya selalu menganggap Hiruzen adalah rival terkuatnya yang harus dilampauinya.

Bahkan sebelum kematian pemimpin desa Hokage kedua dulu, Hiruzen lah yang dipercaya untuk memimpin Desa. Dan dirinya memilih menjadi pemimpin para Anbu Root yang melindungi desa dari balik bayangan.

Hiruzen bagaikan cahaya dan dirinya bagaikan kegelapan, yang berada dibawah tanah dan Hiruzen diatas tanah.

Hingga dirinya mengingat 17 tahun lalu pembantaian klan Shiba dengan dirinya yang sudah menjadi pemimpin Root. Dan menggunakan kepercayaan beberapa kerajaan untuk meyakinkan mereka agar menghabisi klan Sorcerer yang terkenal abadi itu.

Bukan tanpa sebab. Tapi karena dirinya tau, jika orang yang memiliki kekuatan besar, pasti menginginkan hal yang besar pula. Maka dari itu dirinya melakukan hal itu untuk mengurangi peperangan antara umat manusia.

Walaupun orang lain menganggap ini salah, tapi bagi dirinya itu adalah satu-satunya cara yang harus dilakukannya sebagai pemimpin Root yang menjaga keamanan Konoha dan dunia Shinobi.

'Aku tau mungkin apa yang ku lakukan itu salah.. tapi, itu lebih baik daripada Shinobi harus kalah dengan para Sorcerer itu.. aku menyesal.. mungkin inilah penebusan dosa yang pernah ku lakukan dulu. walaupun akhirnya akupun akan tewas seperti ini sebelum tujuanku tercapai.. tapi tak masalah.. Naruto, ya..'

Batin Danzo yang dalam pikirannya itu terlihat dirinya yang berhadapan dengan Naruto dengan background cahaya disekitar Naruto dan bayangan gelap disekitar Danzo.

Yang kemudian sosok Naruto itu berubah menjadi Hiruzen waktu remaja yang menatap dirinya sebagai seorang teman.

'Hiruzen? Ah, ya.. pada akhirnya aku tak bisa mengalahkanmu juga.. dan sepertinya ini adalah waktunya bagiku.. sesuai dengan apa yang pernah dikatakan Nidaime-sama pada kita dulu.. '

Hingga semua ingatannya muncul kembali mulai dia kecil. berlatih bersama Hiruzen dan menjalankan misi bersama. semua berputar ulang seperti kaset didalam pikirannya.

Danzo tersenyum.

.

.

Blaaarrrr!

Di atas hutan dimalam yang gelap dengan cahaya bulan. Sebuah ledakan besar terjadi didalam markas rahasia besar Anbu Root.

Hingga menggetarkan tanah dan menciptakan sebuah ledakan dengan cahaya yang menjulang tinggi ke atas menembus permukaan tanah hingga setinggi 100 meter lebih membentuk kerucut dengan api putih yang berputar liar disekelilingnya menghancurkan segalanya dengan gelombang kejut yang menghancurkan daratan dan menumbangkan pohon-pohon dengan radius 100 meter lebih.

"Kyaa!"

Hinata yang terbang menunggangi Suzakku dengan Jarak yang cukup jauh masih terkena hembusan angin akibat ledakan nuklir itu hingga terombang ambing diudara dengan Suzakku yang berusaha menyeimbangkan dirinya.

Hingga beberapa menit kemudian, cahaya yang menyinari malam itu menghilang dan kembali sunyi dengan hembusan angin lembut tanpa suara di malam gelap yang disinari rembulan dan ribuan bintang dimalam itu.

Hinata yang membuka matanya kembali seketika syok dengan iris membola dan tubuh yang terpaku. Tangannya menutup mulutnya sebagai ekspresi terkejutnya melihat pemandangan mengerikan pasca ledakan cahaya barusan.

"Suzakku-san.. itu tadi, apa?.."

Gumam Hinata yang tanpa sadar perkataan itu yang keluar dari mulutnya. Membuat Suzakku melirik sekilas ekspresi Hinata yang syok itu.

"Itu adalah salah satu tehnik pembukaan pertama, Atomic: cahaya nuklir milik Master. Itulah mengapa aku menyarankan kita menjauh karena daya hancur berskala luas itu yang membuat siapapun akan hancur tak tersisa.." ujar Suzakku.

Dengan singkat ingatannya muncul ketika berlatih dengan Naruto di Uzu Dimention. Entah kenapa dirinya sendiri sedikit ngeri dengan setiap tehnik yang dimiliki Masternya itu.

"Dan itu masih salah satu dari sihir Dragon Slayer ciptaan Master.. masih ada yang lebih mengerikan daripada itu, Hinata-chan."

Suzakku melanjutkan perkataannya dan terbang perlahan menuju ke bekas pertarungan yang sudah menjadi sebuah lubang raksasa dengan runtuhan bangunan didalamnya, yang ada ditengah hutan itu.

"Naruto-kun.."

Hinata hanya mampu bergumam dengan ekspresi yang sedikit takut. Namun ingatannya tentang pria pirang itu selalu muncul dikepalanya, membuat dirinya sedikit meremas pakaian atasnya menyalurkan perasaannya itu.

'Masih ada yang lebih mengerikan? Sejauh apa dirimu sekarang Naruto-kun..' Batin Hinata yang masih melihat hasil ledakan dari pertarungan Naruto itu.

.

.

"Hah.. hah.. Chought! Ke.. napa kau tak.. mem-..bunuhku.."

Sesosok pria yang tubuhnya sudah tersisa seperempat dengan tubuh bagian atas kepala dan tangan kirinya itu telentang di antara puing-puing bangunan dan batuan di dasar lubang raksasa sedalam 2 km dengan lebar 1 km bekas markas miliknya. dengan batuk darah dan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya sedang sekarat.

"Hah.. hah.. Danzo, jelaskan padaku kenapa kau ingin menguasai kerajaan dan kekuatan yang kuat.." ujar Naruto datar yang berdiri disamping tubuh skarat itu.

"A-aku hanya.. ingin me-menjadi seorang pemimpin.. melampaui Hiru.. Zen, yang bi.. sa melindungih.. chought!.. a-ku minta ma-aaf, Naruto.." suara parau hampir tak terdengar dari mulut Danzo yang masih bisa didengar Naruto itu membuat Naruto memandang datar Danzo.

'Aku.. hanya ingin, menjadi seorang pahlawan dalam bayangan.. yang bisa melampauimu Hiruzen.. tapi, memang kemampuanku masih jauh dibawah orang ini.. dan Naruto telah membuatku sadar.. bahwa diatas langit, masih ada langit..' batin Danzo yang posisinya telentang menatap langit malam dengan rembulan dan bintang bertaburan dilangit malam itu.

Posisi keduanya yang sebelumnya tertutup bayangan awan malam, menjadi terang oleh sinar rembulan malam itu yang langsung menyorot ke arah mereka berdua.

'Setidaknya, aku sudah melakukan semua Yang ku bisa.. sisanya ku serahkan padamu, Hiruzen..' batin Danzo yang penglihatannya semakin kabur dan nafas yang semakin berat.

Danzo tersenyum sebelum akhirnya menutup kelopak matanya dengan sebuah kalimat terakhir yang masih bisa didengar oleh Naruto.

"A.. Riga-..tou.. Naru.. to.."

Kalimat itu terdengar jelas ditelinga Naruto yang membelakangi Danzo. Mengadahkan wajahnya menatap langit malam diatasnya itu.

Dari kata-kata terakhir pria tua itu merasa telah terbebaskan dari tanggung jawabnya selama ini. walaupun dirinya tak bisa mewujudkan tujuannya, setidaknya dia bisa melepaskan beban dan apa yang telah diperbuatnya selama ini oleh Naruto. dan membiarkan generasi penerus seperti Naruto yang melindungi manusia dengan caranya sendiri.

Seakan semuanya menjadi hening dengan Indra pendengarannya yang seakan tak berfungsi. Ekspresi datar tak hilang dari wajahnya.

Dengan pakaiannya yang robek dibeberapa bagian dan mode Shikai miliknya yang sudah non aktif.

Naruto seakan tak menghiraukan kedatangan Suzakku dan Hinata yang mendarat disampingnya. Dan tak menunggu lama Hinata dan Elen yang sudah sadar itu langsung menangkap tubuh Naruto yang tiba-tiba ambruk kedepan.

Membuat Elen langsung mendekap tubuh Naruto dan terduduk. Sementara Hinata memandang penuh khawatir pada pria pirang itu.

Keduanya nampak berbicara dengan Naruto, namun tak dapat didengar olehnya. Entah karena apa, tapi Naruto dapat melihat dari gerakan bibirnya yang menyebutkan namanya itu.

.

.

'Ikatan.. ya.. sepertinya menarik..' batin Naruto yang tersenyum tipis diwajah tampanya.

.

.

.

.

.

To be continued..

.

.

Ending:

Michi To You All - Aluto

.

.


A/N: Assalamualaikum wr. wb.

Kembali lagi dengan author gaje ini. Mohon maaf jika ada salah dan typo yang bertebaran dimana-mana.

Sedikit terungkap misteri yang ada didalamnya. Walaupun saya rasa masih kurang feellnya. Tapi kalianlah yang menilai.

.

Sedikit saya menjelaskan tentang latar tempat yang menjadi markas Danzo ini Mungkin banyak yang kurang jelas.

Jadi markas si pencuri Sharingan itu ada ditengah hutan perbatasan kota Soul dikerajaan Vermilion dan Konoha yang ada di sisi selatan jauh dari kota itu.

Jadi ruang bawah tanah yang dimaksud disini seperti sebuah desa bawah tanah yang luas dan dalam. Terdapat 10 tingkat atau saya menyebutnya blok. Mulai dari yang paling dasar itu blok 1 sampai yang paling atas blok 10 ke pintu keluar sumur tua itu.

Dan didalamnya itu terdapat bangunan di sisi-sisi yang dekat dengan dinding seperti rumah dan ruangan-ruangan yang masuk kedalamnya. Dan semua itu terhubung dengan 4 sisi jembatan yang menyatu di tengah-tengah yang membentuk seperti tanda (tambah/plus) jika dilihat dari atas.

Per blok terhubung dengan anak tangga di dekat dinding atau bangunan untuk naik ataupun turun. Juga terdapat pilar-pilar yang besar untuk menopang jembatan antar blok itu.

Dengan kedalaman perkiraan 2 km dan lebar sekitar 1 km. Hingga didalamnya seperti sebuah desa bawah tanah yang luas dan saling terhubung dengan jembatan raksasa itu Dan memiliki 10 blok kebawah.

.

spesial thanks for: Aixen21, uzunami28, romanalarcon, fans Naruto harem, Redzone007, Irsyad Himawan, moulanasaktialmag dan para Guest.

saya sudah membaca semua review kalian. terimakasih semangatnya akan saya usahakan yang terbaik, and keep reading.

Untuk yang setia membaca, bisa baca fict saya yang lain yang akan saya update bertahap.

Untuk kalian yang masih setia membaca, kalian bisa mendownload apk'nya Fanfiction di playstore agar lebih mudah mengakses ffn.

Dan untuk yang ingin tau image dari setiap character, dragon, sword dan info lain di World ini. Kalian bisa add FB saya dengan Nick name:

Kyoigneel

Foto sama dengan di bio ini. Semua image dari fict saya ada disana agar lebih mengena fellnya saat membaca.

Karena FB lama saya di hack Dangan nama yang sama. Jadi ya mau gak mau buat baru lagi.

.

Sekali lagi saya minta maaf jika ada yang tersinggung dan cerita yang terkesan gaje.

Semua ini hanyalah imajinasi dan fictif belaka yang tertuang di sebuah tulisan.

Terimakasih, jika ada kritik dan saran silahkan coret-coret dikolom Review.

Semua saya terima dengan iklas dan semoga menjadi berkah. Aamiin..

Sampai jumpa lagi dengan chapter selanjutnya!

.

Kyoigneel out!