WORLD
.
Disclaimer:
Naruto [Masashi Kishimoto]
High School DxD [Ichiei Ishibumi]
Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.
Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.
Rate : M
Pair: Naruto
Genre : Action, Adventure, Fantasy.
Warning!: Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Lime/Lemon, Etc, Don't like don't read!.
Summary: Dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang ' malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.
.
Chapter 29: Planned Meeting.
.
Opening Song:
Ikimono Gakari – Blue Bird
.
.
.
.
.
Di atas langit malam tepat ditengah hutan perbatasan Konoha dengan Kota Soul, dua ekor mount nampak terbang diatas hutan itu.
Dua orang gadis cantik yang duduk diatas Mount itu sampai di tempat tujuan mereka dan menatap sekelilingnya.
Hingga gadis cantik berambut hitam panjang yang menunggangi naga itu berhenti diudara seketika. Dan membuat gadis dibelakangnya yang menunggangi Feonix juga ikut berhenti dan memandang gadis berambut hitam disampingnya bingung.
"Ophis-chan, kenapa berhenti? Apakah kita sudah sampai?.." tanya gadis berambut silver itu.
Sedangkan gadis yang ditanya hanya diam dan memandang datar ke depannya tepat di hutan yang gelap karena tertutup bayangan awan malam itu.
Hingga gadis yang tadi bertanya itu ikut memandang kedepan ke arah hutan yang dipandang oleh Ophis.
Untuk sejenak gadis berambut silver itu memicingkan matanya tajam berusaha memfokuskan pandangannya pada apa yang dia lihat karena gelap.
Hingga angin yang berhembus dimalam itu menggoyangkan surai dan pakaian mereka berdua, dan awan yang ada di langit malam itu nampak bergerak perlahan dan kembali membiarkan rembulan menyinari bumi dimalam itu.
Gadis cantik berambut silver itu pun membolakan matanya ketika melihat pemandangan mengerikan yang tersaji dihadapannya tepat di hutan yang dilihatnya.
Bukan hutan, melainkan sebuah lubang raksasa yang begitu dalam dengan area disekitarnya yang sudah gundul dan datarannya yang sudah tak rata.
"O-ophis-chan.. itu apa.."
Gumam Rossweisse yang masih syok menatap lubang raksasa itu. Dan nama yang dipanggilnya hanya melirik sesaat pada gadis cantik itu dan kembali memandang lubang ditengah hutan itu.
"Baunya berhenti di lubang itu. Aku rasa itu lokasinya. Kita pastikan saja kesana.." ucap Ophis datar yang dibalas anggukan oleh Rossweisse.
Keduanya terbang turun kebawah mendekat ke sekitar lubang itu 50 meter dan turun dari Mount mereka.
Keduanya berjalan sejajar seraya menatap sekelilingnya yang sudah tak berbentuk. Dan mereka berhenti tepat di bibir lubang raksasa itu seraya menatap ke bawah sana jauh.
Tak ada apapun disana. Hanya saja bekas yang ada disana masih baru dan belum lama. Karena Ophis dapat mencium samar tubuh Naruto dan sisa darah dari yang Ophis perkirakan lebih dari 50 orang.
"Ophis-chan kita tak melihat apapun disini.. apa benar Naruto-kun ada disini? Tapi aku melihat ada beberapa robekan pakaian dan Shuriken yang tertancap di sekitar sini." Ujar Rossweisse.
Karena dari penglihatannya, dia tak melihat seorang pun ditempat ini. Namun bekas pertarungan memang terlihat disekitar mereka ketika dirinya berjalan di tempat itu.
Seperti kunai dan Shuriken yang jelas adalah milik para Shinobi yang nampak bekas terbakar dan robekan kain dan darah yang tercecer. Namun tak ada satupun jasat yang terlihat disekitar sini.
"Dari penciumanku memang Naruto-kun sempat ada disini. Dan mereka pasti bertarung habis-habisan di tempat ini, yang ku pastikan adalah markas dari para penculik itu. Atau sebuah organisasi besar.. karena dari baunya ada sekitar lebih dari 50 orang yang sudah tewas dan semakin menghilang karena hembusan angin ini.." ujar Ophis datar seraya pandangannya fokus pada dasar lubang raksasa itu.
Ophis mungkin sedikit mengerti dengan keadaan ditempat ini yang merupakan markas dari sebuah organisasi tersembunyi. Namun Ophis sedikit terkejut dengan area ini yang rusak parah karena pelakunya hanya satu orang yang melakukan penyerangan ini.
Mungkin jika efek hancurnya seperti ini disebabkan oleh pertempuran dua belah pihak yang dengan jumlah ratusan orang masih wajar menurutnya. Tapi ini tak seperti yang dipikirkannya.
'Sepertinya kau sudah sedikit menyadari potensimu, Naruto-kun.. aku sudah lama menunggunya.' Batin Ophis yang tersenyum manis diwajah datarnya itu.
Rossweisse yang sejenak memandang wajah Ophis dibuat bingung dengan gadis cantik itu.
"Kita cek ke dasar sana.. aku masih mencium baunya di dasar sana." Rossweisse yang tadi ingin bertanya batal seketika saat Ophis membuka lebih dulu percakapannya.
Gadis cantik berambut silver itu ikut memandang ke arah yang dituju Ophis dan mengangguk meng iya kan apa yang diucapkan gadis cantik yang sepertinya memiliki Indra penciuman yang tajam itu.
Mereka berdua pun turun dengan Mount mereka masing-masing ke dasar lubang raksasa itu. Karena jaraknya yang sangat dalam dan bangunan disisi dekat dinding yang sudah hancur tak berbentuk membuat mereka tak bisa berpijak kemanapun.
Mereka bukanlah Shinobi yang bisa berjalan disegala Medan, tapi mungkin mereka memiliki sihir yang bisa digunakan untuk saat seperti ini. Hanya saja untuk menghemat Mana mereka, Mount satu-satunya hal yang tepat untuk ini.
Karena dalam perjalanan ke tempat ini pun mereka sempat dihadang beberapa monster hutan sebelum mereka sampai disini. Namun itu bukanlah halangan yang berarti bagi mereka.
Hingga tak butuh waktu lama bagi kedua gadis itu, keduanya sampai didasar bekas markas rahasia itu. Keduanya menatap sekitar mereka yang memiliki tempat begitu luas. Namun sudah tak berbentuk dengan banyaknya runtuhan bekas puing-puing bangunan disekitar mereka.
Ophis yang menyadari sesuatu mendekat kearah bekas hitam yang ada beberapa meter didepannya. Menatap sebuah bekas hitam seperti bekas terbakar disana yang masih ada bekas potongan pakaian.
"Kau menemukan sesuatu Ophis-chan?"
Rossweisse yang tadi sempat berpencar, mendekati Ophis dan ikut menatap bekas hitam di tanah tepat didepan kaki mereka itu.
"Bekas tubuh yang terbakar. Dan bau dari Naruto-kun telah hilang disini. Dengan kata lain dia sudah pergi dari tempat ini.." ujar Ophis datar yang kemudian melayangkan pandangannya ke langit malam itu.
"Benarkah? Kalau begitu kita tak perlu memanggil yang lainnya kesini.. kita cari saja keberadaan Naruto-kun dan yang lainnya." Ucap Rossweisse.
Gadis cantik berambut silver itu menatap Ophis yang sedang menajamkan Indra penciumannya. Dan berbalik mengarah ke awal mereka datang ke tempat ini.
"Dari baunya, Naruto-kun ada di arah Utara. Ke arah kota. Sepertinya dia sudah kembali.." ujar Ophis datar.
"Begitu ya.. tapi bagaimana bisa dia kembali tanpa berpapasan dengan kita? Jika mereka menggunakan Mount, kemungkinan pasti berpapasan dengan kita.." ucap Rossweisse.
Apa yang dikatakan Rossweisse memang benar. Karena kenyataannya mereka tak bertemu dengan siapapun manusia diperjalanan mereka barusan.
"Kemungkinan salah satu dari mereka menggunakan sihir perpindahan. Tapi jaraknya pun tak akan jauh.. pasti masih bisa terkejar jika kita berangkat sekarang."
Ucapan Ophis dibalas anggukan oleh Rossweisse yang kemudian mereka kembali terbang dengan Mount mereka untuk kembali ke titik awal pemberangkatan mereka.
Berharap menemukan sosok yang mereka cari itu didalam perjalanan mereka ini. Karena sudah berjam-jam mereka terbang hingga larut malam, dan sesampainya ditujuan semua telah berakhir.
Walaupun ada sedikit rasa senang karena lawan sudah dipastikan tewas, tapi mereka tak tau keadaan Naruto dan yang lainnya saat ini.
Apalagi Rossweisse yang mendengar jika lawan mereka lebih banyak dari yang mereka perkirakan. Tak menutup kemungkinan kawan-kawan mereka pasti juga terluka parah.
Rossweisse tak tau sejauh mana Naruto sekarang ini, tapi dari hasil pertempuran yang barusan dia lihat itu cukup menjelaskan jika Naruto bertarung dengan sekuat tenaga.
'Ku harap kalian baik-baik saja..' batin Rossweisse yang nampak khawatir dengan keadaan teman-temannya itu.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Soul city. 09.00 Am.
.
Di sebuah kamar disalah satu apartemen yang terdapat di tengah kota Soul. Seorang pria dengan Surai pirang nampak tertidur di dalam ruangan itu.
Pria itu nampak bertelanjang dada dengan selimut menutupi tubuhnya yang nampak diperban dibeberapa bagian.
Kriet!
Pintu di kamar itu nampak terbuka dan menampakkan seorang gadis cantik berambut putih yang datang membawa nampan berisi tempat air hangat dan sebuah handuk kecil.
Gadis itu menggunakan pakaian kaos biru lengan pendek dan rok panjang. Duduk di pinggiran ranjang itu seraya menggunakan handuk yang dia bawa sebagai alat untuk membasuh tubuh pria itu perlahan.
Karena sejak tadi pagi mereka sampai disini, pria ini belum sadar dan gadis ini memutuskan untuk membersihkan kotoran di tubuh pria ini.
Dengan perlahan gadis itu menyeka wajah dan tubuh bagian atas Naruto. Seraya irisnya mengeksplor tubuh Naruto yang atletis dengan beberapa luka bekas sayatan disana.
Irisnya menatap tangan kanan Naruto yang diperban hingga lengannya. Namun masih terlihat sebuah garis yang membentuk kepala Naga di bahu Naruto yang berwana biru itu.
Elen sedikit memicing tajam menatap garis berbentuk pola kepala naga itu.
"Sejak kapan Naruto-kun memiliki tato seperti ini.." gumam Elen yang baru pertama kali melihat gambar itu ditubuh Naruto.
Karena terakhir kali mereka melakukan Quest bersama dipertarungkan terakhir Naruto dengan Kokabiel, Naruto tak memiliki itu ditangannya.
Elen yang terlarut dalam pikirannya itu tak menyadari jika seorang gadis cantik berambut hitam diikat ponitail dengan iris Amethys masuk keruangan itu dan menatap Elen yang sedang melamun itu.
"Mm, a-ano.. Senpai Apa kau tidak istirahat dulu? Aku akan bergantian menjaganya." Ucap Hinata yang berdiri didekat Elen yang sedikit terkejut dengan kedatangan gadis dengan poni rata itu.
"E-eh. Iya Hinata-chan.. tak apa kok. Dan terimakasih atas pakaian yang kau pinjamkan ini.. mungkin nanti siang aku akan datang ke academi untuk melaporkan masalah ini. Aku yakin mereka pasti mencari kita." Balas Elen yang tersenyum pada Hinata.
Hinata pun tau jika Elen sebenarnya kelelahan karena menggunakan sihir perpindahan semalam untuk mengikis jarak terbang Suzakku ke tempat ini.
Dan pagi tadi mereka baru tiba di sini dengan kondisi yang lusuh dan kelelahan. Naruto pun ikut tak sadarkan diri ketika mereka sampai di apartemen Hinata yang tak lain apartemen Naruto juga.
Sebenarnya Suzakku bisa terbang sendiri tanpa kesadaran Masternya. Hanya saja dengan jarak sejauh itu, Naruto ikut mensuplai Reiatsu miliknya untuk Suzakku agar bisa terbang lebih lama.
Tak lupa Elen yang menggunakan sihir Teleport milik para Sorcerer itu ketika selesai pertarungan Naruto untuk berpindah lebih cepat dan mengikis jarak tempuh Suzakku.
Gadis cantik berponi rata yang rambut belakangnya diikat ponitail itu nampak menggunakan pakaian kaos lengan panjang lavender dengan rok panjang dan apron untuk dirinya memasak makanan untuk mereka bertiga.
"Baiklah Senpai.. aku akan menyiapkan makanan untuk kita sarapan.." ucap Hinata yang kemudian meninggalkan ruangan itu.
'Sepertinya Elen-senpai juga menaruh perasaan pada Naruto-kun..' batin Hinata yang masih berjalan menuju ke dapur untuk memasak itu. Ekspresinya pun sedikit sendu ketika tau apa yang terjadi antara Naruto dan Elen.
Karena dirinya adalah seorang wanita, maka dia tau apa yang dirasakan Elen pada Naruto. Apalagi keduanya sudah berciuman seperti itu. Tak mungkin jika keduanya tak memiliki perasaan yang sama.
Dirinya pun sejujurnya ingin berada diposisi Elen saat ini. Tapi dirinya tak boleh egois dan memikirkan perasaannya sendiri. Masih ada tugas yang harus dia selesaikan.
Lagipula tak seterusnya Elen akan ada disamping Naruto seperti itu.
'Hah.. sudahlah. Aku tak tau siapa yang akan dipilih Naruto-kun nanti.. aku akan tetap berusaha sebisaku.' Batin Hinata yang sedang memasak itu.
Sejujurnya jika Hinata boleh memilih, dia ingin menjadi seorang gadis yang dipilih Oleh Naruto. Walaupun dia tau jika banyak gadis yang menyukai pria itu, tapi Hinata tak bisa membohongi perasaannya pada Naruto.
Bukan karena ciuman yang pernah mereka lakukan, tapi sebuah perasaan nyaman ketika bersama pria itu tak pernah membuatnya bosan. Bahkan dunia terasa teralihkan ketika dirinya bersama dengan Naruto.
Naruto seperti dunia tersendiri untuknya.
Dan setelah sekian lama menunggu, akhirnya Hinata bisa melihat lagi senyum indah dari pria yang mengalihkan dunianya itu.
Sebuah senyuman mengembang dibibir ranum gadis cantik berambut indigo itu.
.
.
Setelah Hinata dan Elen menyelesaikan ritual pagi mereka dan menghabiskan sarapan paginya, Elen memutuskan untuk pulang ke apartemennya dulu untuk mengambil apa yang perlu dia bawa nanti siang ke academi.
Sementara Hinata nampak terduduk di samping ranjang Naruto seraya kedua Irisnya menatap wajah Naruto yang sedang terlelap itu.
'Wa-wajahnya tak berubah. Masih sama seperti dulu..'
Batin Hinata yang sedikit memerah wajahnya ketika menatap Naruto itu. Namun Irisnya teralihkan ke model rambut Naruto yang nampak berubah. Karena terlihat poninya yang panjang membingkai wajahnya dengan rambut belakangnya terikat panjang.
Hinata menyibakkan poni Naruto ke samping karena menutupi wajah pria itu. Entah mimpi apa dia, tapi ini adalah pria yang di tunggunya setahun belakangan ini.
Pria yang rela mengorbankan nyawanya menghadapi satu organisasi sendirian demi menyelamatkan dirinya dan Elen.
"Mm.. sepertinya aku dan elen akan mengundurkan diri dari festival nanti.." gumam Hinata yang merebahkan tubuhnya di samping Naruto itu.
Karena selain membutuhkan kondisi tubuh yang fit, Hinata tak ingin meninggalkan Naruto sendirian disini. Karena lusa para anggota academi akan berangkat bersama-sama ke Crimson Kingdom untuk melaksanakan persiapan disana.
Sedangkan dirinya ingin beristirahat dulu untuk menghilangkan rasa lelah ditubuhnya. Dan entah kenapa Irisnya terasa berat ketika tubuhnya direbahkan dikasur ini. Seakan kesadarannya ditarik paksa oleh kasur yang empuk itu.
Ditambah wajahnya yang tidur kesamping menatap wajah damai Naruto disampingnya itu, Membuat dirinya tersenyum dan terlelap ke alam mimpinya tanpa sadar.
Dirinya sudah menceritakan semua kejadian semalam ke Elen. Jadi gadis itu nanti yang akan melaporkan kejadian ini dan dirinya bertugas menjaga Naruto sampai dia sadar.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Sore hari di Academi Hagun, seorang gadis cantik berambut putih seputih awan dengan iris merah rubi yang duduk di sebuah sofa yang ada di ruang Osis di academi itu.
Dirinya seakan-akan di sidang oleh murid academi ini yang meminta keterangan terkait tentang penculikan dirinya dan Hinata kemarin.
Sejak tadi siang dirinya sudah menghadap ke ruang kepala sekolah dan berujung ke ruang Osis untuk bertemu teman-temannya yang menghawatirkan dirinya itu.
Elen sudah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada dirinya dan Hinata. Termasuk Ophis dan Rossweisse yang baru tiba siang tadi dan langsung ke ruang Osis ini. Kecuali Ophis yang menghilang entah kemana.
"Jadi begitu.. itulah sebabnya Rossweisse dan Ophis tak melakukan Sihir itu hingga kami menunggu kepastian semalaman.. hah. Syukurlah kalau kalian kembali dengan selamat.." ucap seorang gadis berambut putih dengan iris Amethys yang tak lain adalah Kaguya.
"Gabriel Nee-sama, aku minta maaf karena tak bisa pulang dan melupakan janjiku tahun lalu." Ujar Elen yang sedikit menunduk dengan sebuah rasa penyesalan karena merasa merepotkan kakaknya itu.
Hingga membuat sang kakak khawatir karena kabar tentang dirinya yang menghilang karena diculik para Anbu Root.
Gabriel yang mendengarnya hanya tersenyum menatap adiknya itu. Walaupun dia sangat khawatir dan berujung dirinya yang langsung memeluk Elen dengan erat saat kedatangan gadis itu tadi.
"Justru akulah yang harusnya minta maaf karena telat datang kesini menemuimu Elen-chan.. tapi aku sangat bersyukur dan berterimakasih pada pria yang menolongmu itu. Aku akan menceritakankannya pada Tou-sama sepulang dari sini, ok.." ujar Gabriel yang duduk disamping Elen itu.
Semua nampak senang ketika melihat Elen selamat. Dan juga terkejut dengan apa yang diceritakan gadis itu tadi.
Berbagai ekspresi terpancar di wajah 2 laki-laki dan 5 orang gadis yang ada disana. Dimana dua orang laki-laki itu nampak tak terlihat ekspresi wajah mereka karena tertutup bayangan poni mereka itu.
Yang jelas untuk Eren yang saat ini mengepalkan tangannya itu beranjak pergi dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dan semua orang yang ada disana hanya memandang kepergian Eren.
Beberapa orang tau jika pria itu sangat terobsesi dengan Naruto. Dan mendengar cerita dari Elen jika Naruto mampu mengalahkan puluhan orang Shinobi Elit Anbu Root itu sendirian, pasti membuatnya merasa seakan dirinya masih kurang untuk bisa menyamai Naruto.
Apalagi dengan kesaksian gadis itu jika tempat yang menjadi medan tempur mereka disana luluh lantak menjadi sebuah sumur raksasa di tengah hutan.
'Naruto.. memang seperti dugaanku. Kita lihat sejauh mana kau akan melangkah setelah ini..'
Batin Nagato yang hanya memandang datar ke arah Miyuki yang hanya menundukkan wajahnya dengan ekspresi sendu dan kedua tangannya yang mencengkram keras rok yang dipakainya itu.
Sebenarnya bukan Hanya Nagato, tapi Kaguya dan Sona pun tau apa yang dirasakan Miyuki. Walaupun gadis itu sempat mencampakkan kakaknya itu dulu, tapi saat ini pasti perasaannya sudah berubah.
Sebuah ikatan saudara tak akan hilang walaupun terjadi perselisihan diantara mereka. Suatu saat ada kalanya hati manusia itu melunak dan merasakan apa yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. Yang membuat hati seseorang menjadi goyah dan menjadikannya rasa bersalah yang dalam hingga berujung sebuah penyesalan.
"E-elen-san, bolehkah aku kesana menemui Naru-nii?"
Sebuah suara yang terdengar dari mulut seorang gadis berambut hitam panjang yang anggun, yang mengadahkan wajahnya menatap Elen yang ada di hadapannya itu. Membuat semua orang memandang gadis cantik itu dan tersenyum padanya.
"Mm, bukannya aku tak memperbolehkan.. tapi dia sedang istirahat dan menyampaikan padaku jangan memberitahukan dirinya pada orang lain.. namun karena aku tak tega dengan kalian, aku menyampaikannya.." ujar Elen yang menatap 3 gadis yang dia tau jika ketiganya dekat dengan Naruto itu memandang kecewa pada dirinya.
Kecuali Sona yang hanya manaikkan kacamatanya dengan jari telunjuknya dan membuat efek silau di lensanya itu.
"Naruto, ya.. aku mungkin tak begitu paham dengan orang itu. Tapi dari informasi yang ku telusuri sampai sekarang ini, orang itu memang misterius dan penuh dengan kejutan.. tak heran jika Eren begitu terobsesi untuk mengalahkannya.." ujar Sona yang menjeda kalimatnya dan menatap Miyuki yang masih terdiam itu.
"Miyuki-chan, ini adalah kesempatanmu untuk memperbaiki semuanya sebelum terlambat. Kami akan membantumu.." ujar Sona yang tersenyum tipis di wajah datarnya.
Mungkin Sona tak terlalu mengerti dengan Naruto. Tapi Sona mengerti dengan perasaan Miyuki yang dihantui rasa bersalah setahun belakangan ini.
Mendengar ucapan Elen barusan mungkin adalah sebuah perintah untuk gadis itu, tapi disisi lain ada orang yang sudah menunggu kedatangan Naruto itu untuk menyelesaikan masalah pribadi.
Jika tidak diselesaikan, maka rasa bersalah itu akan terus menghantui Miyuki.
"Mungkin apa yang dikatakan Sona ada benarnya, Elen.. bukan hanya Miyuki-chan yang memiliki urusan pribadi dengan si Baka itu.. Rossweisse pun juga ingin menyelesaikan masalahnya dengan Naruto yang melakukan penyerangan itu setahun yang lalu.. benarkan, Ross?"
Sahut gadis berambut putih beriris amethys dengan wajah datarnya yang melirik pada Rossweisse yang ada disampingnya yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka.
"A-apa?! Mm.. se-sebenarnya ada sedikit yang ingin ku bicarakan dengan, Naruto-kun.."
Rossweisse yang tiba-tiba namanya disebut pun kembali ke dunia nyata setelah dari lamunan mendadaknya itu. Dengan semburat merah yang tiba-tiba muncul di wajahnya, ditambah sikapnya yang tiba-tiba berubah 180 derajat ketika membahas Naruto itu membuat beberapa orang didalam ruangan itu mengulas senyum kecil diwajah mereka.
"Hm.. lagipula aku ada beberapa pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya.." ujar Nagato yang ikut menatap Miuki yang juga menatapnya itu.
"Aku ingin memukul kepala pirang itu yang se enak jidatnya pergi tanpa kabar dari academi ini.." Kaguya ikut menambahkan dengan sebuah senyumnya menatap Miyuki.
"Aku juga ingin bertemu dengan orang itu.. mungkin cocok untuk ku jadikan pasanganku fufu~.."
Yang terakhir Gabriel berbicara dengan nada menggoda seraya pandangannya menatap Miyuki. Namun seseorang berambut putih beriris rubi tampak menegang mendengarnya dan langsung menatap gadis disampingnya dengan memicing tajam.
"Nee-sama, apa maksutmu mengatakan hal itu?!" ujar Elen menatap tajam sang kakak yang ada disampingnya.
"Hihi.. mm.. mungkin kita bisa berbagi, ne.. Elen-chan~" ucap Gabriel dengan ekspresi menggodanya yang tiba-tiba memeluk tubuh Elen dari samping seraya meremas gumpalan lembut over size yang tercetak jelas dibalik pakaian Elen.
"A-ahn! Nee-sama!" Elen terjengit kaget dengan kelakuan Gabriel itu. Dengan sekuat tenaga berusaha melepas tubuhnya dari kakaknya itu. Membuat semua gadis tertawa kecil melihat mereka berdua yang begitu akrab.
Miyuki hanya tersenyum kecil dengan pikirannya yang tiba-tiba membayangkan wajah kakaknya yang sudah lama tak ditemuinya itu.
Entah apa yang harus dilakukannya untuk memulai semuanya dari awal. Tapi yang jelas, dirinya harus menemui sang kakak untuk meminta maaf atas semua kesalahannya itu.
Mungkin dirinya pernah marah karena Naruto meninggalkan dirinya dan mendiang ibunya dulu. Tapi tak mungkin dia terus mempertahankan egonya yang dulu. Bodoh kalau dirinya masih seperti itu tanpa ada perubahan sampai saat ini.
Hanya Naruto yang tersisa di hidupnya saat ini.
'Naru-nii..' batin Miyuki yang kemudian menatap teman-temannya masih dengan senyum manisnya.
Sementara Nagato hanya memandang datar Miyuki dengan bersidekap dada di dekat dinding ruangan itu.
'Miyuki Shiba.. itukah alasanmu kembali kesini.. Naruto? Atau kau mempunyai tujuan lain..' batin Nagato.
Nagato tak tau apa yang dipikirannya sekarang. Orang sekuat Naruto itu, yang tiba-tiba datang ke kota ini lalu pergi, dan kembali lagi kesini Pasti bukan hanya ingin bertemu Miyuki.
Selama setahun Naruto pergi, dia pasti tidak tinggal diam di satu tempat saja. Pasti banyak tempat yang dikunjungi pria pirang itu. Walaupun Nagato tak tau apa tujuan Naruto sebenarnya, tapi pria dengan rambut merah panjang berponi itu cukup mengagumi sosok Naruto.
"Baiklah kalau sudah diputuskan, Nanti malam kita akan ketempat si Baka pirang itu.. banyak hutang yang harus dia bayar pada kita, kan.." ujar Kaguya dengan seringai tipis diwajah cantiknya itu seraya menatap langit dibalik jendela ruangannya itu.
"Hai' Kaichou.."
.
.
.
.
.
Diruangan kepala sekolah Hagun, seorang wanita berumur namun masih terlihat cantik dan awet muda, duduk di ruangannya memandang sosok pria berambut hitam panjang berkulit putih yang memakai setelan jas hitam yang duduk di sofa di dekat dinding ruangan itu.
"Apa yang kau pikirkan Tsunade? Kau masih memikirkan murid-muridmu itu?" ujar pria berkulit seputih kertas itu.
Sejak kepergian Elen tadi siang setelah menghadap Tsunade yang merupakan kepala sekolah ditempat itu, wanita paruh baya itu jadi kepikiran tentang murid-muridnya itu.
Apalagi sosok Naruto yang sebelumnya menghilang setahun yang lalu, kini datang dan menyelamatkan Elen dan Hinata dari para Anbu Root yang terkenal dengan kerahasiaan dan kemampuan bertarung mereka yang membuat mereka menjadi para Shinobi Elite dibawah naungan Konoha.
Bukan tanpa alasan Tsunade sempat syok mendengar penjelasan dari Elen yang menceritakan semua kronologinya dari awal sampai mereka berhasil diselamatkan Naruto, Dan berakhir dengan Naruto yang menghilang ketika sampai di dinding kota ini.
Tapi karena pria pirang itu datang sendirian dan membantai para Shinobi elit itu sendirian, yang seharusnya tidak mungkin bagi Naruto yang sendirian bisa berhasil.
Ibarat pepatah mengatakan kelinci masuk ke sarang ular, dan pasti mati karena sama dengan menyerahkan nyawa secara Cuma-Cuma untuk dimangsa.
Orochimaru pun sempat tertarik dengan pria itu dulu. Dan dugaannya memang benar jika pria pirang itu mempunya hal yang menarik dalam dirinya itu.
"Aku tak menyangka jika Naruto mampu melakukan itu semua. Mulai dari Kirigakure dan kemarin para Anbu Root dibawah pimpinan Danzo yang juga tewas ditempat.. ini berlebihan.." ujar Tsunade yang masih dalam mode berpikirnya.
"Yah aku mungkin juga berpikiran seperti apa yang kau pikirkan. Secara para Anbu Root adalah Shinobi Elite yang melindungi Konoha dari balik bayangan.. semuanya tewas di tangan Naruto.." ujar Orochimaru yang menjeda kalimatnya seraya memandang Tsunade dengan seringai tipis diwajahnya.
"Dengan begitu Konoha sudah kehilangan 30 persen kekuatannya.. tapi Naruto juga melakukan hal yang benar. Danzo menculik putri raja dan pemilik Kekkai Genkai pasti memiliki tujuan yang tersembunyi dibalik itu semua.. dan Naruto berhasil menggagalkannya sendirian. Mungkin keterlaluan, tapi itulah kenapa aku tertarik dengan Naruto dan ingin meneliti tentangnya.." lanjut Orochimaru.
Ucapan terakhir Orochimaru itu mendapat pandangan tajam dari Tsunade. Wanita itu paham dengan apa yang dimaksud penelitian dari Orochimaru.
Danzo sendiri dulu adalah objek penelitian Orochimaru. Pria itu membantu Danzo memiliki sel Hashirama ditangannya untuk regenerasi mangorbankan tangan kanannya.
"Jangan bilang kau akan menggunakan sel Jiji seperti dulu tanpa seizin ku Orochi.. atau ku hancurkan kepalamu seperti dulu." Ucap Tsunade dengan pandangan tajamnya.
"Khukhu.. tenanglah Tsunade. Itu dulu waktu kita masih saling mencari jati diri.. jangan menganggapku seperti dulu. Kita sudah berumur apalagi yang kita cari?.. kita serahkan urusan masa depan pada generasi penerus kita.." ujar Orochimaru yang terbesit dalam ingatannya kenangannya dulu ketika masih remaja.
Dulu memang Orochimaru sering berselisih dengan Tsunade dan Jiraiya. Karena itulah Orochimaru yang suka melakukan penelitian tentang hidup abadi, dan berhasil memiliki Jutsu terlarang yang hanya dirinya sendiri yang bisa menggunakannya itu.
Melalui sel Hashirama yang dia curi dulu membuatnya berhasil memiliki tubuh yang abadi dan tak menua.
Hanya saja syaratnya dia harus memindahkan tubuh aslinya yang telah menjadi ular ke tubuh manusia yang masih hidup untuk menjadi wadah barunya.
Itulah mengapa Tsunade dulu membenci Orochimaru. Tapi semenjak Orochimaru berubah, pria itu menawarkan diri untuk membantu Tsunade mendirikan academi ini bersama dengan Jiraiya dan membuat mereka kembali menjadi teman.
"Tak ku sangka kau bisa berubah karena seorang bocah Orochi. Kalau kau masih menjadi musuhku sudah ku hajar kau dari dulu.." ucap Tsunade.
"Yah, dia mungkin hasil percobaanku dulu. Tapi entah kenapa setelah kematiannya aku berniat menghabisi para naga itu, khukhu.." balas Orochimaru tersenyum tipis diwajah sadisnya itu.
"Bukan hanya kau.. banyak manusia yang tewas karena para makhluk itu. Aku pun kehilangan Dan dan juga adikku.. maka dari itu aku tak ingin kehilangan murid-muridku Orochi.." ujar Tsunade sedikit menyendu.
Keduanya nampak teringat kenangan dengan orang-orang yang berharga bagi mereka. Yang telah tewas karena penyerangan para naga yang dulu sering terjadi.
Hingga akhirnya Orochimaru memiliki sebuah ide yang muncul di pikirannya tentang para Anbu Root itu. Dan membuatnya menatap Tsunade sebentar dengan senyum aneh miliknya itu.
"Tsunade, aku akan memeriksa ke markas para Anbu itu. Mungkin aku akan menemukan sesuatu yang menarik disana, khukhu.." ucap Orochimaru yang berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari dalam ruangan itu.
Meninggalkan Tsunade yang hanya menatap kepergian sahabat lamanya yang tergila-gila dengan penelitian itu.
"Hah.. jangan lupa kabari aku hasilnya Orochi!"
Tsunade sedikit meninggikan suaranya ketika Orochimaru menutup pintunya setelah sebelumnya pria itu melambaikan tangannya sebelum sepenuhnya menutup pintu keluar ruangan itu..
Sepeninggalnya Orochimaru, Tsunade membuka sebuah berkas yang isinya biodata Naruto Shiba disana. Data lama yang ada di Academi itu ketika Naruto pertama kali masuk ke academi ini.
'Dia memasukkan datanya sebagai seorang Sorcerer. Tapi dari cerita Elen dan Hinata, Naruto mampu menggunakan segel tangan dan magic circle sekaligus. Siapa sebenarnya Naruto itu..' batin Tsunade yang masih memikirkan pemuda pirang tersebut.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Di salah satu kamar di apartemen yang ada di tengah kota Soul. Seorang pria berambut pirang yang nampak menggunakan setelan kaos hitam tanpa lengan dengan celana panjang abu-abu.
Duduk diatas kasur dengan seorang gadis cantik berambut hitam indigo beriris amethys. Yang duduk dipangkuan pria itu dengan kedua tangannya mengalung dileher pria itu.
Dengan wajah datarnya pria itu juga memeluk pinggang ramping gadis cantik itu dengan kedua mata mereka yang saling menatap satu sama lain.
"Na-naruto-kun.. A-Apa aku berat?"
Ujar gadis itu pada sosok yang merupakan Naruto dengan wajah bersemu merah diwajah cantiknya.
"Tidak.. kau ringan Hinata-chan.. entah hanya menurutku saja atau bagaimana, kau terlihat lebih cantik dan dewasa dari sebelumnya.." ujar Naruto datar dengan satu tangannya menyibakkan helai rambut ditelinga Hinata yang semakin tertunduk malu itu.
"Mm.. be-benarkah? Lalu, kenapa kau ingin aku duduk disini? Apa tu-tubuhmu tak terasa sakit setelah pertarungan kemarin?" tanya Hinata ragu-ragu.
Pasalnya dirinya bisa berada diposisi seperti ini karena Naruto yang baru bangun tadi sore melihat dirinya yang masuk ke kamarnya dan meminta Hinata duduk dipangkuannya seperti itu.
Walaupun sedikit ragu, tapi Hinata menuruti permintaan pria yang meluluhkan hatinya ini. Dan entah kenapa Hinata menyukai dirinya yang dekat dengan Naruto seperti ini. Mengingatkannya pada terakhir kali mereka berciuman dulu.
"Itulah kenapa aku ingin melihatmu dari dekat. Tubuhku sudah sembuh.. hanya saja, entah kenapa perasaanku ingin melihatmu dari jarak sedekat ini.." ucap Naruto yang masih menatap lekat gadis cantik itu.
Naruto sendiri tak tau apa yang sedang dia rasakan. Perasaan lama tak berjumpa membuatnya ingin melihat gadis ini sedekat dulu. Dirinya yang terbangun sore itu dan melihat seorang gadis yang sangat ia kenal masuk ke kamarnya membuatnya merasakan perasaan ini.
Seraya memastikan jika tak ada luka fatal yang terkena di tubuh gadis cantik itu, Naruto menelusuri lekuk tubuh Hinata dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.
Paha mulus gadis itu yang terlihat karena rok yang dipakainya tersingkap keatas karena posisinya yang kakinya terbuka itu, ditambah lengannya yang mengalung dileher Naruto itu membuat gadis itu sedikit merasakan sensasi yang dulu pernah dia rasakan saat bersama dengan Naruto di posisi ini.
"Mm.. Na-aruto-kun, bolehkah aku berbicara sesuatu padamu? Banyak hal yang i-ingin ku tanyakan dan ku ceritakan padamu selama setahun ini.." ucap Hinata yang memeberanikan dirinya mengangkat wajahnya menatap wajah bingung Naruto.
"Souka? Silahkan.." balas Naruto.
"Mm.. a-aku ingin bertanya padamu.. kemana saja kau selama ini Naruto-kun? Ka-kami disini menunggu kepulanganmu.. dan kabar terakhir yang kami dengar, kau melakukan penyerangan pada Rossweisse-senpai dan Miyuki-chan.. se-sebenarnya apa tujuanmu Naruto-kun?" tanya Hinata yang sedikit menundukkan wajahnya di akhir kalimatnya.
Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum kecil dan mengangkat dagu gadis cantik itu untuk menatap matanya. Gadis itu hanya mengikuti instruksi dari Naruto dan melihat senyum indah itu untuk yang kesekian kalinya. Membuat rona merah diwajahnya kembali terlihat.
"Aku tak pernah berniat membunuh teman-temanku.. aku tau jika posisiku saat ini tak banyak memiliki keuntungan. Rossweisse dan Miyuki, sejak awal aku telah melindungi mereka. Aku hanya menghilangkan keberadaanku di sini untuk mencari jati diriku yang sebenarnya, Hinata-chan.." ujar Naruto yang menjeda kalimatnya.
Membuat Hinata sedikit paham dengan apa yang dibicarakan Naruto itu. Namun Hinata tau jika apa yang disampaikan Naruto belum selesai.
"Aku tak seperti kalian yang memiliki silsilah keluarga yang jelas. Aku tak tau siapa ayah atau ibu kandungku. Aku hanya tak bisa terus diam di tempat ini tanpa tau kebenaran tentang diriku sendiri Hinata-chan.. dan aku sudah menemukan jalan yang aku cari selama ini.." lanjut Naruto dengan wajahnya dia tenggelamkan di belahan dada Hinata dengan wajah datarnya itu.
Untuk sementara menghirup aroma harum lavender gadis cantik yang lama tak ditemuinya ini. Seorang gadis yang dulu selalu ada untuknya dalam susah maupun senang. Membuatnya sedikit tenang ketika dirinya seakan bersandar di sebuah bantal yang empuk untuk dia biasa tidur.
Hinata yang melihat Naruto seperti itu terkejut sejenak dengan wajah yang masih memerah. Namun tanpa sadar tangannya malah mengeratkan pelukan Naruto padanya seakan dirinya menikmati momen langka ini dan tak ingin kehilangan pria itu.
"Lalu.. A-Apa langkahmu selanjutnya, Naruto-kun?" tanya Hinata yang melihat ke rambut pirang Naruto itu.
"Aku ingin menyelesaikan apa yang sudah ku mulai Hinata-chan.. aku mungkin tak bisa lama berada disini. Karena aku hanya singgah untuk sementara waktu.." ujar Naruto datar.
Hinata yang mendengar itu sedikit menegangkan tubuhnya. Dengan bibir bawahnya yang ia gigit pelan dan tangannya yang meremat pakaian dan Surai pirang Naruto itu, dirinya mencoba membuka mulutnya untuk mengeluarkan apa yang ada dipikirannya saat ini.
"Kau.. akan pergi lagi, Naruto-kun? A-Apakah kau akan meninggalkanku la-lagi?" tanya Hinata dengan suara yang mulai parau dan terdengar seperti bisikan ditelinga Naruto.
Hinata tau apa yang dimaksut Naruto itu. Pria ini hanya singgah untuk sementara waktu ditempat ini. Dan akan kembali pergi meninggalkannya lagi.
"Gomennasai, Hinata-chan.. aku tak punya pilihan lain.. apakah ada yang kau inginkan, Hinata-chan? Setidaknya aku tak ingin membuatmu kembali menangis, Hime.." ujar Naruto datar.
Ini adalah pilihannya. Dia tak bisa mundur lagi. Semua yang sudah dimulainya tak bisa dia hentikan sebelum tujuannya terwujud. Naruto pun tak akan melibatkan orang-orang yang menganggapnya ada dalam masalah pribadinya ini.
Setidaknya, dia bisa mewujudkan permintaan orang-orang yang berharga untuknya.
"A-aku.. aku tak tau harus apalagi.. kita baru saja bertemu, Naruto-kun. Aku berterimakasih karena kau sudah menyelamatkanku dan Elen.. ta-tapi apakah harus seperti ini akhirnya.. Hiks.."
Dengan suara paraunya, Hinata tak bisa lagi menahan perasaan ini. Mereka baru saja bertemu lagi. Senyum yang dirindukannya dulu bahkan harus kembali menghilang dari hadapannya lagi.
Entah apa yang dirasakannya ini. Tapi sungguh dirinya kecewa ketika mendengar apa yang diucapkan Naruto itu. Seakan sesuatu yang baru saja di dapatkannya harus hilang untuk yang kesekian kalinya.
"Hime.. kau adalah seorang putri klan Hyuga. Kau pewaris kepala klan pada akhirnya nanti. Kau masih punya apa yang harus kau pertahankan.. lagipula kita masih bisa bertemu suatu saat nanti. Jangan kau menganggap ini adalah sebuah perpisahan untuk selamanya, Hinata-chan.. kau adalah gadis yang kuat. Kau bahkan mengorbankan nyawamu demi menyelamatkan orang yang bahkan lawan yang kau hadapi jelas lebih tangguh.. tapi aku yakin, kau pasti bisa menggapai apa yang kau impikan nanti. Percayalah padaku, Hinata-chan.."
Dengan wajah yang saling menatap satu sama lain, Naruto berucap dengan sebuah senyum tipis diwajah datarnya itu. Satu tangannya mengusap pipi mulus Hinata yang menahan tangisnya itu.
"A-aku.. tak bisa.." ucap Hinata yang tak tau harus berkata apa lagi. Seakan suaranya tercekat di tenggorokannya dengan bibir bawahnya yang di gigit pelan itu menahan perasaan sesak dihatinya.
"Apa yang kau inginkan, Hime?" ujar Naruto yang masih menatap wajah Hinata.
Naruto tak tau apa yang dilakukannya benar atau salah. Tapi dirinya memang tak bisa untuk tinggal ditempat ini untuk sementara waktu. Tujuannya sudah ada didepan mata dan dia tak bisa jika hanya diam di tempat ini.
"Hiks.. Na-naruto-kun.. a-aku.. aku tau mungkin jalan yang kau tempuh tak a-akan mudah.. dan nyawamu pasti menjadi taruhannya.." ucap lirih Hinata.
Hinata hanya memeluk Naruto erat dan membenamkan wajah Naruto di dadanya itu seraya menahan Isak tangisnya yang sudah tak terbendung lagi.
"Tapi, aku mohon padamu.. tetaplah hidup.. hiks.. untukku.. hiks.. Na-naruto-kun, a-aku ingin selalu.. hiks.. melihat senyummu, Naruto-kun.." lanjut Hinata yang menangis memeluk surai pirang itu.
Entah apa yang membuat Hinata menjadi sangat rapuh seperti ini ketika bersama pria ini. padahal dia tak pernah menangisi seorang pria mana pun selama hidupnya kecuali ayah kandungnya sendiri.
ucapan pemuda bersurai pirang ini secara tidak langsung seperti salam perpisahan untuk gadis berambut indigo itu. dia tak mau jika diberikan 1000 permintaan sekalipun yang akan membuat Naruto menurutinya jika ujung-ujungnya mereka akan berpisah juga.
Lebih baik Hinata menjadi orang yang tak dikenal oleh pria ini tapi selalu bisa melihat senyum indah Naruto itu.
apapun yang dilakukan mereka bersama, Hinata menyukainya. dia tak bisa jika harus kehilangan senyum pria ini lagi. walaupun dia tau jika apa yang Naruto katakan pasti akan ditepati oleh pria itu.
tapi sungguh itu sangat sulit untuknya setelah penantiannya selama ini.
Naruto yang mendengar setiap ucapan gadis itu hanya memandang datar tanpa merubah ekspresinya didalam dekapan Hinata.
Hingga akhirnya pria itu melepaskan dekapan gadis itu dan menatap wajah cantik gadis dipangkuannya itu. menggunakan tangan kanannya untuk mengusap air mata yang mengalir dipipi mulus Hinata dan perlahan mengusap bibir ranum Hinata yang nampak cemberut agar tersenyum, walau dipaksakan.
Kedua iris mereka saling bertemu dan meresapi keindahan masing-masing. seraya menangkup pipi mulus Hinata, Naruto tersenyum lembut diwajah datarnya itu. menatap gadis di pangkuannya yang bersemu merah seraya mengalihkan pandangannya dari iris blue sapphire Naruto.
"Aku tau apa yang kau maksut, Hinata-chan.. aku pun tak ingin meninggalkanmu disini. tapi.. aku masih punya tujuan yang belum ku selesaikan. jika saatnya tiba.. aku berjanji padamu.. kita akan bersama lagi.." ucap Naruto yakin.
Hinata yang mendengarnya hanya mengapit bibir bawahnya menahan perasaannya saat ini. seraya kedua tangannya meremas baju Naruto dan mengangguk pelan.
Naruto semakin tersenyum melihat wajah sedih namun terlihat imut dari gadis dipangkuannya itu. membuatnya semakin dalam menatap iris Amethys Hinata yang juga menatapnya dalam.
Hingga tanpa sadar, jarak wajah mereka semakin dekat. hingga berjarak hampir 2 centi lagi, Hinata menutup mata indahnya seakan tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
begitupun.Naruto yang juga menutup matanya seraya elusan tangannya dipipi Hinata, membuat gadis itu semakin terasa nyaman dan makin membuat keduanya tak ada jarak sama sekali.
Cup!
Keduanya saling meresapi bibir mereka yang saling menyatu itu. bahkan untuk kali ini, sebuah ciuman yang keduanya sama-sama saling menginginkan satu sama lain.
bukan ciuman sepihak yang pernah mereka lakukan. seakan perasaan mereka berdua tersalurkan melalui bibir mereka yang saling tertaut itu.
tangan kiri Naruto yang ada di pinggang ramping Hinata yang mengerat itu, seakan membuat gadis itu paham dan semakin mendekatkan tubuhnya hingga asetnya menempel di dada Naruto dan kedua tangan gadis itu yang mengalung di leher Naruto.
keduanya saling tenggelam dalam ciuman itu yang semakin lama dan semakin dalam. sama-sama menyalurkan perasaan mereka masing-masing hingga berlangsung lama.
'Naruto-kun.. aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku padamu. tapi kenapa sesulit ini.. hiks.. aku.. aku hanya tak ingin kau sampai kenapa-kenapa nanti.. a-aku tak bisa melihatmu sampai terluka, Naruto-kun.. hiks..' batin Hinata disela-sela ciuman mesra mereka. membuat air mata dipelupuk mata gadis itu kembali menetes dan mengenai pipi Naruto.
Naruto yang menyadari hal itu hanya diam dan tak merubah pagutan di bibir mereka, membiarkan liur yang nampak menetes di sudut bibir mereka berdua dengan Iris Naruto yang terbuka dan dapat melihat Hinata yang masih terpejam dengan air mata dipipinya.
Hingga beberapa menit mereka melakukan itu, tanpa sadar mereka tenggelam dalam kegiatan mereka itu dan menghiraukan apapun. seakan dunia adalah milik mereka berdua yang masih berpagutan mesra.
.
'Aku.. akan menepati janjiku padamu, Hime.. dan tak akan membuatmu menangis lagi..'
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
18.00 pm.
.
Seorang gadis cantik berambut silver yang sedang mengganti pakaiannya yang baru selesai melaksanakan ritual mandinya, melepas handuknya dan memperlihatkan tubuh indah dengan aset big size miliknya itu.
Berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaian yang menurutnya indah untuk dia yang akan pergi menemui seorang pria yang sudah lama ingin di temuinya itu.
Kriet!
Ketika gadis itu sedang membuka pintu almarinya dirinya dikejutkan dengan sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari arah pintu menuju keluar balkon di diluar kamarnya itu.
Gadis cantik itupun segera kembali menutup pintu lemarinya dan berjalan ke arah pintu keluar balkonnya yang terbuka sedikit itu seraya mengambil handuknya lagi dan memakainya untuk menutupi tubuhnya yang indah itu.
Hingga sampai di pintu itu gadis itu membolakan Irisnya ketika melihat seorang pria tegap berambut pirang raven dengan assassins style yang digunakannya berdiri membelakangi gadis cantik itu.
Dengan slayer merah panjang yang digunakannya bergoyang liar diterpa angin malam itu, pria itu menoleh ke samping dengan ekor matanya melirik gadis dibelakangnya yang sedang membolakan Irisnya itu.
"Na-Naruto-kun.. kau kah itu?" ujar gadis itu ragu dan memastikan sosok yang dilihatnya itu adalah orang yang ditunggunya selama ini.
Bukan tak percaya, Sosok yang saat ini memutar tubuhnya menghadap gadis itu terlihat berbeda dari setahun lalu ketika mereka bertemu.
Sosok beriris blue shappire dengan rambut pirang dan poni panjang dikedua sisinya. Rambut raven dengan rambut diatas tengkuk yang panjang namun diikat seperti ekor.
Pakaian serba hitam dengan dalaman kaos hitam tanpa lengan hingga lehernya dilapisi sebuah plat besi dibagian dadanya. Tangan kanannya yang dililit kain putih dan sepasang sarung tangan dengan plat besi di punggung telapak tangannya yang berlambang kepala naga dengan background bulan sabit disana.
Rossweisse menutup mulutnya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya menatap Naruto yang berjalan perlahan mendekatinya.
Gadis itu menghiraukan tubuhnya yang hanya ditutupi kain handuk. Hembusan angin malam menerpa tubuhnya tanpa menghiraukan hawa dingin yang menjalar di sekujur tubuhnya, gadis itu ikut mengikis jarak antara dirinya dan Naruto.
Greb!
Naruto hanya terdiam merasakan pelukan gadis itu yang tiba-tiba menerjang dirinya. Membiarkan gadis itu membenamkan wajahnya di dada berlapis plat besi Naruto itu.
"Kau bisa kedinginan, Senpai.." ujar Naruto datar seraya membalas pelukan Rossweisse, berusaha memberikan kehangatan tubuhnya pada gadis yang setengah telanjang di udara terbuka itu.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan tanpa melepas pelukan itu. Seraya kedua tangannya menggenggam erat pakaian yang digunakan Naruto saat ini.
Seakan menahan emosinya yang tak stabil entah karena apa. Tapi yang jelas dirinya senang bisa melihat dan memeluk pria ini.
Entah keberanian darimana dirinya bisa memeluk seorang pria yang bahkan dirinya sendiri tak pernah melakukannya sebelumnya.
Seakan dirinya merasa lega karena penantiannya selama ini terbalaskan dengan kehadiran pria ini yang sudah lama ingin ditemuinya.
"Aku tak peduli.." balas singkat Rossweisse yang terdengar egois.
Namun entah kenapa kali ini gadis itu ingin menjadi dirinya sendiri. Melepaskan rasa yang tertahan selama ini ketika menunggu pria ini kembali ke kota ini.
Bahkan untuk pertama kalinya ada seorang pria yang melihat dirinya dalam keadaan setengah telanjang ini dan memeluknya sekaligus yang tak lain hanya Naruto seorang.
"Gomennasai, Senpai. Apa kau masih marah padaku?" ujar Naruto yang mengingat apa yang sudah pernah dia lakukan setahun yang lalu di pertemuan mereka terakhir kali yang harus bertarung.
"Tidak.. aku tidak akan memaafkanmu, Naruto-kun.. dan jangan panggil aku Senpai lagi.. kau sudah bukan adik kelasku lagi, baka.." ujar Rossweisse yang mengangkat wajahnya menatap wajah Naruto.
Keduanya saling menatap dan sama-sama menelusuri lekuk wajah lawan jenisnya itu dengan wajah datar mereka.
"Lalu? Apa yang harus ku lakukan untuk menebusnya Ross-chan? Aku akan melakukan apapun asal kau mau memaafkanmu.." balas Naruto datar yang menuruti perkataan gadis cantik itu.
"Entahlah.. aku belum memikirkannya untuk sekarang ini. Tapi, bolehkah aku meminta waktu berbasamamu berdua?" ujar Rossweisse dengan semu merah diwajah datarnya itu.
"jadi itu permintaanmu?" balas Naruto yang mengangkat sebelah alisnya.
"Bukan! Mm.. maksutmu, yah itu permintaanku. tapi bukan untuk memaafkanmu, baka.. aku akan menyimpannya nanti saat aku sudah memikirkannya.." gadis itu tiba-tiba berubah menjadi lebih cerewet dengan perkataan yang membingungkan Naruto.
Wajah cemberut gadis itu membuat Naruto tersenyum menatap gadis cantik yang tak mau melepaskan tangannya dari tubuh tegapnya itu.
"Yah terserah kau saja Ross-chan.. tapi sebelum itu.."
Greb!
"Kya! Ap-apa yang kau lakukan Naruto-kun?.."
Ucapan Naruto terhenti saat pria itu langsung mengangkat kedua paha mulus Rossweisse dan menggendongnya didepan tubuhnya. Dengan tangan Rossweisse yang mengalung dileher Naruto tanpa sadar dan kedua kakinya yang melingkar di pinggang Naruto menahan tubuhnya agar tak jatuh. Walaupun Naruto sendiri sudah menahan pantat gadis itu dengan kedua tangannya.
Rossweisse hanya menurut ketika Naruto menggendongnya masuk seperti seorang anak kecil dan menutup pintu balkon itu.
Berjalan tepat di samping kasur itu dan berhenti di pinggiran kasur queen size tersebut dan meletakkan Rossweisse telentang di kasur itu dengan dirinya yang berada diatasnya dengan kedua tangannya yang menopang tubuhnya agar tak menindih gadis cantik itu.
Rossweisse hanya terdiam dengan wajah memerah padam yang tak pernah dia rasakan dulu. Dan dalam posisi seperti ini, dia sebagai seorang gadis paham hal apa yang selanjutnya terjadi pada mereka walaupun dirinya tak pernah melakukan hal seperti ini selama hidupnya.
Tapi jika untuk pria ini, dia tak mempermasalahkan hal itu. Dia rela memberikan malam pertamanya untuk pria yang dia tunggu selama ini. Asalkan itu Naruto, Rossweisse akan memberikan apapun untuknya.
Keduanya saling memandang tanpa berkata apapun. Seakan tubuh mereka sudah tau apa yang harus dilakukan tanpa harus mengucapkan kata-kata.
"Diluar dingin.. nanti kau bisa sakit Ross-chan. Aku tak mau kau kenapa-kenapa gara-gara aku." Ucap Naruto lirih dengan wajah datarnya itu.
Dia tak mau jika gara-gara kehadirannya yang tak diundang ini membuat gadis itu sakit karena terkena angin malam dengan pakaian yang minim seperti itu.
Dia tau jika sakit itu tak enak. Apalagi jika harus minum obat pahit yang membuatnya tak suka dengan namanya obat-obatan.
Rossweisse yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan sebuah senyum diwajahnya yang masih terlihat rona merah disana.
Kedua tangan gadis itu kembali mengalung ke leher Naruto dan menatap wajah Naruto yang terlihat polos menurut ya itu.
"Mm.. tidak kok. Asal kau masih memelukku aku tak akan kedinginan.." ujar Rossweisse yang menarik lembut tubuh Naruto hingga menimpa tubuh indahnya itu dan membuat keduanya tanpa jarak.
Naruto hanya menuruti apa yang dilakukan Rossweisse. Dirinya membenamkan wajahnya di leher gadis itu seraya menghirup aroma harum yang menguar dari tubuh mulus gadis yang baru saja selesai mandi itu.
'Aku tak paham kenapa gadis-gadis ini suka sekali jika tubuhnya berdekatan seperti ini..'
Batin Naruto yang heran dengan para gadis yang ditemuinya. Mereka seakan senang jika tubuh mereka berhimpitan seperti ini. walaupun begitu dirinya juga nyaman dalam posisi seperti ini sejak terakhir kali di pulau paradise.
Hingga membuatnya teringat sesuatu dan membuka kelopak matanya kembali. Dan menggerakkan tangan kirinya ke gumpalan daging yang dia himpit didadanya itu.
Gyut!
"Ahnnn.. Na-aruto-kunhh.. ssshh.." desah Rossweisse yang merasakan buah dadanya diremas lembut oleh Naruto dari balik handuknya.
Biasanya jika dirinya sudah dalam posisi seperti ini, wanita akan mengeluarkan sebuah suara yang menurutnya candu baginya. Sebuah suara merdu yang disukainya itu seakan sebuah musik yang mengalun indah ditelinganya.
"Ahhh.. ssshh.. Na-naruhhh.."
Rossweisse semakin menggelinjang ketika Naruto membuka handuk itu dan meremas samakin liar aset gadis cantik itu. Membuat Rossweisse meremas rambut pirang Naruto merasakan hasratnya yang berada diubun-ubun itu.
"Emmhhh~.. Ssshh~.. ahh.."
Sensasi nikmat yang baru pertama kali dirasakan gadis itu seakan membuatnya melayang ketika Naruto menghisap lehernya dan memainkan lidahnya disana. Membuat tanda merah dileher gadis itu dan terus memainkan puting merah muda gadis cantik itu gemas.
"Kau menywukwainywa Ross?" ujar Naruto di sela-sela dirinya memanjakan gadis itu.
"Emmhhh.. yah.. i-inih, enak naruhh.. ahhh~.."
Gadis itu semakin mengerang nikmat ketika Naruto menggunakan kedua tangannya untuk memainkan aset miliknya hingga beberapa menit berlalu.
Cup!
Tak tahan dengan apa yang dilakukan Naruto, gadis itu Menarik wajah Naruto dan mencium bibir pria itu yang tadi menjauh dan gerakan tangannya yang sempat terhenti memanjakannya itu.
"Elmmhh.. aumllmnnh.. ahhnn~"
Naruto hanya mengikuti apa yang dilakukan gadis itu. Keduanya berpagutan tanpa sadar dan membuat liur menetes dari sudut bibir Rossweisse yang ada dibawah.
Dengan tangan Naruto yang kembali bergerilya di aset gadis yang terus mendesah kenikmatan itu, dia mengikuti irama lidah gadis itu yang mengajaknya terus bergelut didalam mulutnya.
Hingga beberapa menit kemudian Naruto menjauhkan tubuhnya dan melihat gadis dibawahnya dengan wajah datar. Dimana gadis yang wajahnya masih memerah itu mendesah dengan mata terpejam dan bibir bawahnya yang dia gigit pelan merasakan buah dadanya yang masih di eksplorasi dengan tangan Naruto.
Pandangan Naruto menelusuri seluruh tubuh gadis itu dan melihat kebawah tepat di bagian kewanitaan gadis itu yang bersih tanpa bulu halus yang sudah basah di bibir bawahnya itu.
"Ahhh~... Uhhnnn~.."
Hingga beberapa detik kemudian Naruto merebahkan tubuhnya untuk tidur disamping Rossweisse dan mengulum aset big size gadis cantik itu hingga membuat sang empunya semakin mendesah indah di telinga Naruto.
Hingga satu jam dalam posisi itu, Naruto mengangkat wajahnya menatap wajah Rossweisse yang terpejam dengan peluh di dahinya. Gadis itu nampak diam dengan posisi tidur menyamping memeluk Surai pirang itu.
Naruto dengan sengaja tak melanjutkan aksinya dan hanya diam menikmati gumpalan daging kenyal milik gadis itu hingga beberapa jam. Dan tanpa sadar gadis itu terlelap dalam alam mimpinya karena kelelahan.
Karena sejak kemarin gadis itu belum mengistirahatkan matanya untuk mencari kedua temannya yang di culik itu.
Naruto tanpa sadar menarik selimut dan menutupi tubuh gadis itu tanpa melepas pelukan gadis itu. Hingga kini Naruto lah yang sedang menemani gadis itu yang terlelap di alam mimpinya.
Melihat jam di dinding kamar itu, Naruto tak sadar jika sudah pukul 21.00 yang berarti dirinya sudah memanjakan gadis itu selama tiga jam. Pantas saja gadis ini kelelahan dan tertidur.
'Hah.. dasar master. Sudah melakukan hal sejauh itu tapi tak dilanjutkan sampai ke intinya.. sudah yang kedua kalinya dia melakukan itu sama dengan Hinata tadi..' batin seorang gadis berambut pirang yang berada didalam tubuh Naruto yang tak lain adalah Arthuria.
Gadis itu sejak tadi hanya melihat apa yang dilakukan Masternya itu pada dua gadis yang berbeda. Dan keduanya sama-sama tak dilakukan sampai ke intinya. Seakan-akan hanya memberikan tanda bahwa Naruto ada untuk mereka.
"Kenapa kau tak langsung ke intinya Master? Kau hanya memberikan kenikmatan untuk mereka saja.. bahkan kau sempat-sempatnya berpamitan pada Hinata dan berjanji akan kembali menemuinya lagi nanti." Tanya Arthuria dari dalam pikiran Naruto yang terdengar jelas.
"Entahlah Arth-chan. Aku hanya mengikuti apa yang mereka mulai saja. Jika mereka suka, itu tak masalah bagiku.. aku hanya tak ingin mereka bersedih lagi karena aku." Ujar Naruto lirih.
Pria itu masih menatap wajah damai gadis yang ada dipelukannya ini. Pakaiannya masih utuh dan dirinya hanya melakukan forplay pada gadis ini. Walaupun dia hanya mengikuti alur gadis ini, tapi Naruto memang menyukai benda kenyal yang menggemaskan itu.
Apalagi suara indah yang mengalun merdu ketika dirinya memanjakan bantalan empuk itu membuatnya ingin melakukan itu terus menerus.
Tapi Naruto sadar. Jika dia sudah melakukan itu, dia harus bertanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan.
Dia adalah laki-laki. Dia masih ingat apa yang diajarkan Yugao padanya. Dia tak boleh sembarangan melakukan itu pada wanita. Dia hanya boleh melakukan itu pada wanita yang sungguh berharga baginya dan menerima dirinya.
Berharga dan tak ingin kehilangan senyuman itu dari wajah mereka.
"Kau tak ingin melakukan itu sama seperti yang kau lakukan dengan Mikasa?" tanya Arthuria bingung.
'Hm? Untuk saat ini aku tak ingin melakukan itu. Aku hanya ingin menemui mereka dan memastikan keadaan mereka saja. Dan sepertinya aku harus segera pergi dari sini.. masih ada beberapa tempat yang harus aku kunjungi.' Balas Naruto datar.
Arthuria yang mendengarnya hanya menghembuskan nafas berat. Melihat kelakuan pria ini yang seakan tak memikirkan perasaan orang lain dan ingin pergi begitu saja tanpa sepengetahuan gadis itu.
Dia sebagai seorang gadis paham apa yang dirasakan gadis itu jika Naruto pergi tanpa berpamitan seperti biasanya.
Gadis itu pasti akan kecewa.
"Master, mungkin aku tau apa yang kau maksut. Kau ingin bertemu mereka semua secara pribadi. Tapi kau juga harus memikirkan perasaan gadis ini. Dia akan kecewa jika kau pergi tanpa berpamitan seperti itu.." ujar Arthuria.
'Souka? Lalu apa yang harus aku lakukan?' tanya Naruto bingung.
"Kau kan bisa menggunakan tehnik yang baru kau pelajari itu Master. Agar kau bisa berada di beberapa tempat sekaligus." Ujar Arthuria datar yang mengingat jika masternya mempunya tehnik baru yang dia pelajari di Uzu Dimention.
'Benar juga.. baiklah aku akan mencobanya.' Balas Naruto.
Naruto pun menggigit jarinya hingga berdarah dan mengoleskannya di telapak tangan kirinya. Lalu membuat segel tangan dan berujar pelan agar tak membangunkan putri tidur dipelukannya itu.
{Chi Bunshine}
Sring!
Muncullah sebuah lingkaran sihir dilantai kamar itu dan memunculkan tiga orang Naruto disana. Yang kemudian mengangguk dan kemudian keluar dari balkon kamar itu menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing.
Hingga kini Naruto dapat menemani gadis ini semalaman. Setidaknya dia bisa pergi setelah gadis ini sudah bangun nantinya.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Seorang gadis berambut hitam anggun beriris biru, yang memakai pakaian yang biasa dia gunakan untuk tidur. Berupa singlet kuning yang memperlihatkan belahan dadanya itu dan celana panjang berwarna putih dengan motif bunga. Gadis itu sedang duduk di sofa di dalam ruangan tengah yang terlihat murung dengan wajah tertunduk sedih.
Dia sudah senang mendapatkan informasi keberadaan orang yang dirindukannya setahun ini. Tapi nyatanya saat dia tiba disana dengan teman-temannya, mereka tak menemukan keberadaan pria itu.
Hanya ada seorang gadis dari klan Hyuga yang biasanya dekat dengan pria yang dicarinya itu. Dan dia bilang jika orang yang dicarinya itu telah pergi dari tempat itu tak lama sebelum mereka tiba.
Mereka hanya mengobrol sebentar dan mendengar cerita langsung dari Hinata tentang kronologi penculikannya. Dan kepergian Naruto yang dia berjanji akan kembali menemuinya lagi nanti.
Dan dengan terpaksa mereka kembali pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing.
"Nii-san.. kau dimana? Ijinkan aku bertemu lagi denganmu.." gumam gadis itu memandang sendu. Kedua tangannya meremas celananya itu.
Jujur Miyuki sangat ingin menemui Naruto lagi. Rasa bersalah pada dirinya selalu menghantuinya dan membuatnya sering memikirkan pria itu.
Kenapa disaat waktunya pas, orang itu malah pergi lagi. Seakan menjauh dari mereka dan tak ingin menemui mereka.
Tapi kenapa Naruto datang ke kota ini jika pria itu tak ingin di temui oleh dirinya dan teman-temannya yang lain.
Apa benar Naruto sudah tak menghiraukan dirinya lagi?
Tapi jika diingat dengan perlakuannya dulu pada Naruto, memang seharusnya pantas baginya mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi.. aku harus bagaimana lagi.. hikss.. Naru-nii.."
Gadis itu bergumam dengan perasaannya yang sudah tak mampu ia tahan lagi, dan ingin menuangkan rasa sedih dihatinya. Perasaan yang membuatnya merasa bersalah dan membuatnya harus kehilangan satu-satunya orang yang berharga baginya.
Ini semua karena egonya yang tak bisa ia kendalikan karena kehilangan ibu yang dia sayangi, membuatnya lupa jika masih ada Naruto yang menyayangi dirinya itu.
Dan Miyuki menyia-nyiakan kasih sayang dari satu-satunya seorang kakak yang dia miliki.
"Hiks.. Naru-nii.."
Tubuh gadis itu semakin bergetar ketika tangisnya semakin pecah. Dan ingatan-ingatan masa kecilnya bersama Naruto yang berputar di pikirannya itu membuat dirinya semakin sedih.
"Begitukah cara seorang putri academi Hagun menyelesaikan masalahnya?"
Sebuah suara berat khas seorang laki-laki yang terdengar ditelinga Miyuki itu membuat gadis itu tersentak seketika dengan iris yang membola.
Tubuhnya kaku dan membeku seketika saat mendengar sebuah suara yang begitu familiar baginya. Hingga gadis itupun berdiri dan berbalik menatap ke sumber suara tersebut.
Hingga dirinya pun membolakan matanya melihat seorang pria berambut pirang raven dengan assassins stylenya berdiri dihadapan gadis cantik itu dengan pandangan datarnya.
"Na-naru-nii.."
.
.
.
.
.
Disisi lain, seorang gadis berambut putih beriris Rubi nampak berjalan di tengah kota malam itu. Menggunakan pakaian dress tanpa lengan yang memperlihatkan belahan dadanya berwarna putih, yang mengembang dibagian bawahnya sepanjang mata kakinya.
Gadis itu sempat menunggu paling lama di kamar pria yang ditunggunya. Walaupun Hinata sudah bilang jika Naruto pergi dan tak tau kapan akan kembali, tapi gadis itu masih kekeh untuk menunggu.
Hingga semua temannya sudah pulang, dia pun ikut pulang juga pada akhirnya.
Gadis itu berjalan menatap kedepan dengan pandangan datar. Seakan dirinya sudah tak tertarik lagi pada apapun. Bahkan dirinya menghiraukan ajakan pulang sang kakak yang tadi pulang mendahului bersama teman-temannya itu.
Disekitarnya masih banyak orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya. Berjalan kemanapun sesuai dengan urusan mereka masing-masing. Menghiraukan seorang gadis yang berjalan dengan tertunduk lesu menatap jalan dibawahnya itu.
Tap! Tap!
Dug!
"It-ittai!.. Go-gomennasai, Aku tak bermaksut-.."
Seketika gadis itu berhenti berjalan saat tubuhnya tiba-tiba menabrak seseorang yang berhenti didepannya. Begitupun Irisnya membola dan perkataannya terhenti seketika saat melihat sosok pria yang ditabraknya ditengah jalan itu.
"Kau sedang memikirkan apa sampai-sampai berjalan tak melihat kedepan, Uban.." ujar sosok pria pirang berwajah datar yang berdiri tegap dihadapan gadis cantik yang ada didepannya itu.
Sementara Elen masih diam terpaku dengan ekspresi syok saat melihat pemuda yang dia tunggu sejak tadi, kini ada dihadapannya langsung tanpa dia sadari.
"Ka-kau.. kemana saja, Baka?.. apa kau tak tau aku menunggumu sejak tadi.. dan kau malah pergi tanpa berpamitan padaku. Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Baka?.." ujar Elen dengan nada rendah diakhir kalimatnya.
"Ternyata kau tak berubah Elen-chan.. predikat itu ternyata tak hilang juga dariku, eh.." ucap Naruto dengan sedikit seringai di wajah datarnya.
"Diam kau.."
Greb!
Tanpa rasa ragu, gadis itu langsung memeluk tubuh tegap Naruto dan membenamkan wajahnya di dada berlapis plat milik pria itu. Menghiraukan posisi mereka yang masih ada di tempat umum.
Naruto hanya diam dan memandang Surai indah gadis cantik itu. Lalu turun ke pakaian yang dipakai gadis itu yang nampak indah dan cocok di tubuh langsing Elen.
"Kau.. tampak anggun menggunakan pakaian itu, Hime.. kau seperti seorang putri sungguhan.." gumam Naruto dengan senyum tipis diwajahnya.
"Aku memang seorang putri, Baka!" balas Elen.
"Souka? Hmm.. kalau begitu apa kau punya hal yang ingin kau lakukan malam ini, Hime?" ujar Naruto menatap Elen yang memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu, Baka?" gumam Elen dengan suara pelan disertai rona merah di wajahnya itu.
Narutopun mengggenggam tangan Elen dan menariknya perlahan untuk ikut dengannya berjalan menyusuri jalanan kota malam itu.
Elen yang di tarik lembut seperti itu hanya mengikuti apa yang dilakukan Naruto dan berjalan disamping pria itu dengan menatap wajah datar Naruto disampingnya.
"Mungkin sebagai permintaan maaf ku padamu.. lagipula ku dengar kau besok akan berangkat ke Crimson Kingdom untuk bertanding, bukan?" ujar Naruto melirik ke arah gadis itu.
"Mm.. yah. Aku akan ikut yang lainnya kesana besok. Tapi pertandingannya masih seminggu lagi. Kami kesana untuk uji coba arena dan melakukan persiapan disana.. tapi, aku dan Hinata sepertinya tak akan ikut bertanding. Aku dan Hinata mendapat izin dari Tsunade-sama agar istirahat saja setelah kejadian kemarin. Mungkin aku hanya akan membantu sedikit disana." balas Elen disela-sela mereka berjalan bersama itu.
Entah kenapa Elen seperti tak memikirkan festival itu lagi. Setelah kejadian kemarin, tubuhnya masih terasa sakit dan masih perlu istirahat. Apalagi pertemuannya dengan Naruto ini, membuatnya malas melakukan apapun dan hanya ingin bersama pria ini.
Walaupun jujur, dirinya sangat senang bisa bertemu lagi dengan Naruto. Tapi entah kenapa seakan ada yang mengganjal di hatinya.
Entah apa itu.
Tapi apapun itu, dia ingin menghabiskan harinya dengan Naruto untuk sementara waktu. Karena dia tau jika pria ini misterius dan tak mudah ditebak jalan pikirannya.
"Begitu ya.. sebaiknya jangan dipaksakan. Tapi apapun bagianmu, semua mendukung kemenangan dalam pertandingan nanti.." balas Naruto.
Elen hanya mengangguk paham dengan pandangannya yang melihat orang disekitarnya yang berlalu lalang. Membiarkan Naruto yang meliriknya dengan ekor matanya itu.
Hingga beberapa menit mereka berjalan menyusuri jalan kota itu, tak terasa mereka telah melewati bangunan terakhir di gang kota itu dan sampai di pinggiran danau kecil yang ada di tengah kota.
"Mm.. Naruto-kun, Ada orang yang ingin bertemu denganmu juga. Bukan hanya aku, teman-teman yang lain juga sudah lama menunggumu kembali. Mereka sudah berusaha semampu mereka agar bisa diakui olehmu. Bahwa kami ada, dan kau tak sendirian.." ujar Elen yang berhenti dan melepaskan genggaman tangan Naruto.
Naruto yang merasakan tangannya dilepas juga ikut berhenti didepan Elen dan membelakangi gadis itu.
Elen mengangkat wajahnya menatap punggung tegap pria yang ada didepannya. Hembusan angin menggoyangkan rambut dan pakaian mereka berdua.
Mereka berhenti di pinggiran sebuah danau kecil dengan rerumputan yang mereka pihak. Terdapat banyak cahaya lampu di sekitar danau dan bangunan di belakang mereka.
"Untuk apa? Aku tak pernah meminta bantuan siapapun.. tujuanku datang ke kota ini sejak awal hanya Miyuki. Tak ada yang lain.." ujar Naruto datar seraya irisnya menatap danau didepannya datar.
"Apa yang kau katakan? Aku tau adikmu adalah yang paling berharga untukmu.. tapi aku mohon, kami sudah berjuang keras dan mempercayaimu Naruto-kun. Bahkan, aku.. aku juga mempercayaimu.." ujar Elen menjeda kalimatnya dan menatap Surai pirang didepannya itu.
"Aku tak tau apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu mempercayai kami. Selama ini aku bahkan terus mencari keberadaanmu. Walaupun aku tau kau tak memikirkan apapun tentangku ataupun teman-teman yang lain.. tapi, aku tak bisa membohongi perasaanku.." Ucap Elen semakin lirih diakhir kalimatnya.
Gadis itu mengepalkan tangannya erat menahan perasaannya yang bercampur aduk menjadi satu.
Disatu sisi dia senang bisa bertemu dengan pria ini. Disisi lain dia tak bisa merubah pola pikir Naruto tentang teman-temannya itu. Pria ini begitu sulit di tebak jalan pikirannya.
"Bukan aku tak menganggap mereka, aku tetap menghargai siapapun yang mengganggap ku ada. namun.. Kau tau sendiri apa yang murid academi yang lain pikirkan tentangku, kan? Aku tak mempermasalahkan itu.. aku hanya lebih suka sendiri daripada menjadikan orang lain terluka karenaku.." ujar Naruto datar.
Elen yang mendengar itu membolakan Irisnya sesaat dengan tubuh yang menegang. Kemudian gadis itu berjalan mendekati Naruto dan menarik tangan pria itu untuk menghadap ke arahnya.
Plakk!
Sebuah tamparan keras dilayangkan gadis itu mengenai telak pipi pria pirang itu yang hanya memandang datar sang pelaku yang menatapnya tajam saat ini.
"Kau berkata seakan kami lemah? Kau tak tau apa yang kami lakukan sampai sejauh ini agar kau menganggap kami ada, Baka!.. Aku mewakili perasaan semua teman-teman yang ada untukmu, dan membuat tempat untukmu kembali pulang.. kau jangan menganggap kami lemah dan menanggung semuanya sendirian.. A-aku, Hinata, Rossweisse bahkan yang lainnya ada untukmu bersandar saat kau merasa lelah.. aku mohon.. Naruto-kun.."
Ucapan elen berakhir dengan dirinya yang mencengkram kerah pria pirang itu dengan membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto dengan ekspresi sedih menahan perasaannya saat ini.
"Lalu.. apa sebenarnya yang kau inginkan?" ujar Naruto datar.
Sementara gadis yang masih membenamkan wajahnya itu hanya menggeleng pelan dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya siap untuk ditumpahkan.
'Aku.. ingin bisa berjalan setara denganmu. Menemanimu disaat kau dalam keadaan sulit sekalipun..' batin Elen.
Ingin sekali dia mengatakan itu pada pria ini. Tapi entah kenapa lidahnya kelu dan tak bisa mengucapkan apapun saat ini.
'Apa yang terjadi padaku? Kenapa sangat sulit sekali mengungkapkan perasaan ini padanya.' Batin Elen dengan menggigit bibir bawahnya pelan dan mengeratkan kepalan tangannya.
"A-aku.. aku ingin.. aku ingin bersamamu.. hiks.. Baka!"
Naruto dapat mendengar ucapan Elen yang meninggikan nadanya diakhir kalimatnya itu. Dengan pelupuk matanya yang sudah tak mampu membendung air mata lagi, dan menetes melewati pipi mulusnya itu.
Naruto yang mendengar itu hanya memandang datar gadis yang sesenggukan di dada bidangnya.
Membuat dirinya teringat dengan perkataan Yugao ketika masih di Konoha dulu. Bahwa dirinya tak boleh membuat seorang gadis menangis dan sampai saat ini dia masih memegang perkataan itu.
Naruto reflek menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah cantik gadis itu yang sedang menangis. Menatap iris Rubi gadis itu sedalam mungkin meresapi keindahan wajah cantik gadis berambut putih itu.
Menggunakan kedua tangannya, Naruto mengusap air mata gadis itu perlahan lalu pindah mengusap lembut bibir Elen dan berhenti di sudut bibirnya. Membuat gadis itu hanya bersemu merah dengan diam menatap iris blue shappire pirang itu.
"Jika itu akan membuatmu tak bersedih lagi.. akan ku lakukan.. jadi kau berjanjilah padaku agar tak bersedih lagi." Ujar Naruto datar dengan seulas senyum tipis diwajahnya.
Elen yang mendengar perkataan Naruto pun sedikit tertegun dan membuatnya menatap lebih dalam iris blue shappire Naruto. Mencoba mencari sebuah kebohongan dari sana.
Namun tatapan yakin Naruto mampu membuat hatinya luluh untuk yang kesekian kalinya. Ucapannya, perilakunya, tatapannya bahkan senyuman pria ini membuatnya yakin jika pria ini bisa dipercaya.
Walaupun dalam kenyataannya pria ini memang misterius dan tak bisa ditebak jalan pikirannya. Tapi entah kenapa Elen percaya dengan apa yang di utarakan Naruto.
"Mm. Aku berjanji, Naruto-kun.."
balas Elen yang menangkup tangan Naruto dipipinya dengan senyuman manisnya yang terlihat mengembang di wajah cantiknya itu.
Greb!
"Na-Naruto-kun! Ap-apa yang-.."
"Sudahlah.. aku akan mengantarkannya pulang Hime.."
Elen terpekik kaget saat Naruto menggendong dirinya ala bridal style dan berlari melompati atap-atap rumah penduduk. Membuat Elen reflek mengalungkan kedua tangannya pada leher Naruto seraya memandang wajah tampan pria itu dengan rona merah diwajahnya.
Seakan dalam keadaan Slow motion, Naruto yang menggendong Elen dengan bridal style melompat tinggi di atas atap bangunan tinggi dengan angin lembut menggoyangkan rambut dan pakaian mereka dengan background bulan purnama disamping belakang mereka itu.
Untuk pertama kalinya Elen merasakan sebuah perasaan hangat yang sesungguhnya dihatinya. Dipeluk oleh seorang pria yang dicarinya selama ini, dan menatap wajahnya sedekat ini membuat dirinya bahagia.
Walaupun dia tak tau sampai kapan kebahagiaan itu akan bertahan, tapi setidaknya dia akan mengenangnya selamanya.
Tentu saja dengan upaya mempertahankannya dan tak akan melepaskannya begitu saja.
'Kau orang aneh yang telah membuatku pusing mencari keberadaanmu satu tahun ini. Bahkan kau meninggalkanku dan yang lainnya tanpa berpamitan.. kau juga yang telah mengambil ciuman pertamaku tanpa seizinku. Dan sekarang kau seperti seorang penculik yang membawa paksa seorang gadis untuk ikut bersamamu..' batin Elen masih dengan senyuman diwajahnya.
Walaupun dia tau kalau Naruto ingin mengantarkan gadis itu pulang, tapi espektasinya membuatnya sedikit melebih-lebihkan keadaannya saat ini.
'Dasar Naruto no baka.. mm.. sepertinya aku tau apa yang ku inginkan saat ini..' batin Elen yang mendekatkan wajahnya di telinga Naruto dan menghembuskan nafasnya disana.
Naruto yang merasakan gadis itu bernafas di daerah telinganya hanya melirik menggunakan ekor matanya tanpa merusak konsentrasinya yang masih melompati atap bangunan itu.
Elen yang tau jika Naruto memperhatikannya hanya mengeratkan lengannya dan membuatnya semakin dekat dengan wajah Naruto. Dengan senyuman tulus diwajahnya yang menempel pada Naruto, gadis itu berkata lembut dengan hembusan nafasnya mengenai kulit pria itu.
"Mm.. sepertinya aku tau apa yang ku inginkan malam ini.. Naruto-kun.."
.
.
.
.
.
Sepeninggalan kedua orang berbeda gender itu, di sudut gang yang minim cahaya dengan dinding pagar yang ada disana. Seorang pria berambut merah dengan mata berpola riak air bersidekap dada bersandar di sana.
Menatap bulan purnama di langit penuh bintang yang indah tersebut, membuatnya tak sadar jika sejak tadi dirinya sudah mengikuti Elen karena khawatir dan berujung tau jika ada pria pirang itu bersama gadis itu.
"Naruto.. kau sudah banyak berubah rupanya." Gumam Nagato datar yang masih mengadahkan wajahnya menatap langit bertabur bintang malam itu.
Sejak tadi Nagato mendengarkan percakapan mereka berdua. Dan dia tau jika Naruto sadar akan kehadirannya itu. Namun seakan sengaja, Naruto tak menyuruhnya untuk keluar dari persembunyiannya itu.
"Sepertinya sudah hampir tiba saatnya.." gumam Nagato.
Kemudian pria itu berjalan meninggalkan tempat itu dengan iris Rinnegannya yang menyala dibalik kegelapan digang gelap itu.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Forest, 09.00 Am.
.
Di bekas markas Anbu Root yang sudah porak poranda, beberapa pasukan dengan rompi abu-abu dengan topeng putih berbentuk kepala hewan nampak berdiri di atas dahan pohon disekitar hutan yang berjarak 100 meter dari dataran tandus disekitar lubang raksasa itu.
Puluhan Shinobi dengan ikat kepala berlambang Konoha dipakai oleh Shinobi berompi hijau yang ada diantara para Anbu itu.
Seorang pria tua dengan pakaian serba hitam dan memakai pelindung kepala dan membawa tongkat besar di tangannya memandang syok apa yang tersaji didepannya itu.
Bukan hanya pria tua itu, tapi semua yang ada disana melihat dengan iris membola tempat yang sudah luluh lantak disekitar lubang raksasa itu.
Seorang pria dengan pakaian Anbu dan berambut hitam lurus berkulit putih yang menjadi penunjuk jalan itu pun menatap syok, tak seperti biasanya yang bahkan tak pernah menunjukkan emosinya selama ini.
"Sai, apa ini benar-benar markas Danzo? Kenapa tempat ini sudah menjadi seperti ini?.." gumam Pria tua yang menjadi pemimpin disana pada pria yang ada di sebelahnya itu.
"Sai, apa kau yakin ini tempatnya? Tempat Ini bahkan seperti sebuah bekas medan pertempuran besar." Sahut suara feminim dari seorang gadis berambut ungu panjang yang membuka topeng putih miliknya yang tak lain adalah Yugao.
Sai yang menjadi sumber informasi disana masih fokus pada apapun yang dia lihat didepannya saat ini. menatap bekas markas Danzo yang juga adalah markasnya sebelumnya datar.
memastikan kembali apa lokasi yang dia ingat ini adalah benar atau salah. namun sekian lama ia mengingatnya, ini adalah lokasi yang tepat. namun telah hancur dan menjadi tanah gersang di sekitar lubang raksasa ini.
"Aku yakin ini adalah tempatnya. Aku masih ingat betul lokasinya.. tapi, sepertinya tempat ini sudah diserang sebelum kita datang. Tapi siapa yang bisa melakukan hal ini pada para Anbu Root?" balas Sai datar.
"Kau benar. Setidaknya butuh beberapa peleton pasukan rank A sampai S keatas dengan jumlah yang banyak untuk meratakan tempat ini sampai seperti ini.."
Kali ini suara berat dari seorang Anbu yang menggunakan jubah putih dengan topeng Neko yang berkata. Dan di sampingnya terdapat 2 Anbu yang juga menggunakan jubah hitam dan topeng Neko disana.
Hiruzen yang mendengar percakapan anggotanya hanya melirik dengan ekor matanya. Dan kembali menatap ke depan, ke arah bekas markas Danzo yang sudah menjadi lubang raksasa disana.
"sebaiknya kita cek keadaan disana. Mungkin ada petunjuk yang bisa kita temukan." Ujar Hiruzen.
"Hai'.." balas semua anggotanya.
Kemudian semua Shinobi Konoha itu melompat dari dahan pohon itu dan berlari ke arah bekas markas Danzo tersebut.
.
Sesampainya mereka di pinggiran lubang itu, mereka berlari di dinding lubang itu masuk ke dalam. Seraya iris mereka mengekplorasi sekitar mereka untuk mencari petunjuk yang bisa mereka temukan ditempat itu.
"Kita berpencar!.." ujar Hiruzen
Semua anggotanya mengangguk dan pergi ke sektor pencarian mereka masing-masing. Tak lupa di luar lubang itu sudah ada dari mereka yang menjaga untuk keamanan rekan-rekan mereka didalam.
Hiruzen bergerak dengan Yugao disampingnya dan tiga Anbu dengan jubah putih dan hitam ke arah Utara mencari setiap sudut dan bangunan yang masih tersisa di dalam dinding lubang itu.
Mereka berhenti ketika melihat bekas hitam di tanah tepat dihadapan mereka saat ini. Sebuah sobekan lain terlihat disana.
"Ini bekas mayat dari para Root. Ini akan sulit jika kita mencari informasi dari jasat mereka.." ucap Hiruzen yang menatap bekas menghitam itu.
"Hokage-sama, sebaiknya kita mencari didalam setiap ruangan-ruangan yang ada. Aku yakin kita akan menemukan sesuatu disana.." ujar Yugao yang menatap banyak pintu masuk kedalam setiap ruangan di dinding di sekitar mereka.
"Kau benar Yugao-chan.. kita berangkat!" balas Hiruzen yang dibalas anggukan anggotanya.
Mereka pun masuk ke dalam setiap ruangan-ruangan yang mereka temui untuk mencari setiap hal yang bisa mereka jadikan informasi untuk mereka bawa kembali ke desa mereka.
Hingga beberapa jam mereka mengeksplor daerah itu, Hiruzen menemukan beberapa tempat bekas penjara dan tempat penelitian didalam sana. Namun tanda kehidupan didalam tempat itu sudah tak ada lagi.
Hingga mereka semua kembali berkumpul di dasar tempat itu dan menyampaikan hasil temuan mereka masing-masing.
Hingga sebuah hasil yang diberikan Sai berupa berkas yang masih utuh dari bekas ruangan Danzo yang diberikan pada Hiruzen, membuat pria tua itu membolakan matanya sempurna dengan syok memandang berkas-berkas yang dia baca itu.
Data-data yang ada disana menunjukkan para murid academi yang memiliki Kekkai Genkai dan beberapa Shinobi yang berhasil mereka bunuh terdapat disana. Termasuk data dari putri kerajaan itu sendiri yang memang menjadi target oprasi mereka.
Namun hal yang lebih mengejutkan dari semua itu adalah sebuah data tentang seorang pria yang sangat Hiruzen kenal.
Bahkan Yugao pun sangat mengenalnya lebih dari siapapun yang ada disana yang membuatnya menutup mulutnya syok menatap apa yang di baca Hiruzen saat ini.
Hembusan angin menggoyangkan surai dan pakaian mereka yang terdiam dengan ekspresi mereka masing-masing. Menatap satu sama lain ketika orang yang tak tau informasi tentang pria itu dan hanya bingung menatap Hiruzen dan Yugao disana.
"Mereka pasti bercanda.. dia juga dijadikan target oprasi mereka?.. Bahkan informasi yang mereka dapatkan tentangnya lebih detil daripada informasi yang kita miliki.." gumam Hiruzen yang mengeratkan genggaman tangannya pada dokumen yang dia pegang itu.
Yugao pun merasakan apa yang dirasakan Hiruzen. Perasaannya bercampur aduk ketika melihat apa yang dia lihat dan dia dengar sendiri dari Hiruzen.
"Pria yang sudah membantu kemenangan Kirigakure.. sang Lunar Knight. Aku tak menyangka dia bisa menjadi orang seperti itu walaupun tanpa Mana ataupun Chakra ditubuhnya.. dan yang melakukan ini semua apa ada kaitannya dengan dia?" gumam Hiruzen.
Kemudian pria itu memberikan dokumennya pada Yugao yang menatap lekat gambar wajah yang ada di dalam dokumen yang dia pegang ya saat ini dengan sebuah senyum tipis di wajah sendunya.
"Aku bangga padamu Otouto.. kau bisa menjadi seorang pahlawan berkat usaha dan kerja kerasmu selama ini.." gumam Yugao yang mendekap berkas itu di dadanya seraya mengadahkan wajahnya menatap langit yang cerah siang itu.
.
.
.
"Kau sungguh orang yang misterius dan penuh kejutan.. Naruro-kun.."
.
.
.
.
.
To be continued..
.
.
Ending:
Michi To You All - Aluto
.
.
A/N: Assalamualaikum wr. wb.
Kembali lagi dengan author gaje ini. Mohon maaf jika ada salah dan typo yang bertebaran dimana-mana.
Sebelumnya saya minta maaf kalau ada yang tak suka dengan adegan hot yang ada di dalamnya. atau kalian bisa skip aja no problem. itu hanya pemanis saja. dan mungkin terkesan terlalu banyak cewek yang dekat? yah nanti kedepannya akan lebih jelas lagi bagaimana atau siapa yang jelas jadi pairnya.
walau udah ada yang jelas dari salah satu cewek yang ada di chapter sebelum-sebelumnya, tapi nanti lihat aja bagaimana kelanjutannya.
special tanks for: Irsyad Himawan, dlucifer35, uzunami28, fans Naruto harem and Guest yang sudah review.
Mungkin kalau ada yang ingin ditanyakan silahkan komentar di kolom Review. Saya butuh masukan atau komentar dari kalian untuk kemajuan kedepannya.
Untuk yang setia membaca, bisa baca fict saya yang lain yang akan saya update bertahap.
Untuk kalian yang masih setia membaca, kalian bisa mendownload apk'nya Fanfiction di playstore agar lebih mudah mengakses ffn.
Dan untuk yang ingin tau image dari setiap character, dragon, sword dan info lain di World ini. Kalian bisa add FB saya dengan Nick name:
Kyoigneel
Foto sama dengan di bio ini. Semua image dari fict saya ada disana agar lebih mengena fellnya saat membaca.
Karena FB lama saya di hack Dangan nama yang sama. Jadi ya mau gak mau buat baru lagi.
.
Sekali lagi saya minta maaf jika ada yang tersinggung dan cerita yang terkesan gaje.
Semua ini hanyalah imajinasi dan fictif belaka yang tertuang di sebuah tulisan.
Terimakasih, jika ada kritik dan saran silahkan coret-coret dikolom Review.
Semua saya terima dengan iklas dan semoga menjadi berkah. Aamiin..
Sampai jumpa lagi dengan chapter selanjutnya!
.
Kyoigneel out!
