WORLD
.
Disclaimer:
Naruto [Masashi Kishimoto]
High School DxD [Ichiei Ishibumi]
Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.
Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.
Rate : M
Pair: Naruto
Genre : Action, Adventure, Fantasy.
Warning!: Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Lime/Lemon, Etc, Don't like don't read!.
Summary: Dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang ' malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.
.
Chapter 30: Crimson Kingdom.
.
Opening Song:
Ikimono Gakari – Blue Bird
.
.
.
.
.
Di salah satu bangunan yang nampak mewah yang memiliki struktur bangunan tinggi dengan banyak bagian ruangan-ruangan yang ada di dalamnya. Yang dimana bangunan itu malah lebih terkesan seperti sebuah kastil yang megah.
Di salah satu sofa yang ada di salah satu ruangan yang ada di bangunan itu, seorang gadis berambut hitam panjang bertubuh indah dengan iris mata merah rubi, menatap seorang pria yang berdiri di hadapannya saat ini.
Dimana pria itu memiliki rambut panjang namun ikal berwarna coklat memakai baju zirah berwarn hitam. Yang memandang gadis cantik dengan pakaian gaun ungu yang digunakan gadis itu.
"Ophis-sama, apa kau tak ingin ikut dalam pertarungan yang akan terjadi saat kami menjalankan rencana kami?" tanya pria berambut coklat itu mencoba memastikan.
Gadis yang ditanya hanya menyilangkan kakinya yang memperlihatkan belahan pahanya itu seraya meminum segelas anggur di gelas kaca yang dia pegang.
"Tidak. Aku kan sudah bilang jika apa yang ku lakukan selama ini telah menemukan titik terangnya. Aku tak akan mengganggu ataupun ikut dalam pertarungan itu.. tugasku disini hanya mengawasi kalian. Hancur atau tidaknya kerajaan itu ada di tangan kalian.." ujar gadis bernama Ophis itu datar seraya menggoyangkan gelas ditangan kanannya pelan.
"Aku mengerti. Itu lah kenapa selama kau tak ada disini 'dia' sangat berambisi sekali untuk merebut kembali apa yang sudah menjadi milik kita.. tapi, jika pemuda yang kau maksut itu sampai ikut campur.. apa yang akan kau lakukan?"
Pria berambut coklat itu kembali bertanya dengan wajah dinginnya. Seakan tau jika apa yang mereka lakukan nanti pasti akan ada yang menghalangi dan jika sampai pria yang dimaksud Ophis ini ikut campur, dia tak akan segan untuk membunuhnya.
"Hm? Maksutmu Naruto-kun? Aku ragu kau bisa mengalahkannya. Aku sudah pernah cerita padamu kan sebelumnya.. dia itu.. Istimewa." Balas Ophis dengan senyum manis diwajah cantiknya itu.
Pria yang ada didepannya hanya menggeram menahan emosinya dan mengepalkan kedua tangannya itu. Seraya aura gelap ditubuhnya yang mulai menguar dan membuat udara disekitarnya terasa berat.
Namun tidak untuk gadis berambut hitam itu yang hanya tersenyum menatap pria didepannya yang mengeluarkan killing intens yang pekat.
"Aku akan membuktikan padamu jika kekuatan iblis adalah yang terkuat.. mungkin kami tak bisa mengalahkanmu, tapi belum tentu dengan pria bernama Naruto itu, kan Ophis-sama.." ujar pria itu menyeringai menatap Ophis.
Ophis hanya tersenyum tipis diwajah datarnya seraya berdiri dari tempat duduknya itu. Dan pria berambut coklat di hadapannya itupun mendekat dan berjongkok tepat dihadapan Ophis yang seakan tau apa yang akan di lakukan gadis itu padanya.
Sring!
"ARGGG!.. Khahhk!.."
Ophis mengeluarkan magic cyrcle di telapak tangannya dan mengeluarkan sebuah ular hitam kecil yang masuk kedalam tubuh pria itu melalui mulutnya. Membuat pria itu semakin mengeluarkan killing intens yang pekat dengan aura membara di sekitar tubuhnya yang berwarna gelap.
Pria itu menyeringai dengan Irisnya yang tiba-tiba menghitam dan kembali lagi seperti semula. Kemudian pria itu pun berdiri dan memandang gadis di hadapannya dengan seringainya.
"Khe.. terimakasih bantuannya, Ophis-sama. Aku akan membalas kebaikanmu padaku nanti jika Crimson bisa hancur ditangan kami." Ujar pria itu.
Ophis hanya tersenyum tipis diwajah cantiknya itu seraya berjalan meninggalkan pria itu dengan anggunnya.
"Aku tak akan bertanggung jawab padamu dan yang lainnya jika kalian tewas ditangan Naruto-kun. Dia adalah calon raja.. tak mungkin dia kalah dari calon anggotanya sendiri, kan?" ucap Ophis dengan senyum manis di wajah cantiknya itu.
"Khe.. kita lihat sejauh mana rajamu itu bisa bertahan dari kekuatan iblis kami.." gumam pria berambut coklat itu masih dengan seringainya. Seraya dia juga pergi meninggalkan ruangan itu.
Seraya berjalan, Ophis hanya tersenyum manis dengan wajah cantiknya itu dan tetap menatap ke depan tanpa menghentikan langkahnya.
'Kebangkitannya tak akan lama lagi.. aku selalu menunggumu, Anata..'
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Diatas atap sebuah bangunan academi Hagun, terdapat dua orang gadis yang nampak duduk bersama seperti biasanya seraya berbincang di sana.
Gadis cantik berambut indigo yang nampak hanya diam dengan wajah bersemu merah yang hanya melamun tanpa memakan bekal yang dia bawa.
Begitupun seorang gadis di sampingnya yang juga terdiam dengan wajah yang juga memerah dan sama dengan gadis di sampingnya itu yang hanya melamun memikirkan hal yang menurut mereka sangat indah untuk dikenang dan berputar di ingatan mereka.
Hingga tanpa sadar dibelakang mereka berdua ada seorang gadis cantik berambut putih yang memandang kedua gadis itu dengan ekspresi bosan, Yang tadi masuk dari pintu keluar di belakang mereka berdua itu.
"Ehm!"
"E-eh!/E-Elen!"
Dengan sengaja gadis bernama Elen itu berdehem agak keras hingga membuat kedua gadis cantik itu sedikit terkejut dan memiringkan tubuh mereka menatap gadis berambut putih di belakang antara mereka berdua itu.
"Kalian daritadi ku perhatikan senyum-senyum sendiri tanpa saling berbicara ataupun memakan bento kalian. Apa yang sebenarnya kalian pikirkan, ha?! Atau jangan-jangan.." Elen sedikit membola dengan menutup mulutnya ketika ingin mengatakan kalimat terakhirnya.
Karena melihat wajah kedua gadis itu yang nampak bahagia dengan wajah memerah. Dan lagi keduanya yang tenggelam dalam pikiran mereka tanpa tau apa-apa di sekitar mereka berdua. Seakan semua telah teralihkan dengan apa yang mereka berdua pikirkan itu.
"Kalian sedang jat- Hemmphh!"
"E-emm.. Ano Senpai jangan keras-keras.."
"Hmmm.. Elen, bisakah kau jadi gadis baik yang memaklumi kami menikmati masa remaja ini, hmm?"
Elen tak sempat mengakhiri ucapannya karena gadis berambut silver itu langsung membekap mulut Elen dengan gadis berambut indigo yang nampak gugup memandang senpainya itu.
"Aku juga masih remaja, Ross.. tapi aku ingin tau siapa yang membuat kalian sampai sebahagia ini? Dan aku juga dengar kalian datang telat pagi tadi.. tak seperti biasanya kalian yang selalu disiplin." Ujar Elen dengan ekspresi swetdrop menatap keduanya yang bertingkah aneh.
"E-emm.. a-ano Senpai, kami hanya selesai melakukan prepare barang-barang kami yang akan dibawa ke Crimson nanti sore, kok.." ujar Hinata yang memainkan kedua jarinya gugup seperti biasanya.
Begitupun Rossweisse yang mengangguk angguk mengiayakan ucapan Hinata dengan wajah tanpa dosa. Dan itu malah membuat Elen semakin curiga memandang mereka berdua saat ini.
Karena tak biasanya keduanya itu kompak datang terlambat di waktu yang bersamaan. Sedangkan keduanya itu terkenal dengan gadis yang disiplin dan selalu tepat waktu. Dan Rossweisse sendiri adalah seorang ketua kedisiplinan di Academi ini. Hal itu membuat Elen menatap curiga pada keduanya.
"Hmm.. kalian menyiapkan apa saja memangnya? Aku yang begadang semalaman saja masih sempat tidur walaupun sebentar dan datang tepat waktu.." gumam Elen menatap datar kedua gadis yang tertawa kikuk didepannya itu.
"Eh.. hehe.. mm, lagipula kau kenapa begadang semalaman? Tak biasanya kau begadang, eh?" ujar Rossweisse yang balik menatap curiga gadis berambut seputih awan itu berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rossweisse memang tak tau banyak tentang gadis ini. Tapi dia cukup tau jika gadis ini adalah seorang putri tidur yang tak pernah telat tidur malam. Kecuali ketika mereka ada tugas yang memang harus lembur semalaman, barulah Elen begadang.
Tapi akhir-akhir ini sepertinya tak ada tugas untuk gadis itu. Dia juga baru kembali ke kota ini. Jadi pasti ada alasan tersendiri kenapa gadis itu begadang.
"E-eh! Tidak kok.. aku hanya tak bisa tidur saja memikirkan si Baka pirang itu. Hum!" ujar Elen yang berbalik seraya bersidekap dibawah dadanya yang big size itu.
Dengan background Hinata dan Rossweisse yang melihat wajah Elen dari belakang kiri dan kanan gadis itu dengan ekspresi swetdrop mereka, ketika melihat wajah Elen yang memiliki semburat merah sambil memejamkan matanya itu.
membuat pikiran kedua gadis cantik berbeda warna rambut itu sedikit paham dengan gesture dari Elen.
"Ee.. Kau sendiri sepertinya sedang kasmaran, Elen.." gumam Rossweisse.
"Umm.."
Hinata pun mengangguk-anggukan kepalanya dengan wajah polos menyetujui pernyataan Rossweisse.
"Tidak! Sudahlah.. aku hanya ingin memberitahukan kalian bahwa setelah ini semuanya berkumpul di ruang auditorium di gedung D.. Tsunade-sama akan memberikan instruksi untuk kita sebelum berangkat ke Crimson.." ucap Elen.
Elen langsung melenggang pergi meninggalkan kedua gadis yang menatapnya bingung dengan mengedipkan mata mereka beberapa kali dan saling memandang heran.
"Tak biasanya dia sensitif seperti itu.." gumam Rossweisse.
'A-apa dia semalam sedang bersama Naruto-kun?..' batin Hinata.
Karena dia tau jika gadis itu juga menyukai Naruto. Bukan Hanya Elen, tapi Rossweisse pun sama. Gadis itu sendiri yang cerita padanya kalau semalaman dia menghabiskan malam dengan Naruto.
Walau hanya tidur di ranjang yang sama, tapi memeluk tubuh pria itu membuat Rossweisse begitu merasa nyaman dan aman.
Hingga Rossweisse terbangun tengah malam dan begadang dengan Naruto yang menemaninya di apartemennya itu.
Itulah sebabnya Rossweisse datang terlambat dan begitu sulit melepaskan Naruto yang pergi dari apartemennya.
Sedangkan Hinata tak bisa tidur semalaman karena kepikiran pria pirang itu terus, dan membuatnya begadang semalaman.
Hinata hanya tersenyum ketika Rossweisse menceritakan semalaman gadis itu ditemani Naruto di apartemennya. Dan mereka menghabiskan malam dengan bercerita satu sama lain.
Hinata kemudian menggelengkan kepalanya pelan ketika berpikiran yang aneh-aneh tentang Elen barusan. Karena semalam Rossweisse bilang bersama dengan Naruto.
Atau mungkin pria itu menemui elen dahulu baru menemui Rossweisse? Yang jelas itu urusan mereka. Dan Hinata hanya bisa menerima keputusan terakhir Naruto pada akhirnya nanti.
"Hinata-chan, sebaiknya kita segera menghabiskan makanan kita dan berkumpul ke ruang auditorium.. kita juga harus bersiap-siap untuk pergi ke Crimson bersama." Ujar Rossweisse tersenyum menatap Hinata.
"Umm.. baiklah, Senpai.." balas Hinata.
.
.
.
.
.
12.00 Am.
.
Disalah satu ruang kelas 2 di Academi Hagun, seorang gadis cantik berambut hitam panjang yang terlihat anggun dengan seragam academinya yang duduk di bangkunya dengan kaki yang disilangkan. Memandang datar ke arah jendela luar yang terdapat di samping gadis itu duduk dengan tangan kanannya yang menopang pipi mulusnya itu.
Dimana saat ini adalah saatnya jam istirahat makan siang bagi murid academi. Namun karena mereka semua telah mendapatkan bekal informasi yang disampaikan oleh kepala sekolah mereka pagi tadi, kemungkinan besar murid-murid academi sedang mempersiapkan diri mereka dan perlengkapan untuk dibawa ke Crimson Kingdom nanti sore.
Kemungkinan academi hanya akan mengirimkan separuh murid academi untuk mendukung peserta festival yang akan berlangsung.
Gadis itu memandang datar keluar jendela seraya bergelut dengan pikirannya saat ini.
Dimana ingatannya tentang apa yang dikatakan kakaknya semalam yang membuatnya seperti sekarang ini.
.
.
Flashback.
.
.
Seorang gadis berambut hitam lurus dengan poni rata yang memakai pakaian tidurnya, berdiri mematung dengan iris membola menatap seorang pria berambut pirang raven berponi belah tengah yang membingkai wajah tampanya, Yang memakai assassins style nya menatap datar gadis itu.
"Na-Naru-nii.." gumam gadis cantik itu dengan tubuh bergetar.
Dimana saat ini, orang yang menjadi bahan pikirannya itu muncul dihadapannya tanpa dia sadari. Menatap dengan ekspresi yang masih sama seperti dulu terakhir kali mereka bertemu.
Gadis itu melihat jendela di samping ruangannya itu yang nampak terbuka. Menandakan jika pria pirang itu masuk dari jendela tersebut.
"Kau tidak pernah berubah, Ne Imouto-chan.. masih saja suka menangis saat menyelesaikan masalah." Gumam pria pirang itu.
Sementara sang adik hanya menundukkan kepalanya dengan tubuhnya yang bergetar. Suara Isak tangis terdengar dari gadis cantik beriris biru langit itu walaupun sangat pelan.
Dimana gadis itu menundukkan kepalanya agar orang didepannya itu tak bisa melihat dirinya yang sedang menangis tertahan.
'Apa yang harus ku katakan.. aku bahkan tak punya keberanian menatap wajah Naru-nii.. aku.. aku.. tak punya wajah untuk bisa diperlihatkan pada Naru-nii.. hiks.' Batin Miyuki yang masih terisak itu.
Gadis ini bingung apa yang harus dilakukannya. Dirinya sangat merindukan Nii-sannya. Tapi dirinya tak mempunya nyali untuk menatap iris blue shappire yang dirindukannya itu.
Karena dirinyalah Naruto menjadi seperti ini. Bahkan sekarang Naruto sudah tak tinggal di Soul lagi dan memilih menjadi seorang pengelana.
'Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku tak bisa mengubah apa yang sudah ku perbuat. Aku tak bisa menghapus kenangan buruk tentangku dari Nii-san. A-'
Greb!
Miyuki tersentak seketika saat merasakan tubuhnya di sekap oleh seseorang. Gadis itu hanya terisak seraya membalas pelukan hangat dari pria yang tak lain adalah kakaknya itu.
"Hiks.. Gomennasai, Nii-san.. A-aku sungguh menyesal telah mencampakkanmu dan menyakiti hatimu selama ini.. hiks.. Gomennasai.. hiks.."
Dalam tangisnya Miyuki Hanya bergumam lirih seraya mengeratkan pelukannya yang sudah lama tak dia rasakan dari seorang kakak.
Untuk kali ini gadis itu melepaskan tangisnya didalam pelukan Naruto. Setelah sekian lama penantian gadis itu, akhirnya terbayarkan juga dengan kehadiran pria pirang yang dinantinya ini.
Naruto hanya memandang datar Surai hitam Miyuki yang tingginya hanya sebatas dadanya itu. Seraya tangan kanannya mengusap lembut Surai indah Miyuki.
"Aku tak pernah marah padamu, Imouto-chan.. aku hanya ingin mencari jati diriku yang sebenarnya. Kau tak perlu meminta maaf.. aku juga bersalah karena meninggalkan kalian dan membuat Kaa-san terbunuh.. Gomennasai.." balas Naruto lirih.
Miyuki hanya menggeleng seraya mencengkram erat pakaian Naruto yang masih dipeluknya itu.
"TIDAK! Ini semua salahku Nii-san.. hiks.. aku.. aku bukanlah seorang adik yang pengertian. Aku adalah gadis yang egois! Aku tak bisa menghargai kehadiranmu! Aku.. aku.. hiks!"
Miyuki semakin meracau di sela tangisnya. Sementara Naruto hanya mendengarkan isi hati yang disampaikan adik tersayangnya itu.
"Aku.. adalah saudara yang tidak berguna.. hiks."
Ucapan terakhir gadis itu membuat tubuhnya melemah dan seakan pasrah dengan keadaanya saat ini.
Dia tau jika dirinya sudah keterlaluan. Disaat semua murid menghina kakaknya, dia malah diam saja dan berpihak pada mereka.
Tak ada pembelaan yang dia lakukan sebagai seorang saudara. Padahal Naruto dulu datang ke academi itu untuk menemui dirinya. Tapi kenapa dirinya malah menjadikan Naruto sebagai orang asing baginya.
'Aku bersedia apapun yang akan dilakukan Nii-san padaku. Aku akan menerima konsekuensi atas apa yang pernah aku lakukan dulu. Aku memang tak berguna..' batin Miyuki.
Naruto yang merasakan tubuh Miyuki melemah langsung mengendong gadis itu didepan tubuhnya dengan menopang pantat Miyuki.
Membuat gadis itu terpekik kaget dan otomatis mengalungkan kedua tangannya pada leher Naruto dan mengaitkan kakinya ke pinggang Naruto.
Membuat keduanya saling bertatapan satu sama lain dengan iris blue shappire yang menatap lekat sang adik yang masih menatapnya dengan ekspresi sedih dan menyesal yang mendalam.
"Kau masih berat seperti dulu, eh Miyu-chan.." ujar Naruto dengan senyum tipis diwajahnya.
"Umm.. a-aku tidak be-berat Naru-nii.." balas Miyuki yang tampak cemberut dengan wajah sedihnya dan rona merah yang terlihat di pipinya.
Membuat Naruto hanya tersenyum tipis diwajah datarnya itu yang menatap lekat wajah adiknya dari jarak sedekat ini.
"Kau tau, aku melakukan semua ini bukan karena aku membencimu. Tapi karena aku memang ingin melakukannya untuk mencari jati diriku yang sebenarnya, Miyu-chan.. jadi kau jangan menyalahkan dirimu seperti ini.." balas Naruto.
Miyuki yang mendengarnya seketika membolakan Irisnya dengan mengapit bibir bawahnya menahan rasa sedih bercampur senang yang dia rasakan itu.
"Aku tak pernah serius ingin membunuhmu dan Ross-chan. Aku lah yang melindungi kalian selama di Namigakure.. Dan saat kau di serang para Anbu Root malam itu.." lanjut Naruto.
Miyuki seketik syok dengan tubuh yang menegang seketika saat mendengar kalimat terakhir dari sang kakaknya itu.
Seketika ingatannya muncul di malam saat dirinya diserang oleh para Shinobi bertopeng dan berjubah hitam setahun yang lalu.
'Malam itu? Jangan-jangan..' batin Miyuki dengan iris membola dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya saat ini.
"Aku tau semua yang kau lakukan Miyu-chan. Aku tak pernah membiarkanmu dalam kesulitan sekalipun.." ujar Naruto yang menatap dalam iris Miyuki yang hampir menumpahkan air mata itu.
"Aku bahkan telah membersihkan mereka yang menyakitimu sampai ke Akar'nya.." lanjut Naruto.
Seketika air mata kembali terjatuh dari iris indah gadis cantik itu. Membiarkan Naruto yang menempelkan dahinya pada dahi Miyuki hingga membuat mereka hanya berjarak antara hidung mereka saja.
'Ja-jadi.. Kira-san.. yang dulu ku kenal. Adalah Naru-nii? Jadi selama ini, dia selalu menjagaku dengan wujud lain? Naru-nii.. hiks.' Batin Miyuki ketika tau apa yang sudah dilakukan Naruto semala ini untuk menjaganya.
Miyuki tak sadar jika selama ini Naruto selalu menjaga dirinya dari kejauhan. Dirinya tak tau jika sosok yang sering menyelamatkannya adalah sosok lain dari kakaknya itu.
"Ta-tapi.. bagaimana bisa kau berada di tempat yang sama dengan tubuh yang berbeda Na-Naru-nii?" tanya Miyuki penasaran.
Karena terakhir kali sebelum kakaknya ini menghilang, sosok Kira dan Naruto bertarung sampai akhir dan berujung keduanya menghilang tanpa jejak.
"Itu adalah Kloning diriku yang ditransfer beberapa persen ingatanku. Menggunakan Mana dan sihir dari ular milik Ophis-chan.. aku sengaja meminta bantuannya untuk melakukan itu agar bisa menjagamu.. dan diakhir pertarungan kami untuk menghilangkan jejak diriku dan sosok Kira itu sendiri.." balas Naruto dengan sebuah senyum tipis diwajah tampannya itu.
"Jadi itulah sebabnya kau dan Kira memiliki energy dan hawa keberadaan yang berbeda.." gumam Miyuki dengan wajah yang agak kecewa ketika tau jika sosok Kira bukanlah nyata. Melainkan kloning buatan milik Ophis dari ingatan kakaknya itu.
"Kau menyukainya, eh?" tanya Naruto yang sekaan tau dengan raut wajah adiknya yang tampak kecewa itu.
"E-eh! Tidak kok! Naru-nii jahat.. ka-karena telah membohongiku!" ujar Miyuki dengan semburat merah dipipinya dan mengalihkan pandangannya itu.
"Gomennasai, Miyu-chan.. tapi, aku hanya mampir sesaat untuk memberitahumu tentang kebenaran ini saja. Aku tak punya banyak waktu untuk tetap berada di kota ini Miyu-chan.." ujar Naruto.
Miyuki yang mendengarnya pun kembali dibuat terkejut. Membuat gadis itu seketika menggelengkan kepalanya tanpa sadar, seakan tak rela jika harus kembali berpisah dari kakaknya itu.
"A-apa kau bilang Naru-nii? Kau bercanda kan? Kita baru saja bertemu.. ke-kenapa kau akan pergi meninggalkanku lagi? Hiks.. a-aku masih merindukanmu.. a-aku masih ingin bersamamu, Na-Naru-nii.. hiks.." ujar Miyuki yang kembali bersedih.
Naruto tak berkata apapun, hanya berjalan ke arah kamar gadis itu dan duduk dikasur milik Miyuki setelah sebelumnya menutup pintu kamar gadis cantik itu.
Lalu merebahkan tubuh adiknya itu kekasur dan melepas rompi baja yang digunakannya itu. Lalu ikut merebahkan tubuhnya yang bertelanjang dada untuk tidur dikasur itu dan memeluk Miyuki.
Gadis itu hanya diam dan menuruti apa yang dilakukan Naruto padanya dan membalas pelukan Naruto malam itu.
"Miyu-chan. Cobalah untuk mengerti.. aku hanya pergi untuk sementara. Kau jagalah dirimu baik-baik disini. Masih banyak teman-temanmu yang menyayangimu. Aku pasti akan kembali lagi menemuimu, ok.." ujar Naruto memberikan pengertian pada adik tersayangnya itu.
Naruto hanya melakukan apa yang dulu sering mereka lakukan saat kecil. Mereka sering tidur bersama untuk menghilangkan rasa takut adiknya itu.
Selain itu, Miyuki memang suka tidur dengan dipeluk sang kakak sejak kecil. Membuatnya lebih nyaman dan aman dalam pelukan kakaknya itu.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Miyuki yang menatap wajah sang kakak yang masih tersenyum menatapnya.
"Aku akan pergi ke suatu tempat. Aku yakin kita pasti akan bertemu lagi.." Balas Naruto.
Miyuki hanya terdiam tanpa mengucapkan kata-kata. Hingga keheningan melanda mereka berdua hingga beberapa menit. Mereka berdua tampak bergelut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Kalau begitu.. izinkan aku malam ini tidur dipelukanmu, Naru-nii.. aku mungkin tak bisa melarang mu. Tapi ijinkan aku bersamamu hanya malam ini. Temani aku.." gumam Miyuki yang mengangkat wajahnya menatap Naruto yang juga masih menatapnya.
"Jika itu maumu, Miyu-chan.." balas Naruto.
Keduanya tampak tersenyum dan Miyuki yang kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto itu.
Hingga malam itu keduanya menghabiskan malam bersama dengan Miyuki yang menceritakan dirinya selama setahun belakangan ini pada Naruto yang setia mendengarkannya dengan seksama.
.
.
Flashback end.
.
.
"Sebenarnya apa yang ingin dilakukan Naru-nii? Dia rela pergi ke berbagai tempat untuk mencari petunjuk yang dia butuhkan.." gumam Miyuki.
Hingga tanpa sadar gadis itu telah melewati waktu istirahat makan siang hingga bel masuk telah kembali berbunyi siang itu.
.
.
.
.
.
Seorang pria berambut coklat beriris hijau nampak melakukan penyetelan pada perangkat Odm Gear yang dimilikinya. Pria itu sedang ada di dalam gedung E yang merupakan arena berlatih tanding di Academi Hagun.
Pria itu berada di pinggiran lapangan yang terdapat di dalam gedung itu.
Dimana gedung itu nampak sepi dan para murid-murid academi yang lain sedang mempersiapkan perlengkapan mereka yang akan ikut ke Crimson nanti sore.
Hingga tanpa sadar seorang pria berambut merah beriris riak air menghampirinya bersama seorang pria berambut jamur beralis tebal yang mengekor diblakangnya.
"Kau masih berlatih Eren? Sebentar lagi kita akan berangkat ke Crimson. Apa kau tak menyiapkan keperluan mu untuk pergi kesana?" ujar pria berambut merah yang tiba tepat di samping Eren.
"Kau mempunyai semangat masa muda yang membara juga, ya Eren-kun. Aku salut padamu.." ucap pria beralis tebal disamping Nagato itu.
Eren yang mendengarnya hanya memandang sekilas kedua temannya itu dan kembali melakukan aktifitasnya.
"Aku sudah menyiapkan perlengkapan ku di dalam Ring. Aku hanya tinggal menyetel ulang alatku ini agar lebih efisien lagi.. dan ada urusan apa kalian disini? Apa kalian ingin berlatih juga?" balas Eren yang masih fokus pada alatnya.
"Tidak. Aku hanya iseng ke tempat ini untuk mencari suasana baru. Dan aku bertemu dengan Lee di jalan, yang ingin mencoba Taijutsunya itu." Ujar Nagato yang melirik ke arah Lee.
Lee yang namanya disebut seketika tersenyum lima jari dengan mengacungkan jempolnya pada kedua temannya itu.
"Hehe.. aku ingin mencoba tekhnik baruku dan olahraga sedikit sebelum berangkat. Aku tak mau sampai kalah nanti disana." Ujar Lee.
Eren dan Nagato yang mendengarnya hanya swetdrop dengan ke anehan Lee yang hiper aktif dan gila berlatih fisik itu.
Tak heran jika latihan berat seperti apa saja dia bisa melakukannya dengan mudah karena kondisi fisiknya yang kuat walaupun bertubuh kurus seperti itu.
"Hah.. terserah kau saja lah Lee.. dan ngomong-ngomong. Nanti kita berangkat bersama-sama kesana kan? Waktu jarak tempuh kesana pun sekitar 2 hari jika menggunakan Mount.. emm, aku.."
"Iya-iya.. nanti akan ku carikan tumpangan untukmu Eren.. lagipula kau kan punya Odm itu. Kau bisa bergerak dengan cepat kan." Ujar Nagato yang tau maksut dari Eren yang nampak canggung mengatakan niatnya itu.
Eren hanya menggaruk kepalanya dengan tersenyum malu pada Nagato yang hanya menatapnya datar.
"Energy dari gas yang dihasilkan alatku ini terbatas. Aku hanya mempersiapkannya untuk bertarung disana, Taichou." Balas Eren.
Sementara Lee juga nampak berkeringat dingin dengan ekspresi yang sulit diartikan ketika mengingat suatu hal mendengar pembicaraan kedua temannya itu.
"Kuso! Aku baru ingat.. aku juga tak punya Mount, Taichou!" ujar Lee dengan ekspresi gajenya.
Kedua orang laki-laki yang menatap Lee seketika menepuk dahi mereka swetdrop mendengar ucapan Lee dengan linangan air mata seperti sungai yang mengalir di wajah pria alis tebal itu.
"Hah.. aku punya Kuchiyose. nanti kalian ikut bersamaku.. Merepotkan saja.." ucap Nagato yang bersidekap dada dan berbalik membelakangi kedua temannya itu.
Sementara kedua laki-laki dibelakangnya nampak bersujut dengan kedua tangan lurus ke depan seperti melakukan gerakan menyembah naik turun dengan cepatnya.
"ARIGATOU GOZAIMAZU TAICHOU!"
Ujar keduanya bersamaan dengan ekspresi gaje mereka.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Ditengah hutan di perbatasan Amegakure dengan negara api. Seorang pria berambut hitam lurus dengan poni belah tengah yang rambut belakangnya panjang diikat. Memakai baju hitam lengan panjang beraksen awan merah.
Pria itu nampak duduk di sebuah tebing dengan menatap sebuah sungai dibawahnya datar. Hingga tak lama, muncul seorang pria yang wajahnya mirip dengan seekor ikan hiu yang membawa sebuah pedang besar di punggungnya berjalan menghampiri pria itu.
Keduanya sama-sama menggunakan pakaian hitam beraksen awan merah. Yang menandakan jika keduanya berasal dari organisasi yang sama.
"Hoi, Uchiha.. apa yang kau pikirkan? Kita sudah berhasil mendapatkan hampir semua biju. Hanya tersisa ekor 8 yang masih diburu oleh Hidan dan Sasori. Apa sebaiknya kita melanjutkan perburuan ke Biju ekor 9 itu?" tanya pria berwajah hiu itu dengan seringai diwajahnya.
Sementara pria yang dipanggilnya uchiha itu hanya diam dan hanya melirik ke arah pria disampingnya yang berdiri menatapnya itu.
"Hm.. aku rasa itu tidak perlu. Aku yakin Uzushio pasti bersiaga penuh setelah kejadian yang menimpa mereka belakangan ini. Tapi kita punya misi baru dari'nya yang harus kita prioritaskan saat ini.." balas pria Uchiha itu datar.
"Wah.. apakah kau juga ikut berubah pikiran dengan keputusan orang itu? Atau kau masih berpihak pada bocah Naruto yang mengalahkan Deidara dan Kakuzu?" ujar pria hiu itu mengangkat sebelah alisnya.
"Kau sudah tau kan tujuanku ada didalam kelompok ini apa? Aku hanya menjaga adik dan keluargaku saja. Tak lebih dari itu.." balas pria dengan wajah datar itu.
"Hahaha.. yah, aku tau apa yang kau katakan itu, Itachi. Kau hanya terpaksa melakukan semua ini demi tujuanmu semata. Aku pun sama denganmu.. aku hanya mencari tempat untukku pulang. Khe.." pria hiu itu hanya tersenyum lebar mengingat tujuannya selama ini ada di organisasi itu.
Kisame mengingat pertama kali dia di rekrut oleh anggota Akatsuki ini karena dirinya adalah seorang ninja pembunuh yang hanya menjalankan misi di kerajaannya Kirigakure dulu.
Tapi dia dicap sebagai penghianat karena telah membunuh rekan-rekan se timnya dulu dalam sebuah misi khusus saat perang Shinobi melawan Konoha agar informasi dari Shinobi Kirigakure tidak jatuh ke tangan musuh walaupun mereka kalah sekalipun di Medan tempur.
Termasuk pengguna pedang Samehada yang lama, yang dibunuhnya dan membuat dia menjadi pemegang pedang legendaris Kirigakure.
Dirinya pun menjadi rekan Itachi karena memiliki masalalu yang sama. Dan hanya Itachi yang paham dengan keadaanya sampai saat ini.
Maka dari itu, Kisame lebih tertarik dengan kehidupan yang dijalani Itachi daripada anggota Akatsuki yang lainnya.
Walaupun pada dasarnya para anggota Akatsuki yang lain adalah para kriminal yang telah berhianat pada tempat asal mereka. tapi sosok Itachi yang tak tertarik pada apapun dan hanya menjalankan misi itu membuatnya sedikit paham.
Dimana sosok seorang pembunuh klannya sendiri masih melindungi keluarganya yang dia tau jika mereka membenci Itachi sekalipun.
"Hmm.. aku menerima informasi dari'nya.. aku diutus untuk pergi menemui bocah itu. Lalu bagaimana denganmu, Kisame-san?"
Kali ini pria bernama Itachi itu melirik ke arah pria bernama Kisame yang ada disampingnya datar. Membuat pria bernama Kisame itu hanya tertawa ringan seraya tersenyum lebar memperlihatkan gigi tajamnya itu.
"Aku tak keberatan jika itu pilihan'nya.. berarti tujuan kita selama ini akan sia-sia saja. Walaupun aku melakukan ini juga hanya demi sebuah kesenangan saja. Tapi.. aku hanya akan menghargaimu Uchiha.." ujar Kisame menyeringai.
Itachi yang mendengarnya hanya kembali menatap kedepan dengan wajah datarnya itu. Kemudian berdiri dari duduknya dan tepat berdiri disamping Kisame. Hingga membuat keduanya berdiri dengan arah yang berlawanan tanpa saling memandang dan tetap menatap kedepan.
"Aku tau kau akan mengatakan itu, Kisame-san. Kau sebaiknya berhati-hati.. karena masih ada yang belum kau selesaikan, bukan?" ujar Itachi datar.
Kisame hanya menyeringai tanpa menatap wajah rekan disampingnya itu. Karena dia ingat jika dia memiliki sebuah tugas khusus yang akan dijalaninya jika Itachi sudah diberikan tugas lain yang menuntut pria uchiha itu harus berjalan sendiri dan tidak se tim lagi dengannya.
Dan apa yang dikatakan Itachi dulu memang benar. Karena saat ini ucapan pria itu tentang beberapa anggota Akatsuki yang dimaksudnya telah terlihat dan memulai pergerakan mereka.
"Aku tau.. membunuhnya mungkin akan sulit tapi kecurigaanmu selama ini memang benar.. kalau uchiha itu bukanlah orang sembarangan." Balas Kisame.
"Aku serahkan urusan dia padamu dan Konan. Aku rasa bukan hanya dia yang telah mencoba menghianati kita. Ada seseorang lagi yang bekerjasama dengannya.." ujar Itachi yang mengaktifkan Sharingan tiga tomoe di kedua matanya itu.
"Khe.. kau bisa mengandalkan ku. Kita berpisah disini.. Itachi-san. Jaga dirimu baik-baik.." ujar Kisame.
"Jangan terlalu memaksakan diri.. Kisame-san." Balas Itachi datar.
Sring!
Setelah mengucapkan kata terakhirnya dengan seringai di wajahnya itu, Kisame menghilang dengan Sunshinenya. Meninggalkan Itachi yang berjalan meninggalkan tebing itu masuk kedalam hutan mengarah ke barat.
'Kita akan bertemu lagi.. Naruto.'
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Di sebuah negara petir, atau biasa di sebut Kaminari no kuni. Salah satu negara besar dari lima negara besar yang ada di dunia ini.
Memiliki struktur tanah yang lebih banyak ketinggian dan tebing yang terdapat banyak sungai mengalir di antaranya.
Sebuah kerajaan besar yang ada di Kaminari adalah Kumogakure. Sebuah kerajaan besar yang ada dan termasuk kerajaan yang kuat karena memiliki banyak Knight yang terdiri dari Shinobi dan Sorcerer disana.
Tapi yang membuatnya menjadi salah satu kerajaan kuat di negaranya adalah karena memiliki seekor Biju ekor 8 yang bersemayam di tubuh Jinchuriki mereka. yang merupakan salah satu Shinobi terkuat setelah Raikage yang memimpin kerajaan itu sendiri.
Dimana Jinchuriki itu merupakan adik kandung dari sang Raikage itu sendiri. Dan menjadikan mereka berdua adalah duo Shinobi terkuat yang menjadi ujung tombak kerjaan itu.
Sementara itu, di sebuah dataran yang ada di sekitaran tebing yang ada di daerah Kaminari. Seorang pria bertubuh kekar nampak berjalan di dataran itu.
Dimana pria bertubuh kekar itu memakai pakaian Shinobi dengan pakaian tanpa lengan yang memperlihatkan otot lengannya itu. Dengan 8 pedang yang tersemat di belakang punggungnya itu menatap datar dibalik kacamata hitam yang dipakainya saat ini.
Dimana pria itu berhenti ketika melihat dua orang sosok pria menggunakan jubah hitam beraksen awan merah dan menggunakan caping atau penutup kepala yang membuat ekspresi mereka terutup bayangan caping mereka itu.
'Mereka.. tidak salah lagi, bakayaro~ konoyaro~.' Batin pria berotot itu yang hanya diam menatap kedua orang jauh didepannya yang sepertinya menunggu kedatangan dirinya itu.
"Berhati-hatilah Bee. Mereka sepertinya telah menantikan kehadiran kita.. jangan sampai lengah."
Sebuah suara terdengar di dalam pikiran pria yang dipanggil Bee tersebut. Dimana suara itu tak lain berasal dari seekor banteng bertubuh kekar dengan kaki gurita yang berjumlah 8 tentakel, yang bersemayam didalam tubuh pria bernama Killer Bee tersebut.
"Kalian ada perlu apa disini, bakayaro~ konoyaro?" ujar Bee yang dengan suara rape khasnya itu.
Membuat kedua orang yang ada di depannya itu membuka caping yang mereka gunakan itu dan menatap pria berotot itu datar.
Kecuali pria berambut hitam disisir rapi yang berdiri disamping pria bertubuh bungkuk dengan ekor besi itu, yang menyeringai menatap Killer Bee.
"Kau Killer Bee, si jinchuriki Hachibi itu ya.. dari perkataanmu sesuai dengan informasi yang kami terima.. dewa Jasin akan senang menerima persembahan jiwamu." Ujar pria dengan rambut rapi yang membawa sebuah sabit di blakang punggungnya itu.
"Hmm.. Hidan, sebaiknya kita selesaikan ini dengan cepat. Kita sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencarinya.." Pria bungkuk di sebelah pria bernama Hidan itu berucap dengan suara beratnya.
"Hmm.. awan merah, Akatsuki. Sepertinya kalian lebih cepat datang kemari, Bakayaro~ konoyaro~.."ucap Bee yang bersidekap dada.
Sementara kedua orang dihadapannya nampak menyiapkan senjata mereka masing-masing.
Dengan Hidan yang menyeringai menjilat mata sabit yang digenggamnya itu. Dan pria bungkuk disebelahnya yang siap dengan ekor besi di belakang tubuhnya saat ini.
"Sasori-san.. aku akan maju lebih dulu, haha!"
Wuss!
Seketika pria berambut rapi itu melesat maju untuk mengikis jarak diantara dirinya dan Killer Bee.
Hingga tepat dihadapan pria berotot itu pria itu mengayunkan sabitnya tepat ke arah leher Bee yang hanya diam dan bersidekap dada.
Sring!
Dab!
Seketika pria bernama Hidan itu sedikit tersentak ketika serangannya ditahan hanya dengan dua tentakel gurita dibelakang Killer Bee yang muncul tanpa pria itu bergerak dari tempatnya berdiri.
"Seranganmu kuat juga bakayaro~ Konoyaro~"ujar Bee.
"khe.. kau boleh juga, eh.." seringai Hidan yang berusaha mencabut sabitnya, namun terasa berat tertahan oleh tentakel gurita tersebut.
Wuss!
Brakk! Duag!
Dengan iris membola, Hidan kembali dibuat terkejut dengan tubuhnya yang ikut terangkat dan dibanting oleh Bee yang mencengkram senjatanya itu. Dan ditendang seketika oleh pria berotot itu yang membuat tubuh Hidan terhempas ke samping kiri Bee lumayan jauh.
Wuss!
Wuss! Brakk!
Sepersekian detik setelah Bee menendang Hidan, Sebuah bayangan tepat di dataran dihadapannya tampak mendekat. Dan benar saja, sosok pria bungkuk dengan ekor besinya mendarat di tempatnya berada dengan hujaman ekor besinya. Namun gagal karena Bee sudah menyadarinya dan melompat kebelakang menjaga jarak. Hingga mengenai tanah yang dipijak Bee sebelumnya.
"Kalian tak adil mainnya keroyokan, bakayaro~ Konoyaro~" Ujar Bee dengan nada rapenya.
Sementara Hidan yang telah kembali berdiri menatap Bee dengan seringai yang mengembang diwajahnya.
"Sasori-san, ini sepertinya tak akan mudah.. Jasin-sama pasti akan senang jika aku mempersembahkan orang yang kuat seperti dia ini, heh.." Ucap Hidan.
"Hidan, ingatlah kita harus membawanya hidup-hidup." Balas Sasori yang hanya datar menatap Bee.
"Aku tau. Jasin-sama akan ku berikan sedikit darahnya sebagai persembahan sebelum Bijunya diambil, eh.." ucap Hidan masih dengan seringainya dan menyiapkan kuda-kuda bertarung dengan sabit besarnya itu.
Killer Bee yang mendengar ucapan kedua lawannya juga menyiapkan kuda-kuda bertarungnya dan menatap datar kedua lawannya itu.
"Kita tunjukkan kekuatan kita pada mereka, Bakayaro~ konoyaro~" ujar Bee yang langsung mengambil ke delapan pedang dibelakang punggungnya itu dengan melemparnya ke udara.
Sring! Sring! Sring! Sring!
Dengan cepat Killer Bee menangkap semua pedang itu dengan tangan, kaki dan mulutnya. Hingga semua pedang itu dia posisikan siap untuk bertarung serius kali ini.
"Tetap perhatikan gerakan mereka, Bee. Aku akan melindungimu disaat yang bersamaan." Ujar sosok banteng didalam tubuh Killer Bee yang terdengar jelas di kepala pria berotot itu.
Ketiga orang itu siap dengan kuda-kuda bertarung mereka masing-masing. Hingga nampak ketiganya terdiam bersamaan beberapa detik saling membaca gesture lawannya.
"Kita mulai, Hacc-chan! Bakayaro~ konoyaro~!"
"Maju kau, haha!"
"Ayo kita selesaikan ini, Hidan!"
Wuss! Wuss! Wuss!
Ketiganya seketika maju merengsek mengikis jarak diantara mereka untuk saling menyerang.
.
.
.
.
.
Di sisi lain di dalam kastil Kumogakure, seorang pria dengan tubuh kekarnya memakai sebuah pakaian Shinobi dengan plat baja di dadanya dan jubah putih yang dibelakangnya bertuliskan 'Rai'.
Pria itu duduk di kursinya dengan meja di depannya seraya membaca dokumen yang dia pegang saat ini.
Dimana seorang gadis menggunakan setelan jas abu-abu dengan rok diatas lutut. berkulit kecoklatan yang terlihat manis dengan rambut putih yang belakangnya diikat.
Gadis itu menatap serius ketika sosok Raikage ke empat yang ada dihadapannya itu nampak mengeraskan rahangnya dengan ekspresi yang tak terlihat karena tertutup bayangan karena wajahnya yang sedikit menunduk.
"Bajingan kalian Akatsuki.. berani-beraninya kalian mengincar adikku. Kalian belum tau siapa Yondaime Raikage yang sebenarnya." Gumam Raikage geram. Kedua tangannya nampak mengepal erat hingga bergetar menahan amarah.
"Raikage-sama, dari data yang kami peroleh hanya tersisa Biju ekor 8 dan ekor 9 yang ada di Uzushio. Dan kabarnya, dua orang anggota Akatsuki bernama Deidara dan Kakuzu telah tewas di Uzushio saat mereka menjalankan misi mereka itu." Ucap gadis cantik berkulit gelap itu.
Raikage yang mendengarnya memicing tajam menatap gadis yang ada dihadapannya ini.
"Kau tau Mabui? Para anggota Akatsuki bukanlah Shinobi sembarangan. Mereka adalah Shinobi elit yang mempunyai kekuatan yang mengerikan. Tapi jika mereka berhasil tewas ditangan seseorang, aku yakin orang itu bukanlah orang sembarangan." Balas Raikage.
"Aku pun berpikir seperti itu Raikage -sama. dan dari informasi yang ku dapat, bukan hanya dua orang Shinobi itu saja yang menyerang Uzushio. Tapi empat ekor makhluk raksasa dari dragon dan magical beast dengan tingkat bahaya Gargantuan sampai Legend juga ada disana dan hampir meratakan tempat itu.." jelas Mabui yang menjeda kalimatnya.
"Sang kiroi senko, Minato Namikaze berhasil mengalahkan Kakuzu. Dan Deidara yang hampir membumi hanguskan desa itu, digagalkan dan tewas ditangan seorang pria yang menyebut dirinya adalah seorang Dragon Slayer." Lanjut Mabui.
Raikage nampak mendengarkan dengan seksama. Walaupun dari berkas yang di bacanya barusan sudah ada informasi itu, tapi tak ada salahnya mendengarkannya langsung dari sekertaris kepercayaannya ini.
"Hmm.. Dragon Slayer, Aku pernah mendengar sebutan itu dari Tou-sama. Itu merupakan sebutan untuk orang yang menguasai tehnik pembunuh naga. Dan itu dulu adalah sihir kuno yang dimiliki oleh putra dari King of Solomon. Dan terakhir dari legenda itu mengatakan ada seorang lagi yang memiliki sebutan itu 50 tahun yang lalu.. walaupun belum ada tanda-tanda kebenarannya, tapi itu tak akan terdengar di telinga kita jika itu hanya kabar angin semata.." ujar Raikage yang menjeda kali matnya.
"Tapi untuk saat ini, prioritas kita adalah menjaga Killer Bee dan Hachibi yang ada didalam tubuhnya. Kita harus mengingatkan Bee secepat mungkin agar tak berkeliaran keluar dinding.." ujar Raikage serius.
Sementara Mabui yang mendengarnya nampak berkeringat dingin dengan jari telunjuknya yang menggaruk pipinya yang tak gatal sembari mengalihkan pandangannya dari Raikage.
"Emm.. sebenarnya, Bee-sama.. ee.."
Gadis cantik itu berkata dengan gugup ketika mendengar perkataan dari pria berotot didepannya ini.
"Adaapa Mabui? Dia masih disini kan?" tanya Raikage yang nampak curiga pada gesture gadis yang ada dihadapannya ini.
"Eh.. hehe.. sebenarnya, Bee-sama ada di lembah pelatihan-"
"Apa! Kenapa dia keluar tanpa seizinku, ha?!. Kenapa tak ada yang melaporkannya padaku?!"
Seketika Mabui hanya menghembuskan nafas pasrah ketika ucapannya langsung di potong oleh Raikage yang langsung berdiri dengan emosi, ketika mendengar bahwa adiknya sedang berada di luar benteng tanpa seizinnya saat ini.
Tempat itu memang tempat rahasia yang biasa digunakan oleh kerajaan Kumo untuk berlatih secara rahasia. Tapi untuk situasi seperti ini bukannya tidak mungkin jika musuh bisa menyusup dan mencari informasi tentang keberadaan Killer Bee saat ini.
Apalagi status Bee yang memang merupakan incaran dari para Akatsuki itu, pasti akan berakibat buruk jika sampai Hachibi jatuh ke tangan mereka.
"Emm. Aku sendiri tak tau Raikage-sama. Hanya saja Omoi yang bilang padaku tadi pagi jika Bee-sama sudah dua hari berlatih disana." Balas Mabui.
"Grrr.. baiklah Mabui, kita segera menyusul Bee dan membawanya pulang! Biar aku sendiri yang memberikannya pelajaran!" ujar Raikage yang berjalan keluar dari ruang kerjanya itu.
Sementara Mabui nampak menghembuskan nafas berat dengan kelakuan kedua saudara itu. Dan mengekor dibelakang Raikage yang keluar melalui pintu dibelakangnya.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Disebuah hutan yang berbatasan dengan negara api dan negara angin, Di daerah barat laut jauh dari kerajaan Vermilion.
Sore hari nampak langit sudah mulai terlihat mega merah dari arah barat. Dimana sebentar lagi malam akan datang menggantikan waktu siang hari.
Dimana sosok pria berambut pirang raven dengan pakaian hitam sebahu yang memperlihatkan otot lengannya dan slayer merah yang digunakannya berkibar di terpa angin sore itu.
Grooaaarr!
Sosok pria itu menatap datar beberapa Wyvern dan para monster yang nampak bertarung di depannya itu.
Dimana terdapat Org yang memimpin pasukan Goblin yang menyerbu naga-naga itu.
Namun dengan keahlian terbang para naga, membuat mereka bisa mengimbangi jumlah para Org dan Goblin yang menyerang mereka itu.
Naruto melihat jika beberapa pohon terbakar akibat api yang dikeluarkan naga berukuran 7-15 meter itu. Membakar Goblin dan Org yang tak bisa menjangkaunya.
Groaa!
Namun terdapat beberapa Org raksasa yang menggendong sebuah mesin pelontar dipunggungnya yang keluar dari barisan paling belakang. Dan membuat sosok raksasa itu berjongkok hingga membuat Goblin dibelakangnya dapat menaruh batu besar yang sengaja dibakar sebelumnya.
Groarr!
Swuss! Swuss!
Terdapat 5 Org raksasa yang melontarkan batu raksasa itu ke langit berusaha mengenai para naga yang terbang itu.
Groaa!
Namun beberapa batu masih dapat dihindari dan beberapa ada yang mengenai sasarannya.
.
Zing!
Naruto yang menatap pertarungan para monster itu kemudian menyeringai seraya mengaktifkan Getsugan miliknya yang berpola riak air dengan enam tomoe itu.
"Ini saat yang tepat untuk melatih tehnikmu, Master." Ujar Arthuria yang duduk menatap air bawah kakinya itu, dimana menampakkan dunia luar yang dipandang Naruto saat ini.
"Ada sebuah tehnik yang ingin ku coba pada mereka ini Arthuria.." ujar Naruto yang menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan seraya membuka kembali matanya yang tadi tertutup.
Blar!
Setelah Naruto membuka matanya, seluruh tubuh Naruto diselimuti aura putih dengan garis abstrak dilengan kanannya yang bersinar biru dan rambutnya yang menantang gravitasi itu menyeringai.
Dimana karena ledakan Reiatsu itu, seluruh makhluk yang sedang bertarung itu menatap ke arah Naruto yang jaraknya lumayan jauh.
Sring!
Dengan tangan kirinya, Naruto menarik sebuah pedang dari lingkaran sihir yang muncul didepan tubuhnya. Dan seluruh tangan kanannya yang terselimuti sebuah Dragon Claws putih dengan aksen biru yang padat.
Iris biru dengan pola riak air dan enam tomoe itu bersinar di waktu yang sudah hampir malam itu. Dengan seringai yang muncul diwajah pria tampan dengan rambut menantang gravitasi itu, Naruto merendahkan tubuhnya.
Groaa!
"Mari berdansa!"
Naruto mengabaikan raungan para monster itu dan melompat tinggi kearah ratusan monster dihadapannya itu dengan seringai di wajahnya.
Sring!
Greb!
Dengan Dragon Claws ditangan kanannya, Naruto memanjangkannya dengan Reiatsu yang memadat itu dan menggapai salah satu naga yang terbang paling dekat dengannya sekitar 100 meter.
Wuss!
Sring! Crass!
Groarr!
Dengan sekali tarikan, tubuhnya langsung melesat cepat ke arah naga yang digapainya itu tepat di kakinya dan berayun keatas naga itu lalu menebas salah satu sayapnya dengan Hangetsuken ditangan kirinya hingga terpisah dari pangkalnya.
Blarr!
Wuss! Brakk!
Naga itu diledakkan dengan bola api atom ditelapak tangan kanannya dan meluncur jatuh kebawah seperti meteor, Hingga menimpa beberapa monster di permukaan tanah itu dan tewas ditempat.
Sring! Wuss!
Crass! Crass!
Groaaa!
Membiarkan naga yang telah ditebas sayapnya itu terjatuh, Naruto kembali melompat jauh dan menggapai naga lain yang berusaha menyerangnya diudara itu dengan Dragon Claws yang dipanjangkannya itu, lalu kembali menebaskan pedang berapi putih itu dan melakukan hal yang sama.
Hingga beberapa kali Naruto melakukan itu pada para naga yang terbang disekitarnya dan jatuh ke permukaan tanah seperti hujan meteor dan menghancurkan para Goblin dan Org yang ada dibawahnya.
Hingga dalam posisi masih melayang diudara, Naruto menatap kebawahnya dengan sebuah seringai diwajahnya.
{X Dash}
Dash! Dash! Dash!
Naruto mengaktifkan tehniknya dan berlari diudara menghindari panah, tombak dan batu api yang dilemparkan para Goblin dan Org dibawahnya.
Crass! Crass! Crass!
Graaa!
Hingga beberapa menit Naruto terus bergerak menebaskan pedangnya dan mencabik-cabik para monster itu. Hingga membuat dataran tempat itu dipenuhi dengan ceceran darah dan organ dari para monster yang tewas ditangan Naruto.
Hingga dalam keadaan berdiri di permukaan tanah yang sudah tak rata itu, Naruto diam menatap ratusan monster yang tersisa berlari dari segala arah dan mengepung Naruto untuk membunuh pria berambut pirang melawan gravitasi dengan aura api putih disekitar tubuhnya itu, membuat Naruto seperti sebuah cahaya yang bersinar di hari yang sudah malam itu.
Wuss!
"Khe.. kalian menarik juga. Tapi karena aku masih memiliki tugas yang lebih penting, aku akan mengakhiri ini.." ujar Naruto yang telah melompat tinggi ke udara seraya menyeringai menatap para monster dibawahnya itu.
Bagaikan dalam keadaan slow motion Naruto yang masih mempertahankan Dragon Claws dan Hangetsuken miliknya mengumpulkan Reiatsu di kedua benda itu hingga keduanya bersinar terang dengan kobaran api putih.
Sebuah gumpalan Reiatsu memadat ditelapak tangan kanan Naruto dengan inti didalam bola itu yang semakin menghitam dan api putih semakin berkobar dibola yang berputar kencang itu.
Sedangkan pedang ditangan kirinya yang semakin menyala putih dan aksen biru yang diselimuti api putih semakin membuat pedang yang diacungkan ke langit itu memancarkan cahaya api putih yang besar dan memanjang sampai 10 meter ke atas.
{Genshiryoku no Tsubame}
Zyung! Zwuss!
Blarr!
Groaa!
Seketika ayunan pedangnya yang vertical kebawah dan melempar bola api putih atomic ditangan kanannya itu, membuat gelombang bulan sabit putih dan bola itu bersatu dan membentuk seperti burung walet raksasa dengan inti atomic ditengahnya Yang meluncur cepat kebawah tanah hingga menciptakan sebuah ledakan besar dengan gelombang kejut api yang membakar habis apapun diradius 100 meter lebih.
Tap!
Hingga sosok pria berambut pirang yang sudah menghilangkan mode Getsugan miliknya itu mendarat di sebuah tebing yang cukup jauh dari hasil serangan barusan.
Menatap datar hasil karyanya yang membuat sebuah lubang garis vertikal raksasa sepanjang 150 meter yang cukup dalam dan dataran disekitarnya yang luluh lantak dengan bekas terbakar dan sisa api putih yang masih menyala dibeberapa tempat.
Para makhluk yang terkena serangannya hangus tak tersisa. Dan bekas dari ledakannya itu membuat sebuah cekungan yang ada disekitar lubang garis vertikal itu selebar 200 meter.
Arthuria yang melihat itu hanya mendesah pasrah dari dalam tubuh Naruto.
Pasalnya, ulah dari masternya itu membuat satu lagi cekungan lebar dan lubang vertikal ditengahnya yang menggunduli daerah tepian hutan itu.
Sangat mencolok jika dilihat dari ketinggian karna rusaknya tempat itu.
"kurasa itu cukup berlebihan, Master.. itu menguras cukup banyak Reiatsumu." Ujar Arthuria datar.
"Hm.. ini adalah saat yang tepat untuk menguji tehnik ku Arthuria. Dan aku dengar di daerah negara angin nanti banyak makhluk pasir dan Desert Dragon bersemayam di padang pasir itu." Balas Naruto yang hanya santai dan berjalan meninggalkan tempat itu.
"Kau ingin mengambil artifak yang ada pada naga legenda itu? Itu cocok digunakan sebagai senjata nantinya Master." Ujar Arthuria.
Seraya berjalan, Naruto menatap datar kedepannya jauh. Dimana dirinya berdiri di ujung tebing yang cukup tinggi dengan hamparan hutan didepannya yang berbatasan langsung dengan Padang pasir yang menuju ke negara angin.
"Mungkin cukup bagus digunakan sebagai senjata. Tapi aku sedang membutuhkan beberapa gold Arthuria." ujar Naruto datar.
Arthuria yang berada di dunianya itu hanya mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Souka? Ku kira kau tak tertarik dengan benda bulat berwarna emas itu, Master." Gumam Arthuria.
"Awalnya.. tapi setelah ku pikir-pikir, aku tak membutuhkan senjata lagi. Dan aku punya rencana yang lebih baik dengan Gold yang ku kumpulkan itu nanti.." Ucap pria pirang itu yang mengeluarkan sebuah koin emas dari saku celananya dan menatapnya.
"Ku dengar Crimson Kingdom adalah kerajaan yang kaya dan lebih maju dari kerajaan lain. Dan transaksi jual beli disana sangat tinggi. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menjual apa yang kita miliki, Arthuria." Ucap Naruto yang memasukkan kembali koinnya ke dalam saku celananya.
"Terserah kau saja master. Hanya saja kau sudah memiliki banyak Gold dari Uzushio di Ring Dimention milikmu." Balas Arthuria.
"Yah aku tau.. tapi itu tak cukup untuk tujuanku kedepannya nanti Arthuria.."
Wuss!
Dengan kata-kata terakhirnya, Naruto melompat dari ujung tebing dimalam itu. Dengan berlatarkan bulan purnama dimalam itu. Serta bintang-bintang yang terlihat menghiasi karpet hitam tanpa ujung tersebut.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Crimson Kingdom, Wind country.
.
Pagi hari di sebuah gerbang timur dengan dinding yang nampak sangat tinggi dan nampak terbentang luas di gurun pasir itu.
Seorang pria yang menggunakan pakaian serba hitam tanpa lengan dengan kerah baju menutupi mulutnya dan slayer merah yang terlilit dileher nya bergoyang liar terkena hembusan angin.
Pria berambut pirang raven itu berhenti tepat di depan gerbang setinggi 5 meter didepannya yang dijaga oleh 2 orang knight Crimson.
Kedua orang itu nampak menggunakan armor besi merah dan Sebuah helm baja terlihat menutupi sebagian kepalanya yang hanya menampakkan mata dan hidungnya saja.
"Ada urusan apa kau ingin memasuki daerah kerajaan Crimson?"
Suara berat khas seorang pria terdengar dari sosok Knight dihadapannya itu. Dimana satu knight lainnya berdiri di belakang sosok yang berbicara barusan.
Keduanya menatap datar Naruto.
"Aku adalah pengelana dan hanya ingin menjual hasil buruanku saja, Knight-san. Aku berasal dari Konoha.." balas Naruto datar.
"Hm? Konoha? Desa tersembunyi para Shinobi ya.. ku dengar desa itu punya hubungan dekat dengan Sunagakure." Ucap Khight dengan tombak yang ada dibelakang knight yang bertanya barusan.
"Sunagakure? Aku juga berasal dari desa itu. Itulah kenapa aku menjadi knight di sini.. dan ngomong-ngomong, kau ingin menjual apa? Kau bisa menjual apapun dengan harga mahal disini, Ee.."
"Naruto.. Namikaze Naruto." Ucap Naruto yang tau jika Knight dengan pedang didepannya itu nampak bingung akan menyebutkan namanya.
"N-Na- Namikaze? Kau berasal dari klan Namikaze?" pria dengan tombak diblakang nampak menyahut dengan sedikit syok.
"Whoaa! Aku sangat senang bisa bertemu dengan salah satu klan Hokage terkenal itu.. ku dengar Minato-sama adalah orang tercepat sampai saat ini. Dan beliau adalah anak didik dari Hiruzen-sama dari Konoha, bukan? Aku sangat kagum dengan si kilat kuning itu." Ucap pria dengan pedang itu.
"Kau benar, tapi yang ku tahu bukannya klan Namikaze sudah tak ada? Dan hanya tersisa Minato-sama?" Pria dengan tombak dibelakang ikut menyahut dengan mode berpikirnya.
Naruto hanya menghela nafas sejenak sebelum kemudian berucap.
"Aku adik angkat beliau. Aku dulu adalah seorang anak yatim piatu yang tak memiliki apapun. Dia menemukanku saat di hutan Konoha saat aku diculik, sebelum dia menjabat sebagai Hokage di Uzushio.. dan kalian tau kelanjutannya seperti apa." Ucap Naruto dengan bumbu-bumbu kebohongan yang sengaja dia ciptakan.
"Souka? Kalau begitu kau beruntung sekali Naruto-san.."
Naruto hanya sedikit tersenyum menanggapi ucapan knight didepannya itu. Kemudian dirinya memunculkan sebuah taring naga di tangannya dengan ring Dimention miliknya.
Taring itu lumayan besar sebesar lengan Naruto itu sendiri ukuranya. Membuat kedua knight didepannya itu membolakan matanya seketika melihat apa yang dipegang Naruto saat ini.
"A-apa! Itu kan Dragon Fangs dari Desert Dragon?! Ke-kenapa kau bisa mendapatkan nya?" tanya Knight yang ada tepat didepannya itu.
Begitupun seorang knight yang ada di belakangnya juga ikut mengangguk mengiyakan ucapan rekannya.
Naruto hanya memberikannya pada Knight yang ada didepannya itu dan diterima dengan ragu-ragu.
"Ini aku dapatkan di gurun kematian semalam. itu untuk kalian."
Ucap Naruto yang hanya berjalan melewati kedua penjaga gerbang yang sedang takjub menatap punggung Naruto yang melambaikan tangannya itu masuk kedalam wilayah kerajaan.
"Sugoi.. orang itu baik sekali. Ini akan sangat mahal jika kita jual! Kita akan kaya!"
"Uwoo!! Arigatou gozaimazu, Naruto-san! Nikmati harimu di Crimson!"
Ucapan trimakasih terdengar dari triakan penjaga di mulut gerbang itu yang membalas lambaian tangan Naruto dengan senyuman lebar dan mata yang nampak berbentuk bintang-bintang.
.
.
.
.
.
Seorang pria bersurai pirang dengan pakaian gelap tanpa lengan dan penutup di lengan kanannya yang berdiri di sebuah tebing yang tak begitu tinggi. Dengan rerumputan yang terhampar luas disekitarnya. Menatap kagum pada sebuah kota yang terlihat indah dengan gedung-gedung pencakar langit yang nampak mewah terdapat hampir di setiap tempat.
Dimana sangat jauh mata memandang banyak manusia yang berlalu lalang di jalanan kota itu dengan pakaian yang terbilang rapi.
Bahkan udara yang ada didalam benteng yang luasnya masih belum diketahui ini terlihat sangat berbeda jauh dari Padang pasir yang ada di luar dinding.
Membuat Naruto cukup kagum dengan Crimson yang memiliki struktur tanah yang nampak subur dan berbeda jauh dari apa yang ada di luar dinding.
Sungguh diluar ekspektasi pria bersurai pirang raven itu.
"Sugoi.. tempat ini indah sekali. Ku kira Crimson adalah tempat ditengah Padang pasir yang seluruh kotanya adalah pasir.. ternyata aku salah." Gumam Naruto.
"Tempat ini adalah salah satu pertahanan terkuat yang ada di negara angin. Crimson menjadi kerajaan yang paling kuat dan terbesar di negara ini.. satu-satunya kerajaan maju yang memiliki kesuburan tanah yang bagus didalam dindingnya.. sangat berbeda jauh jika dilihat diluar dinding yang merupakan Padang pasir disetiap mata memandang." Arthuria bergumam pelan.
Naruto yang mendengarnya hanya tersenyum simpul dan berjalan meninggalkan tempatnya berdiri tadi untuk memasuki kota.
Hingga tak butuh waktu lama, Naruto telah sampai di dalam kota bagian timur kerajaan Crimson. Atau biasa disebut dengan kota Honshu.
Naruto berjalan di jalanan yang ada antara bangunan-bangunan tinggi disekitarnya. Jalanan yang nampak terbuat dari batuan kecil yang rata dan berwarna hitam.
Pakaian yang dipakai oleh penduduk Crimson cukup elegan dan tak menunjukkan identitas mereka sebagai seorang Sorcerer ataupun Shinobi.
Naruto melihat sekelilingnya yang terdapat berbagai macam toko yang menyediakan berbagai macam produk makanan ataupun senjata.
Hingga beberapa menit Naruto Mengelilingi kota itu, Naruto tak sadar telah sampai di sebuah sungai yang nampak bersih dan cukup indah.
Dimana sungai dengan dinding yang tak curam terbuat dari tanah dan rerumputan yang indah seperti sebuah karpet hijau menghiasi tepian sungai itu.
Naruto yang berdiri di sisi atas itu menatap seorang yang nampak asing baginya.
Seorang pria dengan setelan pakaian casual dan celana panjang sedang memancing. Namun satu hal yang membuat Naruto sedikit bingung ketika melihat aktifitas pria ini.
Bahwa ember ikan yang ada disamping pria itu nampak kosong hanya terisi air saja. Itu membuat Naruto sedikit menaikkan sebelah alisnya menatap ember kosong itu.
"Dia memancing tapi tak mendapatkan satupun ikan? Atau dia memang baru saja memulai aktifitasnya.." gumam Naruto datar.
Pria yang sedang memancing itu nampak sadar jika sedang diperhatikan oleh seseorang disekitarnya. Dan memutuskan menoleh kebelakang dengan sedikit memutar tubuhnya dan menatap heran sosok Naruto yang juga masih menatapnya datar.
"Hoi! Kemarilah jangan cuma menonton dari jauh!" teriak pria dengan rambut hitam dan poni yang berwarna pirang itu pada Naruto sembari melambaikan tangannya.
Naruto yang dipanggil oleh pria itu hanya menatap datar dan berjalan turun mendekati pria yang memiliki poni kuning itu.
Hingga tepat di samping pria yang sedang duduk itu, Naruto memandang datar sosok itu dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.
Tak ada yang aneh dipenampilan pria paruh baya dengan janggut hitamnya itu. Hanya saja warna poninya itu membuatnya sedikit menocolok.
"Kau memancing atau apa Oji-san? Kenapa di embermu itu masih kosong?" ujar Naruto yang melirik ember pria poni pirang itu datar.
Twich!
Sementara pria yang menjadi topik pembicaraan nampak memunculkan perempatan di kepalanya itu seraya wajahnya yang nampak tak terlihat karena bayangan poninya.
"Hoi bocah, ini hanya belum hari keberuntunganku saja.. lagipula aku baru melihatmu di tempat ini. Kau seorang pengelana?" Ucap pria dengan poni pirang itu.
"Hm.. Aku Naruto. Aku memang baru pertama kali datang kesini. Ku dengar Crimson merupakan tempat transaksi perdagangan yang bagus. Aku ingin menjual barang yang ku dapat dari hasil buruanku saja." Balas Naruto yang hanya menatap ke arah sungai.
"Souka? Kau sepertinya adalah seorang Shinobi. Kau terlalu mencolok jika menggunakan pakaian itu disini. Kurasa kau perlu pakaian yang lebih formal di tempat ini untuk menutupi identitasmu Naruto-san."
Pria berponi pirang itu nampak menatap datar kearah sungai didepannya. Membiarkan Naruto yang melirik ke arahnya
"Master. Aku merasakan aura yang kuat dari pria ini. Berhati-hatilah master. Sepertinya dia bukan Sorcerer sembarangan."
Sebuah suara terdengar dipikiran Naruto saat ini. Siapa lagi kalau bukan Arthuria yang menatap serius sosok pria itu dari air dibawahnya itu.
'Aku tau Arthuria.. arrigatou.' Batin Naruto.
"Hm? Mungkin apa yang kau katakan itu benar. Memang rata-rata penduduk disini terlihat lebih modern daripada kerajaan lain. Aku cukup tertarik dengan kerajaan ini, Oji-san.." balas Naruto datar.
"Panggil saja aku, Azazel- whoa! Aku dapat! Haa!.."
Pria yang menyebut namanya adalah Azazel itu memotong perkataanya karena pancingnya yang disambar oleh ikan yang nampaknya lumayan besar jika dilihat dari tarikannya.
Membuat Naruto sedikit mengangkat sebelah alisnya penasaran dengan ikan apa yang akan didapatkan oleh pria yang langsung berdiri seraya beraksi menarik ulur benang pancingnya itu.
"Heaa! Tak akan ku biarkan kau lepas ikan-chan! Whoo!."
Dengan ekspresi gaje dan bersemangatnya, Azazel berusaha mendapatkan apa yang selama ini dia nantikan. Sementara Naruto bersidekap dada mengamati.
Splass!
"Whoaa! Akhirnya!"
Dengan sekali tarikan akhir, Azazel mendapatkan ikan yang cukup besar seukuran pahanya dengan panjang yang lumayan.
Dengan sigap pria itu menangkap ikan itu dan memasukkannya kedalam ember di sampingnya.
"Fyuh!.. akhirnya setelah sekian lama aku menjalani salah satu hobiku, aku mendapatkan hasil buruanku juga.. hehe." Gumam Azazel dengan senyuman lebar miliknya.
"Memangnya selama ini kau mendapatkan ikan kecil atau apa?" tanya Naruto datar.
"Ee.. hehe. Yah sebenarnya ini ikan pertamaku selama aku memancing selama bertahun-tahun belakangan ini, sih.." ucap Azazel dengan sedikit gugup dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Sementara Naruto hanya memandang swetdrop dengan sebutir keringat di belakang kepalanya menatap pria didepannya yang langsung tertawa nista.
'Bagaimana mungkin orang ini menjalankan hobinya selama ini tapi tak pernah mendapatkan hasil.. orang aneh.' Batin Naruto.
"Mm.. mungkin karena kau ada disini, kau membawa keberuntungan sepertinya Naruto-san.." gumam Azazel dengan mode berpikirnya.
Ucapan itu membuat Naruto yang sudah berbalik dan berjalan selangkah untuk pergi meninggalkan Azazel, terhenti seketika dengan ekspresi datar.
"Hm.. aku tak percaya dengan yang namanya keberuntungan. Itu semua karena kerja kerasmu sendiri. Tak ada kaitannya denganku, Azazel-san." Gumam Naruto datar.
Bug!
"Haha.. tenanglah Naruto-san. Jangan terburu-buru. Kita baru saja bertemu.. aku ingin menunjukkan padamu hobiku yang lain, hehe.." ucap Azazel yang menepuk pundak Naruto dengan senyum lima jarinya yang sok akrab dengan orang yang bahkan baru dikenalnya itu.
Naruto hanya melirik ke arah tangan Azazel yang masih menempel dipundaknya itu datar.
"Maaf Azazel-san, aku tak punya banyak waktu untuk menjalankan hobimu itu.. aku harus mencari tempat untukku menginap malam ini." Ucap Naruto datar yang mengingat tujuannya datang ke tempat ini.
"Ohh.. ehm. Tapi kau benar juga, sih. Tapi mungkin kau akan suka jika ku antar ke penginapan terdekat disini yang juga memiliki pelayanan khusus yang memuaskan oleh para wanita.." ucap Azazel dengan bersidekap dada dan sebuah seringai di wajahnya yang nampak muncul semburat merah disana.
Naruto hanya melirik dengan ekor matanya pada Azazel yang tersenyum mesum padanya itu.
"Kau bisa bayangkan sensasi pijatan nyaman yang kau rasakan ditubuhmu, dan pemandangan indah dari tubuh para wanita yang memakai pakaian minim itu, Naruto-san.. jika kau mau, kau bisa membayar lebih untuk- ho-hoi! Aku sedang bicara denganmu Naruto-san!"
Ucapan nista Azazel seketika terhenti saat melihat Naruto yang kembali berjalan meninggalkannya tanpa berpamitan itu.
"Aku sedang tak tertarik dengan hal itu, Azazel-san.. kau bisa pergi tanpaku!" balas Naruto datar tanpa menghentikan langkahnya.
"Hah.. dia pria yang pendiam rupanya.." gumam Azazel yang membiarkan Naruto pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Setelah kepergian Naruto, Azazel menatap datar telapak tangan kanannya yang nampak memerah.
Dimana Azazel mengingat jika dirinya tadi sempat menepuk pundak Naruto dengan keras yang memang dia sengaja.
"Naruto.. tubuhnya bahkan cukup keras. Dan energy yang dipancarkannya itu, bukan Mana ataupun Chakra.." gumam Azazel yang menatap datar keatas tepat kearah kepergian Naruto yang sudah sejak tadi tak terlihat.
Karena menurutnya, fisik dari pria itu cukup keras. Karena dengan sengaja Azazel menguatkan tepukan tangannya untuk menguji Naruto. Dan benar saja, jika Naruto memang bukan hanya pengelana sembarangan.
"Kondisi fisiknya bahkan siap dengan reaksi apapun yang ada disekitarnya. Hanya dengan menyentuhnya sesaat, aku bisa merasakan sesuatu yang kuat dari pria itu.." lanjut Azazel.
Pria itu menatap embernya yang terisi seekor ikan yang cukup besar disana. Lalu menghembuskan nafasnya sesaat dan mengangkat semua barangnya untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Sring!
"Hari liburku telah selesai. Aku harus kembali ke Osaka besok." Gumam Azazel yang kemudian menghilang dengan lingkaran sihir kuning dari bawah kakinya itu.
.
.
.
.
.
_{{sAs}}_
.
.
.
.
.
Amegakure.
.
Disebuah hutan perbatasan Amegakure. Seorang pria berwajah mirip hiu dengan jubah hitam berlambang awan merah nampak berdiri di sebuah jalan setapak dengan pedang besarnya yang dia panggil di pundak kanannya.
Menatap tajam dengan seringai di mulutnya ketika orang yang dinantikannya muncul dihadapannya saat ini.
Dimana seorang pria berjubah hitam berlambang awan merah dengan topeng spiral nampak berjalan tepat didepannya yang berhenti dengan jarak 100 meter.
Seakan pria dengan wajah mirip ikan hiu itu tau jika seorang yang dinantinya saat ini pasti datang ke tempat rekannya berada.
"Kisame-san.. bukankah seharusnya kau pergi bersama Itachi-san?" ucap suara berat khas seorang pria dari sosok bertopeng tepat didepannya itu.
"Khe, kami memang sedang menjalankan peran kami masing-masing.. Uchiha.." ucap Kisame dengan seringai dimulutnya yang memperlihatkan gigi-gigi runcingnya.
Pria bertopeng yang dipanggil uchiha itu pun sedikit membolakan matanya dibalik topeng miliknya itu. Lalu menyeringai dibalik topengnya ketika paham apa dimaksut oleh sosok pria bertubuh tegap di hadapannya saat ini.
"Jadi kalian sudah tau ya. Cukup mengesankan.. tapi itu tak akan membuatku takut, Kisame-san." Ujar pria bertopeng datar dengan Sharingan yang aktif.
"Uchiha Obito. Kau memang benar-benar pandai dalam berakting sebagai kawan. Namun gerak-gerikmu yang mencurigakan tak akan bisa membodohi kami." Balas Kisame.
"Yah, mau bagaimana lagi. Akhir-akhir ini aku memang sedikit bermain-main di paradise. Jadi aku sedikit meminta maaf tak bisa menjalankan tugasku mencari para Biju. Tapi.. aku akan menebus semua itu dengan.. membunuh kalian semua.." ucap Obito dengan ekspresi dinginnya menatap Kisame.
"Jangankan untuk membunuh kami semua, membunuhku saja mustahil bagimu, bocah.."
Kisame berkata dengan seringainya dan pedangnya yang ia genggam erat diturunkan ke samping tubuhnya.
"Kisame-san, sudahi bermain-mainnya. Kita masih memiliki tujuan yang sama dengan mengumpulkan para Biju. Hanya tersisa 2 lagi, kan? Aku masih bisa memaafkanmu jika kau mau bergabung denganku.. Kisame-san.." Ucap Obito.
Karena dia paham dengan kekuatan yang dimiliki sosok pria mirip hiu didepannya ini.
Karena sosok itu adalah satu-satunya pria yang mempunyai pedang Samehada dan membuat dirinya mampu menyerap chakra sebanyak apapun dan akan semakin kuat.
Maka dari itu Kisame diberi julukan sebagai Bijuu tanpa ekor.
'Jika aku beruntung, aku bisa membuatnya berada di pihakku.. tapi jika dia menolak.. aku tak segan untuk membunuhnya..' Batin Obito menjeda kalimatnya seraya memantau kemungkinan terbesar yang akan terjadi.
'Mungkin akan sedikit merepotkan dengan Samehada di tangannya. tapi tanpa pedang itu.. dia hanya hiu yang terdampar di daratan.' lanjut Obito datar.
"Kami memang mendapatkan hampir ke semua Biju.. tapi tujuan kami sudah bukan lagi seperti yang kau katakan. Dan aku, lebih percaya pada Itachi daripada kau, Obito.." balas Kisame datar.
"Hahaha.. hahaha.. Kisame-san.. kau sungguh membuatku tertawa dengan ucapanmu. Kau mengatakan tentang kepercayaan padaku. Tapi kau, dan Itachi adalah para pembunuh rekan-rekan kalian sendiri.." ucap Obito dengan tawanya yang kemudian memotong kalimatnya.
"Kepercayaan, hanyalah omong kosong.. kalian sama saja.. Kalian berbicara tentang kepercayaan sedangkan kalian ada di kelompok ini karena tidak ada lagi yang percaya pada kalian! Sama halnya denganku yang sudah tak percaya lagi pada siapapun!. Kau membohongi dirimu sendiri, Kisame-san." Ujar Obito.
Kisame yang mendengarnya hanya diam dengan ekspresi yang tak terlihat karena bayangan surainya itu.
"Jadi.. hanya satu pilihanmu saat ini Kisame-san.. kau bergabung bersamaku untuk menciptakan dunia ditangan kita dan kau bebas menjadi apapun yang kau mau.. atau kau tetap pada pendiriamu yang semu itu.. dan mati ditanganku." lanjut Obito datar.
Kisame yang mendengar itu membuat ingatannya dulu semasa dia menjadi seorang Shinobi di Kirigakure muncul.
Berbagai macam flashback muncul dipikirannya seperti kaset yang diputar ulang, hingga dia bertemu dengan para anggota Akatsuki yang merekrutnya.
Dan pertemuannya dengan anggota baru yang tak lain adalah uchiha Itachi yang menjadi rekan setimnya sampai saat ini.
"Apa yang kau tawarkan memang menggiurkan.. tapi aku ingin bertanya satu hal padamu uchiha.." ucap Kisame menjeda kalimatnya dan memandang datar Obito.
"Apa rencanamu yang sebenarnya?" Lanjut Kisame yang memandang datar sosok pria bertopeng yang ada dihadapannya saat ini.
"Hahaha.. hahaha.. karena kau adalah orang pertama yang menemuiku dan bertanya secara langsung padaku, aku akan menjelaskannya sedikit padamu Kisame-san.." ujar Obito dengan tawanya karena tertarik dengan arah pembicaraan lawan bicaranya kali ini.
"Aku, akan membunuh seseorang yang telah mengalahkanku di Paradise island. Tapi selain itu, aku masih punya misi lain yang harus ku wujudkan.." ucap Obito dengan ekspresi dingin dan iris yang tajam bagaikan elang dibalik topeng spiralnya itu.
'Seseorang? Siapa yang dia maksut.. dan paradise island? Aku baru mendengar nama pulau itu.' Batin Kisame datar.
"Yah, secara singkatnya aku akan membuat perdamaian diseluruh dunia ini. Tak akan ada lagi manusia yang takut keluar dari dinding. Tak ada lagi pertumpahan darah antara manusia dan para naga.. semua.. akan ada dibawah kendaliku.." ucap Obito dengan tangan kedua tangan yang terkepal didepan tubuhnya itu.
"Rasa takut, rasa sakit, dendam semua akan hilang dan tak akan ada yang saling menyakiti.. itulah tujuan terbesarku yang akan ku capai nantinya." Obito mengakhiri ucapannya.
"Haha.. haha.." Kisame tertawa mendengarkan apa yang diucapkan Obito.
"Kau membuatku tertawa bocah.. kau berkata ingin menghilangkan semua itu, dan membuat sebuah perdamaian antara kita para manusia dan makhluk itu? Heh.. sedangkan kau sendiri masih memiliki dendam pada seseorang yang telah mengalahkanmu? Haha.. kau sedang membuat lelucon yang lucu.." ujar Kisame yang tertawa dan memotong kalimatnya.
"Kau bermimpi bocah! Aku lebih memilih menjadi seorang pemburu monster dan para naga itu daripada harus berdamai dengan mereka.. karna itu adalah hal yang mustahil didunia ini.." lanjut Kisame yang kemudian berjalan pelan dengan seringainya ke arah Obito.
"Souka? Asal kau tau.. mimpi bisa menjadi sebuah kenyataan saat kau mau berusaha, Kisame-san.. tapi.. jika itu maumu.." Obito pun ikut berjalan perlahan mendekati sosok pria berwajah hiu yang sedang menyeringai itu.
Semua seakan menjadi hening. Angin berhembus membawa dedaunan yang ada dipohon disekitar mereka berdua.
Cahaya matahari kembali menembus awan yang sempat menutupi sinarnya. Membuat keduanya tersorot sinar matahari yang terang dengan ekspresi mereka masing-masing.
Berlatarkan area hutan disekitar mereka, iris Sharingan yang aktif dengan tiga tomoe menatap tajam sosok berwajah hiu dengan iris tajam yang siap memburu mangsanya.
.
.
.
.
.
Swus! Swus!
"Akan ku tunjukkan rasa sakit sebuah mimpi yang menjadi kenyataan itu.."
"Akan ku tunjukkan sosok Biju tak berekor yang sesungguhnya ini.."
.
.
"PADAMU!/PADAMU!"
.
.
.
.
.
To be continued..
.
.
Ending:
Michi To You All - Aluto
.
.
A/N: Assalamualaikum wr. wb.
Sebelumnya saya sebagai author yang masih minim pengalaman, saya minta maaf jika terdapat kata-kata yang gaje dan typo yang bertebaran dimana-mana.
Disela kesibukan yang ada saya sempatkan melanjutkan fict ini.
Sejujurnya mulai agak malas lagi untuk mengetik. Tapi karena saya lihat review kalian yang merespon positif, saya sempatkan untuk melanjutkannya sedikit demi sedikit.
Walaupun terkesan lama tapi lebih baik daripada tidak sama sekali, kan..
.
Tak lupa saya ingin menyampaikan pada para Readers sekalian yang masih aktif ataupun yang sudah menjadi author hebat di fiction atau dimanapun.
Saya sebagai umat Islam mengucapkan selamat merayakan hari Natal untuk yang non muslim.
Dan saya ucapkan juga selamat tahun baru untuk kita semua. Semoga semua yang sudah terlewati di tahun kemarin menjadikan pelajaran untuk kita agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi di tahun yang baru ini.
Doa-doa terbaik untuk kita semua selalu kita panjatkan untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat.
.
Untuk yang mungkin menganggap aneh dengan sifat MC di fict ini, yah untuk pemanis saja agar tak terlalu tegang dengan adegan fightnya yang selalu ada.
Untuk pair dan semacamnya untuk saat ini masih menjadi misteri sampai kedepannya. Jadi nikmati saja jika ada adegan 18 plus yang sedikit berseliweran nantinya.
.
Untuk kalian yang masih setia membaca, kalian bisa mendownload apk'nya Fanfiction di playstore agar lebih mudah mengakses ffn.
Dan untuk yang ingin tau image dari setiap character, dragon, sword dan info lain di World ini. Kalian bisa add FB saya dengan Nick name:
Kyoigneel
Foto sama dengan di bio ini. Semua image dari fict saya ada disana agar lebih mengena fellnya saat membaca.
Karena FB lama saya di hack Dangan nama yang sama. Jadi ya mau gak mau buat baru lagi.
.
Sekali lagi saya minta maaf jika ada yang tersinggung dan cerita yang terkesan gaje.
Semua ini hanyalah imajinasi dan fictif belaka yang tertuang di sebuah tulisan.
Terimakasih, jika ada kritik dan saran silahkan coret-coret dikolom Review.
Semua saya terima dengan iklas dan semoga menjadi berkah. Aamiin..
Sampai jumpa lagi dengan chapter selanjutnya!
.
Kyoigneel out!
