Heart of The Ocean

.

.

Sequel II

.

Do Not Copy, Edit, or Repost

.

Copyright by Kileela, 2024

Seoul, 2023

Sambaran petir yang menggelegar ditengah hiruk pikuk ibukota Seoul terlihat amat mengerikan, malam itu.

Kilatan sinar seolah tanpa henti menyinari langit malam, meninggalkan ilusi kemerahan bagi mereka yang tak sengaja menatap langsung pada alusi bunga api tersebut. Membuat petang itu terasa amat mencekam secara tiba-tiba.

Bagaimana tidak?

Letupan petir tanpa guyuran hujan di bulan Juni agaknya cukup mustahil. Apalagi teknologi canggih di Korea Selatan yang mendukung penuh peringatan dini cuaca ekstrim hampir tidak pernah meleset. Bisa dibilang, tiada satupun yang bersiap membawa payung hari itu. Peringatan akan tingginya sinar UV hari itu membuat warga lebih memilih membawa stok tabir surya dibandingkan payung yang agak sedikit menyusahkan.

Sehingga, tak heran jika kini jalanan ibukota Korea Selatan itu dipenuhi derap langkah panik mereka yang baru saja bertolak kembli ke peraduan setelah hari panjang nan melelahkan.

Semuanya berlomba-lomba untuk segera berlindung dari sambaran petir yang amat mengerikan.

Semua kecuali seorang lelaki berwajah cantik dengan kulit bak pualam, terbalut bathrobe dengan emboss Gucci di setiap jengkal kainnya.

Tak seperti mereka yang kini berhamburan panik diiringi ledakan marah sang langit malam, lelaki itu malah tersenyum remeh sembari menatap layer ponselnya. Jemarinya mengetikkan sesuatu disana sebelum benda kotak mahal tersebut dilemparkan asal pada salah satu kursi, tepat disamping kolam renang yang berada di halaman belakang rumah mewahnya.

Mata kucingnya tampak mengedarkan pandangan ke sekeliling sebelum merenggangkan badan. Bersiap untuk menceburkan tubuh sepenuhnya kedalam air.

Adalah Ren Choi.

Pewaris Tunggal Jingle Dazzle Corp yang terkenal dengan paras menawan serta kecerdasan yang luar biasa. Merupakan rahasia umum bila Jingle Dazzle mulai mencuat pesat sejak Ren menduduki jabatan tertinggi, menggantikan sang ayah yang direnggut untuk selamanya dalam sebuah kecelakaan di Paris.

Tidak ada yang tahu betul seperti apa kehidupan pribadi Ren, namun orang diluiaran sana tahu, Ren bukanlah orang sembarangan. Kekuatan dan kekayaan membuatnya tak tersentuh.

Setidaknya itulah yang mereka percayai.

Karenanya, semakin lama waktu berlalu, semakin tinggi dagu Ren mendongak.

"Petir hebat apanya, dasar orang-orang bodoh", gumam Ren sembari menggeleng. Dengan cekatan jari-jarinya menarik lepas ikatan bathrobe yang melingkari pinggang sempit tersebut.

Lembaran kain ribuan dollar itu kini sudah tergeletak begitu saja, dengan pemiliknya yang melangkah perlahan menuju pinggiran kolam. Dengan masih sedikit menggerak-gerakkan tubuh melakukan pemanasan.

Namun sejurus kemudian, sebelum tubuh itu berhasil melompat masuk kedalam air, mata tajam Ren menangkap sebuah siluet di kejauhan. Sosok itu tampak berdiri disamping pohon Tabebuya, bayangan daun tampak bergerak-gerak menyamarkan tubuh berbalut jas putih itu.

Ren sedikit mengernyit sembari menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas ditengah gelap malam, dan remang sinar lampu. Tiba-tiba saja ia bergidik, angin dingin mendadak berhembus kencang, membuat bulu kuduknya meremang.

"Kau! Siapa disana?! Aku akan memanggil penjaga didepan!", hardiknya.

Rasa takut sedikit menelusupi benak, mengingat kini ia hanya sendiri tanpa berbekal sedikitpun alat perlindungan. Ren berada di titik terlemahnya kini, dan sudah terlambat untuk lelaki itu menyesali Keputusan. Didalam kepala, terngiang kalimat peringatan dari sang kembaran yang mungkin kini Tengah mengkhawatirkannya.

"HEY! JAWAB AKU! TUNJUKKAN DIRIMU!".

DUAR

Satu lagi petir meletus di langit tak lama setelah teriakan Ren terucap. Seolah membalas hardikan laki-laki itu.

Membuat ratusan tanya dan ketakutan berkecamuk dalam benak.

Lima detik berlalu bagaikan lima abad, dalam gelap malam dipadu desah angin yang amat berisik.

Sampai perlahan, Ren menyaksikan sosok itu melangkahkan satu kakinya. Meninggalkan bayangan hitam pohon yang menyamarkannya.

Satu langkah maju dari sosok itu dibarengi satu langkah mundur dari Ren, meskipun jarak mereka kini bisa dibilang cukup jauh.

Bak dua petarung di medan perang Yunani, mereka tampak saling menunggu.

Berusaha menebak dan mengukur pergerakan sosok dihadapan, agar dapat bereaksi dengan tepat.

Setiap satu langkah maju diambil oleh sosok itu, Ren akan melangkahkan satu kakinya mundur. Terus seperti itu sampai betisnya tak sengaja terantuk kursi, membuat lelaki kenamaan Selatan itu jatuh terduduk.

Sialnya, kejadian itu tak membuat sosok di Seberang sana berhenti. Dia masih saja bergerak pelan dan teratur untuk mendekat.

Kolam renang mewah dengan beriak air kebiruan dari sorot lampu yang memisahkan mereka seolah tak dapat melindungi Ren dan membuatnya terus merasa tak tenang.

Semakin dekat sosok itu, semakin jelas juga Ren dapat menangkap wujudnya melalui netra.

Ren melihat sinar biru meletup-letup dari…tangannya?

Diikuti dengan kedua manik biru bersinar yang kini Ren sadari sebagai sepasang bola mata tajam, tengah menatapnya bak hewan buruan.

Kedua tangan CEO Jingle and Dazzle itu tampak mencengkram erat pinggiran kursi, menyaksikan bagaimana sosok itu perlahan berjalan dengan langkah nan Anggun, meninggalkan kungkungan sang petang.

Lelaki…

Benar, Ren akhirnya bisa menyadari bahwa sosok yang kini hanya terpisah jarak sekitar 50 meter itu adalah lelaki berbalut blazer putih dengan tubuh mungil yang gerakannya terlihat amat…teratur namun elegan disaat bersamaan.

Mengingatkannya akan seekor singa betina yang sedang mengunci buruannya di padang Savanah.

Rasa penasaran dan takut menyelimuti.

Sungguh Ren ingin melihat wajah dari laki-laki misterius itu, namun disaat bersamaan ia teramat takut akan pemandangan apa yang menanti.

"BERHENTI DISANA! KAU SIAPA?". Tangan dengan gemetar berpindah panik mencari-cari lokasi ponsel yang tadi dilemparkannya asal.

Namun, belum sempat Ren meraih benda kotak yang hanya terpisah beberapa senti saja dari tangannya itu, bak dalam satu kedipan mata, sosok itu sudah berdiri tepat di samping pinggiran kolam renang.

Mengikis jauh jarak keduanya hingga Ren akhirnya dapat mengenali wajah itu.

Paras kecilnya yang amat menawan itu bahkan terlihat puluhan kali lebih menakjubkan tanpa penghalang kamera dan layar ponsel.

Dari jaraknya kini, Ren bisa melihat bagaimana bibir merah itu Tengah menyeringai.

Lelaki itu terlihat persis dengan yang selalu dilihatnya melalui media sosial.

Hanya saja, tiada mata bulat polos disana.

Lenyap sudah digantikan kedua mata biru yang menyorotkan sinar biru.

Pesan visual itu perlahan dikirimkan oleh netra pada sang akal. Hingga sang CEO akhirnya mampu menarik kesimpulan ditengah lautan kalut yang semakin detik berlalu, semakin menariknya tenggelam.

Lelaki itu, bukan manusia.

"B…Baekhyun Park…", bisiknya. Lebih kepada diri sendiri.

Namun tak pernah Ren menyangka bahwa lelaki itu dapat mendengarnya dengan keras dan jelas. Terbukti dari bagaimana kekehan kecil lolos dari mulut si menawan diseberang sana.

Seketika itu, kelebat memori kurang menyenangkan yang terjadi antara dirinya dan kekasih Park Chanyeol itu melintas dalam benak.

Kata-kata kurang menyenangkan yang ia lontarkan pada Baekhyun bergaung kencang di kedua telinganya. Seolah menampar Ren bahwa ia kini sungguh dalam bahaya.

Sungguh, Ren tak pernah menyangka bahwa Baekhyun yang ia lihat melalui sosial media adalah Baekhyun yang sama dengan yang di Seberang sana.

Yang Nampak jutaan kali lebih membahayakan.

Baekhyun, kekasih Park Chanyeol adalah lelaki manis yang ceria. Tipikal carier yang hanya akan mengangguk dan menuruti apapun perintah dominannya. Lelaki carier yang tak cukup berani dan cerdas untuk menentukan keputusannya sendiri.

Terlihat dari bagaimana orang nomor satu itu selalu menyembunyikannya dari mata media, terlepas dari puluhan iklan yang sudah dibintangi Baekhyun. Ditambah lagi, lelaki itu sudah hamil bahkan sebelum pernikahan digelar, atau bahkan bila pernikahan memang pernah direncanakan. Melihat betapa lambatnya Park Chanyeol, Ren bisa menyimpulkan kalau pria itu mungkin tak ada niatan menikahi Baekhyun.

Karena ya, amat wajar. Baekhyun tidak terlihat berada di level yang sama dengan sang Chairman. Ia nampak seperti sebuah boneka cantik dan menawan, yang selamanya hanya akan menjadi pajangan.

Amat berbeda dengan mendiang istri sang Chairman yang akan selalu berada di samping Chanyeol kapanpun ia akan muncul di mata public. Wanita cerdas yang langsung dinikahi sang Chairman dalam kurun waktu dua bulan sejak berita kencan mereka ramai dbibicarakan.

Seolah Chanyeol tidak terlalu bangga untuk memamerkannya pada dunia.

Setidaknya itu merupakan image yang melekat pada Baekhyun di angan Ren. Sehingga ia dengan berani mengkonfrontasi lelaki mungil itu tanpa ampun.

Karena Baekhyun tidak akan pernah bisa berada di levelnya.

Namun sungguh siapa sangka, malam ini Ren akan berhadapan dengan Baekhyun yang itu.

Yang seolah mampu meremukkannya hanya dengan satu kibasan tangan.

Oh…

'Atau aku bermimpi?', batin Ren.

Kedua matanya berkedip cepat, berusaha mengenyahkan pemandangan sosok itu dari netra.

Berharap semua hanyalah khayalan kosong akibat simpanan amarah setinggi gunung dalam hati pada lelaki mungil itu.

Dengan bibir bergetar, Ren memutuskan untuk melakukan sesuatu yang terlintas di kepalanya.

Membuktikan bahwa semua hanya mimpi.

"KAU! BERANINYA DASAR JALANG!", Hardik Ren. Sekuat tenaga menyembunyikan getaran dalam suaranya.

"B…BAEKHYUN! BERANINYA KAU, TUNGGU SAJA AKU AKAN…"

"Kemarilah…

Mendekatlah…"

Malang teramat malang, hardikan itu mendadak terhenti di menit ke 13 menuju jam Sembilan malam. Digantikan oleh dendangan tenang nan indah yang keluar dari mulut sang siren.

Semua amarah dan pemikiran buruk akan sang siren perlahan lenyap. Memori-memori yang tadinya memenuhi benak perlahan luruh, digantikan pemandangan beriak air laut yang tenang.

Seketika, Ren dikelilingi ikan-ikan kecil berwarna-warni yang menghipnotis. Membuatnya lupa akan realita.

Kedua mata Ren mendadak kosong, tubuhnya kaku dengan bibir terkatup rapat sebelum teriakan lain dapat terdengar.

Yang mungkin dapat membangunkan orang-orang lain disana, meski kemungkinannya bisa dibilang mencapai angka nol.

"Temui aku lewat indah suaraku…

Ikuti aku menuju dunia Dimana hanya ada kita berdua…"

Perlahan namun pasti, tubuh indah tanpa cela milik sang CEO beranjak berdiri.

"Dunia sempurna yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya…

Kemarilah…

Mendekatlah…"

Satu persatu langkah teratur meninggalkan jejak tak terlihat, membawa Ren semakin mendekat kearah kolam renang.

Tangan mungil sang siren tampak mengepal erat, bersamaan dengan petir yang Kembali meledak di langit. Seringaian mengembang lebar di paras sempurnanya.

"Aku menantimu…

Ditengah kegelapan…"

BYUR

BYUR

Bersamaan dengan tubuh Ren yang melompat masuk kedalam kolam renang, tubuh mungil berbalut jas putih itu ikut menghilang dibalik beriak air kolam renang.

.

.

BRUUGH

"HAAH!", semburan air disertai tarikan nafas berat yang berisik dengan sekejap menarik Ren keluar dari kegelapan.

Matanya melebar, menatap nanar kesegala arah, menandakan kebingungan teramat sangat tengah berkecamuk dalam benak.

Ren mengingat dirinya melihat Baekhyun sebelum ia melihat lautan dan ikan-ikan kecil, dan kini seolah tidak membantu rasa takut yang menjalar hingga ke tulang, sang CEO bisa merasakan dirinya tengah berada ditengah kolam.

Kini, saat kesadaran Kembali menyambangi Ren, lelaki mungil kekasih pengusaha nomor satu di Korea Selatan itu, tak nampak sejauh mata memandang.

Nafas-nafas berat sarat akan panik terus ia hembuskan, sembari kedua manik gelap mengedar mencari sosok menyeramkan yang mungkin akan muncul secara tiba-tiba.

Dalam kepalanya kembali berkecamuk semua pemikiran yang tadi sempat sirna, sembari tubuh bergerak-gerak ribut untuk berputar kesegala arah.

Namun hanya ada keheningan dan kekosongan sejauh mata memandang.

Baekhyun tidak ada disana.

"Benar juga, mana mungkin ada makhluk seperti itu di dunia nyata…", kekeh Ren sebelum melanjutkan.

"Lagipula, kalua ada, tidak mungkin itu adalah lelaki tak berguna seperti Baekhyun".

Dengan sederet hinaan itu, Ren memutuskan dirinya hanya bermimpi dan tanpa sadar sleepwalking ditengah malam.

Memang, ia memiliki Riwayat itu sebelumnya, terutama Ketika suasana hatinya amat buruk. Dan tentu saja, hari itu suasana hatinya memanglah sangat buruk.

Satu hembusan nafas panjang ia loloskan, dibarengi gelengan kepala kecil.

Bila orang pada umumnya akan segera berlari keluar dari kolam dan berlindung, Ren si pemberani itu memutuskan untuk mengenyahkan segala imajinasi anehnya.

Kemudian mulai bergerak untuk menyelam dan berenang.

Berenang adalah salah satu hal yang bisa membuatnya Kembali waras.

Lima menit Ren berlalu dengan tenang.

Ia berenang dengan tempo sedikit lambat menuju bagian paling ujung kolam. Dalam setiap jejakan kaki, Ren perlahan mulai melupakan sosok menyeramkan Baekhyun dan memantapkan hati bahwa itu semua hanya mimpi.

Tanpa pernah menyangka kalau sesuatu tengah menantinya di ujung sana.

DUAR

CTARR

DUAR

Benar saja…

Ledakan petir yang bersautan seketika mengagetkan Ren.

Membuat CEO Jingle and Dazzle itu segera menjejakkan kaki pada lantai kolam dan meraup udara dengan rakus.

Jantungnya berdetak kencang akibat rasa kaget luar biasa.

Geraman kesal dibarengi dengan tinjuan asal ke air terdengar.

"Dasar petir sialan", gerutunya.

"Sebaiknya kalian berpindah saja ke rumah Park Chanyeol dan menyambar kekasih tak bergunanya itu", lanjut Ren.

"Kekasih tak berguna Chanyeol…itu aku?".

Sampai suara lembut itu terdengar menyaut.

Menarik reflek Ren untuk segera berbalik mengikuti asal suara. Iringan deguban jantung dan gemuruh Guntur di kejauhan seolah menjadi music pengiring yang sempurna di malam itu.

DUAR

Dibarengi dengan satu letusan sinar biru di langit, lelaki bermata kucing itu akhirnya berhadapan langsung dengan sosok yang ia kira hanyalah seberkas imajinasi anehnya.

Sesuatu yang tak mungkin ada di dunia nyata.

Sesuatu seperti sosok Baekhyun yang kini hanya berjarak 3 meter darinya.

Jarak keduanya yang amat dekat memberikan kemudahan akses kepada Ren untuk menatap penuh selidik pada lelaki di hadapannya.

Akal sehatnya tengah bertarung untuk memutuskan apakah ia sudah gila atau ini hanya mimpi yang lain?

"B…Baekhyun?", gumam Ren. Getaran dalam suaranya tak dapat disembunyikan kini.

Karena sang CEO dapat melihat jelas sosok kekasih Park Chanyeol itu.

Menawan, Ren tidak munafik dan langsung mengakui bahwa makhluk dihadapannya itu amatlah menawan.

Terlalu menawan untuk ada di dunia nyata.

Rambut ash gray yang selalu membingkai paras indahnya kini lenyap, digantikan warna biru terang yang mengingatkan Ren akan lautan. Warna biru yang amat sulit didapatkan oleh penata rambut paling terkenal di dunia sekalipun.

Kedua manik lelaki itu memiliki warna yang sama, sorot tajam penuh amarah seolah berkolaborasi sempurna dengan seringaian kecil berhias dua taring kecil di bibirnya.

Ren dapat melihat sedikit…sisik? Berwarna biru yang menyebar di beberapa titik wajahnya. Bukannya aneh, malah menambah keindahan tersendiri disana.

CEO Jingle and Dazzle itu harusnya tahu, ia tengah dalam bahaya. Namun, ia sedikit terpaku akan pesona selama beberapa detik.

Sampai ia memutuskan untuk menampar diri sendiri dalam benak untuk Kembali sadar.

Membawa rasa benci dan amarah yang dirasakannya pada Baekhyun.

"Kau, aku tidak peduli kau apa. Namun kau sudah masuk ke propertiku tanpa izin. Beraninya, kau pikir kau siapa?", geram Ren.

Sejujurnya, ia tak bisa berbohong bahwa ada rasa ketakutan yang tengah terselip pada buku-buku amarah.

Namun, tak mungkin kan ia menunjukkan itu pada Baekhyun?

"Aku? Aku adalah kekasih Park Chanyeol yang tidak berguna. Kau sendiri yang bilang", balas Baekhyun tenang. Jemari lentik itu perlahan bergoyang-goyang manis, menampakkan cipratan petir kecil berwarna biru yang membuat Ren sempat tertegun selama beberapa detik.

"B…Benar! Kau memang tidak berguna! Park Chanyeol sendiri yang mengatakannya padaku", decih Ren.

"Itu tidak mungkin, kau tidak pernah tahu apa yang terjadi antara aku dan Chanyeol".

Ren terkekeh mengejek. Sedikit memiringkan kepalanya sebelum berucap.

"Park Chanyeol mengatakan padaku bahwa kau adalah orang terakhir yang bisa ia ajak berdiskusi tentang pekerjaannya", satu decihan Kembali Ren lontarkan saat kedua manik biru itu mendadak nanar. Melenyapkan kobaran amarah yang sebelumnya ada disana.

"Ia mengatakan kau tidak mengerti terlalu banyak hal dan terkadang ia membutuhkan seseorang yang bisa ia ajak berdiskusi. Karenanya, priamu lebih memilih menghabiskan semalaman denganku".

Perlahan, tangan Baekhyun bergetar. Rasa sakit teramat sangat seolah bak tembakan panah yang seketika menghujam hingga ke ulu hati.

Membayangkan Chanyeol mengatakan semua itu, sangat menyakitkan.

"Sadarlah Baekhyun, kau hanyalah boneka pajangan untuk Park Chanyeol. Kau hanyalah pemanis dalam hidupnya", cecarnya.

"Bila adalah Kerajaan, kau hanyalah seorang selir bagi Park Chanyeol. Kau tidak akan pernah bisa menjadi 'ratu'nya. Karena kau Baekhyun Park, tidak akan pernah ada di level Eva. Ratu Chanyeol sesungguhnya", tambah Ren seolah menyakiti Baekhyun adalah hobinya.

"Berhenti! Kubilang berhenti!", Hardik Baekhyun. Tubuhnya mulai berenang mendekati Ren.

Namun sebelum ia sempat meraih Ren, CEO Jingle and Dazzle itu Kembali membuka suaranya. Membuat Baekhyun menghentikan gerakannya dalam jarak tiga jengkal lagi.

"Park Chanyeol mengatakan bahwa ia amat merindukan kehadiran Eva, karena Wanita itu adalah inspirasinya. Wanita itu bisa memberikan ide-ide luar biasa yang tidak akan pernah bisa kau berikan."

GREP

"Uhuk…".

Dengan gemetar, Baekhyun mencengkram leher Ren. Kuku-kuku panjangnya perlahan menggesek kulit putih mulus sang CEO. Sedikit lagi menarik keluar titik-titik merah dari sana.

GREP.

Dengan kuat, Ren balas mencengkram lengan kurus Baekhyun. Berusaha menjauhkan tangan itu dari lehernya.

Meskipun kini, yang bisa Ren rasakan adalah rasa panas dan perih yang teramat sangat.

Seolah aliran Listrik tengah mengaliri seluruh tubuhnya melalui cengkraman Baekhyun.

Mata biru bersinar itu kini tengah menunjukkan kebencian yang bercampur dengan rasa sedih.

Sesuatu yang tak akan terlihat bila Ren tak benar-benar memastikan.

"K..kau ahh..apa…monster…", ujar Ren terbata.

Semakin Ren berusaha berbicara, semakin kuat cengkraman Baekhyun.

Percikan petir-petir biru dari tangannya tampak semakin besar setiap detiknya.

Seolah ia tengah mengalirkan sambaran petir masuk kedalam tubuh Ren.

Lelaki bermata kucing itu mengerang, merasakan rasa sakit luar biasa yang tak bisa ia deskripsikan.

Merambat dari lehernya dan turun ke dada dari dalam.

Seolah tengah membunuhnya dengan perlahan.

"K…khau… Ch..Yeol hanya ughh menganggapmu sebanghh..khh..khh sebaghai pengganti Eva. Pengganti yang tidakhh.. khh sempurna...ukhh uhuk", aliran darah merah segar mengalir keluar dari mulut Ren.

Baekhyun bisa melihat manusia di hadapannya ini tengah menjemput ajal, dengan sang siren sebagai kurirnya.

"Diam, kubilang diam karena aku akan membungkammu selamanya", ujar sang siren.

"Kh…khau, tidak akan pernah menjadi kekasih yang sempurna untuk Park Chanyeol, monster…AARGHHH", bisikan menyakitkan itu berubah menjadi teriakan pilu.

Ketika sang siren sudah tak sanggup lagi menerima hujaman panah dalam hati yang berbentuk kalimat sang CEO.

Kedua taringnya kini tengah tertancap sempurna pada leher mulus Ren, mengoyaknya.

Menarik keluar nyawa dan kehidupan dari sana.

Bersamaan dengan kelebat memori kehidupan Ren yang berkelibat di kedua manik biru sang siren.

Baekhyun tidak pernah mau membunuh manusia. Bukan hanya karena prinsip, atau karena ia terlalu suci.

Namun, karena fakta bahwa setiap kali taringnya menancap, menyalurkan racun siren mematikan kedalam tubuh si manusia, saat itulah seluruh kilasan memori kehidupan manusia itu akan mampu terlihat oleh sang siren.

Siren lain menganggap kemampuan itu sebagai anugrah dan hiburan. Bak menonton drama atau film di dunia manusia. Karena mereka mampu melihat cerita manusia-manusia itu saat tengah menarik keluar 'nyawanya'. Hingga membuat mereka ketagihan untuk berburu.

Namun tidak dengan Baekhyun. Ia sudah tidak menyukai bagian Dimana memori manusia akan berkelebat jelas di matanya sejak sang pangeran melakukan perburuan pertama di usianya yang ke 11 tahun. Ia bahkan menangis karenanya.

Memang, ia beberapa kali melihat kenangan yang amat buruk. Namun kenangan indah, memori dengan orang terkasih, senyuman dari sang manusia, adalah yang paling sakit untuk dilihatnya.

Karena kenyataan bahwa ia menjadi sang malaikat maut yang menghentikan senyuman manusia itu untuk selamanya.

Menjadi sang pencabut nyawa yang menutup kesempatan sang manusia mengukir memori indah lainnya dalam hidup.

Malam itu, setelah sekian lama.

Baekhyun bisa melihat 30 tahun kehidupan Ren berkelebat di manik birunya. Bersamaan dengan nafas Ren yang mulai menipis dan tubuh yang mulai melemah.

Sang siren melihat bagaimana Ren di sekolah, melihat Ren sedang tertawa Bersama seorang Wanita yang tampak amat mirip dengan sang CEO, melihat tangisan Ren didepan dua pusara yang masih segar, dan banyak memori lainnya.

Namu nada satu yang amat membekas di kepala Baekhyun.

Sebuah memori yang amat menyakitinya.

Seperti hatinya tengah dicabik oleh ratusan gigi piranha.

Seolah dirinya yang merasa amat kesakitan padahal kini ia tengah menyakiti makhluk lemah dihadapannya.

Di memori itu, Baekhyun melihat Chanyeol kekasihnya. Tengah duduk dengan segelas wine ditangan.

Pria itu menatap dalam pada foto Eva yang menggantung di ruangan kerja sang Chairman sembari tersenyum.

"Eva, Baekhyun bukanlah Eva. Banyak yang tidak bisa kulakukan dengan Baekhyun seperti aku melakukannya dengan Eva. Baekhyun tidak bisa memberiku ide dan masukan seperti Eva. Ia tak banyak tahu tentang pekerjaanku dan duniaku. Dia lebih sensitive dibandingkan Eva, lebih mengkhawatirkan sehingga aku tak bisa tenang meninggalkannya sendiri. Setiap saat aku mengkhawatirkannya, seolah aku tak bisa lepas darinya barang sedetik. Sejujurnya, CEO Ren, hidupku tidak setenang Ketika aku Bersama Eva. Karena Eva selalu tahu apa yang harus dilakukannya, dan aku yakin Eva bisa memutuskan segalanya sendiri. Sehingga aku tak perlu mengkhawatirkannya dan bisa bernafas lega setiap harinya. Namun dengan Baekhyun, setiap saat aku terus merasa khawatir, Rasanya seperti sesak. Kadang seperti aku tidak memiliki kekasih, namun memiliki anak kedua".

Kekehan kecil Chanyeol menutup memori itu, bersamaan dengan nafas Ren yang terhenti dan tubuh lunglai si manusia yang kini perlahan tenggelam masuk kedalam air.

Meninggalkan sang siren dengan tangan gemetar dan hati teriris.

.

.

.

To Be Continued


Hello ALLLL

Akhirnya narasinya ku post jugaa, maaf kalau lama.

Please baca yang di X dulu ya supaya bisa nyambung ke yang ini. Part setelah ini lanjutannya juga di X.

Thank you so muchh yang sudah selalu nunggu dan baca.

Aku tunggu reviewnya yaa biar aku semangat terus berkarya dan menghibur kalian dengan anak biru merah kesayangan kita.

See ya soon!

Love,

Kileela