Title : My Childish Bodyguard chapter
Genre : Friendship/Brothership, fantasy, action, horor
Rating : Fiction T
Cast : Kyuhyun, Siwon, Zhoumi, Shindong, Leeteuk
Disclaimer : All them belong to themselves and GOD. I own only the plot.
Warning : Fanfic just Fanfic, typos, geje , if read don't bash, jangan meng-copy paste meskipun menyertakan nama; Share saja dalam bentuk link ffn, tidak kurang dari itu. Gomawo
Summary :
.
.
Kyuhyun bergelung kesakitan ketika ksatria Jujak memutar pedangnya, membuat luka tikaman tadi melebar. Rasa sakit meningkat dengan pesat hingga Kyuhyun nyaris kehilangan kesadarannya.
"Menyerahlah, kagemusha. Kau tidak akan pernah menang melawanku."
.
Shadow Warrior
Chapter 6
.
"Ugh!"
Kyuhyun menarik napas lega ketika Ksatria Jujak mencabut pedang yang tertancap di kakinya. Namun hal itu hanya sekejap. Ksatria jujak kembali menyabetkan pedang untuk mengenainya, hingga membentuk sebuah garis api. Kyuhyun berhasil berguling sekali untuk menghindar. Ksatria Jujak tidak tinggal diam. Dikerahkannya tenaganya untuk mendorong garis api itu menjauh, mengejar Kyuhyun yang terus berguling. Garis api baru berhenti bergerak setelah mengenai Kyuhyun yang langsung terpental hingga beberapa meter.
Meski seluruh tubuhnya terasa sakit dan napasnya semakin memendek, Kyuhyun langsung berbalik menghadap Ksatria Jujak. Ia tahu, setiap saat serangan bisa kembali datang. Sambil meringis menahan sakit, Kyuhyun berusaha bangkit berdiri. Hanbok yang ia kenakan sudah compang-camping akibat sabetan pedang. Ia tidak tahu berapa lama mereka sudah bertarung. Yang ia tahu, tubuhnya mulai tidak bisa ia kendalikan untuk terus bergerak menyerang.
Aku tidak boleh kalah. Jika aku kalah, bukan hanya Sungmin hyung, tapi Siwon sshi dan Zhoumi sshi akan mengalami hal yang buruk….
Kyuhyun berdiri dengan kaki yang goyah. Digenggamnya pedang dengan kedua tangan, berusaha mengumpulkan tenaga yang tersisa.
Bagaimana….bagaimana caraku mengalahkan Ksatria Jujak?
Ksatria Jujak membuat dua kali sabetan pedang, sehingga terbentuk 2 garis api yang bersilangan di antara mereka. Kyuhyun menahan napas. Jika ksatria Jujak mendorong garis api itu ke arahnya seperti serangan-serangan yang tadi, ia tidak yakin bisa menghindar dengan semua lukanya saat ini. Apalagi kakinya yang tadi ditikam mulai terasa berat untuk digerakkan.
Hanya bisa satu serangan, setelah itu aku tidak tahu apakah masih sanggup bertarung. Kyuhyun memandang ksatria Jujak. Ia tertegun ketika sebuah kesadaran menghampirinya. Bolehkah…aku mempercayai instingku saat ini?
Kyuhyun memastikan pengamatannya sekali lagi sebelum memejamkan kedua matanya. Perlahan napasnya yang memburu mulai mereda dan terdengar pelan. Ia mencoba mengumpulkan konsentrasi untuk serangan terakhir.
Begitu Kyuhyun merasa udara di sekitarnya berubah karena kedua garis api bergerak, ia kembali membuka matanya. Dipaksanya tubuhnya bergerak maju dengan tangan kanan memegang pedang. Begitu pedang mulai melewati garis api, tangan kirinya ikut menggenggam pedang agar tidak terlepas ketika tubuhnya terbelah oleh garis api yang menyilang itu.
Darah berhamburan tetapi Kyuhyun terus maju hingga pedangnya berhasil menikam tepat di perut Ksatria Jujak. Namun pedang Ksatria Jujak yang terayun, menebas tubuh Kyuhyun menjadi dua. Kyuhyun sempat mencabut pedangnya sebelum jatuh tersungkur.
.
.
Shindong duduk di tangga yang terdapat di belakang bangunan utama sambil memandang langit dengan wajah muram. Setiap selesai menyendiri di gunung yang terdapat di belakang kediaman mereka, Kyuhyun selalu masuk ke bangunan utama melewat tangga bagian belakang, menghindari pandangan para pelayan maupun penjaga gerbang. Karena itulah Shindong sejak semalam menunggu di sana, dengan keyakinan Kyuhyun akan melewati jalan itu saat kembali.
Hari sudah menjelang pagi dan Kyuhyun belum juga muncul. Shindong teringat senyum Kyuhyun sebelum berangkat menuju kuil Jujak.
"Jeonha, ternyata kau sudah benar-benar menerimanya…," gumam Shindong sedih. Pikirannya melayang ke masa lalu, saat Kyuhyun berusia 12 tahun….
"Aku tidak mau belajar lagi! Aku tidak mau berlatih lagi!"
Kyuhyun dengan berang menghamburkan semua buku dan kertas yang ada di mejanya. Ia juga menghampiri tempat menggantung pedang dan membantingnya dengan keras. Shindong saat itu hanya diam memperhatikan Kyuhyun meluapkan semua kemarahannya.
"Ajussi…segel itu…hanya Sungmin hyung yang bisa melakukannya. Benar kan?" Kyuhyun memandang Shindong menuntut jawaban. "Appa dengan jelas menuliskan semua di buku yang ia berikan untukku. Apakah itu benar?! Jawab aku, ajussi!"
Shindong memandang Kyuhyun beberapa saat sebelum mengangguk. "Itu benar, Jeonha…"
"Jadi, untuk apa aku harus belajar setiap hari? Untuk apa aku berlatih pedang setiap hari? Apapun yang aku kerjakan, tidak akan membuatku bisa menyegel jenderal Agma! Jadi sebenarnya aku ini berusaha untuk apa?!"
Kyuhyun tersandar ke dinding dengan wajah pucat pasi ketika Shindong hanya membuka mulut namun tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Kegugupan pengasuhnya itu membuat Kyuhyun menyadari kalimat-kalimat yang selama ini membingungkan dirinya. kalimat yang Leeteuk tulis berulang kali di dalam buku, namun hanya berupa sebuah puzzle di dalam benak kecilnya. Dan kini kepingan-kepingan puzzle itu bergabung membentuk sebuah gambar; Gambar yang membuat tubuhnya bergetar dengan hebat detik itu juga.
"Jeonha!"
Shindong berlari menghampiri Kyuhyun yang kini terduduk di lantai dengan tubuh gemetar. Majikannya itu memeluk lutut begitu kuat sehingga buku-buku jarinya memutih, sementara air mata sudah mengalir dengan begitu cepat.
"Jeonha…" Shindong berusaha memeluk Kyuhyun, namun Kyuhyun mendorongnya dengan keras dan kembali memeluk lututnya sendiri.
Untuk beberapa lama Shindong hanya bisa terdiam dan melihat Kyuhyun menangis, hingga Kyuhyun mengangkat wajahnya ke arah Shindong yang terus memperhatikannya.
"Ajussi…apakah…apakah aku akan mati?" tanya Kyuhyun lirih, namun kata-kata itu sanggup merobek hati Shindong sehingga matanya mulai tertutup oleh air mata. "Apakah…aku hidup…belajar…dan bertarung…hanya untuk mati?"
Shindong terisak mendengar kata-kata Kyuhyun yang diucapkan dengan nada ragu, takut, dan bingung. Bagi anak seusia Kyuhyun, ia tahu pasti hal seperti itu tidak pernah terlintas dalam bayangan mereka. Namun Shindong hanya bisa menangis. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, sementara yang Kyuhyun katakan adalah sebuah kenyataan.
"Itukah sebabnya aku tidak boleh bersekolah… Aku tidak boleh memiliki teman… Bahkan tidak ada yang mengetahui namaku… Karena aku hanyalah 'pengganti' Sungmin hyung? Aku berperan sebagai Jeonha untuk menutupi keberadaannya?"
Shindong terdiam, hanya tangannya yang sesekali menghapus air mata yang mengaburkan pandangannya. Ia menautkan kening ketika Kyuhyun bangkit berdiri dan menghampirinya yang masih berlutut di lantai, sehingga Shindong terpaksa menengadahkan wajahnya karena jarak mereka begitu dekat.
"Ajussi, jadi siapa aku sebenarnya? Siapa yang berdiri di hadapanmu saat ini? Siapa yang kau sebut Jeonha seumur hidupnya?"
"Jeonha…." Shindong memandang Kyuhyun sejenak untuk kemudian hanya tertunduk.
Melihat hal itu, Kyuhyun menggeram marah. Ia menuju lemari kayu dan mulai mengeluarkan kaos, kemeja, dan celana panjang miliknya, juga beberapa pakaian dalam dan sepatu. Ia sibuk mencari-cari tas untuk membawa semuanya itu ketika Shindong menahan tangannya.
"Jeonha! Apa yang kau lakukan?"
Kyuhyun memandang Shindong dengan tajam. "Aku mau pergi dari sini. Aku tidak mau mati begitu saja tanpa arti apa-apa! Aku ingin punya mimpi! Aku ingin pergi ke manapun yang aku suka! Aku akan berteman dengan banyak orang yang akan mengingatku sebagai Kyuhyun!"
"Jeonha!"
Kyuhyun menepis tangan Shindong dan kembali mencari tas, namun ia tak memiliki satupun. Akhirnya anak berusia 12 tahun itu menarik sebuah kain lebar yang biasa digunakan sebagai selimut di musim panas, dan mulai membuntal semua pakaian yang ia pilih.
Shindong-sshi…berjanjilah bahwa kau akan mendidik Kyuhyun-ah hingga menjadi guardian Jujak yang baik dan hebat. Berjanjilah padaku, Shindong-sshi…karena aku…tidak bisa membimbingnya lagi….
Kata-kata Leetuk sebelum meninggal, membuat Shindong tersadar dari kebimbangannya. Ia menghampiri Kyuhyun yang sedang mengangkat buntalan pakaian, lalu mengambil alih buntalan itu sehingga Kyuhyun memandang marah kepadanya.
"Jeonha, jangan membawa dengan cara seperti itu. Kita akan membeli sebuah tas ransel, sehingga Jeonha bisa pergi membawanya dengan nyaman."
Shindong tersenyum ketika Kyuhyun memandang curiga kepadanya.
"Jeonha, setelah Jeonha pergi, mungkin kita takkan bertemu lagi. Sebelum membeli tas, aku ingin mengajak Jeonha ke suatu tempat."
"Ajussi, kau merencanakan apa?" tanya Kyuhyun masih dengan nada curiga.
Shindong mencoba tersenyum setulus mungkin. "Kita hanya akan berjalan-jalan. Anggap saja ini acara perpisahanku dengan Jeonha. Jeonha bersedia bukan?"
Kyuhyun mempertimbangkan hal itu sejenak. Ia ingin sekali menolak, namun wajah Shindong tampak begitu sedih. Ia sendiri sebenarnya sangat berat untuk berpisah dengan Shindong dan rumah yang selama ini ia tempati. Ia tak kenal siapapun dan tak tahu bagaimana keadaan di luar. Namun tinggal diam sebagai kagemusha juga bukan hal yang ia inginkan.
"Baiklah. Tapi sore nanti kita berpisah, ajussi." Kyuhyun mengajukan syarat. "Kau harus berjanji tidak akan menghalangiku."
"Aku berjanji, Jeonha." Shindong membungkuk hormat.
.
.
Seperti yang Shindong duga, Kyuhyun berteriak kegirangan setibanya di tempat yang mereka tuju. Keluar dari mobil, Kyuhyun langsung melonjak-lonjak penuh semangat. Sementara Shindong membeli tiket masuk, Kyuhyun sibuk mengagumi pemandangan di sekelilingnya.
"Ajussi, setiap aku minta ke taman bermain, Ajussi tidak pernah membawaku ke sini. Mengapa sekarang….."
"Jeonha, ayo kita masuk." Shindong memotong pertanyaan Kyuhyun dan menyerahkan tiket kepada petugas.
"Ajussi! Aku mau mencoba roller coaster itu!" seru Kyuhyun dengan mata berbinar. "Whoaaaa ini jauh lebih hebat dari yang aku lihat di buku!"
Sepanjang hari Kyuhyun sibuk menyebutkan jenis-jenis wahana yang ia kenal lewat buku dan film, mencoba dan mengulangnya jika Kyuhyun sangat menyukainya. Shindong tersenyum melihat semua itu. Ia selalu siap dengan makanan dan minuman ketika Kyuhyun menghampirinya untuk beristirahat.
"Aku tahu kenapa semua orang menyukai komidi putar." Kyuhyun menyeruput jus jeruknya sambil tersenyum lebar. "Meski kuda asli lebih gagah, tapi berkuda berputar-putar dengan banyak orang, itu sangat menyenangkan, ajussi. Bagian yang paling menyenangkan adalah menemukan sosok ajussi setiap putaran berulang. Ajussi melambai sambil tersenyum di antara begitu banyak orang. Hanya untukku. Itu sangat menyenangkan."
"Itu karena Jeonha selalu melambaikan tangan penuh semangat." Shindong terkekeh.
"Aku hanya mengikuti mereka semua." Wajah Kyuhyun bersemburat merah. "Aku lihat, semua melambai seperti itu setiap melihat keluarga mereka. Ternyata memang menyenangkan…"
"Sekarang aku mengerti mengapa Jeonha mengulangnya hingga 5 kali." Shindong tergelak.
"Aku sebenarnya ingin naik lagi. Tapi penjaga memintaku berhenti." Kyuhyun menggembungkan pipinya, membuat Shindong terkekeh. "Aku ingin bersekolah, dan belajar cara membuat wahana permainan. Aku akan membuat wahana yang disukai semua orang sehingga semua yang menaikinya bisa merasa berbahagia."
"Itu impian yang bagus," puji Shindong tulus.
"Aku akan membuat wahana yang cocok untuk orang lanjut usia juga, sehingga ajussi bisa menaikinya nanti."
Shindong kembali terkekeh mendengarnya.
Keduanya beristirahat di sebuah meja berpayung besar. Kyuhyun mengisi kembali perutnya sambil melihat-lihat pemandangan sekitar. Komidi putar merupakan wahana yang paling jelas terlihat dari tempat mereka. Di bagian belakang, tampak kincir raksasa yang dipenuhi lampu warna-warni tengah berputar perlahan dengan ujungnya bagai menyentuh langit.
"Ajussi, ayo kita naik kincir itu bersama!"
Tanpa menunggu persetujuan Shindong, Kyuhyun menariknya untuk mengantri di wahana kincir raksasa. Semua taman bermain mulai diwarnai lampu-lampu yang semarak karena hari mulai menjelang sore. Kyuhyun memaksa sang penjaga untuk mengijinkannya memilih gerbong yang biru, warna kesukaannya, ketika giliran mereka tiba.
"Ajussi, kita bergerak naik!" seru Kyuhyun dengan wajah cerah. Ia bergumam riang sambil melihat ke pemandangan di bawah. Ia juga menunjuk wahana-wahana yang tampak kecil di kejauhan. "Seandainya Appa masih hidup, aku ingin ke sini bersama Appa…."
Kyuhyun memandang wahana komidi putar kesukaannya yang berbinar indah di bawah sana. Shindong menghela napas panjang, mencoba memantapkan hatinya sebelum melakukan apa yang ia rencanakan sejak semula. Ia merasa kalimat Kyuhyun tadi merupakan pembukaan yang tepat.
"Jeonha, apakah hari ini sangat menyenangkan?" tanya Shindong, berusaha menahan getaran dalam suaranya.
"Tentu saja!" seru Kyuhyun cepat. Wajah sedihnya akibat teringat sang Appa langsung menghilang. "Gomawo, ajussi. Gomawo sudah mengajakku ke sini."
Shindong nyaris mengurungkan niatnya melihat mata yang berbinar penuh terima kasih itu. Namun ia teringat janjinya kepada Leeteuk.
"Sepertinya semua yang datang ke sini sangat berbahagia."
"Ajussi, kau ini aneh." Kyuhyun tertawa lebar. "Tentu saja. Semua bisa bersama-sama dengan keluarga mereka, menghabiskan waktu dengan macam-macam permainan menyenangkan, sambil makan dan minum bersama. Aku juga ingin ke sini lagi bersama teman-temanku nanti. Aku akan membuat banyak teman. Setelah aku berhasil menjadi orang sukses, aku akan menjemput ajussi untuk tinggal bersamaku. Lalu kita akan ke sini lagi berdua."
Kyuhyun memandang Shindong dengan wajah cerah. "Ajussi, kau mau tinggal bersamaku nanti bukan? Meski aku hanya orang biasa bernama Kyuhyun?"
Shindong tersenyum getir. Wajahnya sangat murung sehingga Kyuhyun menautkan alisnya dengan bingung.
"Ajussi, apakah ajussi tidak mau bersamaku jika aku bukan seorang Jeonha?" tanya Kyuhyun sedih. "Ajussi jangan khawatir. Aku akan bekerja dengan giat sehingga sukses. Aku akan membangun hanok yang besar untuk kita berdua."
"Mana mungkin aku menolak?" Shindong mencoba tersenyum. "Bagiku, Jeonha tetaplah Jeonha. Tidak ada yang akan mengubah hal itu."
"Lalu, kenapa ajussi bersedih?" tanya Kyuhyun penuh selidik.
"Karena…karena semua impian Jeonha tidak mungkin terwujud…." jawab Shindong sambil tertunduk.
"Mwo? Bagaimana mungkin?" Kyuhyun merasa tersinggung. "Impianku pasti terwujud, ajussi. Aku akan bekerja dan bersekolah dengan giat. Aku akan…"
"Jeonha…" Shindong memotong ucapan Kyuhyun dengan mimik yang membuat Kyuhyun terdiam. "Bagaimana Jeonha bisa belajar dan bekerja hingga sukses? Jenderal Agma dan para gaekgwi akan mengacau semua ini, menguasai dunia manusia dan menjadikan manusia makanan mereka untuk menjadi semakin kuat. Tidak ada lagi anak-anak yang ke taman bermain bersama orang tuanya. Tidak ada lagi kincir angin dan komidi putar, juga wahana lain karena para gaekgwi akan menghancurkannya."
"Setiap hari anak-anak akan menangis ketakutan, menunggu giliran mereka dimakan oleh para gaekgwi, begitu pula orang tua mereka. Mungkin saja selama menunggu, mereka sudah dipisahkan dari orang-orang yang mereka sayangi. Selain itu…."
"Tidak mungkin!" Kyuhyun bangkit berdiri dengan marah sehingga gerbong yang mereka naiki sedikit berguncang. "Sungmin hyung tidak akan membiarkan hal itu terjadi! Sungmin hyung akan menyegel Jenderal Agma sehingga ia terpasung di sungai Henggi selamanya!"
"Itu jika Sungmin-sshi berhasil menguasai jurus Jujak tertinggi…."
Mata Kyuhyun melebar sejenak sebelum akhirnya memicing. Ia mencoba mencerna kata-kata Shindong.
"Jika Sungmin-sshi belum berhasil menguasai jurus Jujak tertinggi, dan jenderal Agma mengalahkannya lebih dahulu…."
"Maka penyegelan tidak akan pernah terjadi. Dan kebahagiaan yang tadi aku lihat tidak akan terlihat lagi. Tidak ada yang memerlukan wahana bermain buatanku… Lalu teman-temanku…." Kyuhyun bergumam sambil memandang keluar gerbong. Cahaya-cahaya lampu yang indah di matanya, kini berubah menjadi bauran sinar karena air mata sudah mengaburkan pandangannya. "Itu sebabnya Appa merencanakan semua ini…."
"Jeonha…"
"Appa menulis, agar aku bertahan selama yang aku bisa untuk memastikan Sungmin hyung siap… Karena itulah aku harus belajar dengan keras dan berlatih dengan baik, agar bisa menjadi tameng yang kuat untuk Sungmin hyung… Begitukah, ajussi?"
Shindong hanya sanggup mengangguk.
"Lalu, bagaimana dengan impianku sendiri? Apa aku tidak memiliki pilihan? Apakah aku harus menjalaninya begitu saja? Meski sebentar, sebelum Jenderal Agma muncul, aku ingin berusaha mewujudkan impianku…"
Shindong mengeraskan hati, untuk beradu pandang dengan Kyuhyun yang tampak terluka. Semua kebahagiaan yang tadi terpancar di mata itu benar-benar hilang tak berbekas. Dan itu membuat Shindong merasa sakit.
"Sesuai janjiku, aku tidak akan memaksa atau menghalangi Jeonha. Setelah kita turun, aku akan membelikan jeonha sebuah tas… Pergilah ke manapun Jeonha ingin pergi… Jangan pikirkan apapun. Bagian Jeonha, biar aku yang akan melakukannya."
"Cuma aku yang bisa menggunakan jurus Jujak, ajussi… Jika aku menunda dan tidak berlatih mulai sekarang…."
Kyuhyun memalingkan wajah dari Shindong, kembali menatap keluar gerbong yang untuk kedua kalinya bergerak naik. Kyuhyun melihat wajah-wajah keluarga yang menunggu di sekitar wahana. Mereka sibuk melambai ketika gerbong yang dinaiki keluarganya berada di bawah. Semua senyuman dan wajah cerah itu membuat Kyuhyun meringis. Ia bersyukur gerbong kembali naik dengan cepat sehingga ia tidak perlu melihat semua itu lebih lama.
"Ajussi…"
"Ne, Jeonha…"
"Untuk terakhir kali, bolehkah aku menangis?"
Shindong memandang Kyuhyun dengan heran. Sejak pertama mereka bertemu, Kyuhyun termasuk anak yang sering menangis untuk hal sekecil apapun. Namun wajah Kyuhyun yang sangat serius membuat hati Shindong berdesir. Begitu ia menganggukkan kepala, Kyuhyun menubruk tubuhnya dan menangis dengan keras di dadanya.
"Jeonha…"
"Ajussi, hanya kali ini… Ijinkan kali ini aku menangisi impianku… Setelah ini, Kyuhyun yang selama ini ajussi kenal tidak akan ada lagi… Aku akan sepenuhnya menjadi guardian Jujak…"
Shindong tak dapat menahan air matanya ketika Kyuhyun terisak begitu keras di dadanya. Kyuhyun menangisi semua keinginannya yang harus ia kubur; sekolah, teman-teman, juga pekerjaan dan rumah yang ia bayangkan sepanjang hari ini. Shindong memeluk Kyuhyun dengan erat saat tubuh majikannya itu berguncang. Kyuhyun terus menangis sampai kincir raksasa berakhir. Tak satupun dari mereka yang berbicara hingga beberapa hari kemudian.
Sejak malam itu, Jeonha tidak pernah menangis dan mengeluh. Ia benar-benar hidup sebagai seorang guardian Jujak. Tidak membiarkan dirinya didekati siapapun. Selalu berusaha sendirian. Apakah aku telah membunuh sisi dirinya yang sebenarnya?
Shindong menghela napas panjang sambil menatap bulan yang mulai menghilang dari langit.
Jeonha…mianhamnida….
.
.
Untuk beberapa detik, Kyuhyun merasa hidupnya sudah berakhir. Ia bisa merasakan pedang ksatria Jujak membelah tubuhnya. Namun begitu ia menarik pedangnya dan tersungkur, perasaan itu lenyap, bahkan luka-lukanya hilang tak berbekas. Ketika Kyuhyun bangkit berdiri, ia mendapati hanbok yang ia kenakan sama sekali tidak robek, semua kembali utuh seperti saat ia datang. Bahkan luka yang ia alami saat bertarung dengan Lonowe tidak lagi ia rasakan.
"Kau sudah mengerti sekarang, Kagemusha?"
Kyuhyun memandang ksatria Jujak dan tersenyum. Bersyukur bahwa penilaiannya tadi tidak meleset. "Yang harus aku lakukan bukanlah bertarung melawanmu, karena kau bukan musuh."
"Betul, aku bukanlah musuhmu. Kau adalah prajurit bayangan dari tuanku, guardian Jujak yang sesungguhnya; Dan aku adalah kekuatan dari Jujak, yang diturunkan secara turun temurun. Jika Sungmin sshi tidak selamat sebelum memiliki penerus, maka aku akan mengkristal, sama seperti kekuatan guardian lainnya."
"Yang harus aku lakukan adalah melawan ketakutanku sendiri."
"Kau takut karena sudah mengetahui identitasmu yang sebenarnya sebagai seorang kagemusha?"
Kyuhyun memandang ksatria Jujak dan mengangguk. "Aku bertanya-tanya, apakah kau menganggapku musuh dan tidak senang jika terikat denganku."
Suara tawa ksatria Jujak memenuhi ruangan tanpa tepi itu.
"Ini serius," jawab Kyuhyun. "Seringkali tanda Jujak yang terpatri ditubuhku terasa panas dan menyakitkan, seakan mengingatkanku bahwa bukan aku pemiliknya yang sesungguhnya."
"Seharusnya tidak begitu." Ksatria Jujak menatap Kyuhyun dalam-dalam dari balik topengnya. "Bukan aku yang tidak menyukai ikatan itu, Kagemusha. Sepertinya kau memiliki rahasia lain yang harus kau selidiki tentang dirimu sendiri."
Kyuhyun menautkan kening, namun ia memilih untuk diam saat ini.
"Sekarang, kau bisa membuat garis api seperti yang Sungmin sshi sudah miliki. Berlatihlah baik-baik menggunakannya."
"Tunggu!" Kyuhyun bergegas mencegah ketika Ksatria Jujak membalikkan tubuh untuk meninggalkannya. "Apakah Sungmin hyu.., maksudku Sungmin sshi, sudah menguasai semua jurus Jujak? Apakah dia sudah mampu menyegel Jenderal Agma?"
Ksatria Jujak berbalik menghadap Kyuhyun.
"Dia sudah menguasai semua yang harus dia kuasai."
"Begitu? Syukurlah." Kyuhyun tersenyum, tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
"Tetapi dia hanya sendiri. Dia membutuhkan kekuatan 3 guardian lagi untuk bisa memastikan Jenderal Agma tersegel dengan sempurna."
"Selama Sungmin hyung masih hidup, ia bisa menyegel Jenderal Agma berkali-kali jika segel guardian Jujak terlepas."
"Sepertinya kau belum mengetahui suatu hal yang penting, Kagemusha."
"Apa maksudmu?"
"Sungmin sshi hanya bisa melakukan jurus untuk menyegel 1 kali saja. Jika gagal, atau terlepas, ia harus menunggu guardian Jujak selanjutnya untuk melakukan penyegelan."
"MWO?" Senyum di wajah Kyuhyun menghilang.
"Hanya sekali. Tidak boleh ada kegagalan."
"Kalau begitu, ketiga kristal harus aku kumpulkan secepatnya agar Sungmin sshi mendapat tambahan kekuatan…."
"Aku serahkan kepadamu, Kagemusha."
"Tapi…cabut dulu perkataanmu tentang nae appa!"
Ksatria Jujak tertawa mendengar nada menegur yang sangat berani itu. "Aku hanya memancingmu, karena diawal kau terlihat tidak bersungguh-sungguh. Aku tidak serius dengan ucapanku. Lagipula…."
"Lagipula?"
"Bukan Leeteuk sshi yang gagal melindungi tuannya. Aku tidak tahu apa yang kau dengar selama ini. Tetapi, aku adalah kekuatan tuanku. Aku bersamanya selama dia hidup. Hankyung sshi… untuk melindungi Leeteuk sshi yang terdesak, dia menempatkan dirinya sendiri sebagai tameng. Hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang guardian."
"Apa karena mereka terlalu dekat?"
Ksatria Jujak mengangguk. "Kagemusha, sebaiknya kau tidak terlalu dekat dengan Sungmin sshi. Kalau tidak, kejadian yang sama akan terulang kembali; Ia akan mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melindungimu."
Hyung tidak peduli apa yang orang lain katakan pada Kyuhyunie. Sungmin hyung yang akan melindungi Kyuhyunie.
Kyuhyun tanpa sadar menggenggam pedangnya dengan sangat kuat, untuk menyembunyikan perasaannya.
"Jangan khawatir. Aku akan berada sejauh mungkin darinya, sehingga kejadian yang sama tidak akan terulang."
.
.
"Ajussi! Pokaseu halbeoji muncul! Appo!" Siwon mendelik ke arah Zhoumi. "Yak! Kenapa kau memukul eoh?"
"Kenapa menyebut halbeoji segala?"
"Aku hanya menirukan Jeonha."
Shindong bergegas masuk ke dalam aula utama. Di layar yang dipasang Kyuhyun sejak kemarin, terpampang peta lokasi yang memiliki tanda merah di salah satu sudutnya. Kemarin Kyuhyun meminta bantuan Direktur Kim untuk melacak kemunculan Pokaseu. Ia khawatir musibah yang besar akan terjadi jika Pokaseu tidak segera ditaklukkan.
"Bagaimana ini? Tanpa ruang dimensi, berita akan tersebar cepat tentang keberadaan guardian Jujak. Lagipula Jeonha…"
"Ada apa denganku?" Kyuhyun muncul dan bergegas melihat ke tanda merah pada peta. "Dia sudah muncul? Siwon sshi! Zhoumi sshi! Kita segera ke sana sebelum banyak tempat terbakar!"
"Jeonha!"
Kyuhyun tidak mengindahkan panggilan Shindong. Sosoknya melesat cepat bersama Zhoumi dan Siwon menuju mobil yang akan membawa mereka ke tempat Pokaseu berada.
.
.
Pokaseu melontarkan bola-bola apinya seperti kemarin. Kali ini ia berada di lingkungan sekolah di mana semua tengah belajar di dalam kelas sehingga hanya sedikit mobil yang berlalu lalang di sekitarnya. Salah seorang guru yang baru saja turun dari mobil, terkejut karena beberapa bola api meluncur ke arahnya.
Tiba-tiba bola api itu terpental hingga mengenai wajah Pokaseu. Kyuhyun berdiri di antara sang guru dan Pokaseu dengan pedang yang digunakannya untuk menangkis bola api. Pokaseu menggeram marah. Kyuhyun memberi isyarat agar sang guru segera menjauhi tempat itu.
"Kebetulan sekali, Guardian Jujak… Sesuai janjiku, aku akan mengambil nyawamu hari ini." Pokaseu tertawa sambil menghadapkan kudanya ke arah Kyuhyun. "Seharusnya kau melarikan diri dan bersembunyi, bukannya mengantar nyawamu ke tempat ini."
Kyuhyun tidak menyahut. Ia membentuk ruang dimensi untuk mencegah kerusakan sekaligus menghalangi pandangan orang di sekitarnya. Siwon dan Zhoumi berjaga agar tak ada serangan yang datang ketika Kyuhyun membuat ruang dimensi; Apalagi kali ini Kyuhyun membuat ruang dimensi yang jauh lebih luas.
"Jurus yang sama?" Pokaseu tergelak ketika Kyuhyun menyelimuti pedangnya dengan jurus Jujak. "Jurus itu tidak bisa membunuhku. Tapi tak apa. Aku bersedia melawanmu hari ini. Silahkan kau maju lebih dulu."
Aku belum sempat berlatih, bahkan belum pernah mencobanya sama sekali….apa aku akan berhasil mengalahkan Pokaseu?
Kyuhyun terdiam sambil memandang Pokaseu yang berada belasan meter di depannya, lengkap dengan kuda dan bola api berpijar di kedua tangannya.
"Kenapa kau tidak menyerang? Apa kau takut, guardian Jujak?"
"Jeonha! Cepat menyerang!" seru Siwon dari belakang.
"Jeonha!" Zhoumi berteriak dengan cemas karena Kyuhyun bergeming.
"Pergi!" seru Kyuhyun ketika menyadari Zhoumi dan Siwon masih berada di dekatnya.
Meski berat hati, Zhoumi menarik Siwon yang bertahan untuk tidak beranjak dari Kyuhyun. Mereka mencari posisi yang aman sambil bersiaga kalau-kalau Kyuhyun membutuhkan bantuan mereka.
Kuda Pokaseu meringkik keras dengan kedua kaki terangkat. Ketika kaki depan kuda itu menjejak kembali, jalanan yang dipijaknya hancur menjadi bongkahan panjang yang mencapai tempat Kyuhyun berdiri. Siwon nyaris keluar jika Zhoumi tidak menahannya.
"Tapi ini berat sebelah! Kuda Pokaseu sangat kuat!"
"Jeonha menyuruh kita pergi, berarti dia perlu berkonsentrasi. Jangan sampai kita mengganggunya!" Zhoumi menahan Siwon lebih keras. "Diam dan lihat baik-baik. Jeonha masih bisa mengatasinya. Aku juga takkan tinggal diam jika Jeonha dalam bahaya!"
Siwon melihat Kyuhyun yang tadi melompat tinggi ke atas untuk menghindari retakan jalan, kini menyerang Pokaseu dengan pedangnya secara bertubi-tubi. Ia bahkan berhasil menendang Pokaseu hingga nyaris terjungkal dari atas kudanya.
Ketika Pokaseu maju dengan kemarahan luar biasa bersama tunggangannya yang berselimut api, Kyuhyun menyabetkan pedangnya, membentuk tulisan 'jang' yang langsung berubah menjadi huruf dari lidah api. Belum sempat Siwon dan Zhoumi berseru keheranan, Kyuhyun sekali lagi menghunus pedangnya ke huruf yang tadi dibuatnya, sehingga huruf dari lidah api itu bergerak menghantam Pokaseu yang hendak melintasi huruf api tadi.
Pokaseu terdorong hingga ratusan meter.
Jujak memiliki eum, goseuteu, liu, seuta, jang, nalgae, dan jen. Tapi itu hanya bisa digunakan oleh guardian Jujak yang sebenarnya. Kyuhyun teringat tulisan yang ditinggalkan Leeteuk untuknya. Selama bertahun-tahun Leeteuk menuliskan segala hal yang ia tahu tentang guardian Jujak dan bagaimana Kyuhyun sebagai kagemusha sebaiknya bertindak.
Tapi Appa, aku sudah mendapat ijin untuk menggunakan kekuatan Jujak. Aku akan mencoba 'jen'. Kyuhyun dengan cepat menuliskan hangul itu dengan pedang, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba tubuhnya terangkat, ia kini berada di atas seekor kuda yang terbentuk dari api, namun kuda itu sedikitpun tidak membakarnya.
"Jeonha! Itu sangat bagus! So coo….umph?" seruan Siwon terhalang oleh Zhoumi yang membekap mulutnya dengan keras.
Kyuhyun mau tak mau tersenyum melihat ulah kedua bodyguard-nya. Namun perhatiannya kembali kepada Pokaseu yang mulai menyerangnya dengan bola-bola api. Kyuhyun menghentak kudanya hingga berlari cepat menuju Pokaseu. Sesekali Kyuhyun menangkis bola api yang berhamburan.
Pokaseu tidak tinggal diam. Ia menghentak kudanya juga dan mereka bertarung dengan sengit ketika berada di jarak yang sangat dekat. Pokaseu kesulitan menyerang Kyuhyun karena kuda api itu bergerak dengan sangat lincah, mengecohnya dengan melompat ke belakang, muncul di depan, tiba-tiba berada di samping, hingga suatu saat kuda api itu berhasil menghentakkan kakinya ke kuda Pokaseu hingga kuda dan penunggangnya tersungkur.
Kyuhyun menjauh untuk menghindari serangan api yang dilancarkan Pokaseu. Setelah berada di jarak yang aman, ia memutar kudanya kembali hingga berhadapan dengan Pokaseu yang sudah bangkit bersama kuda miliknya.
"Pokaseu musuh yang tangguh." Zhoumi tertegun.
"Aku rasa Jeonha pasti bisa mengalahkannya." Siwon tersenyum.
Namun sedetik kemudian keduanya nyaris terlempar. Kuda milik Kyuhyun menghentakkan kaki dengan keras, tidak merusak jalan seperti yang dilakukan Pokaseu, namun mengirim getaran yang sangat kuat, membuat Siwon dan Zhoumi bergegas menghindar meski sebenarnya getaran itu hanya menghantam Pokaseu hingga kaki kudanya menjadi goyah.
"Majulah, guardian Jujak! Hari ini aku akan menghabisimu!" raung Pokaseu sambil kedua tangannya memegang bola dan cambuk api.
"Sepertinya kau yang akan berakhir hari ini, Pokaseu halbeoji." Kyuhyun mengukir smirk-nya sebelum melaju mendekati Pokaseu bersama kuda api miliknya.
Kuda itu melompat tinggi saat cambuk terayun, dan menukik begitu cepat. Sebelum Pokaseu bisa menarik kembali cambuknya, Kyuhyun sudah menebaskan pedangnya, membelah Pokaseu menjadi dua.
Mata Pokaseu terbelalak. Ia tidak menyangka kali ini pedang Kyuhyun sanggup membelah tubuhnya. Sosok Pokaseu beserta kudanya lenyap menjadi serpihan.
"Jeonhaaaa!" Siwon berlari ke arah Kyuhyun yang sudah menyarungkan kembali pedangnya. Kuda api tadi ikut lenyap. "Jeonha, kemajuanmu pesat sekali!"
"Jeonha berhasil," puji Zhoumi.
Kyuhyun hanya tersenyum menanggapi reaksi mereka.
"Jeonha, karena kita baru saja menang dari musuh yang sulit, bagaimana kalau kita berjalan-jalan? Ke taman hiburan?" usul Siwon.
"Aku setuju." Zhoumi tersenyum lebar. "Bagaimana, Jeonha? Kita langsung saja dari sini?"
Kyuhyun kembali tersenyum menanggapi ajakan tersebut. "Kalian berdua saja yang pergi. Aku akan pulang." Tanpa menunggu reaksi keduanya, Kyuhyun berjalan ke arah mobil yang menunggu mereka.
Siwon menggaruk kepalanya sambil meringis. "Susah sekali mengerti jalan pikiran Jeonha… Mana ada anak seusia dia tidak tertarik dengan taman hiburan? Aku pikir, jalan-jalan kemarin itu membuatnya senang."
"Jeonha memang senang." Zhoumi menepuk bahu Siwon untuk menghibur. Matanya memandang punggung Kyuhyun yang sedang membuka pintu mobil di kejauhan. "Jeonha hanya mencoba tidak lebih dekat lagi dengan kita. Mungkin dengan siapapun kecuali He ajussi."
"Apa maksudmu?" Siwon memandang Zhoumi dengan bingung.
"Jangan dipikirkan." Zhoumi meringis melihat wajah polos Siwon. "Ayo, kita pergi."
.
.
Kyuhyun menaiki tangga yang menuju bangunan utama dari arah belakang. Meski luka-lukanya sudah sembuh oleh Ksatria Jujak, tetapi tenaganya benar-benar terkuras habis. Mengerahkan jurus Jujak yang baru membuatnya sangat lelah, apalagi Kyuhyun belum tertidur sejak kemarin.
Begitu Kyuhyun membuka aula utama yang terhubung dengan kamarnya, sesosok tubuh berdiri di sana untuk menyambut kedatangannya dengan senyum yang menemaninya belasan tahun ini. Perasaan lelah, mengantuk, sekaligus lega, membuat Kyuhyun tanpa sadar tersenyum dengan tulus. Senyum yang beberapa tahun belakangan ini sudah menghilang dari wajahnya.
"He ajussi…"
Tiba-tiba tubuh Kyuhyun limbung. Shindong bergegas mendekat untuk menahan tubuh itu sehingga tidak jatuh tersungkur.
"He ajussi, sebenarnya aku sangat takut," gumam Kyuhyun sambil bersandar pada Shindong. "Seandainya aku gagal mendapatkan ijin dari Ksatria Jujak, maka semua akan berakhir..."
"Jeonha sudah melakukannya dengan baik. Semua berakhir dengan baik." Shindong menepuk punggung Kyuhyun dengan lega. Namun Kyuhyun sudah tidak bisa mendengar kata-katanya lagi. Tubuhnya merosot turun dalam pelukan pengasuhnya.
.
.
Sudah satu jam Shindong merawat Kyuhyun yang demam tinggi. Dengan sabar ia mengompres kepala namja itu, mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang nyaman. Air di baskom sudah tidak lagi dingin. Shindong beranjak ke luar untuk menggantinya, namun ia mendapati Siwon dan Zhoumi berdiri di depan kamar.
Ia melirik bungkusan dan tas-tas yang dibawa kedua orang itu. Matanya langsung mengenali bahwa keduanya baru saja pergi ke taman hiburan.
"Kami merasa curiga, jadi tidak jadi bermain. Kami membawa beberapa barang untuk Jeonha, mungkin saja dia menyukainya, selain itu…"
"Jeonha hanya kelelahan. Sebaiknya kalian simpan saja semua itu. Jangan biarkan Jeonha melihatnya."
Siwon dan Zhoumi berpandangan mendengar nada ketus yang keluar dari mulut Shindong yang selama ini tidak pernah berbicara seperti itu kepada mereka.
"Kenapa tidak boleh?"
Shindong menunjukkan perasaan tidak senangnya dengan pertanyaan Zhoumi. "Taman bermain merupakan kenangan buruk untuknya. Jadi kalian…."
"Itu tidak mungkin." Siwon tiba-tiba melewati Shindong, dan membuka pintu kamar Kyuhyun dengan keras. "Jeonha, lihat apa yang kami bawa untukmu."
"Siwon sshi!" Shindong hendak mencegah, namun terhalang oleh baskom air yang harus dipegangnya. "Zhoumi sshi, Jeonha sedang tidur, suruh Siwon sshi keluar."
"Mianhe, ajussi. Kali ini waktunya anak-anak muda. Ajussi sebaiknya istirahat saja, arra?" Tanpa mempedulikan teriakan kesal Shindong, Zhoumi ikut masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu, tidak membiarkan Shindong masuk.
.
Kyuhyun membuka matanya ketika sesuatu terasa menggelitik wajahnya. Ketika Kyuhyun membuka mata, detik itu juga ia terduduk melihat begitu banyak barang yang digeletakkan Siwon di atas tubuhnya.
"Jeonha, topi kelinci ini lucu bukan?" Siwon menggoyangkan kepalanya yang memakai topi berbentuk kelinci, lengkap dengan kedua telinga panjang yang tadi menggelitik Kyuhyun. Wajah Kyuhyun langsung meringis melihat namja bertubuh kekar dan besar itu mengenakan topi berwarna pink yang kontras dengan penampilannya.
"Apa ini?"
Kyuhyun meraih sebuah telur raksasa dengan jaring disekelilingnya. Telur itu dihias dengan kertas aneka warna yang disusun dengan cantik. Belum sempat Kyuhyun melihat lebih lama, Zhoumi mengambil alih telur itu sambil menyerahkan sebuah tongkat dari sterofoam yang dibalut kertas perak.
"Jeonha, pukulkan tongkat itu ke telur ini," kata Zhoumi sambil memegang sisi telur dengan kedua tangannya. "Cepat pukul."
"Dengan tongkat ini?" Kyuhyun melirik tongkat palsu itu sambil meringis bingung.
"Cepat, Jeonha, sebelum waktunya habis."
Kening Kyuhyun sedikit berkerut mendengar kalimat yang diucapkan Siwon. Dengan ragu, ia memukulkan tongkat itu ke arah telur.
"Lebih keras lagi!" seru Siwon dan Zhoumi memberi semangat.
Kyuhyun memukul untuk kedua kali. Tidak terjadi apapun.
Ia memukul lebih keras ketiga kali, tetap tidak terjadi apapun.
Akhirnya dengan penasaran, Kyuhyun memukulkan tongkat itu sekencang mungkin ke permukaan telur. Tiba-tiba confetti dan berbagai macam permen berhamburan menimpanya. Juga kue-kue kecil yang sudah dikemas dengan rapi. Untuk beberapa saat Kyuhyun hanya menganga takjub melihat pemandangan itu. Ia tidak sadar Zhoumi dan Siwon tersenyum lebar ketika tangan Kyuhyun mulai meraih kue dan permen satu per satu dengan wajah berbinar.
"Jeonha, jangan menghabiskan semuanya sendiri. Kami juga mau," goda Zhoumi.
"Aku menyukai permen rasa jeruk, coklat, melon…"
"Andwae!" Dengan cepat Kyuhyun merangkul semua permen dan kue yang berserakan di pangkuannya, lalu memandang Zhoumi dan Siwon dengan pandangan menegur. "Ini semua milikku. Kalian beli sendiri."
"Mwo? Mana bisa begitu?" Zhoumi duduk di sisi Kyuhyun, berusaha mengambil sebuah permen, namun Kyuhyun langsung menepisnya.
"Jeonha, kau tidak boleh pelit…aku hanya minta 5 butir saja," bujuk Siwon dengan pandangan memelas.
Ketiganya tengah berebut permen dan kue yang ada dipelukan Kyuhyun ketika Shindong membuka pintu dengan keras. Namja separuh baya itu tertegun melihat banyak barang berwarna-warni tersebar di sana. Melihat wajah Kyuhyun yang menggembung kesal namun tampak begitu senang, Shindong menjadi ragu untuk menyampaikan kabar yang didengarnya barusan.
"Ada apa, ajussi?" tanya Kyuhyun, membuat Siwon dan Zhoumi ikut terdiam.
Ingin rasanya Shindong berbohong melihat suasana menyenangkan yang tadi dilihatnya, namun suara yang masih berbicara di telepon membuat Shindong terpaksa berterus terang.
"Jeonha, Sungmin sshi meminta pertarungan diadakan siang nanti, pukul satu."
"Dimajukan?"
Shindong mengangguk. "Bagaimana kalau kita meminta dilakukan sesuai rencana awal saja?"
"Katakan pada Direktur Kim, bahwa aku akan ke sana siang ini."
"Tapi, Jeonha…"
"Ajussi, lebih cepat selesai lebih baik." Kyuhyun meletakkan permen dan kue di atas selimutnya dengan hati-hati sebelum bangkit berdiri. "Ajussi, tolong simpan semua ini, jangan biarkan seorangpun mengambilnya."
Siwon dan Zhoumi menggaruk kepala ketika Kyuhyun melirik tajam ke arah mereka.
"Tapi pertandingannya masih beberapa jam lagi." Shindong mengingatkan ketika Kyuhyun menyuruh Zhoumi dan Siwon pergi untuk bersiap-siap menemaninya.
"Ada seseorang yang ingin kutemui sebelum pertandingan itu, ajussi," jelas Kyuhyun sambil memilih celana dan kemeja yang akan ia kenakan.
"Jeonha, kau merencanakan sesuatu?"
"Ajussi, mulai hari ini kehidupan kita akan semakin menegangkan. Bersiaplah."
Shindong memandang dengan ngeri ketika Kyuhyun menoleh sambil mengukir smirknya.
.
.
TBC
.
.
Nggak tahu mau nulis apa untuk penutup….
Gomawo buat semua yang sudah membaca dan mereview ff ini
Kamsahamnida
